Manajemen Pelayanan Penunjang Medik Dan Penunjang Rumah Sakit

20
MANAJEMEN PELAYANAN PENUNJANG MEDIK DI RUMAH SAKIT DALAM RANGKA MENYELESAIKAN TUGAS MATA AJAR MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN PROGRAM STUDI MAGISTER KEDOKTERAN KELUARGA MINAT UTAMA ILMU BIOMEDIK PSIKIATRI Pengampu : dr. Putu Suriyasa, MS, PKK, SpOK Oleh : Dearisa Surya Yudhantara (NIM -) Wiharto (NIM -) Leo Rakhmat Wibowo (NIM -) Dyah Murni Hastuti (NIM -) Ika Endah Lestariningsih (NIM -) Indah Kusumawati (NIM -) Sri Wahyuni (NIM -) Susiati (NIM -) 1

description

kesehtan

Transcript of Manajemen Pelayanan Penunjang Medik Dan Penunjang Rumah Sakit

Page 1: Manajemen Pelayanan Penunjang Medik Dan Penunjang Rumah Sakit

MANAJEMEN PELAYANAN PENUNJANG MEDIK DI RUMAH SAKIT

DALAM RANGKA MENYELESAIKAN

TUGAS MATA AJAR MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

PROGRAM STUDI MAGISTER KEDOKTERAN KELUARGA

MINAT UTAMA ILMU BIOMEDIK PSIKIATRI

Pengampu : dr. Putu Suriyasa, MS, PKK, SpOK

Oleh :

Dearisa Surya Yudhantara (NIM -)

Wiharto (NIM -)

Leo Rakhmat Wibowo (NIM -)

Dyah Murni Hastuti (NIM -)

Ika Endah Lestariningsih (NIM -)

Indah Kusumawati (NIM -)

Sri Wahyuni (NIM -)

Susiati (NIM -)

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

1

Page 2: Manajemen Pelayanan Penunjang Medik Dan Penunjang Rumah Sakit

2011

2

Page 3: Manajemen Pelayanan Penunjang Medik Dan Penunjang Rumah Sakit

BAB I

PENDAHULUAN

Tantangan pembangunan kesehatan dan permasalahan pembangunan kesehatan makin

bertambah berat, kompleks, dan bahkan terkadang tidak terduga. Pembangunan kesehatan

dilaksanakan dengan memperhatikan dinamika kependudukan, epidemiologi penyakit,

perubahan ekologi dan lingkungan, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta

globalisasi dan demokratisasi dengan semangat kemitraan, kerja sama lintas sektoral serta

mendorong peran serta aktif masyarakat. Demi meningkatkan taraf kehidupan masyarakat

maka pembangunan kesehatan dilakukan oleh semua komponen dunia kesehatan.

Pembangunan yang dimaksud untuk mewujudkan visi yang telah dibuat oleh Kementerian

Kesehatan yaitu Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan (Kemenkes, 2010)

Pembangunan di bidang kesehatan pada masa ini tidak bisa terlepas dari adanya

reformasi di bidang kesehatan. Dalam reformasi tersebut, profesionalisme merupakan salah

satu strategi dalam mewujudkan visi Kementerian Kesehatan. Profesionalisme sebagai

strategi tersebut sebelumnya telah dicantumkan untuk mencapai visi Kementerian Kesehatan

Kesehatan yaitu Indonesia Sehat 2010 menurut SK Menteri Kesehatan RI No.

983/Menkes/SK/XI/1992 pasal 29 (Depkes, 1992).

Profesionalisme dalam penyelenggaraan pelayanan rumah sakit dilakukan

peningkatan mutu pelayanan umum dan pelayanan medik. Maka, perlu disusun pedoman

penyelenggaraan rumah sakit yang merujuk pada persyaratan minimal di berbagai standar,

pedoman dan indikator. Tujuan pedoman ini adalah sebagai acuan bagi pemilik dan penelola

rumah sakit untuk menata rumah sakit agar dapat meningktakan kemampuan dan mutu

pelayanan yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan,

perubahan peraturan perundang-undangan, dan harapan masyarakat. Pedoman ini juga

melingkupi pelayanan penunjang kesehatan medic sebagai salah satu prasyarat pelayanan

kesehatan yang bermutu (Depkes, 2008) .

Makalah ini dibuat untuk menunjukkan tentang berbagai hal mengenai seluk – beluk

pelayanan penunjang medik terutama di rumah sakit. Pada makalah ini akan dibahas

mengenai teori pelayanan penunjang medik hingga pedoman – pedoman yang telah tertera

pada peraturan – peraturan yang berlaku.

3

Page 4: Manajemen Pelayanan Penunjang Medik Dan Penunjang Rumah Sakit

BAB II

ISI

A. Teori

Pelayanan penunjang medik / pelayanan penunjang klinis ( Clinical Support Services /

CSS ) di rumah sakit menurut John R. Griffith meliputi pelayanan diagnostik, terapeutik dan

kegiatan di masyarakat umum. Pelayanan yang dimaksud juga meliputi tes laboratorium,

pengobatan, prosedur pembedahan, dan terapi fisik. Banyak juga pasien yang memerlukan

pelayanan sosial dan edukasi kesehatan. Pelayanan penunjang medik ini dilakukan oleh unit –

unit atau petugas profesional yang ditunjuk untuk melakukan tugas tersebut di masing –

masing center kesehatan seperti rumah sakit (Griffith, 2006).

Kebanyakan pelayanan penunjang medik merupakan rujukan dari dokter. Dokter

memerlukan pelayanan penunjang medik untuk melakukan pencegahan, diagnosis, terapi, dan

rehabilitasi pada pasien baik itu pasien rawat jalan maupun pasien rawat inap. Pelayanan

penunjang medik juga dilakukan pada pasien pasien dalam masa perawatan akut di rumah

sakit, pasien dengan pengobatan jangka panjang dan pasien kunjungan rumah (Griffith,

2006).

Organisasi penyelenggara kesehatan ( Healthcare organizations / HCO ) harus

menyediakan pelayanan penunjang medik secara tepat, cepat dan biaya yang efektif.

Organisasi penyelenggara kesehatan harus mengusahakan jumlah dan jenis pelayanan

penunjang medik untuk pelayanan pada pasien. Pelayanan penunjang medik yang terlalu

banyak, terlalu sedikit, kesalahan atau kualitas yang buruk pada piranti penunjang medik

akan mengurangi kualitas pelayanan kesehatan secara umum dan mengakibatkan peningkatan

biaya yang dikeluarkan. Optimalisasi pelayanan penunjang dilakukan dengan menyediakan

kombinasi dan waktu pemeriksaan yang tepat, dan juga harus mempunyai kualitas yang

bermutu dan biaya yang murah (Griffith, 2006).

Pelayanan penunjang medis di organisasi penyelenggara kesehatan meliputi

pelayanan diagnostik, pelayanan terapetik, dan pelayanan komunitas. Pelayanan Penunjang

Medik diagnostik meliputi :

Laboraturium : kimiawi, hematologi, histopologi, bakteriologi, virologi, otopsi dan

kamar jenazah.

Diagnostik imaging : radiologi, tomografi, radioisotop, ultra-sonografi dan CT scan

4

Page 5: Manajemen Pelayanan Penunjang Medik Dan Penunjang Rumah Sakit

Laboraturium kardiopulmoner : elektrokardiografi, tes fungsi paru dan kateterisasi

jantung.

Lain-lain : elektroensefalografi, elektromiografi dan audiologi.

Pelayanan Penunjang Medik terapeutik meliputi :

Farmasi

Ruang operasi : anastesi, ruang bedah, ruang pulih

ruang melahirkan/persalinan

unit gawat darurat

bank darah

rehabilitasi medik : terapi fisik, terapi respirasi, terapi wicara dan terapi okupasi.

Pelayanan sosial

radioterapi

psikologi klinik

terapi di rumah penderita : homecare, hospice

Pelayanan Penunjang Medik di Masyarakat umum meliputi :

Imunisasi

Program skrining berbagai penyakit tertentu

pelatihan resusitasi kardiopulmoner

Keluarga berencana dan KIA

Program kebugaran jasmani dan pengendalian berat badan (Griffith, 2006).

5

Page 6: Manajemen Pelayanan Penunjang Medik Dan Penunjang Rumah Sakit

Tabel 1. Fungsi Pelayanan penunjang medik / pelayanan penunjang klinis ( Clinical Support

Services / CSS ) (Griffith, 2006)

6

Page 7: Manajemen Pelayanan Penunjang Medik Dan Penunjang Rumah Sakit

B. Peraturan Perundang – Undangan

Peraturan yang menjadi dasar adanya pelayanan penunjang medik adalah SK menteri

Kesehatan RI No. 983/Menkes/SK/XI/1992 tentang pedoman organisasi rumah sakit umum,

maka rumah sakit umum harus menjalankan beberapa fungsi, satu diantaranya adalah fungsi

menyelenggarakan pelayanan penunjang medik dan non medik.

Bidang penunjang medik membawahi tiga buah seksi yaitu :

Seksi ketenagaan dan pengendalian mutu penunjang medik

Seksi pengembangan fasilitas penunjang medik

Seksi pemeliharaan fasilitas penunjang medik

Peraturan terbaru yang mendasari tentang penunjang medik diatur dalam Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 340/MENKES/PER/III/2010. Menurut peraturan

tersebut, penunjang medik adalah suatu peralatan yang dimiliki Rumah Sakit dimana harus

memenuhi standar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Seorang manajer di dalam kegiatan penunjang medik di rumah sakit punya dua

fungsi, yaitu fungsi klinik dan fungsi manajerial. Fungsi seorang manajer penunjang medik di

bidang klinik utamanya adalah menjamin mutu pelayanan yang baik. Produk pelayanan

penunjang medik harus dapat memuaskan pasien dan juga memuaskan dokter yang meminta

tindakan itu dilakukan pada pasiennya. Kunci keberhasilan pelayanan dengan kualitas teknis

yang baik adalah dengan melakukannya secara baik, secara terus menerus dalam berbagai

keadaan dan sedapat mungkin mencapai hasil seperti yang diharapkan. sedangkan sebagai

fungsi klinik adalah harus bisa melakukan semua pelayanan yang berhubungan dengan

pelayanan medis fungsional (Griffith, 2006).

C. Jenis – Jenis Pelayanan Penunjang Medis

1. Pelayanan Penunjang Radiologi

Pelayanan radiologi meliputi pelayanan Radiodiagnostik, pelayanan radioterapi, dan

pelayanan kedokteran nuklir.

Pelayanan Radiodiagnostik

Pelayanan radiodignostik adalah pelayanan untuk melakukan diagnostic dengan

mengunakan radio pengion, meliputi antara lain pelayanan X- ray konvensional, Computed

7

Page 8: Manajemen Pelayanan Penunjang Medik Dan Penunjang Rumah Sakit

tomography, scan/CT . pelayanan radiologi wajib menjamin keamanan bagi pasien dan

petugas di radiologi serta lingkunganya dengan melaksanakan kegiatan dengan cara

pemeriksaan periodic terhadap peralatan radiologi dan pemeriksaan tingkat paparan pada

petugas. Peralatan proteksi radiasi yang harus tersedia adalah apron setara dengan 0,25 mm

timbal, shelding berlapis 2,5 mm timbal, sarung tangan berlapis dan kaca mata timbal (Dirjen

Yanmed, 2008).

Semua kamar pemeriksaan radiologi dibuat sedemikian rupa sehingga paparan radiasi

di tempat yangdi huni masyarakat tidak lebih dari 0,25mSv/jam apabila pesawat radiologi

sedang dioperasikan. Peralatan radiologi dipastikan mempunyai paparan bocor tidak lebih

dari 100mR/jam pada jarak 1m dari focus untuk segala arah. Kelengkapan ruangan, harus ada

Lead Apron dan accesoris lainnya, harus menyrahkan pengajuan film badge ke balai

Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) depatermen Kesehatan /BATAN (Dirjen Yanmed,

2008).

Pelayanan radiodiagnostik yang telah memenuhi persyaratan perizinan dari Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten /Kota sesuai dengan Permenkes No.

780/MENKES/PER/VIII/2008 tentang Penyenggaraan Pelayanan Radiologi wajib menjamin

keamanan bagi pasien, petugas dan lingkungan dengan melaksanakan kendali mutu dan

memenuhi persyaratan ruangan,bangunan, peralatan dan sumber daya manusia sert

kemampuan pelayanan sesuai dengan klasifikasi rumah sakitnya (Dirjen Yanmed, 2008).

Gambar 1. Bagan dan Struktur Instalasi Radiologi (Dirjen Yanmed, 2008).

8

Direktur Utama

Direktur Medik dan Keperawatan

Ka.Instalasi Radiologi

Wakil Ka.Instalasi Radiologi

Ka.Ruang Instalasi Radiologi

Page 9: Manajemen Pelayanan Penunjang Medik Dan Penunjang Rumah Sakit

Pimpinan Instalasi Radiologi diutamakan seorang spesialis radiologi yang diangkat

oleh direktur rumah sakit. Penanggung jawab fungsional adalah seorang dokter spesialis

radiologi atau dokter lain yang memiliki kompetensi yang ditetapkan oleh kolegium Dokter

Spesialis radiologi, sedangkan penanggung jawab pengoperasian alat pelayanan

radiodiagnostik, diagnostic imaging selain USG dan radiologi intervensional adalah

radiographer dan atau dokter spesilais radiologi (Dirjen Yanmed, 2008).

Pelayanan Radioterapi

Pelayanan radioterapi meliputi:

1. Pelayanan radioterapi ekternal adalah pelayanan radioterapi dengan mengunakan sumber

radiasi yang berada di luar tubuh atau ada jarak antara pasien dengan alat penyinaran.

2. Pelayanan bakhiterapi adalah pelayanan radioterapi dengan mengunakan sumber radiasi

yang didekatkan pada tumor.

3. Pelayanan radioterapi interstisial adalah pelayanan radioterapi dengan mengunakan

sumber yang dimasukkan dalam tumor.

Pelayanan radioterapi yang telah memenuhi persyaratan perijinan dari Menteri

Kesehatan RI sesuai dengan Permenkes No. 780/MENKES/PER/VIII/2008 tentang

Penyenggaraan Pealayanan Radiologi wajib menjamin keamanan pasien , petugas dan

lingkungan dengan melaksanakan kegiatan kendali mutu dan memenuhi persyaratan

ruangan, bangunan, peralatan dan sumber daya manusia serta kemampuan pelayanan sesuai

denga klaasifikasi rumah sakitnya. Pimpinan instalasi radioterapi adalah seorang dokter

spesialis onkologi radiasi/dokter spesialis Radiologi konsultan onkologi Radiasi (Dirjen

Yanmed, 2008).

Pelayanan Kedokteran Nuklir

Pelayanan kedokteran nuklir meliputi:

1. Pelayanan diagnostik in-vivo adalah pemeriksaan yang dilakukan terhadap pasien dengan

cara pemberian radionuklida atau radifarmak dengan mengunakan alat pencacah atau

kamera gamma dilakukan pengamatanterhadap radionuklida dan atau radiofarmaka

tersebut selama berada dalam tubuh. Hasil yang diperoleh dari pengamatan tersebut dapat

berupa citra maupun non citra.

2. Pelayanan diagnostic in-vitra adalah oemeriksaan yang dilakukan terhadap specimen

yang diperoleh dari pasien mengunakan teknik radioimmunoassay atau

immunoradiometric assay

3. Pelayanan pemeriksaan in-vivtro adalah gabungan antar pemeriksaan in-vivo dan in-vitro

9

Page 10: Manajemen Pelayanan Penunjang Medik Dan Penunjang Rumah Sakit

4. Pelayanan terapi radiasi adalah suatu cara pengobatan dengan mengunakan radionuklida

dan radiofarmaka (Dirjen Yanmed, 2008).

Pimpinan Instalasi Kedokteran Nuklir adalah seorang Dokter spesialis Kedoktran

Nuklir yang memiliki sertifikat kompetensi dari kolegium ilmu kedokeran nuklir Indonesia

dan surat ijin praktek spesialis kedokteran nuklir. Dalam pneyenggaraan kegiatatannya

dilaksanakan oleh staf medic dan non medik (Dirjen Yanmed, 2008).

Pimpinan Instalasi Radiologi diutamakan seorang spesialis yang sesuai dengan jenis

pelayanannya yaitu spesialis radiologi untuk radiologi diagnostic, spesialis onkologi radiasi

untuk radioterapi dan spesialis kedokteran nuklir untuk kedokteran nuklir. Pimpinan Instalasi

Radiologi diangkat oleh direktur rumah sakit setelah mendapat pertimbangan dari kelompok

staf medic fungsional Radiologi (Dirjen Yanmed, 2008).

Tugas Instalasi Radiologi adalah

1. Menyusun bahan rancangan awal rencana strategis RS di lingkup instalasi radiologi.

2. Menyusun bahan rancangan kebijakan instalasi radiologi.

3. Menyusun bahan usulan program instalasi radiologi.

4. Menyusun rencana kerja/ kegiatan instalasi radiologi.

5. Menyusun rencana pelaksanaan kerja/ kegiatan instalasi radiologi.

6. Melaksanakan monitoring dan evaluasi kinerja instalasi radiologi (Dirjen Yanmed, 2008).

2. Pelayanan Laboratorium

Penanggung jawab laboratorium rumah sakit adalah seorang dokter spesialis patologi

klinik atau apabila tidak memungkinkan , dapat dilaksanakan oleh seorang dokter umum

yang telah mendapat pelatihan mengenai manajemen dan teknis dibidang laboratorium

klinik . staf laboratorium klinik RS terdiiri dari tenaga analis , perawat, tenaga administrasi,

dan tenaga lain untuk menunjang pekerjaan laboratorium klinik rumah sakit (Dirjen Yanmed,

2008).

Dalam menyenggarakan pelayanan laboratorium, rumah sakit harus mempunyai

kebijakan, prosedur sesuai Pedoman Praktek Laboratorium yang benar (Goog Laboratory

Practice) yang diterbitkan oleh Depatermen Kesehatan RI untuk melaksanakan dan

mendokementasikannya. Pedoman GLP tersebut mencakup persyaratan saranan, prasaranan,

peralatan , reagenisasi, penanganan dan pemeriksaan specimen, pencatatan dan pelaporan ,

upaya menjaminan mutu hasil pemeriksaan laboratorium serta Kesselamatan Kesehatan Kerja

(K3) di laboratorium (Dirjen Yanmed, 2008).

10

Page 11: Manajemen Pelayanan Penunjang Medik Dan Penunjang Rumah Sakit

Secara khusus bagian dari laboratorium yang melayani gawat darurat (lab,cito) dan

rawat jalan serta bank darah hendaknya terletak tidak jauh dari unit gawat darurat dan

laboratorium induk jadi merupakan satu kelompok laboratorium (Dirjen Yanmed, 2008).

Gambar 2. Bagan dan Struktur Instalasi Laboratorium (Dirjen Yanmed, 2008).

Tugas Instalasi Laboratorium adalah

1. Menyusun bahan rancangan awal rencana strategis RS di lingkup instalasi laboratorium

2. Menyusun bahan rancangan kebijakan instalasi laboratorium

3. Menyusun bahan usulan program instalasi laboratorium

4. Menyusun rencana kerja/ kegiatan instalasi laboratorium

5. Menyusun rencana pelaksanaan kerja/ kegiatan instalasi laboratorium

6. Melaksanakan monitoring dan evaluasi kinerja instalasi laboratorium (Dirjen Yanmed,

2008)

3. Pelayanan Farmasi

Pelayanan farmasi di rumah sakit bertanggung jawab terhadap semua barang farmasi

yang beredar di rumah sakit tersebut. Pelayanan farmasi meliputi penyediaan dan distribusi

semua perbekalan farmasi , pelayanan farmasi klinik, serta membuat informasi dan menjamin

kualitas pelayanan yang berhubungan dengan pengunaan obat. Instalasi farmasi rumah sakit

dipimpin oleh seorang apoteker penuh waktu yang mempunyai pengalaman 2 tahun di bagian

farmasi rumah sakit, telah terdaftar di Depatermen Kesehatan dan mempunai ijin kerja

(Dirjen Yanmed, 2008).

11

Page 12: Manajemen Pelayanan Penunjang Medik Dan Penunjang Rumah Sakit

Rasio jumlah apoteker dibanding jumlah TT minimal adalah 1: 50 . rasio apoteker

dengan assisten apoteker minimal 1: 2. Harus tersedia ruangan dan fasilitas yang digunakan

untuk penyimpanan barang farmasi yang menjamin semua barang farmasi tetap dalam

kondisi baik dan dapat dipertanggungjawabkan dengan spesifikasi masing-masing barang

farmasi sesuai dengan peraturan. Semua kebijakan dan prosedur yang ada harus tertulis dan

dicantumkan tanggal dikeluarkannya peraturan tersebut. Peraturan dan prosedur yang ada

harus mencerminkan standar pelayanan farmasi mutahir yang sesuai dengan peraturan dan

tujuan dalam pelayanan farmasi itu sendiri . kebijakan dan prosedur dibuat oleh Kepala

Instalasi dan Komite Farmasi dan Terapi serta para apoteker (Dirjen Yanmed, 2008).

Gambar 3. Bagan dan Struktur Instalasi Farmasi (Dirjen Yanmed, 2008).

Pelayanan farmasi harus mencerminkan kualitas pelayanan kefarmasian yang bermutu

tinggi , melalui cara pelayanan farmasi rumah sakit yang baik.

Tugas Instalasi Farmasi:

1. Menyusun bahan rancangan awal rencana strategis RS di lingkup instalasi farmasi

2. Menyusun bahan rancangan kebijakan instalasi farmasi

3. Menyusun bahan usulan program instalasi farmasi

4. Menyusun rencana kerja/ kegiatan instalasi farmasi

5. Menyusun rencana pelaksanaan kerja/ kegiatan instalasi farmasi

6. Melaksanakan monitoring dan evaluasi kinerja instalasi farmasi (Dirjen Yanmed, 2008).

12

Direktur Utama

Direktur Medik dan Keperawatan

Ka.Instalasi Farmasi

Wakil Ka.Instalasi Farmasi

Ka.Ruang Instalasi Farmasi

Page 13: Manajemen Pelayanan Penunjang Medik Dan Penunjang Rumah Sakit

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Manajemen pelayanan penunjang medis, sesuai dengan pasal 29 PERMENKES

983/1992 tentang reformasi bidang kesehatan.

Pelayanan penunjang medis merupakan peralatan yang dimiliki Rumah Sakit dimana

harus memenuhi standar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

Pedoman sesuai dengan fungsi klinis dan fungsi manajerial untuk menjamin mutu

pelayanan yang baik.

Masing-masing instalasi mempunyai tugas dan tanggung jawab langsung terhadap

Direktur Medik dan Keperawatan.

Pelayananan penunjang medis merupakan bagian

Integral yang penting dan menentukan dalam pelayanan rumah sakit.

B. SARAN

Optimalisasi Fungsi dan Peran tiap Instalasi penunjang Medik dan penunjang RS.

Menjadi tim yang solid.

Memperluas jangkauan pelayanan yang bersifat : promotif dan preventif kpd

masyarakat dg cara misalnya melalui radio kesehatan.

13

Page 14: Manajemen Pelayanan Penunjang Medik Dan Penunjang Rumah Sakit

DAFTAR PUSTAKA

Griffith JR, White KR. 2006. Clinical Support Services. The Well-Managed Healthcare

Organization 6th edition. Chicago : Health Administration Press. Halaman 293 – 340

Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan di Rumah Sakit, Direktorat Jendral Bina Pelayanan

Medik, Departemen Kesehatan RI.2008. Jakarta

Peraturan Menteri Kesehatan No. 411/MENKES/PER/III/2010 tentang Laboratorium Klinik

Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 983/MENKES/SK/XI/1992 tentang Pedoman

Organisasi Rumah Sakit Umum

Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1197/MENKES/SK/X/2004,

tentang Standar Pelayanan Farmasi Di Rumah Sakit

Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia RI No.1014/MENKES/SK/IX/2008,

tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan

Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. HK.03.01-160 tentang RENSTRA 2010-2014

.

14