Manfaat Penelitian -...
Transcript of Manfaat Penelitian -...
5
Manfaat Penelitian
Dapat memberikan informasi kepada pihak SMA Negeri 10 Cipondoh Kota
Tangerang mengenai persepsi guru tentang kinerja kepala sekolah.
Bagi Kepala sekolah, sebagai bahan masukan untuk memberikan bimbingan dan
dukungan kepada guru dalam melaksanakan tugasnya serta mempertimbangkan
tingkat kesiapan dan kematangannya dalam membagi tugas.
Bagi guru, agar meningkatkan sikap profesionalnya, kesiapan dan kematangannya
dalam menjalankan tugasnya.
Bagi peneliti sendiri, sebagai bahan masukan dan menambah wawasan mengenai
konsep persepsi guru tentang kinerja kepala sekolah dan menambah khazanah
ilmu pengetahuan khususnya di bidang pendidikan.
6
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Persepsi
1. Pengertian Persepsi
Manusia sebagai makhluk sosial yang sekaligus juga makhluk individual,
maka terdapat perbedaan antara individu yang satu dengan yang lainnya.
Adanya perbedaan inilah yang antara lain menyebabkan mengapa seseorang
menyenangi suatu obyek, sedangkan orang lain tidak senang bahkan
membenci obyek tersebut. Hal ini sangat tergantung bagaimana individu
menanggapi obyek tersebut dengan persepsinya. Pada kenyataannya
sebagian besar sikap, tingkah laku dan penyesuaian ditentukan oleh
persepsinya.
Banyak para ahli mendefinisikan persepsi dalam arti yang berbeda-beda
sesuai dengan pendapatnya masing-masing, tapi maksud dan intinya sama,
seperti beberapa pendapat ahli di bawah ini:
Persepsi (perception) dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana
cara seseorang melihat sesuatu; sedangkan dalam arti luas adalah pandangan
atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan
sesuatu.1
Pareek mengatakan bahwa persepsi merupakan proses menerima,
menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menguji, dan memberikan
reaksi kepada rangsangan pancaindra atau data.2
1 Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), h. 445.
2 Alex Sobur, Psikologi Umum…, h. 446.
7
Menurut Zikri Neni Iska, persepsi adalah proses individu mengenali
objek-objek dan fakta-fakta objektif dengan menggunakan alat indra.3
Berarti persepsi itu di dahului oleh proses pengindraan. Proses individu
mengenali objek-objek dengan alat pengindraannya sehingga individu
tesebut menyadari apa yang ia lihat, apa yang ia dengar, dan sebagainya,
kemudian individu tersebut mengalami persepsi.
Selanjutnya John. M. Echols dan Hasan Shadily menjelaskan bahwa
persepsi dalam bahasa inggris adalah "perception" yang artinya penglihatan;
tanggapan daya memahai/menanggapi.4 Sebagai suatu tanggapan, serapan,
penglihatan dan pengetahuan atau pemahaman, persepsi membutuhkan
proses dan waktu untuk memperoleh informasi yang lebih akurat tentang
permasalahan yang ingin diketahui.
W.R. Nord dalam buku J. Winardi menyatakan bahwa persepsi
merupakan “proses kognitif, dimana seorang individu memberikan arti
kepada lingkungan’. Mengingat bahwa masing-masing orang memberi
artinya sendiri terhadap stimuli, maka dapat dikatakan bahwa individu-
individu yang berbeda, melihat hal sama dengan cara-cara yang berbeda.5
Menurut Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry "persepsi di artikan
sebagai a) pengamatan; penyusunan dorongan-dorongan dalam kesatuan-
kesatuan; b) hal mengetahui, melalui indera; c) tanggapan (indera); daya
memahami.6 Maka persepsi dapat di pahami mengamati (pandangan) dari
seseorang atau banyak orang akan hal atau peristiwa yang di dapat dan di
terima. Adapun proses di ketahuinya sesuatu hal pada seseorang melalui
pancaindera yang di milikinya. Dari pendapat-pendapat di atas tersebut, ada
kesamaan bahwa persepsi adalah memandang atau mengartikan sesuatu hal
3 Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta:
Kizi Brother’s, 20006), h. 54. 4 John M, Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris – Indonesia, (Jakarta: PT.
Gramedia, 1997), h. 424. 5 J. Winardi, Manajemen Prilaku Organisasi, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 203-204.
6 Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya:
Arkola, 1994), h. 591.
8
atau peristiwa yang di dapat atau di terima melalui pancaindra sehingga
dapat mengetahuinya.
Istilah persepsi biasanya di gunakan untuk mengungkapkan tentang
pengalaman terhadap sesuatu benda ataupun sesuatu kejadian yang di alami.
Dimana persepsi merupakan proses yang menggabungkan dan
mengorganisasikan data-data indra untuk di kembangkan sedemikian rupa
sehingga kita dapat menyadari sesuatu yang ada di lingkungan kita.7
Persepsi merupakan suatu proses yang di tempuh individu untuk
mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka agar
memberikan makna bagi lingkungan mereka.8 Berarti persepsi itu
memberikan makna (arti) terhadap lingkungannya, dan agar dapat
memberikan makna terhadapat lingkungannya seorang individu harus
mampu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan inderanya.
Persepsi juga merupakan suatu proses yang di dahului oleh proses
penginderaan, yaitu merupakan proses di terimanya stimulus oleh individu
melalui alat indra.9 Dalam persepsi stimulus dapat datang dari luar, tetapi
juga dapat datang dari individu sendiri. Namun demikian sebagian terbesar
stimulus datang dari luar individu yang bersangkutan. Sekalipun persepsi
dapat melalui macam-macam alat indera yang ada pada diri individu, tetapi
sebagian besar persepsi melalui alat indera penglihatan.
Maka persepsi pada hakikatnya merupakan proses penilaian seseorang
terhadap obyek tertentu, dengan melalui aktivitas mengindera,
mengintegrasikan dan memberikan penilaian pada obyek-obyek fisik
maupun obyek sosial, dan penginderaan tersebut tergantung pada stimulus
fisik dan stimulus sosial yang ada di lingkungannya. Sensasi-sensasi dari
lingkungan akan diolah bersama-sama dengan hal-hal yang telah di pelajari
7 Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam,
(Jakarta: Kencana, 2008), h. 88. 8 Stephen P. Robbins, Prilaku Organisasi, Penerj. Hadyana Pujaatmaka, (Jakarta:
PT Prenhlindo, 2002), h. 88. 9 Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (ANDI Yogyakarta, 2004), h. 87-88.
9
sebelumnya baik hal itu berupa harapan-harapan, nilai-nilai, sikap, ingatan
dan lain-lain.
Di dalam proses persepsi tersebut individu di tuntut untuk memberikan
penilaian terhadap suatu obyek yang dapat bersifat positif/negatif, senang
atau tidak senang dan sebagainya. Dengan adanya persepsi maka akan
terbentuk sikap, yaitu suatu kecenderungan yang stabil untuk berlaku atau
bertindak secara tertentu di dalam situasi yang tertentu pula.
Berdasarkan sumber-sumber yang di kemukan di atas, dapat di ketahui
bahwa kata persepsi memiliki dua rumusan pengertian yang satu sama lain
saling terkait yaitu sebagai proses yang menggambarkan aktivitas psikologis
dan sebagai hasil yang menggambarkan suatu keadaan.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat dikatakan bahwa, “pada
hakikatnya persepsi adalah kemampuan individu dalam memahami objek
yang ada di lingkungannya (berupa peristiwa atau kejadian-kejadian, ide
atau pola pikir seseorang, prilaku seseorang, situasi tertentu dan sebagainya
yang kesemuanya itu membawa pesan-pesan tertentu), di peroleh melalui
hasil pengindraan dan penafsiran atau interpretasi yang membentuk
kesadaran tertentu, di wujudkan dalam bentuk pendapat, pandangan dan
penilaian dirinya terhadap apa yang di terimanya tersebut. Ada beberapa
syarat yang perlu di penuhi agar individu dapat menyadari dan mengadakan
persepsi yaitu adanya objek yang di persiapkan, alat indera untuk menerima
stimulus dan adanya perhatian dari individu itu sendiri, karena tanpa
perhatian tidak akan terjadi persepsi.
2. Faktor-faktor yang Berperan dalam Persepsi
Seperti telah di paparkan di depan bahwa dalam persepsi individu
mengorganisasikan dan menginterpretasikan stimulus yang diterimanya,
sehingga stimulus tersebut mempunyai arti bagi individu yang
bersangkutan. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa stimulus
merupakan salah satu faktor yang berperan dalam persepsi. Berkaitan
10
dengan faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat dikemukakan
adanya beberapa faktor, yaitu:
a. Objek yang di persepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor.
Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga
dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung
mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Adapun objek
yang dipersepsi dangat banyak yaitu segala sesuatu ada disekitar
manusia. Dan manusia itu sendiri dapat menjadi objek persepsi.
b. Alat indra, syaraf, dan pusat susunan syaraf
Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus.
Disamping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk
meneruskan stimulus yang di terima reseptor ke pusat susunan syaraf,
yaitu otak sebagai pusat kesadaran, sebagai alat untuk mengadakan
respon yang diperlukan syaraf motoris.
c. Perhatian
Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi di perlukan adanya
perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan
dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan
atau konsentrasi dari seluruh aktivitas idividu yang ditujukan kepada
sesuatu atau sekumpulan objek.10
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Karena persepsi lebih bersifat psikologis dari pada proses penginderaan
saja maka ada beberapa faktor yang mempengaruhi. Menurut Abdul
Rahman Shaleh faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi di antaranya:
a. Perhatian yang selektif
Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali
rangsangan dari lingkungannya. Meskipun demikian, ia tidak harus
menanggapi semua rangsangan yang di terimanya untuk itu, individunya
memusatkan perhatiannya pada rangsangan-rangsangan tertentu saja.
Dengan demikian, objek-objek atau gejala lain tidak akan tampil kemuka
sebagai pengamatan.
b. Ciri-ciri rangsang
Rangsangan yang bergerak di antara rangsangan yang diam akan lebih
menarik perhatian. Demikian juga rangsangan yang paling besar di antara
10
Bimo Walgito, Pengantar Psokologi Umum…, h. 89-90.
11
yang kecil, yang kontras dengan latar belakangnya dan intensitas
rangsangan yang paling kuat.
c. Nilai dan kebutuhan individu
Seorang seniman tentu punya pola dan cita rasa yang berbeda dalam
pengamatannya di banding seorang bukan seniman. Penelitian juga
menunjukkan, bahwa anak-anak dari golongan ekonomi rendah melihat
uang logam lebih besar dari pada anak-anak orang kaya.
d. Pengalaman dahulu
Pengalaman-pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana
seseorang mempersepsi dunianya. Cermin bagi kita tentu bukan barang
baru, tetapi lain halnya bagi orang-orang mentawai di pedalaman Siberut
atau saudara kita di pedalaman Irian.11
B. Kinerja Kepala Sekolah
1. Pengertian Kinerja
Suatu kelompok atau lembaga pasti akan diarahkan atau disamakan
persepsi-persepsi atau tujuan-tujuannya oleh seseorang yang di pilih oleh
komunitas internal atau eksternal untuk menjadi ketua atau pimpinan. Ini
semua di maksudkan agar hal-hal yang akan di lakukan oleh kelompok atau
lembaga tersebut menjadi lebih terarah, fokus, dan dapat mencapai tujuan
yang di harapkan dengan lebih efektif dan efesien. Kepala sekolah
merupakan pemimpin dan sekaligus manajer pada suatu institusi
pendidikan. Ia sebagai salah satu kunci jaminan berhasil atau tidaknya
institusi tersebut mencapai tujuan yang telah di rencanakan. Sudah pasti,
kinerja kepala sekolah tersebut akan menjadi barometer bagi komunitas-
komunitas lain, baik internal maupun eksternal, dalam menjalankan tugas
dan kewajibannya. Kinerja atau prestasi kerja dari sang kepala sekolah
/pemimpin merupakan jaminan akan tercapainya tujuan yang telah di
tetapkan oleh lembaga dengan baik dan maksimal.
Kinerja kepala sekolah merupakan faktor yang signifikan dalam proses
pencapaian tujuan-tujuan pendidikan sekolah, sehingga apabila kinerja
11
Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam …, h.
128-129.
12
kepala sekolah baik maka kemajuan sekolah akan tercapai, demikian juga
sebaliknya. Sebagai pemimpin pendidikan, Kepala Sekolah di tuntut untuk
berupaya keras mengelola seluruh kegiatan di sekolah seefektif dan
seefisien mungkin agar proses pendidikan di sekolah sesuai dengan yang di
harapkan.
Adapun kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian
pelaksanaan suatu kegiatan/ program/ kebijakan dalam mewujudkan
sasaran, tujuan, misi, visi lembaga. Armstrong mengatakan bahwa kinerja
dan hasil kerja selalu menjadi tanda keberhasilan lembaga dan orang-orang
yang ada dalam lembaga tersebut.12
Prestasi kerja atau kinerja di pengaruhi
oleh cara-cara yang di tempuh, usaha yang dilakukan, dan pada giliranya
akan memunculkan hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau
sekelompok orang dalam lembaga, sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawab masing-masing dalam mencapai sasaran/tujuan lembaga.
Menurut E. Mulyasa kinerja atau performansi dapat di artikan sebagai
prestasi kerja, pencapaian kerja, hasil kerja atau unjuk kerja.13
Wahjosumidjo mendefinisikan kinerja sebagai sumbangan secara
kulitatif dan kuantitatif yang terukur dalam rangka membantu tercapainya
tujuan kelompok dalam suatu unit kerja.14
Dengan kata lain, kinerja adalah
prestasi, kontribusi sumbangan, atau hasil kerja.
Menurut Wibowo ”kinerja berasal dari pengertian performance”. Ada
pula yang memberikan pengertian performance sebagai hasil kerja atau
prestasi kerja. Namun, sebenarnya kinerja mempunyai makna yang lebih
luas, bukan hanya hasil kerja, tetapi termasuk bagaimana proses pekerjaan
berlangsung. 15
Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai
hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen, dan
12
Abdullah Munir, Menjadi Kepala Sekolah Efektif, (Yoyakarta: Ar-Ruzz Media,
2008), h. 30. 13
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 2003), h. 136. 14
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Madrasah: Tinjauan Teoritik dan
Permasalahannya, (PT. RajaGrafindo persada, Jakarta. 2002), h. 430. 15
Wibowo, Manajemen KInerja, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 7.
13
memberikan kontribusi pada ekonomi. Dengan demikian kinerja adalah
melakukan pekerjaan dengan hasil yang dicapai dari perkerjaan tersebut.
Suryadi mengutip Seribner yang mengatakan bahwa kinerja atau
performansi berasal dari akar kata ”to performance” yang mempunyai
beberapa entri yang berarti: (1) mengerjakan atau membawa, (2) megganti
atau mengisi seperti sumpah, (3) menghabisi atau menyelesaikan suatu
penanganan, dan (4) mengerjakan apa yang di harapkan dari seseorang atau
mesin. Maka, Suryadi menyimpulkan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang
dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu lembaga,
sesuai wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka
mencapai tujuan lembaga bersangkutan secara legal dan tidak melanggar
hukum serta sesuai dengan moral atau etika.16
Prestasi kerja adalah suatu
hasil kerja yang di kerjakan atau yang dihasilkan atau diberikan oleh
seseorang atau sekolmpok orang. Kinerja adalah hasil kerja berdasarkan
penilaian tentang tugas dan fungsi jabatan sebagai pendidik, manajer
lembaga pendidikan, administrator, supervisor, inovator, dan motivator atau
apapun yang penilaiannya dilakukan oleh suatu institusi tertentu, baik
lembaga internal maupun eksternal.
Menurut Rahardja (2004:4), yang di kutip Titin Dwi Istiawan dalam
skripsinya yang berjudul Pengaruh Iklim Organisasi Dan Persepsi Guru
Tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Di Sma
Negeri 1baturetno Wonogiri mengemukakan bahwa kinerja adalah prestasi
kerja, hasil kerja atau unjuk kerja. Kemampuan melaksanakan tugas atau
kinerja (performance) adalah sesuatu hal yang dapat meningkatkan fungsi
motivasi secara terus menerus. Dengan demikian, kinerja kepala sekolah
adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang
kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung
jawab yang diberikan kepadanya.17
16
Abdullah Munir, Menjadi Kepala Sekolah Efektif ..., h. 31. 17
Titin Dwi Istiawan, Pengaruh Iklim Organisasi Dan Persepsi Guru Tentang
Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Di Sma Negeri 1baturetno
14
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah
pencapaian atau prestasi kerja dari seseorang yang memiliki kemauan,
kemampuan dan prilaku yang baik dalam melakukan pekerjaannya dalam
usaha penerapan konsep gagasan dengan efektif dan efesien sehingga
tercapai tujuan yang telah di tetapkan oleh lembaga pendidikan.
2. Kepala Sekolah
Mengenai pengertian kepala sekolah itu sendiri menurut Wahjosumidjo
bahwa ada dua kata kunci untuk memahami definisi dari kepala sekolah,
kedua kata tersebut adalah 'kepala' dan 'sekolah'. Kata 'kepala' dapat
diartikan 'ketua' atau 'pimpinan' dalam suatu organisai atau sebuah lembaga.
Adapun 'sekolah' adalah sebuah lembaga dimana menjadi tempat menerima
dan memberi pelajaran. Dengan demikian secara sederhana kepala sekolah
adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin
suatu sekolah (madrasah), tempat di selenggarakannya proses belajar
mengajar atau tempat terjadinya interaksi antara guru yang memberi
pelajaran dan murid yang menerima palajaran.18
Kata memimpin dari
rumusan tersebut memiliki / mengandung makna luas, yaitu: kemampuan
untuk menggerakkan segala sumber yang ada pada suatu sekolah
(madrasah) sehingga dapat di dayagunakan secara maksimal untuk
mencapai tujuan yang telah di tentukan. Dalam praktik lembaga, kata
”memimpin” mengandung konotasi "menggerakkan, mengarahkan,
membimbing, melindungi, membina, memberikan teladan, memberikan
motivasi, memberikan bantuan, dan lain-lain.19
Wonogiri, Skripsi Sarjana Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2009, h. 2. 18
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Madrasah..., h. 83. 19
Abdullah Munir, Menjadi Kepala Sekolah Efektif..., h. 32.
15
Sedangkan kepala sekolah menurut Lazaruth yang di kutip oleh Nani
Suryani dalam skripsinya adalah pemimpin pendidikan yang mempunyai
peranan sangat besar dalam mengembangkan mutu pendidikan di sekolah.20
Dari pengertian kepala sekolah yang telah di kemukakan di atas, maka
dapat di simpulkan kepala sekolah adalah kemampuan seorang tenaga
fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah secara
profesional dalam menggerakkan segala sumber yang ada pada suatu
sekolah sehingga dapat di dayagunakan secara maksimal demi tercapainya
tujuan yang telah di tetapkan.
Menurut Sellis yang di kutip Mulyasa dalam bukunya Menjadi Kepala
Sekolah Profesional, untuk menjadi kepala sekolah yang profesional harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Mempunyai visi atau daya pandang yang mendalam tentang mutu yang
terpadu bagi lembaganya maupun bagi tenaga kependidikan dan peserta
didik.
2. Mempunyai komitmen yang jelas dalam proses peningkatan kualitas.
3. Mengkomunikasikan pesan yang berkaitan dengan kualitas.
4. Menjamin kebutuhan peserta didik sebagai perhatian kegiatan dan
kebijakan sekolah.
5. Dapat meyakinkan terhadap para peserta didik, orang tua, dan
masyarakat.
6. Pemimpin (kepala sekolah) mendukung pengembangan tenaga
kependidikan.
7. Tidak menyalahkan pihak lain jika ada masalah yang muncul tanpa di
landasi bukti yang kuat.
8. Pemimpin melakukan inovasi terhadap sekolah.
9. Menjamin struktur organisasi yang menggambarkan tanggung yang
jelas.
10. Mengembangkan komitmen untuk mencoba menghilangkan setiap
penghalang, baik yang bersifat organisasi maupun budaya.
11. Membangun tim kerja yang efektif.
12. Mengembangkan mekanisme yang cocok untuk melakukan monitoring
dan evaluasi.21
20
Nani Suryani, Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kepuasan
Kerja Guru Sma Negeri Di Kabupaten Kuningan, Skripsi Sarjana Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang, 2006, h. 9. 21
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional…, h. 86.
16
Kepala sekolah dalam mengelola lembaga pendidikan sekolah harus
mempunyai visi, misi serta komitmen yang jelas. Kepala sekolah juga
membangun tim kerja yang kompak, karena setiap lembaga pendidikan
tidak dapat berjalan dengan baik tanpa ada dukungan dari berbagai pihak,
begitupun dalam pengembangan tenaga kependidikan. Kepala sekolah juga
membangung komitmen kepada para tenaga kependidikannya.
Disamping itu kepala sekolah memiliki peran yang sangat kuat dalam
mengkordinasikan, menggerakkan dan menyerasikan semua sumber daya
pendidikan yang tersedia di sekolah. Kepemimpinan yang baik merupakan
salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk mewujudkan visi,
misi dan tujuan sekolahnya melalui program-program yang di laksanakan,
serta mempunyai kemampuan manajemen yang memadai agar bisa
mengambil inisiatif untuk meningkatkan mutu sekolah.
Zig Ziglar menyatakan yang di kutip oleh Abdullah Munir dalam
bukunya Menjadi Kepala Sekolah Efektif, bahwa ada beberapa aturan dan
pikiran dasar yang harus di pikirkan oleh pemimpin, dalam hal ini kepala
sekolah, bila ingin menjalin kerja sama yang baik dengan komunitas
lembaga, baik internal maupun eksternal, yaitu:
1. Pemimpin yang sensitif, efektif mengetahui bahwa untuk mendapatkan
kerja sama yang sebenarnya, dia harus mengetahui bahwa dia tidaklah
mengetahui segala sesuatu itu dengan secara sempurna.
2. Para pemimpin yang dinamis memahami bahwa semua orang dapat
bekerja sama dengan orang-orang yang setuju dengan mereka.
Pemimpin yang sebenarnya adalah mereka yang dapat bergaul, bekerja
sama, dan mencapai hasil produksi maksimum dengan orang-orang yang
tidak setuju dengan mereka.
3. Para pemimpin yang efektif mengembangkan kemampuan untuk
mengamati/memahami segala sesuatu dari perspektif orang lain. Mereka
memberikan keuntungan dari kerja sama, bukan meminta keuntungan.
4. Para pemimpin lembaga akan hati-hati merencanakan proyek-proyek
mereka dan memilih waktu dan tempat di mana ide-ide mereka dapat
diterima, dan mempresentasikan ide-ide tersebut dengan cara yang jelas
dan detail.
5. Pemimpin yang sukses memulai segala sesuatu dengan dasar pikiran
bahwa orang lain mungkin sebagian pendapatnya benar dan secara
konsekuen tidak menentang perbedaan pendapat dan ide tersebut. Dia
mengetahui bahwa ide tidak memperdulikan siapa pemiliknya atau siapa
17
yang akan menggunakannya, sehingga dia dapat memenangkan kerja
sama tersebut dengan pikiran terbuka. 22
Zig Ziglar juga memberikan sepuluh kunci (key log) untuk mencapai
kinerja manjemen yang baik, yaitu:
1. Perlihatkan kejujuran dan penghargaan yang tulus disetiap kesempatan dan
buatlah orang lain merasa penting.
2. Jangan mengkritik, menyalahkan, atau mengeluh.
3. Buatlah alasan bahwa Anda lebih besar dari ego.
4. Bekerjalah untuk perkembangan, bukan kesempurnaan.
5. Orientasikan diri Anda untuk menjadi penemu solusi, bukan berorientasi
ke masalah.
6. Investasikanlah waktu pada kegiatan-kegiatan yang dapat menghasilkan
keuntungan investasi sesuai dengan daftar prioritas, karena tanggung
jawab usaha saja tidak akan menghasilkan, karena hasil adalah alasan dari
suatu kegiatan.
7. Tanamkanlah tanggung jawab sebagai alasan yang baik untuk bekerja; dan
metodenya adalah disiplin.
8. Pahami dan terimalah kelemahan anda.
9. Buatlah daftar dan secara konstan menjalankannya.
10. Selalu perlihatkan kerendahan hati dan terimakasih Anda kepada orang
lain. 23
Semakin jelaslah disini bahwa seorang kepala sekolah / pemimpin
tidaklah dapat melakukan apapun sendirian, dan dia pun membutuhkan
bantuan orang lain/bawahan. Ziglar membuat kesimpulan bahwa ada
sepuluh aturan ”kemenangan ganda” bagi pembentukan kinerja tim yang
ideal ketika berhubungan dengan orang lain, yaitu:
1. Ingatlah bahwa senyum menjadi media sosial yang paling ampuh yang
kita miliki secara pribadi.
2. Mendengar adalah kemampuan yang paling disia-siakan didalam bisnis
(atau dirumah) sekarang ini. Orang yang mendengar, mengontrol hasil
akhir dari diskusi. Rangsanglah orang lain untuk berbicara, dan
kemudian secara sadar hilangkan seluruh hambatan atas kemampuan
mendengar Anda yang baik.
3. Berbicaralah tentang hal-hal yang menarik bagi lawan bicara kita. Anda
akan menemui keunikan dan kekhusuan dari setiap individu yang Anda
temui. Orang lain akan merasa tertarik bila di temukan seleranya, dan
periksalah sudut pandang orang lain.
22
Abdullah Munir, Menjadi Kepala Sekolah Efektif …, h. 35. 23
Abdullah Munir, Menjadi Kepala Sekolah Efektif…, h. 36.
18
4. Tanyalah pertanyaan yang telah Anda ketahui jawabannya dan Anda
akan melihat/memahami perspektif orang lain. Sebagian besar ide
adalah lebih cocok jika kira menemukannya sendiri. Orang-orang yang
benar-benar peduli kepada orang lain akan mengarah pada ”penemuan
jalan”.
5. "Apa yang anda bicarakan dengan sangat keras, saya tidak dapat
mendengarnya” Ingatlah untuk memberi contoh teladan tentang tingkah
laku dan tindakan yang Anda inginkan untuk ditiru orang lain.
6. Berikanlah tugas-tugas yang memungkinkan Anda untuk
memperlihatkan kepercayaan dan keyakinan Anda bahwa orang lain
akan sukses mengerjakan tugas-tugas tersebut.
7. Selalulah membuat permohonan/permintaan, dan jangan pernah
memberikan perintah.
8. Kembangkanlah kemampuan Anda untuk menggunakan cerita-cerita
naratif dan analogi yang bermakna, dan ini adalah media pembelajaran
yang sangat berguna.
9. Selalulah menghormati orang lain. Perlihatkan rasa hormat Anda dengan
cara selalu tepat waktu untuk setiap pertemuan atau memberitahukan
terlebih dahulu bila anda harus terlambat.
10. Balaslah telepon-telepon dan surat-surat secepatnya, tidak ada kata maaf
untuk menundanya.24
Dari definisi Kinerja dan Kepala Sekolah di atas, dapat di simpulkan
bahwa kinerja kepala sekolah adalah suatu prestasi, baik secara kualitatif
maupun kuantitatif, yang terukur dalam rangka untuk mencapai tujuan
lembaga sekolah yang telah di tetapkan secara bersama-sama sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawabnya. Adapun indikatornya adalah
kemampuan kepala sekolah dalam memimpin, mengawas dan
mengadministrasi.
3. Peran dan Fungsi Kepala Sekolah
Peranan kepala sekolah sangat penting dalam memberdayakan
masyarakat dan lingkungan sekitar, kepala sekolah merupakan kunci
keberhasilan yang harus menaruh perhatian tentang apa yang terjadi pada
peserta didik di sekolah dan apa yang di pikirkan orang tua dan masyarakat.
Kepala sekolah dituntut untuk senantiasa berusaha membina dan
24
Abdullah Munir, Menjadi Kepala Sekolah Efektif ..., h. 37-38.
19
mengembangkan hubungan kerja sama yang baik antara sekolah dan
masyarakat guna mewujudkan sekolah yang efektif dan efisien.
Lembaga pendidikan dalam hal ini sekolah dalam mencapai visi dan misi
yang telah di tentukan perlu di tunjang oleh kemampuan kepala sekolah
dalam menjalankan roda kepemimpinannya. Dalam perkembangan
selanjutnya, sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan
zaman, kepala sekolah sedikitnya harus mampu berperan dan berfungsi
sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator,
motivator, dan pencipta iklim kerja. Adapun peran dan fungsi kepala
sekolah sebagai berikut :
1) Kepala Sekolah Sebagai Edukator
Memahami arti pendidik tidak cukup dengan berpegang pada konotasi
yang tergantung dalam definisi pendidik, melainkan harus di pelajari
keterkaitannya dengan makna pendidikan, sasaran pendidikan,
bagaimana pendidikan itu di laksanakan. Arti atau definisi pendidikan
secara leksikal dapat digali dari berbagai sumber, antara lain sebagai
berikut. Pendidikan itu ialah pemberian bimbingan atau bantuan rohani
bagi yang masih memerlukan.25
Adapun pendidik adalah orang yang
mendidik. Sedangkan mendidik diartikan memberi latihan (ajaran,
pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran sehingga pendidikan
dapat diartikan proses pegubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau
sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan.26
Peranan kepala sekolah sebagai pendidik
apabila dikaitkan dengan sumber di atas sebagai seorang pendidik dia
harus mampu menanamkan, memajukan dan meningkatkan paling tidak
empat macam nilai, yaitu:
a. Mental, hal-hal yang berkaitan dengan sikap batin dan watak
manusia.
25
Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Press, 2005), h. 8. 26
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional,
Jakarta: Pusat Bahasa, 2008, h. 353
20
b. Moral, hal-hal yang berkaitan dengan ajaran baik buruk mengenai
perbuatan, sikap dan kewajiban atau moral yang diartikan sebagai
akhlak, budi pekerti dan kesusilaan.
c. Fisik, hal-hal yang berkaitan dengan kondisi jasmani atau badan,
kesehatan dan penampilan manusia secara lahiriah.
d. Artistik, hal-hal yang berkaitan dengan kepekaan manusia terhadap
seni dan keindahan.27
Wahyusumidjo menjelaskan tentang peranan Kepala Sekolah sebagai
pendidik. Sebagai seorang pendidik, Kepala Sekolah harus mampu
menanamkan, memajukan, dan meningkatkan nilai mental, moral, fisik
dan artistik kepada para guru atau tenaga fungsional yang lainnya,
tenaga administrasi (staf) dan kelompok para siswa atau peserta didik.
Untuk menanamkan peranannya ini Kepala Sekolah harus menunjukkan
sikap persuasif dan keteladanan.28
Sikap persuasif dan keteladanan
inilah yang akan mewarnai kepemimpinan termasuk didalamnya
pembinaan yang di lakukan oleh Kepala Sekolah terhadap guru yang ada
di sekolah tersebut. Kepala sekolah sebagai edukator, supervisor,
motivator yang harus melaksanakan pembinaan kepada para karyawan,
dan para guru di sekolah yang di pimpinnya karena faktor manusia
merupakan faktor sentral yang menentukan seluruh gerak aktivitas suatu
organisasi, walau secanggih apapun teknologi yang digunakan tetap
faktor manusia yang menentukannya.
Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan dan
guru merupakan pelaksana dan pengembang utama kurikulum di sekolah.
Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan adalah kurikulum,
karena kurikulum merupakan komponen pendidikan yang dijadikan
acuan oleh setiap satuan pendidikan baik oleh pengelola maupun
penyelenggara.29
Kepala sekolah yang menunjukkan komitmen tinggi
dan fokus terhadap pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar
27
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Madrasah ..., h. 124. 28
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Madrasah ..., h. 125. 29
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2007), h. 4.
21
mengajar di sekolahnya tentu saja akan sangat memperhatikan tingkat
kompetensi yang dimiliki gurunya, sekaligus juga akan senantiasa
berusaha memfasilitasi dan mendorong agar para guru dapat secara terus
menerus meningkatkan kompetensinya dan profesionalismenya, sehingga
kegiatan belajar mengajar dapat berjalan efektif dan efisien.
Sorang kepala sekolah harus memiliki strategi untuk meningkatkan
kompetensi dan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolahnya,
dengan cara menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberikan
nasehat kepada warga sekolah, memberikan dorongan kepada seluruh
tenaga kependidikan dan peserta didik, serta melaksanakan model
pembelajaran yang menarik.30
Selain upaya-upaya tersebut, kepala
sekolah sebagai edukator juga harus memiliki kemampuan untuk
membimbing guru, tenaga kependidikan, peserta didik, dan
mengembangkan tenaga kependidikan, mengikuti perkembangan IPTEK
dan memberi contoh dalam mengajar. Di samping itu kepala sekolah
dapat membagi wewenangnnya dengan para pegawainya dalam
pengelolaan pendidikan agar dapat efektif dan efesien.
2) Kepala Sekolah Sebagai Manajer
Kepala sekolah sebagai manajer mempunyai peran yang menentukan
dalam pengelolaan manajemen sekolah, berhasil tidaknya tujuan sekolah
dapat di pengaruhi bagaimana kepala sekolah menjalankan fungsi-fungsi
manajemen. Fungsi-fungsi manajemen tersebut adalah planning
(perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating (pergerakan),
dan controlling (pengontrolan). Adapun manajemen itu sendiri adalah
proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan
mengendalikan usaha anggota-anggota organisasi serta pendayagunaan
seluruh sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah
di tetapkan.31
30
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional…, h. 98. 31
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Madrasah ..., h. 94.
22
Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer,
"kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk
memperdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama, memberi
kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan
profesinya, dan mendorong ketertiban seluruh tenaga kependidikan
dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah".32
Dalam mengelola tenaga kependidikan, salah satu tugas yang harus
dilakukan kepala sekolah adalah melaksanakan kegiatan pemeliharaan
dan pengembangan profesi para guru. Dalam hal ini, kepala sekolah
seyogyanya dapat memfasilitasi dan memberikan kesempatan yang luas
kepada para guru untuk dapat melaksanakan kegiatan pengembangan
profesi melalui berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan, baik yang
dilaksanakan di sekolah, seperti : in house training, diskusi profesional
dan sebagainya, atau melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan di luar
sekolah, seperti : kesempatan melanjutkan pendidikan atau mengikuti
berbagai kegiatan pelatihan yang diselenggarakan pihak lain.
Menurut Hani Handoko "Kepala Sekolah sebagai menajer harus
mampu mengawasi dan bertanggung jawab atas kesatuan kerja
keseluruhan divisi yang mencakup atau beberapa kegiatan-kegiatan
fungsional dalam satuan kerja".33
Adapun menurut Mulyasa "Kepala
Sekolah sebagai manajer harus mampu memberdayakan tenaga
kependidikan melalui kerjasama yaitu dengan memberikan kesempatan
kepada tenaga kependidikan untuk meningkatkan kompetensinya, serta
mendorong para pendidik terlibat dalam berbagai kegiatan yang
menunjang program sekolah yaitu:
a) Memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama atau
kooperatif, dalam hal ini kepala sekolah harus mementingkan
kerja sama dengan tenaga kependidikan dan pihak lain yang
terkait dalam melaksanakan setiap kegiatan.
32
E.Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional…, h. 103. 33
T. Hani Handoko, Manajemen Edisi 2, (BPFE-Yogyakarta, 2003), h. 20.
23
b) Memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk
meningkatkan profesinya, sebagai manajer kepala sekolah harus
meningkatkan profesi secara persuasif dan dari hati ke hati.
c) Mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan, kepala
sekolah harus berusaha untuk mendorong keterlibatan semua
tenaga kependidikan dalam setiap kegiatan di sekolah. Dalam hal
ini kepala sekolah bisa berpedoman pada asas tujuan, asas
keunggulan, asas mupakat, asas kesatuan, asas persatuan, asas
empirisme, asas keakraban, dan asas integritas.34
3) Kepala Sekolah Sebagai Administrator
Kepala sekolah sebagai administrator memiliki hubungan yang sangat
erat dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat
pencatatan, penyusunan dan pendokumenan seluruh program sekolah.
Secara spesifik, kepala sekolah harus memiliki kemampuan untuk
mengelola kurikulum, mengelola administrasi peserta didik, mengelola
administrasi personalia, mengelola administrasi sarana dan prasarana,
mengelola administrasi kearsipan, dan mengelola administrasi keuangan.
Kegiatan tersebut perlu dilakukan secara efektif dan efesien agar dapat
menunjang produktivitas sekolah.35
Kepala sekolah adalah penanggung jawab pelaksanaan pendidikan
sekolah, termasuk di dalamnya adalah penanggung jawab pelaksanaan
administrasi sekolah. Adapun tugas kepala sekolah selaku administrator
menyelengarakan administrasi : 1) Perencanaan, 2) Pengorganaisasian, 3)
Pengarahan, 4) Pengkoordinasi, 5) Pengawasan, 6) Kurikulum, 7)
Kesiswaan, 8) Ketata Usahaan, 9) Ketenagaan, 10) Kantor, 11)
Keuangan, 12) Perpustakaan, 13) Laboratorium, 14) Ruang ketrampilan,
15) Bimbingan konseling, 16) UKS, 17) OSIS, 18) Serbaguna, 19)
Media, 20) Gudang, 7) K.36
Khusus yang berkenaan dengan pengelolaan keuangan, bahwa untuk
tercapainya peningkatan kompetensi guru tidak lepas dari faktor biaya.
Seberapa besar sekolah dapat mengalokasikan anggaran peningkatan
kompetensi guru tentunya akan mempengaruhi terhadap tingkat
kompetensi para gurunya. Oleh karena itu kepala sekolah seyogyanya
dapat mengalokasikan anggaran yang memadai bagi upaya peningkatan
kompetensi guru.
34
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional…, h. 103-104. 35
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional…, h. 107. 36
Anang27,TugasKepalaSekolah,http//www.smp5yogya.org/indo/indekl.php?utama
=tugas/tugas _kepala_sekolah. Html. 27 Oktober, 2008.
24
4) Kepala Sekolah Sebagai Supervisor
Dalam pelaksanaan peran dan fungsinya sebagai supervisor kepala
sekolah harus mampu melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian
yang merupakan control agar kegiatan pendidikan di sekolah terarah
pada tujuan yang telah di tetapkan. Pengawasan dan pengendalian juga
merupakan tindakan preventif untuk mencegah agar para tenaga
kependidikan tidak melakukan penyimpangan dan lebih berhati-hati
dalam melaksanakan pekerjaannya.
Dalam pelaksanaannya, kepala sekolah sebagai supervisor harus
memperhatikan prinsip-prinsip:
(1) Hubungan konsultatif, kolegial dan bukan hirarkis,
(2) Dilaksanakan secara demokratis,
(3) Berpusat pada tenaga kependidikan (guru),
(4) Dilakukan berdasarkan kebutuhan tenaga kependidikan (guru), dan
(5) Merupakan bantuan profesioanl.37
Kepala sekolah selaku supervisor bertugas menyelenggarakan
supervisi mengenai: proses belajar mengajar, kegiatan bimbingan dan
konseling, kegiatan ekstra kulikuler, kegiatan ketatausahaan, kegiatan
kerjasama dengan masyarakat dan instansi tertentu, kegiatan OSIS,
kegiatan sarana dan prasarana.38
Kepala sekolah sebagai supervisor dapat di lakukan secara efektif
antara lain melalui diskusi kelompok, kunjungan kelas, pembicaraan
individual, dan simulasi pembelajaran. Untuk mengetahui sejauh mana
guru mampu melaksanakan pembelajaran, secara berkala kepala sekolah
perlu melaksanakan kegiatan supervisi, yang dapat di lakukan melalui
kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara
langsung, terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode, media
yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Dari
hasil supervisi ini, dapat di ketahui kelemahan sekaligus keunggulan guru
37
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional…, h. 113. 38
Anang27,TugasKepalaSekolah,http//www.smp5yogya.org/indo/indekl.php?utama
= tugas/tugas _kepala_sekolah. Html. 27 Oktober, 2008.
25
dalam melaksanakan pembelajaran, tingkat penguasaan kompetensi guru
yang bersangkutan, selanjutnya di upayakan solusi, pembinaan dan
tindak lanjut tertentu sehingga guru dapat memperbaiki kekurangan yang
ada sekaligus mempertahankan keunggulannya dalam melaksanakan
pembelajaran.
5) Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin (Leader)
Kepala sekolah sebagai pemimpin harus mampu memberikan
petunjuk dan pengawasan, serta meningkatkan motivasi kerja tenaga
kependidikan. Adapun kemampuan yang harus di wujudkan kepala
sekolah sebagai leader dapat di analisis dari kepribadian, seperti:
pengetahuan terhadap kependidikan misalnya: memahami kondisi tenaga
kependidikan, memahami kondisi siswa, menyusun program tenaga
kependidikan, menerima masukan, saran dan kritikan dari berbagai pihak
untuk meningkatkan kepemimpinannya. Menganalisis visi dan misi
sekolah, seperti: melaksanakan program untuk mewujudkan visi dan misi
kedalam tindakan. Kemampuan mengambil keputusan, seperti:
mengambil keputusan untuk kepentingan internal dan eksternal sekolah.
Dan kemampuan berkomunikasi, seperti: berkomunikasi secara lisan
dengan tenaga kependidikan di sekolah dan orang tua serta masyarakat
lingkungan sekolah.39
Kunci keberhasilan sekolah terletak pada efisiensi dan efektivitasnya
penampilan seorang kepala sekolah. Betapa perlunya kualitas pemimpin
kepala sekolah, maka selalu di tekankan pentingnya kemampuan dasar
yang perlu di miliki oleh kepala sekolah yaitu: sebagai kader akan
tercermin sifat-sifat: jujur, percaya diri, tanggung jawab, berani
mengambil resiko dan keputusan, berjiwa besar, emosi yang stabil dan
teladan. Kepala sekolah hendaknya senantiasa mengembangkan diri agar
menjadi pemimpin pendidikan (Education Leader) yang profesional.
Profesional kepala sekolah juga ditunjukan dengan kemampuannya
39
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional…, h. 115-116.
26
membina dan meningkatkan moral kerja staff, ia harus memperhatikan
kesejahteraan anggota stafnya.40
Pengaruh masyarakat terhadap sekolah sebagai lembaga sosial, terasa
amat kuat dan berpengaruh kepada para individu-individu yang ada di
dalam lingkungan sekolah. Lingkungan di mana sekolah berada,
merupakan masyarakat yang bersifat kompleks, terdiri dari berbagai
macam tingkatan masyarakat yang saling melengkapi dan bersifat unik,
sebagai akibat latar belakang dimensi budaya yang beraneka ragam. Oleh
karena itu, perlu pertimbangan baik-baik dalam memperbaiki dan
mempertinnggi hubungan kerjasama antara sekolah dengan masyarakat
yaitu dengan melibatkan orang tua dan masyarakat serta isu-isu yang ada
yang di timbulkan dan bagaimana menyelesaikan isu-isu tersebut.
Kepemimpinan kepala sekolah dalam hal ini mempunyai peran
menentukan sebagai suatu kekuatan dan kewibawaan dalam
menghimpun dan menggerakkan segala sumber daya manusia, dana serta
dukungan politis dari segenap jajaran aparat pendidikan. Kepala sekolah
sebagai orang yang pertama yang mengemban tugas dan kewajiban yang
berat, karena merupakan penyelenggara dan penanggung jawab utama.
Kepala sekolah harus dapat mengarahkan dan mencurahkan segala
kemampuannya untuk kelancaran kegiatan belajar mengajar. Disamping
itu, kepala sekolah harus dapat membangkitkan suasana yang
menyenangkan, aman dan penuh semangat. Kepala sekolah juga harus
mampu mengembangkan guru untuk tumbuh dalam kepemimpinannya.
Kepala sekolah bukan hanya berfungsi sebagai kepala, tetapi juga
sebagai seorang pemimpin.
Keberhasilan manajemen di tentukan oleh efektivitas kepemimpinan,
karena kepemimipinan adalah inti dari manajemen. Seorang kepala
sekolah harus memilih dan melaksanakan kepemimpinannya dengan baik
40
Umiyati, Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Fasilitas Sekolah
Terhadap Semangat Kerja Guru di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Se Kecamatan
Pringapus Kabupaten Semarang, Skripsi Sarjana Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2008, h. 4-5
27
agar memperoleh kesuksesan dalam menjalankan tugasnya. Keberhasilan
sekolah adalah keberhasilan kepala sekolah. Kepala sekolah adalah
jabatan pimpinan yang tidak bisa diisi oleh orang-orang tanpa di
dasarkan oleh pertimbangan–pertimbangan sekaligus sebagai pemimpin
pendidikan yang mempunyai peranan sangat besar dalam
mengembangkan mutu pendidikan sekolah. Perkembangan semangat
kerja, kerjasama yang harmonis, niat terhadap pendidikan, suasana kerja
yang menyenangkan dan perkembangan mutu profesional di antara para
guru banyak di tentukan oleh kualitas kepemimpinan kepala sekolah.
Menurut Wahjosumidjo "Kepala Sekolah sebagai pemimpin harus
dapat mempengaruhi dan meyakinkan bawahannya agar mereka
mempunyai kemauan sesuai dengan kemampuannya untuk melakukan
pekerjaannya secara maksimal agar mencapai tujuan organisasi
pendidikan".41
Kaitannya kinerja kepala sekolah tidak hanya sebagai
pemimpin, tetapi harus dapat menjalankan peran dan fungsinya sebagai
manajer untuk mencapai profesionalisme kepala sekolah itu sendiri dan
menjadi tauladan bagi para bawahannya.
Kepala Sekolah sebagai pemimpin dalam menjalankan fungsi
kepemimpinan yaitu sebagai (1) Perintis (pathfinding) di mana sang
pemimpin memahami kebutuhan utama para stakeholder-nya, misi dan
nilai-nilai yang dianut, serta yang berkaitan dengan visi dan strategi,
yaitu ke mana lembaga tersebut akan dibawa dan bagaimana caranya
agar tercapai tujuan yang telah di tentukan. (2) Penyelaras (aligning)
berkaitan dengan bagaimana seorang pemimpin menyelaraskan
keseluruhan sistem dalam organisasi agar mampu bekerja dan saling
sinergis. Sang pemimpin (kepala sekolah) harus memahami betul apa
saja bagian-bagian dalam sistem organisasi tersebut. Kemudian, ia
menyelaraskan bagian-bagian tersebut agar sesuai dengan strategi untuk
mencapai visi yang telah digariskan. (3) Pemberdaya (empowering)
berhubungan dengan upaya pemimpin untuk menumbuhkan lingkungan
41
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Madrasah..., h. 105.
28
agar setiap orang dalam organisasi mampu melakukan yang terbaik dan
selalu mempunyai komitmen yang kuat. Di mana seorang pemimpin
harus memahami sifat pekerjaan atau tugas yang di embannya. Ia juga
juga harus memahami dan mendelegasikan seberapa besar tanggung
jawab dan otoritas yang harus di miliki oleh setiap bawahan yang
dipimpinnya. Siapa mengerjakan apa. Untuk alasan apa mereka
mengerjakan pekerjaan tersebut. Bagaimana caranya. Dukungan sumber
daya apa saja yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut
dan bagaimana akuntabilitasnya. (4) Panutan (modeling) yaitu,
bagaimana agar pemimpin dapat menjadi panutan bagi para bawahanya.
Bagaimana dia bertanggung jawab atas tutur kata, sikap, prilaku, dan
keputusan-keputusan yang di ambilnya. Dan sejauh mana dia melakukan
apa yang telah di katakannya.42
6) Kepala Sekolah Sebagai Innovator
Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai innovator,
kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin
hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru,
mengintegrasikan setiap kegiatan, memberi teladan kepada seluruh
tenaga kependidikan di sekolah, dan mengembangkan model-model
pembelajaran yang innovatif. Kepala sekolah sebagai innovator akan
tercermin dari cara-cara ia melakukan pekerjaannya secara konstruktif,
kreatif, delegatif, integratif, rasional dan objektif, pragmatis, keteladanan,
disiplin, serta adaptabel dan fleksibel. Dan kepala sekolah sebagai
innovator harus mampu mencari, menemukan, dan melaksanakan,
berbagai pembaharuan di sekolah.43
42
Muhammad Syafii Antonio, The Super Leader Super Manajer, (Tazkia
Multimedia & ProLM Centre, Jakarta. 2008), h. 20-21. 43
E.Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah…, h. 118.
29
7) Kepala Sekolah Sebagai Motivator
Kepala sekolah sebagai motivator, harus memiliki strategi yang tepat
untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam
melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat
ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana
kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif, dan penyediaan
berbagai sumber belajar melalui pengembangan pusat sumber belajar
(PSB).44
8) Kepala Sekolah Sebagai Pencipta Iklim Kerja
Budaya dan iklim kerja yang kondusif akan memungkinkan setiap
guru lebih termotivasi untuk menunjukkan kinerjanya secara unggul,
yang disertai usaha untuk meningkatkan kompetensinya. Oleh karena itu,
dalam upaya menciptakan budaya dan iklim kerja yang kondusif, kepala
sekolah hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :
(1) para guru akan bekerja lebih giat apabila kegiatan yang di lakukannya
menarik dan menyenangkan, (2) tujuan kegiatan perlu disusun dengan
dengan jelas dan diinformasikan kepada para guru sehingga mereka
mengetahui tujuan dia bekerja, para guru juga dapat dilibatkan dalam
penyusunan tujuan tersebut, (3) para guru harus selalu diberitahu tentang
dari setiap pekerjaannya, (4) pemberian hadiah lebih baik dari hukuman,
namun sewaktu-waktu hukuman juga di perlukan, (5) usahakan untuk
memenuhi kebutuhan sosio-psiko-fisik guru, sehingga memperoleh
kepuasan.45
4. Tugas dan Tangung Jawab Kepala Sekolah
Dengan berjalan otonomi sekolah, maka peran seorang pimpinan dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya pada suatu organisasi akan
semakin dominan, sehingga seorang pimpinan di tuntut untuk dapat
menggerakkan bawahannya agar mau dan mampu bekerja keras dalam
mewujudkan tujuan organisasi, karena baik buruknya organisasi sering
44
E.Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah…, h. 120. 45
E.Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah…, h. 122.
30
sekali sebagian besar tergantung pada pemimpin, dimana salah satunya
dengan komunikasi yang efektif dan efisien. Program-program yang telah di
tetapkan, agar dapat berjalan dengan baik, harus dilakukan pengontrolan
pada bidang masing-masing. Untuk melaksanakan peran tersebut, di
perlukan kepemimpinan kepala sekolah yang komunikatif dan sesuai
dengan situasi sehingga bawahan dapat menjalankan tugasnya dengan
sebaik-baiknya.
Kemampuan kepala sekolah dalam berkomunikasi, seperti:
berkomunikasi secara lisan dengan tenaga kependidikan di sekolah dan
orang tua serta masyarakat lingkungan sekolah.
Berkenaan komunikasi kepemimpinan kepala sekolah yang merupakan
aktivitas penyampaian pesan, informasi, dan tugas (secara verbal ataupun
non verbal) melalui media tertentu yang di lakukan oleh seorang pemimpin
kepada bawahannya dengan tujuan tertentu. Terkait dengan komunikasi
verbal yang merupakan komunikasi yang menggunakan simbol-simbol atau
kata-kata, baik yang dinyatakan secara oral atau lisan maupun secara
tulisan. Dan komunikasi nonverbal yang melalui pertukaran dan penciptaan
pesan dengan tidak menggunakan kata-kata.46
Kepala Sekolah mempunyai peranan yang sangat berpengaruh di
lingkungan sekolah yang menjadi tanggung jawabnya. Tugas kepala sekolah
selaku pimpinan adalah membantu para guru mengembangkan kesanggupan
mereka secara maksimal dan menciptakan suasana hidup sekolah yang
sehat, mendorong guru-guru, pegawai tata usaha, murid-murid dan orang
tua untuk mempersatukan kehendak pikiran dan tindakan dalam kegiatan
kerjasama yang efektif bagi tercapainya tujuan-tujuan sekolah
Kepala sekolah sebagai orang yang pertama yang mengemban tugas dan
memiliki kewajiban yang berat, karena merupakan penyelenggara dan
penanggung jawab utama. Kepala sekolah harus dapat mengarahkan dan
mencurahkan segala kemampuannya untuk kelancaran kegiatan belajar
mengajar. Di samping itu, kepala sekolah harus dapat membangkitkan
46
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 95&130.
31
suasana yang menyenangkan, aman dan penuh semangat. Kepala sekolah
juga harus mampu mengembangkan guru dan yang lainnya untuk tumbuh
dalam kepemimpinannya. Kepala sekolah bukan hanya berfungsi sebagai
kepala, tetapi juga sebagai seorang pemimpin.
Kemampuan kepemimpinan kepala sekolah merupakan faktor penentu
utama pemberdayaan bawahan dan peningkatan mutu. Kepala sekolah
adalah orang yang bertanggung jawab apakah guru dan staf sekolah dapat
bekerja secara optimal. Kultur sekolah dan kultur pembelajaran juga di
bangun oleh gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam berinteraksi dengan
komunitasnya (Kepala sekolah, guru, dan staf).
Besarnya tanggung jawab kepala sekolah di gambarkan oleh Sergiovani,
Burlingame, Coombs, dan Thurston (1987) dalam Danim (2003:197),
bahwa kepala sekolah untuk jenjang dan jenis sekolah apapun, merupakan
orang yang memiliki tanggung jawab utama, yaitu apakah guru dan staf
dapat bekerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Tugas-tugas kepala
sekolah bersifat ganda, yang satu sama lain memiliki kaitan erat, baik
langsung atau tidak langsung.47
5. Keterampilan Kepala Sekolah
Keterampilan memainkan peranan penting sekali dalam prilaku
individual dan performa. Ada tiga keterampilan yang harus di miliki oleh
kepala sekolah sebagai manajer, yaitu:
(1) Teknical Skills
a. Menguasai pengetahuan tentang metode, proses, prosedur, dan
teknik untuk melaksanakan kegiatan khusus.
b. Kemampuan untuk memanfaatkan serta memberdayakan sarana,
peralatan yang di perlukan dalam mendukung kegiatan yang bersifat
khusus tersebut.
(2) Human Skills
a. Kemampuan untuk memahami prilaku manusia dalam proses kerja
sama.
47
Dodo Suwanda, Peranan danTugas Kepala Sekolah dan Guru, http://dossuwanda.
Wordpress.com. 7 April 2009.
32
b. Kemampuan untuk memahami isi hati, sikap dan motif orang lain,
mengapa mereka berkata dan berprilaku.
c. Kemampuan untuk berkomunikasi secara jelas dan efektif.
d. Kemampuan menciptakan kerja sama yang efektif, kooperatif,
praktis, dan diplomatis.
e. Mampu berprilaku yang dapat diterima.
(3) Conceptual Skills
a. Kemampuan analisis.
b. Kemampuan berfikir rasional.
c. Ahli dan cakap dalam berbagai macam konsepsi.
d. Mampu menganalisis berbagai kejadian, serta mampu memahami
berbagai kecenderungan.
e. Mampu mengantisipasikan perintah.
f. Mampu mengenal macam-macam kesempatan dan problem-problem
sosial.48
Dalam posisinya sebagai administrator dan manajer pendidikan, kepala
sekolah di harapkan memiliki kemampuan profesional dan ketrampilan yang
memadai. Ketrampilan–ketrampilan yang diperlukan dalam mencapai
keberhasilan sekolah, yaitu ketrampilan konseptual, ketrampilan hubungan
dan ketrampilan tehnikal. Ketrampilan konseptual meliputi; kemampuan
melihat sekolah dan semua program pendidikan sebagai suatu keseluruhan.
Ketrampilan hubungan manusia meliputi; kemampuan menjalin hubungan
kerjasama secara efektif dan efisien dengan personel sekolah, baik secara
perorangan maupun kelompok. Keterampilan tehnikal merupakan
kecakapan dan keahlihan yang harus di miliki kepala sekolah meliputi
metode-metode, proses-proses, prosedur dan tehnik pengelolahan kelas.
Dengan kemampuan profesional dalam manajemen pendidikan, kepala
sekolah di harapkan dapat menyusun program sekolah yang efektif,
menciptakan iklim sekolah yang kondusif dan membangun unjuk kerja
personel sekolah serta dapat membimbing guru melaksanakan proses
pembelajaran. Di sekolah, kepala sekolah senantiasa berinteraksi dengan
para bawahannya, memonitor dan menilai kegiatan mereka sehari-hari.
Rendahnya kinerja para bawahan akan berpengaruh terhadap pelaksanaan
48
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Madrasah…, h. 101-102.
33
tugas yang pada gilirannya akan berpengaruh pula terhadap pencapaian
tujuan pendidikan. Rendahnya kinerja bawahan harus di identifikasi
penyebabnya. Pada kondisi semacam ini, kepala sekolah memegang peranan
penting, karena dapat memberikan iklim yang memungkinkan bagi para
bawahan untuk bekerja dan berkarya dengan penuh semangat. Dengan
ketrampilan manajerial yang di miliki, kepala sekolah membangun dan
mempertahankan kinerja bawahannya yang positif.
C. Kerangka Berfikir
Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukan di atas, mengenai
bagaimana persepsi guru tentang kinerja kepala sekolah, pada hakikatnya
persepsi adalah proses penerimaan, pengorganisasian, dan penafsiran dari
stimulus yang di terima individu, melalui alat inderanya. Syarat-syarat yang
perlu di perhatikan dalam mengadakan persepsi yaitu dengan adanya objek
yang di persepsikan, alat indera untuk menerima stimulus dan adanya perhatian
dari individu itu sendiri, karena tanpa perhatian tidak akan terjadi persepsi.
Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin di anggap mempunyai kinerja
yang baik apabila ia memiliki kemampuan yang dapat mempengaruhi
bawahannya secara positif sehingga bawahan dengan senang hati mau dan
mampu bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Ia mampu menunjukan
rasa komitmennya terhadap tujuan dan nilai-nilai oraganisasi. Juga mempunyai
integritas yang tinggi baik terhadap organisasi maupun terhadap sesama. Selain
itu, ia mampu memotivasi dirinya sendiri maupun bawahanya, serta mampu
menghadapi perbedaan-perbedaan yang terjadi dalam organisasi.
Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat di tentukan oleh keberhasilan
kepala sekolah dalam mengelola tenaga kependidikan yang tersedia di sekolah.
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang berpengaruh
dalam meningkatkan kinerja para bawahannya. Kepala sekolah bertanggung
jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah,
pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta
pemeliharaan sarana dan prasarana. Hal tersebut menjadi lebih penting sejalan
34
dengan semakin kompleksnya tuntutan tugas kepala sekolah, yang
menghendaki dukungan kinerja yang semakin efektif dan efisien.
Kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi yang sangat berpengaruh dan
menentukan kemajuan sekolah harus memiliki kemampuan administrasi,
memiliki komitmen tinggi, dan luwes dalam melaksanakan tugasnya.
Kepemimpinan kepala sekolah yang baik harus dapat mengupayakan
peningkatan kinerja guru melalui program pembinaan kemampuan tenaga
kependidikan. Oleh karena itu kepala sekolah harus mempunyai kepribadian
atau sifat-sifat dan kemampuan serta keterampilan-keterampilan untuk
memimpin sebuah lembaga pendidikan. Dalam perannya sebagai seorang
pemimpin, kepala sekolah harus dapat memperhatikan kebutuhan dan perasaan
orang-orang yang bekerja sehingga kinerja guru selalu terjaga.
Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi kepala sekolah tidak cukup dilakukan
dalam kapasitas kepala sekolah sebagai pemimpin, melainkan juga hanya
dilakukan oleh mereka yang memiliki sifat-sifat kempemimpinan. Hanya
kepala sekolah yang memiliki sifat-sifat kepemimpinanlah yang mampu
bekerja dengan atau melalui orang lain. Jika tidak seperti itu, maka seorang
kepala sekolah akan bekerja sendiri. Apa-apa yang menjadi tugas pokok dan
fungsinya di kerjakan sendiri, tidak mampu memberdayakan guru dan staf, dan
anggota komunitas sekolah secara keseluruhan. Praktik kerja seperti ini hanya
diakukan oleh kepala sekolah yang otoriter, tidak memiliki kepercayaan
terhadap guru dan staf.
Dengan demikian kepala sekolah berkewajiban untuk membina guru, staf,
dan menghilangkan sikap otoriter demi meningkatkan pelayanan pendidikan
dalam arti berusaha untuk meningkatkan pelaksanaan pengelolaan pendidikan,
dengan cara mengelola kinerja secara efektif baik kinerja individu atau kinerja
tim untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan sesuai dengan visi dan
misi lembaga pendidikan di SMA Negeri 10 Cipondoh Kota Tangerang.
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui bagaimana persepsi guru tentang kinerja kepala sekolah
di SMA Negeri 10 Cipondoh Kota Tangerang.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 10 Cipondoh Kota Tangerang,
sedangkan yang menjadi responden adalah guru-guru di SMA Negeri 10
Cipodoh Kota Tangerang. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei
2010.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif deskriptif analisis yaitu
dengan menjelaskan dan menggambarkan secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat objek penelitian. Dimana objek
penelitian ini mengenai persepsi guru tentang kinerja Kepala SMA Negeri 10
Cipondoh Kota Tangerang.
36
D. Populasi dan Sampel
Populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh
peneliti untuk di pelajari dan di tarik kesimpulannya.1 Sedangkan menurut S.
Margono, populasi merupakan “keseluruhan obyek penelitian yang terdiri
dari manusia, hewan, benda-benda, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes
atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di
dalam suatu penelitian”.2 Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen
yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian
populasi. Dalam penelitian ini, subjek populasi adalah guru negeri pada SMA
Negeri 10 Cipondoh Kota Tangerang. Adapun jumlah guru negeri pada SMA
Negeri 10 tersebut sebanyak 50 orang sampel.
Sedangkan sampel ialah “bagian dari jumlah dan karakteristik yang di
miliki oleh populasi”.3 Sedangkan menurut Nurul Zuriah, sampel adalah
“bagian dari populasi sebagai contoh (master) yang diambil dengan
menggunakan cara-cara tertentu”.4 Untuk mempermudah proses penetapan
sampel, penulis berpedoman kepada pendapat Suharsimi Arikunto yang
menyatakan bahwa “Apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil
semuanya sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. 5
Selanjutnya jika subyeknya lebih dari 100 dapat diambil antara 10 % - 15 %
atau 20 % - 25 % atau lebih”.
1 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2006), h. 117.
2 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. RINEKA CIPTA, 2004), h.
118. 3 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan…, h. 118.
4 Nurul Zuriyah, metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007),
h. 119. 5 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT RINEKA
CIPTA, 2002), h. 113.
37
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan proses pengadaan data untuk keperluan
suatu penelitian yang merupakan langkah penting dalam metode ilmiah.
Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang di butuhkan
dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Untuk memperoleh data dalam
penelitian ini, teknik pengumpulan data yang penulis gunakan pada penelitian
ini, sebagai berikut:
1. Studi Dokumentasi
Teknik ini merupakan penelaahan terhadap referensi-referensi yang
berhubungan dengan fokus permasalahan penelitian. Dokumentasi ini
dilakukan untuk memperoleh data tentang profil kepala sekolah, sejarah
berdirinya sekolah, struktur organisasi, visi, misi, dan tujuan sekolah serta
keadaan guru, siswa dan sarana prasarana sekolah.
2. Kuesioner
Kuesioner/Angket adalah pengumpulan data yang mengunakan angket
dengan memberikan beberapa pernyataan atau pertanyaan disertai pilihan
jawaban yang telah disediakan. Angket ini diberikan kepada responden yang
berjumlah 50 orang. Instrument ini disusun dalam bentuk pernyataan positif
dan negatif.
3. Wawancara
Melakukan pengamatan dan pencatatan yang sitematis terhadap gejala-
gejala yang diteliti dan melakukan dialog tanya jawab (wawancara) yang
dilakukan oleh peneliti dengan wakil kepala SMAN 10 Cipondoh Kota
Tangerang untuk memperoleh informasi atau data yang diperlukan dalam
penelitian ini.
4. Studi Pustaka
Studi pustaka adalah teknik pengumpulan data dengan melihat refrensi
atau literatur yang berhubungan dengan objek penelitian.
38
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang sudah di peroleh diuraikan dengan keterangan
agar data tersebut dapat di pahami oleh penulis dan orang lain yang akan
mengetahui hasil penelitian ini. Untuk mengolah data hasil penelitian, penulis
melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Editing
Pada tahap ini penulis mengecek kelengkapan dan kebenaran pengisian
angket agar terhindar dari kekeliruan atau kesalahan.
2. Skoring
Penulis memberikan skor terhadap butir-butir pernyataan yang terdapat
dalam angket dengan Skala Linkert. Skala Linkert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang
tentang fenomena sosial.6 Butir jawaban yang terdapat dalam angket ada 5
yaitu SS (sangat setuju), S (Setuju), RR (ragu-ragu), TS (tidak setuju),
STS (sangat tidak setuju). Maka skor yang diberikan penulis untuk
pernyataan positif yaitu: 5 untuk SS, 4 untuk S, 3 untuk RR, dan 2 untuk
TS, dan 1 untuk STS. Sedangkan untuk kategori pernyataan negatif,
masing-masing diberi bobot 1 untuk SS, 2 untuk S, 3 untuk RR, 4 untuk
TS, dan 5 untuk STS.
Teknik analisis data merupakan proses penyederhanaan data ke dalam
bentuk yang mudah dibaca dan di interpretasikan. Penelitian ini
menggunakan analisis kualitatif dekriptif yaitu suatu teknik analisis data yang
analisisnya dilakukan dengan memberi gambaran peristiwa yang terjadi yang
berkaitan dengan persepsi guru tentang kinera kepala sekolah. Adapun
metode yang digunakan peneliti adalah metode kualitatif deskriptif analisis.
Setelah data atau informasi diperoleh dari lapangan, langkah selanjutnya
adalah mengklasifikasikan, mengolah dan menganalisis serta menjelaskan
data yang kemudian hasilnya diambil dan di jadikan sebagai kesimpulan.
6 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Jakarta: CV. Alrfabeta,
2009). Cet. Ke-7, h. 93.
39
Dalam penghitungan data yang penulis dapatkan, penulis akan menghitung
rumus distribusi frekuensi relatif, yaitu:
Ket : P = Angka persentase
F = Number of Case (jumlah frekuensi/banyaknya individu
N = Jumlah responden7
Setelah di dapat hasil prosentase dari angket yang telah di sebarkan kepada
guru-guru SMAN 10 Cipondoh Kota Tangerang, maka untuk menentukan
katagori penilaian dari hasil pelitian tersebut, peneliti menentukan kriteria
penilaian data-data kualitatif berdasarkan nilai-nilai angket, yakni sebagai
berikut:
Tabel 1.1
Kriteria Penilian Data 8
No Persentase Penafsiran
1 81 - 100% Sangat Baik
2 61 – 80% Baik
3 41 – 60% Cukup Baik
4 21 – 40% Tidak baik
5 0 – 20% Sangat Tidak Baik
7 Anas sudiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h.
43. 8 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: PT Rieneka Cipta, 2005), h. 44.
F P = x 100 %
N
40
G. Instrument Penelitian
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan teknik skala likert yaitu teknik yang memberikan suatu nilai
skala untuk tiap alternatif jawaban dari lima katagori. Dengan demikian
instrumen itu akan menghasilkan total skor bagi tiap responden. Berdasarkan
sudut pandang tertentu, semua pernyataan yang memilih alternatif-alternatif
dibawah ini diberi skor sebagai berikut: misalnya sangat setuju nilainya 5,
setuju nilainya 4, tidak menjawab/memutuskan (ragu-ragu) nilainya 3, tidak
setuju nilainya 2, dan sangat tidak setuju nilainya 1.9
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini merupakan instrumen
yang dibuat dan di kembangkan sendiri dengan melalui beberapa tahapan.
Tahapan-tahapan tersebut dilakukan untuk mendapatkan instrumen yang valid
dan reliabel serta representatif terhadap variabel penelitian.
Tahapan-tahapan tersebut, adalah: pertama, pengkajian teori yang
berkaitan dengan variabel yang diteliti sehingga dapat ditentukan konstruk
dari variabel tersebut. Kedua, penentuan indikator dari variabel yang di teliti.
Ketiga, penyusunan kisi-kisi instrumen. Keempat, penyusunan item-item
pernyataan, kemudian dilanjutkan dengan penetapan skala penilaiannya.
Keenam, penentuan item-item instrumen yang akan digunakan untuk
mengambil data di lapangan,
Untuk memberikan batasan yang jelas dalam penyusunan instrumen,
berikut ini di kemukakan definisi konseptual dan definisi operasional kinerja
kepala sekolah.
9 Siti Nurlaela, Persepsi Guru Tentang Kinerja Kepala Sekolah Dalam Pengelolaan
Pendidikan, Skripsi Sarjana Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2009, h. 28.
41
1. Kinerja Kepala Sekolah
a. Definisi Konseptual
Kinerja kepala sekolah adalah suatu prestasi, baik secara kualitatif
maupun kuantitatif yang terukur dalam rangka untuk mencapai tujuan
organisasi sekolah yang telah di tetapkan secara bersama-sama sesuai
dengan wewenang dan tanggung jawabnya. Adapun bayangan
indikatornya adalah kemampuan kepala sekolah dalam : memimpin,
mengadministrsi dan mengawas.
b. Definisi Operasional
Kinerja kepala sekolah adalah skor responden yang di peroleh melalui
angket sehingga dapat menggambarkan baik tidaknya kinerja kepala
sekolah yang mempunyai lima alternatif - alternatif pernyataan. Adapun
alternatif jawaban dari pernyataan terdiri dari; Sangat setuju, setuju, ragu-
ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Adapun skor yang diberikan
penulis untuk pernyataan positif yaitu: 5 untuk SS, 4 untuk S, 3 untuk
RR, dan 2 untuk TS, dan 1 untuk STS. Sedangkan untuk kategori
pernyataan negatif, masing-masing diberi bobot 1 untuk SS, 2 untuk S, 3
untuk RR, 4 untuk TS, dan 5 untuk STS. Untuk lebih jelasnya dapat di
lihat di bawah ini.
Tabel 1.2
Skor Penilaian
Responden hanya memilih satu dari lima alternatif jawaban tersebut,
sesuai dengan pendapat / keadaan sebenarnya.
No. Alternatif Jawaban Bobot Skor (+) Bobot Skor (-)
1. Sangat setuju 5 1
2. Setuju 4 2
3. Ragu-ragu 3 3
4. Tidak setuju 2 4
5. Sangat tidak setuju 1 5
42
2. Kisi-kisi Instrumen (Persepsi guru tentang kinerja kepala SMAN 10
Cipondoh Kota Tangerang)
Tabel 1.3
Kisi-kisi Istrumen
No. Indikator Nomor
Butir Jumlah
1 Memimpin 1. Mampu menyusun
perencanaan sekolah dengan baik 2. Mampu menggerakkan bawahan untuk mencapai tujuan sekolah 3. Kemampuan kepala
sekolah dalam memimpin sesuai dengan harapan bawahan sehingga menjadi panutan bagi meraka 4. Melakukan
kerjasama yang baik antara pimpinan dan bawahan 5. Kemampuan kepala sekolah dalam berkomunikasi dengan baik terhadap para
bawahan 6. Mampu mengarahkan bawahan untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik 7. Mampu memberikan
penghargaan terhadap bawahan yang berprestasi
1
2-3
4-6
7
8
9
10
1
2
3
1
1
1
1
2 Mengadministrasi 8.Mampu mendokumentasikan kegiatan-kegiatan organisasi sekolah
11
1
43
9. Mampu mengelola
keuangan dan kurikulum berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah di tetapkan 10. Mampu menerima saran dan kritik yang membangun dalam mengadakan
pengawasan 11. Menjaga dan mengurusi sarana dan prasaran sekolah
12-13
14
15
2
1
1
3 Mengawas 12. Membahas hasil pengawasan kepada bawahan 13. Kemampuan kepala sekolah dalam melakukan supervisi secara rutin 14. Melakukan
pengontrolan untuk mengetahui keadaan kelas pada KBM 15. Mampu membantu guru dalam mengatasi masalah belajar mengajar 16. Kemampuan melakukan hubungan yang baik dengan sekolah mapun dengan masyarakat
16
17
18
19
20
1
1
1
1
1
Total 20