manajemen_perkreditan
description
Transcript of manajemen_perkreditan
Pengertian kredit
Manajemen Kredit adalah bagaimana mengelola pemberian kredit mulai
dari kredit tersebut diberikan sampai dengan kredit tersebut lunas. Beberapa
pengertian mengenai kredit adalah sebagai berikut:
Kredit dalam bahasa latin
Kredit dalam bahasa latin berarti “credere” yang berarti percaya. Maksud
dari percaya bagi sipemberi kredit adalah ia percaya kepada si penerima
kredit bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai
perjanjian. Sedangkan bagi si penerima kredit merupakan penerimaan
kepercayaan sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar sesuai
jangka waktu.
Kredit menurut Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi
utangnya setelah setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Berdasarkan undang – undang No. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas
UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan, yang dimaksud dengan kredit adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan, berdasarkan persetujuan
atau kesepakatan pinjam meminjam antar bank dengan pihak lain yaitu
mewajibkan pihak peminjaman untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan pemberian bunga.
Dalam praktik perbankan di Indonesia, dengan memperhatikan ketentuan-
ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, penentuan besarnya kredit
dipengaruhi oleh ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
a) Reserve Requirement (RR)
Reserve Requirement adalah ketentuan bagi setiap bank umum untuk
menysihkan sebagian dari dana pihak ketiga yang berhasil dihimpunnya
dalam bentuk giro wajib minimum berupa rekening giro bank yang
bersangkutan pada bank Indonesia.
b) Loan to Deposit Ratio (LDR)
Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara besarnya seluruh volume
kredit yang disalurkan oleh bank dan jumlah penerimaan dana dari
berbagai sumber.
c) Batas Maksimum Pemberian Kredit
Batas maksimum pemberian kredit adalah ketentuan tentang tidak
diperbolehkannya suatu bank untuk memberikan kredit (baik kepada
nasabah tunggal maupun kepada nasabah grup) yang besarnya melebihi
20% dari besarnya modal bank yang bersangkutan.
d) Portfolio Investment
Prioritas terakhir dalam alokasi dana bank adalah dengan mengalokasikan
sejumlah dana tertentu pada investasi portfolio (portfolio investment).
Alokasi dana bank ke dalam kategori ini adalah dana sisa (residual fund)
setelah penanaman dana dalam bentuk pinjaman (kredit) telah memenuhi
kriteria atau target tertentu.
Jenis- jenis manajemen kredit
Jenis kredit dilihat dari segi kegunaan :
1. Kredit investasi yaitu kredit yang diberikan untuk pengadaan barang
modal maupun jasa yang dimaksudkan untuk menghasilkan suatu barang
atau jasa bagi usaha yang bersangkutan. Kredit ini diberikan kepada
perusahaan yang baru akan berdiri untuk keperluanmembangun pabrik
baru.
2. Kredit modal kerja yaitu kredit yang diberikan untuk membiayai
kebutuhan usaha, termasuk guna menutupi biaya produksi dalam rangka
peningkatan produksi atau penjualan. Kredit ini diberikan kepada
perusahaan yang telah berdiri, namun membutuhkan dana untuk
meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Misalnya dalam hal
membayar gaji pegawai atau unutk membeli bahan baku.
Jenis kredit dilihat dari segi tujuan kredit
Kredit produktif, yaitu kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha
atau produksi investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang
atau jasa. Contoh kredit ini untuk membangun pabrik yang nantinya akan
menghasilkan barang, kredit pertanian akan menghasilkan produk
pertanian atau kredit pertambangan menghasilkan bahan tambang atau
kredit industri lainnya.
Kredit konsumtif, yaitu kredit yang diberikan digunakan untuk konsumsi
secara pribadi. Dalam kredit ini tidak akan menembah barang atau jasa
yang dihasilkan karena memang untuk digunakan ataudipakai oleh
seseorang atau badan usaha. Sebagai contoh kredit untuk perumahan,
kredit mobil pribadi, kredit perabotan rumah tangga, kredit komsumsi
lainnya.
Kredit perdagangan, yaitu kredit yang digunakan untuk perdagangan,
biasanya untuk membeli barang dagang yang pembayarannya diharapkan
dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan
kepada supplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang
dalam jumlah besar. Contoh kredit ini misalnya kredit ekspor dan impor.
Jenis kredit dilihat dari jangka waktu kredit
Kredit jangka pendek yaitu suatu kredit yang diberikan tidak melebihi
jangka waktu 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal
kerja. Contohnya untuk peternakan misalnya kredit peternakan ayam atau
jika untuk pertanian misalnya tanaman padi atau palawija.
Kredit jangka menengah yaitu suatu kredit yang diberikan dengan jangka
waktu 1 ± 3 tahun, biasanya untuk investasi. Sebagai contoh kredit untuk
pertanian seperti jeruk atau peternakan kambing.
Kredit jangka panjang yaitu suatau kredit yang diberikan dengan jangka
waktu lebih dari 3 tahun. Biasanya kredit ini untuk investasi jangka
panjang seperti perkebunan karet, kelapa sawit atau manufactur dan untuk
kredit konsumtif seperti kredit perumahan.
Jenis kredit dilihat dari sektor usaha
Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sector perkebunan
atau pertanian rakyat.
Kredit peternakan, dalam hal ini untuk jangka pendek misalnya
peternakan ayam dan jangka panjang kambing atau sapi.
Kredit industri, yaitu kredit untuk membiayai industru kecil, menengah
atau besar.
Kredit pertambangan, jenis usaha tambang yang dibiayainya biasanya
dalam jangka panjang, seperti tambang emas, minyak atau timah.
Kredit pendidikan, merupakan kredit yang diberikan untuk membangun
sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para
mahasiswa.
Kredit profesi, diberikan kepada para professional seperti dokter,dosen dan
pengacara.
Kredit perumahan, yaitu kredit yang membiayai pembangunan atau
pembelian perumahan.
Jenis kredit dilihat dari sisi jaminannya
Kredit dengan jaminan adalah suatu kredit yang diberikan dengan suatu
jaminan, di antaranya berupa:
Jaminan benda berwujud yaitu barang-barang yang dapat dijadikan
jaminan seperti tanah, bangunan, kendaraan bermotor, peralataan,
barang dagangan, tanaman, kebun dan sawah.
Jaminan benda tak berwujud, yaitu perupakan surat-surat yang
dijadikan jaminan seperti sertifikat saham, sertifikat obligasi,
sertifikat tanah, sertifikat deposito, rekening tabungan yang
dibekukan, rekening giro yang dibekukan, promnes, wesel dan surat
tagihan lainnya.
Jaminan orang, yaitu jaminan yang diberikan oleh seseorang dan
apabila kredit tersebut macet, maka orang memberikan jaminan
itulah yang menanggung resikonya.
Kredit tanpa jaminan adalah suatu kredit yang diberikan tanpa jaminan
baik berupa barang / benda berwujud atau tidak berwujud, dan atau
jaminan orang. Kredit jenis ini biasanya diberikan untuk perusahaan
yang memang benar-benar bonafit dan professional sehingga
kemungkinan kredit tersebut macet sangat kecil.
Jaminan kredit bank dapat digolongkan dalam beberapa klasifikasi
berdasarkan sudut pandang tertentu, misalnya cara terjadinya, sifatnya kebendaan
yang dijadikan objek jaminan, dan lain sebagainya.
Jaminan karena undang-undang dank arena perjanjian
Jaminan karena undang-undang adalah jaminan yang dilahirkan atau
diadakanoleh seperti jaminan umum, hak privelege dan hak retensi (pasal
1132, pasal 1134 ayat (1)). Sedangkan jaminan karena perjanjian adalah
jaminan yang dilahirkan atau diadakan oleh perjanjian yang diadakan para
pihak sebelumnya, seperti gadai, hipotik, hak tanggungan danfiducia.
Jaminan umum dan jaminan khusus
Pada prinsipnya menurut hukum segala harta kekayaan debitur akan
menjadi jaminan bagi perutangannya dengan semua kreditur. Hal ini
berarti seluruh harta kekayaan milik debitur akan menjadi jaminan
pelunasan atas utang debitur kepada semua kreditur. Kekayaan debitur
dimaksud meliputi kebendaan bergerak maupun benda tetap, baik yang
sudah ada pada saat perjanjian utang piutang diadakan maupunyang baru
akan ada di kemudian hari yang akan menjadi milik debitur setelah
perjanjian utang piutang diadakan.
Karena jaminan umum kurang menguntungkan bagi kreditur, maka
diperlukan penyerahan harta kekayaan tertentu untuk diikat secara khusus
sebagai jaminan pelunasan utang debitur, sehingga kreditur yang
bersangkutan mempunyai kedudukan yang diutamakan ataudidahulukan
daripada kreditur kreditur lain dalam pelunasan utangnya. Jaminan yang
seperti ini memberikan perlindungan kepada kreditur dan didalam
perjanjian akan diterangkan mengenaihal ini. Jaminan khusus memberikan
kedudukan mendahului (preferen) bagi pemegangnya.
Jaminan yang bersifat kebendaan dan jaminan perseorangan
Jaminan yang bersifat kebendaan adalah jaminan yang berupa hak mutlak
atas sesuatu benda, yang mempunyai ciri-ciri mempunyai hubungan
langsung atas benda tertentu dari debitur,dapat dipertahankan terhadap
siapa pun, selalu mengikuti bendanya dan dapat diperalihkan(contoh:
hipotik, hak tanggungan gadai, dan lain-lain).
Sedang jaminan perseorangan adalah jaminan yang menimbulkan
hubungan langsung pada perseorangan tertentu, hanya dapat dipertahankan
terhadap debitur tertentu, terhadap harta kekayaan debitur umumnya ( contoh:
borgtocht). Jaminan kebendaan dapat berupa jaminan benda bergerak dan benda
tidak bergerak. Benda bergerak adalah kebendaan yang karena sifatnya dapat
berpindah atau dipindahkan atau karena undang-undang dianggap sebagai benda
bergerak, seperti hak-hak yang melekat pada benda bergerak. Benda bergerak
dibedakan lagi atas benda berwujud atau bertubuh. Pengikatan jaminan benda
bergerak berwujud dengan gadai atau fiducia, sedangkan pengikatan
jaminan benda bergerak tidak berwujud dengan gadai, cessie, dan account
receivable.
Kredit Non Kas
Kredit non kas (non cash loan) adalah kredit yang diberikan oleh bank
kepada nasabah yang hanya boleh ditarik apabila suatu transaksi yang telah
diperjanjikan telah direalisasi atau efektif. Kredit non kas ini dapat berupa:
Bank garansi. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia:
a) Jaminan dalam bentuk warkat yang ditertibkan oleh Bank Indonesia
yang mengakibatkan kewajiban membayar terhadap pihak yang
menerima jaminan apabila pihak yang dijamin melakukan cedera janji.
b) Jaminan dalam bentuk penandatanganan kedua dan seterusnya atas
surat-surat berharga seperti aval dan endosemen yang dapat
menimbulkan kewajiban membayar bagi bank apabila yang dijamin
cedera janji.
c) Jaminan lain yang terjadi karena perjanjian bersyarat sehingga dapat
menimbulkan kewajiban financial bagi bank.
Fasilitas pembukaan Letter of Credit (L/C). Pemberian fasilitas
pembukaan L/C kepada nasabah dalam pelaksanaan transaksi pembelian
barang, baik yang berkaitan dengan perdagangan dalam negeri maupun
dengan luar negeri.
Struktur Organisasi Perkreditan
Pengelolaan kredit pada suatu bank yang berskala kecil dilakukan oleh
loan officer; yang mengerjakan hamper semua tugas pemrosesan kredit mulai dari
analisis, penyidikan, negosiasi, sampai dengan proses pelunasannya. Sedangkan
wewenang pengambilan keputusan penolakan atau persetujuan kredit biasanya
langsung berada pada direksi. Namun sampai dengan jumlah tertentu, wewenang
pengambilan keputusan kreditsering didelegasikan kepada bawahannya, misalnya
kepala bagian atau kepala cabang bank.
Sementara pada bank-bank yang cukup besar, organisasi perkreditannya
cenderung lebih kompleks. Oleh karena itu, organisasinya biasanya disusun sesuai
dengan prinsip dan fungsi manajemen di mana loan officer memiliki tugas dan
tanggung jawab yang berbeda, misalnya terdiri dari beberapa divisi yang
selanjutnya membawahi bagian-bagian.
Kebijakan Perkreditan
Kebijakan perkreditan adalah suatu ketentuan atau proseduryang disusun
untuk dijadikan suatu pedoman bagi pejabat kredit atau loan officer melalui proses
pemutusan kredit. Kegunaan kebijakan perkreditan yang disusun secara tertulis
dapat membantu manajemen bank untuk:
1. Melaksanakan standar-standar perkreditan;
2. Memenuhi peraturan-peraturan perkreditan yang telah ditetapkan baik oleh
direksi atau pengurus bank yang bersangkutan maupun oleh etoritas
moneter;
3. Menjamin keseragaman pengambilan keputusan kredit;
4. Dapat membandingkan strategi perkreditan dengan keadaan yang sedang
dijalankan bank.
Secara garis besar, kebijakan umum perkreditan didasarkan atas:
1. Undang undang Perbankan: dimaksudkan untuk menumbuhkembangkan
Bank yang sehat dan kuat, dengan prinsip kehati-hatian (prudential
banking)
2. Kebijakan Umum Perkreditan (KUP), adalah kebijakan perkreditan sesuai
dengan prinsip-prinsip manajemen, mencakup perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasannya.
Kebijakan Umum Perkreditan (KUP) mencakup:
a) Unsur-unsur kredit, terdiri dari:
Kepercayaan: Kredit diberikan atas dasar kepercayaan
Waktu: Kredit selalu ada jangka waktunya
Risiko: Setiap kredit selalu mengandung unsur risiko
Prestasi: Kredit mengandung prestasi berupa pembayaran
bunga
Walaupun pemberian kredit didasarkan atas kepercayaan,
tetapi penilaian atas kepercayaan tadi harus memenuhi kriteria Five
C’s (Character, Capacity, Capital, Condition dan Collateral), serta
didokumentasikan, sehingga siapapun yang membaca dasar penilaian
pemberian kredit mempunyai persepsi yang sama.
b) Tujuan Pemberian Kredit
Bagi bank:
Profitability, artinya ada keuntungan yang diperoleh
secara wajar;
Safety, artinya harus aman dengan risiko yang telah
dimitigasi sebelumnya.
Bagi nasabah: memberikan manfaat yang positif bagi
masyarakat luas, dan meningkatkan produktivitas usaha.
Bagi masyarakat umum: dapat menunjang pertumbuhan
ekonomi nasional, dan meningkatkan kesempatan kerja.
c) Prosedur Kredit
Merencanakan Pasar Sasaran. Bank harus mempunyai
perencanaan, pasar mana yang akan dituju dalam memasarkan
kreditnya, misalkan fokus pada sektor ritel.
Menentukan kriteria risiko yang dapat diterima. Bank hanya
memasarkan kredit apabila kriteria risikonya jelas dan dapat
dimitigasi, misalkan dengan: menetapkan limit exposure, jenis
usaha (dibuat ratingnya, dan rating apa saja yang layak
dibiayai), lokasi, dsb.
Menentukan kriteria nasabah kredit yang diberikan, berdasar
pada kriteria nasabah yang jelas.
d) Putusan Kredit
Setiap pemberian kredit harus melalui mekanisme proses dan
prosedur baku, antara lain:
Ada permohonan kredit secara tertulis
Dilengkapi dengan dokumen yang dipersyaratkan
Disertai dengan proposal kredit
Dibuat rekomendasi dan putusan kredit
Dibuat pemberitahuan putusan kredit secara tertulis
Melakukan perjanjian kredit secara hokum
Proses pencairan kredit
Melakukan pengawasan dan evaluasi
Pada dasarnya tujuan pemberian kredit haruslah didasarkan
pada kelayakan usaha, agar usaha yang dibiayai dapat berkembang,
menyerap tenaga kerja, dan pada akhirnya dapat menyumbang
peningkatan ekonomi masyarakat di sekitarnya.
3. Pedoman Pelaksanaan Perkreditan (PPK), atau ada juga yang menyebut
dengan Standar Operasional Perkreditan (SOP), merupakan pelaksanaan
perkreditan yang dapat menjamin pemberian kredit yang sehat.
Komite Kredit dan Keanggotaan
Komite kredit atau loan committee memiliki tugas untuk meneliti semua
permohonan kredit yang jumlahnya melebihi batas maksimum wewenang
pemutusan persetujuan masing-masing pejabat, atau karena adanya kasus-kasus
khusus dalam perkreditan, misalnya yang berkaitan dengan fasilitas credit line.
Struktur komite kredit ini tergantung pada tingkat spesialisasi dalam proses
pemberian kredit dan kapabilitas anggota-anggotanya. Komposisi komite kredit
bagi bank-bank yang berukuran kecil biasanya terdiri dari anggota direksi dan
pejabat senior kredit.
Komite kredit pada bank-bank besar mengikuti garis hierarki staf komite
yang terdiri dari pejabat kredit senior bekerja sama dengan dewan direksi.
Masalah-masalah operasional dan pengambilan keputusan kredit merupakan
bidang tugas staf komite kredit, sementara direksi bertugas mempertimbangkan
atau meneliti kebijakan perkreditan secara keseluruhan dan merekomendasikan
arah yang harus ditempuh, terutama masalah-masalah yang sifatnya sensitif,
seperti kredit yang menunjukkan gejala-gejala yang tidak sehat dan komposisi
portfolio kredit.
Tugas dan Jenis Komite Kredit
Bank-bank yang berskala besar dengan portfolio kredit dan jumlah
nasabah yang banyak biasanya memiliki dua komite yang terdiri dari komite
kredit direksi dan komite pejabat senior kredit. Komite kredit direksi
beranggotakan antara lain presiden direktur, pejabat senior kredit, dan beberapa
anggota direksi. Anggota komite pejabat kredit terdiri dari pejabat senior kredit
saja.
Tugas-tugas komite pejabat kredit adalah sebagai berikut:
a. Meneliti dan menilai permohonan kredit baru yang berjumlah besar;
b. Meneliti dan menilai permohonan perpanjangan kredit dan alasan-alasan
perpanjangan tersebut;
c. Meneliti dan menilai semua kredit yang mengalami kemacetan untuk
mengetahui dan menentukan sebab-sebabnya;
d. Meneliti apakah semua pemberian kredit tersebut telah sesuai dengan
kebijakan perkreditan bank yang bersangkutan;
e. Memeriksa kelengkapan-kelengkapan dokumen kredit;
f. Memeriksa konsistensi perlakuan terhadap permohonan kredit.
Komite kredit direksi bertugas antara lain sebagai berikut:
a. Meneliti dan menilai permohonan kredit yang telah diputuskan oleh
pejabat senior, biasanya permohonan kredit yang berjumlah besar;
b. Membuat suatu penilaian akhir dari putusan-putusan yang diambil oleh
komite pejabat kredit dengan menitikberatkan pada kredit yang berjumlah
besar;
c. Meneliti dan menilai kredit yang telah jatuh tempo;
d. Memeriksa kredit-kredit yang mengalami kemacetan dan permasalahannya
secara keseluruhan.
Penilaian Kredit
Penilaian kredit atau disebut juga analisis kredit, dilakukan oleh suatu tim
atau bagian dalam organisasi perkreditan terhadap permohonan kredit yang
diajukan dengan tujuan untuk menilai kondisi calon debitur. Dengan adanya
analisis kredit diharapkan risiko default yang disebabkan ketidakmampuan debitur
memenuhi kewajibannya dapat diperkecil.
Prinsip Pemberian Kredit
Prinsip pemberian kredit ini disebut pula konsep 5C. Konsep 5C ini dapat
memberikan informasi mengenai itikad baik atau kemauan dan kemampuan
membayar nasabah untuk melunasi kembali pinjaman beserta bunganya. Prinsip
perkreditan tersebut adalah sebagai berikut:
Character
Tingginya respek pelanggan terhadap kewajibannya, dilihat dari
karakter manajemen perusahaan debitur. Karakter ini merupakan suatu
keyakinan bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan
diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya, hal ini tercermin dari
latar belakang si nasabah baik yang bersifat latar belakang pekerjaan
maupun yang besifat latar belakang pribadi.
Capacity
Kemampuan pelanggan membayar kewajiban berdasarkan aspek
likuiditas & proyeksi aliran kas. Pada analisa ini bank berusaha
mengetahui kemampuan manajemen mengoperasikan perusahaannya
sehingga dapat memenuhi kewajibannya terhadap bank secara rutin
dan pada saat jatuh tempo. Kapasitas ini menunjukkan kemampuan riil
dari perusahaan untuk merealisasikan rencana yang telah dibuatnya.
Capital
Posisi keuangan perusahaan yang ditunjukkan oleh rasio keuangan &
besarnya modal sendiri. Analisis aspek capital ini meliputi struktur
modal yang disetor, cadangan-cadangan danlaba yang ditahan dalam
struktur keuangan perusahaan. Besarnya modal sendiri ini
menunjukkantingkat resiko yang ikut dipikul oleh debitur dalam
pembiayaan suatu proyek.
Collateral
Aset milik pelanggan yang dijadikan jaminan, seperti surat berharga.
Penilaian ini meliputi penilaian terhadap jaminan yang diberikan
debitur sebagai pengaman kredit yang diberikan bank. Penilaian
tersebut meliputi kecenderungan nilai jaminandi masa depan dan
tingkat kemudahan mengkonversikannya menjadi uang tunai
(marketability).
Condition
Kondisi ekonomi secara umum yang memengaruhi kebijakan ekonomi
perusahaan. Analisis terhadap aspek ini meliputi analisis terhadap
variabel ekonomi makro yangmelingkupi perusahaan baik variabel
regional, nasional, maupun internasional. Variabel yangdiperhatikan
terutama adalah variabel ekonomi (walaupun tidak terlepas juga bank
perlumemperhatikan variabel lainnya seperti kondisi politik,
perundang-undangan, dan lain-lain).
Selain konsep/prinsip 5C tersebut di atas dalam prakteknya bank juga seringkali
menetapkandasar penilaian lain yang sering disebut dengan prinsip 7P, yaitu:
Personality
Bank mencari data tentang kepribadian calon debitur seperti riwayat
hidupnya (kelahiran, pendidikan, pengalaman, usaha/pekerjaan, dan
sebagainya), hobi, keadaan keluarga (istri, anak), social standing
(pergaulan dalam masyarakat serta bagaimana pendapat masyarakat
tentang dirisi peminjam), serta hal-hal lain yang erat hubungannya dengan
kepribadian si peminjam.
Parti
Bertujuan mengklasifikasi calon debitur berdasarkan modal, loyalitas, dan
karakternya.Pengklasifikasian ini akan menentukan perlakuan bank dalam
hal pemberian fasilitas.
Purpose
Mencari data tentang tujuan atau keperluan penggunaan kredit. Apakah
akan digunakannya untuk berdagang, atau untuk membeli rumah atau
untuk tujuan lainnya. Selain itu apakah tujuan penggunaan kredit itu sesuai
dengan line of business kredit yang bersangkutan. Misalnya, tujuan atau
keperluan kredit untuk perkapalan sedangkan line of business bank
dalam bidang pertanian.
Prospect
Yang dimaksud dengan prospect adalah harapan masa depan dari bidang
usaha ataukegiatan usaha si peminjam. ini dapat diketahui dari
perkembangan usaha peminjam selama beberapa bulan/tahun,
perkembangan keadaan ekonomi perdagangan,
keaadaanekonomi/perdagangan sektor usaha si peminjam, kekuatan
keuangan perusahaan yang dibuat dariearning power (kekuatan
pendapatan/keuntungan) masa lalu dan perkiraan masa mendatang.
Payment
Mengetahui bagaimana perkiraan pembayaran kembali pinjaman yang
akan diberikan.Hal ini dapat diperoleh dari perhitungan tentang prospek,
kelancaran penjualan dan pendapatansehingga dapat diperkirakan
kemampuan pengembalian pinjaman ditinjau dari waktu serta jumlah
pengambilannya.
Profitability
Menilai berapa tingkat keuntungan yang akan diraih calon debitur,
bagaimana polanya,apakah makin lama makin besar atau sebaliknya.
Protection
Menilai bagaimana calon debitur melindungi usaha dan mendapatkan
perlindungan usaha. Apakah dalam bentuk jaminan barang, orang atau
asuransi.
Aspek-aspek Penilaian Kredit
Dalam melakukan analisis kredit sangat penting melakukan penilaian
terhadap aspek-aspek yang menyangkut kegiatan usaha calon debitur, yaitu:
a. Aspek pemasaran
Penilaian yang perlu ditekankan di sini adalah menyangkut kemampuan
daya beli masyarakat, kompetisi, pangsa pasar, kualitas produksi, dan
sebagainya. Analisis pemasaran perlu dilakukan untuk melihat kondisi
pasar saat ini, meliputi jumlah penawaran yang sudah ada untuk jenis
produk yang direncanakan peminjam dan kemampuan pasar menyerap
produk debitur.
b. Aspek teknis
Penilaian terhadap aspek teknis ini antara lain meliputi kelancaran
produksi, kapasitas produksi, mesin-mesin dan peralatan, ketersediaan dan
kontinuitas bahan baku. Di samping itu, kualitas tenaga kerja yang dimiliki
dan fasilitas teknis yang ada, cukup mempengaruhi penilaian aspek teknis.
c. Aspek manajemen
Dalam penilaian aspek manajemen, perlu diperhatikan struktur organisasi
dan anggota-anggota manajemen, termasuk kemampuan dan
pengalamannya, serta pola kepemimpinan yang diterapkan oleh top
manajemen. Perlu diperhatikan apakah dalam pengelolaan dan
kepengurusan perusahaan ada tanda-tanda one man show management.
d. Aspek yuridis
Penilaian aspek yuridis ini antara lain meliputi: status hukum badan usaha
(misalnya akte pendirian yang telah disahkan oleh yang berwenang,
legalitas usaha – meliputi kelengkapan izin usaha, dan yang cukup penting
adalah bagaimana legalitas barang-barang jaminan) yaitu kepemilikannya
harus didukung dengan dokumen yang sah dan dalam penguasaan calon
debitur.
e. Aspek sosial ekonomi
Penilaian atas aspek ini pada dasarnya untuk mengetahui apakah usaha
yang akan dibiayai dengan kredit bank diterima atau member dampak
positif atau negatif terhadap lingkungan masyarakat setempat. Perlu
diperhatikan apakah proyek tersebut mendorong pertumbuhan
perekonomian masyarakat atau mungkin bertentangan dengan nilai-nilai
sosial dan agama masyarakat setempat.
f. Aspek financial
Penialaian aspek keuangan ini meliputi keadaan keuangan perusahaan
debitur yang akan dibiayai. Untuk melakukan penilaian keadaan
keuangannya, perlu diperoleh data-data mengenai laporan keuangan, arus
dana, realisasi produksi, pembelian, dan penjualan. Laporan sumber dan
penggunaan dana akan sangat membantu dalam melakukan penilaian
secara akurat.
Prospek Pemberian Kredit
I. Pengajuan berkas-berkas
Dalam hal ini permohonan kredit mengajukan permohonan kredit
yang dituangkan dalam suatu proposal, kemudian dilampiri dengan
berkas-berkas lainnya yang dibutuhkan. Pengajuan proposal kredit
hendaknya yang berisi antara lain sebagai berikut:
Latar belakang perusahaan
Maksud dan tujuan
Besarnya kredit dan jangka waktu
Cara permohonan mengembalikan kredit
Jaminan kredit
Akte notaries
TDP (tanda daftar perusahaan)
NPWP (nomor pokok wajib pajak)
Neraca dan laporan rugi laba 3 tahun terakhir
Bukti diri dari pimpinan perusahaan
Foto copy sertifikat jaminan
II. Penyelidikan berkas pinjaman
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah berkas yang diajukan
sudah lengkap sesuai persyaratan dan sudah benar.jiak menurut pihak
perbankan belum lengkap atau cukup, maka nasabah diminta untuk segera
melengkapinya dan apabila sampai batas tertentu nasabah tidak sanggup
melengkapi kekurangan tersebut, maka sebaiknya permohonan kredit
dibatalkan saja.
III. Wawancara 1
Merupakan penyidikan kepada calon peminjam dengan langsung
berhadapan dengan calon peminjam, untuk meyakinkan apakah berkas-
berkas tersebut sesuai dan lengkap seperti dengan yang diinginkan.
Wawancara ini juga untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan nasabah
yang sebenarnya. Hendaknya dalam wawancara ini dibuat serileks
mungkin sehingga diharapkan hasil wawancara akan sesuai dengan tujuan
yang diharapkan.
IV. On the spot
Merupakan kegiatan pemeriksaan ke lapangan dengan meninjau
berbagai objek yang akan dijadikan usaha dan jaminan. Kemudian hasil on
the spot dicocokkan dengan hasil wawancara I. pada saat hendak
melakukan on the spot hendaknya jangan diberitahu kepada nasabah.
Sehingga apa yang kita lihat di lapangan sesuai dengan kondisi yang
sebenarnya.
V. Wawancara 2
Merupakan kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada
kekurangan-kekurangan pada saat setelah dilakukan on the spot
dilapangan. Catatan yang ada pada permohonan dan pada wawancara I
dicocokkan dengan pada saat on the spot apakah ada kesesuaian dan
mengandung suatu kebenaran.
VI. Keputusan kredit
Keputusan kredit dalam hal ini adalah menentukan apakah kredit
akan diberikan atau ditolk, jiak di terima maka akan disiapkan
administrasinya, biasanya keputusan kredit yang akan mencakup:
Jumlah uang yang diterima
Jangka waktu kredit
Biaya-biaya yang harus dibayar
VII. Penandatanganan akad kredit/ perjanjian lainnya
Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari diputuskannya kredit,
maka sebelum kredit dicairkan maka terlebih dulu calon nasabah
menandatangani akad kredit, mengikat jaminan dengan hipotek dan surat
perjanjian atau pernyataan yang dianggap perlu. Penandatanganan
dilaksanakan:
Antara bank dengan debitur secara langsung atau
Dengan melalui notaries
VIII. Realisasi kredit
Realisasi kredit diberikan setelah penandatanganan surat-surat
yang diperlukan dengan membuka rekening giro atau tabungan di bank
yang bersangkutan.
IX. Penyaluran atau penarikan dana
Adalah pencairan atau pengambilan uang dari rekening sebagai
realisasi dari pemberian kredit dan dapat diambil sesuai ketentuan dan
tujuan kredit yaitu sekaligus atau secara bertahap.
Kredit Bermasalah
Kredit bermasalah atau problem loan dapat diartikan sebagai pinjaman
yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya factor kesenjangan dan atau
karena factor eksternal di luar kemampuan kendali debitur. Kredit bermasalah
sering juga disebut non performing loan yang dapat diukur dari kolektibilitasnya.
Kolektibilitas merupakan gambaran kondisi pembayaran pokok dan bunga
pinjaman serta tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana yang ditanamkan
dalam surat-surat berharga. Kategori kolektibilitas kredit yang dibuat Bank
Indonesia sbb:
- Kredit Lancar adalah kredit yang tidak mengalami penundaan
pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunga.
- Kredit Kurang Lancar adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman
dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan selama tiga bulan
dari waktu yang diperjanjikan.
- Kredit diragukan adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan
pembayaran bunganya telah mengalami penundaanselama enam bulan atau
dua kali dari waktu yang diperjanjikan.
- Kredit macet adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan
pembayaran bunganya telah mengalami penundaan lebih dari satu tahun
sejak jatuh tempo menurut jadawal yang telah diperjanjikan.
Implikasi bagi pihak bank sebagai dari timbulnya kredit bermaslah tersebut dapat
berupa sbb :
Hilangnya kesempatan untuk memperoleh income (pendapatan) dari kredit
yang diberikan, sehingga mengurangi perolehan laba dan berpengaruh
buruk bagi rentabilitas bank.
Rasio kualitas aktiva produktif atau yang lebih dikenal dengan BDR (Bad
Debt Ratio) menjadi semakin besar yang menggambarkan terjadinya
situasi yang memburuk.
Bank harus memperbesar penyisihan untuk cadangan aktiva produktif
yang diklasifikan berdasarkan ketentuan yang ada.
Return on Asset (ROA) mengalami penurunan.
Sebagai akibat dari komplikasi butir 2,3, dan 4 tersebut diatas adalah
menurunnya nilai tingkat kesehatan bank berdasarkan perhitungan
menurut metode CAMEL.
Indikasi Kredit Bermasalah
Pada kredit yang berskala kecil, indikasi utama ke arah terjadinya masalah
adalah gagalnya debitur memenuhi kewajibannya sesuai dengan jadwal yang
disepakati. Namun bagi nasabah debitur besar yang umumnya korporasi, ada
beberapa indikasi yang dapat digunakan untuk mendeteksi awal kredit yang
mengalami masalah. Indikasi kemungkinan terjadinya kredit bermasalah dapat
dibedakan dari 2 sumber, di antaranya adalah:
Indikasi internal:
a. Perkembangan kondisi keuangan yang cenderung berlawanan dari
proyeksi yang diharapkan;
b. Terjadi penundaan pembayaran cicilan pokok dan bunga;
c. Ada anggota eksekutif perusahaan yang mengundurkan diri;
d. Meningkatnya penggunaan fasilitas overdraft;
e. Permintaan penambahan kredit tanpa menyertakan data-data
keuangan yang lengkap dan mutakhir;
f. Permohonan perpanjangan atau penjadwalan ulang;
g. Usaha nasabah terlalu ekspansif;
h. Debitur menghindari penyampaian informasi keuangan pada saat
diminta.
Indikasi eksternal:
a. Adanya penyelidikan dari lembaga-lembaga keuangan lain;
b. Kreditur lain melakukan tindakan proteksi, misalnya penambahan
dan pengikatan barang jaminan secara normal;
c. Kegagalan perusahaan membayar pajak;
d. Ada anggota eksekutif perusahaan yang mengundurkan diri;
e. Pemohokan buruh (pekerja) secara terorganisasi;
f. Permohonan perpanjangan atau penjadwalan ulang;
g. Peluncuran produksi baru oleh pesaing.
Faktor-faktor Penyebab Kredit Bermasalah
Dari sisi perspektif bank, terjadinya kredit bermasalah disebabkan oleh berbagai
faktor yang dapat dibedakan menjadi berikut:
1. Faktor Internal
Faktor internal kredit bermasalah berhubungan dengan kebijakan dan
strategi yang ditempuh pihak bank:
a. Kebijakan perkreditan yang ekspansif
Bank yang memiliki kelebihan dana (excess liquidity) sering
menetapkan kebijakan perkreditan yang terlalu ekspansif yang
melebihi pertumbuhan kredit secara wajar, yaitu dengan menetapkan
sejumlah target kredit yang harus dicapai untuk kurun waktu
tertentu. Keharusan pencapaian target kredit dalam waktu tertentu
tersebut cenderung mendorong pejabat kredit menempuh langkah-
langkah yang lebih agresif dalam penyaluran kredit sehingga
mengakibatkan tidak lagi selektif dalam memilih calon debitur dan
kurang menerapkan disiplin-disiplin perkreditan yang sehat dalam
menilai permohonan kredit sebagaimana seharusnya. Bank sering
saling membajak nasabah dengan memberikan kemudahan yang
berlebihan. Bank juga sering mengabaikan kalau calon debiturnya
masuk dalam Daftar Kredit Macet yang diterbitkan Bank Indonesia
secara rutin.
b. Penyimpangan dalam pelaksanaan prosedur perkreditan
Pejabat bank sering tidak mengikuti dan kurang disiplin
dalam menerapkan prosedur perkreditan sesuai dengan p-edoman
dan tata cara pemberian kredit dalam suatu bank. Hal yang sering
terjadi, bank tidak mewajibkan calon debitur membuat studi
kelayakan dan prosedur perkreditan. Ini bisa disebabkan karena
jumlah dan kualitas sumber daya manusia, khususnya yang
menangani masalah perkreditan belum memadai. Salah satu
penyebab timbulnya kredit bermasalah dari sisi intern bank adalah
adanya pihak dalam bank yang sangat dominan dalam pemutusan
kredit.
c. Lemahnya sistem administrasi dan pengawasan kredit
Untuk mengukur lemahnya system administrasi dan
pengawasan kredit bank dapat dilihat dari dokumen kredit yang
seharusnya diminta dari debitur tapi tidak dilakukan oleh bank,
berkas perkreditan tidak lengkap dan tidak teratur, pemantauan
terhadap usaha debitur tidak dilakukan secara rutin, termasuk
peninjauan langsung pada lokasi usaha debitur secara periodic.
Lemahnya system administrasi dan pengawasan tersebut
menyebabkan kredit yang secara potensial akan mengalami masalah
tidak dapat dilacak secara dini, sehingga bank terlambat melakukan
langkah-langkah pencegahan.
d. Lemahnya sistem informasi kredit
System informasi kredit yang tidak berjalan sebagaimana
seharusnya akan memperlemah keakuratan pelaporan bank yang
pada gilirannya akan sulit melakukan deteksi dini. Hal tersebut dapat
menyebabkan terlambatnya pengambilan langkah-langkah yang
diperlukan untuk mencegah terjadinya kredit bermasalah.
e. Itikad kurang baik dari pihak bank
Pemilik atau pengurus bank seringkali memanfaatkan
keberadaan banknya untuk kepentingan kelompok bisnisnya dengan
sengaja melanggar ketentuan kehati-hatian perbankan terutama
ketentuan legal lending limit. Selain itu pemilik atau pengurus bank
memberikan kredit kepada debitur yang sebenarnya fiktif. Padahal
kredit tersebut digunakan untuk kepentingan pemilik atau pengurus
bank untuk tujuan yang lain. Hal ini terjadi karena adany kerjasama
antara pemilik dan pengurus bank yang memiliki itikad kurang baik.
2. Faktor Eksternal
Factor eksternal ini sangat terkait dengan kegiatan usaha debituryang
menyebabkan terjadinya kredit bermasalah antara lain terdiri dari:
a. Penurunan kegiatan ekonomi dan tingginya tingkat bunga kredit
Kegiatan usaha debitur rentan terhadap terjadinya penurunan
kegiatan ekonomi dan dalam waktu yang sama tingkat suku bunga
mengalami kenaikan yang tinggi. Penurunan kegiatan ekonomi dapat
disebabkan oleh adanya kebijakan penyejukan ekonomi atau akibat
kebijakan pengetatan uang yang dilakukan oleh Bank Indonesia yang
menyebabkan tingkat bunga naik dan pada gilirannya debitur tidak
lagi mampu membayar cicilan pokok dan bunga kredit.
b. Pemanfaatan iklim persaingan perbankan yang tidak sehat oleh
debitur
Persaingan bank yang sangat ketat dalam penyaluran kredit
dapat dimanfaatkan debitur yang kurang memiliki itikad baik untuk
memperoleh kredit melebihi jumlah yang diperlukan untuk usaha
yang kurang jelas, atau untuk kegiatan spekulatif. Dalam kondisi
persaingan yang tajam, bank sering menjadi tidak rasional dalam
pemberian kredit dan akan diperburuk dengan keterbatasan
kemampuan teknis dan pengalaman petugas bank dalam pengelolaan
kredit.
c. Kegagalan usaha debitur
Kegagalan usaha debitur dapat terjadi karena sifat usaha
debitur yang sensitif terhadap pengaruh eksternal, misalnya
kegagalan dalam pemasaran produk; karena perubahan harga di
pasar; adanya perubahan pola konsumen; dan pengaruh
perekonomian nasional.
d. Debitur mengalami musibah
Musibah dapat saja terjadi pada debitur, misalnya meninggal
dunia, lokasi usahanya mengalami kebakaran atau kerusakan
sementara usaha debitur tidak dilindungi dengan asuransi.
Loan Review
Pemeriksaan kredit merupakan suatu cara yang sangat penting dalam
usaha mengurangi kerugian yang mungkin timbul dari kredit yang disalurkan
(portfolio kredit). Pemeriksaan ulang kredit atau loan review pada dasarnya
merupakan suatu kegiatan untuk menilai kembali keadaan debitur, termasuk data-
data dan informasi yang disampaikan kepada bank yang meliputi keadaan
keuangan nasabah, kelengkapan dokumen, dan hal-hal lainnya yang dianggap
perlu. Masalah-masalah yang penting diperhatikan dalam melaksanakan loan
review anatara lain sebagai berikut:
a. Keadaan keuangan dan kemampuan debitur melunasi kreditnya;
b. Kelengkapan dokumen;
c. Konsistensi terhadap kebijakan perkreditan dan perjanjian kredit;
d. Perlakuan terhadap jaminan;
e. Ketentuan pemerintah yang tidak dipatuhi;
f. Perkiraan keuntungan yang dapat dicapai oleh debitur.
Penyelamatan Kredit Bermasalah :
Dalam usaha mengatasi timbulnya kredit bermasalah pihak bank dapat melakukan
beberapa tindakan penyelamatan sbb:
a. Rescheduling
Penjadwalan kembali sebagian atau seluruh kewajiban debitor. Misalnya,
angsuran pokok pinjaman (pokok kredit) yang semula dijadwalkan selesai
dalam jangka waktu 4 tahun diubah jadwalnya sedemikian rupa sehingga
pelunasan kredit akan memakan waktu lima tahun.
b. Reconditioning
Merupakan usaha pihak bank untuk menelamatkan kredit yang diberikan
dengan cara mengunah sebagian atau seluruh kondisi (persyaratan) yang
semula disepakati bersama pihak debitor dan dituangkan dalam perjanjian
kredit (PK). Persyratan yang diubah tersebut antara lain sbb:
Tingkat bunga kredit
Persyaratan diperlunak
Jaminan kreditur (agunan)
Jenis serta besarnya beberapa fee
Manajemen Bank
Kombinasi dari beberapa perubahan tersebut di atas.
c. Restructuring
Usaha penyelamatan kredit yang terpaksa harus dilakukan bank dengan
cara mengubah komposisi pembiayaan yang mendasari pemberian kredit.
Sebagai contoh suatu proyek dibiayai dengan struktur pembiayaan , yakni
pinjman bank (debt) 60% dan modal nasabah (equity) sebesar 60%
sehingga debt to equity ratio 60 : 40. Salah satu cara menanggulangi
kesulitan nasabah sbb:
Bank memberikan tambahan kredit.
Nasabah menambah porsi equity-nya (modal nasabah).
Nasabah menambah porsi equty- nya (fress capital).
d. Kombinasi 3-R
Dalam Rangka penyelamatan kredit bermaslah (rescue program, bila
dianggap perlu bank dapat melakukan berbagai kombinasi dari tindakan
rescheduling, reconditioning, dan restructuring tersebut di atas yakni:
Rescheduling dan reconditionining
Rescheduling dan restructuring
Reconditioning dan restructuring
Rescheduling, reconditioning dan restructuring.
e. Eksekusi
Jika semua usaha penyelamatan seperti diuraikan di atas sudah dicoba
namun masih juga tidak mampu memenuhi kewajiban terhadap bank,
maka jalan terakhir adalah bank melakukan eksekusi melalui berbagai
cara, antara lain :
Menyerahkan kewajiban kepada BUPN (Badan Urusan Piutang
Negara)
Menyerahkan perkara ke pengadilan negeri (perkara perdata)