MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi...

66
MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT Nannochloropsis oculata SKALA LABORATORIUM, DAN INTERMEDIATE DI BALAI PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU (BPBAP) SITUBONDO LAPORAN PRAKTEK KERJA MAGANG PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN Oleh : NICO RAHMAN CAESAR NIM. 125080101111030 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015

Transcript of MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi...

Page 1: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT Nannochloropsis oculata SKALA LABORATORIUM, DAN INTERMEDIATE DI

BALAI PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU (BPBAP) SITUBONDO

LAPORAN PRAKTEK KERJA MAGANG PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

Oleh :

NICO RAHMAN CAESAR NIM. 125080101111030

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG 2015

Page 2: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

ii

PRAKTEK KERJA MAGANG

MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT Nannochloropsis oculata SKALA LABORATORIUM DAN INTERMEDIATE DI

BALAI PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU (BPBAP) SITUBONDO

Oleh :

NICO RAHMAN CAESAR 125080101111030

telah dipertahankan didepan penguji pada tanggal 22 Oktober 2015

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

SK Dekan No. :

Tanggal :

Menyetujui,

Dosen Pembimbing, Dosen Penguji,

(Dr. Uun Yanuhar, S.Pi, M,Si) (Prof. Dr. Ir. Diana Arfiati, MS) NIP. 19730404 200212 2 001 NIP. 19591230 198503 2 002

Tanggal : Tanggal :

Menyetujui,

Ketua Jurusan

(Dr. Ir. Arning Wilujeng Ekawati, MS) NIP. 19620805 198603 2 001

Tanggal :

Page 3: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

iii

RINGKASAN

NICO RAHMAN CAESAR. Praktek Kerja Magang tentang Manajemen Pertumbuhan Kulur Mikroalga Laut Nannochloropsis oculata Skala Laboratorium dan Intermediate di Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Situbondo, Jawa Timur ( dibawah bimbingan Dr. Uun Yanuhar, S.Pi., M.Si).

Mikroalga merupakan komponen penting dalam akuakultur, karena mikroalga sebagai produsen primer berfungsi sebagai awal aliran energi dalam rantai makanan di perairan. Pemanfaatan mikroalga sebagai pakan alami belum dapat digantikan oleh pakan buatan pada beberapa ikan laut atau udang yang baru menetas. Mikroalga mengandung enzim pencernaan yang sangat dibutuhkan untuk stadia larva ikan dikarenakan pada saluran pencernaannya belum sempurna (masih berbentuk tabung) dan belum dilengkapi atau kandungan enzim pencernaan masih sangat sedikit, enzim ini tidak dipunyai oleh makanan buatan. Nannochloropsis oculata merupakan salah satu jenis dari mikroalga yang telah banyak dibudidayakan dan digunakan sebagai pakan alami dalam usaha budidaya.

Tujuan yang ingin dicapai dari Praktek Kerja Magang (PKM) ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman kerja magang dalam bidang perikanan serta mengetahui pertumbuhan dan kultur N. occulata di Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Situbondo serta faktor – faktor yang mendukung. Praktek Kerja Magang (PKM) ini dilaksanakan pada tanggal 22 Juli – 4 September 2015. Metode yang digunakan dalam PKM ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif yaitu metode yang digunkan untuk mencari unsur-unsur, ciri-ciri, sifat-sifat suatu fenomena. Metode ini dimulai dengan teknik pengumpulan data meliputi, data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi lapangan, wawancara, partisipasi langsung serta dari studi literatur. Proses kultur mikroalga yang dilakukan melalui tiga tahap meliputi kultur laboratorium, semi-masal (intermediate), dan kultur massal. Kultur laboratorium ialah kultur mikroalga mulai dari agar, test tube, Erlenmeyer, dan carboy. Tahapan selanjutnya adalah kultur semi massal atau intermediate yaitu kultur pada bak 100 liter dan Kultur conicel 500 liter – 1 ton. Hasi pengukuran kualitas air pada kultur skala laboratorium diperoleh nilai suhu sebesar 22ºC, pH 8 dan salinitas 33 ppt, sedangkan pada kultur skala intermediet diperoleh nilai suhu sebesar 26-29ºC, pH 8-8,5 dan salinitas 34-35 ppt. Kualitas air yang digunakan selama kultur tersebut, berada pada kisaran optimal untuk pertumbuhan N. oculata. Hasil perhitungan kepadatan sel N. oculata tertinggi pada kultur Erlenmeyer menggunakan aerasi adalah 728 x 104 sel/ml. Kepadatan tertinggi pada kultur Carboy adalah 772 x 104 sel/ml. Dan kepadatan tertinggi pada kultur Bak Fiber adalah 260 x 104 sel/ml. Kesimpulan dari Praktek Kerja Magang ini adalah kultur Nannochloropsis oculata di bagi menjadi 2 proses yaitu kultur skala laboratorium dan intermediate. Serta parameter pendukung pertumbuhan Nannochloropsis oculata meliputi suhu, pH, dan salinitas. Saran yang dapat diberikan yaitu perlunya inovasi dalam pemanfaatan ruang kultur agar ruang yang ada dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien.

Page 4: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

iv

PERNYATAAN TELAH MELAKUKAN PKM

Page 5: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

v

KATA PENGANTAR

Segala puji kehadiran Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan karunia-

Nya serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW,

sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja Magang tentang

Manajemen Pertumbuhan Kultur Mikroalga Laut Nannochloropsis oculata

Skala Laboratorium, Dan Intermediate Di Balai Perikanan Budidaya Air Payau

(BPBAP) Situbondo, sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana

perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah

membantu proses penyusunan laporan Praktek Kerja Magang ini. Penulis menyadari

bahwa laporan Praktek Kerja Magang ini terdapat kekurangan dan kesalahan yang

disebabkan oleh keterbatasan penulis. Maka dari itu kritik, saran dan masukan dari

semua pihak sangat penulis harapkan untuk menyempurnakan laporan Praktek

Kerja Magang ini.

Malang, 22 Oktober 2015

penulis

Page 6: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................... ii

RINGKASAN ........................................................................................................... iii

PERNYATAAN TELAH MELAKUKAN PKM .......................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................................ v

DAFTAR ISI ............................................................................................................ vi

DAFTAR TABEL ................................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. ix

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... x

1. PENDAHULUAN ............................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1 1.2 Maksud dan Tujuan ........................................................................................ 2 1.3 Manfaat ........................................................................................................... 3 1.4 Waktu dan Tempat .......................................................................................... 3

2. MATERI DAN METODE PRAKTEK KERJA MAGANG .................................... 4 2.1 Materi Praktek Kerja Magang .......................................................................... 4 2.2 Alat dan Bahan ................................................................................................ 4

2.2.1 Alat ........................................................................................................... 4 2.2.2 Bahan ....................................................................................................... 4

2.3 Metode Praktek Kerja Magang ........................................................................ 5 2.3.1 Sumber Data ............................................................................................. 5 2.3.2 Teknik Pengambilan Data ......................................................................... 6

2.4 Prosedur Praktek Kerja Magang ...................................................................... 7 2.4.1 Kultur Laboratorium .................................................................................. 7 2.4.2 Kultur Intermediate.................................................................................... 9 2.4.3 Perhitungan Kelimpahan Sel ..................................................................... 9 2.4.4 Pengukuran Kualitas Air ......................................................................... 10

3. KEADAAN UMUM LOKASI PKM ................................................................... 12 3.1 Keadaan Umum Lokasi Praktek Kerja Magang ............................................ 12

3.1.1 Sejarah Berdirinya BPBAP Situbondo .................................................... 12 3.1.2 Letak Geografis dan Topografi ............................................................... 13 3.1.3 Strukur Organisasi dan Tenaga Kerja .................................................... 14

3.2 Sarana dan Prasarana Budidaya Pakan Alami ............................................. 17 3.2.1 Sarana ................................................................................................... 17 3.2.2 Prasarana .............................................................................................. 20

3.3 Kegiatan Kultur di Laboraturium Pakan Alami BPBAP Situbondo ................. 21

Page 7: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

vii

4. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 23 4.1 Biologi Nannochloropsis oculata .................................................................... 23

4.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Nannochloropsis oculata .................................. 23 4.1.2 Pertumbuhan Nannochloropsis oculata .................................................. 24

4.2 Teknik Kultur Nannochloropsis oculata .......................................................... 26 4.2.1 Kultur Nannochloropsis oculata Skala Laboratorium .............................. 26 4.2.2 Kultur Nannochloropsis oculata Skala Intermediate ............................... 34 4.2.3 Pemanenan ........................................................................................... 38

4.3 Analisis Kualitas Air ...................................................................................... 39 4.3.1 Suhu ...................................................................................................... 39 4.3.2 Derajat Keasaman (pH) ........................................................................ 39 4.3.3 Salinitas ................................................................................................. 40

4.4 Kepadatan Nannochloropsis oculata ............................................................ 40 4.5 Permasalahan yang Dihadapi....................................................................... 46

5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 48 5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 48 5.2 Saran ........................................................................................................... 48

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 49

LAMPIRAN ............................................................................................................. 52

Page 8: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tenaga Kerja BPBAP Situbondo Tahun 2014 ..................................................... 16

2. Bahan Pupuk Walne untuk Skala Laboratorium. ................................................. 34

3. Bahan pupuk Walne untuk Skala Intermediate.................................................... 37

4. Tabel Kepadatan Nannochloropsis oculata yang dikultur .................................... 43

Page 9: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Papan BPBAP Situbondo sesuai Kepmen tahun 2001 ........................................ 13

2. Tandon Air Laut .................................................................................................. 18

3. Blower mini untuk Lab. ........................................................................................ 20

4. Nannochloropsis oculata (Sumber : Baharuddin, 2011) ...................................... 24

5. Kurva Pertumbuhan Mikroalga (Sumber: Prabowo, 2009) .................................. 25

6. Alat – Alat yang sudah di sterilisasi ..................................................................... 27

7. Autoclave ............................................................................................................ 28

8. Kultur Nannochloropsis oculata dalam Erlenmeyer menggunakan aerasi ...... 30

9. Kultur pada Carboy. ............................................................................................ 32

10. Kultur Nannochloropsis oculata skala Intermediate ........................................... 36

11. Proses Penganginan Endapan Nannochloropsis oculata: (a) Pengolesan pada

Plastik, (b) serpihan Nannochloropsis oculata kering. ...................................... 39

12. Grafik Pertumbuhan Nannochloropsis oculata skala Erlenmeyer. ..................... 44

13. Grafik Pertumbuhan Nannochloropsis oculata skala Carboy. ............................ 45

14. Grafik Pertumbuhan Nannochloropsis oculata skala Intermediate. ................... 46

Page 10: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Struktur Organisasi BPBAP Situbondo ............................................................... 52

2. Dokumentasi Kegiatan ........................................................................................ 53

3. Alat dan Fungsi ................................................................................................... 55

4. Bahan dan Fungsi ............................................................................................... 57

Page 11: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mikroalga merupakan komponen penting dalam akuakultur, karena

mikroalga sebagai produsen primer berfungsi sebagai awal aliran energi dalam

rantai makanan di perairan. Hal ini menjadikan semua bentuk kehidupan hayati

sangat bergantung kepada mikroalga. Pemanfaatan mikroalga sebagai pakan

alami belum dapat digantikan oleh pakan buatan pada beberapa ikan laut atau

udang yang baru menetas. Mikroalga mengandung enzim pencernaan yang

sangat dibutuhkan untuk stadia larva ikan dikarenakan pada saluran

pencernaannya belum sempurna (masih berbentuk tabung) dan belum dilengkapi

atau kandungan enzim pencernaan masih sangat sedikit, enzim ini tidak dipunyai

oleh makanan buatan (Cahyaningsih dan Subyakto,2009).

Nannochloropsis oculata merupakan salah satu jenis dari mikroalga yang

telah banyak dibudidayakan dan digunakan sebagai pakan alami dalam usaha

budidaya. N. oculata merupakan sel berwarna kehijauan, tidak motil, dan tidak

berflagela. Selnya berbentuk bola berukuran sedang dengan diameter 2-4 μm,

tergantung spesiesnya, dengan khloroplas berbentuk cangkir. N. oculata

melimpah di sepanjang pantai dan estuari di atas zona fotik dengan konsentrasi

102-104 sel/cm3 (Hu and Gao, 2003). Fitoplankton ini dapat tumbuh baik pada

kisaran pH 7-9 tetapi tumbuh rendah pada pH 10,08 (Elzenga et al.,2000).

N. occulata sendiri mengandung karbohidrat, protein, beta karoten, lipid

dan klorofil. Kandungan klorofil dan lipid dapat menjadi parameter pertumbuhan

dalam menentukan biomassa mikroalga. Salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi biomassa mikroalga adalah komposisi media kultur. Menurut

Sriharti dan Carolina (1995), konsentrasi nitrogen dan fosfat yang terdapat dalam

media dapat mempengaruhi kandungan lipid pada mikroalga, sedangkan

Page 12: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

2

konsentrasi besi (Fe) dan magnesium (Mg) dapat mempengaruhi pembentukan

klorofil mikroalga. Kandungan nutrien yang berbeda pada media dapat

memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kandungan sel mikroalga tertentu.

Proses kultur mikroalga dapat dilakukan melalui tiga tahap meliputi kultur

laboratorium, semi-masal (intermediate), dan kultur massal. Kultur laboratorium

ialah kulutr mikroalga mulai dari agar, test tube, Erlenmeyer, dan carboy.

Tahapan selanjutnya adalah kultur semi massal atau intermediate yaitu kultur

pada bak 100 liter dan Kultur conicel 500 liter – 1 ton. Kultur massal merupakan

kultur didapatkan dari kultur bertingkat sejak dari agar, test tube, Erlenmeyer,

carboy dan intermediate. Kultur massal dilakukan pada bak atau kolam ukuran 4-

5 ton (BPBAP Situbondo, 2014).

Untuk menyediakan makanan alami dalam jumlah yang cukup, tepat

waktu dan berkesinambungan, pengetahuan tentang manajemen kultur

fitoplankton yang baik mutlak diketahui oleh mereka yang bergerak di bidang

usaha perikanan baik dalam skala besar maupun kecil. Mengingat pentingnya

pakan alami tersebut sebagai salah satu faktor penentu keberhasilan usaha

pembenihan ikan dan udang, maka penulis berpendapat perlu dilakukan

pengamatan kultur fitoplankton N. oculata secara intensif untuk memperkaya

pengetahuan dalam rangka sumbangsih ilmu pengetahuan di bidang perikanan.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari pelaksanaan Praktik Kerja Magang ini adalah untuk

mengetahui secara langsung teknik kultur mikroalga N. oculata pada skala

laboratorium, intermediate dan massal di BPBAP Situbondo., serta memadukan

teori yang didapat pada perkuliahan dengan fakta yang ada di lapang.

Tujuan yang ingin dicapai dari Praktik Kerja Magang (PKM) ini adalah

untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman kerja magang

Page 13: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

3

dalam bidang perikanan serta mengetahui pertumbuhan dan kultur N. occulata di

Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Situbondo serta faktor – faktor

yang mendukung.

1.3 Manfaat

Manfaat yang diharapkan saat melaksanakan Praktik Kerja Magang

tentang Pertumbuhan Kultur Mikroalga Laut N. oculata Skala Laboratorium,

Intermediate Dan Massal Di Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP)

Situbondo ini antara lain:

1. Menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman secara

langsung tentang pertumbuhan dan kultur N. occulata.

2. Mengaplikasikan mata kuliah terkait yang diperoleh selama

perkuliahan tentang pertumbuhan dan kultur N. occulata.

3. Sebagai bahan informasi dan pengetahuan yang dapat

menunjang penelitian lebih lanjut tentang kultur N. occulata.

1.4 Waktu dan Tempat

Kegiatan Praktek Kerja Magang ini dilaksanakan pada tanggal 22 Juli

sampai 4 September tahun 2015 yang berlokasi di Balai Perikanan Budidaya Air

Payau (BPBAP) Situbondo, Jawa Timur.

Page 14: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

2. MATERI DAN METODE PRAKTEK KERJA MAGANG

2.1 Materi Praktek Kerja Magang

Materi Praktek Kerja Magang tentang Pertumbuhan Kultur Mikroalga Laut

Nannochloropsis oculata Skala Laboratorium, dan Intermediate di Balai

Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Situbondo diantaranya yang dipelajari

meliputi persiapan media, kultur mikroalga, pemupukan dan pemeliharaan,

pemanenan, dan pengukuran kualitas air, meliputi parameter fisika, kima dan

parameter biologi sebagai factor pendukung.

2.2 Alat dan Bahan

Alat dan Bahan yang digunakan pada Praktek Kerja Magang di Balai

Perikanan Budidaya Air Payau dapat dilihat di bawah ini.

2.2.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam Praktik Kerja Magang adalah karet

penghisap, pipet kapiler, erlenmeyer, toples kaca, carboy, bak fiber, oven,

autoclave, timbangan, selang aerasi, batu aerasi, haemocytometer, mikroskop,

blender, pipa, filter bag, kompor gas, keranjang, panic, gayung, jerigen, kain,

saringan, alumunium foil, plastic, sikat, schoring bag, nampan, gelas ukur, drum,

lampu, dan AC.

2.2.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam Praktik Kerja Magang adalah air laut, air

tawar, Phytoplankton, pupuk walne, soda api, aquades, vitamin, Na-thiosulfat,

chlorin test, detergen, kaporit, alcohol, dan HCL.

Page 15: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

5

2.3 Metode Praktek Kerja Magang

Metode yang digunakan dalam Praktek Kerja Magang ini adalah metode

deskriptif, yang bermaksud untuk membuat gambaran (deskriptif) mengenai

situasi kejadian - kejadian. Metode deskriptif yaitu metode yang digunkan untuk

mencari unsur-unsur, ciri-ciri, sifat-sifat suatu fenomena. Metode ini dimulai

dengan mengumpulkan data, menganalisis data dan menginterprestasikannya.

Metode deskriptif dalam pelaksanaannya dilakukan melalui: teknik survey, studi

kasus (bedakan dengan suatu kasus), studi komparatif, studi tentang waktu dan

gerak, analisis tingkah laku, dan analisis dokumenter (Suryana, 2010).

2.3.1 Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam Praktek Kerja Magang ini ialah terdiri dari

data primer dan data sekunder. Data primer dan data sekunder merupakan

pengelompokan data berdasarkan sumber data.

2.3.1.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti

secara langsung dari sumber data utama. Data primer disebut juga sebagai data

asli atau data baru yang memiliki sifat up to date. Untuk mendapatkan data

primer, peneliti harus mengumpulkannya secara langsung. Teknik yang dapat

digunakan peneliti untuk mengumpulkan data primer antara lain observasi,

wawancara, dan penyebaran kuesioner (Aedi, 2010). Data primer pada Praktek

Kerja Magang ini didapat melalui observasi, wawancara, partisipasi aktif dan

dokumentasi.

2.3.1.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang telah lebih dulu dikumpulkan dan

dilaporkan oleh orang diluar dari penyidik sendiri, walaupun yang dikumpulkan itu

Page 16: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

6

sesungguhnya adalah data yang asli (Surakhmad, 2004). Data sekunder dalam

Praktek Kerja Magang ini didapatkan dari laporan, jurnal, majalah, Laporan PKL

dan PKM/Skripsi, situs internet serta kepustakaan yang menunjang dari Praktek

Kerja Magang ini.

2.3.2 Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data pada Praktik Kerja Magang ini adalah dengan

cara observasi, wawancara, partisipasi aktif dan dokumentasi. Kegiatan Praktik

Kerja Magang ini lebih ditekankan pada partisipasi aktfif, pemahaman dan

pengusaan tentang pertumbuhan dan kultur N. oculata.

2.3.2.1 Observasi

Observasi yakni teknik pengumpulan data dimana penyelidik

mengadakan pengamatan secara langsung (tanpa alat) terhadap gejala - gejala

subyek yang diselidiki, baik pengamatan itu dilakukan dalam situasi sebenarnya

maupun dilakukan di dalam situasi buatan yang khusus diadakan (Surakhmad,

2004). Observasi yang dilakukan pada Praktek Kerja Magang ini meliputi

persiapan media kultur, kegiatan kultur, pemupukan, pemanenan dan

pengukuran kualitas air.

2.3.2.2 Wawancara

Wawancara merupakan cara mengumpulkan data dengan cara tanya

jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan pada tujuan

penelitian. Wawancara memerlukan komunikasi yang baik dan lancar antara

peneliti dengan subjek sehingga pada akhirnya bisa didapatkan data yang dapat

dipertanggung jawabkan secara keseluruhan (Nazir, 1988). Pada praktik kerja

magang, wawancara dilakukan secara langsung dengan mengajukan pertanyaan

kepada teknisi lapang maupun masyarakat untuk mendapatkan informasi

Page 17: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

7

mengenai pertumbuhan dan kultur N. occulata dan kegiatan operasional

Laboratorium pakan alami di Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP)

Situbondo.

2.3.2.3 Partisipasi Aktif

Partisipasi aktif adalah keterlibatan dalam suatu kegiatan yang dilakukan

secara langsung di lapangan (Nazir, 1988). Pada Praktek Kerja Magang ini,

kegiatan partisipasi aktif yang diikuti secara langsung adalah pertumbuhan dan

kultur N. occulata mulai dari persiapan media budidaya, kegiatan kultur,

pemupukan, pemeliharaan, pemanenan dan pengukuran kualitas air serta

kegiatan lainnya yang berkaitan.

2.3.2.4 Dokumentasi

Dokumentasi merupakan cara mengumpulkan data melalui mempelajari,

mencatat, menyalin dokumen atau catatan yang bersumber dari peninggalan

tertulis seperti arsip, termasuk juga buku tentang teori, pendapat, dalil dan hukum

(Widiastuti, 2014). Pada Praktik Kerja Magang ini, dokumentasi dilakukan

dengan cara mengambil gambar atau foto dengan menggunakan kamera dan

mencatat data dari Laboratorium pakan alami di Balai Perikanan Budidaya Air

Payau (BPBAP) Situbondo.

2.4 Prosedur Praktek Kerja Magang

2.4.1 Kultur Laboratorium

Kultur laboratorium merupakan kultur dalam skala kecil yaitu kultur pada

botol 5 liter dan toples 10 liter yang terdiri dari kultur agar, test tube, Erlenmeyer

dan carboy.

Page 18: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

8

2.4.1.1 Kultur Agar (tanpa aerasi)

Kultur agar diawali dengan sterilisasi alat dan pembuatan media agar

yang sudah diberi pupuk PA (Pro Analis) kemudian disterilisasi menggunakan

Autoclave kemudian dituang ke petridish steril ¾ bagian. Setelah media agar

membeku dilakukan inokulasi menggunakan metode gores, atau metode pipet).

Phytoplankton yang ditanam biasanya akan tumbuh setelah dua minggu

(tergantung species yang ditanam).

2.4.1.2 Kultur Test Tube (tanpa aerasi)

Kulturan agar yang sudah tumbuh dapat dipindahkan kekulturan testube,

dengan cara media steril dipupuk dengan dosis 1m/liter. pupuk yang digunakan

adalah pupuk PA . Untuk species diatom menggunakan pupuk diatom dan untuk

species Chlorophyceae menggunakan pupuk Walne. Sebelum melakukan kultur

terlebih dahulu diambil satu coloni dari media agar dan diberi air laut steril

kemudian dicek dibawah mikroskop, apabila steril tidak ada kontaminasi maka

dikultur ditest tuber. Untuk sebuah test tube diberi media air laut steril yang

sudah dipupuk ¾ bagian kemudian diberi bibit satu koloni. Mikroalga akan

tumbuh minimal 7 hari (seminggu).

2.4.1.3 Kultur Erlenmeyer (tanpa aerasi)

Hasil kulturan test tube selanjutnya dapat dijadikan bibit (starter) pada

kulturan erlenmeyer tanpa aerasi, disiapkan media air laut yang sudah dipupuk

dengan dosis 1 ml/liter kemudian diberi bibit. Lama kulturan 6-7 hari untuk

species Nannochloropsis sp dan 3-4 hari untuk species diatom.

2.4.1.4 Kultur Erlenmeyer/ Toples 1-2 liter (aerasi)

Sterilisasi media dengan cara direbus hingga mendidih kemudian dituang

ke dalam wadah dan ditutup rapat. Setelah dingin dilengkapi peralatan aerasi,

Page 19: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

9

dipupuk dengan dosis 1ml/liter (PA), perbandingan bibit dan media adalah 3 : 7,

dipertahankan pada suhu 25 0C dan penyinaran menggunakan lampu TL 40

watt 2 buah dan inkubasi 5-7 hari.

2.4.1.5 Kultur Carboy/ Toples 10 liter (aerasi)

Sterilisasi media menggunakan kaporit 10 ppm dan dinetralkan dengan

thiosulfat ≤ 5 ppm Setelah netral dipupuk dengan dosis 1ml/liter (PA),

perbandingan bibit dan media adalah 3 : 7, dipertahankan pada suhu 25 C

danpenyinaran menggunakan lampu TL 40 watt 2 buah dan inkubasi 5-7 hari.

2.4.2 Kultur Intermediate

Kultur aquarium 100 liter dan Kultur conicel 500 liter – 1 ton. Air laut

disterilisi menggunakan kaporit 10 ppm dan dinetralkan dengan thiosufat 5 ppm,

lama sterilisasi min 24 jam. Sebelum dilakukan pemberian bibit terlebih dahulu

diberi pupuk TG (Tehnical Growth) dengan dosis 1 ml/l. Untuk species diatom

menggunakan pupuk diatao (TG) kalau untuk species Chlorophyceae

menggunakan pupuk Walne (TG). Perbandingan penggunaan bibit dan media

adalah 3 :7. Kultur dilakukan pada ruangan semi outdoor dengan atap fiber

tembus cahaya matahari Dan lama inkubasi 5-7 hari.

2.4.3 Perhitungan Kelimpahan Sel

Perhitungan kelimpahan sel fitoplankton digunakan sebagai salah satu

ukuran mengetahui pertumbuhan fitoplankton, mengetahui kelimpahan bibit,

kelimpahan pada awal kultur dan kelimpahan pada saat panen. Untuk

menghitung jumlah fitoplankton yang dihasilkan dalam skala waktu dapat

menggunakan alat haemocytometer.

Menurut Chalid et at. (2006), cara Perhitungan jumlah plankton dengan

haemocytometer ini yaitu dengan cara meneteskan kultur sel mikroalga yang

Page 20: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

10

akan dianalisa kepadatan selnya sebanyak satu tetes ke masing-masing dua

bagian haemocytometer. Tutup dengan menggunakan slide. Haemocytometer ini

dilengkapi dengan mikroskop. Haemocytometer yang telah diberikan kultur sel

mikroalga diletakkan di bawah lensa objektif dan difokuskan hingga terlihat kisi-

kisi tempat perhitungan sel yang terdiri dari lima kisi perhitungan. Selanjutnya

jumlah sel plankton dihitung menggunakan rumus berikut:

2.4.4 Pengukuran Kualitas Air

Pada Praktek Kerja Magang, dilakukan pengukuran kualitas air pada

kultur mikroalga yang bertujuan untuk mengontrol kualitas air dan mengetahui

parameter fisika, kimia maupun biologi yang sesuai untuk pertumbuhan

mikroalga. Parameter kualitas air yang diukur meliputi parameter fisika yaitu

suhu; parameter kimia yaitu oksigen terlarut (DO), pH, salinitas. Cara

pengukuran kualitas air adalah sebagai berikut:

2.4.4.1 Suhu (Departemen Pekerjaan Umum, 1990)

Parameter kualitas air tentang suhu diukur dengan thermometer Hg.

Bagian ujung thermometer dimasukkan ke dalam perairan hingga seluruh

bagiannya masuk dalam air dan ditunggu beberapa saat sampai air raksa dalam

thermometer berhenti pada skala tertentu. Kemudian dicatat angka yang tertera

di skala tersebut dalam satuan derajat Celcius (0C). Pembacaan thermometer

dilakukan pada saat thermometer masih dalam air dan pada bagian air raksa

tidak sampai tersentuh oleh tangan secara langsung.

Page 21: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

11

2.4.4.2 pH (Departemen Pekerjaan Umum, 1990)

pH suatu perairan dapat diukur dengan menggunakan pH paper atau pH

pen. Untuk pengukuran dengan pH paper dilakukan dengan cara memasukkan

pH paper ke dalam air sekitar 0,5 menit, dikibaskan sampai setengah kering dan

kemudian dicocokkan perubahan warna pada pH paper dengan kotak standar

pH. Sedangkan pengukuran pH dengan menggunakan pH pen yaitu pH pen di

standarisasi terlebih dahulu, kemudian pH pen dimasukkan kedalam air yang

diukur kadar pH-nya kemudian dilihat angka pada layar dan setelah digunakan

segera di standarisasi kembali.

2.4.4.3 Salinitas (Departemen Pekerjaan Umum, 1990)

Kadar garam perairan dapat diukur dengan menggunakan refraktometer

atau salinometer. Pengukuran salinitas dengan refraktometer yaitu dibuka

penutup kaca prisma, dikalibrasi dengan aquades, dibersihkan dengan tissue

secara searah, diteteskan 1-2 tetes air yang akan diukur salinitasnya, ditutup

kembali dengan hati-hati agar tidak terjadi gelembung udara dipermukaan kaca

prisma, diarahkan ke sumber cahaya, dan dilihat nilai salinitasya yang diukur

melaui kaca pengintai.

Page 22: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

3. KEADAAN UMUM LOKASI PKM

3.1 Keadaan Umum Lokasi Praktek Kerja Magang

Keadaan umum lokasi Praktek Kerja Magang di Balai Perikanan

Budidaya Air Payau (BPBAP) Situbondo meliputi sejarah berdirinya BPBAP

Situbondo, letak geografis, struktur organisasi, sarana dan prasarana serta

kegiatan kultur fitoplankton yang ada di BPBAP Situbondo.

3.1.1 Sejarah Berdirinya BPBAP Situbondo

Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Pecaron Situbondo

didirikan pada tahun 1986. Pada awal berdirinya BPBAP Situbondo bernama

proyek Sub Senter Udang Windu Jawa Timur dibawah naungan Dierktorat

Jendral Perikanan, Departemen Pertanian dan merupakan cabang dari BBAP

Jepara, Jawa Tengah. Sub Senter Udang Windu Jawa Timur terletak di Desa

Blitok, Kecamatan Mlandingan, Kabupaten Situbondo. BPBAP ini didirikan

berdasarkan kebutuhan dari masyarakat, dengan berbagai kegiatan pelatihan

yang disesuaikan berdasarkan rencana yang telah disusun setahun sebelumnya.

Sifat balai ini diprogram (diplot supaya tepat sasaran dan komunikasi dengan

dinas/swasta) dan dipercayakan untuk proyek dari pusat. Komoditas yang

dibudidayakan meliputi kerapu macan, kerapu tikus, bandeng, udang vaname,

dan udang windu.

Seiring berjalannya waktu Sub Senter Udang Windu Jawa Timur

melepaskan diri dari BBAP Jepara. Pada tanggal 18 April 1994 Sub Senter

Udang Windu Jawa Timur resmi melepaskan diri dari BBAP Jepara dan

berganti nama menjadi Loka Balai Budidaya Air Payau berdasarkan surat

keputusan Menteri Pertanian nomor : 246/Kpts/OT.210/4/94. Loka Balai

Budidaya Air Payau terdiri dari tiga divisi yaitu divisi ikan, divisi udang dan divisi

Page 23: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

13

budidaya. Loka Balai Budidaya Air Payau Situbondo merupakan Unit Pelaksana

Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Perikanan bidang pengembangan produksi

budidaya perikanan air payau yang bertanggung jawab kepada Direktorat Jendral

Perikanan. Beban tugas dan tanggung jawab Loka Balai Budidaya Air Payau

Situbondo yang semakin berat maka pada tanggal 1 Mei 2001 Status Loka Balai

Budidaya Air Payau dinaikkan menjadi Balai Budidaya Air Payau Situbondo

berdasarkan surat Keputusan Menteri Perikanan dan Kelautan No.

KEP.26D/MEN/2001 (Gambar 1.). Kini berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan

dan Perikanan Nomor6/PERMEN-KP/2014 BBAP berganti nama menjadi Balai

Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP).

Gambar 1. Papan BPBAP Situbondo sesuai Kepmen tahun 2001

3.1.2 Letak Geografis dan Topografi

BPBAP Situbondo terletak di propinsi Jawa Timur dengan alamat Jl. Raya

Pecaron 5 Panarukan, Situbondo 68352, berada diatas tanah seluas 3,5 ha.

Lokasi BPBAP Situbondo berada pada daerah pengembangan industri perikanan

yang dapat dilihat dari banyaknya hatchery swasta baik skala rumah tangga

maupun skala besar. Pantai disekitar BPBAP Situbondo terhindar dari ombak

Page 24: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

14

maupun arus yang besar, persediaan air tawar mudah serta dekat dengan

transportasi darat. Lokasi BPBAP Situbondo berjarak 5 meter dari garis pantai

dengan ketinggian 0,5 – 1 meter dari permukaan air laut. Suhu udara di sekitar

BPBAP Situbondo pada siang hari berkisar antara 29-31o C dan pada malam

hari berkisar 28-29o C. Lokasi BPBAP Situbondo beriklim tropis dengan angin

laut yang bertiup dari Selat Madura.

Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Situbondo terdiri dari lima

divisi yaitu, divisi ikan, divisi udang, divisi budidaya, instalasi udang Gelung dan

instalasi pembenihan udang Tuban. Secara geografis BPBAP Situbondo terletak

pada posisi 113055’56’’ BT – 114000’00” BT dan 07040’32” LS – 07042’35” LS.

Divisi ikan sekaligus sebagai kantor utama BPBAP Situbondo terletak di Dusun

Pecaron, Desa Klatakan, Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo. Divisi

udang dan ikan terletak di Desa Blitok, Kecamatan Mlandingan Kabupaten

Situbondo. Divisi budidaya berlokasi di Desa Pulokerto, Kecamatan Kraton

Kabupaten Pasuruan sedangkan instalasi pembenihan Gelung terletak di Desa

Gelung, Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo. Batas-batas lokasi

BPBAP Situbondo yakni sebelah utara berbatasan dengan selat Madura, sebelah

Timur berbatasan dengan PT. Central Pertiwi Bahari (CPB), sebelah selatan

berbatasan dengan rumah penduduk Desa Klatakan, dan sebelah barat

berbatasan dengan Usaha Pembenihan Kelola Benih Unggul dan pemukiman

penduduk.

3.1.3 Strukur Organisasi dan Tenaga Kerja

Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

Nomor6/PERMEN-KP/2014 Balai perikanan Budidaya Air Payau Situbondo

dipimpin oleh seorang kepala dengan dibantu oleh Subbagian tatausaha, Seksi

uji terap teknik dan kerja sama, Seksi pengujian dan dukungan teknis, juga

Page 25: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

15

dibantu oleh kelompok jabatan fungsional. Adapun tugas dari masing-masing

bagian sebagai berikut :

Kepala Balai, bertugas bertanggungjawab memimpin dan mengatur

seluruh kegiatan yang ada di BPBAP Situbondo

Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat

(1) huruf c mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi pelaporan

keuangan, kegiatan teknis, anggaran, pengelolaan kepegawaian, tata

laksana, barang milik Negara, rumah tangga, dan ketatausahaan.

Seksi Uji Terap Teknis dan Kerja Sama sebagaimana yang dimaksud

dalam Pasal 58 ayat (1) huruf a mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan pelaksanaan uji terap teknis, standarisasi,

sertifikasi, kerja sama teknis, pengelolaan dan pelayanan system

informasi, serta publikasi perikanan budidaya air payau.

Seksi Pengujian dan Dukungan teknsi sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 58 ayat (1) huruf b mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan pelaksanaan layanan pengujian laboratorium persyaratan

kelayakan teknis, kesehatan ikan dan lingkungan, produksi induk

unggul, benih bermutu, dan sarana produksi serta bimbingan teknis

perikanan budidaya air payau

Kelompok jabatan fungsional, bertugas melakukan kegiatan

fungsional BPBAP

Laboratorium penguji di BPBAP Situbondo terbagi menjadi tiga yang

terdiri dari Laboratorium KESLING (Kesehatan dan Lingkungan), Laboratorium

Pakan dan Nutrisi, dan Laboratorium Pakan Alami. Ketiga laboratorium ini

dipimpin oleh manajer teknis dan masing-masing manajer teknis dipimpin oleh

Page 26: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

16

satu manajer puncak. Manajer puncak bertugas untuk mengendalikan kegiatan

laboratorium uji. Pengendalian kualitas uji dikendalikan oleh manajer mutu.

Tenaga kerja yang ada di BPBAP Situbondo dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Tenaga Kerja BPBAP Situbondo Tahun 2014

Tingkat Pendidikan Pegawai Negeri Sipil Tenaga

Kontrak Jumlah SDM Gol I Gol II Gol III Gol IV

DOKTOR S-3 - Akuakultur - - - 1 - 1 MAGISTER S-2

- Biologi - - 2 1 - 3

-Manajemen - - - 2 - 2

-Akuakultur - - 4 2 - 6

-Pertanian - - - 1 - 1

SARJANA S-1

-Perikanan - - 24 3 4 31

- Biologi - - - 1 - 1

- Pertanian - - 3 - - 3

- Ekonomi - - 3 - 1 4

- Kedokteran Hewan - - 1 - - 1

- Hukum - - 3 - 1 4

- Teknik Kimia - - 1 - - 1

-Administrasi Negara - - 1 - 1 2

DIPLOMA 4 (D4)

-Budidaya Perikanan - - 5 - - 5

DIPLOMA 3 (D3)

- Perikanan - 6 2 - 3 11

- Kimia - - 1 - - 1

- Peralatan Mesin - 1 - - 1 2

- Akuntansi - 1 - - - 1

- Informatika - - - - 1 1

SEKOLAH LANJUTAN

- SMA - 2 3 - 9 14

- SUPM - 5 1 - 1 7

- SPMA - - 1 - - 1

- SFMA - - 1 - - 1

- STM – Bangunan - - 1 - 3 4

- STM – Mesin - 1 1 - 6 8

- STM – Listrik - - - - 3 3

- SMEA - - 1 - 1 2

- SMK - 1 - - 6 7

- SLTP 1 - - - 9 10

SEKOLAH DASAR

- SD 1 - - - 9 10

JUMLAH 2 17 59 11 59 148

Sumber: BPBAP Situbondo

Page 27: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

17

3.2 Sarana dan Prasarana Budidaya Pakan Alami

BPBAP Situbondo mempunyai beberapa sarana dan prasarana yang

digunakan dalam kegiatan budidaya pakan alami. Beberapa prasarana dan

sarana tersebut diantaranya fasilitas utama, sistem tata air dan sistem aerasi.

3.2.1 Sarana

Sarana merupakan perlengkap dalam kegiatan budidaya pakan alami di

Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Situbondo. Sarana tersebut

meliputi :

3.2.1.1 Sumber Air

Air merupakan kebutuhan dalam usaha budidaya. Dalam hal ini yang

perlu diperhatikan adalah kualitas dan kuantitas air yang akan digunakan selama

proses budidaya. Sumber air yang digunakan ada 2 macam, yaitu sumber air laut

dan air tawar.

Air Laut

Sumber air laut berasal dari laut sejauh 300 meter dari garis pantai yang

diambil menggunakan pompa. Sedangkan untuk mengalirkan air dari laut

digunakan pipa penyedot air laut yang berukuran 20 inci atau 50.8 cm (1 inci =

2.54 cm) menuju ke bak penampungan. Air laut yang masuk dalam tandon

penampungan air sebelumnya melalui beberapa tahap penyaringan. Tangki

saringan terbuat dari beton yang berukuran 6m x 2m x 2m dan susunan dari

saringan tersebut berturut-turut adalah pasir, ijuk dan kerikil. Air saringan

dialirkan dengan menggunakan pompa ke bak tandon terbuat dari beton

berbentuk persegi dengan dimesi 4,2x4,2 m dengan kedalaman 35 m. Air yang

berada di tandon diendapkan pada bak tandon yang berada di dekat lokasi

budidaya pakan alami dan disaring, Setelah diendapkan selama satu hari, air dari

bak pengendapan dialirkan ke dalam bak sterilisasi dengan perlakuan

Page 28: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

18

pencampuran calcium hypochlorite atau kaporit 20 ppt atau sebanyak 5 % dari

volume total air yang berfungsi sebagai desinfektan. Kemudian air dibiarkan

selama satu hari untuk menetralisirkan chlorin. Untuk mempercepat

penetralisiran air dari chlorine dapat digunakan Natrium Thiosulfat. Setelah itu air

dapat digunakan untuk kultur pakan alami N. oculata. Air yang berasal dari

tandon air juga dapat langsung dialirkan ke keran – keran yang digunakan untuk

kultur skala intermediate. Selain itu pengukuran salinitas air laut yang berada

didalam tandon dilakukan setiap sebulan sekali sehingga didapat salinitas 33 ppt.

Tandon air laut dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Tandon Air Laut (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015)

Air Tawar

Selain sumber air laut BPBAP Situbondo juga menggunakan air tawar

yang diperoleh dari air sumur yang diambil dengan menggunakan pompa air

kemudian ditampung dalam tandon setinggi 25 m sehingga air mengalir ke

berbagai unit bak dengan sistem gravitasi. BPBAP Situbondo memiliki jaringan

air tawar dalam komplek pembenihan, perkantoran dan perumahan dinas

sepanjang 1.000 m yang dilengkapi dengan tandon air dan pompa.

Pada skala laboratorium, air tawar ditampung dalam bak-bak fiber

berbentuk bulat yang bervolume antara 0,5-1 ton. Air tawar ini dapat langsung

Page 29: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

19

digunakan untuk kultur pakan alami. Pada skala intermediate, air tawar yang

berasal dari tandon air langsung dialirkan ke keran dan langsung dapat

digunakan sebagai media kultur pakan alami N. oculata.

3.2.1.2 Sumber Listrik

Listrik merupakan sarana vital dan salah satu pendukung utama kegiatan

di balai secara umum. Pembangkit listrik yang digunakan bersumber dari jaringan

Pembangkit Listrik Negara (PLN), dimana daya yang terpasang adalah 197 KVA

dengan panjang jaringan 5.000 m, dan genset dengan daya 180 KVA dan 50

KVA yang digunakan untuk menanggulangi apabila sewaktu-waktu aliran listrik

PLN mengalami gangguan atau padam. Tenaga listrik di BPBAP Situbondo

dipakai terutama untuk penerangan jalan, kantor, bagian pembenihan, bagian

pembesaran, laboratorium, perumahan dinas, asrama dan mushola. Pada kultur

N. oculata, penggunaan listrik memiliki pengaruh yang besar. Sumber listrik ini

digunakan untuk aerasi, selain itu juga digunakan untuk penerangan pada kultur

skala laboratorium. Sumber listrik juga membantu untuk menghidupkan AC agar

suhu ruangan tetap stabil pada kultur skala laboratorium.

3.2.1.3 Sistem Aerasi

Oksigen terlarut (DO) merupakan faktor pembatas bagi sebagian besar

organisme akuatik. Kandungan oksigen terlarut dalam lingkungan budidaya di

bak secara terkontrol sangat berperan penting dan harus disuplai secara teratur

ke dalam bak pemeliharaan. Penggunaan aerator adalah cara yang paling umum

digunakan dalam suatu usaha budidaya. Di Balai Perikanan Budidaya Air Payau

Situbondo, sistem aerasi menggunakan blower berkekuatan 2 KVA (kilovolt

ampere) dan 7 KVA yang dialirkan melalui pipa paralon ke bak kultur pakan alami

N. oculata. Namun, pada skala laboratorium menggunakan blower mini yang

lebih praktis, ekonomis dan mempunyai daya kecil yaitu 40-200 watt tetapi

Page 30: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

20

mempunyai tekanan yang cukup kuat yaitu 60 HP. Blower mini yang digunakan

dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Blower mini untuk Lab. (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015)

3.2.2 Prasarana

Prasarana merupakan pendukung sarana utama yang ada dalam BPBAP

Situbondo. Hal yang termasuk dalam prasarana dapat berupa akses ke dalam

maupun keluar balai, dan fasilitas yang bekaitan dalam segala kegiatan BPBAP

Situbondo

3.2.2.1 Jalan dan Transportasi

Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo terletak di jalur pantai

utara sehingga sarana pendukung untuk kelancaran budidaya seperti jalan raya

sudah tersedia. Selain itu jarak BPBAP Situbondo dengan jalan raya hanya

sekitar satu kilometer, dimananuntuk menuju jalan tersebut dihubungkan oleh

jalan desa yang beraspal dengan kondisi baik. Dengan adanya jalanan yang baik

tersebut, maka dapat menunjang kelancaran usaha dan pendistribusian hasil

produksi.

Page 31: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

21

Kelancaran transportasi sangat diperlukan untuk menuju lokasi balai, karena

transportasi diperlukan untuk pengangkutan hasil produksi yang akan

dipasarkan. Untuk menjangkau BPBAP Situbondo dapat digunakan dengan

semua jenis kendaraan karena BPBAP mudah dijangkau dan jalan menuju ke

lokasi khususnya lokasi pakan alami bisa dilalui berbagai macam kendaraan

termasuk truk.

3.2.2.2 Fasilitas Pendukung

Fasilitas pendukung BPBAP Situbondo berfungsi untuk menunjang

keberlangsungan proses produksi. Fasilitas penunjang yang terdapat di BPBAP

Situbondo berupa bangunan produksi, bangunan umum, dan alat transportasi.

Beberapa diantaranya adalah kantor utama, kantor tata usaha, perumahan

karyawan , perpustakaan, Laboratorium Pakan Alami, Laboratorium Kesehatan

dan Lingkungan, Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ikan, Mushallah, Shrimp

Broodstock Center, Pembenihan Ikan, Ruang Rapat / Pertemuan, Ruang Kuliah,

Asrama, Guest House, Kantin, Ruang Makan, Lapangan Parkir dan rumah

genset. Sedangkan untuk menunjang mobilitas transportasi, kendaraan yang

dimiliki adalah pick up

3.3 Kegiatan Kultur di Laboraturium Pakan Alami BPBAP Situbondo

Kegiatan kultur N. oculata di Laboratorium Pakan Alami BPBAP Situbondo

terbagi menjadi 2 kegiatan utama yaitu kultur skala laboratorium dan kultur skala

intermediet atau semi-massal, dimana pada kultur skala laboratorium masih

terbagi lagi menjadi kultur murni I dan kultur murni II. Pada kegiatan kultur murni I

teknik kultur yang digunakan yaitu kultur monospesies atau monospesifik. Teknik

isolasi merupakan langkah awal dalam kultur pakan alami. Tujuan dari isolasi itu

sendiri adalah untuk memperoleh monospesifik spesies dengan cara mengambil

sampel air laut di alam dengan menggunakan plankton net. Kultur yang

Page 32: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

22

digunakan di BPBAP Situbondo adalah kultur secara bertingkat, dimulai dari

kegiatan isolasi kemudian dikembangkan sedikit demi sedikit secara bertingkat.

Sedangkan jenis plankton yang dibudayakan dalam Laboratorium Pakan Alami di

BPBAP Situbondo hanya fitoplankton dari divisi Chlorophyta dan kelas Diatom

dari divisi Chrysophyta.

Page 33: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Biologi Nannochloropsis oculata

Biologi Nannochloropsis oculata yang dibahas meliputi klasifikasi dan

morfologi, dan pertumbuhan. Adanya pertumbuhan dalam kultur fitoplankton

ditandai dengan bertambahnya ukuran sel fitoplankton dan bertambah besarnya

ukuran sel. Genus Nannochloropsis meliputi laut dan spesies air tawar, meskipun

bioteknologi dari alga ini pada saat ini terbatas pada spesies laut (Bold and

Wynne, 1985).

4.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Nannochloropsis oculata

Mikroalga diartikan berbeda dengan tumbuhan yang biasa dikenal

walaupun secara struktur tubuh keduanya memiliki klorofil sehingga dapat

melakukan fotosintesis (Bold and Wynne, 1985). Menurut Hibberd (1981),

klasifikasi Nannochloropsis oculata (Gambar 4.) ialah sebagai berikut :

Kingdom : Protista

Sub Kingdom : Eukaryotes

Phylum : Chromophyta

Class : Eustigmatophyceae

Ordo : Eustigmatales

Family : Monodopsidaceae

Genus : Nannochloropsis

Spesies : Nannochloropsis oculata

N. oculata lebih sering dikenal dengan nama Chlorella laut. Fitoplankton

ini berbentuk bulat menyerupai bola berukuran 2-4 mikron, berwarna hijau dan

memiliki dua flagella (heterokontous) (Tjahjo, 2002).

Page 34: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

24

Gambar 4. Nannochloropsis oculata (Sumber : Baharuddin, 2011)

Watanabe (1979) menyatakan, N. oculata memiliki kloroplas dan nucleus

yang dilapisi membran. Kloroplas memiliki stigma (bintik mata) yang bersifat

sensitive terhadap cahaya. N. oculata dapat berfotosintesis karena memiliki

klorofil. Ciri khas N. oculata adalah memiliki dinding sel yang terbuat dari

komponen selulosa.

N. oculata bersifat kosmopolit dengan salinitas optimum untuk

pertumbuhannya adalah 25-35 ppt, suhu 25-30oC merupakan kisaran suhu yang

optimal (Isnansetyo dan Kurniastuti, 1995). Fitoplankton ini dapat tumbuh baik

pada kisaran pH 8-9,5 dan intensitas cahaya 100-10000 lux (Hirata et al, 1981).

4.1.2 Pertumbuhan Nannochloropsis oculata

Menurut Isnansetyo dan Kurniastuty, (1995) dalam Prabowo (2009)

Selama pertumbuhannya mikroalga dapat mengalami beberapa fase

pertumbuhan, yaitu:

(1) Fase Lag (istirahat)

Pada fase ini peningkatan paling signifikan terlihat pada ukuran sel

karena secara fisiologis mikroalga menjadi sangat aktif. Proses sintesis protein

baru juga terjadi dalam fase ini. Metabolisme berjalan tetapi pembelahan sel

belum terjadi sehingga kepadatan sel belum meningkat karena mikroalga masih

beradaptasi dengan lingkungan barunya.

Page 35: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

25

(2) Fase Logaritmik (log) atau Eksponensial

Fase ini dimulai dengan pembelahan sel dengan laju pertumbuhan yang

meningkat secara intensif. Pada fase ini merupakan fase terbaik untuk memanen

mikroalga untuk keperluan pakan ikan atau industri. Chlorella sp. dapat mencapai

fase ini dalam waktu 4-6 hari.

(3) Fase Penurunan Laju Pertumbuhan

Pembelahan sel tetap terjadi pada fase ini, namun tidak seintensif fase

sebelumnya, sehingga laju pertumbuhan juga mengalami penurunan

dibandingkan fase sebelumnya.

(4) Fase Stasioner

Pada fase ini laju reproduksi dan laju kematian relatif sama. Penambahan

dan pengurangan jumlah mikroalga seimbang sehingga kepadatannya relatif

tetap (stasioner).

(5) Fase Kematian

Fase ini ditandai dengan laju kematian yang lebih besar daripada laju

reproduksi sehingga jumlah sel mengalami penurunan secara geometrik. Secara

skematis pola pertumbuhan mikroalga dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Kurva Pertumbuhan Mikroalga (Sumber: Prabowo, 2009)

Page 36: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

26

Menurut Hermanto (2011), komponen vitamin yang ditambahkan

bersamaan dengan pupuk Walne dapat mempercepat pertumbuhan sel. Selain

itu, kondisi lingkungan juga berpengaruh terhadap perkembangan sel N. oculata

yang dikultur, yang antara lain suhu, iluminasi cahaya, pH, dan konsentrasi

nutrient dalam media. Pada media kultur, yang berkembang bukan hanya sel N.

oculata, melainkan juga berbagai sel mikroalga lainnya. Meski begitu,

pengamatan hanya dibatasi satu sel, yaitu N. oculata. Selain mikroalga yang

merupakan plankton, zooplankton juga banyak tumbuh di dalam media kultur.

4.2 Teknik Kultur Nannochloropsis oculata

Kultur mikroalga yang ada di BPBAP Situbondo adalah kultur bertingkat.

Kultur di mulai dari kultur skala laboratorium, kemudian skala intermediate.

4.2.1 Kultur Nannochloropsis oculata Skala Laboratorium

Dalam kegiatan kultur N. oculata skala Laboratorium terbagi menjadi 2

bagian yaitu Kultur Murni I dan Kultur Murni II. Kegiatan pada Kultur Murni I

meliputi penyediaan bibit starter melalui kultur dengan media isolate agar dan

kultur tabung reaksi. Sedangkan untuk Kultur Murni II meliputi kegiatan kultur

pada Erlenmeyer menggunakan aerasi dan kultur pada Carboy.

4.2.1.1 Kultur Murni I (Monospesies)

1. Sterilisasi Alat dan bahan

Pada dasarnya persiapan untuk kultur berbagai jenis fitoplankton adalah

sama, yaitu sterilisasi alat dan bahan yang bertujuan untuk membunuh

mikroorganisme yang tidak diinginkan (Cahyaningsih et al, 2009). Pada Skala

Laboratorium di BPBAP Situbondo keadaan steril sangat diutamakan karena

hasil akhir yang diharapkan adalah monospesies, sehingga perlu dilakukan

sterilisasi. Sesuatu yang akan disterilisasi dibersihkan terlebih dahulu atau dicuci.

Page 37: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

27

Peralatan seperti petri disk, test tube, erlemeyer, gelas ukur, pipet tetes,

dan yang lainnya dicuci terlebih dahulu menggunakan sabun dan dibilas dengan

air tawar. Tujuannya adalah agar sisa-sisa kotoran yang ada sebelumnya dapat

hilang. Peralatan yang sudah bersih diletakkan di rak-rak, dibiarkan sampai

mengering. Kemudian alat – alat tersebut dibilas lagi menggunakan HCL dan

dibilas air tawar lagi. Setelah alat-alat tersebut kering kemudian ditutup

menggunakan aluminium foil sebagai persiapan untuk di autoclave. Alat-alat

yang sudah disterilkan dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Alat – Alat yang sudah di sterilisasi (Sumber : Dokumentasi Pribadi,

2015)

Sterilisasi yang selama ini dilakukan pada kultur murni I untuk sterilisasi

bahan yang akan digunakan yaitu dengan menggunakan autoclave. Bahan yaitu

media dan pupuk dimasukan dalam erlenmeyer/beakerglass kemudian ditutup

dengan alumunium foil dan plastik, lalu diikat dengan karet gelang. Setelah itu

dilanjutkan dengan sterilisasi alat secara fisika dengan meggunakan autoclave

(Gambar 7.) dengan suhu 1210C dan tekanan 1 atm selama 30 menit. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Isnansetyo dan Kurniastuti (1995), sterilisasi dengan

autoclave pada dasarnya menggunakan uap air bertekanan.

Page 38: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

28

Gambar 7. Autoclave (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015)

2. Kultur Nannochloropsis oculata

a) Teknik Isolasi Menggunakan Media Agar

Starter murni di BPBAP Situbondo diperoleh dari alam dan dari lembaga-

lembaga penelitian di dalam maupun luar negeri. Selanjutnya diperbanyak

dengan membuat kultur pada media agar.

Tahapan teknik isolasi dengan media agar adalah sebagai berikut :

Agar bacto sebanyak 1,5 gram dilarutkan ke dalam air laut yang telah

dipupuk dengan salinitas 33 ppt yang sudah steril sebanyak 100 ml.

Kemudian dipanaskan dan diaduk sampai larutan agar mendidih, diangkat

dan ditutup dengan aluminium foil. Selanjutnya disterilisasi menggunakan

autoclave.

Media agar yang sudah didisterilisasi dibiarkan sebentar kemudian ditunag

ke petridish ¾ bagian. Setelah beku dapat diinokulasi dengan bibit alga

menggunakan jarum ose yang sebelumnya disterilisasi dengan dibakar

lampu Bunsen sampai merah.

Media agar yang sudah digores dengan bibit, ditutup dan diberi isolasi lalu

disimpan di rak dalam ruangan yang dilengkapi pendingin dan lampu.

Inokulasi akan berkembang setelah 3-4 minggu.

Page 39: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

29

b) Kultur pada Tabung Reaksi

Setelah diperbanyak dengan menggunakan kultur murni pada media agar

selanjutnya diperbanyak pada tabung reaksi lainnya. Tahapan dalam kultur

tabung reaksi adalah sebagai berikut :

Menyiapkan air yang sudah steril yang sudah dipupuk (pupuk walne dosis

1 ml/L) , tiap tabung reaksi diisi media ¾ bagian sebanyak 25 ml

Air yang sudah steril diberi pupuk dituang hingga setengah bagian tabung

reaksi. Pupuk yang digunakan yaitu pupuk walne. Dosis pupuk yang

digunakan adalah 1:1 dengan media kultur, maka pupuk yng digunakan

sebanyak 25 ml.

Starter diambil dari kultur media agar yang sudah mencapai puncak

pertumbuhannya, starter diambil dengan jarum ose yang sudah dipanaskan

diatas bunsen untuk sterilisasi dan diinokulasi ke media secukupnya.

Kultur pada tabung reaksi baru dapat dipindahkan ke kultur toples tanpa

aerasi setelah berumur satu hingga dua minggu. Untuk kultur fitoplankton

dalam ruang kultur murni I (monospesies) semua dilakukan tanpa aerasi.

Hal ini bertujuan untuk mendapatkan pertumbuhan yang natural dari

fitoplankton yang dikultur.

4.2.1.2 Kultur Murni II

1. Sterilisasi Alat dan Bahan

Sterilisasi alat dan bahan adalah perlakuan untuk menjadikan suatu alat

atau bahan bebas dari mikroorganisme yang tidak diinginkan (Isnansetyo dan

Kurniastuti, 1995). Sterilisasi yang dilakukan pada ruang kultur murni II untuk

peralatan seperti wadah toples, carboy, selang aerasi, batu aerasi, dan lain-lain

dilakukan dengan pencucian dengan sabun sampai bersih. Kemudian untuk

Page 40: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

30

carboit, selang dan batu aerasi setelah dicuci dilakukan perendaman dengan

kaporit yang bertujuan membunuh sisa plankton setelah kegiatan kultur.

Sterilisasi media kultur murni II terbagi menjadi dua untuk kultur pada

Erlenmeyer menggunakan aerasi dan untuk carboy. Untuk media Erlenmeyer

menggunakan aerasi sterilisasi dilkukan dengan perebusan air laut hingga

mendidih. Lalu air yang sudah mendidih langsung dimasukan dalam erlenmeyer

yang akan dikultur. Sedang sterilisasi media untuk carboy dilakukan dengan

pemberian kaporit dengan dosis 10 ppm pada tandon air laut dalam ruang kultur

murni II. Pemberian kaporit bertujuan untuk mensterilkan air dari mikroorganisme

yang merugikan sehingga diharapkan tidak terjadi kontaminasi. Selanjutnya air

diberi Na-Thiosulfat sebagai penetralisir kandungan kaporit dengan dosis 5 ppm.

2. Kultur Nannochloropsis oculata

a) Kultur Erlenmeyer menggunakan aerasi

Wadah kultur yang telah berisi air laut steril diberi aerasi dan dipupuk

(Walne dosisi 1 ml/L) kemudian diberi stater sebanyak 20-30 %. Inkubasi

dilakukan pada suhu 200C dengan lampu TL 40 watt. . Pupuk yang digunakan

adalah pupuk walne. Kultur N. oculata dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Kultur Nannochloropsis oculata dalam Erlenmeyer menggunakan

aerasi (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015)

Page 41: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

31

Tahapan yang dilakukan dalam kultur Erlenmeyer 5 L adalah sebagai berikut:

Rak yang akan digunakan untuk erlenmeyer dibersihkan dahulu dengan

menggunakan alkohol untuk menghindari kontaminasi.

Erlenmeyer diisi air media sebanyak 3-4 L dengan salinitas 33 ppt.

Kemudian dilakukan penetralan dengan Na-Thiosulfat 5 ppm, untuk

mengecek apakan netral atau belum, gunakan Chlorine tes untuk

memastikan bahwa air sudah netral.

Kemudian diberi pupuk walne dan vitamin B12 dengan dosis 1ml/L air

media.

Starter atau bibit N. oculata didapatkan dari ruang kultur murni I

dimasukkan ke dalam Erlenmeyer menggunakan aerasi sebesar 20-30%

dari wadah.

Kemudian Erlenmeyer menggunakan aerasi ditutup dengan plastik untuk

menjaga agar tidak terjadi kontaminasi.

Untuk kultur yang didapat langsung dari kultur murni I di beri label dengan

tanda bintang, yang menandai bibit yang digunakan masih F1. Sedang

bibit yang diperoleh biakan dalam toples (F2), hanya ditulis nama spesies

dan tanggal.

Setelah 6-7 hari N. oculata dapat dipindahkan ke kultur carboy.

Hal ini sesuai dengan penelitian Bambang (2009), yang menyebutkan

bahwa pada hari kultur ke 7 kultur mengalami perubahan warna dari hijau bening

menjadi hijau pekat. Setelah sampai 7 hari dipecah lagi ke volume yang lebih

besar.

b) Kultur pada Carboy

Pada tahap ini tempat kultur berupa carboit 10 L. Inkubasi dilakukan pada

suhu 200C dengan lampu TL 40 watt. Untuk kultur N. oculata menggunakan air

Page 42: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

32

laut yang sudah steril dengan kaporit 10 ppm. Pupuk yang digunakan adalah

pupuk walne. Kultur N. oculata dapat dilihat pada Gambar 10.

Tahapan kegiatan kultur pada carboy 10 L adalah sebagai berikut:

Langkah awal yaitu menyiapkan carboy dan selang aerasi yang akan

digunakan.

Kemudian masukkan air yang telah netral dari tandon air ke dalam

carboy sebanyak 7-8 L dan letakan carboy pada rak kultur yang

tersedia dalam ruang kultur murni II.

Selanjutnya tambahkan pupuk walne dan vitamin B12 dengan dosis

1ml/L.

Starter atau bibit N. oculata didapat dari Erlenmeyer menggunakan

aerasi ruang kultur murni II dimasukkan ke carboy sebanyak 20-30%.

Kemudian carboy ditutup untuk menjaga agar tidak terjadi kontaminasi.

Setelah 6-7 hari N. oculata dapat dipindahkan ke kultur skala

Intermediate.

Gambar 9. Kultur pada Carboy (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015)

Page 43: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

33

Kegiatan kultur skala laboraturium yang dijalankan pada Lab. Pakan

Alami BPBAP Situbondo telah sesuai dengan pendapat Isnansetyo dan

Kusniastuty (1995), yang menyatakan bahwa kultur skala laboratorium dimulai

dari volume 0,5 sampai 3 dan 5 liter. Air laut dengan salinitas tertentu

dimasukkan ke dalam wadah. Air laut yang dimasukkan terlebih dahulu

disterilkan sebelum inokulum dimasukkan sebanyak 1/3 bagian, media kultur

dipupuk terlebih dahulu. Setelah diberi aerasi dan kultur diletakkan pada rak

kultur dengan pencahayaan lampu TL.

4.2.1.3 Pupuk Kultur Skala Laboratorium

Pupuk diberikan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara bagi

pertumbuhan plankton. Jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk media walne.

Pada skala laboratorium pupuk yang digunakan adalah tingkat “Pro Analyse”

atau yang biasa disebut dengan PA. Pupuk dengan tingkat “Pro Analyse” ini

sangat baik bagi pertumbuhan fitoplankton karena pupuk ini tidak terdapat

campuran – campuran bahan lain. Komposisi nutrien yang lengkap dan

konsentrasi nutrien yang tepat menentukan produksi biomassa dan kandungan

gizi mikroalga. Jenis pupuk yang banyak dipilih masyarakat dalam kultur

mikroalga adalah jenis PA (Pro Analisis) yang sudah distandarkan seperti pupuk

Walne, Guillard, dll (Amanatin, et al., 2014)

Proses pembuatan pupuk walne untuk skala laboraturium dilakukan

dengan cara merebus air tawar hingga mendidih menggunakan kompor listrik,

kemudian setelah mendidih bahan diatas dimasukan satu-persatu kecuali FeCl3.

Untuk memasukan FeCl3 dalam panci perubusan dilakukan penngenceran

terlebih dahulu dengan cara mengabil sebagian air yang sedang direbus dalam

beakerglas lalu masukan FeCl3 dalam beakerglas tersebut dan aduk merata.

Page 44: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

34

Setelah itu barulah larutan FeCl3 dalam beakerglas dimasukan dalam panci

perebusan dan diaduk hingga merata.

Komposisi pupuk Walne untuk skala laboratorium dapat dilihat pada

Tabel 2. sebagai berikut :

Tabel 2. Bahan Pupuk Walne untuk Skala Laboratorium.

Bahan Dosis

Aquades 1 ltr

EDTA 45 gr

NaNO3 100 gr

H3BO3 33,6 gr

NaH2PO4 20 gr

MnCl 0,36 gr

FeCl3 1,3 gr

4.2.2 Kultur Nannochloropsis oculata Skala Intermediate

Kultur skala intermediate (semi-masal) dilakukan di ruangan semi

terbuka. Atap dalam ruangan tersebut menggunakan atap fiber, sehingga cahaya

matahari dapat masuk secara tidak langsung. Kultur skala intermediate dilakukan

pada bak fiber ukuran 500L-1000L.

4.2.2.1 Sterilisasi Alat dan Bahan

Sterilisasi peralatan yang ada pada kultur skala intermediet dilakukan

dengan memberikan kaporit. Pertama-tama bak fiber setelah kegiatan kultur

dicuci dengan cara disikat dan disabun. Bak yang sudah sudah bersih langsung

dikaporit baknya dengan dosis 10 ppm. Dimana kaporit diberikan dengan cara

diencerkan dengan air dalam gayung lalu diaduk merata. Setelah larutan kaporit

jadi disiramkan ke seluruh permukaan bagian dalam bak fiber. Sterilisasi untuk

selang aerasi dan batu aerasi sama dengan sterlisasi pada lab kultur murni II.

Page 45: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

35

Sterilisasi air untuk dilakukan dengan penyaringan menggunakan filter

bag dan pemberian larutan kaporit. Penyaringan dilakukan agar pasir atau

berbagai kotoran yang terdapat dalam air dapat tersangkut pada saringan

sehingga nantinya tidak mengganggu proses budidaya. Air yang telah disaring

diberi larutan kaporit. Larutan kaporit dibuat dengan melarutkan kaporit dengan

dosis 10 ppm. Homogenisasi dilakukan dengan pengadukan tanpa proses

pemanasan. Dosis yang digunakan untuk kaporit air adalah 10 ppm. Penetralan

air media dilakukan dengan memberikan Na-Thiosulfat dengan dosis 5 ppm.

Kemudian menyalakan aerasi sehingga kadar chlorine dapat berkurang dan

menjadi netral. Pengecekan kenetralan dilakukan setelah 15-20 menit aerasi

dinyalakan. Pengecekan kadar chlorine dilakukan dengan cara mengambil

sampel air media menggunakan tabung reaksi kedian ditambahkan 1 tetes

Chlorine/Bromine test. Sampel yang berubah warna menjadi kuning berarti belum

netral dan sampel yang tetap berwarna bening berarti telah netral dan siap

digunakan untuk kultur fitoplankton.

4.2.2.2 Kultur pada Bak Fiber/Conicel

Pada tahap ini kultur dilakukan dengan menggunakan bak fiber 500 L

atau 1000 L. Bibit yang digunakan berasal dari ruan kultur murni II dari kultur di

carboy. Untuk kultur bak 500 L bibit yang digunakan 1 carboy atau 5 L bibit N.

oculata. Dosis bibit yang digunakan adalah 20-30 % dari wadah kultur

Tahapan kegiatan kultur pada bak fiber 500 L adalah sebagai berikut:

Langkah awal yaitu menyiapkan bak fiber dan selang aerasi yang

akan digunakan.

Kemudian mengisi bak fiber dengan air laut yang disaring dengan

menggunakan filter bag, setelah penuh air diberi kaporit sebanyak 10

ppm.

Page 46: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

36

Selanjutnya tambahkan pupuk walne dengan dosis 1ml/L atau 500

ml.

Starter N. oculata didapat dari carboy ruang kultur murni II

dimasukkan ke bak fiber sebanyak 20-30%.

Kemudian diamati perkembangannya (perubahan warna,adanya

gelembung/berbusa) selama kultur, karena ruangan yang digunakan

semi terbuka sehingga lebih rentan terjadi kontaminasi .

Setelah usia kultur 6-7 hari N. oculata dapat dipanen, namun apabila

sebelum waktunya terjadi perubahan warna atau berbusa maka

segera dilakukan pemanenan.

Bibit starter yang digunakan untuk kegiatan kultur skala Intermediet

sesuai telah sesuai dengan pendapat Isnansetyo dan Kusniastuty (1995), yang

menyatakan kegiatan kultur skala intermediet menggunakan air laut dengan

salinitas tertentu dimasukkan ke dalam bak-bak kultur. Selanjutnya dilakukan

pemupukan dan diberi aerasi. Inokulen dimasukkan sebanyak 1/10 bagian

sebagai bibit.

Gambar 10. Kultur Nannochloropsis oculata skala Intermediate (Sumber :

Dokumentasi Pribadi, 2015)

Page 47: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

37

4.2.2.3 Pupuk Kultur Skala Intermediate

Pupuk TG yang digunakan pada kultur skala intermediate tidak berbeda

jauh dengan yang digunakan pada skala laboratorium. Hanya terdapat

perbedaan pada komposisi bahan yang digunakan. Pertumbuhan mikroalga

dengan kultur dapat mencapai optimum dengan mencampurkan air laut dengan

nutrien yang tidak terkandung dalam air laut tersebut. Nutrien tersebut terdiri dari

makro nutrien (natrium dan fosfat) dan mikronutrien yang berasal dari pupuk

dasar, yang umumnya berupa pupuk Walne yang mempengaruhi pertumbuhan

mikroalga. Faktor lainnya adalah Intensitas cahaya (Matakupan, 2009). Dimana

bahan untuk pembuatan pupuk pada kultur skala intermediate dapat dilihat pada

Tabel 3.

Tabel 3. Bahan pupuk Walne untuk Skala Intermediate.

Bahan Dosis

Air 1 Ltr

KNO3 1000 gr

NaH2PO4 100 gr

FeCl3 13 gr

EDTA 100 gr

Proses pembuatan pupuk walne (TG) untuk skala intermediate dilakukan

dengan cara merebus air tawar hingga mendidih dalam panci, kemudian setelah

mendidih bahan diatas dimasukan satu-persatu kecuali FeCl3. Untuk

memasukan FeCl3 dalam panci perubusan dilakukan penngenceran terlebih

dahulu dengan cara mengabil sebagian air yang sedang direbus dalam

beakerglas lalu masukan FeCl3 dalam beakerglas tersebut dan aduk merata.

Setelah itu barulah larutan FeCl3 dalam beakerglas dimasukan dalam panci

perebusan dan diaduk hingga merata.

Page 48: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

38

4.2.3 Pemanenan

Pemanenan pada kultur skala laboratorium dilakukan dengan

memindahkan kultur yang sudah memasuki usia siap panen yaitu pada fase

logaritmik atau setelah pemeliharaan selama 6 – 7 hari kedalam media kultur

selanjutnya seperti tabung rekasi, toples/Erlenmeyer menggunakan aerasi,

carboy, dan bak fiber sebagai bibit starter. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk

menjalankan kultur secara bertingkat.

Sedang pada bak fiber pemanenan dapat dilakukan menjadi dua produk

yaitu berupa produk langsung dengan media menggunakan pompa celup atau

cair ataupun bubuk (powder). Tahapan pemanenan N. oculata diawali dengan

penambahan soda api 75-100 ppm agar N. oculata mengendap. Setelah diberi

soda api aerasi dimatikan setelah 2 jam, kemudian dibiarkan agar N. oculata

mengendap selam 24 jam. Setelah N. oculata mengendap, air yang berada

diatas permukaan endapan dibuang seperti melakukan siphon hanya saja selang

air tidak dibiarkan menyentuh/mendekati endapan yang akan di panen.

Jika panen yang dilakukan adalah panen endapan, maka endapan dalam

bak langsung dipacking dengan plastik atau dimasukkan dalam botol mineral.

Jika panen yang dilakukan adalah panen bubuk maka dilanjutkan dengan

menyaring endapan yang tersisa dengan kain yang diletakkan dalam keranjang

kotak. Setelah itu dibiarkan 24 jam agar menggumpal. Kemudian setelah

menggumpal N. oculata dioleskan pada plastik dalam nampan atau meja untuk

penganginan akhir atau dengan oven ( suhu berkisar 60ºC (Gambar 11.)).

Setelah kering serpihan dari N. oculata diblender untuk dijadikan bubuk N.

oculata. Kemudian bubuk N. oculata dimasukan dalam kantong-kantong plastik

untuk ditimbang dengan timbangan digital. Setelah itu bubuk N. oculata disimpan

dalam rak penyimpanan.

Page 49: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

39

(a) (b)

Gambar 11. Proses Penganginan Endapan Nannochloropsis oculata: (a)

Pengolesan pada Plastik, (b) serpihan Nannochloropsis oculata kering (Sumber :

Dokumentasi Pribadi, 2015)

4.3 Analisis Kualitas Air

Seperti halnya organisme lainnya, N. oculata membutuhkan beberapa

syarat agar dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Salah satu syarat

tersebut adalah kualitas air. Parameter yang digunakan untuk mengukur kualitas

air antara lain suhu, derajat keasaman, dan salinitas.

4.3.1 Suhu

Suhu merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi

pertumbuhan mikroalga. Setiap mikrolga mempunyai suhu ideal yang berbeda-

beda untuk bisa tumbuh dan berkembang dengan baik. N. oculata dapat tumbuh

baik pada kisaran suhu yang optimal 25-30 ºC (Isnansetyo dan Kurniastuty,

1995). Sehingga kegiatan kultur N. oculata yang ada di BPBAP Situbondo,

dengan suhu berkisar antara 220C pada skala laboratorium, dan suhu pada

skala intermediate berkisar antara 260 – 290C telah sesuai untuk kebutuhan

partumbuhan N. oculata.

4.3.2 Derajat Keasaman (pH)

Seperti halnya suhu, mikroalga memiliki kisaran toleransi pH yang

berbeda-beda untuk pertumbuhan yang optimal. Dalam budidaya N. oculata yang

Page 50: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

40

ada di BPBAP Situbondo, pH yang ada pada skala laboratorium yaitu 8,

sedangkan pada skala intermediate sebesar 8 – 8,5. Menurut Tjahjo (2002) dan

Cahyaningsih (2009), pH optimal bagi N. oculata berkisar 8-8,5. Berdasarkan

data tersebut terutama untuk kultur murni sudah sangat memenuhi syarat untuk

dapat tumbuh.

4.3.3 Salinitas

Salinitas merupakan salah satu sifat kimia air yang secara langsung

maupun tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

mikroorganisme termasuk N. oculata. Pada saat kultur, biasanya terjadi kenaikan

salinitas akibat dari adanya hasil metabolisme dan adanya pengendapan. Dalam

kultur N. oculata yang ada pada BPBAP Situbondo, salinitas yang dipakai pada

skala laboratorium berkisar 33 ppt, sedangkan pada skala intermediate sebesar

34 ppt. Hal ini sesuai dengan pendapat Tjahjo (2002), N. oculata dapat tumbuh

pada salinitas 30-35 ppt. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa air laut

yang digunakan dalam kultur N. oculata di BPBAP Situbondo sudah memenuhi

syarat untuk dapat mendukung pertumbuhannya.

4.4 Kepadatan Nannochloropsis oculata

Untuk mengetahui pertumbuhan N. oculata dalam budidaya maka perlu

dilakukan pengamatan. Pengamatan pertumbuhan dapat dilakukan dengan

melihat perubahan warna yang terjadi dari awal penebaran bibit. Namun

pengamatan paling baik adalah dengan melakukan perhitungan kepadatan

dengan menggunakan haemocytometer yang diamati dibawah mikroskop. Pada

perhitungan N. oculata alat yang digunakan untuk perhitungan adalah

Haemocytometer.

Haemocytometer adalah sebuah gelas preparat dari mikroskop. Akan

tetapi bila dilihat dari samping, pada bagian tengah permukaannya ada bagian

Page 51: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

41

yang agak rendah dibandingkan dengan bagian di sebelah kanan dan kirinya.

Perbedaan jarak antara bagian yang rendah dengan permukaan gelasnya

disebut kedalaman yang tingginya 0,1 mm. Pada permukaan yang rendah itu

terdapat garis-garis yang bersilangan, sehingga terlihat berupa kotak-kotak bujur

sangkar. Ukuran kotak tersebut masing-masing terbagi-bagi lagi menjadi

kotakan-kotakan yang lebih kecil. Luas kotakan yang bergaris-garis tadi adalah 1

mm2, sedangkan ketinggian airnya sama dengan kedalaman dari

haemocytometer yaitu 0,1 mm. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ekawati (2005),

bahwa volume dari air di dalam kotakan yang bersangkutan adalah 0,1 mm3 atau

0,0001 cm3 atau 0,0001 ml. Sehingga jumlah sel yang terdapat di dalam sebuah

kotakan tadi setelah dihitung misalnya N buah sel, ini berarti dalam 0,1 mm3

terdapat N sel. Jadi dalm 1 cm3 atau 1 ml, jumlah selnya adalah 10.000 x N sel.

Tahapan yang dilakukan untuk mengetahui dan menghitung kepadatan

kepadatan N. oculata adalah sebagai berikut :

Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan untuk pengamatan, antara

lain: mikroskop, haemocytometer, hand tally counter, cover glass, pipet

tetes, beaker glass 50 ml, botol film, tissue, aquades dan sampel N.

oculata.

Sampel N. oculata diambil dengan menggunakan botol film secukupnya.

Sampel pada botol film diambil sebanyak 1 tetes diletakkan pada

haemocytometer. Apabila sampel terlalu padat dapat dilakukan

pengenceran dengan cara mengambil sampel dari botol film sebanyak 1

ml, diletakkan pada beaker glass 50 ml. Kemudian di tambahkan aquades

sebanyak 10- 50 ml tergantung pada kepadatan atau warna sampel.

Selanjutnya di homogenkan dan diteteskan sebanyak 1 tetes pada

Page 52: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

42

haemocytometer, kemudian ditutup dengan cover glass tanpa ada

gelembung udara.

Sampel pada haemocytometer diamati di bawah mikroskop dengan

perbesaran 100 x sebanyak 3 kali pengamatan dan dihitung dengan

bantuan hand tally counter.

Untuk mengetahui kepadatan N. oculata. jumlah sel (N) dalam kotak-

kotak haemocytometer dihitung ke dalam rumus :

Kepadatan : x 16 x 104.

Kepadatan plankton biasanya dinyatakan dengan satuan sel/ml dan

penghitungannya dengan menggunakan alat yang dinamakan hemasitometer.

Kepadatan plankton dihitung dengan cara mengambil setetes air plankton

menggunakan pipet dan meletakkannya di atas gelas obyek ditutup dengan

cover glas dan diamati di bawah mikroskop. Luas kotakan yang bergaris – garis

tadi adalah 1 mm2 , sedangkan tinggi airnya sama dengan kedalaman

hemasitometer, yaitu 0,1 mm. Volume air di dalam kotakan adalah 0,1 mm3

terdapat N plankton. Dengan demikian, 1cm3 atau 1 ml air jumlah planktonnya

adalah 10.000 x N sel (Mudjiman, 2004).

Dari hasil perhitungan kepadatan N. oculata yang dikultur dapat diketahui

bahwa pada awal pertumbuhannya peningkatan kepadatan sel berjalan

bertahap, hal ini sesuai dengan pendapat Fogg (1987) dalam Bahua (2015), sel

fitoplankton membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri dengan kondisi

lingkungan yang baru. Setelah mengalami fase lag, pada hari ke- 4 sampai hari

ke-6 diperkirakan memasuki fase eksponensial (periode puncak) dimana

perkembangan sel N. oculata mengalami pertumbuhan puncak. Selanjutnya

pada hari ke- 7 merupakan fase kematian dimana terjadi penurunan jumlah

Page 53: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

43

populasi mikroalga. Pertumbuhan N. oculata yang dibudidayakan dapat dilihat

hasil perhitungan kepadatan yang tersaji pada Tabel 4.

Tabel 4. Tabel Kepadatan Nannochloropsis oculata yang dikultur

Usia (Hari)

Kepadatan (104 Sel/ml)

Erlenmeyer Carboy Bak Fiber

1 260 264 80

2 332 324 104

3 396 472 188

4 416 520 260

5 552 644 216

6 628 684 -

7 696 756 -

8 728 772 -

9 644 - -

10 532 - -

Berdasarkan Pola pertumbuhan fitoplankton dapat diketahui usia yang

baik untuk panen. Panen ini dilakukan untuk dijadikan bibit dan pakan. Bibit dan

pakan umumnya dilakukan pada hari ke 5- 7. Menurut Sari (2012) pemanenan

harus dilakukan saat fitoplankton mencapai puncak populasi atau fase akhir

eksponensial. Hal ini sesuai dengan pertumbuhan fitoplankton yang didapat.

Pada kultur N. oculata skala laboratorium kepadatan awal adalah 260 x

104 dan mencapai puncaknya pada hari ke-8 728 x 104 sel/ml. Kepadatan N.

oculata meningkat pesat pada saat memasuki fase eksponensial. N. oculata

yang di kultur mengalami fase puncak pada hari ke 8 yaitu dengan kepadatan

728 x 104 sel/ml. Hal ini didukung oleh Kabinawa (2006), yang menyatakan sel

inokulum pada fase eksponensial sudah memanfaatkan nutrien dalam media

tumbuh dan telah terjadi proses biosintesis sel sehingga sel mampu tumbuh dan

bereproduksi lebih banyak. Pada fase eksponensial sel inokulum mengalami

pembelahan maksimal yaitu menjadi dua kali lipat dari sebelumnya. Di bawah ini

Page 54: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

44

merupakan grafik pertumbuhan kultur N. oculata pada skala Laboratorium yaitu

menggunakan Erlenmeyer dengan aerasi.

Gambar 12. Grafik Pertumbuhan Nannochloropsis oculata skala Erlenmeyer.

Kepadatan awal kultur N. oculata skala carboy adalah 264 x 104 sel/ml.

dan mengalami puncaknya atau fase eksponensial pada hari ke 8 yaitu 756 x

104 sel/ml. pada hari ke-9 kultur N. oculata pada carboy dilakukan subkultur

pada Bak Fiber 500 Liter. Hal ini didukung oleh Fachrullah (2011) dan Sari (2012)

juga memperlihatkan fase eksponensial pada jenis N. oculata berkisar antara hari

ke 6 sampai hari ke 8. Fase ini ditandai dengan naiknya laju pertumbuhan hingga

kepadatan populasi meningkat beberapa kali lipat. Pada fase ini juga sel alga

sedang aktif berkembang biak melalui pembelahan.

Selama fase eksponensial sel N. oculata membelah dengan cepat, selain

itu sel-sel berada dalam keadaan stabil dengan jumlah sel yang bertambah

dengan kecepatan konstan, bahan sel baru terbentuk dengan laju tetap akan

tetapi bahan-bahan tersebut bersifat katalitik massa bertambah secara

eksponensial (Anggraeni, 2009), hal ini dipengaruhi oleh ketersediaan nutrisi

Page 55: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

45

dalam media. Di bawah ini merupakan grafik pertumbuhan kultur N. oculata pada

skala Laboratorium yaitu menggunakan wadah Carboy.

Gambar 13. Grafik Pertumbuhan Nannochloropsis oculata skala Carboy.

Kepadatan awal kultur N. oculata skala intermediate adalah 80 x 104

sel/ml. Dan fase puncak pertumbuhan adalah pada hari ke 4 260 x 104 sel/ml.

Hal ini didukung oleh Isnansetyo dan Kurniastuty (1995), Pertumbuhan mikroalga

dalam kultur dapat ditandai dengan bertambah besarnya ukuran sel atau

bertambah banyaknya jumlah sel. Sampai saat ini kepadatan sel digunakan

secara luas untuk mengetahui pertumbuhan mikroalga.

Kepadatan sel N. oculata mengalami penurunan pada hari ke 5 kultur di,

hal tersebut dikarenakan tempat kultur intermediate tidak dikontrol sepenuhnya

dan juga ketersediaan nutrient mempengaruhi keberlangsungan hidup N.

oculata. Ketersediaan nutrien yang terlalu sedikit akan mengakibatkan

pertumbuhan lambat dan melemahkan kondisi sel sehingga jumlah kepadatan

sel menurun (Rizky, 2010). Kadar nutrisi yang rendah dalam media akan

menurunkan produktivitas sel alga. Sel yang telah mati akan terurai dan pecah

dengan sendirinya, karena tidak dapat mengatur tekanan osmosis. Di bawah ini

Page 56: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

46

merupakan grafik pertumbuhan kultur N. oculata pada skala Intermediate yaitu

menggunakan Bak Fiber/Concel 500 L.

Gambar 14. Grafik Pertumbuhan Nannochloropsis oculata skala Intermediate.

4.5 Permasalahan yang Dihadapi

Permasalahan yang dihadapi pada kegiatan Praktek Kerja Magang

tentang Teknik Budidaya Pakan Alami N. oculata di Laboratorium Budidaya

Pakan Alami BPBAP Situbondo adalah keterbatasan ruang untuk menjemur

endapan dari hasil kultur yang akan dijadikan bubuk/powder, sehingga

mengakibatkan waktu yang diperlukan untuk menghasilkan powder akan lebih

lama.

Selain itu, terbatasnya tempat kultur skala Intermediate dimana

perpindahan kultur dari ruang kultur murni II (skala laboratorium) masih harus

bergantian atau bergilir. Hal ini berdampak pada pembibitan untuk kultur skala

Intermediate yang terkadang dari ruang kultur murni II telah melewati fase

eksponensial atau bahkan telah mati, sehingga tidak jadi dikultur.

Page 57: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah mengikuti kegiatan Praktek Kerja Magang di BPBAP Situbondo dapat

disimpulkan kegiatan kultur Nannochloropsis oculata meliputi : Sterilisasi alat dan

bahan, isolasi, kontrol kualitas air, pemupukan, pemeliharaan, perhitungan

kepadatan dan pemanenan. Kultur N. oculata di Lab. Pakan Alami terbagi

menjadi 2 skala yaitu pada skala laboratorium dan skala intermediate. Skala

laboraturium masih terbagi lagi menjadi kultur murni I dan kultur murni II.

Untuk menunjang pertumbuhan N. oculata, pada kultur Skala Laboratorium

nilai suhu yang optimal untuk kultur N. oculata skala Laboratorium berkisar

antara 220C, Salinitas berkisar antara 30-34 ppt, dan nilai pH berkisar antara 8 –

8.5, serta untuk suplai cahaya pada skala laboratorium menggunakan lampu TL

40 watt. Kepadatan tertinggi pada kultur skala Laboratorium N. oculata terjadi

pada hari ke 8 yaitu pada kultur Erlenmeyer menggunakan aerasi sebesar 728 x

104 sel/ml, dan pada hari ke 7 kultur carboy sebesar 756 x x 104 sel/ml. Pada

skala intermediate nilai suhu berkisar 260 – 290C. Nilai derajat keasaman berkisar

7 – 8 sedangkan salinitas yang digunakan sebesar 32 – 35 ppt, dan

pencahayaan langsung dari cahaya matahari. Kepadatan tertinggi N. oculata

terjadi pada hari ke 4 yaitu sebesar 260 x 104 sel/ml.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan pada kegiatan kultur N. oculata di Lab. Pakan

Alami yaitu perlunya inovasi pada pemanfaatan ruang kultur skala intermediate

dan tempat pengeringan yang lebih intensif sehingga ruang yang ada saat ini

dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien.

Page 58: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

49

DAFTAR PUSTAKA

Aedi, Nur. 2010. Pengolahan dan Analisis Data Hasil Penelitian. Bahan Belajar Mandiri Metode Penelitian Pendidikan. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Pendidikan Indonesia. Jakarta.

Amanatin, D. R., Rofidah, E dan Rosady, S. D. N. 2014. Produksi Protein Sel

Tunggal (PST) Spirulina sp. sebagai Super Food dalm Upaya Penanggulangan Gizi Buruk dan Kerawanan Pangan di Indonesia. Jurusan Biologi. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya.

Anggraeni, N. 2009. Penentuan Parameter Pertumbuhan Chlorella vulgaris. Disertasi. Fakultas Teknik. ITB.

Baharuddin, Maswati. 2011. Analisis Perbedaan Kandungan Lipida

Mikroalga (Tetraselmis chuii dan Nannochloropsis oculata) Pada Air Laut dan Air Payau. Teknosains. 5(1): 26-32.

Bahua, H., Y. Hendrawan dan R. Yulianingsih. 2015. Pengaruh Pemberian Auksin Sintetik Asam Naftalena Asetat Terhadap Pertumbuhan Mikroalga (Nannochloropsis oculata). Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem. 3(2) : 179-186

Bold, H.C. and Michael J.W. 1985. Introduction to The Algae, Prentice Hall.,

Inc.,New Jersey, USA, 720 pp.

Cahyaningsih, S dan Subyakto, S. 2009. Kultur massal Scenedesmus sp. sebagai upaya penyedia pakan rotifera dalam bentuk alami maupun konsentrat. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 1(2) : 143-147.

Cahyaningsih, S., A.N.M. Muchtar, S.J. Purnomo, I. Kusumaningrum, Pujiati, A.

Haryono, Slamet dan Asniar. 2009. Juknis Produksi Pakan Alami.

Departemen Kelautan dan Perikanan Direktorat Jendral Perikanan

Budidaya Balai Budidaya Air Payau Situbondo.

Chalid, S. Y., S. Amini dan S. D. Lestari. Kultivasi Chlorella sp. pada Media Tumbuh yang diperkaya dengan Pupuk Anorganik dan Soil Ekstrak. Laporan Penelitian. Fakultas Sains dan Teknologi. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Departemen Pekerjaan Umum. 1990. Kumpulan SNI Bidang Pekerjaan Umum

Mengenai Kualitas Air.Badan Penelitian dan Pengembangan Pekerjaan Umum.

Ekawati, A, W. 2005. Budidaya Makan Alami. Fakultas Perikanan Universitas

Brawijaya. Malang.

Elzenga JTM, Prins HBA, and Stefels J. 2000. The role of extracellular carbonic anhydrase activity in inorganic carbon utilization of Phaeocystis globosa (Prymnesiophyceae): a comparison with other marine algae using the

Page 59: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

50

isotopic disequilibrium technique. Limnology and Oceanography 45(2):372-380

Fachrullah MR. 2011. Laju Pertumbuhan Mikroalga Penghasil Biofuel Jenis

Chlorella sp. dan Nannochloropsis sp. yang Dikultivasi Menggunakan Air Limbah Hasil Penambangan Timah di Pulau Bangka.[Skripsi] Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Hermanto, M. B., Sumardi, La Choviya Hawa dan Siti Masithah F. 2011.

Perancangan Bioreaktor untuk Pembudidayaan Mikroalga. Jurnal Teknologi Pertanian. 12(3) : 153-162

Hirata, H., A. Ishak, dan S. Yamashaki. 1981. Effect of Salinity and Temperature

on The Growth of The Marine Phytoplankton Chlorella saccharophilla.

Journal of the Kagoshima Univ of Fisheries. Japan. 30(2) : 257-262.

Hibberd, B. 2000. Systema Nature Classification. http://taxonomicon.taxonomy. nl/TaxonTree.aspx

Hu H and Gao K. 2003. Optimization of growth and fatty acid composition of a

unicellular marine picoplankton, Nannochloropsis sp. with enriched carbon sources. Biotechnology Letters. 25(5):421-425

Irawan, B. 2009. Kultur Murni Alga Laut Nannoclhoropsis oculata sebagai Pakan

Alami di Laboratorium Ilmu-Ilmu Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan. FPIK UB : Malang.

Isnansetyo, A. dan Kusniastuty. 1995. Teknik Kultur Phytoplanton dan

Zooplankton. Penerbit Kanisius. Yogyakarta

Kabinawa, IN.K., D.Susilaningsih, dan N.W.S.Agustini. 1994. Produksi biomasa

mikroalga Chlorella pyrenoidosa dalam skala rumah kaca. (online).

(http//katalog.pdii.lipi.go.id diakses 11 Mei 2010)

Matakupan, J. 2009. Study Kepadatan Tetraselmis chuii yang Dikultur Pada

Intensitas Cahaya yang Berbeda. Jurusan Manajemen Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Patimura Ambon. Jurnal

TRITON volume 5, Nomor 2, Oktober 2009, hal 31- 35.

Mudjiman, A. 2004. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Nazir, M. 1998. Metodologi Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. Prabowo, Dadang. 2009. Optimalisasi Pengembangan Media Untuk

Pertumbuhan Chlorella sp pada Skala Laboratorium. SKRIPSI. Institut

Pertanian Bogor : Bogor. 95 hal.

Rizky NM. 2010. Optimasi Kultivasi Mikroalga Laut Nannochloropsis oculata

dengan Perlakuan Pupuk Urea untuk Produksi Lemat Nabati. Fakultas

Perikanan, Universitas Brawijaya, Malang

Page 60: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

51

Sari IP, Abdul M. 2012. Pola pertumbuhan Nannochloropsis oculata pada skala

laboratorium, intermediet dan masal. Ilmiah Perikanan dan Kelautan.

4(2) : 123-127.

Sriharti & Carolina, 1995, Kualitas Algae Bersel Tunggal Chlorella sp. pada Berbagai Media, Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna, Puslitbang Fisika Terapan-LIPI, Subang, Seminar Ilmiah Hasil Penelitian dan Pengembangan Bidang Fisika Terapan

Surakhmad, W. 2004. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode dan Teknik

(Edisi Revisi). Penerbit Tarsito : Bandung Suryana. 2010. Metodologi Penelitian: Model Praktis Penelitian Kuantitatif dan

Kualitatif. Buku Ajar Perkuliahan. Universitas Pendidikan Indonesia. Jakarta.

Tjahjo, W. L. Erawati dan Hanung, S. 2002. Biologi Fitoplankton dalam Budidaya

Fitoplankton dan Zooplankton. Balai Budidaya Laut, Direktorat Jendral

Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan. Bandar

Lampung.

Utami NF, Yuniarti MS, Kiki H. 2012. Pertumbuhan Chlorella sp. Yang dikultur pada perioditas cahaya yang berbeda. Perikanan dan Kelautan. 3 (3):237-244.

Watanabe, T. 1979. Nutritional Quality of Living Feeds Used in Seed Production

of Fish. Proc. Japan-Soviet Joint. Symp Agriculture 7.

Widiastuti, A. 2014. Data, Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian. Bahan Ajar Metode Penelitian. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Page 61: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

52

LAMPIRAN

Lampiran 1. Struktur Organisasi BPBAP Situbondo

Page 62: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

53

Lampiran 2. Dokumentasi Kegiatan

No. Foto Kegiatan Keterangan

1.

Pembuatan Pupuk

Walne

2.

Penuangan Bibit

Nannochloropsis oculata

pada Bak Conicel 500 L

3.

Pengambilan sampel

untuk penghitungan

kepadatan

4.

Pengamatan dan

perhitungan kepadatan

Page 63: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

54

5.

Proses pemanenan

endapan

6.

Proses penganginan

endapan

7.

Endapan

Nannchloropsis oculata

yang sudah mengering

8.

Produk Powder

Nannochloropsis oculata

Page 64: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

55

Lampiran 3. Alat dan Fungsi

No Nama alat Fungsi

1 Karet pengisap masuk ke dalam pipet kapiler

2 Pipet kapiler Untuk menampung air sampel

3 Erlenmeyer Sebagai media budidaya skala laboratorium

4 Toples kaca Sebagai media budidaya skala laboratorium

5 Karboy Sebagai media budidaya skala laboratorium

6 Bak fiber Sebagai media budidaya skala intermediet

7 Oven Untuk proses pengeringan phytoplankton

8 Autoclave Untuk mensterilisasi

9 Timbangan Untuk menimbang bahan

10 Selang aerasi Sebagai saluran masuknya oksigen

11 Batu aerasi Sebagai sumber oksigen

12 Haemocytometer Untuk menghitung kepadatan phytoplankton

13 Mikroskop Untuk melihat phytoplankton

14 Sedgewich rafter Untuk menghitung kepadatan phytoplankton

15 Blender Sebagai alat untuk menghaluskan phytoplankton

16 Pipa Untuk sebagai saluran air dan oksigen

17 Filter bag Sebagai penyaring air ke filter bag

18 Kompor gas Sebagai sumber api

19 Keranjang Sebagai wadah untuk menyimpan erlenmeyer

20 Panci Untuk menampung air yang akan direbus

21 Gayung Untuk mengambil air dari drum/panci ke toples

22 Jerigen Untuk menampung pupuk dan silikat

23 Kain Untuk menyaring phytoplankton yang dipanen

24 Saringan Untuk menyaring bahan

Page 65: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

56

25 Alumunium foil Sebagai penutup erlenmeyer

26 Plastik Sebagai penutup erlenmeyer dan toples kaca

27 Sikat Untuk menyikat bak fiber

28 Schoring beag Untuk membersihkan alat

29 Nampan Untuk menampung phytoplankton

30 Gelas ukur Untuk mengukur bahan

31 Drum Untuk menampung air pada skala laboratorium

32 Lampu Sebagai penerang skala laboratorium

33 AC Sebagai pendingin ruangan

Page 66: MANAJEMEN PERTUMBUHAN KULTUR MIKROALGA LAUT ... … · laporan praktek kerja magang program studi manajemen sumberdaya perairan jurusan manajemen sumberdaya perairan oleh : nico rahman

57

Lampiran 4. Bahan dan Fungsi

NO BAHAN Fungsi

1 Air laut Sebagai media pemeliharaan

2 Air tawar Sebagai sterilisasi air

3 Phytoplankton Sebagai boita yang di kiltur

4 Pupuk walne Sebagai pupuk phytoplankton berwarna hijau

5 Soda api Untuk mengendapkan phytoplankton

6 Aquades Sebagai sterilisasi air

7 Vitamin Sebagai vitamin phytoplankton pada skala laboratorium

8 Thiosulfat Untuk menetralkan air

9 Chlorin test Untuk mengecek kenetralan air media

10 Detergen Untuk mencuci bak

11 Kaporit Untuk sterilisasi air laut dan wadah kultur

12 Alkohol Untuk membersihkan rak-rak kaca skala laboratorium

13 HCL Untuk membersihkan erlenmeyer