manajemen_perkreditan

39
Pengertian kredit Manajemen Kredit adalah bagaimana mengelola pemberian kredit mulai dari kredit tersebut diberikan sampai dengan kredit tersebut lunas. Beberapa pengertian mengenai kredit adalah sebagai berikut: Kredit dalam bahasa latin Kredit dalam bahasa latin berarti “credere” yang berarti percaya. Maksud dari percaya bagi sipemberi kredit adalah ia percaya kepada si penerima kredit bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan bagi si penerima kredit merupakan penerimaan kepercayaan sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar sesuai jangka waktu. Kredit menurut Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998 Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Berdasarkan undang – undang No. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan, yang dimaksud dengan kredit adalah

description

MANAJEMEN KREDIT

Transcript of manajemen_perkreditan

Pengertian kredit

Manajemen Kredit adalah bagaimana mengelola pemberian kredit mulai

dari kredit tersebut diberikan sampai dengan kredit tersebut lunas. Beberapa

pengertian mengenai kredit adalah sebagai berikut:

Kredit dalam bahasa latin

Kredit dalam bahasa latin berarti “credere” yang berarti percaya. Maksud

dari percaya bagi sipemberi kredit adalah ia percaya kepada si penerima

kredit bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai

perjanjian. Sedangkan bagi si penerima kredit merupakan penerimaan

kepercayaan sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar sesuai

jangka waktu.

Kredit menurut Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998

Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan

dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam

antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi

utangnya setelah setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Berdasarkan undang – undang No. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas

UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan, yang dimaksud dengan kredit  adalah

penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan, berdasarkan persetujuan

atau kesepakatan pinjam meminjam antar bank dengan pihak lain yaitu

mewajibkan pihak peminjaman untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu

tertentu dengan pemberian bunga.

Dalam praktik perbankan di Indonesia, dengan memperhatikan ketentuan-

ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, penentuan besarnya kredit

dipengaruhi oleh ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

a) Reserve Requirement (RR)

Reserve Requirement adalah ketentuan bagi setiap bank umum untuk

menysihkan sebagian dari dana pihak ketiga yang berhasil dihimpunnya

dalam bentuk giro wajib minimum berupa rekening giro bank yang

bersangkutan pada bank Indonesia.

b) Loan to Deposit Ratio (LDR)

Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara besarnya seluruh volume

kredit yang disalurkan oleh bank dan jumlah penerimaan dana dari

berbagai sumber.

c) Batas Maksimum Pemberian Kredit

Batas maksimum pemberian kredit adalah ketentuan tentang tidak

diperbolehkannya suatu bank untuk memberikan kredit (baik kepada

nasabah tunggal maupun kepada nasabah grup) yang besarnya melebihi

20% dari besarnya modal bank yang bersangkutan.

d) Portfolio Investment

Prioritas terakhir dalam alokasi dana bank adalah dengan mengalokasikan

sejumlah dana tertentu pada investasi portfolio (portfolio investment).

Alokasi dana bank ke dalam kategori ini adalah dana sisa (residual fund)

setelah penanaman dana dalam bentuk pinjaman (kredit) telah memenuhi

kriteria atau target tertentu.

Jenis- jenis manajemen kredit

Jenis kredit dilihat dari segi kegunaan :

1. Kredit investasi yaitu kredit yang diberikan untuk pengadaan barang

modal maupun jasa yang dimaksudkan untuk menghasilkan suatu barang

atau jasa bagi usaha yang bersangkutan. Kredit ini diberikan kepada

perusahaan yang baru akan berdiri untuk keperluanmembangun pabrik

baru.

2. Kredit modal kerja yaitu kredit yang diberikan untuk membiayai

kebutuhan usaha, termasuk guna menutupi biaya produksi dalam rangka

peningkatan produksi atau penjualan. Kredit ini diberikan kepada

perusahaan yang telah berdiri, namun membutuhkan dana untuk

meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Misalnya dalam hal

membayar gaji pegawai atau unutk membeli bahan baku.

Jenis kredit dilihat dari segi tujuan kredit

Kredit produktif, yaitu kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha

atau produksi investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang

atau jasa. Contoh kredit ini untuk membangun pabrik yang nantinya akan

menghasilkan barang, kredit pertanian akan menghasilkan produk

pertanian atau kredit pertambangan menghasilkan bahan tambang atau

kredit industri lainnya.

Kredit konsumtif, yaitu kredit yang diberikan digunakan untuk konsumsi

secara pribadi. Dalam kredit ini tidak akan menembah barang atau jasa

yang dihasilkan karena memang untuk digunakan ataudipakai oleh

seseorang atau badan usaha. Sebagai contoh kredit untuk perumahan,

kredit mobil pribadi, kredit perabotan rumah tangga, kredit komsumsi

lainnya.

Kredit perdagangan, yaitu kredit yang digunakan untuk perdagangan,

biasanya untuk membeli barang dagang yang pembayarannya diharapkan

dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan

kepada supplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang

dalam jumlah besar. Contoh kredit ini misalnya kredit ekspor dan impor.

Jenis kredit dilihat dari jangka waktu kredit

Kredit jangka pendek yaitu suatu kredit yang diberikan tidak melebihi

jangka waktu 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal

kerja. Contohnya untuk peternakan misalnya kredit peternakan ayam atau

jika untuk pertanian misalnya tanaman padi atau palawija.

Kredit jangka menengah yaitu suatu kredit yang diberikan dengan jangka

waktu 1 ± 3 tahun, biasanya untuk investasi. Sebagai contoh kredit untuk

pertanian seperti jeruk atau peternakan kambing.

Kredit jangka panjang yaitu suatau kredit yang diberikan dengan jangka

waktu lebih dari 3 tahun. Biasanya kredit ini untuk investasi jangka

panjang seperti perkebunan karet, kelapa sawit atau manufactur dan untuk

kredit konsumtif seperti kredit perumahan.

Jenis kredit dilihat dari sektor usaha

Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sector perkebunan

atau pertanian rakyat.

Kredit peternakan, dalam hal ini untuk jangka pendek misalnya

peternakan ayam dan jangka panjang kambing atau sapi.

Kredit industri, yaitu kredit untuk membiayai industru kecil, menengah

atau besar.

Kredit pertambangan, jenis usaha tambang yang dibiayainya biasanya

dalam jangka panjang, seperti tambang emas, minyak atau timah.

Kredit pendidikan, merupakan kredit yang diberikan untuk membangun

sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para

mahasiswa.

Kredit profesi, diberikan kepada para professional seperti dokter,dosen dan

pengacara.

Kredit perumahan, yaitu kredit yang membiayai pembangunan atau

pembelian perumahan.

Jenis kredit dilihat dari sisi jaminannya

Kredit dengan jaminan adalah suatu kredit yang diberikan dengan suatu

jaminan, di antaranya berupa:

Jaminan benda berwujud yaitu barang-barang yang dapat dijadikan

jaminan seperti tanah, bangunan, kendaraan bermotor, peralataan,

barang dagangan, tanaman, kebun dan sawah.

Jaminan benda tak berwujud, yaitu perupakan surat-surat yang

dijadikan jaminan seperti sertifikat saham, sertifikat obligasi,

sertifikat tanah, sertifikat deposito, rekening tabungan yang

dibekukan, rekening giro yang dibekukan, promnes, wesel dan surat

tagihan lainnya.

Jaminan orang, yaitu jaminan yang diberikan oleh seseorang dan

apabila kredit tersebut macet, maka orang memberikan jaminan

itulah yang menanggung resikonya.

Kredit tanpa jaminan adalah suatu kredit yang diberikan tanpa jaminan

baik berupa barang / benda berwujud atau tidak berwujud, dan atau

jaminan orang. Kredit jenis ini biasanya diberikan untuk perusahaan

yang memang benar-benar bonafit dan professional sehingga

kemungkinan kredit tersebut macet sangat kecil.

Jaminan kredit bank dapat digolongkan dalam beberapa klasifikasi

berdasarkan sudut pandang tertentu, misalnya cara terjadinya, sifatnya kebendaan

yang dijadikan objek jaminan, dan lain sebagainya.

Jaminan karena undang-undang dank arena perjanjian

Jaminan karena undang-undang adalah jaminan yang dilahirkan atau

diadakanoleh seperti jaminan umum, hak privelege dan hak retensi (pasal

1132, pasal 1134 ayat (1)). Sedangkan jaminan karena perjanjian adalah

jaminan yang dilahirkan atau diadakan oleh perjanjian yang diadakan para

pihak sebelumnya, seperti gadai, hipotik, hak tanggungan danfiducia.

Jaminan umum dan jaminan khusus

Pada prinsipnya menurut hukum segala harta kekayaan debitur akan

menjadi jaminan bagi perutangannya dengan semua kreditur. Hal ini

berarti seluruh harta kekayaan milik debitur akan menjadi jaminan

pelunasan atas utang debitur kepada semua kreditur. Kekayaan debitur

dimaksud meliputi kebendaan bergerak maupun benda tetap, baik yang

sudah ada pada saat perjanjian utang piutang diadakan maupunyang baru

akan ada di kemudian hari yang akan menjadi milik debitur setelah

perjanjian utang piutang diadakan.

Karena jaminan umum kurang menguntungkan bagi kreditur, maka

diperlukan penyerahan harta kekayaan tertentu untuk diikat secara khusus

sebagai jaminan pelunasan utang debitur, sehingga kreditur yang

bersangkutan mempunyai kedudukan yang diutamakan ataudidahulukan

daripada kreditur kreditur lain dalam pelunasan utangnya. Jaminan yang

seperti ini memberikan perlindungan kepada kreditur dan didalam

perjanjian akan diterangkan mengenaihal ini. Jaminan khusus memberikan

kedudukan mendahului (preferen) bagi pemegangnya.

Jaminan yang bersifat kebendaan dan jaminan perseorangan

Jaminan yang bersifat kebendaan adalah jaminan yang berupa hak mutlak

atas sesuatu benda, yang mempunyai ciri-ciri mempunyai hubungan

langsung atas benda tertentu dari debitur,dapat dipertahankan terhadap

siapa pun, selalu mengikuti bendanya dan dapat diperalihkan(contoh:

hipotik, hak tanggungan gadai, dan lain-lain).

Sedang jaminan perseorangan adalah jaminan yang menimbulkan

hubungan langsung pada perseorangan tertentu, hanya dapat dipertahankan

terhadap debitur tertentu, terhadap harta kekayaan debitur umumnya ( contoh:

borgtocht). Jaminan kebendaan dapat berupa jaminan benda bergerak dan benda

tidak bergerak. Benda bergerak adalah kebendaan yang karena sifatnya dapat

berpindah atau dipindahkan atau karena undang-undang dianggap sebagai benda

bergerak, seperti hak-hak yang melekat pada benda bergerak. Benda bergerak

dibedakan lagi atas benda berwujud atau bertubuh. Pengikatan jaminan benda

bergerak berwujud dengan gadai atau fiducia, sedangkan pengikatan

jaminan benda bergerak tidak berwujud dengan gadai, cessie, dan account

receivable.

Kredit Non Kas

Kredit non kas (non cash loan) adalah kredit yang diberikan oleh bank

kepada nasabah yang hanya boleh ditarik apabila suatu transaksi yang telah

diperjanjikan telah direalisasi atau efektif. Kredit non kas ini dapat berupa:

Bank garansi. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia:

a) Jaminan dalam bentuk warkat yang ditertibkan oleh Bank Indonesia

yang mengakibatkan kewajiban membayar terhadap pihak yang

menerima jaminan apabila pihak yang dijamin melakukan cedera janji.

b) Jaminan dalam bentuk penandatanganan kedua dan seterusnya atas

surat-surat berharga seperti aval dan endosemen yang dapat

menimbulkan kewajiban membayar bagi bank apabila yang dijamin

cedera janji.

c) Jaminan lain yang terjadi karena perjanjian bersyarat sehingga dapat

menimbulkan kewajiban financial bagi bank.

Fasilitas pembukaan Letter of Credit (L/C). Pemberian fasilitas

pembukaan L/C kepada nasabah dalam pelaksanaan transaksi pembelian

barang, baik yang berkaitan dengan perdagangan dalam negeri maupun

dengan luar negeri.

Struktur Organisasi Perkreditan

Pengelolaan kredit pada suatu bank yang berskala kecil dilakukan oleh

loan officer; yang mengerjakan hamper semua tugas pemrosesan kredit mulai dari

analisis, penyidikan, negosiasi, sampai dengan proses pelunasannya. Sedangkan

wewenang pengambilan keputusan penolakan atau persetujuan kredit biasanya

langsung berada pada direksi. Namun sampai dengan jumlah tertentu, wewenang

pengambilan keputusan kreditsering didelegasikan kepada bawahannya, misalnya

kepala bagian atau kepala cabang bank.

Sementara pada bank-bank yang cukup besar, organisasi perkreditannya

cenderung lebih kompleks. Oleh karena itu, organisasinya biasanya disusun sesuai

dengan prinsip dan fungsi manajemen di mana loan officer memiliki tugas dan

tanggung jawab yang berbeda, misalnya terdiri dari beberapa divisi yang

selanjutnya membawahi bagian-bagian.

Kebijakan Perkreditan

Kebijakan perkreditan adalah suatu ketentuan atau proseduryang disusun

untuk dijadikan suatu pedoman bagi pejabat kredit atau loan officer melalui proses

pemutusan kredit. Kegunaan kebijakan perkreditan yang disusun secara tertulis

dapat membantu manajemen bank untuk:

1. Melaksanakan standar-standar perkreditan;

2. Memenuhi peraturan-peraturan perkreditan yang telah ditetapkan baik oleh

direksi atau pengurus bank yang bersangkutan maupun oleh etoritas

moneter;

3. Menjamin keseragaman pengambilan keputusan kredit;

4. Dapat membandingkan strategi perkreditan dengan keadaan yang sedang

dijalankan bank.

Secara garis besar, kebijakan umum perkreditan didasarkan atas:

1. Undang undang Perbankan: dimaksudkan untuk menumbuhkembangkan

Bank yang sehat dan kuat, dengan prinsip kehati-hatian (prudential

banking)

2. Kebijakan Umum Perkreditan (KUP), adalah kebijakan perkreditan sesuai

dengan prinsip-prinsip manajemen, mencakup perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasannya.

Kebijakan Umum Perkreditan (KUP) mencakup:

a) Unsur-unsur kredit, terdiri dari:

Kepercayaan: Kredit diberikan atas dasar kepercayaan

Waktu: Kredit selalu ada jangka waktunya

Risiko: Setiap kredit selalu mengandung unsur risiko

Prestasi: Kredit mengandung prestasi berupa pembayaran

bunga

Walaupun pemberian kredit didasarkan atas kepercayaan,

tetapi penilaian atas kepercayaan tadi harus memenuhi kriteria Five

C’s (Character, Capacity, Capital, Condition dan Collateral), serta

didokumentasikan, sehingga siapapun yang membaca dasar penilaian

pemberian kredit mempunyai persepsi yang sama.

b) Tujuan Pemberian Kredit

Bagi bank:

Profitability, artinya ada keuntungan yang diperoleh

secara wajar;

Safety, artinya harus aman dengan risiko yang telah

dimitigasi sebelumnya.

Bagi nasabah: memberikan manfaat yang positif bagi

masyarakat luas, dan meningkatkan produktivitas usaha.

Bagi masyarakat umum: dapat menunjang pertumbuhan

ekonomi nasional, dan meningkatkan kesempatan kerja.

c) Prosedur Kredit

Merencanakan Pasar Sasaran. Bank harus mempunyai

perencanaan, pasar mana yang akan dituju dalam memasarkan

kreditnya, misalkan fokus pada sektor ritel.

Menentukan kriteria risiko yang dapat diterima. Bank hanya

memasarkan kredit apabila kriteria risikonya jelas dan dapat

dimitigasi, misalkan dengan: menetapkan limit exposure, jenis

usaha (dibuat ratingnya, dan rating apa saja yang layak

dibiayai), lokasi, dsb.

Menentukan kriteria nasabah kredit yang diberikan, berdasar

pada kriteria nasabah yang jelas.

d) Putusan Kredit

Setiap pemberian kredit harus melalui mekanisme proses dan

prosedur baku, antara lain:

Ada permohonan kredit secara tertulis

Dilengkapi dengan dokumen yang dipersyaratkan

Disertai dengan proposal kredit

Dibuat rekomendasi dan putusan kredit

Dibuat pemberitahuan putusan kredit secara tertulis

Melakukan perjanjian kredit secara hokum

Proses pencairan kredit

Melakukan pengawasan dan evaluasi

Pada dasarnya tujuan pemberian kredit haruslah didasarkan

pada kelayakan usaha, agar usaha yang dibiayai dapat berkembang,

menyerap tenaga kerja, dan pada akhirnya dapat menyumbang

peningkatan ekonomi masyarakat di sekitarnya.

3. Pedoman Pelaksanaan Perkreditan (PPK), atau ada juga yang menyebut

dengan Standar Operasional Perkreditan (SOP), merupakan pelaksanaan

perkreditan yang dapat menjamin pemberian kredit yang sehat.

Komite Kredit dan Keanggotaan

Komite kredit atau loan committee memiliki tugas untuk meneliti semua

permohonan kredit yang jumlahnya melebihi batas maksimum wewenang

pemutusan persetujuan masing-masing pejabat, atau karena adanya kasus-kasus

khusus dalam perkreditan, misalnya yang berkaitan dengan fasilitas credit line.

Struktur komite kredit ini tergantung pada tingkat spesialisasi dalam proses

pemberian kredit dan kapabilitas anggota-anggotanya. Komposisi komite kredit

bagi bank-bank yang berukuran kecil biasanya terdiri dari anggota direksi dan

pejabat senior kredit.

Komite kredit pada bank-bank besar mengikuti garis hierarki staf komite

yang terdiri dari pejabat kredit senior bekerja sama dengan dewan direksi.

Masalah-masalah operasional dan pengambilan keputusan kredit merupakan

bidang tugas staf komite kredit, sementara direksi bertugas mempertimbangkan

atau meneliti kebijakan perkreditan secara keseluruhan dan merekomendasikan

arah yang harus ditempuh, terutama masalah-masalah yang sifatnya sensitif,

seperti kredit yang menunjukkan gejala-gejala yang tidak sehat dan komposisi

portfolio kredit.

Tugas dan Jenis Komite Kredit

Bank-bank yang berskala besar dengan portfolio kredit dan jumlah

nasabah yang banyak biasanya memiliki dua komite yang terdiri dari komite

kredit direksi dan komite pejabat senior kredit. Komite kredit direksi

beranggotakan antara lain presiden direktur, pejabat senior kredit, dan beberapa

anggota direksi. Anggota komite pejabat kredit terdiri dari pejabat senior kredit

saja.

Tugas-tugas komite pejabat kredit adalah sebagai berikut:

a. Meneliti dan menilai permohonan kredit baru yang berjumlah besar;

b. Meneliti dan menilai permohonan perpanjangan kredit dan alasan-alasan

perpanjangan tersebut;

c. Meneliti dan menilai semua kredit yang mengalami kemacetan untuk

mengetahui dan menentukan sebab-sebabnya;

d. Meneliti apakah semua pemberian kredit tersebut telah sesuai dengan

kebijakan perkreditan bank yang bersangkutan;

e. Memeriksa kelengkapan-kelengkapan dokumen kredit;

f. Memeriksa konsistensi perlakuan terhadap permohonan kredit.

Komite kredit direksi bertugas antara lain sebagai berikut:

a. Meneliti dan menilai permohonan kredit yang telah diputuskan oleh

pejabat senior, biasanya permohonan kredit yang berjumlah besar;

b. Membuat suatu penilaian akhir dari putusan-putusan yang diambil oleh

komite pejabat kredit dengan menitikberatkan pada kredit yang berjumlah

besar;

c. Meneliti dan menilai kredit yang telah jatuh tempo;

d. Memeriksa kredit-kredit yang mengalami kemacetan dan permasalahannya

secara keseluruhan.

Penilaian Kredit

Penilaian kredit atau disebut juga analisis kredit, dilakukan oleh suatu tim

atau bagian dalam organisasi perkreditan terhadap permohonan kredit yang

diajukan dengan tujuan untuk menilai kondisi calon debitur. Dengan adanya

analisis kredit diharapkan risiko default yang disebabkan ketidakmampuan debitur

memenuhi kewajibannya dapat diperkecil.

Prinsip Pemberian Kredit

Prinsip pemberian kredit ini disebut pula konsep 5C. Konsep 5C ini dapat

memberikan informasi mengenai itikad baik atau kemauan dan kemampuan

membayar nasabah untuk melunasi kembali pinjaman beserta bunganya. Prinsip

perkreditan tersebut adalah sebagai berikut:

Character

Tingginya respek pelanggan terhadap kewajibannya, dilihat dari

karakter manajemen perusahaan debitur. Karakter ini merupakan suatu

keyakinan bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan

diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya, hal ini tercermin dari

latar belakang si nasabah baik yang bersifat latar belakang pekerjaan

maupun yang besifat latar belakang pribadi.

Capacity

Kemampuan pelanggan membayar kewajiban berdasarkan aspek

likuiditas & proyeksi aliran kas. Pada analisa ini bank berusaha

mengetahui kemampuan manajemen mengoperasikan perusahaannya

sehingga dapat memenuhi kewajibannya terhadap bank secara rutin

dan pada saat jatuh tempo. Kapasitas ini menunjukkan kemampuan riil

dari perusahaan untuk merealisasikan rencana yang telah dibuatnya.

Capital

Posisi keuangan perusahaan yang ditunjukkan oleh rasio keuangan &

besarnya modal sendiri. Analisis aspek capital ini meliputi struktur

modal yang disetor, cadangan-cadangan danlaba yang ditahan dalam

struktur keuangan perusahaan. Besarnya modal sendiri ini

menunjukkantingkat resiko yang ikut dipikul oleh debitur dalam

pembiayaan suatu proyek.

Collateral

Aset milik pelanggan yang dijadikan jaminan, seperti surat  berharga.

Penilaian ini meliputi penilaian terhadap jaminan yang diberikan

debitur sebagai pengaman kredit yang diberikan bank. Penilaian

tersebut meliputi kecenderungan nilai jaminandi masa depan dan

tingkat kemudahan mengkonversikannya menjadi uang tunai

(marketability).

Condition

Kondisi ekonomi secara umum yang memengaruhi kebijakan ekonomi

perusahaan. Analisis terhadap aspek ini meliputi analisis terhadap

variabel ekonomi makro yangmelingkupi perusahaan baik variabel

regional, nasional, maupun internasional. Variabel yangdiperhatikan

terutama adalah variabel ekonomi (walaupun tidak terlepas juga bank

perlumemperhatikan variabel lainnya seperti kondisi politik,

perundang-undangan, dan lain-lain).

Selain konsep/prinsip 5C tersebut di atas dalam prakteknya bank juga seringkali

menetapkandasar penilaian lain yang sering disebut dengan prinsip 7P, yaitu:

Personality

Bank mencari data tentang kepribadian calon debitur seperti riwayat

hidupnya (kelahiran, pendidikan, pengalaman, usaha/pekerjaan, dan

sebagainya), hobi, keadaan keluarga (istri, anak), social standing

(pergaulan dalam masyarakat serta bagaimana pendapat masyarakat

tentang dirisi peminjam), serta hal-hal lain yang erat hubungannya dengan

kepribadian si peminjam.

Parti

Bertujuan mengklasifikasi calon debitur berdasarkan modal, loyalitas, dan

karakternya.Pengklasifikasian ini akan menentukan perlakuan bank dalam

hal pemberian fasilitas.

Purpose

Mencari data tentang tujuan atau keperluan penggunaan kredit. Apakah

akan digunakannya untuk berdagang, atau untuk membeli rumah atau

untuk tujuan lainnya. Selain itu apakah tujuan penggunaan kredit itu sesuai

dengan line of business kredit yang bersangkutan. Misalnya, tujuan atau

keperluan kredit untuk perkapalan sedangkan line of business bank

dalam bidang pertanian.

Prospect

Yang dimaksud dengan prospect adalah harapan masa depan dari bidang

usaha ataukegiatan usaha si peminjam. ini dapat diketahui dari

perkembangan usaha peminjam selama beberapa bulan/tahun,

perkembangan keadaan ekonomi perdagangan,

keaadaanekonomi/perdagangan sektor usaha si peminjam, kekuatan

keuangan perusahaan yang dibuat dariearning power (kekuatan

pendapatan/keuntungan) masa lalu dan perkiraan masa mendatang.

Payment

Mengetahui bagaimana perkiraan pembayaran kembali pinjaman yang

akan diberikan.Hal ini dapat diperoleh dari perhitungan tentang prospek,

kelancaran penjualan dan pendapatansehingga dapat diperkirakan

kemampuan pengembalian pinjaman ditinjau dari waktu serta jumlah

pengambilannya.

Profitability

Menilai berapa tingkat keuntungan yang akan diraih calon debitur,

bagaimana polanya,apakah makin lama makin besar atau sebaliknya.

Protection

Menilai bagaimana calon debitur melindungi usaha dan mendapatkan

perlindungan usaha. Apakah dalam bentuk jaminan barang, orang atau

asuransi.

Aspek-aspek Penilaian Kredit

Dalam melakukan analisis kredit sangat penting melakukan penilaian

terhadap aspek-aspek yang menyangkut kegiatan usaha calon debitur, yaitu:

a. Aspek pemasaran

Penilaian yang perlu ditekankan di sini adalah menyangkut kemampuan

daya beli masyarakat, kompetisi, pangsa pasar, kualitas produksi, dan

sebagainya. Analisis pemasaran perlu dilakukan untuk melihat kondisi

pasar saat ini, meliputi jumlah penawaran yang sudah ada untuk jenis

produk yang direncanakan peminjam dan kemampuan pasar menyerap

produk debitur.

b. Aspek teknis

Penilaian terhadap aspek teknis ini antara lain meliputi kelancaran

produksi, kapasitas produksi, mesin-mesin dan peralatan, ketersediaan dan

kontinuitas bahan baku. Di samping itu, kualitas tenaga kerja yang dimiliki

dan fasilitas teknis yang ada, cukup mempengaruhi penilaian aspek teknis.

c. Aspek manajemen

Dalam penilaian aspek manajemen, perlu diperhatikan struktur organisasi

dan anggota-anggota manajemen, termasuk kemampuan dan

pengalamannya, serta pola kepemimpinan yang diterapkan oleh top

manajemen. Perlu diperhatikan apakah dalam pengelolaan dan

kepengurusan perusahaan ada tanda-tanda one man show management.

d. Aspek yuridis

Penilaian aspek yuridis ini antara lain meliputi: status hukum badan usaha

(misalnya akte pendirian yang telah disahkan oleh yang berwenang,

legalitas usaha – meliputi kelengkapan izin usaha, dan yang cukup penting

adalah bagaimana legalitas barang-barang jaminan) yaitu kepemilikannya

harus didukung dengan dokumen yang sah dan dalam penguasaan calon

debitur.

e. Aspek sosial ekonomi

Penilaian atas aspek ini pada dasarnya untuk mengetahui apakah usaha

yang akan dibiayai dengan kredit bank diterima atau member dampak

positif atau negatif terhadap lingkungan masyarakat setempat. Perlu

diperhatikan apakah proyek tersebut mendorong pertumbuhan

perekonomian masyarakat atau mungkin bertentangan dengan nilai-nilai

sosial dan agama masyarakat setempat.

f. Aspek financial

Penialaian aspek keuangan ini meliputi keadaan keuangan perusahaan

debitur yang akan dibiayai. Untuk melakukan penilaian keadaan

keuangannya, perlu diperoleh data-data mengenai laporan keuangan, arus

dana, realisasi produksi, pembelian, dan penjualan. Laporan sumber dan

penggunaan dana akan sangat membantu dalam melakukan penilaian

secara akurat.

Prospek Pemberian Kredit

I. Pengajuan berkas-berkas

Dalam hal ini permohonan kredit mengajukan permohonan kredit

yang dituangkan dalam suatu proposal, kemudian dilampiri dengan

berkas-berkas lainnya yang dibutuhkan. Pengajuan proposal kredit

hendaknya yang berisi antara lain sebagai berikut:

Latar belakang perusahaan

Maksud dan tujuan

Besarnya kredit dan jangka waktu

Cara permohonan mengembalikan kredit

Jaminan kredit

Akte notaries

TDP (tanda daftar perusahaan)

NPWP (nomor pokok wajib pajak)

Neraca dan laporan rugi laba 3 tahun terakhir

Bukti diri dari pimpinan perusahaan

Foto copy sertifikat jaminan

II. Penyelidikan berkas pinjaman

Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah berkas yang diajukan

sudah lengkap sesuai persyaratan dan sudah benar.jiak menurut pihak

perbankan belum lengkap atau cukup, maka nasabah diminta untuk segera

melengkapinya dan apabila sampai batas tertentu nasabah tidak sanggup

melengkapi kekurangan tersebut, maka sebaiknya permohonan kredit

dibatalkan saja.

III. Wawancara 1

Merupakan penyidikan kepada calon peminjam dengan langsung

berhadapan dengan calon peminjam, untuk meyakinkan apakah berkas-

berkas tersebut sesuai dan lengkap seperti dengan yang diinginkan.

Wawancara ini juga untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan nasabah

yang sebenarnya. Hendaknya dalam wawancara ini dibuat serileks

mungkin sehingga diharapkan hasil wawancara akan sesuai dengan tujuan

yang diharapkan.

IV. On the spot

Merupakan kegiatan pemeriksaan ke lapangan dengan meninjau

berbagai objek yang akan dijadikan usaha dan jaminan. Kemudian hasil on

the spot dicocokkan dengan hasil wawancara I. pada saat hendak

melakukan on the spot hendaknya jangan diberitahu kepada nasabah.

Sehingga apa yang kita lihat di lapangan sesuai dengan kondisi yang

sebenarnya.

V. Wawancara 2

Merupakan kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada

kekurangan-kekurangan pada saat setelah dilakukan on the spot

dilapangan. Catatan yang ada pada permohonan dan pada wawancara I

dicocokkan dengan pada saat on the spot apakah ada kesesuaian dan

mengandung suatu kebenaran.

VI. Keputusan kredit

Keputusan kredit dalam hal ini adalah menentukan apakah kredit

akan diberikan atau ditolk, jiak di terima maka akan disiapkan

administrasinya, biasanya keputusan kredit yang akan mencakup:

Jumlah uang yang diterima

Jangka waktu kredit

Biaya-biaya yang harus dibayar

VII. Penandatanganan akad kredit/ perjanjian lainnya

Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari diputuskannya kredit,

maka sebelum kredit dicairkan maka terlebih dulu calon nasabah

menandatangani akad kredit, mengikat jaminan dengan hipotek dan surat

perjanjian atau pernyataan yang dianggap perlu. Penandatanganan

dilaksanakan:

Antara bank dengan debitur secara langsung atau

Dengan melalui notaries

VIII. Realisasi kredit

Realisasi kredit diberikan setelah penandatanganan surat-surat

yang diperlukan dengan membuka rekening giro atau tabungan di bank

yang bersangkutan.

IX. Penyaluran atau penarikan dana

Adalah pencairan atau pengambilan uang dari rekening sebagai

realisasi dari pemberian kredit dan dapat diambil sesuai ketentuan dan

tujuan kredit yaitu sekaligus atau secara bertahap.

Kredit Bermasalah

Kredit bermasalah atau problem loan dapat diartikan sebagai pinjaman

yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya factor kesenjangan dan atau

karena factor eksternal di luar kemampuan kendali debitur. Kredit bermasalah

sering juga disebut non performing loan yang dapat diukur dari kolektibilitasnya.

Kolektibilitas merupakan gambaran kondisi pembayaran pokok dan bunga

pinjaman serta tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana yang ditanamkan

dalam surat-surat berharga. Kategori kolektibilitas kredit yang dibuat Bank

Indonesia sbb:

- Kredit Lancar adalah kredit yang tidak mengalami penundaan

pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunga.

- Kredit Kurang Lancar adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman

dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan selama tiga bulan

dari waktu yang diperjanjikan.

- Kredit diragukan adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan

pembayaran bunganya telah mengalami penundaanselama enam bulan atau

dua kali dari waktu yang diperjanjikan.

- Kredit macet adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan

pembayaran bunganya telah mengalami penundaan lebih dari satu tahun

sejak jatuh tempo menurut jadawal yang telah diperjanjikan.

Implikasi bagi pihak bank sebagai dari timbulnya kredit bermaslah tersebut dapat

berupa sbb :

Hilangnya kesempatan untuk memperoleh income (pendapatan) dari kredit

yang diberikan, sehingga mengurangi perolehan laba dan berpengaruh

buruk bagi rentabilitas bank.

Rasio kualitas aktiva produktif atau yang lebih dikenal dengan BDR (Bad

Debt Ratio) menjadi semakin besar yang menggambarkan terjadinya

situasi yang memburuk.

Bank harus memperbesar penyisihan untuk cadangan aktiva produktif

yang diklasifikan berdasarkan ketentuan yang ada.

Return on Asset (ROA) mengalami penurunan.

Sebagai akibat dari komplikasi butir 2,3, dan 4 tersebut diatas adalah

menurunnya nilai tingkat kesehatan bank berdasarkan perhitungan

menurut metode CAMEL.

Indikasi Kredit Bermasalah

Pada kredit yang berskala kecil, indikasi utama ke arah terjadinya masalah

adalah gagalnya debitur memenuhi kewajibannya sesuai dengan jadwal yang

disepakati. Namun bagi nasabah debitur besar yang umumnya korporasi, ada

beberapa indikasi yang dapat digunakan untuk mendeteksi awal kredit yang

mengalami masalah. Indikasi kemungkinan terjadinya kredit bermasalah dapat

dibedakan dari 2 sumber, di antaranya adalah:

Indikasi internal:

a. Perkembangan kondisi keuangan yang cenderung berlawanan dari

proyeksi yang diharapkan;

b. Terjadi penundaan pembayaran cicilan pokok dan bunga;

c. Ada anggota eksekutif perusahaan yang mengundurkan diri;

d. Meningkatnya penggunaan fasilitas overdraft;

e. Permintaan penambahan kredit tanpa menyertakan data-data

keuangan yang lengkap dan mutakhir;

f. Permohonan perpanjangan atau penjadwalan ulang;

g. Usaha nasabah terlalu ekspansif;

h. Debitur menghindari penyampaian informasi keuangan pada saat

diminta.

Indikasi eksternal:

a. Adanya penyelidikan dari lembaga-lembaga keuangan lain;

b. Kreditur lain melakukan tindakan proteksi, misalnya penambahan

dan pengikatan barang jaminan secara normal;

c. Kegagalan perusahaan membayar pajak;

d. Ada anggota eksekutif perusahaan yang mengundurkan diri;

e. Pemohokan buruh (pekerja) secara terorganisasi;

f. Permohonan perpanjangan atau penjadwalan ulang;

g. Peluncuran produksi baru oleh pesaing.

Faktor-faktor Penyebab Kredit Bermasalah

Dari sisi perspektif bank, terjadinya kredit bermasalah disebabkan oleh berbagai

faktor yang dapat dibedakan menjadi berikut:

1. Faktor Internal

Faktor internal kredit bermasalah berhubungan dengan kebijakan dan

strategi yang ditempuh pihak bank:

a. Kebijakan perkreditan yang ekspansif

Bank yang memiliki kelebihan dana (excess liquidity) sering

menetapkan kebijakan perkreditan yang terlalu ekspansif yang

melebihi pertumbuhan kredit secara wajar, yaitu dengan menetapkan

sejumlah target kredit yang harus dicapai untuk kurun waktu

tertentu. Keharusan pencapaian target kredit dalam waktu tertentu

tersebut cenderung mendorong pejabat kredit menempuh langkah-

langkah yang lebih agresif dalam penyaluran kredit sehingga

mengakibatkan tidak lagi selektif dalam memilih calon debitur dan

kurang menerapkan disiplin-disiplin perkreditan yang sehat dalam

menilai permohonan kredit sebagaimana seharusnya. Bank sering

saling membajak nasabah dengan memberikan kemudahan yang

berlebihan. Bank juga sering mengabaikan kalau calon debiturnya

masuk dalam Daftar Kredit Macet yang diterbitkan Bank Indonesia

secara rutin.

b. Penyimpangan dalam pelaksanaan prosedur perkreditan

Pejabat bank sering tidak mengikuti dan kurang disiplin

dalam menerapkan prosedur perkreditan sesuai dengan p-edoman

dan tata cara pemberian kredit dalam suatu bank. Hal yang sering

terjadi, bank tidak mewajibkan calon debitur membuat studi

kelayakan dan prosedur perkreditan. Ini bisa disebabkan karena

jumlah dan kualitas sumber daya manusia, khususnya yang

menangani masalah perkreditan belum memadai. Salah satu

penyebab timbulnya kredit bermasalah dari sisi intern bank adalah

adanya pihak dalam bank yang sangat dominan dalam pemutusan

kredit.

c. Lemahnya sistem administrasi dan pengawasan kredit

Untuk mengukur lemahnya system administrasi dan

pengawasan kredit bank dapat dilihat dari dokumen kredit yang

seharusnya diminta dari debitur tapi tidak dilakukan oleh bank,

berkas perkreditan tidak lengkap dan tidak teratur, pemantauan

terhadap usaha debitur tidak dilakukan secara rutin, termasuk

peninjauan langsung pada lokasi usaha debitur secara periodic.

Lemahnya system administrasi dan pengawasan tersebut

menyebabkan kredit yang secara potensial akan mengalami masalah

tidak dapat dilacak secara dini, sehingga bank terlambat melakukan

langkah-langkah pencegahan.

d. Lemahnya sistem informasi kredit

System informasi kredit yang tidak berjalan sebagaimana

seharusnya akan memperlemah keakuratan pelaporan bank yang

pada gilirannya akan sulit melakukan deteksi dini. Hal tersebut dapat

menyebabkan terlambatnya pengambilan langkah-langkah yang

diperlukan untuk mencegah terjadinya kredit bermasalah.

e. Itikad kurang baik dari pihak bank

Pemilik atau pengurus bank seringkali memanfaatkan

keberadaan banknya untuk kepentingan kelompok bisnisnya dengan

sengaja melanggar ketentuan kehati-hatian perbankan terutama

ketentuan legal lending limit. Selain itu pemilik atau pengurus bank

memberikan kredit kepada debitur yang sebenarnya fiktif. Padahal

kredit tersebut digunakan untuk kepentingan pemilik atau pengurus

bank untuk tujuan yang lain. Hal ini terjadi karena adany kerjasama

antara pemilik dan pengurus bank yang memiliki itikad kurang baik.

2. Faktor Eksternal

Factor eksternal ini sangat terkait dengan kegiatan usaha debituryang

menyebabkan terjadinya kredit bermasalah antara lain terdiri dari:

a. Penurunan kegiatan ekonomi dan tingginya tingkat bunga kredit

Kegiatan usaha debitur rentan terhadap terjadinya penurunan

kegiatan ekonomi dan dalam waktu yang sama tingkat suku bunga

mengalami kenaikan yang tinggi. Penurunan kegiatan ekonomi dapat

disebabkan oleh adanya kebijakan penyejukan ekonomi atau akibat

kebijakan pengetatan uang yang dilakukan oleh Bank Indonesia yang

menyebabkan tingkat bunga naik dan pada gilirannya debitur tidak

lagi mampu membayar cicilan pokok dan bunga kredit.

b. Pemanfaatan iklim persaingan perbankan yang tidak sehat oleh

debitur

Persaingan bank yang sangat ketat dalam penyaluran kredit

dapat dimanfaatkan debitur yang kurang memiliki itikad baik untuk

memperoleh kredit melebihi jumlah yang diperlukan untuk usaha

yang kurang jelas, atau untuk kegiatan spekulatif. Dalam kondisi

persaingan yang tajam, bank sering menjadi tidak rasional dalam

pemberian kredit dan akan diperburuk dengan keterbatasan

kemampuan teknis dan pengalaman petugas bank dalam pengelolaan

kredit.

c. Kegagalan usaha debitur

Kegagalan usaha debitur dapat terjadi karena sifat usaha

debitur yang sensitif terhadap pengaruh eksternal, misalnya

kegagalan dalam pemasaran produk; karena perubahan harga di

pasar; adanya perubahan pola konsumen; dan pengaruh

perekonomian nasional.

d. Debitur mengalami musibah

Musibah dapat saja terjadi pada debitur, misalnya meninggal

dunia, lokasi usahanya mengalami kebakaran atau kerusakan

sementara usaha debitur tidak dilindungi dengan asuransi.

Loan Review

Pemeriksaan kredit merupakan suatu cara yang sangat penting dalam

usaha mengurangi kerugian yang mungkin timbul dari kredit yang disalurkan

(portfolio kredit). Pemeriksaan ulang kredit atau loan review pada dasarnya

merupakan suatu kegiatan untuk menilai kembali keadaan debitur, termasuk data-

data dan informasi yang disampaikan kepada bank yang meliputi keadaan

keuangan nasabah, kelengkapan dokumen, dan hal-hal lainnya yang dianggap

perlu. Masalah-masalah yang penting diperhatikan dalam melaksanakan loan

review anatara lain sebagai berikut:

a. Keadaan keuangan dan kemampuan debitur melunasi kreditnya;

b. Kelengkapan dokumen;

c. Konsistensi terhadap kebijakan perkreditan dan perjanjian kredit;

d. Perlakuan terhadap jaminan;

e. Ketentuan pemerintah yang tidak dipatuhi;

f. Perkiraan keuntungan yang dapat dicapai oleh debitur.

Penyelamatan Kredit Bermasalah :

Dalam usaha mengatasi timbulnya kredit bermasalah pihak bank dapat melakukan

beberapa tindakan penyelamatan sbb:

a. Rescheduling

Penjadwalan kembali sebagian atau seluruh kewajiban debitor.  Misalnya,

angsuran pokok pinjaman (pokok kredit) yang semula dijadwalkan selesai

dalam jangka waktu 4 tahun diubah jadwalnya sedemikian rupa sehingga

pelunasan kredit akan memakan waktu lima tahun.

b. Reconditioning

Merupakan usaha pihak bank untuk menelamatkan kredit yang diberikan 

dengan cara mengunah sebagian atau seluruh kondisi (persyaratan) yang

semula disepakati bersama pihak debitor dan dituangkan dalam perjanjian

kredit (PK).  Persyratan yang diubah tersebut antara lain sbb:

Tingkat bunga kredit

Persyaratan diperlunak

Jaminan kreditur (agunan)

Jenis serta besarnya beberapa fee

Manajemen Bank

Kombinasi dari beberapa perubahan tersebut di atas.

c. Restructuring

Usaha penyelamatan kredit yang terpaksa harus dilakukan bank dengan

cara mengubah komposisi pembiayaan yang mendasari pemberian kredit. 

Sebagai contoh suatu proyek dibiayai dengan struktur pembiayaan , yakni

pinjman bank (debt) 60% dan modal nasabah (equity) sebesar 60%

sehingga debt to equity ratio 60 : 40. Salah satu cara menanggulangi

kesulitan nasabah sbb:

Bank memberikan tambahan kredit.

Nasabah menambah porsi equity-nya (modal nasabah).

Nasabah menambah porsi equty- nya (fress capital).

d. Kombinasi 3-R

Dalam Rangka penyelamatan kredit bermaslah (rescue program, bila

dianggap perlu bank dapat melakukan berbagai kombinasi dari tindakan

rescheduling, reconditioning, dan restructuring tersebut di atas yakni:

Rescheduling dan reconditionining

Rescheduling dan restructuring

Reconditioning dan restructuring

Rescheduling, reconditioning dan restructuring.

e. Eksekusi

Jika semua usaha penyelamatan seperti diuraikan di atas sudah dicoba

namun masih juga tidak mampu memenuhi kewajiban terhadap bank,

maka jalan terakhir adalah bank melakukan eksekusi melalui berbagai

cara, antara lain :

Menyerahkan kewajiban kepada BUPN (Badan Urusan Piutang

Negara)

Menyerahkan perkara ke pengadilan negeri (perkara perdata)