Manajemen sekolah bermutu dalam kajian sekolah potensial

36
Manajemen Sekolah Bermutu dalam kajian Sekolah Potensial (Calon SSN), Sekolah Kategori Mandiri (SKM)/Sekolah Standar Nasional (SSN), Dan Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI) I. Konsep Mutu Pendidikan A. Pengertian Mutu. Mutu merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia baik secara individual, berkelompok, bermasyarakat, berbangsa dann bernegara. Mutu memiliki banyak pengertian. Berikut ini terdapat beberapa pengertian tentang mutu antara lain sebagai berikut : 1. Menurut Wiyono (1999) Mutu adalah faktor yang mendasar dari pelanggan. Mutu adalah penentuan pelanggan, bukan ketetapan insinyur, pasar atau ketetapan manajemen. Ia berdasarkan atas pengalaman nyata pelanggan terhadap produk dan jasa pelayanan, mengukurnya, mengharapkannya, dijanjikan atau tidak, sadar atau hanya dirasakan, operasional teknik atau subyektif sama sekali dan selalu menggambarkan target yang bergerak dalam pasar yang kompetitif”. 2. Definisi Mutu Dalam Kamus Indonesia-Inggris kata mutu memiliki arti dalam bahasa Inggris quality artinya taraf atau tingkatan kebaikan; nilaian sesuatu. Jadi mutu berarti kualitas atau nilai kebaikan suatu hal. 3. Dalam membahas definisi mutu kita perlu mengetahui definisi mutu produk yang disampaikan oleh lima pakar Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management ). Berikut ini definisi-definisi tersebut :

description

 

Transcript of Manajemen sekolah bermutu dalam kajian sekolah potensial

Page 1: Manajemen sekolah bermutu dalam kajian sekolah potensial

Manajemen Sekolah Bermutu dalam kajian Sekolah Potensial (Calon SSN),

Sekolah Kategori Mandiri (SKM)/Sekolah Standar Nasional (SSN), Dan Rintisan

Sekolah Berstandar Internasional (RSBI)

I. Konsep Mutu Pendidikan

A. Pengertian Mutu.

Mutu merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia baik secara

individual, berkelompok, bermasyarakat, berbangsa dann bernegara. Mutu memiliki banyak

pengertian. Berikut ini terdapat beberapa pengertian tentang mutu antara lain sebagai berikut :

1. Menurut Wiyono (1999) Mutu adalah faktor yang mendasar dari pelanggan. Mutu adalah

penentuan pelanggan, bukan ketetapan insinyur, pasar atau ketetapan manajemen. Ia

berdasarkan atas pengalaman nyata pelanggan terhadap produk dan jasa pelayanan,

mengukurnya, mengharapkannya, dijanjikan atau tidak, sadar atau hanya dirasakan,

operasional teknik atau subyektif sama sekali dan selalu menggambarkan target yang

bergerak dalam pasar yang kompetitif”.

2. Definisi Mutu Dalam Kamus Indonesia-Inggris kata mutu memiliki arti dalam bahasa

Inggris quality artinya taraf atau tingkatan kebaikan; nilaian sesuatu. Jadi mutu berarti

kualitas atau nilai kebaikan suatu hal.

3. Dalam membahas definisi mutu kita perlu mengetahui definisi mutu produk yang

disampaikan oleh lima pakar Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management).

Berikut ini definisi-definisi tersebut :

a. Juran menyebutkan bahwa mutu produk adalah kecocokan penggunaan produk untuk

memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan.

b. Philip B Crosby mendefinisikan mutu adalah conformance to requirement, yaitu sesuai

dengan yang disyaratkan atau distandarkan. Boleh juga diartikan bahwa “Mutu adalah

kesesuaian terhadap permintaan persyaratan (The Conformance Of Requirements)

c. Deming mendefinisikan mutu, bahwa mutu adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar.

d. Feigenbaum mendefinisikan mutu adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya.

e. Garvin dan Davis menyebutkan bahwa mutu adalah suatu kondisi dinamis yang

berhubungan dengan produk, manusia/tenaga kerja, proses dan tugas, serta lingkungan

yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau konsumen.

Page 2: Manajemen sekolah bermutu dalam kajian sekolah potensial

4. The Japan Industrial Standard (1960) mendefinisikan mutu sebagai keseluruhan sifat atau

kinerja yang benar yang menjadi sasaran optimasi untuk menentukan apakah sebuah produk

atau jasa dapat memenuhi tujuan penggunaannya.

5. The European Organization for Quality Control (1988) mutu adalah keseluruhan sifat dan

karekteristik produk atau jasa yang berhubungan dengan kemampuannya untuk memuaskan

konsumen.

6. Edward Sallis (2010) mengatakan bahwa mutu adalah suatu ide yang dinamis maka

definisinya tidak boleh kaku karena sama sekali tidak akan membantu memahami mutu.

Dalam pandangannya mutu merupakan sebuah konsep yang absolute sekaligus relative.

Mutu dalam percakapan sehari-hari sebagian besar dipahami sebagai sesuatu yang absolute,

misalnya restoran yang mahal dan mobil – mobil yang mewah. Sebagai suatu konsep yang

absolute, mutu sama halnya dengan sifat baik, cantik, dan benar; merupakan suatu idealisme

yang tidak dapat dikompromikan. Dalam definisi yang absolute, sesuatu yang bermutu

merupakan bagian dari standar yang sangat tinggi dan tidak dapat diungguli. Dengan

demikian “produk yang bermutu adalah sesuatu yang dibuat secara sempurna dan dengan

biaya yang mahal. Mutu adalah semua yang memiliki kuaitas standar tinggi”. Mutu dalam

pandangan ini menunjukkan keunggulan status dan posisi, dimana sedikit orang yang dapat

mencapainya.

7. Mutu adalah gambaran total sifat dari suatu produk atau jasa peayanan yang berhubngan

dengan kemampuannya untukmemberikan kebutuhan kepuasaan” (American Society For

Quality Control ).

B. Pengertian Mutu Pendidikan

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 tahun 2009 tentang sistem

penjaminan mutu pendidikan Pasal (1) ayat (1), memberikan pengertian bahawa Mutu

Pendidikan adalah tingkat kecerdasan kehidupan bangsa yang dapat diraih dari penerapan

Sistem Pendidikan Nasional.

C. Standar Mutu Pendidikan

1. Standar mutu

Standar mutu adalah paduan sifat – sifat barang atau jasa termasuk sistem

manajemennya yang relatif establish dan sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Edward

Sallis mengemukakan bahwa standar mutu dapat dilihat dari dua sisi yaitu :

Page 3: Manajemen sekolah bermutu dalam kajian sekolah potensial

a. Standar produk barang atau jasa yang ditunjukan dengan :

1) Sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan atau conformance to spesification ;

2) Sesuai dengan penggunaan atau tujuan, atau fittness for purpose or use ;

3) Produk tanpa cacat atau zero deffect ;

4) Sekali benar dan seterusnya atau right first time, every time

b. Standar untuk pelanggan yang ditunjukan dengan :

1) Kepuasan pelanggan atau customer satisfaction, bila produk barang atau jasa dapat

melebihi harapan pelanggan, exceeding customer expectation

2) Setia kepada pelangganatau delighting the customer

2. Standar mutu pendidikan.

Standar Mutu pendidikan di Indonesia ditetapkan dalam suatu Standarisasi Nasional dan

dikenal dengan Standar Nasional pendidikan. Menurut Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 1 ayat (1)

memberikan pengertian bahwa. Standar Nasional Pendidikan (SNP) adalah kriteria minimal

tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Standar Nasional Pendidikan tersebut meliputi :

a. Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup

sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

b. Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam

kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata

pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang

dan jenis pendidikan tertentu.

c. Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan

pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.

d. Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan dan

kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan.

e. Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan

dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah,

perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan

berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses

pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.

Page 4: Manajemen sekolah bermutu dalam kajian sekolah potensial

f. Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan

perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan

pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas

penyelenggaraan pendidikan.

g. Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya

operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun.

h. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan

mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.

II. Konsep Manajemen Sekolah

A. Pengertian Manajemen

Manajemen adalah proses untuk mencapai tujuan – tujuan organisasi dengan melakukan

kegiatan dari empat fungsi utama yaitu merencanakan (planning), mengorganisasi (organizing),

memimpin (leading), dan mengendalikan (controlling). Dengan demikian, manajemen adalah

sebuah kegiatan yang berkesinambungan”.

Menurut Terry sebagaimana dikutip oleh Mulyono (2008 : 16) mengemukakan bahwa :

“Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-

usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya - sumber daya organisasi lainnya

agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan”.

B. Pengertian Manajemen Sekolah

Manajemen sekolah adalah pengorganisasian unsur – unsur Pendidikan disekolah untuk

mencapai tujuan Pendidikan.

C. Ruang lingkup Manajemen Sekolah

Adapun ruang lingkup manajemen sekolah antara lain :

1. Manajemen Kurikulum/pengajaran

Kurikulum di sekolah merupakan penentu utama kegiatan sekolah. Kurikulum yang

dirumuskan harus sesuai dengan filsafat dan cita-cita bangsa, perkembangan siswa, tuntutan,

dan kemajuan masyarakat. Arti kurikulum secara sempit adalah sejumlah mata pelajaran

yang diberikan di sekolah. Secara luas, kurikulum berarti semua pengalaman belajar yang

diberikan sekolah pada siswa selama mereka mengikuti pendidikan di sekolah (Sucipto

& Raflis, 1994: 142). Manajemen kurikulum membicarakan pengorganisasian sumber-

Page 5: Manajemen sekolah bermutu dalam kajian sekolah potensial

sumber yang ada di sekolah sehingga kegiatan manajemen kurikulum ini dapat

dilakukan dengan epektif dan efisien. Dalam merumuskan tujuan pendidikan, setidaknya

mempertimbangkan empat fungsi dasar dalam pendidikan, yaitu :

a. Pengembangan individu yang meliputi aspek-aspek hidup pribadi, etis, estetis,

emosional, fisis.

b. Pengembangan cara berpikir dan teknik penyelidikan berkenaan dengan kecerdasan yang

terlatih.

c. Pemindahan warisan budaya, menyangkut nilai-nilai sivik dan moral bangsa.

d. Pemenuhan kebutuhan sosial yang vital yang menyumbang pada kesejahteraan

ekonomi, sosial, politik, dan lapangan kerja Rohiat (2009 : 22-23).

2. Manajemen Peserta didik

Manajemen kesiswaan merupakan kegiatan yang bersangkutan dengan masalah kesiswaan di

sekolah. Tujuan manajemen kesiswaan adalah menata proses kesiswaan mulai dari

proses perekrutan, mengikuti pembelajaran sampai dengan lulus sesuai dengan tujuan

institusional agar dapat berlangsung secara epektif dan efisien. Kegiatan manajemen

kesiswaan meliputi: perencanaan penerimaan siswa baru, pembinaan siswa, dan kelulusan.

Dalam penerimaan siswa baru, terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan, seperti:

penetapan daya tampung, penetapan persyaratan siswa yang akan diterima, dan

pembentukan panitia dalam penerimaan siswa baru Rohiat (2009 : 25). Sedangkan

pembinaan siswa merupakan pemberian pelayanan kepada siswa di sekolah baik pada jam

sekolah atau di luar jam pelajaran sekolah. Pembinaan yang dilakukan kepada siswa adalah

agar siswa menyadari posisi dirinya sebagai pelajar dan dapat menyadari tugasnya secara

baik. Beberapa hal yang dilakukan dalam pembinaan siswa, diantaranya: memberikan

orientasi pada siswa baru, mencatat kehadiran siswa, mencatat prestasi dan kegiatan siswa,

membina disiplin siswa, dan membina siswa yang tamat belajar Rohiat (2009 : 26).

3. Manajemen Ketenagaan/kepegawaian

Ketenagaan di sekolah yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah menuntut kemampuan

dalam manajemen personil yang memadai karena telah menjadi tuntutan bahwa kepala

sekolah harus ikut memikul tanggung jawab untuk keberhasilan atau kegagalan anggota

sekolah. Kesanggupan manajemen yang dituntut, meliputi: memperoleh dan memilih

anggota yang cakap, membantu anggota menyesuaikan diri pada tugas-tugas barunya,

menggunakan anggota dengan lebih epektif, dan menciptakan kesempatan untuk

perkembangan anggotanya secara berkesinambungan Rohiat (2009 : 27).

Page 6: Manajemen sekolah bermutu dalam kajian sekolah potensial

4. Manajemen keuangan

Manajemen keuangan meliputi kegiatan perencanaan, penggunaan, pencatatan data,

pelaporan dan pertanggung jawaban penggunaan dana sesuai dengan yang direncanakan.

Tujuan manajemen keuangan adalah untuk mewujudkan tertib administrasi keuangan

sehingga penggunaan keuangan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan yang

berlaku. Kepala sekolah sebagai pimpinan sekolah dan menjabat sebagai otorisator

berfungsi sebagai orang yang bisa memerintahkan pembayaran. Sedangkan

bendaharawan sekolah bertugas sebagai ordonator yang bisa melakukan pengujian atas

pembayaran Rohiat (2009 : 28).

5. Manajemen Perlengkapan/sarana-prasarana

Manajemen sarana dan prasarana adalah kegiatan yang mengatur untuk mempersiapkan

segala peralatan/material bagi terselenggaranya proses pendidikan di sekolah. Sarana dan

prasarana pendidikan adalah semua benda yang bergerak dan tidak bergerak yang

dibutuhkan untuk menunjang penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar secara langsung

maupun tidak langsung. Manajemen sarana dan prasarana merupakan keseluruhan proses

rencana pengadaan, pendayagunaan, dan pengawasan sarana dan prasarana yang

digunakan agar tujuan pendidikan di sekolah dapat tercapai dengan epektif dan efisien.

Kegiatan manajemen sarana dan prasarana itu dapat meliputi: perencanaan kebutuhan,

pengadaan, penyimpanan, penginvestasian, pemeliharaan, dan penghapusan sarana dan

prasarana pendidikan Rohiat (2009 : 26).

6. Manajemen hubungan sekolah dan masyarakat

Sekolah dan masyarakat memiliki hubungan timbal balik untuk menjaga kelestarian dan

kemajuan masyarakat itu sendiri. Pelaksanaan sekolah bertujuan untuk menjaga kelestarian

nilai positif masyarakat, dengan harapan sekolah dapat mewariskan nilai positif masyarakat

dengan baik dan benar. Sekolah juga berperan sebagai agen perubahan (agent of change), di

mana sekolah dapat mengadakan perubahan nilai dan tradisi sesuai dengan kemajuan dan

tuntutan masyarakat dalam kemajuan dan pembangunan Rohiat (2009 : 28).

7. Manajemen layanan khusus

Manajemen layanan khusus dilakukan dengan tujuan mendukung keberhasilan proses belajar

mengajar. Keberhasilan belajar tersebut di antaranya harus ditunjang dengan pusat

sumber belajar, pusat kesehatan sekolah, bimbingan konseling, dan kantin sekolah.

Manajemen layanan khusus merupakan usaha yang secara tidak langsung berhubungan

dengan proses belajar mengajar di kelas, tetapi secara khusus diberikan atau ditangani oleh

Page 7: Manajemen sekolah bermutu dalam kajian sekolah potensial

kepala sekolah kepada para siswa agar mereka lebih optimal dalam melaksanakan proses

belajar mengajar Rohiat (2009 : 28).

D. Manajemen Sekolah Bermutu

1. Indikator Sekolah Bermutu

Engkoswara (2010) menerangkan indikator – indikator sekolah yang bermutu dan tidak

bermutu yang diadaptasidari pandangan para ahli, yaitu sebagai berikut :

Sekolah bermutu Sekolah tidak bermutu

Masukan yang tepat Masukan yang banyak

Semangat kerja tinggi pelaksanaan kerja santai

Gairah motivasi belajar tinggi Aktivitas belajar santai

Penggunaan biaya, waktu, fasilitas, tenaga

yang profesional

Boros menggunakan sumber –

sumber

Kepercayaan berbagai pihak kurang peduli terhadap lingkungan

Tamatan yang bermutu Lulusan hasil katrol

Keluaran yang relevan dengan kebutuhan

masyarakat

keluaran tidak produktif.

2. Standar sekolah bermutu

Baker (2005) yang dikutip menurut Engkoswara (2010 : 310) memaparkan standar sekolah

yang bermutu, adalah sebagai berikut :

a. Administrator dan jajarannya serta guru – guru adalah para profesional yang handal.

b. Tersedia kurikulum yang luas bagi seluruh siswa.

c. Memiliki filosofi yang selalu dikomunikasikan bahwa seluruh anak dapat belajar dengan

harapan yang tinggi.

d. Iklim yang baik untuk belajar, aman, bersih, mempedulikan dan terorganiusasi dengan

baik.

e. Suatu sistem penilaian berkelanjutan yang didukung supervisi.

f. Keterlibatan masyarakat yang tinggi

g. Membantu para guru mengembangkan strategi, teknik instruksional dan mendorong

kerja sama kelompok

Page 8: Manajemen sekolah bermutu dalam kajian sekolah potensial

h. Menyusun jadwal secara terprogram untuk memberikan pelatihan dalam jabatan dan

seminar untuk seluruh staf.

i. Pengorganisasian SDM untuk melayani seluruh siswa

j. Komunikasi dengan orang tua dan menyediakan waktu cukup untuk dialog .

k. Menetapkan dan mengartikulasikan tujuan secara jelas.

l. Pelihara staf yang memiliki kesemimbangan ketrampilan dan kemampuan dan ketahui

kekuatan dan kapabilitas khusus dari staff.

m. Bekerja untuk memelihara moril tinggi yang berkontribusi terhadap stabilitas organisasi

dan membatasi tingkat turn – over (Perputaran guru)

n. Bekerja keras untuk memelihara ukuran kelas sesuai dengan mata pelajaran dan

tingkatan kelas siswa sesuai dengan aturan yang ada.

o. Kembangkan dengan staf dan orang tua kebijakan sekolah dalam disiplin, penilaian,

kehadiran, pengujian, promosi dan ingatan.

p. Kerja sama guru dan orang tua untuk menyediakan dukungan pelayanan dalam

pemecahan permasalahan siswa.

q. Memelihara hubungan baik dengan pemerintah daerah.

III. Kategori Sekolah

A. Sekolah Petensial (Calon SSN)

1. Pengertian Sekolah Potensial

Menurut Zenal Aqib (2010 : 4) menyatakan bahwa, Sekolah potensial adalah sekolah yang

masih relatif banyak kekurangan/kelemahan untuk memenuhi kriteria sekolah yang sesuai

dengan Standar Nasional pendidikan. Dalam penjelasan PP Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 11

Ayat 2 dan 3 menyebutkan bahwa kategori sekolah potensial adalah sekolah yang belum

memenuhi (Masih jauh) dari SNP.

2. Kriteria Sekolah Potensial.

Variasi sekolah umumnya sangat tinggi. Ada sekolah yang secara kuantitas masih banyak

kekurangan apabila dibandingkan dengan SSN, sebagian kecil baru memenuhi SNP,

setengahnya lagi telah memenuhi SNP dan sisanya belum memenuhi SNP.

Secara kualitas juga bervariasi dan relatif rendah, baik ditinjau dari kualitas lulusan atau

prestasi akademik/non akademik siswa, SDM, sarana dan prasarana, dan aspek pendidikan

lainnya.

Page 9: Manajemen sekolah bermutu dalam kajian sekolah potensial

Ditinjau dari manajemen sekolah juga belum memenuhi SNP.

Sumber dana dan pendanaan relatif rendah.

Dari letak geografisnya banyak sekolah didaerah pinggiran, terpencil, terpencar, dan

terisolir.

Dari input peserta didik, sekolah potensial rata – rata peserta didiknya dari masyarakat

dengan kemampuan akademiknya lebih rendah dari peserta didik sekolah Standar Nasional

(SSN).

3. Aspek – Aspek Pengembangan Sekolah Potensial

Pada dasarnya aspek – aspek pendidikan yang dikembangkan sekolah potensial untuk

menjadi sekolah Standar Nasional secara garis besar meliputi delapan aspek SNP serta diperluas

juga pada program, cakupan program, variasi program, dan kecepatan dalam pencapaian hasil.

Pencapaian pengembangan sekolah potensial dapat terlaksana dengan maksimal sangat

ditentukan oleh karakteristik atau kemampuan sekolah masing – masing.

4. Menentukan Standarisasi Keberhasilan Pengembangan sekolah Potensial.

Sebelum pengembangan berikutnya berdasarkan aspek – aspek yang akan dikembangkan

pada sekolah potensial, seyogyanya sekolah dapat merumuskan tentang apa saja yang akan

dihasilkan (Out Put), baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif dan dalam waktu yang

telah ditentukan. Manfaat yang akan diperoleh atas tolok ukur keberhasilan tersebut antara lain :

a. Sekolah dapat mempergunakannya sebagai target yang harus dicapai dari sekolah potensial

sehingga menjadi SSN.

b. Sekolah dapat menyelenggarakan secara bertahap pelaksanaan pendidikan dengan perbaikan

atau peningkatan berbagai aspek sehingga menjadi SSN dalam jangka waktu yang pendek.

c. Dinas Pendidikan Kabupaten/kota dan propinsi dapat mempergunakan untuk melakukan

pembinaan secara kongkrit pada aspek – aspek apa saja yang masih belum memenuhi syarat

atau kekurangan sekolah pada setiap tahunnya.

d. Pihak – pihak lain yang terkait dapat ikut serta melakukan pembinaan dalam rangka

mempercepat pencapaian SSN.

B. Sekolah Kategori Mandiri (SKM)/Sekolah Standar Nasional (SSN)

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 11

menjelaskan bahwa beban belajar untuk SMA/MA/SMLB, SMK/MAK atau bentuk lain yang

Page 10: Manajemen sekolah bermutu dalam kajian sekolah potensial

sederajat pada jalur pendidikan formal kategori mandiri dinyatakan dalam satuan kredit

semester/SKS. Beban belajar minimal dan maksimal bagi satuan pendidikan yang menerapkan

SKS ditetapkan oleh peraturan menteri/Permen berdasarkan usul dari Badan Standar Nasional

Pendidikan (BSNP). Pada ayat ini dijelaskan bahwa sekolah khususnya SMA/MA/ SMLB,

SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu

sekolah kategori standar dan sekolah kategori mandiri. Pengkategorian ini didasarkan pada

tingkat terpenuhinya SNP. Oleh karenanya Pemerintah dan Pemerintah Daerah berupaya agar

sekolah/madrasah yang berada dalam kategori standar meningkat menjadi sekolah/madrasah

kategori mandiri.

1. Terminologi SSN

Dua istilah (terminologi) sekolah standar nasional/SSN dan sekolah kategori

mandiri/SKM sepertinya muncul secara simultan dalam persekolahan kita. Konsep

pendiriannya juga sama, hanya saja SKM dipakai untuk jenjang pendidikan lanjutan (SMA)

ketika proyek percontohan dilakukan pada tahun-tahun pertama.Kini sama-sama digunakan

dengan term SSN. Sebagaimana sekolah kategori standar, bahkan sekolah bertaraf

internasional, SSN/SKM juga menggunakan kurikulum resmi yang ditetapkan oleh

pemerintah, yakni kurikulum tingkat satuan pendidikan/KTSP. KTSP yang dikembangkan

oleh masing-masing sekolah berbasis pada kompetensi. Menurut Wilson (2001) paradigma

pendidikan yang berbasis pada kompetensi mencakup berbagai hal seperti kurikulum,

pedagogi, dan penilaian menekankan pada standar atau hasil. Hasil belajar yang berupa

kompetensi dicapai peserta didik melalui proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan

menggunakan pedagogi yang mencakup strategi mengajar atau metode mengajar. Tingkat

keberhasilan pembelajaran yang dicapai peserta didik dapat dilihat pada hasil ujian atau

tugas-tugas yang dikerjakan peserta didik. Suatu tipikal SKM itu yakni pembelajarannya

dibedakan pada tiga kategori: tatap muka, tugas mandiri, dan penugasan mandiri

nonterstruktur. Itu harus jelas dan bisa diamati pada rencana pelaksanaan pembelajarannya

(RPP) secara eksplisit maupun inplisit. Di sinilah letak kemandiriannya bisa terlihat. Saat

kapan peserta didik mendapat bimbingan langsung oleh pendidik (tatap muka), saat kapan

ia harus berhadapan dengan berbagai macam sumber belajar baik secara individual maupun

kelompok (tugas mandiri), dan saat kapan ia lebih jauh menggali dan menggarap secara

tekun tugas yang lebih luas dalam jangka waktu lebih lama (penugasan mandiri

nonterstruktur). Hal itu sesuai dengan Permendiknas nomor 41 tahun 2007 tentang Standar

Page 11: Manajemen sekolah bermutu dalam kajian sekolah potensial

Proses dan edaran yang dibuat Direktorat SMA yang telah disosialisasikan pada kegiatan

bimbingan dan teknis (bintek) KTSP 2008 di seluruh wilayah Indonesia. Permendiknas

nomor 41 tahun 2007 dinyatakan bahwa kegiatan pembelajaran inti mencakup tiga hal,

yakni eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Artinya, bahwa kegiatan inti itu mesti

memperlihatkan adanya langkah-langkah kegiatan penjajakan atau penjelajahan informasi

seluas - luasnya tentang materi/bahan ajar (eksplorasi). Kemudian, pada kegiatan inti juga

tampak adanya penggarapan yang sungguh-sungguh atau tekun atas materi/bahan ajar yang

telah ditemukan (elaborasi), untuk seterusnya perlu langkah-langkah kegiatan pembenaran,

penegasan, dan pengesahan materi/bahan ajar yang telah didapatkan. Jadi, adanya tuntutan

pembelajaran yang mesti bisa menyikapi kegiatan tatap muka, tugas mandiri, dan

penugasan mandiri nonterstruktur di satu sisi, dan harus pula bisa menyikapi kegiatan-

kegiatan pembelajaran yang mesti eksploratif, elaboratif, dan konfirmatif bukanlah sesuatu

hal yang menjadi ambivalen. Sekolah Kategori Mandiri (SKM)/Sekolah Standar Nasional

(SSN) adalah sekolah yang hampir atau sudah memenuhi Standar Nasional Pendidikan.

2. Ciri – ciri SKM/SSN

Ciri utama Sekolah Kategori Mandiri/Sekolah Standar Nasional (SKM/SSN) adalah :

Memenuhi atau hampir memenuhi Standar Nasional Pendidikan meliputi Standar Isi,

Standar Kompetensi Lulusan, Standar Proses, Standar Pendidik dan Tenaga

Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar

Pembiayaan, Standar Penilaian Pendidikan.

Menerapkan Sistem Kredit Semester (SKS).

3. Landasan Hukum Pelaksanaan SKM/SSN

a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan

daerah, UU No. 32 tahun 2004

b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1999 tentang perimbangan

keuangan antara pemerintah pusat dan daerah.

c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional

Pasal 12, ayat 1, huruf b : setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak

mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya

Page 12: Manajemen sekolah bermutu dalam kajian sekolah potensial

Pasal 12, ayat 1, huruf f : setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak

menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing

dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan

Bab IX, pasal 35 menyebutkan bahwa : (1) Standar nasional pendidikan terdiri atas

standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,

pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara

berencana dan berkala

d. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang pembagian kewenangan antara

pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota

e. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, bagian ketiga pada Pasal 10 dan 11

mengatur tentang beban belajar dalam bentuk sistem paket dan sistem satuan kredit

semester (SKS). Pada Ayat 3 menyebutkan bahwa beban belajar untuk

SMA/MA/SMLB, SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat pada jalur pendidikan

formal kategori mandiri dinyatakan dalam satuan kredit semester. Ketentuan tersebut

mengisyaratkan bahwa sekolah kategori mandiri “harus” menerapkan sistem SKS,

sedangkan sekolah kategori standar menerapkan sistem paket dan “dapat” menerapkan

sistem SKS.

f. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota.

g. Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi

h. Permendiknas Nomor 23 tahun 2006 tentang standar kompetensi lulusan

i. Permendiknas Nomor 6 tahun 2007, sebagai penyempurnaan Permendiknas Nomor 24

tahun 2006 tentang pelaksanaan Permendiknas Nomor 22 dan 23 tahun 2006

j. Permendiknas Nomor 12 tahun 2007 tentang standar pengawas sekolah

k. Permendiknas Nomor 13 tahun 2007 tentang standar kepala sekolah

l. Permendiknas Nomor 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan

kompetensi guru

m. Permendiknas Nomor 18 tahun 2007 tentang sertifikasi guru dalam jabatan

n. Permendiknas Nomor 19 tahun 2007 tentang standar pengelolaan pendidikan

o. Permendiknas Nomor 20 tahun 2007 tentang standar penilaian pendidikan

p. Permendiknas Nomor 24 tahun 2007 tentang standar sarana dan prasarana pendidikan

q. Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses

Page 13: Manajemen sekolah bermutu dalam kajian sekolah potensial

r. Rencana Strategis Depdiknas tahun 2005-2009

s. Rencana Strategis Ditjen. Manajemen Dikdasmen tahun 2005-2009

4. Tantangan dan Harapan

Eksistensi SSN/SKM agaknya menjadi tantangan baru buat pengelolaan pendidikan di

tanah air saat ini. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah seharusnya punya kesungguhan

yang sama dalam mewujudkannya. Entitas persekolahan SSN yang ”baru” ini dilakukan

dengan SKS dalam pengelolaannya. Paradigma serupa juga telah duluan dilakukan pada

sekolah akselerasi meskipun mungkin sistem pengelolaan sekolah itu tidak diatur dengan

perundang-undangan yang lebih sistemik seperti SSN/SKM juga sekolah berstandar

internasional/SBI. Beban belajar peserta didik yang dinyatakan dalam bentuk SKS,

kemudian berimplikasi terhadap pembelajaran tatap muka, tugas mandiri dan penugasan

mandiri nonterstruktur. Tentulah semua itu menuntut konsentrasi dan kesungguhan semua

pihak, mulai dari pemerintah daerah (bupati/walikota, kepala dinas pendidikan), kepala

sekolah, para pendidik, masyarakat, dan peserta didik. Tanpa political will, sistem

pengelolaan yang kuat, sumber dana yang kuat, etos kerja para pendidik yang sinergis,

masyarakat yang sadar arti penting dan nilai pendidikan, maka pelaksanaan SSN hanya

akan ada dalam fantasi belaka. Bukankah sebelumnya kita pernah ”dihebohkan” sekolah-

sekolah berlabel plus, akselerasi, sekolah favorit, sekolah bertaraf internasional. Namun

gaung dari label-label yang hebat itu seringkali hanya dicantolkan pada bangunan fisiknya

semata, yang oleh karenanya, biaya untuk memasukinya menjadi berlipat – lipat. Di sisi

lain, sejumlah masyarakat merasa kecewa dengan sistem pendidikan yang secara inheren

kemudian mereka mendirikan homeschooling pula. Anggaran pendidikan yang menembus

angka 20 persen dari APBN 2009, kiranya bisa membuat SSN menjadi sistem persekolahan

yang futuristik di negeri ini.

C. Rintisan Sekolah Berstandar Internasional

1. Pengertian RSBI

Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI) adalah Sekolah Standar Nasional

(SSN) yang menyiapkan peserta didik berdasarkan Standar Nasional Pendidikan (SNP)

Indonesia dan bertaraf Internasional sehingga diharapkan lulusannya memiliki kemampuan

daya saing internasional.

Page 14: Manajemen sekolah bermutu dalam kajian sekolah potensial

2. Landasan Hukum dan Prasyarat RSBI

a. Landasan Hukum RSBI

1) UU No. 20 Tahun 2003 ps 50

2) UUNo. 32 Tahun 2004 : Pemerintahan Pusat dan Daerah

3) UU No 33 Tahun 2004 : Kewenangan Pemerintah (Pusat) dan Kewenangan Provinsi

sebagai Daerah Otonom

4) UU No. 25 Tahun 2000 : Program Pembangunan Nasional

5) PP NoTahun 2005 : Standar Nasional Pendidikan (SNP) ps 61

6) Permendiknas No. 22,23,24 Tahun 2006 : Standar Isi, SKL dan Implementasinya

b. Prasyarat RSBI

1) Kurikulum Nasional (modifikasi)

2) Wajib mengikuti UN

3) Ujian Internasional (optional)

4) Proses Pembelajaran dan Manajemen (standar internasional)

5) Berbasis pada kultur Indonesia

6) Tidak eksklusif (semua aspek dikembangkan)

7) Merit sistem dalam penerimaan siswa (akses untuk siswa miskin setara)

3. Tujuan Program RSBI

a. Umum

1) Meningkatkan kualitas pendidikan nasional sesuai dengan amanat Tujuan Nasional

dalam Pembukaan UUD 1945, pasal 31 UUD 1945, UU No.20 tahun 2003 tentang

SISDIKNAS, PP No.19 tahun 2005 tentang SNP( Standar Nasional Pendidikan),

dan UU No.17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

yang menetapkan Tahapan Skala Prioritas Utama dalam Rencana Pembangunan

Jangka Menengah ke-1 tahun 2005-2009 untuk meningkatkan kualitas dan akses

masyarakat terhadap pelayanan pendidikan.

2) Memberi peluang pada sekolah yang berpotensi untuk mencapai kualitas bertaraf

nasional dan internasional.

3) Menyiapkan lulusan yang mampu berperan aktif dalam masyarakat global.

Page 15: Manajemen sekolah bermutu dalam kajian sekolah potensial

b. Khusus

Menyiapkan lulusan yang memiliki kompetensi yang tercantum di dalam Standar

Kompetensi Lulusan yang diperkaya dengan standar kompetensi lulusan berciri

internasional.

4. Indikator Kinerja Kunci Minimal (IKKM) dan Indikator Kinerja Kunci Tambahan

(IKKT) keberhasilan pelaksanaan RSBI

a. Indikator Kinerja Kunci Minimal

RSBI/SBI adalah sekolah yang berbudaya Indonesia, karena Kurikulumnya ditujukan

untuk Pencapaian indikator kinerja kunci minimal sebagai berikut :

1) Menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ;

2) Menerapkan sistem satuan kredit semester di SMA/SMK/MA/MAK ;

3) Memenuhi Standar Isi; dan

4) Memenuhi Standar Kompetensi Lulusan.

b. Indikator Kinerja Kunci Tambahan

Keberhasilan pelaksanaan RSBI juga ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci

tambahan sebagai berikut :

a. sistem administrasi akademik berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di

mana setiap saat siswa bisa mengakses transkripnya masing – masing ;

b. muatan mata pelajaran setara atau lebih tinggi dari muatan pelajaran yang sama pada

sekolah unggul dari salah satu negara anggota OECD (Organization for Economic Co-

operation and Development) dan/ atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan

tertentu dalam bidang pendidikan; dan

c. menerapkan standar kelulusan sekolah/ madrasah yang lebih tinggi dari Standar

Kompetensi Lulusan. Adalah tidak benar kalau guru Bahasa Indonesia harus

menggunakan Bahasa Inggris dalam memberikan pengantar pelajarannya, walaupun hal

tersebut boleh saja dilakukan, tetapi penggunaan Bahasa Inggris adalah untuk

pembelajaran mata pelajaran kelompok sains, matematika, dan inti kejuruan saja,

sebagaimana dalam Bagian Proses Pembelajaran RSBI/SBI dinyatakan sebagai berikut:

‘’Mutu setiap SekolahStandar Internasional dijamin dengan keberhasilan melaksanakan

proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

Page 16: Manajemen sekolah bermutu dalam kajian sekolah potensial

5. Asas – asal Pelaksanaan Kurikulum dan Pembelajaran RSBI

Asas – asas pelaksanaan kurikulum dan pembelajaran pada RSBI meliputi :

a. Menggunakan kurikulum yang berlaku secara nasional dengan mengadabtasi kurikulum

sekolah di Negara lain.

b. Mengajarkan bahasa asing, terutama penggunaan bahasa Inggris, secara terintegrasi dengan

mata pelajaran lainnya. Metode pengajaran dwi bahasa ini dapat dilaksanakan dengan dua

kategori yakni Subtractive Bilingualism (beri penjelasan oleh penulis) dan Additive

Bilingualism, yang menekankan pendekatan Dual Language.

c. Pengajaran dengan pendekatan Dual Language menekankan perbedaan adanya Bahasa

Akademis dan Bahasa Sosial yang pengaturan bahasa pengantarnya dapat dialokasikan

berdasarkan subjek maupun waktu.

d. Menekankan keseimbangan aspek perkembangan anak meliputi aspek kognitif (intelektual),

aspek sosial dan emosional, dan aspek fisik.

e. Mengintegrasikan kecerdasan majemuk (Multiple Intelligence) termasuk Emotional

Intelligence dan Spiritual Intelligence ke dalam kurikulum.

f. Mengembangkan kurikulum terpadu yang berorientasi pada materi, kompetensi, nilai dan

sikap serta prilaku (kepribadian ).

g. Mengarahkan siswa untuk mampu berpikir kritis, kreatif dan analitis , memiliki kemampuan

belajar (learning how to learn) serta mampu mengambil keputusan dalam belajar.

Penyusunan kurikulum ini didasarkan prinsip ”Understanding by Design” yang menekankan

pemahaman jangka panjang (Enduring Understanding). Pemahaman (Understanding) dilihat

dari 6 aspek: Explain, Interpret, Apply, Perspective, Empathy, Self Knowledge.

h. Kurikulum tingkatan satuan pendidikan dapat menggunakan sistem paket dan kredit

semester.

i. Dapat memberikan program magang untuk siswa SMA, MA dan SMK.

j. Menekankan kemampuan pemanfaatan Information and Communication Technology (ICT)

yang terintegrasi dalam setiap mata pelajaran.

6. Penjaminan Mutu pada RSBI

a. Mutu Proses Pembelajaran

Terdapat pergeseran paradigma pendidikan dari mengajar ke membelajarkan. Mengajar

lebih menekankan pada kegiatan guru dalam mentransformasikan ilmu atau materi kepada

siswa, dan siswa hanya sebagai pendengar, sedangkan pembelajaran lebih menekankan pada

Page 17: Manajemen sekolah bermutu dalam kajian sekolah potensial

proses kegiatan siswa yang aktif mencari, menemukan sekaligus mempresentasikan temuan

belajarnya. Sekolah bertaraf Internasional diharapkan menerapkan azas-azas pembelajaran

aktif yang mengakses 5 pilar pendidikan (religious awareness, learning to know, learning to

do, learning to be, and learning how to live together) dalam pengelolaan pembelajaran

dengan rincian seperti berikut :

1) Pendekatan yang digunakan berfokus pada siswa dengan merangsang rasa ingin tahu

dan motivasi intrinsik serta partisipasi siswa (inquiry, investigation) sehingga ide

pembelajaran dapat datang dari siswa.

2) Siswa membangun pengetahuannya sendiri, bukan dibentuk oleh orang lain

(constructivism).

3) Guru berperan sebagai fasilitator, sehingga tercipta interaksi Guru-siswa, siswa dengan

siswa, siswa dengan guru, terjadi komunikasi multi arah, sikap guru terhadap siswa

harus menimbulkan rasa nyaman, penyusunan kelas dapat dibuat dengan 2 macam

pengelompokan seperti kelas dengan satu kelompok umur (Single Age), Kelas dengan

dua kelompok umur (Multi age)

4) Pembelajaran melayani semua anak termasuk anak dengan kebutuhan khusus ( special

needs ) secara terbatas (program inklusi), pendekatan yang digunakan menekankan

adanya keragaman kompetensi, intelligence, agama, minat.

5) Menekankan pada pemahaman siswa bukan hafalan dan sekedar mengejar target

pembelajaran maupun bahan ujian, tetapi berorientasi pada aktivitas dan proses.

6) Mengembangkan model-mdel pembelajaran yang konstruktif, inovatif seperti

cooperative learning, pembelajaran berbasis masalah, dan contextual teaching and

learning.

7) Memanfaatkan berbagai sumber belajar (lingkungan, nara sumber, dan penunjang

belajar lainnya) tidak hanya dari guru.

8) Materi pembelajaran disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa

9) Memberikan kesempatan pada siswa untuk memilih (intelligent choice) seperti dalam

pemilihan proyek yang akan dikerjakan, gaya belajar, cara menyelesaikan soal, minat

dalam batasan tertentu. Dalam mengakomodasi keragaman, pengajaran materi dapat

diberikan berbeda-beda, umumnya tiga tingkatan/macam, sesuai dengan kebutuhan

siswa. Praktek yang umumnya disebut Differentiated Instruction ini menyebabkan

tugas yang diberikan kepada siswa juga dapat berbeda yang antara lain berupa Tiered

Assignments serta tehnik diferensiasi lainnya. Untuk siswa berkebutuhan khusus

Page 18: Manajemen sekolah bermutu dalam kajian sekolah potensial

(special needs) dapat dibuatkan program pembelajaran individu (Individual

Educational Program/IEP).

10) Siklus pembelajaran dapat dimulai dari tahapan Exposure, Mini Lesson, Workshop

dan Assessment. Siklus ini dapat berulang di setiap tahap sesuai dengan kebutuhan

siswa.

11) Menciptakan dan memelihara berbagai lingkungan yang kondusif untuk siswa belajar

seperti; penataan ruangan, materi pembelajaran, rasio guru siswa 1:12 sampai dengan

1: 24.

b. Mutu Kompetensi Lulusan

Standar kompetensi lulusan yang mampu bersaing di level internasional. Dengan

indikator pencapaian :

1) Siswa yang mempunyai integritas moral yang tinggi, beragama, jujur, pemecah

masalah, mampu mengidentifikasi, mendifinisikan, dan menganalisa persoalan,

mampu menformulasikan alternatif-alternatif pemecahan dengan menggunakan

pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai hidup, mampu membuat pilihan yang tepat

dari alternatif-alternatif tersebut dan kemudian mengembangkan strategi untuk

pelaksanaan dan penilaian dari hasil pilihan tertsebut

2) Pembelajar sepanjang hidup yang mandiri yang diperlihatkan dengan kemampuan

mencari, mengorganisasikan dan memproses informasi untuk kepentingan kini dan

nanti.

3) Lulusan RSBI harus mempunyai pribadi yang bertanggung jawab terhadap tugas yang

diberikan yang ditunjukkan dengan kesediaan menerima tugas, menentukan standar

dan strategi yang tepat menyelesaikan tugas tersebut, juga secara konsisten bekerja

menyelesaikan tugas tersebut, sert mampu mempertanggungjawabkan hasilnya.

4) Lulusan RSBI diharapkan juga bisa menjadi pemikir yang kreatif, siswa yang berani

berspekulasi dengan meneliti dan mensintesakan cara-cara yang belum pernah dicoba

untuk melahirkan ide baru.

5) Sebagai ciri lulusan sekolah berstandar internasional lulusan sekolah ini mampu

menjadi komunikator yang efektif dan efisien dalam bahasa Indonesia maupun dalam

bahasa internasional yaitu bahasa Inggris)

6) Sekolah ini juga diharapkan mampu mencetak lulusan yang memiliki pribadi yang

memahami dirinya sendiri sebagai hasil dari penilaian diri terhadap kepercayaan,

Page 19: Manajemen sekolah bermutu dalam kajian sekolah potensial

perasaan, sikap, dan nilai-nilai yang dimilikinya dan hubungan dirinya dengan

lingkungannya

7) Siswa tidak hanya akan dicetak menjadi pribadi yang mandiri namun juga harus

mampu bekerjasama dengan orang lain baik sebagai anggota kelompok atau pemimpin

kelompok

8) Tidak dapat dipungkiri bahwa persaingan di era global sarat dengan kompetensi ICT

sehingga lulusan RSBI harus mempunyai keterampilan menggunakan sarana ICT

untuk menunjang studinya.

9) Perpustakaan konvensional yang dikembangkan menjadi perpustakaan elektronik

(Digital electronic) akan selalu menjadi media yang dekat dengan anak karena siswa

diharapkan mempunyai kebiasaan membaca dan menulis yang baik dan sekaligus

pembaca dan penulis yang baik

10) Sebagai syarat dari pemerintah bahwa setiap siswa SMA harus menempuh Ujian

Nasional maka siswa RSBI harus menguasai materi pelajaran yang ditunjukkan dengan

kelulusan Ujian Nasional.

11) Sebagai pribadi yang harus berdampingan dalam masyarakat lulusan sekolah ini

diharapkan mempunyai kepedulian terhadap lingkungan sosial, fisik, dan kultural

12) Wujud dari seseorang mempunyai kompetensi dan kemampuan siswa diharapkan

mampu menghasilkan karya yang berkaitan dengan IPTEK, seni, sosial, atau hal

positif yang lain.

Hal – hal lain mengenai standar kelulusan antara lain :

1) Standar kelulusan menekankan pada semua aspek seperti spiritual, norma, sosial,

emosional selain akademik.

2) Standar akademik menekankan pada pemahaman materi belajar, bukan pada

pengumpulan nilai, yang harus didukung oleh berbagai bukti otentik.

3) Kelulusan berdasarkan pada analisa individu yang menggunakan pertimbangan

profesional guru dan sekolah.

4) Kualitas lulusan dipersiapkan mampu bersaing secara global baik dari segi pengetahuan

maupun kompetensi berkomunikasi dengan tetap mempertahankan budaya Indonesia.

5) Terdapat standar minimal pendukung yang harus dipenuhi siswa yang dapat berupa;

projek dan makalah/tulisan, Community Service project (pengabdian pada

masyarakat),program magang untuk SMA,MA dan SMK, serta kehadiran.

Page 20: Manajemen sekolah bermutu dalam kajian sekolah potensial

6) Kualitas lulusan yang dihasilkan dapat diterima di sekolah-sekolah Internasional di dunia

berdasarkan: kemampuan bahasa Inggris yang dimiliki siswa, tipe laporan standar

internasional, benchmark standar Internasional, dapat bekerjasama dengan lembaga

internasional.

c. Mutu Ketenagaan

1) Tenaga pendidik memiliki kualifikasi minimal S1, mampu berbahasa Inggris, memiliki

kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi social dan kompetensi

professional.

2) Seleksi tenaga pendidik dilakukan secara professional oleh tenaga ahli dalam bidang

sumber daya manusia (Human Resources Departement) yang dapat dilakukan dengan

tahapan: wawancara awal,Class observation, Behavioral interview ,Behavioral

test,English test (TOEFL dan conversation), Micro teaching and discussion,Tes

kesehatan.

3) Performance management dilakukan secara berkelanjutan dan berkesinambungan sebagai

dasar untuk pengembangan SDM lebih lanjut dengan instrumen khusus berdasarkan

standar Teaching Effectiveness.

4) Pengelolaan Sumber Daya Manusia berdasarkan Kompetensi (Competency-based

Human Resorces System)

d. Mutu Sarana Dan Prasarana

Sarana dan Prasarana yang dapat memenuhi kebutuhan belajar siswa berdasarkan cara

kerja otak dan standar internasional, terdiri dari ruangan beserta kelengkapannya, yaitu :

1) Ruang Belajar yang kondusif meliputi luas , pencahayaan, temperatur, tingkat

kebisingan.

2) Tempat bermain

3) Laboratorium

4) Perpustakaan

5) Fasilitas olah raga

6) Fasilitas kesenian

7) Ruang Guru

8) Ruang konseling

9) Ruang pertemuan siswa

Page 21: Manajemen sekolah bermutu dalam kajian sekolah potensial

10) Ruang serbaguna

11) Kantin

12) Klinik

13) Ruang ibadah

14) Ruang kepala sekolah dan administrasi

15) Fasilitas internet di setiap ruang kelas dan WiFi di seluruh sekolah untuk memudahkan

akses internet. Setiap siswa tingkatan SMA /SMK menggunakan laptop secara

individu dalam mengerjakan tugas sekolah.

16) Ruang terapi untuk special needs

17) Toilet

18) Ruang khusus lainnya sesuai dengan kebutuhan

e. Mutu Pembiayaan

1) Sumber dana diperoleh dari dana investasi pemilik dan pembayaran uang sekolah siswa

untuk jenis sekolah swasta; serta dapat bervariasi dari sumber lainnya,pemerintah dan

2) masyarakat untuk jenis sekolah negeri.Pengalokasian dana dikategorikan ke dalam :

Pengeluaran operasional rutin dan non rutin, pengeluaran investasi untuk pengembangan

sekolah.

3) Pengelolaan keuangan dilakukan secara profesional: transparan, efisien, akuntabel

dengan diperiksa oleh akuntan publik

f. Mutu Penilaian

1) Tujuan utama penilaian untuk memantau perkembangan hasil belajar siswa secara

individu dan berkesinambungan bukan untuk mengkategorikan siswa sehingga tidak

membandingkan prestasi antar siswa.

2) Penilaian dilakukan dengan menggunakan prinsip Pedoman Acuan Kriteria (PAK)

dengan memperhatikan aspek: otentik yang artinya penilaian relevan sesuai dengan

potensi masing-masing siswa dan relevan dengan dunia nyata. Keseimbangan dengan

memperhatikan produk, proses dan progres.

3) Penilaian dilakukan sesuai dengan kriteria belajar yaitu kriteria produk, kriteria proses

dan kriteria progress. Kriteria produk berfokus pada apa yang siswa tahu dan bisa

lakukan pada saat tertentu. Kriteria proses berfokus pada bagaimana siswa mencapai

perfomansi bukan pada hasil akhir. Kriteria progres berfokus pada tingkat pencapaian

Page 22: Manajemen sekolah bermutu dalam kajian sekolah potensial

4) Penilaian dilakukan dengan mengacu pada tujuan pembelajaran bukan dengan prestasi

siswa lainnya

5) Penilaian dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan berbagai teknik dan

instrumen seperti rubrik, observasi harian, performance task dan tes tertulis (paper and

pencil)

6) Pembelajaran didasarkan atas pencapaian ketuntasan belajar siswa (mastery learning)

maka laporan yang dikeluarkan sekolah dapat berupa: Laporan Narasi,Laporan

Perkembangan Siswa per individu yang diterima secara internasional.

7. Tahapan Pengembangan Dan Program Prioritas RSBI

a. Tahapan Pengembangan RSBI

Tahap pengembangan RSBI melalui tahap - tahap, berikut antara lain :

1) tahap Pengembangan (3 tahun pertama);

2) tahap Pemberdayaan (2 tahun; tahun ke-4 an 5); dan

3) tahap Mandiri (tahun ke-6).

Pada tahap pengembangan yaitu tahun ke-1 sampai dengan ke-3 sekolah didampingi

oleh tenaga dari lembaga professional independent dan/atau lembaga terkait dalam

melakukan persiapan, penyusunan dan pengembangan kurikulum, penyiapan SDM,

modernaisasi manajemen dan kelembagaan, pembiayaan, serta penyiapan sarana prasarana.

Sedangkan pada tahap pemberdayaan yaitu tehun ke-4 dan ke-5 adalah sekolah

melakasanakan dan meningkatkan kualitas hasil yang sudah dikembangkan pada tahap

pendampingan, oleh karena itu dalam proses ini hal terpenting adalah dilakukannya refleksi

terhadap pelaksanaan kegiatan untuk keperluan penyempurnaan serta realisasi program

kemitraan dengan sekolah mitra dalam dan luar Negeri serta lembaga sertifikasi pendidikan

internasional. Pada tahap mandiri pada tahun ke-6 adalah sudah sekolah sudah berubah

predikatnya dari rintisan bertaraf internasional (RSBI) menjadi Sekolah Bertaraf

Internasional (SBI) dengan catatan semua profil yang diharapkan telah tercapai. Sedangkan

apabila profil yang diharapkan mulai dari standar isi dan standar kompetensi lulusan, SDM

(guru, kepala sekolah, tenaga pendukung), sarana prasarana, penilaian, pengelolaan,

pembiayaan, kesiswaan, dan kultur sekolah belum tercapai, maka dimungkinkan suatu

sekolah RSBI akan terkena passing - out.

Page 23: Manajemen sekolah bermutu dalam kajian sekolah potensial

b. Program Prioritas RSBI

1) Adaptasi kurikulum yang setaraf kurikulum Internasional

2) Pengembangan materi dan metode yang bervariasi

3) Pendampingan /outsourcing

4) Sistem Remedial Yang Terkontrol

5) Peningkatan kemampuan guru berbahasa Inggris

6) Kegiatan ekstra yang mendukung bahasa Inggris

7) Peningkatan kemampuan memecahkan soal secara mandiri

8) Peningkatan kemampuan guru mengajar dengan berbagai media

9) Kegiatan ekstra yang mendukung siswa berkarya

Dukungan dari masyarakat, pemerintah Kabupaten, pemerintah propinsi akan selalu

bersinergi sehingga dambaan bahwa akan ada sekolah negeri yang terjangkau dengan

sertifikasi internasional akan segera terwujud.

IV. Kesimpulan.

1. Manajemen sekolah adalah pengorganisasian atau pengelompokan unsur – unsur Pendidikan

dalam suatu kegiatan yang terencana disekolah dalam rangka pencapaian tujuan Pendidikan.

2. Ditinjau dari Manajemen Sekolah untuk pencapaian delapan standar nasional pendidikan, maka

sekolah Potensial belum mencapai SNP tersebut dan kategori sekolah tersebut belum bermutu

dan akan mengarah kebermutu, jika dilaksanakan pengembangan. Maka perlu dilaksanakan

pengembangan sekolah potensial untuk menjadi SSN. Pencapaian pengembangan sekolah

potensial dapat terlaksana dengan maksimal sangat ditentukan oleh karakteristik atau

kemampuan sekolah masing – masing.

3. Sekolah SSN dan RSBI, jika ditinjau dari Manajemen sekolahnya untuk pencapaian SNP dua

kategori sekolah tersebut sudah mencapai SNP dan sudah dikatakan bermutu, namun masih

harus melaksanakan pengembangan, Dukungan dari masyarakat, pemerintah Kabupaten,

pemerintah propinsi akan selalu bersinergi sehingga dambaan bahwa akan ada sekolah negeri

yang terjangkau dengan sertifikasi internasional akan segera terwujud.