manajemen kota dan wilayah surakarta

48
TUGAS Perkembangan Kota Surakarta” Sebagai tugas mata kuliah Perencanaan Pembangunan Disusun oleh : 1. Dino Angga Lesman : 14020110120078 2. A. Iqbal fuadi : 14020110120082 Administrasi Publik

description

perkembangan kota surakarta berdasarkan wilayah pusat kegiatan

Transcript of manajemen kota dan wilayah surakarta

TUGAS

Perkembangan Kota Surakarta

Sebagai tugas mata kuliah Perencanaan Pembangunan

Disusun oleh :1. Dino Angga Lesman: 14020110120078

2. A. Iqbal fuadi

: 14020110120082

Administrasi Publik

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Diponegoro

Semarang

2015BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kota Surakarta yang juga sangat dikenal sebagai Kota Solo, merupakan salah satu kota besar di Provinsi Jawa Tengah. Kota Surakarta sebagai pusat Wilayah Pengembangan VIII Propinsi Jawa Tengah, mempunyai peran yang strategis bagi pengembangan wilayah di Propinsi Jawa Tengah. Secara geografis letak kota Surakarta sangat strategis dan merupakan titik persimpangan jalur transportasi regional dan sekaligus sebagai daerah tujuan dan bangkitan pergerakan. Sebagai pusat WP VIII kota Surakarta mempunyai tingkat pertumbuhan kota yang sangat pesat yang dapat dilihat dan pertumbuhan ekonomi dan sistem aktivitas kota sentra pertumbuhan fisik kota. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi melebihi persentase pentumbuhan penduduk akan mampu meningkatkan kesejahteraan penduduk, yang ditandai dengan semakin tingginya pendapatan perkapita masyarakat. Pusat Perekonomian sangat dipenlukan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi, tentunya dengan tuntutan bahwa fasilitas tempat perbelanjaan dan perdagangan dengan segala pendukungnya haruslah strategis dan menarik minat para konsumen. Kota Surakarta merupakan salah satu kota yang memiliki potensi cukup besar sebagai pusat kegiatan ekonomi. Apalagi dengan mengejar target sebagai The Spirit of Java Letak geografis yang strategis memungkinkan Kota Surakarta sebagai transitment point bagi kegiatan ekonomi dan pariwisata Propinsi Jawa Tengah maupun yang datang dari Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah bagian Barat, Utara, Timur dan Selatan. Pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta juga tak lepas dan peran kota - kota di sekitarnya, Karanganyar, Boyolali, Sukoharjo, Wonogiri dan Klaten.Dari sector pariwisata Koto Solo sendiri sangat menjanjikan. Bukan hanya turis domestic bahkan banyak juga turis mancanegara. Dari tingginya jumlah wisatawan inilah yang patut dimanfaatkan dari sector perdagangan yang harus selaras dengan pariwisata. Semakin banyak jumlah pengunjung maka semakin banyak pula konsumen yang akan mengembangkan sector perekonomian dan menambah PAD Kota Solo dan secara otomatis meningkatkan kesejahteraan Masyarakat. Segala bentuk potensi yang terdapat di wilayah Solo ini tentunya haruslah dapat dimanfaatkan dan dikelola dengan baik guna terciptanya kesejahteraan yang dapat diperoleh oleh masyarakatnya. Oleh karena itu, kebijakan-kebijakan pemerintah serta proses pembangunan untuk mendukung kondisi di dalam Kota Yogyakarta haruslah direncanakan secara matang dengan memperhatikan potensi-potensi yang ada dan kondisi pasar dan masyarakat luar.Namun, Ada masalah yang muncul dari tingginya pertumbuhan di Kota Solo yakni di sector transportasi. Sektor transportasi dirasa belum dapat menyesuaikan dengan perkembangan yang ada. kinerja yang masih sangat terbatas dikarenakan tidak optimalnya pelayanan maupun fasilitas fisik yang ada dan belum terpadunya intra maupun antar moda yang ada dan secara makro berhubungan dengan lokasinya yang tidak fisibel untuk menjadi terminal terpadu. Padahal kendala di atas merupakan persyaratan utama untuk menjadikan terminal terpadu yang mampu melayani wilayah regional.Potret perekonomian di Kota Surakarta yang tergambar dalam PDRB selama ini dijadikan tolak ukur keberhasilan pembangunan khususnya bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi baik secara agregat dan sektoral memberi gambaran seberapa besar peran sektor produksi dalam mata rantai perekonomian. Demikian juga pertumbuhan dan distribusi persentase dari sisi penggunaan akan memberi gambaran seberapa besar permintaan kebutuhan barang dan jasa dari waktu ke waktu. Data PDRB menurut Penggunaan menggambarkan permintaan atau penggunaan dari total nilai tambah atau produk barang dan jasa yang telah dihasilkan tersebut untuk memenuhi permintaan akhir yang berupa konsumsi, investasi, dan ekspor netto. Tersedianya data PDRB menurut penggunaan secara baik, lengkap, dan berkesinambungan dapat memberikan gambaran fenomaena ekonomi tentang perilaku konsumsi masyarakat, pemerintah pada umumnya serta investasi pada khususnya.

Sektor Tahun

201320122011 2010 2009

Rupiah (juta) % Rupiah (juta) % Rupiah (juta) % Rupiah (juta) % Rupiah (juta) %

Pertanian 2.911 0,05 2.909 0,06 2.900 0,06 2.899 0,07 2.855 0,07

Pertambangan 1.809 0,03 1.832 0,04 1.863 0,04 1.828 0,04 1.787 0,04

Industri Pengolahan 1.312.946 24,26 1.277.210 25,02 1.235.953 25,65 1.173.423 27,26 1.134.134 27,88

Listrik dan Air Bersih 128.648 2,38 119.195 2,34 111.392 2,31 96.867 2,25 91.765 2,26

Bangunan 717.165 13,25 671.927 13,17 625.624 12,99 528.770 12,28 482.295 11,86

Perdagangan, Hotel, Restoran 1.466.846 27,10 1.367.808 26,80 1.288.067 26,74 1.126.472 26,17 1.059.092 26,04

Angkutan/Komunikasi 549.761 10,16 514.408 10,08 484.828 10,06 428.864 9,96 404.594 9,95

Bank/Keu/Perum 567.861 10,49 518.981 10,17 481.987 10,00 425.590 9,89 401.749 9,88

Jasa 663.965 12,27 629.616 12,34 585.264 12,15 519.573 12,07 489.258 12,03

Total 5.411.912 100 5.103.886 100 4.817.878 100 4.304.286 100 4.067.530 100

Laju Pertumbuhan 6 6 - - -

(Sumber: Pendapatan Domestik Regional Bruto Daerah surakartakota.bps.go.id)Dengan melihat kondisi demikian, kemudian penulis tertarik untuk melihat sejauh apa kemudian kota Solo mengembangkan pembangunan dalam kota untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta membangun suatu keberlanjutan sebagai tujuan dari pembangunan di kota yang dilaksanakan. Penulis membatasi penelitian dengan mengambil lokus pada beberapa titik yang menjadi perhatian dan juga menentukan beberapa fokus penelitian terkait seputar Pusat Perbelanjaan baru sebagai pusat faktor penggerak ekonomi dan perhotelan di daerah Solo Baru yakni disekitar tengah ke selatan ota Solo serta masalah dari sector jasa transportasi yang mungkin justru tertekan pembangunan.B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diulas mengenai kondisi serta fenomena yang terdapat di Kota Surakarta atau Kota Solo sebagai lokus dari penelitian, selanjutnya maka penulis menarik kesimpulan mengenai rumusan masalah yang akan diangkat pada penulisan makalah yang disajikan berikut ini. Perumusan masalah yang diangkat berada pada seputar fenmena-fenomena serta sejauh manakah perkembangan yang telah dan tengah berjalan di Kota Surakarta di berbagai titik dan sektor yang menjadi bahasan permasalahan penelitian disini seperti pada sektor Pusat perdagangan yang terdapat di Kota Surakarta.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian mengenai pembangunaan perkotaan dengan mengambil lokus di Yogyakarta ini diantaranya adalah :

1. Untuk mengetahui secara lebih mendalam tentang pembangunan yang telah maupun yang tengah berlangsung di Kota Surakarta.2. Untuk melihat apakah pembangunan yang dilaksanakan memberikan manfaat dan sesuai dengan apa yang menjadi kebutuhan bagi kehidupan masyarakat.3. Untuk melihat pengaruh pembangunan terkait dengan perkembangan kota secara lebih kompleks.BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Manajemen Kota dan Wilayah

1. Pengertian Manajemen

Manajemen adalah suatu proses pengaturan atau ketatalaksanaan untuk mencapai suatu tujuan dengan melibatkan orang lain. Sebagai suatu proses pengaturan atau ketatalaksanaan maka dikenal 2 istilah, yaitu fungsi manajemen dan alat manajemen. Fungsi manajemen dirumuskan George F. Terry ada 4, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian. Semua proses tersebut dilakukan dalam rangka mengemban tugas pokok organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Untuk dapat melaksanakan fungsi manajemen tersebut maka diperlukan alat manajemen yangs erring diistilahkan dengan 6 M, yaitu Men (manusia), Money (uang), Materials (bahan), Machines (mesin,alat), Methods (cara), dan Markets (pasar). Keenam alat ini berguna sebagai penggerak organisasi dalam sistem manajemen.

2. Kota

Dalam menggunakan kata kota perlu dicermati karena dalam bahasa Indonesia, kata kota bisa berarti dua hal yang berbeda. Pertama, kota dalam pengertian umum adalah suatu daerah terbangun yang didominasi jenis penggunaan tanah nonpertanian dengan jumlah penduduk dan intensitas penggunaan ruang yang cukup tinggi dibandingkan pedesaan. Hal ini ditunjukkan dalam hal pemakaian modal yang besar, jumlah orang yang terlibat lebih banyak, nilai tambah penggunaan tanah yang lain lebih erat. Dikarenakan intensitas penggunaan tanahnya lebih tinggi tersebut maka kota senantiasa menjadi pusat aktivitas bagi daerah sekitarnya. Intesitas penggunaan tanah juga ditunjukkan oleh ukuran setiap unit penggunaan tanah yang umumnya lebih kecil dibandingkan oleh ukuran penggunaan tanah pedesaan. Misalnya, rumah, toko, pasar, dan kantor luasnya relative kecil dibandingkan sawah, hutan, dan perkebunan.

Kedua, kota dalam pengertian administrasi pemerintahan diartikan secara khusus yaitu suatu bentuk pemerintah daerah yang mayoritas wilayahnya merupakan daerah perkotaan. Wilayah kota secara administrative tidak selalu semuanya berupa daerah terbangun perkotaan, tetapi umumnya juga masih mempunyai bagian wilayah yang berciri pedesaan. Wilayah administrative pemerintah kota dikelola oleh pemerintah kota yang bersifat otonom dan kedudukannya sejajar dengan pemerintah kabupaten.

Pengertian kota dalam batasan administrasi banyak digunakan dalam manajemen kota karena dalam melaksanakan manajemen lebih sering dibatasi dalam lingkup wilayah administrasi. Akan tetapi, dalam kegiatan sehari-hari masyarakat tidak peduli dengan batasan administrasi tersebut karena mereka bebas melakukan kegiatan lintas batas. Penamaan hasil kegiatan manusia yang berwujud kenampakan fisik perkotaan juga tidak mengenal batas administrasi, tetapi lebih mengutamakan fungsionalnya. Contoh, Pelabuhan Udara Soekarno-Hatta dianggap sebagai pelabuhan udara Jakarta, walaupun secara administratif masuk Kabupaten Tangerang. Demikian juga Pelabuhan Udaha Juanda adalah sebagai pelabuhan udara Surabaya, walaupun letaknya di Kabupaten Sidoarjo. Oleh karena itu, pemerintah kota dalam melaksanaakn manajemen wilayah perkotaan perlu koordinasi atau kerjasama dengan wilayah di sekitarnya. Koordinasi atau kerjasama ini bukan karena masalah fungsi internal kota, tetapi juga karena kota mempunyai fungsi eksternal, yaitu fungsi layanan ke wilayah sekitarnya. 3. Wilayah dan Daerah

Dalam arti fisik keruangan, wilayah dan daerah mempunyai pengertian yang sama sebagai terjemahan dari region, suatu hamparan luas sebagai kumpulan dari lokasi-lokasi atau areal-areal baik mencakup cirri perkotaan maupun pedesaan. Penggunaan istilah wilayah atau daerah digunakan untuk dua keadaan yang berbeda, yaitu sebagai berikut :1. Untuk menyatakan adanya kondisi geografis yang homogeny

Contohnya wilayah/daerah pesisir, wilayah/daerah rawa, wilayah/daerah pertanian dan sebagainya. Penggunaan istilah wilayah di sini sering berhubungan dengan proses evaluasi potensi suatu kota atau daerah sebagai bahan perencanaan. Para ahli geografi menyebutkan wilayah dengan dasar homogenitas sebagai wilayah formal.

2. Untuk menyatakan adanya kelompok fungsional

Contohnya, wilayah/daerah pelayanan, wilayah/daerah pemasaran, dan sebagainya. Para ahli geografi menyebutkan wilayah dengan dasar kelompok fungsional sebagai wilayah fungsional. Pada pengertian ini dikenal adanya pusat kegiatan (nodes) dan hointerland-nya. Misalnya, wilayah pelayanan air minum ditunjukkan dengan adanya jaringan pipa air minum yang menghubungkan pusat kegiatan dengan hinterland-nya.

Dalam pengertian kelompok fungsional wilayah ini, juga digunakan untuk membedakan wilayah berdasarkan pergerakan penduduknya dalam kegiatan sehari-hari, dikenal ada wilayah sebagai penyerap dan ada yang berperan sebagai penyedia manusia. Pergerakan penduduk ini terdiri atas migrasi tetap, migrasi temporer, dan penglaju. 4. Manajemen Kota

Manajemen kota dan wilayah memberikan dua pengertian yang berbeda dalm hal objek. Pertama, dimaksudkan sebagai manajemen terhadap kota dan wilayah sekitarnya sebagai suatu kesatuan pengelolaan. Kedua, berarti manajemen pada dua objek yang berbeda, yaitu sebagai manajemen kota dan sebagai manajemen wilayah. Lingkup kegiatan manajemen kota dan wilayah berkaitan erat dengan kegiatan penataan ruang. Dalam penataan ruang mencakup 3 proses yaitu :a. Perencanaan tata ruang,

b. Pemanfaatan ruang, dan

c. Pengendalian pemanfaatan ruang.A. Perkembangan Kota

1. Pola-pola perkembangan kota

Sesuai dengan perkembangan penduduk perkotaan yang senantiasa mengalami peningkatan, maka tuntutan akan kebutuhan kehidupan dalam aspek ekonomi, sosial, budaya, politik dan teknologi juga terus mengalami peningkatan, yang semuanya itu mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan ruang perkotaan yang lebih besar. Oleh karena ketersediaan ruang di dalam kota tetap dan terbatas, maka meningkatnya kebutuhan ruang untuk tempat tinggal dan kedudukan fungsi-fungsi selalu akan mengambil ruang di daerah pinggiran kota (fringe area). Gejala penjalaran areal kota ini disebut sebagai invasion dan proses perembetan kenampakan fisik kota ke arah luar disebut sebagai urban sprawl (Northam dalam Yunus, 1994). Secara garis besar menurut Northam dalam Yunus (1994) penjalaran fisik kota dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut :a. Penjalaran fisik kota yang mempunyai sifat rata pada bagian luar, cenderung lambat dan menunjukkan morfologi kota yang kompak disebut sebagai perkembangan konsentris (concentric development).

b. Penjalaran fisik kota yang mengikuti pola jaringan jalan dan menunjukkan penjalaran yang tidak sama pada setiap bagian perkembangan kota disebut dengan perkembangan fisik memanjang/linier (ribbon/linear/axial development).

c. Penjalaran fisik kota yang tidak mengikuti pola tertentu disebut sebagai perkembangan yang meloncat (leap frog/checher board development).

Jenis penjalaran fisik memanjang/linier yang dikemukakan oleh Northam sama dengan Teori Poros yang dikemukakan oleh Babcock dalam Yunus (1994), yaitu menjelaskan daerah di sepanjang jalur transportasi memiliki mobilitas yang tinggi, sehingga perkembangan fisiknya akan lebih pesat dibandingkan daerah-daerah di antara jalur transportasi.

Pola pemekaran atau ekspansi kota mengikuti jalur transportasi juga dikemukakan oleh Hoyt dalam Daldjoeni (1998), secara lengkap pola pemekaran atau ekspansi kota menurut Hoyt, antara lain, sebagai berikut :

1. Perluasan mengikuti pertumbuhan sumbu atau dengan kata lain perluasannya akan mengikuti jalur jalan transportasi ke daerah-daerah perbatasan kota. Dengan demikian polanya akan berbentuk bintang atau star shape.

2. Daerah-daerah hinterland di luar kota semakin lama semakin berkembang dan akhirnya menggabung pada kota yang lebih besar.

3. Menggabungkan kota inti dengan kota-kota kecil yang berada di luar kota inti atau disebut dengan konurbasi.

Senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Northam dalam Yunus (1994), mengenai perkembangan fisik kota secara konsentris, Branch (1995) mengemukakan enam pola perkembangan fisik kota, secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut :

Selanjutnya berdasarkan pada kenampakan morfologi kota serta jenis penjalaran areal kota yang ada, menurut Hudson dalam Yunus (1994) mengemukakan beberapa model bentuk kota, yaitu sebagai berikut :a. Bentuk satelit dan pusat-pusat baru. Bentuk ini menggambarkan kota utama yang ada dengan kota-kota kecil di sekitarnya terjalin sedemikian rupa, sehingga pertalian fungsional lebih efektif dan lebih efisien.

b. Bentuk stellar atau radial. Bentuk kota ini untuk kota yang perkembangan kotanya didominasi oleh ribbon development.

c. Bentuk cincin, terdiri dari beberapa kota yang berkembang di sepanjang jalan utama yang melingkar.d. Bentuk linier bermanik, pertumbuhan areal-areal kota hanya terbatas di sepanjang jalan utama dan pola umumnya linier. Pada pola ini ada kesempatan untuk berkembang ke arah samping tanpa kendala fisikal.

e. Bentuk inti/kompak, merupakan bentuk perkembangan areal kota yang biasanya didominasi oleh perkembangan vertikal.

f. Bentuk memencar, merupakan bentuk dengan kesatuan morfologi yang besar dan kompak dengan beberapa urban centers, namun masing-masing pusat mempunyai grup fungsi-fungsi yang khusus dan berbeda satu sama lain.

Berdasarkan pendapat para ahli yang dikemukakan di atas, tentang pola-pola perkembangan fisik kota, pada dasarnya memiliki banyak persamaan. Namun secara umum pola perkembangan fisik kota dapat dibedakan menjadi perkembangan memusat, perkembangan memanjang mengikuti pola jaringan jalan dan perkembangan meloncat membentuk pusat-pusat pertumbuhan baru.B. Teori dalam Struktur Ruang Kota

1. Teori Konsentris Ernest W. Burgess

Gambar Pola Struktur Ruang Kota Teori Konsentris

Teori Konsentris yang diciptakan oleh E.W. Burgess didasarkan pada pengamatanya di Chicago pada tahun 1925, E.W. Burgess menyatakan bahwa perkembangan suatu kota akan mengikuti pola lingkaran konsentrik, dimana suatu kota akan terdiri dari zona-zona yang konsentris dan masing-masing zona ini sekaligus mencerminkan tipe penggunaan lahan yang berbeda.Keterangan :1. Daerah pusat bisnis atauThe Central Bussiness District (CBD)2. Daerah Transisi atauThe Zone of Transition3. Daerah pemukiman para pekerja atauThe Zone of Workkingmens homes4. Daerah tempat tinggal golongan kelas menengah atauThe Zone of Middle Class Develiers5. Daerah tempat tinggal masyarakat berpenghasilan tinggi.6. Daerah para penglaju atauThe Commuters Zone2. Teori Inti Berganda Harris dan Ullman

Gambar Pola Struktur Ruang Kota Teori Inti BergandaKeterangan:

1. Pusat kota atau Central busness Distrik (CBD)

2. Kawasan niaga dan industry pangan

3. Kawasan murbawisma, tempat tinggal berkualitas rendah

4. Kawasan madyawisma, tempat tinggal berkualitas menengah

5. Kawasan adiwisma, tempat tinggal berkualitas tinggi

6. Pusat industry berat

7. Pusat niaga perbelanjaan di pinggiran

8. Upkota, untuk kawasan masyawisma dan adiwisma

9. Upakota (suburb) kawasan industri

Teori Pusat Berganda (Multiple Nuclei Zone Teory) menurut R.D. McKenzie menerangkan bahwa kota meliputi: pusat kota, kawasan kegiatan ekonomi, kawasan hunian, dan pusat lainnya. Pola ini umumnya berlaku untuk kota-kota yang agak besar

Teori Pusat Berganda (Harris dan Ullman,1945) menyatakan bahwa DPK atau CBD adalah pusat kota yang letaknya relatif di tengah-tengah sel-sel lainnya dan berfungsi sebagai salah satu growing points. Zona ini menampung sebagian besar kegiatan kota, berupa pusat fasilitas transportasi dan di dalamnya terdapat distrik spesialisasi pelayanan, seperti retailing distrik khusus perbankan, teater dan lain-lain (Yunus, 2000:49). Namun, ada perbedaan dengan dua teori yang disebutkan di atas, yaitu bahwa pada Teori Pusat Berganda terdapat banyak DPK atau CBD dan letaknya tidak persis di tengah kota dan tidak selalu berbentuk bundar.

Multi-Nuclei Teori, dalam ilmu sosial, sebuah model perkotaan di lahan yang tumbuh dari beberapa kota mandiri poin dibandingkan dari satu pusat bisnis. Setiap titik yang bertindak sebagai pusat pertumbuhan untuk suatu jenis pemanfaatan lahan, seperti industri, ritel, atau berkualitas tinggi perumahan. Karena memperluas, mereka bergabung untuk membentuk satu wilayah kota. Berbagai-nuclei adalah yang paling rumit di kota-tanah menggunakan model dan satu-satunya yang memberikan beberapa informasi tentang perkembangan kota-kota di negara berkembang.Teori dibentuk berdasarkan gagasan bahwa ada orang yang lebih besar akibat peningkatan gerakan kepemilikan mobil. Meningkatkan gerakan ini memungkinkan untuk spesialisasi daerah pusat (misalnya, industri berat, bisnis taman). Perkotaan adalah struktur pengaturan penggunaan tanah di perkotaan. Sociologists, ekonom, dan geographers telah mengembangkan beberapa model, di mana menjelaskan berbagai jenis usaha dan masyarakat cenderung ada di dalam perkotaan pengaturan. Tiga model yang dijelaskan dalam artikel ini. Struktur perkotaan juga dapat merujuk pada struktur tata ruang perkotaan, yang kekhawatiran pengaturan dari ruang publik dan swasta di kota-kota dan sudut konektivitas dan aksesibilitas3. Teori Sektoral Humer Hyot

Gambar Pola Struktur Ruang Kota Teori Sektoral

Teori ini menyatakan bahwa DPK atau CBD memiliki pengertian yang sama dengan yang diungkapkan oleh Teori Konsentris. Teori ini dikemukakan oleh HOMER HOYT. Isi dari teori ini adalah bahwa unit-unit kegiatan di perkotaan tidak mengikuti zona-zona teratur secara konsentris, tetapi membentuk sektor-sektor yang sifatnya lebih bebas.

keterangan:1. Sektor pusat kegiatan bisnis yang terdiri atas bangunan-bangunan kontor, hotel, bank, bioskop, pasar, dan pusat perbelanjaan.2. Sektor kawasan industri ringan dan perdagangan.

3. Sektor kaum buruh atau kaum murba, yaitu kawasan permukiman kaum buruh.

4. Sektor permukiman kaum menengah atau sektor madya wisma.

5. Sektor permukiman adi wisma, yaitu kawasan tempat tinggal golongan atas yang terdiri dari para eksekutif dan pejabat.

teori ini berpendapat :

1. Daerah-daerah yang memiliki harg atanah atau sewa tanah tinggi biasanya terletak di luar kota.

2. Daerah-daerah yang memiliki sewa tanah dan harga tanah rendah merupakan jakur-jalur yang bentuknya memanjang dari pusat kota ke daerah perbatasan

BAB III

GAMBARAN UMUMA. Sejarah Kota SurakartaSolo, atau Surakarta, merupakan nama sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Tengah. Kota ini terletak pada jalur strategis, yang mempertemukan jalur dari arah Jakarta ke Surabaya atau Bali, dari arah Semarang dan dari Yogyakarta menuju Surabaya dan Bali, atau sebaliknya. Dapat dikatakan Kota Surakarta adalah salah satu daerah yang masih kental unsur tradisinya selain Kota Yogyakarta. Kota yang masih lekat warisan budayanya, ini terlihat dari masih banyak ritual adat yang diadakan secara rtuin dan bangunan peninggalan jaman dulu yang masih berdiri.

Bermula dari sebuah desa yang dihuni oleh seorang Kyai yang bernama Ki Gedhe Sala, akhirnya dalam perkembangannya dikenal sebagai Kota Solo. Sejarah diawali dengan rusaknya Keraton Kartasura akibat pemberontakan Geger Pecinan, yaitu pemberontakan RM Garendi yang dibantu Adipati Maropuro dan barisan pemberontak Cina. Dengan rusaknya keraton tersebut maka pada tahun 1744 Desa Sala dipilih oleh Sunan Paku Buwana II menjadi ibukota kerajaan yang kemudian disebut Surakarta Hadiningrat. Prosesi pindahnya Keraton Kartasura ke Surakarta dilaksanakan pada hari Rabu Pahing, tanggal 14 Suro 1670 atau tanggal 17 Pebruari 1745 pada kalender masehi. Dengan demikian secara resmi Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pakoe Boewono II bertahta di Keraton Surakarta Hadiningrat. Selanjutnya sebagai tonggak sejarah, maka tanggal itu pulalah yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Jadi Kota Sala. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia sebagai Negara, selanjutnya dalam perkembangannya Surakarta telah memenuhi standar kriteria sebagai Daerah Otonom berdasarkan UU Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kota Besar dalam lingkungan Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Daerah Istrimewa Yogyakarta yang disebut dengan Daerah Kota Madya Surakarta. Kemudian berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah, Kotamadya Surakarta disebut Daerah Tingkat II dan UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah yang disempurnakan dengan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagai Kota Surakarta. Kota Surakarta biasa disebut juga nagari oleh penduduk kabupaten-kabupaten di sekitarnya, karena kota ini dulunya menjadi pusat kerajaan Surakarta Hadiningrat. Pada jaman kemerdekaan, Kota Solo menjadi pusat dari Karesidenan Surakarta, dan ketika masa pemerintahan Orde Baru, status Kota Surakarta tidak lagi menjadi pusat Karesidenan karena dihapus oleh Pemerintah. Sampai sekarang sebutan Karesidenan Surakarta tersebut sudah tidak ada dan secara kelembagaan Karesidenan Surakarta sudah diganti dengan Badan Koordinator Wilayah dan masih menjadi pusat budaya maupun spiritual bagi masyarakat Kota Sala pada khusunya dan Jawa Tengah pada umumnya. Kota Surakarta memiliki potensi budaya dan ekonomi yang telah dikenal sampai keluar daerah terutama di bidang pariwisata dan perdagangan. Potensi wisata di Surakarta tidak hanya meliputi wisata sejarah seperti Keraton Surakarta, Pura Mangkunegaran dan Museum Radyapustaka, ataupun wisata belanja terutama batik di Pasar Klewer, Kampung Batik Laweyan, Kampung Batik Kauman, Pusat Grosir Solo dan Beteng Plaza, tetapi juga event-event wisata yang telah menjadi acara tahunan di kota ini, seperti Solo Batik Carnival, Sekatenan, Karnaval Wayang dan lain-lain.B. Demografi dan Letak Geografis kota Surakarta

Gambar : Peta Wilayah Kota Surakarta

Kota Surakarta yang dikenal dengan sebutan Kota Soloterletak di Provinsi Jawa Tengah. Kota ini mempunyai luas wilayah 44.04 km2. terdiri atas 5 (lima) kecamatan, 51 kelurahan, 602 Rukun Warga (RW) dan 2.708 Rukun Tetangga (RT). Kelima kecamatan tersebut adalah Kecamatan Laweyan, Serengan, Pasarkliwon, Jebres dan Banjarsari.Kecamatan Banjarsari merupakan kecamatan terbesar dengan luas wilayah 14,81 km2. atau 33,63 persen dari luas Kota Surakarta, Kecamatan Serengan merupakan Kecamatan dengan luas wilayah terkecil yaitu 3,19 km2.Kota Surakarta terletak antara 110 45 35 Bujur Timur, 7 36 00 dan 7 56 00 Lintang Selatan. Wilayah ini merupakan dataran rendah dengan ketinggian 92 meter dari permukaan laut dan dilalui oleh sungai Pepe, Jenes dan Bengawan Solo. Kota Surakarta berbatasan dengan kabupaten lain yaitu: 1. Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali2. Sebelah Timur: berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar 3. Sebelah Selatan: berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar 4. Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Klaten,Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo.Jumlah penduduk Kota Surakarta pada tahun 2012 adalah 545.653 jiwa, terdiri dari 266.724 laki-laki dan 278.929 perempuan. Rasio jenis kelamin Kota Surakarta 95,62 persen, ini menunjukkan bahwa penduduk laki-laki lebih sedikit dibandingkan dengan penduduk perempuan. Jika dikaitkan dengan kelompok umur nampak bahwa proporsi penduduk perempuan yang lebih besar berada pada kelompok-kelompok umur tua.Sehingga untuk perencanaan pembangunan kependudukan di bidang kesehatan, kelompok manula perempuan ini menjadi penting mengingat pada umumnya manula perempuan lebih tidak sejahtera dibandingkan dengan manula laki-laki. Penduduk terbesar kota Surakarta terdapat di Kecamatan Banjarsari yaitu 173.145 jiwa dan terkecil di Kecamatan Serengan 52.998 jiwa. Kepadatan penduduk cukup tinggi yaitu mencapai 12.390 jiwa/km2, sehingga jika laju pertambahan penduduk tidak dikendalikan, maka Kota Surakarta akan menjadi semakin padat. Angka ketergantungan penduduknya sebesar 38,74 persen. Jumlah penduduk tahun 2012 sebesar 545.653 jiwa jika dibandingkan dengan jumlah penduduk tahun 2011 sebesar 536.498 jiwa maka mengalami pertambahan sebesar 9.155 jiwa dalam 1 (satu) tahun yaitu dari akhir Bulan Desember 2011 sampai Bulan Desember 2012. Jadi pertambahan penduduk Kota Surakarta adalah 1,69 persen. Salah satu tradisi yang berlangsung turun temurun dan semakin mengangkat nama daerah ini adalah membatik. Seni dan pembatikan solo menjadikan daerah ini menjadi pusat batik di Indonesia.Pariwisata dan perdagangan ibarat dua sisi mata uang, sektor pariwisata tidak akan ada artinya bila didukung sektor perdagangan, minimal keberadaan perdagangan cendera mata dan kerajinan khas daerah menjadikan pariwisata semakin berdenyut. Berbeda dengan kegiatan perdagangan, sektor pertanian kurang bisa diandalkan, kebutuhan pokok seperti beras, sayur-sayurandan bahan dasar protein yang seharusnya terpenuhi melalui sektor ini harus bergantung dari daerah lain. Pemberdayaan sektor pertanian hampir tidak mungkin dapat dilakukan, sama sulitnya dengan mengembangkan wilayah permukiman akibat keterbatasan lahan.Secara kumulatif, sektor tersier yang terdiri dari usaha perdagangan, hotel, dan restoran,angkutan, dan komunikasi serta jasa-jasa menjadi andalan daerah. Terdapat beberapa industri pengolahan yang didominasi oleh industri rumahtangga, kebanyakan industri bergerak dalam bidang pembuatan bati dna pakaian jadi yang hasilnya tidak hanya dinikmati oleh pasar setempat dan nasional, tetapi juga pasar internasional.

(Sumber : Dispendukcapil.Surakarta.go.id)C. Visi dan Misi Kota Surakarta1. Visi

Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, khususnya dalam Pasal 1, angka 12 menyebutkan bahwa visi merupakan rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir perencanaan. Visi Kota Surakarta sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor: 2 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Surakarta Tahun 2005 2025 adalah: SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA. Penjelasan terhadap penjabaran visi tersebut adalah sebagai berikut:1. Surakarta sebagai Kota Budaya mengandung maksud bahwa pengembangan Kota Surakarta memiliki wawasan budaya dalam arti luas, dimana seluruh komponen masyarakat dalam setiap kegiatannya menjunjung tinggi nilai-nilai luhur, berkepribadian, demokratis-rasional, berkeadilan sosial, dan secara sosial memiliki budaya komunikasi yang baik, kekerabatan yang akrab dan wawasan budaya yang luas. Selain itu diupayakan pelestarian budaya dalam arti melestarikan, mempertahankan dan mengembangkan seni dan budaya yang telah ada serta melindungi cagar-cagar budaya.2. Kota Surakarta sebagai kota yang Mandiri, diartikan sebagai daerah yang mampu mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi dengan mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri, dengan mengoptimalkan berbagai potensi sumber daya yang dimiliki. 3. Kota Surakarta sebagai kota yang Maju, ditinjau dari berbagai indikator. Dari sisi indikator sosial misalnya, tingkat kemajuan suatu daerah dapat diukur dari kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki kepribadian dan aklaq mulia, berkualitas dengan tingkat pendidikan yang tinggi yang memiliki kemampuan untuk mengembangkan daya cipta rasa dan karsanya dalam mensikapi berbagai tantangan kehidupan4. Kota Surakarta sebagai kota yang Sejahtera, artinya memiliki dimensi lahir maupun batin, dimana sejahtera lahir diartikan terpenuhi segala kebutuhan sandang, pangan dan papan, terpenuhinya kebutuhan dasar di bidang pendidikan, kesehatan, dan tersedianya lapangan kerja sehingga dapat meningkatan pendapatan perkapita serta kemampuan daya beli.2. Misi

Misi Kota Surakarta sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Daerah KotA Surakarta Nomor: 2 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Surakarta Tahun 2005 2025 adalah sebagai berikut:1. Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas Sumber daya manusia yang berkualitas ditandai antara lain dengan semakin tingginya rata-rata tingkat pendidikan dan derajat kesehatan masyarakat, semakin tingginya kemampuan dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta berdaya saing tinggi.2. Mewujudkan Peningkatan Kualitas Pelayanan Umum

Peran dan fungsi pemerintahan daerah adalah meningkatkan mutu pelayanan umum di berbagai aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 3. Mewujudkan Keamanan dan Ketertiban

Keamanan dan ketertiban sangat menentukan keberhasilan pembangunan di segala bidang. 4. Mewujudkan Perekonomian Daerah yang Mantap

Perekonomian daerah yang mantap sangat menentukan keberhasilan pembangunan daerah. Perekonomian daerah yang mantap ditandai dengan semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita serta membaiknya struktur perekonomian masyarakat.5. Mewujudkan Lingkungan Hidup yang Baik dan Sehat

Lingkungan hidup yang baik dan sehat ditandai dengan semakin meningkatnya ruang-ruang publik yang dipergunakan sesuai dengan fungsinya.

6. Mewujudkan Perlindungan Sosial

Pembangunan daerah harus dapat menjamin terciptanya perlindungan sosial bagi seluruh warga masyarakat dengan melibatkan secara aktif pemberdayaan masyarakat.

7. Mewujudkan ketersediaan sarana dan prasarana perkotaan yang cukup dan

berkualitas

Kebutuhan sarana dan prasarana perkotaan yang cukup yang meliputi pemenuhan kebutuhan perumahan layak dan dapat terjangkau, sarana prasarana lingkungan seperti sanitasi, ruang hijau, air bersih dan persampahan, sarana telekomunikasi, sarana perhubungan dan transportasi, sarana prasarana berkaitan dengan energi alternatif dan tenaga listrik yang dibutuhkan masyarakat luas.

BAB IV

PEMBAHASAN

Kota Surakarta merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang mengalami perkembangan secara besar. Pembentukan kota Surakarta dimulai dari adanya kraton sebagai pusat pemerintahan, pusat kebudayaan kota Surakarta. Kota ini terletak pada jalur strategis, yang mempertemukan jalur dari arah Jakarta ke Surabaya atau Bali, dari arah Semarang dan dari Yogyakarta menuju Surabaya dan Bali, atau sebaliknya. Dapat dikatakan Kota Surakarta adalah salah satu daerah yang masih kental unsur tradisinya selain Kota Yogyakarta. Sehingga dapat diperkirakan bahwa sector Pariwisata dan perdagangan yang paling memungkinkan, sektor pariwisata tidak akan ada artinya bila didukung sektor perdagangan, minimal keberadaan perdagangan cendera mata dan kerajinan khas daerah menjadikan pariwisata semakin berdenyut.A. Pola Perkembangan Kota Surakarta

Dari teori struktur ruang kota yang sudah dijabarkan diatas, terdapat tiga teori yang terkenal yaitu teori konsentris, teori sektoral, dan inti berganda. Dari analisa berdasar penelitian yang dilakukan terhadap perkembangan kota Surakarta kelompok kami mengasumsikan bahwa Kota Surakarta mengacu pada Teori inti Berganda Harris dan Ullman.

Pariwisata adalah sector yang paling dimanfaatkan Kota Surakarta. Selain itu Solo juga sedang menggalakan dari perdagangan dan bangunan. Ini dapat dilihat dari pertahun 2010 Surakarta banyak membangun mall dan hotel didaerah sekitar selatan kecamatan Banjarsari yakni daerah Ketalan, kestalan, Setabelan atau sekitar utara daerah Kecamatan Pasar Kliwon dan Kecamatan serengan seperti daerah Kauman, kampung baru dan Kemlayan. Seperti dapat dilihat dari Sekitar Stasiun Solo Balapan terdapat Solo Paragon mall, Solo Grand mall, dan perhotelan seperti Solo Paragon hotel, Hotel Sahid jaya dll.

Yang menjadi destinasi terbesar dari sector wisata adalah Keraton Solo yang didukung dengan beberapa pasar tradisional dan banyak sekali pertokoan industry batik yang berkembang. Salah satunya adalah pasar klewer yang terkenal dengan barang tekstilnya namun belum lama ini baru saja terbakar dan Pasar gading yang dekat dengan alun-alun. Ada pula wilayah-wilayah di sekitar Slamet Riyadi yang banyak terdapat pusat-pusat pertokoanB. Perkembangan Kota SurakartaSecara garis besar, berdasarkan kharakter penduduknya perbedaan besar wilayah di Solo terbagi menjadi 2 wilayah yaitu wilayah Utara (sebagian Kecamatan Laweyan, Banjarsari, dan Jebres) dan wilayah selatan (sebagian Kecamatan Laweyan, Serengan dan Pasar Kliwon). Wilayah utara adalah wilayah baru yang bisa dikatakan wilayah pengembangan, karena wilayah ini masih banyak terdapat banyak lahan yang bisa digunakan untuk pemukiman ataupun lahan terbuka. Sedangkan di wilayah selatan merupakan wilayah yang padat tidak terdapat cukup ruang untuk pengembangan.Wilayah utara, karena merupakan banyak lahan untuk pengembangan maka sebagian besar penduduk adalah pemukim baru yang menempati perumahan-perumahan yang dibangun oleh developer dan siap pakai. Kondisi demikian banyak ditemui di Kelurahan Mojosongo, Kadipiro, Banyuanyar, atau Karangasem. Penduduk asli terkonsentrasi dalam beberapa wilayah kecil di tengah kelurahan tersebut. Penduduk baru sebagian besar bekerja di sektor swasta atau wirausaha, sedangkan penduduk asli selain bekerja di sektor informal, ada beberapa kerajinan serta pertanian.

Wilayah Selatan, daerah ini memiliki banyak pusat ekonomi. Wilayah ini sangat padat pemukiman penduduk disamping banyaknya pertokoan, dan juga gedung institusi atau pusat perbelanjaan baik pasar maupun mall. Wilayah selatan ini terdapat banyak kelurahan yang masih bersinggungan erat dengan keraton Surakarta, sehingga banyak penduduk yang statusnya magersari. Dimana dia menempati halaman rumah milik punggawa keraton (Kanjengan) dengan mendirikan tempat tinggal disekitarnya. Penduduk magersari paling banyak ditemui di Kelurahan Baluwarti karena berada didalam Beteng keraton sehingga semua penduduknya berstatus magersari. Selain banyaknya pemukim magersari, wilayah ini menjadi pusat urbanisasi karena banyaknya pusat-pusat ekonomi yang dapat ditemui di wilayah ini.Apabila mencari kelurahan yang memiliki pola penghidupan homogen di Kota Surakarta agak sulit sebab Kota Solo bisa dikatakan sebagai Kota Wisata, tempat transit para pelaku usaha besar antara Jakarta Jawa tengah, Jogjakarta maupun Surabaya (Jawa Timur) dan sebaliknya. Sehingga rata-rata mata pencaharian penduduknya sudah mix antara sektor formal dan informal. Beberapa kelurahan yang dipinggiran sebenarnya berkarakteristik desa tapi budaya serta infrastrukturnya sudah kota.Faktor pendorong perubahan penggunaan lahan pertahanan kota antara lain mencakup segi-segi kebutuhan sebagai berikut :1. Penambahan lahan untuk permukiman dan perumahan2. Penambahan daerah industry baru di daerah kurang berkembang.3. Perluasan dan penambahan panjang jalan untuk fasilitas sarana transportasi4. Fasilitas perdagangan seperti jumlah pasar, pertokoan, swalayan, mall dan sebagainya

5. Fasilitas pendidikan seperti gedung persekolahan

6. Fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, klinik, dan tempat pengobatan

7. Fasilitas peribadatan seperti masjid, mushola, dan gereja

8. Fasilitas kelembagaan seperti perkantoran baik pemerintah maupun swasta

9. Fasilitas olahraga seperti gor, dan stadion

10. Fasilitas hiburan seperti gedung bioskop, gedung kesenian, gedung pertemuan, perhotelan dan sebagaianya.C. Sektor Pariwisata penyokong Sektor Perhotelan dan Perdagangan

Keragaman destinasi pariwisata dan banyaknya hotel untuk akomodasi di Kota Surakarta di banding dengan daerah lain di sekitarnya, menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Dari sisi persentase, yaitu dalam bentuk rasio Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Total Pendapatan Daerah di Kota Surakarta, mempunyai nilai tertinggi dibanding daerah lain di kawasan Soloraya, dan masih memungkinkan untuk berkembang di masa-masa mendatang. Penataan Pasar Tradisional secara baik telah mampu menumbuhkan perekonomian rakyat dan mampu menyumbang pada perolehan Pendapatan Asli Daerah (PAD).Industri batik menjadi salah satu industri khas Surakarta. Sentra kerajinan batik dan perdagangan batik antara lain di Laweyan dan Kauman. Pasar Klewer serta beberapa pasar batik tradisional lain menjadi salah satu pusat perdagangan batik di Indonesia. Perdagangan di Solo berada di bawah naungan Dinas Industri dan Perdagangan.

Selain Pasar Klewer, Solo juga memiliki banyak pasar tradisional, di antaranya Pasar Gedhe (Pasar Besar), Pasar Legi, dan Pasar Kembang. Pasar-pasar tradisional yang lain menggunakan nama-nama dalam bahasa Jawa, antara lain nama pasaran (hari) dalam bahasa Jawa: Pasar Pon, Pasar Legi, sementara Pasar Kliwon saat ini menjadi nama kecamatan dan nama pasarnya sendiri berubah menjadi Pasar Sangkrah. Selain itu ada pula pasar barang antik yang menjadi tujuan wisata, yaitu Pasar Triwindu (setiap Sabtu malam diubah menjadi Pasar Ngarsopuro) serta Pasar Keris dan Cenderamata Alun-Alun Utara Keraton Solo.Pusat bisnis kota Solo terletak di sepanjang jalan Slamet Riyadi. Beberapa bank, hotel, pusat perbelanjaan, restoran internasional, hingga tujuan wisata dan hiburan terletak di sepanjang jalan protokol ini. Pada hari minggu pagi, jalanan Slamet Riyadi khusus ditutup untuk kendaraan bermotor (Solo Car Free Day) sebagai bagian dari tekad pemda untuk mengurangi polusi. Beberapa mal modern di Solo antara lain Solo Square, Solo Grand Mall (SGM), Solo Paragon, Solo Center Point (SCP), Singosaren Plaza, Megaland Solo, Luwes.Solo memiliki beberapa pabrik yang mempekerjakan karyawan dalam jumlah yang besar antara lain Sritex, Konimex, dan Jamu Air Mancur. Selain itu masih ada banyak pabrik-pabrik lain di zona industri Palur. Industri batik juga menjadi salah satu industri khas Solo.

Gambar : Salah satu mall di Solo, Solo Square mall

Dalam membangun kota Solo akan merealisasikan bentuk pembangunan Solo berkarakter dan sekaligus sebagai kota percontohan. Pembangunan kota Solo harus diapresiasi dan menjadikan Solo sebagai ikon pelestarian cagar budaya sebagai bagian implementasi jati diri kota yang kuat. Hal ini mengacu pada pemahaman "Solo Future is Solo Past" (Solo masa depan adalah Solo masa lalu). Untuk mencegah punahnya kota lama maka Pemkot Solo menggalakkan revitalisasi bangunan kuno yang masih ada, misalnya Masjid Agung, Gedung Bank Indonesia, Stasiun KA Jebres, dsb.Sementara pejabat humas Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Solo, M.S.U. Adjie, mengakui wilayah Solo akan dikepung gedung tinggi yang didominasi hotel. Adjie mengingatkan kondisi itu dapat menguntungkan perekonomian Solo apabila dikelola maksimal. Dia berharap akan terjalin sinergi pemerintah, stakeholder, pelaku pariwisata, dan lain-lain.Pembangunan Solo berkarakter bersifat going on activities yang butuh kontinuitas bagi siapapun walikota yang akan memimpin Solo. Pembangunan Solo berkarakter tidak hanya akan meningkatkan citra kota tapi juga dapat memacu daya tarik wisata, terutama wisata sejarah dan budaya.Masterplan pembangunan Solo ke depan harus terkait dengan sektor pariwisata. Minat investor membangun hotel dan mall serta pusat perbelanjaan lainnya semakin meningkat seiring pesatnya pertumbuhan ekonomi dan pembangunan sejumlah infrastruktur.BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kota Surakarta adalah Kota Budaya yang penuh keragaman destinasi pariwisata dan banyaknya hotel untuk akomodasi di Kota Surakarta di banding dengan daerah lain di sekitarnya, menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Banyak dari peninggalan masa lalu dan kearifan local yang menjadi pesona demi daya saing dan mampu menjadi pemasukan daerah untuk kesejahteraan warganya sendiri.Dari segi pembangunan Solo sudah membuat geliat pertumbuhannya, lihat aja 4Megaproyek dibangun di Solo, yakni Ibis Hotel, Solo Center Point, Kusuma Mulia Tower serta Superblok Solo Paragon, hal ini sedikit banyak memberikan peluang perputaran uang lebih banyak lagi di Solo, mengingat Solo merupakan pusat industri dimana beberapa bisnisman dari luar kota memanfaatkan hotel sebagai tempat inap. Namun dari Rancangan dan sasaran pembangunan di Kota Solo harus berkarakter tidak hanya akan meningkatkan citra kota tapi juga dapat memacu daya tarik wisata, terutama wisata sejarah dan budaya.Masterplan pembangunan Solo ke depan harus terkait dengan sektor pariwisata. Minat investor membangun hotel dan mall serta pusat perbelanjaan lainnya semakin meningkat seiring pesatnya pertumbuhan ekonomi dan pembangunan sejumlah infrastruktur.Kebudayaan dan warisan masa lalu yang berhasil diturunkan kepada generasi sekarang menjadi keunggulan guna meningkatkan perkembangan Solo sendiri. Dari kentalnya Tradisi, Bangunan dan Kerajinan yang saling menyokong antara Pariwisata yang otomatis meningkatakan Pemasukan dari perhotelan, Perdagangan kerajinan dan cinderamata dan Sektor ekonomi lain yang berkembang sebagai imbas menjadi kota Transit.B. Saran

Solo merupakan salah satu kota besar dari tiga kota utama di provinsi Jawa Tengah. Saat ini, Solo sedang mengalami perkembangan pembangunan dan masyarakat ke arah yang lebih maju dan modern. Perkembangan yang terjadi terutama di bidang pembangunan membuat kota Solo rentan akan potensi masalah perkotaan. Solo di lewati oleh jalur utama antara Surabaya menuju Yogyakarta maupun sebaliknya. Hal ini menyebabkan sering terjadi kemacetan di pusat kota Solo saat jam kerja. Kemudian, Solo merupakan daerah dataran rendah potensi terjadinya banjir cukup besar di kota Solo.Banyaknya masalah yang berpotensi terjadi di Kota Solo mengindikasikan banyaknya hal yang akan menghambat perkembangan kemajuan kota tersebut. Pemerintahan dan lembaga terkait maupun masyarakat Kota Solo perlu meningkatkan kepekaan terhadap segala potensi untuk menyelesaikan masalah yang terjadi saat ini. Oleh karena itu, pemikiran yang bersifat inovatif dan berwawasan lingkungan serta dapat menyelesaikan semua masalah yang ada sangat dibutuhkan di kota Solo. Pemikiran ini bukan hanya idea tau angan-angan semata tetepi harus di wujudkan dengan aksi nyata.Untuk mewujudkan permukiman dan perkotaan yang lebih baik, salah satu strateginya adalah dengan mengembangkan kota berwawasan lingkungan hijau (Eco-green) yang dapat mendorong pembangunan kota secara berkelanjutan (sustainable city). Artinya, pembangunan kota diarahkan untuk dapat melayani kebutuhan penduduknya dan menjaga lingkungan kota, sekaligus menjamin kelayakan kehidupan penduduknya dimasa mendatang. Jadi dalam upaya pengembangan Kota Solo jangan sampai melalaikan dampak lingkungan yang mungkin nantinya justru dapat merugikan. Selain itu Kebudayan yang kental harus selalu terjaga agar menjadi identitas dan menjadi cirri khas yang menjadi daya jual daerah.LAMPIRAN

Gambar Gedung Bank Indonesia

Gambar: Kampung batik Kauman Solo

Gambar: Keraton Solo

Gambar: Pasar barang antik Triwindu Solo

Gambar: Pasar barang antik Triwindu Solo 2