Manipulasi Resin Komposit Aktivasi Sinar Tampak
-
Upload
jennifer-abella-brown -
Category
Documents
-
view
294 -
download
17
description
Transcript of Manipulasi Resin Komposit Aktivasi Sinar Tampak
LAPORAN PRAKTIKUM
TOPIK : Manipulasi Resin Komposit Aktivasi Sinar TampakGRUP : 17 Tanggal Praktikum : 26 Oktober 2011No. Nama Nomor Mahasiswa
1. Tantia Cita Dewanti 8646
2. Dhinintya Hyta Narissi 8650
3. Herliena Dyah Indriani 8652
4. Mufidana Azis 8654
5. Fariz Ramadhan 8656
6. Tri Kurniasari 8660
PEMBIMBING : drg. Purwanto Agustiono, S.U.
1. HASIL PRAKTIKUM
Hasil praktikum yang kelompok kami dapatkan adalah resin komposit
mengeras setelah disinari oleh sinar halogen selama 20 detik. Permukaan resin
komposit bagian bawah tampak lebih halus daripada bagian atasnya yang
mengalami penyinaran.
2. PEMBAHASAN
Praktikum “Manipulasi Resin Komposit“ menggunakan light activated. Hasil
praktikum kami menunjukkan resin komposit telah terpolimerisasi dengan baik
ditandai dengan mengerasnya resin komposit. Pada resin komposit kami, juga
terlihat permukaan yang tidak disinari oleh sinar halogen lebih halus dibandingkan
dengan yang tidak disinari.
van Noort (2010) menyebutkan bahwa proses yang merubah pasta komposit
menjadi material yang keras adalah karena polimerisasi matriks resin. Dua sistem
yang dijadikan prinsip polimerisasi adalah chemically activated system dan light
activated system. Polimerisasi dicapai dengan inisiator peroksida organik dan
akselerator organik. Inisiator dan akselerator harus disimpan terpisah sampai tepat
sebelum restorasi dilakukan. Oleh karena itu, pengaktifan sistem secara kimia
biasanya disediakan dalam bentuk dua pasta, initiator dan accelerator pada tempat
yang berbeda (Craig, 2002). Aktivator biasanya terdiri atas tersier amina, dan
inisiatornya biasanya terdiri atas benzoil peroxida (van Noort, 2010).
Menurut van Noort (2010) cahaya ultaviolet akan mengaktifkan komposit
yang tersedia, dan mengubah pasta menjadikan komposit mengalami setting dan
keras. Pernyataan van Noort didukung oleh Kamizar dan Yusi Heptorina (2009) yang
menyebutkan bahwa untuk memulai terjadinya polimerisasi adisi, diperlukan sumber
pencetus radikal bebas. Radikal bebas dapat diaktifkan dari aktivasi molekul
penghasil radikal menggunakan bahan kimia, panas, visible light, cahaya ultraviolet
atau transfer energi dari senyawa lain yang berperan sebagai radikal bebas.
Pada sistem light activated, komposit dipapar dengan menggunakan sinar
biru secara intens. Sinar akan diserap oleh keton, yang kemudian akan bereaksi
dengan amina organik, lalu dimulailah reaksi polimerisasi. Polimerisasi
membutuhkan waktu sekitar 20 sampai 60 detik. Dan dapat menjadikan diketon dan
amine menjadi berpasangan satu sama lainnya. Skema proses pengerasan komposit
dapat diringkas sebagai berikut ini:
Dimethakrilat
Initiator (Peroxida atau Diketona dengan sinar biru)
Accelerator (Amine)
Treated inorganic atau reinforced filter
Dental Komposit
(Craig, 2002)
Pada praktikum kali ini kami telah melakukan prosedur yang benar, proses
penyinaran dilakukan dengan cara menempelkan ujung tube pada pita seluloid,
dengan cara penyinaran ini, resin komposit dapat melakukan polimerisasi secara
sempurna.
Sinar biru yang dipaparkan merupakan sinar halogen, sinar ini akan
menyebabkan molekul keton berubah menjadi keadaan aksitasi, sehingga keton
menjadi lebih mudah untuk berikatan. Keton yang bereaksi dengan amina akan
menyebabkan amina melepaskan elektronnya. Kedua komponen ini kemudian akan
membentuk rantai polimer yang mempunyai kelompok-kelompok kecil atom-atom
yang mengantung pada sisi-sisinya. Ketika sisi-sisi polimer yang berdekatan berbagi
elektron-elektron, mereka membentuk ikatan kovalen yang menghubungkan (cross
linking) rantai-rantai bersama. Ikatan silang polimer-polimer menghasilkan material
yang lebih kuat, kaku daripada polimer dengan rantai tunggal. Inilah yang
menyebabkan resin komposit menjadi keras.
Pada hasil praktikum kami, terlihat permukaan atas dari resin komposit lebih
kasar dan tidak mengilap. Menurut Combe (1992), pita selulosa asetat seharusnya
dapat membuat permukaan menjadi lebih halus. Pernyataan Combe didukung oleh
teori dari McCabe dan Walls (2009) yang menyatakan bahwa permukaan dari bahan
komposit awalnya sangat halus dan mengkilap karena kontak dengan matriks strip
selama pengaturan. Strip yang disebutkan pada pernyataan tersebut dimaksud
adalah pita seluloid.
Seharusnya permukaan yang diberi pita seluloid mejadi lebih halus dan
mengkilat, tetapi pada hasil yang kami dapatkan merupakan hal yang sebaliknya.
Kemungkinan hal ini dikarenakan pita seluloid yang diletakkan diatas resin komposit
merupakan pita seluloid yang kotor, bekas dari pemakaian kelompok sebelumnya,
sehingga berpengaruh pada hasil akhir. Penyebab lainnya dikarenakan kesalahan
praktikan dalam mengoleskan vaselin. Vaselin yang dioleskan kurang merata di
permukaan resin komposit pada cetakan sehingga hasil akhir tampak kurang halus
dan mengkilap.
3. KESIMPULAN
a. Mengerasnya resin komposit diakibatkan pengaktifan komposit oleh sinar
halogen untuk selanjutnya mengadakan polimerisasi adisi.
b. Permukaan resin komposit yang kasar dan tidak mengkilap disebakan kesalahan
praktikan dalam mengoleskan vaselin.
4. DAFTAR PUSTAKA
Combe, E.C., 1992, Notes on Dental Materials, 6th Edition, Churchill Livingstone :
New York.
Craig, R.C., et al., 2002 Dental Materials : Properties and Manipulation, 7th Edition,
Mosby : St. Louis.
Kamizar dan Yusi Heptorina, 2009, The Effect of Free Radicals after Application of
H2O2 on Composite Resin Polymerization, Proceedings of The 15th Scientific
Meeting & Refresher Course in Dentistry, vol 15(1), hal 259-269.
McCabe, J.F. and Walls A.W.G., 2009, Applied Dental Material-9th ed, by Blackwell
Publishing L.td.
van Noort, R., 2010, Introduction in Dental Materials, 6th ed., CV Mosby Co., St.
Louis.