Manipulasi Amalgam

3
Manipulasi Amalgam 1. Seleksi alloy, biasanya yang digunakan adalah high-Cu alloy. 2. W/Puskesmas ratio (1:1). Perbandingan ini berbeda-beda sesuai dengan perbedaan komposisi logam campur, ukuran partikel, bentuk partikel, dan suhu yang digunakan. 3. Triturasi, yaitu proses pencampuran amalgam alloy dan merkuri dengan menggunakan amalgamator selama waktu yang telah ditentukan. 4. Penempatan dan kondensasi agar kekuatan amalgam bertambah dan keroposan akan berkurang. 5. Pengukiran (burnisher) dan penyelesaian akhir. Jika pengukiran terlalu dalam, ketebalan amalgam akan berkurang, terutama di tepi gigi. Jika terlalu tipis, bisa patah dibawah tekanan pengunyahan. Manipulasi resin komposit 1. Perlindungan pulpa, jika terdapat kavitas yang dalam, maka diperlukan GIC atau hybrid-ionomer untuk melindungi pulpa. 2. Etching dan bonding, agar dapat berikatan dengan baik antara gigi dan Resin konposit, sebelumnya enamel dan dentin harus dietsa menggunakan asam phosporik atau suatu asam primer. Aplikasi bonding agent akan memberikan ketahanan secara mekanik pada restorasi. 3. Peletakan, komposit dapat diletakkan pada kavitas dengan menggunakan beberapa metode. Dapat menggunakan instrument plastic ataupun logam. Dapat pula menggunakan semprit berujung plastic kemudian massa komposit disuntikkan ke kavitas.. 4. Pilimerisasi 5. Ada beberapa macam yang digunakan untuk mendukung polimerisasi komposit yaitu: light cured, self cured, dan dual cured. Robert G. Craig. Restoratif Dental Material. Philadelpia: Mosby Inc. 12 th ed. 2006. Page 201-3, 248-59. Tanda-tanda klinis karies proksimal. Karies proksimal adalah tipe yang paling sulit di deteksi. Tipe ini kadang tidak dapat dideteksi secara visual atau manual dengan sebuah eksplorer. Diperlukan pemeriksaan radiograf untuk mendukung pendeteksian karies tipe ini. Namun pemeriksaan klinik dapat dilakukan atau diusahakan dengan melihat keadaan pasien. Contohnya

Transcript of Manipulasi Amalgam

Page 1: Manipulasi Amalgam

Manipulasi Amalgam

1. Seleksi alloy, biasanya yang digunakan adalah high-Cu alloy.2. W/Puskesmas ratio (1:1). Perbandingan ini berbeda-beda sesuai dengan perbedaan

komposisi logam campur, ukuran partikel, bentuk partikel, dan suhu yang digunakan.3. Triturasi, yaitu proses pencampuran amalgam alloy dan merkuri dengan menggunakan

amalgamator selama waktu yang telah ditentukan.4. Penempatan dan kondensasi agar kekuatan amalgam bertambah dan keroposan akan

berkurang.5. Pengukiran (burnisher) dan penyelesaian akhir. Jika pengukiran terlalu dalam, ketebalan

amalgam akan berkurang, terutama di tepi gigi. Jika terlalu tipis, bisa patah dibawah tekanan pengunyahan.

Manipulasi resin komposit

1. Perlindungan pulpa, jika terdapat kavitas yang dalam, maka diperlukan GIC atau hybrid-ionomer untuk melindungi pulpa.

2. Etching dan bonding, agar dapat berikatan dengan baik antara gigi dan Resin konposit, sebelumnya enamel dan dentin harus dietsa menggunakan asam phosporik atau suatu asam primer. Aplikasi bonding agent akan memberikan ketahanan secara mekanik pada restorasi.

3. Peletakan, komposit dapat diletakkan pada kavitas dengan menggunakan beberapa metode. Dapat menggunakan instrument plastic ataupun logam. Dapat pula menggunakan semprit berujung plastic kemudian massa komposit disuntikkan ke kavitas..

4. Pilimerisasi5. Ada beberapa macam yang digunakan untuk mendukung polimerisasi komposit yaitu: light

cured, self cured, dan dual cured.

Robert G. Craig. Restoratif Dental Material. Philadelpia: Mosby Inc. 12th ed. 2006. Page 201-3, 248-59.

Tanda-tanda klinis karies proksimal.

Karies proksimal adalah tipe yang paling sulit di deteksi. Tipe ini kadang tidak dapat dideteksi secara visual atau manual dengan sebuah eksplorer. Diperlukan pemeriksaan radiograf untuk mendukung pendeteksian karies tipe ini. Namun pemeriksaan klinik dapat dilakukan atau diusahakan dengan melihat keadaan pasien. Contohnya individu dengan karies rampan biasanya tidak terhindar dari lesi karies pada permukaan ini. Jadi sebelum terlihat kavitas yang nyata pada permukaan halus bagian aproksimal gigi lesi dini yang mungkin sudah terjadi dapat dihentikan dengan prosedur preventif seperti aplikasi flour ataupun minimal intrvensi yang dapat diberikan.

Theodore, Harald, and Edward. Sturdevant’s art and Science of Operative Dentistry. 4th Ed. St.Louis: Morby Inc. 2002. page 18-28

Page 2: Manipulasi Amalgam

Perawatan non invasive

Perawatan non invasive. DHE (Dental Health Education Konsultasi diet Aplikasi flour topical Pengendalian plak Penutup fisura (fisure sealant)

Pit dan fissure sealant telah digunakan dalam strategi preventif sejak tahun 1970an, dan menjadi perawatan non-invasif yang paling efektif untuk mencegah karies oklusal yang terhenti [arrested]. Namun, menurut suatu penelitian dari Third National Health and Nutrition Examination Survey (1988-1991) satu dari lima anak yang memperoleh manfaat metode pencegahan yang aman dan efektif ini. Saat ini, tersedia 2 tipe pit dan fissure sealant, yaitu sealant berbasis-resin dan semen glass ionomer (GIC).

Restorsasi minimalJika restorasi kecil dikombinasikan dengan penutup fisur, prosedur demikian tersebut sebagai suatu cara konservatif perawatan karies fisur yang masih dini dan mencegah perkembangannya yang lebih klanjut. Pemacam ini hendaknyanggunaan restorasi dibarengi dengan pengendalian diet dan plak yang memadai.T. R. Pitt Ford. Restorasi Gigi. Ed 2. Jakarta: EGC. h. 19-20.1993