Manajemen Skizofren Hamil

30
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Angka pasien skizofrenia di AS cukup tinggi (lifetime prevalance rates) mencapai 1/100 penduduk. Sebagai perbandungan, di Indonesia bila pada PJPT I angkanya adalah 1/1000 penduduk maka proyeksinya pada PJPT II, 3/1000 penduduk, bahkan bisa lebih besar lagi. Berdasarkan data di AS. Setiap tahun terdapat 300.000 pasien skizofrenia mengalami episode akut. Prevalensi skizofrenia lebih tinggi dari penyakit Alzheimer, multipel skelosis, pasien diabtes yang memakai insulin, dan penyakit otot (muscular dystrophy). 20%-50% pasien skizofrenia melakukan percobaan bunuh diri, dan 10% di antaranya berhasil (mati bunuh diri). angka kematian pasien skizofrenia 8 kali lebih tinggi dari angka kematian penduduk pada umumnya. Perempuan dengan Skizofrenia dapat dan bisa menjalani kehamilannya. Namun, pada skizofrenia yang tak terkontrol dapat membahayakan, baik terhadap ibu maupun janin. Lagipula, pada 1

description

manajemen

Transcript of Manajemen Skizofren Hamil

Page 1: Manajemen Skizofren Hamil

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Angka pasien skizofrenia di AS cukup tinggi (lifetime prevalance rates) mencapai 1/100

penduduk. Sebagai perbandungan, di Indonesia bila pada PJPT I angkanya adalah 1/1000

penduduk maka proyeksinya pada PJPT II, 3/1000 penduduk, bahkan bisa lebih besar lagi.

Berdasarkan data di AS. Setiap tahun terdapat 300.000 pasien skizofrenia mengalami episode

akut. Prevalensi skizofrenia lebih tinggi dari penyakit Alzheimer, multipel skelosis, pasien

diabtes yang memakai insulin, dan penyakit otot (muscular dystrophy). 20%-50% pasien

skizofrenia melakukan percobaan bunuh diri, dan 10% di antaranya berhasil (mati bunuh diri) .

angka kematian pasien skizofrenia 8 kali lebih tinggi dari angka kematian penduduk pada

umumnya.

Perempuan dengan Skizofrenia dapat dan bisa menjalani kehamilannya. Namun, pada

skizofrenia yang tak terkontrol dapat membahayakan, baik terhadap ibu maupun janin. Lagipula,

pada beberapa wanita, kehamilan dapat menimbulkan gejala skizofrenia meningkat. Pada

skizofrenia angka kesuburan (fertility rate)relatif lebih rendah dari wanita pada umumnya.

Namun, pasien skizofrenia memiliki resiko yang tinggi terhadap kehamilan yang tidak

direncanakan atau diinginkan dan lebih sering tidak menikah dan dengan dukungan dukungan

sosial yang terbatas.

Perbedaan signifikan jenis kelamin ada pada gejala, karakteristik, dan respon pengobatan

skizofrenia. Meskipun schizophrenia secara sederhana memiliki perbandingan yang sama antara

laki-laki dan perempuan, resiko terjadinya lebih kecil pada perempuan. Puncak onset

1

Page 2: Manajemen Skizofren Hamil

schizophrenia lebih lambat pada wanita, terjadi usia 20 tahunan, selanjutnya lebih jarang pada

usia antara 45-49 tahun.

1.2 Batasan Masalah

Referat ini membahas skizofrenia pada kehamilan serta pengobatan skizofrenia pada kehamilan

1.3 Tujuan penulisan

Tujuan penulisan referat ini adalah:

1. Memahami definisi skizofrenia, skizofrenia pada kehamilan serta pengobatan skizofrenia

pada kehamilan

2. Meningkatkan kemampuan dalam penulisan ilmiah di bidang ilmu kedokteran jiwa.

3. Memenuhi salah satu syarat kelulusan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di bagian Ilmu

Kedokteran Jiwa FK UR RSJ Tampan Pekanbaru.

1.4 Metode Penulisan

Penulisan dari referat ini menggunakan metode tinjauan pustaka dengan mengacu kepada

beberapa literatur.

2

Page 3: Manajemen Skizofren Hamil

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Skizofrenia

Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindroma dengan variasi penyebab (banyak yang

belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau “deteriorating”) yang

luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial

budaya.

Gangguan skizofrenik umumnya ditandai oleh distorsi pikiran dan persepsi yang

mendasar dan khas, dan oleh afek yang tidak wajar (inappropiate) atau tumpul (blunted).

Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya tetap dipertahankan, walaupun

defisit kognitif tertentu dapat berkembang kemudian. Gangguan ini melibatkan fungsi yang

paling mendasar yang memberikan kepada orang normal suatu perasaan kepribadian, keunikan,

dan pengarahan diri. Pikiran, perasaan, dan perbuatan yang paling intim/mendalam sering terasa

atau diketahui oleh atau terbagi rasa dengan orang lain, dan waham-waham dapat timbul, yang

menjelaskan bahwa kekuatan alami dan supernatural sedang bekerja mempengaruhi pikiran dan

perbuatan penderita dengan cara-cara yang sering tidak masuk akal atau bizarre.

Individu mungkin mengganggap dirinya sebagai pusat segala-galanya yang terjadi.

Halusinasi, terutama auditorik, lazim dijumpai dan mungkin memberi komentar tentang prilaku

dan pikiran individu itu. Persepsi sering terganggu, dan kebingungan juga lazim dijumpai pada

awal penyakit dan sering mengakibatkan keyakinan bahwa situasi sehari-hari itu benar memiliki

makna khusus, biasanya bernada seram atau mengancam, yang ditujukan secara khas pada

individu tersebut.

3

Page 4: Manajemen Skizofren Hamil

Berikut ini merupakan pedoman diagnostik untuk skizofrenia :

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau

lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):

(a) - Thought echo : isi pikiran diri sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya

(tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya

berbeda.

- Thought insertion or withdrawal : isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam

pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya

(withdrawal); dan

- Thought broadcasting : isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum

mengetahuinya.

(b) - Delusion of control : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu

dari luar; atau

- Delusion of influence : waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu

dari luar; atau

- Delusion of passivity : waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap

sesuatu kekuatan dari luar.

- Delusional perception : pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat

khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat.

(c) Halusinasi auditorik:

- suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien, atau

- mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang

berbicara).

4

Page 5: Manajemen Skizofren Hamil

- jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagi tubuh

(d) Waham - waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak

wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik

tertentu, atau kekuatan dam kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu

mengendalikan cuaca, atau komunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).

Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:

(e) Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham

yang mengambang maupun setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas,

ataupun disertai ide-ide berlebihan (over- valued ideas) yang menetap, atau apabila

terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus berulang.

(f) Arus pikiran yang terputus (break) atau mengalami sisipan (interpolation), yang

berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;

(g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu

(posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;

(h) Gejala-gejala “negatif”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respon

emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan

diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa

semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;

Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan

atau lebih.

Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan

(overall quality) dari beberapa aspek kehidupan perilaku pribadi (personal behaviour),

5

Page 6: Manajemen Skizofren Hamil

bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap

larut dalam diri sendir (self absorbed atitude), dan penarikan diri secara sosial.

2.2 Fertilitas

Angka kesuburan pada wanita dengan skizofrenia rendah (30-80%) dibandingkan pada

wanita dengan penyakit psikiatri lainnya dan penyakit umumnya. Walaupun demikian, wanita

dengan skizofrenia bisa hamil karena mereka aktif secara seksual, memiliki pengetahuan yang

kurang tentang kontrasepsi dan seks yang tidak terproteksi.

2.3 Gambaran Klinik Skizofrenia selama Kehamilan

Efek kehamilan pada beratnya gejala dan perkembangan skizofrenia tidak dipelajari

dengan baik, tetapi data yang tersedia mengindikasikan bahwa kehamilan dihubungkan dengan

gejala yang memburuk. Pada satu studi, 9 dari 99 wanita dengan psikosis endogen memiliki

gangguan mental selama kehamilan dan persalinan. Kehamilan pada 88 wanita dengan psikosis

nonorganik memiliki kegelisahan dan kecemasan.

2.4 Komplikasi Perinatal

Dampak kelahiran dan periode neonatus yang dini pada wanita dengan skizofrenia tidak

dipelajari dengan baik. McNeil (1986) menemukan 24%-36% wanita dengan skizofrenia

berkembang menjadi psikosis postpartum. Bukti yang tersedia menyatakan bahwa periode

postpartum menunjukkan sebuah periode dengan resiko relatif tinggi untuk gejala yang buruk,

walaupun tidak setinggi wanita dengan penyakit afektif.

6

Page 7: Manajemen Skizofren Hamil

Prenatal care pada wanita dengan skizofrenia dan penyakit mental kronik lainnya,

biasanya tidak adekuat. Wanita dengan skizofrenia memiliki angka komplikasi yang tinggi

selama kehamilan dan persalinan, serta dapat menyebabkan kematian bayi. Penelitian belum

menemukan hubungan antara skizofrenia dengan komplikasi perinatal.

Ketidakpatuhan pada prenatal care merupakan faktor penting dan dihubungkan dengan

gelandangan, pengangguran, kehamilan yang tidak direncanakan, dan psikosis. Gejala yang

berhubungan dengan skizofrenia dapat mengganggu kemampuan wanita untuk memahami

kehamilannya. Sebagai contoh, wanita dengan skizofrenia percaya bahwa perutnya yang besar

sebagai tumor dan mencoba untuk menghancurkannya dengan sengaja menggunakan kursi,

meninju perutnya, dan sebagainya.

2.5 Manajemen Kehamilan Pada Perempuan dengan Skizofrenia

Perencanaan keluarga harus didiskusikan dengan seluruh pasien yang masih dalam

kondisi subur. Adanya potensi penolakan, klinisi seharusnya lebih waspada untuk kemungkinan

kehamilan yang tidak diharapkan. Jika pasien perempuan dengan skizofrenia menjadi hamil,

penting untuk menentukan kemampuannya untuk mengurus dirinya sendiri, faktor resiko seperti

merokok, penyalahgunaan zat, akses “prenatal care” dan kemampuannya untuk mengurus

anaknya. Penyerahan kepada petugas prenatal, pekerja sosial, dan pengobatan oleh psikiatri

harus dilakukan. Penggunaan obat-obat anti psikosis pada perempuan hamil harus diawasi

dengan ketat. Pada umumnya penggunaan obat-obat anti psikosis selama kehamilan memiliki

resiko potensi yang merugikan terhadap janin serta perburukan gejala psikosis.

Resiko farmakoterapi anti psikosis secara umum antara lain:

1. hendaya fungsi

7

Page 8: Manajemen Skizofren Hamil

2. masa perawatan di rumah sakit yang lebih lama

3. kecenderungan untuk bunuh diri dan kekerasan

4. kehilangan pekerjaaan dan dukungan sosial

5. juga mempengaruhi terhadap kehamilan antara lain, malnutrisi, prematur, abortus,

fetal abuse atau neonaticide, serta penolakan prenatal care.

2.6 Efek Antipsikosis terhadap kehamilan

Pada umumnya, seluruh antipsikosis dapat menembus sawar darah plasenta. Efeknya

dapat berupa efek teratogenik, efek pada persalinan, efek toksik pada janin dan neonatus, efek

perubahan perilaku jangka panjang, dan efek pada bayi yang mendapat ASI (Air susu Ibu).

Meskipun pada penelitian inisial yang dilakukan Rumeau-Roquitto menunjukan bahwa insiden

malformasi kongenital akibat fenotiazin (Clorpromazin) sangat besar.

Berbagai gejala telah ditemukan pada bayi yang terpapar anti psikosis selama dalam

kandungan, antara lain, gejala ekstrapiramidal, jaundice, depresi napas, obstruksi usus

fungsional, dan gangguan perilaku. Penelitian pada anak yang terpapar antipsikosis saat dalam

kandungan tidak menampakan efek signifikan jangka panjang pada IQ dan perilaku. Penggunaan

obat-obat untuk mengatasi efek ekstrapiramidal seperti difenhidramin, benztropin, dan

triheksifenidil memiliki efek terhadap minor malformasi, sehingga penggunaannya harus

dihindari. Penggunaan diazepam selama kehamilan, sering dikaitkan dengan kejadian oral cleft,

sedangkan golongan benzodiazepin lainnya belum ditemukan memiliki efek terhadap

abnormalitas malformasi.

Kebanyakan peneliti melarang penggunaan antipsikosis selama trimester pertama bila

memungkinkan. Informed konsen harus dilakukan pada saat permulaan atau lanjutan

pengobatan. Jika tetap harus menggunakan antipsikosis selama kehamilan, maka disarankan

8

Page 9: Manajemen Skizofren Hamil

menggunakan obat-obat high-potent, karena obat-obat low potent seperti klorpromazin memiliki

efek yang besar malformasi kongenital dan juga memiliki efek hipotensi yang dapat

mengakibatkan insufisiensi uteroplasenta. Cohen dkk, mengungkapkan bahwa, penggunaan

antipsikosis dosis kecil dapat mencegah peningkatan dosis pada episode akut yang dapat

meningkatkan efek toksik terhadap janin. Bila memungkinkan, obat-obat dihentikan 5-10 hari

sebelum waktu kelahiran yang diperkiraan.

2.7 Beberapa Anti Psikosis yang Sering Digunakan

2.7.1. Haloperidol

Haloperidol adalah turunan butiropenon yang mempunyai aktivitas sebagai antipsikotik

dan efektif untuk pengelolaan hiperaktivitas, agitasi dan mania. Reaksi ekstrapiramidal timbul

pada 80% penderita yang diobati dengan haloperidol.

Gambar 1. Formula heksagonal haloperidol

Pada orang normal efek haloperidol mirip fenotiazin piperazin. Haloperidol

memperlihatkan efek antipsikotik yang kuat dan efektif untuk mania dan skizofrenia. Efek

penotiazin piperazin dan butiropenon berbeda secara kuantitatif karena butiropenon selain

menghambat efek dopamin, juga meningkatkan turn over ratenya.

9

Page 10: Manajemen Skizofren Hamil

Haloperidol cepat diserap dari saluran cerna. Kadar puncaknya dalam plasma tercapai

dalam waktu 2-6 jam sejak obat diminum, menetap sampai 72 jam dan masih dapat ditemukan

dalam plasma sampai berminggu-minggu. Obat ini ditimbun dalam hati dan kira-kira 1% dari

dosis yang diberikan dieksresikan melalui empedu. Eksresi haloperidol lambat melalui ginjal,

kira-kira 40% obat dikeluarkan selama 5 hari sesudah pemberian dosis tunggal.

Haloperidol diindikasikan pada keadaan berikut ini:

Psikosis akut dan kronis

Halusinasi pada skizofrenia

Kelainan sikap dan tingkah laku pada anak

Haloperidol menenangkan dan menyebabkan tidur pada orang yang mengalami eksitasi.

Efek sedatif haloperidol kurang kuat dibanding klorpromazin (CPZ), sedangkan efek haloperidol

terhadap EEG menyerupai CPZ yakni memperlambat gelombang teta. Haloperidol dan CPZ

sama kuat menurunkan ambang rangsang konvulsif. Haloperidol menghambat sistem dopamin

dan hipotalamus, juga menghambat muntah yang ditimbulkan oleh apomorfin.

Efek haloperidol terhadap sistem saraf otonom lebih kecil daripada antipsikotik lain,

walaupun haloperidol dapat menyebabkan pandangan mata menjadi kabur (Blurring of Vision).

Obat ini menghambat aktivitas reseptor alpa yang disebabkan oleh amin simpatomimetik, tetapi

hambatannya tidak sekuat hambatan CPZ.

Haloperidol menyebabkan hipotensi, tetapi tidak sesering dan sehebat hipotensi akibat

CPZ. Haloperidol menyebabkan takikardi meskipun kelainan EKG belum pernah dilaporkan.

Seperti halnya CPZ, haloperidol menyebabkan galaktore.

10

Page 11: Manajemen Skizofren Hamil

Gambar 2. Sediaan Haloperidol

Sedian haloperidol terdapat dalam bentuk tablet : 0,5 mg, 1,5 mg dan 5 mg, serta dalam

bentuk likuor (injeksi) : 2 mg/ml dan 5 mg/ml. Besarnya dosis tergantung kepada umur, keadaan

fisik dan derajat kehebatan gejalanya.

Untuk dewasa dan anak-anak di atas 12 tahun :

- Dosis awal bila gejala sedang : 0,5 mg – 2 mg pemberian 2-3 kali per hari.

- Dosis awal bila gejala berat : 3 mg – 5 mg pemberian 2-3 kali per hari.

Untuk anak 3 -12 tahun : 0,05 mg – 0,15 mg per KgBB per hari terbagi dalam 2-3 dosis

pemberian. Selanjutnya dosis secara bertahap disesuaikan dengan kebutuhan dan toleransi tubuh.

Haloperidol menimbulkan reaksi ekstrapiramidal dengan insiden tinggi, terutama pada

penderita usia muda. Efek samping ekstrapiramidal akibat penggunaan haloperidol memberikan

gejala Parkinsonisme, akatisia, distonia juga bisa terjadi opistotonus dan okulogirik krisis.

Pengobatan dengan haloperidol harus dimulai dengan hati-hati. Dapat terjadi depresi akibat

reverse keadaan mania atau sebagai efek samping yang sebenarnya. Perubahan hematologik

11

Page 12: Manajemen Skizofren Hamil

ringan dan selintas dapat terjadi, tetapi hanya leukopenia dan agranulositosis yang sering

dilaporkan. Frekuensi kejadian ikterus akibat haloperidol rendah. Haloperidol sebaiknya tidak

diberikan pada wanita hamil sampai obat ini terbukti tidak teratogenik.

Efek samping yang bisa ditimbulkan oleh haloperidol adalah tardif diskinesia. Gejala ini

muncul pada pasien dengan terapi jangka panjang atau muncul setelah terapi dihentikan. Risiko

lebih besar terjadi pada orang tua, pada terapi dosis tinggi. Gambaran klinis yang terjadi adalah

gerakan involunter dan berirama, pergerakan lidah, wajah, rahang atau mulut. Kadang-kadang

bisa muncul gerakan involunter pada kaki. Pengobatan yang diberikan untuk gejala tardif

diskinesia antara lain adalah pemberian antiparkinson.

Pemberian haloperidol dengan lithium akan mengurangi metabolisme masing-masing

obat, sehingga konsentrasi plasma kedua obat tidak akan meningkat. Pemberian haloperidol

bersama dengan methyldopa akan menimbulkan efek aditif hipotensif. Pemberian haloperidol

bersamaan dengan antikonvulsan, alkohol, depresan sistem saraf pusat dan golongan opioid

dapat menimbulkan efek potensiasi. Amfetamin dapat menurunkan efek haloperidol. Pemberian

dengan epinefrin akan menimbulkan hipotensi berat.11

2.7.2 Klorpromazin

Klorpromazin (CPZ) merupakan salah satu antipsikosis tipikal. Merupakan kelompok

Fenotiazin, dengan struktur kimia 2-kloro-10-(3-dimetilaminopropil)-fenotiazin. Merupakan obat

pertama yang dikembangkan sebagai antipsikosis. CPZ bekerja pada berbagai reseptor di

susunan saraf pusat, menyebabkan efek antikolinergik, antidopaminergik, antihistamin, dan

antiadrenergik. Efek antikolinergik antara lain konstipasi, sedasi, dan hipotensi dan mengurangi

nausea. CPZ juga memiliki efek anxiolitik (anti-ansietas). Efek antidopaminergik dapat

12

Page 13: Manajemen Skizofren Hamil

menyebabkan gejala ekstrapiramidal seperti akatisia, distonia, dan parkinsonism, selain itu juga

menyebabkan diskinesia tardive yang dapat bersifat ireversibel. Pemberian dalam bentuk sirup

memiliki efek lebih cepat dibandingkan tablet. Injeksi subkutan tidak dianjurkan, dan pemberian

dibatasi pada keadaan cegukan berat (Hiccup), pembedahan dan tetanus.

CPZ diklasifikasikan sebagai antipsikosis low-potent dan awalnya digunakan sebagai anti

psikosis akut dan kronik, termasuk skizofrenia, gangguan afektif bipolar dengan episode manik.

Saat ini, penggunaan CPZ telah digantikan dengan golongan antipsikosis atipikal yang memiliki

toleransi baik.

Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian CPZ yaitu:

Schizoprenia/psikosis, Oral : 30-2000 mg/hari dibagi dalam 1-4 dosis, mulai dengan dosis

rendah, kemudian sesuaikan dengan kebutuhan. Dosis lazim : 400-600 mg/hari, beberapa pasien

membutuhkan 1-2 g/hari. im.,iv.: awal: 25 mg, dapt diulang 25-50 mg , dalam 1-4 jam, naikkan

bertahap sampai maksimum 400 mg/dosis setiap 4-6 jam sampai pasien terkendali. Dosis lazim :

300-800 mg/hari. Cegukan tidak terkendali : Oral, im.: 25-50 mg sehari 3-4 kali. Mual muntah :

Oral : 10-25 mg setiap 4-6 jam, im.,iv., : 25-50 mg setiap 4-6 jam. Orang tua : gejala-gejala

perilaku yang berkaitan dengan demensia : awal : 10-25 mg sehari 1-2 kali, naikkan pada interval

4-7 hari dengan 10-25 mg/hari, naikkan interval dosis, sehari 2x, sehari 3 kali dst. Bila perlu

untuk mengontrol respons dan efek samping; dosis maksimum : 800 mg.

Onset kerja yaitu: IM.: 15 menit; oral: 30-60 menit, absorpsi cepat, distribusi melewati

plasenta dan masuk ke ASI, Vd: 20 L/kg, Ikatan protein 92%-97%, Metabolisme di hati secara

luas menjadi metabolit aktif dan tidak aktif. Bioavailibilitas 20%, Waktu paruh bifasik, awal: 2

jam, akhir: 30 jam, Ekskresi lewat urin dalam 24 jam <1% sebagai bentuk utuh.

13

Page 14: Manajemen Skizofren Hamil

Kontraindikasi CPZ yaitu hipersensitifitas terhadap klorpromazin atau komponen lain 

formulasi, reaksi hipersensitif silang antar fenotiazin mungkin terjadi, Depresi SSP berat dan

koma.

Efek Samping CPZ ssebagai berikut:

Kardiovaskuler : hipotensi postural, takikardia, pusing, perubahan interval QT tidak spesifik.

SSP : mengantuk, distonia, akathisia, pseudoparkinsonism, diskinesia tardif, sindroma

neurolepsi malignan, kejang.

Kulit : fotosensitivitas, dermatitis, pigmentasi (abu-abu-biru).

Metabolik & endokrin : laktasi, amenore,  ginekomastia, pembesaran payudara,

hiperglisemia, hipoglisemia, test kehamilan positif palsu.

Saluran cerna : mual, konstipasi xerostomia.

Agenitourinari : retensi urin, gangguan ejakulasi, impotensi.

Hematologi : agranulositosis, eosinofilia, leukopenia, anemia hemolisis, anemia aplastik,

purpura trombositopenia.

Hati : jaundice.

Mata : penglihatan kabur, perubahan kornea dan lentikuler, keratopati epitel, retinopati

pigmen.

Interaksi CPZ sebagai berikut:

Dengan Obat Lain :

Efek klorpromazin dapat ditingkatkan oleh delavirdin, fluoksetin, mikonazol, paroksetin,

pergolid, kuinidin, kuinin, ritonavir, ropinirol  dan inhibitor CYP2D6 lainnya. Klorpromazin

memperkuat efek penekan terhadap SSP dari analgesik narkotik, etanol, barbiturat, antidepresan

siklik, antihistamin, hipnotik-sedatif.

14

Page 15: Manajemen Skizofren Hamil

Klorpromazin dapat meningkatkan efek amfetamin, betabloker tertentu, dekstrometorfan,

fluoksetin, lidokain, paroksetin, risperidon, ritonavir, antidepresan trisiklik dan substrat CYP2D6

lainnya. Klorpromazin dapat meningkatkan efek/toksiksitas antikolinergik, antihipertensi,litium,

trazodon, asam valproat. Penggunaan bersama antidepresan trisklik dapt mengubah respons dan

meningkatkan toksisitas.

Kombinasi dengan epinefrin akan dapat menimbulkan hipotensi. Kombinasi dengan

antiaritmia, cisaprid, pimosid, sparfloksacin dan obat-obat yang memperpanjang interval QT

akan dapat meningkatkan resiko aritmia. Kombinasi dengan metoklopramid akan dapt

meningkatkan resiko gejala ekstrapiramidal. Klorpromazin mungkin menurunkan efek substrat

prodrug CYP2D6 seperti kodein, hirokodon, oksikodon dan tramadol. Klorpromasin mungkin

dapat menghambat efek antiparkinson levodopa dan mungkin dapat menghambat efek pressor

epinefrin.

Dengan Makanan:

Etanol, valerian, St John's wort, kava-kava, gotu kola dapat meningkatkan efek depresi SSP.

Adapun pengaruh CPZ yiatu sebagai berikut:

Terhadap Kehamilan : Dicurigai bersifat teratogenik.

Terhadap Ibu Menyusui : Masuk ke dalam ASI, tidak dianjurkan.

Terhadap Anak-anak :  Keamanan terhadap anak< 6 tahun belum ditetapkan

Terhadap Hasil Laboratorium :  -

          Hati-hati penggunaan pada pasien dengan depresi SSP, penyakit hati dan jantung berat.

Hipotensi mungkin terjadi terutama pada pemberian parenteral. Diskinesia tardif : prevalensi

pada orang tua mungkin 40%. Reaksi ekstrapiramidal lebih umum pada orang tua dan akathisia

adalah gejala yang paling sering muncul. Bingung, lupa, perilaku psikosis, agitasi sering muncul

15

Page 16: Manajemen Skizofren Hamil

akibat efek antikholinergik. Ortostatik hipotensi karena blokade reseptor alfa pada orang tua

lebih berisiko.

2.7.3 Trifluoperazine

Trifluoferazine memiliki pusat antiadrenergic, antidopaminergic, dan efek minimal

antikolinergic. Bekerja dengan memblokade dopamin reseptor D1 dan D2 di jalur mesocortical

dan mesolimbic, menghilangkan atau meminimalkan gejala-gejala skizofrenia.

Efek samping ekstrapiramidal seperti akatisia, distonia, dan parkinsonisme, sindrom

neuroleptik malignan, penglihatan kabur, dan mulut kering. Kontraindiksasi berupa depresi SSP,

koma, dam diskrasia. Sediaan tab 1-5 mg, dengan dosis terapi 10-15 mg. Trifluorerazine dijual

dengan nama dagang Stelazine.

2.7.4 Risperidon

Risperidon merupakan obat yang lebih baru, bersifat non sedatif, kurang mempunyai efek

antikolinergik, serta kurang aksi blok alfanya. Risperidon memblok resptor 5HT2, tetapi

merupakan antagonis yang jauh lebih poten daripada klozapin pada reseptor D2. Pada dosis

rendah, risperidon tidak menyebabkan efek ekstrapiramidal.

16

Page 17: Manajemen Skizofren Hamil

Gambar 3. Sediaan Risperidon

Kontraindikasi yaitu pada passien yang hipersensitif terhadap risperidon. Pemberian pada

wanita hamil dan menyusui jika keuntungannya lebih besar daripada resiko. Efek samping yang

umum terjadi yaitu insomnia, agitasi, rasa cemas, dan sakit kepala. Efek samping lain yaitu

somnolen, kelelahan, pusing, konsentrasi terganggu, konstipasi, dispepsia, mual/muntah, nyeri

abdominal, gangguan penglihatan, priapismus, disfungsi ereksi, disfungsi ejakulasi, disfungsi

orgasme, inkontinensia urin, rinitis, ruam, dan reaksi alergi lain.

Dosis risperidon yaitu sebagai berikut:

Hari ke-1: 2 mg/hari, 1-2 kali sehari

Hari ke-2: 4 mg/hari, 1-2 kali sehari

Hari ke-3: 6 mh/hari, 1-2 kali sehari

Dosis umum 4-8 mg/hari. Dosis awal 0,5 mg, 2 kali sehari. Dosis dapat disesuaikan secara

individual dengan penambahan 0,5 mg, 2 kali sehari ( hingga mencapai 1-2 mg, 2 kali sehari).

Interaksi obat yaitu:

Hati-hati pada penggunaan kombinasi dengan obar-obat yang bekerja pada SSp dan alkohol

Risperidone mempunyai efek antagonis dengan levodopa atau agonis dopamin lainnya

karbamazepin dapat menurunkan kadar plasma risperidone

Clozapine dapat menurunkan bersihan risperidone

Fluoksetin dapat meningkatkan konsentrasi plasma dari fraksi antipsikotik (risperidone dan

9-hydroxy-risperidone) dengan meningkatka konsentrasi risperidone.

17

Page 18: Manajemen Skizofren Hamil

2.7.5 Olanzapine

Efektif jika dikonsumsi dengan dosis 10-25 mg 1 kali per hari (mulai dengan 5 mg/hari).

Lebih sedikit mengakibatkan gejala ekstrapiramidal dibandingkan risperidon, tetapi

mengakibatkan lebih banyak peningkatan berat badan, efek sedasi, dan hipotensi postural. Secara

umum, selain efek samping, olanzapin tampak setara dengan risperidon.

Gambar 4. Sediaan Olanzapine

18

Page 19: Manajemen Skizofren Hamil

BAB III

SIMPULAN DAN SARAN

3. 1. Kesimpulan

Kehamilan pada pasien schizofrenia merupakan hal yang tidak dapat kita cegah.

Kebanyakan kehamilan tidak direncanakan. Dibutuhkan perhatian khusus terhadap pasien

schizofrenia yang sedang hami., baik dari segi pengobatan, penerimaan pasien terhadap

kehamilannya serta terhadap anak yang akan dilahirkannya. Oleh karena itu, dibutuhkan

pengawasan yang ketat selama kehamilan untuk mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan.

3. 2. Saran

a. Diperlukan informasi dan komunikasi antara petugas kesehatan dengan anggota keluarga

agar dapat lebih memperhatikan anggota keluarganya yang menderita schizofrenia agar

tidak terjadi kehamilan yang tidak diinginkan.

b. Untuk pasangan suami istri dengan istri yang memiliki riwayat schizofrenia, dibutuhkan

konsultasi dan informed consent, baik dalam perencanaan kehamilan, penggunaan obat-

obatan dengan efek samping minimal, serta mencegah timbulnya eksaserbasi gejala pada

saat kehamilan.

19