manfaat farmakoekonomi

9
Manfaat dan Kekurangan Farmakoekonomi Manfaat yang dapat diperoleh dengan penerapan farmakoekonomi antara lain: 1. Memberikan pelayanan maksimal dengan biaya yang terjangkau. Seiring dengan perkembangan zaman, maka pengetahuan yang berkaitan dengan penyakit sudah semakin berkembang. Pengetahuan tentang pengobatan terhadap penyakit-penyakit tertentu pun tidak ketinggalan, dimana saat ini untuk suatu penyakit tertentu telah tersedia berbagai macam obat untuk menyembuhkan ataupun sekedar meredakan simptom penyakit tersebut. Hal ini memberikan manfaat, yaitu terdapat banyak pilihan obat yang dapat diberikan untuk tindakan terapi bagi pasien. Namun, banyaknya pilihan terapi ini tidak akan bermanfaat apabila ternyata pasien tidak sanggup membeli karena harganya yang mahal. Oleh karena itu, pertimbangan farmakoekonomi dalam menentukan terapi yang akan diberikan kepada pasien sangat diperlukan, misalnya dengan penggunaan obat generik. Di Indonesia khususnya, telah terdapat 232 jenis obat generik yang diregulasi dan disubsidi oleh pemerintah dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan dengan obat patennya. 2. Angka kesembuhan meningkat. Angka kesehatan meningkat dan angka kematian menurun.

description

manfaat, kekurangan dan kegunaan farmakoekonomi dalam bidang kedokteran

Transcript of manfaat farmakoekonomi

Manfaat dan Kekurangan Farmakoekonomi

Manfaat yang dapat diperoleh dengan penerapan farmakoekonomi antara lain:

1. Memberikan pelayanan maksimal dengan biaya yang terjangkau.

Seiring dengan perkembangan zaman, maka pengetahuan yang berkaitan dengan penyakit

sudah semakin berkembang. Pengetahuan tentang pengobatan terhadap penyakit-penyakit

tertentu pun tidak ketinggalan, dimana saat ini untuk suatu penyakit tertentu telah tersedia

berbagai macam obat untuk menyembuhkan ataupun sekedar meredakan simptom

penyakit tersebut.

Hal ini memberikan manfaat, yaitu terdapat banyak pilihan obat yang dapat diberikan

untuk tindakan terapi bagi pasien. Namun, banyaknya pilihan terapi ini tidak akan

bermanfaat apabila ternyata pasien tidak sanggup membeli karena harganya yang mahal.

Oleh karena itu, pertimbangan farmakoekonomi dalam menentukan terapi yang akan

diberikan kepada pasien sangat diperlukan, misalnya dengan penggunaan obat generik. Di

Indonesia khususnya, telah terdapat 232 jenis obat generik yang diregulasi dan disubsidi

oleh pemerintah dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan dengan obat

patennya.

2. Angka kesembuhan meningkat. Angka kesehatan meningkat dan angka kematian menurun.

Terapi yang diberikan oleh dokter akan berhasil apabila pasien patuh terhadap

pengobatan penyakitnya. Kepatuhan ini salah satunya dipengaruhi oleh faktor ekonomi.

Misalnya saja harga obat yang diresepkan oleh dokter terlalu mahal maka pasien tidak

akan sanggup membeli dan tentu saja tidak dapat mengkonsumsi obatnya. Dan sebaliknya

apabila harga obat terjangkau, maka pasien dapat mengkonsumsi obatnya dan mengalami

kesembuhan.

Selain itu ketepatan dokter dalam memilih terapi yang tepat untuk penyakit pasien atau

berdasarkan Evidense Based Medicine juga berpengaruh. Misalnya saja dokter hanya

memberikan obat yang sifatnya simptomatis kepada pasien, tentu saja penyakit pasien

tidak sembuh dan harus kembali berobat dan biaya yang dikeluarkan untuk mencapai

kesembuhan semakin besar.

3. Menghindari tuntutan dar pihak pasien dan asuransi terhadap dokter dan rumah sakit

karena pengobatan yang mahal.

Saat ini telah terjadi perubahan paradigma dalam masyarakat, dimana jasa pelayanan

kesehatan tidak berbeda dengan komoditas jasa lain. Perubahan paradigma ini mengubah

hubungan antara pasien, dokter, dan lembaga pelayanan kesehatan seperti rumah sakit.

Seorang pasien menjadi semakin kritis dan ingin tahu untuk apa saja ia membayar,

termasuk dalam hal obat-obatan atau terapi serta pemeriksaan yang dilakukan. Apabila

ada kesan kelalaian dokter dan pihak rumah sakit, pasien berhak mengajukan tuntutan ke

pengadilan.

Apabila dokter telah memberikan obat-obat generik dengan harga yang murah dengan

syarat memang tepat indikasi untuk penyakit pasien, dan rumah sakit selalu

menyediakannya, maka dokter dan rumah sakit akan terhindar dari tuntutan pasien dan

pihak asuransi atas biaya pengobatan yang mahal.

Sedangkan kekurangan atau kendala yang mungkin dihadapi dalam penerapan

farmakoekonomi antara lain:

1. Untuk mendapatkan manfaat dari farmakoekonomi secara maksimal maka diperlukan

edukasi yang baik bagi praktisi medik termasuk dokter maupun masyarakat. Dokter harus

memperdalam ilmu farmakologi dan memberikan obat berdasarkan Evidence Based

Medicine dari penyakit pasien. Pendidikan masyarakat tentang kesehatan harus

ditingkatkan melalui pendidikan formal maupun informal, dan menghilangkan pandangan

masyarakat bahwa obat yang mahal itu pasti bagus. Hal ini belum tentu karena obat yang

rasional adalah obat yang murah tapi tepat untuk penyakitnya.

2. Diperlukan peran pemerintah membuat regulasi obat-obat generik yang bermutu untuk

digunakan alam pelayanan kesehatan baik tingkat pusat sampai kecamatan dan desa.

Karena dalam banyak kasus, obat-obat non generik yang harganya jauh lebih mahal

terpaksa diberikan karena tidak ada pilihan obat lain bagi pasien. Terutama bagi pasien

yang menderita penyakit berat, seperti kanker. Seperti contoh obat peningkatan protein

jenis albumin dan antibiotik jenis botol ampul yang harganya bisa mencapai jutaan

rupiah.

3. Tidak selamanya ke empat evaluasi farmakoeonomi yang meliputi Cost-Minimization

Analysis (CMA), Cost-Effectiveness Analysis (CEA), Cost-Benefit Analysis (CBA), dan

Cost-Utility Analysis (CUA) dapat berjalan bersamaan.

 

Kaitan Dokter dan Farmakoekonomi

Seorang dokter diharapkan mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam

mendiagnosis penyakit secara individual, kemudian berdasarkan pengetahuan mengenai

patofisiologi, etiologi penyakit dan terapetika, mampu memberikan terapi secara tepat dan

melakukan upaya-upaya agar pasien patuh terhadap terapi yang diberikan. Di samping itu

dalam tingkat populasi pasien atau komunitas, seorang dokter diharapkan mengetahui faktor-

faktor risiko dan penyebab penyakit, sehingga mampu untuk menganjurkan upaya-upaya

pencegahan penyakit dalam populasi.

Dalam dunia kedokteran terdapat kesenjangan antara pendidikan farmakologi yang

lebih banyak menekankan sifat maupun efek obat dan pendidikan klinik yang lebih

menekankan mengenai diagnosis, patofisiologi dan penanganan penyakit. Pendidikan

Farmakologi Klinik dan Terapetika diberikan untuk menjembatani kesenjangan ini, terutama

membahas mengenai pemakaian obat dalam klinik dan faktor-faktor yang mempengaruhi

keberhasilan pengobatan. Dimana salah satu topik bahasannya adalah mengenai penerapan

farmakoekonomi.

Dalam sebuah konferensi yang diselenggarakan oleh WHO pada tahun 1978, para

delegasi dari 134 negara dan 67 organisasi PBB menyatakan bahwa kesehatan tidak hanya

sekedar bebas dari suatu penyakit, tetapi juga sebuah kesejahteraan yang utuh baik dari segi

fisik, mental, maupun sosial. Kesehatan adalah hak asasi manusia yang fundamental.

Selama beberapa waktu lamanya, bahkan hingga kini, konsep medis tradisional masih

kerap digunakan oleh masyarakat Timur., dengan silver bullet (peluru ajaib), yakni obat. Satu

pil untuk memecahkan satu masalah. Dengan kata lain, untuk setiap gangguan kesehatan, kita

berharap pada bidang medis untuk memberikan pengobatan yang sederhana dan tepat. Yang

menjadi pertanyaan adalah sejauh manakah bidang medis dapat memenuhi harapan tersebut.

Dari waktu ke waktu, karena perkembangan ilmu dan teknologi dalam bidang

kedokteran dan pengobatan, jenis obat yang tersedia dalam praktek semakin banyak. Untuk

masing-masing kondisi penyakit tersedia berbagai alternatif obat yang dapat diberikan.

Banyaknya jenis obat yang tersedia cenderung mendorong pemakaian obat yang tidak tepat/

tidak rasional, sehingga diperlukan pemahaman prinsip-prinsip pemilihan dan pemakaian

obat dalam klinik secara benar.

Salah satu benda yang menakjubkan di dunia ini adalah obat. Meski bentuknya kecil,

namun ia berada di antara dua dunia yang besar yaitu ekonomi dan sosial. Hampir setiap

orang mengeluhkan biaya pelayanan kesehatan termasuk harga obat yang terus melambung

dan mempertanyakan risiko dan manfaat yang ada mengingat ada banyak jenis obat yang

beredar untuk satu jenis penyakit. Hal ini membuat pasien semakin bingung. Ada beberapa

hal yang menjadi faktor penyebab, diantaranya bertambahnya populasi penduduk usia lanjut,

obat-obat baru, serta perubahan pola pengobatan. Ini tidak diimbangi dengan sumberdaya

keuangan yang tersedia dan tingginya kebutuhan.

Salah satu cara agar pelayanan kesehatan menjadi lebih efisien dan ekonomis adalah

dengan farmakoekonomi, yakni analisa biaya suatu terapi dengan menggunakan obat

terhadap sistem kesehatan di suatu populasi. Ada empat tipe analisa yang digunakan, yaitu:

Analisa biaya keuntungan (Cost-benefit) yakni perbandingan nilai moneter dari penggunaan

sumber daya alternatif, Analisa biaya efektifitas (Cost-effectiveness) dimana nilai moneter

diperbandingkan dengan mengukur biaya dalam satuan kesehatan, Analisa biaya minimisasi

(Cost-minimization) merupakan perhitungan banyaknya biaya yang dapat disimpan sebagai

akibat dari suatu tindakan terapi, serta Analisa biaya utilitas (Cost-utility) yakni pengukuran

dari hasil kesehatan di dalam satuan kualitas hidup. Atau biasa disebut QALY (Quality-

adjusted life year).

Sabagai contoh, dokter harus memikirkan apakah obat yang diresepkan tersebut sudah

Cost-efectiveness atau tidak, terutama ditujukan untuk pasien yang memiliki riwayat atau

mengalami penyakit-penyakit yang degeneratif atau progresif.

 

Manfaat Farmakoekonomi dari Sudut Pribadi Dokter

Manfaat yang dapat diperoleh dokter dengan menerapkan farmakoekonomi dalam setiap

pengobatan yang dilakukannya adalah sebagai berikut:

1. Pengobatan yang dilakukan memberikan hasil yang maksimal dengan biaya yang

terjangkau oleh pasien. Pelayanan kesehatan yang diberikan dokter akan menjadi lebih

efisien dan ekonomis dengan penerapan prinsip farmakoekonomi.

Seiring dengan perkembangan zaman, maka pengetahuan yang berkaitan dengan penyakit

sudah semakin berkembang. Pengetahuan tentang pengobatan terhadap penyakit-penyakit

tertentu pun tidak ketinggalan, dimana saat ini untuk suatu penyakit tertentu telah tersedia

berbagai macam obat untuk menyembuhkan ataupun sekedar meredakan simptom

penyakit tersebut.

Hal ini memberikan manfaat pada dokter, yaitu dokter mempunyai banyak pilihan obat

yang dapat diberikan untuk tindakan terapi. Namun, banyaknya pilihan terapi ini tidak

akan bermanfaat apabila ternyata pasien tidak sanggup membeli karena harganya yang

mahal. Oleh karena itu, seorang dokter perlu untuk mempertimbangkan farmakoekonomi

dalam menentukan terapi yang akan diberikan kepada pasien. Misalnya saja untuk obat-

obat yang telah generiknya dapat menjadi pilihan utama bagi dokter untuk diberikan. Di

Indonesia khususnya, telah terdapat 232 jenis obat generik yang diregulasi dan disubsidi

oleh pemerintah dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan dengan obat patennya.

Dokter juga tidak perlu membuat pasien mengeluarkan biaya yang sangat besar untuk

pemeriksaan yang sesungguhnya tidak perlu dilakukan.

2. Dokter terhindar dari tuntutan pasien dan pihak asuransi karena pengobatan yang mahal.

Saat ini telah terjadi perubahan paradigma dalam masyarakat, dimana jasa pelayanan

kesehatan tidak berbeda dengan komoditas jasa lain. Perubahan paradigma ini mengubah

hubungan antara pasien dan dokter. Seorang pasien ingin tahu untuk apa saja ia membayar,

termasuk dalam hal obat-obatan yang diresepkan oleh dokter. Apabila ada kesan kelalaian

dokter, pasien berhak mengajukan dokternya ke pengadilan. Begitu pula apabila seorang

dokter meresepkan obat-obatan yang harganya mahal dan ternyata pasien atau pihak

asuransi mengetahui bahwa obat tersebut bisa saja disubstitusikan dengan obat-obatan

yang lebih murah harganya, maka dokter tersebut akan dituntut ke pengadilan. Hal ini bisa

juga terjadi karena adanya kecurigaan tentang kolusi yang terjadi antara dokter dengan

perusahaan farmasi tertentu.

 

Kesimpulan

Farmakoekonomi (pharmacoeconomics) adalah suatu metoda baru untuk

mendapatkan pengobatan dengan biaya yang lebih efisien dan serendah mungkin tetapi

efektif dalam merawat penderita untuk mendapatkan hasil klinik yang baik (cost effective

with best clinical outcome).

Farmakoekonomi diperlukan karena adanya sumber daya terbatas misalnya pada RS

pemerintah dengan dana terbatas dimana hal yang terpenting adalah bagaimana memberikan

obat yang efektif dengan dana yang tersedia, pengalokasian sumber daya yang tersedia secara

efisien, kebutuhan pasien, profesi pada pelayanan kesehatan (Dokter, Farmasis, Perawat) dan

administrator tidak sama dimana dari sudut pandang pasien adalah biaya yang seminimal

mungkin.

Manfaat utama yang dapat diperoleh dokter dengan menerapkan farmakoekonomi

dalam setiap pengobatan yang dilakukannya adalah dokter terhindar dari tuntutan pasien dan

pihak asuransi karena pengobatan yang mahal. 

Saran

Para praktisi medik harus memperdalam ilmu farmakologi dan memberikan obat

berdasarkan Evidense Based Medicine dari penyakit pasien serta selalu mempertimbangkan

farmakoekonominya sehingga pengobatan yang dilakukan memberikan hasil yang maksimal

dengan biaya yang terjangkau oleh pasien.

Pendidikan masyarakat tentang kesehatan juga harus ditingkatkan melalui pendidikan

normal maupun informal, dan menghilangkan pandangan masyarakat bahwa obat yang mahal

belum tentu bagus. Obat yang rasional adalah obat yang murah tetapi tepat untuk

penyakitnya.