Manajemen Hama Penyakit Tanaman

4
Nama : Arin Ayuningsih NIM : 125040200111102 Kelas : L Pestisida sistemik (Systemic Pesticide): adalah pestisida yang diserap dan dialirkan ke seluruh bagian tanaman sehingga akan menjadi racun bagi hama yang memakannya. Kelebihannya tidak hilang karena disiram. Kelemahannya, ada bagian tanaman yang dimakan hama agar pestisida ini bekerja. Pestisida ini untuk mencegah tanaman dari serangan hama. Contoh: Neem oil. Bahan-bahan aktif yang dapat ditemui terkandung di dalam fungisida sistemik adalah Benomyl, Thiram, Carbendazim, Mancozeb, Oksadisil, Propineb, dan Metalaksil Fungisida sistemik dapat bertahan cukup lama di dalam tubuh tanaman, berkisar 1 minggu hingga 1 bulan tergantung dengan jenis bahan aktifnya. Selain lebih toleran terhadap pengaruh cuaca seperti hujan yang dapat membasuh residu fungisida pada permukaan tubuh tanaman, fungisida sistemik juga tidak memerlukan pemberian yang mensyaratkan terjadinya kontak langsung dengan cendawan pada saat pengaplikasiannya. Pestisida Biologi adalah pestisida yang mengandung mikroorganisme seperti bakteri patogen, virus dan jamur. Pestisida biologi yang

Transcript of Manajemen Hama Penyakit Tanaman

Page 1: Manajemen Hama Penyakit Tanaman

Nama : Arin Ayuningsih

NIM : 125040200111102

Kelas : L

Pestisida sistemik (Systemic Pesticide): adalah pestisida yang diserap dan dialirkan ke seluruh

bagian tanaman sehingga akan menjadi racun bagi hama yang memakannya. Kelebihannya tidak

hilang karena disiram. Kelemahannya, ada bagian tanaman yang dimakan hama agar pestisida ini

bekerja. Pestisida ini untuk mencegah tanaman dari serangan hama.

Contoh: Neem oil.

Bahan-bahan aktif yang dapat ditemui terkandung di dalam fungisida sistemik adalah Benomyl,

Thiram, Carbendazim, Mancozeb, Oksadisil, Propineb, dan Metalaksil

Fungisida sistemik dapat bertahan cukup lama di dalam tubuh tanaman, berkisar 1 minggu

hingga 1 bulan tergantung dengan jenis bahan aktifnya. Selain lebih toleran terhadap pengaruh

cuaca seperti hujan yang dapat membasuh residu fungisida pada permukaan tubuh tanaman,

fungisida sistemik juga tidak memerlukan pemberian yang mensyaratkan terjadinya kontak

langsung dengan cendawan pada saat pengaplikasiannya.

Pestisida Biologi adalah pestisida yang mengandung mikroorganisme seperti bakteri patogen,

virus dan jamur. Pestisida biologi yang saat ini banyak dipakai adalah jenis insektisida biologi

(mikroorganisme pengendali serangga) dan jenis fungisida biologi (mikroorganisme pengendali

jamur). Jenis-jenis lain seperti bakterisida, nematisida dan herbisida biologi.

Berdasarkan asalnya, biopestisida dapat dibedakan menjadi dua yakni pestisida nabati

dan pestisida hayati.

Pestisida nabati merupakan hasil ekstraksi bagian tertentu dari tanaman baik dari daun,

buah, biji atau akar yang senyawa atau metabolit sekunder dan memiliki sifat racun

terhadap hama dan penyakit tertentu. Pestisida nabati pada umumnya digunakan untuk

mengendalikan hama (bersifat insektisidal) maupun penyakit (bersifat bakterisidal).

Page 2: Manajemen Hama Penyakit Tanaman

Pestisida hayati merupakan formulasi yang mengandung mikroba tertentu baik berupa

jamur, bakteri, maupun virus yang bersifat antagonis terhadap mikroba lainnya (penyebab

penyakit tanaman) atau menghasilkan senyawa tertentu yang bersifat racun baik bagi

serangga ( hama ) maupun nematoda (penyebab penyakit tanaman).

Pestisida dapat digolongkan menjadi bermacam-macam dengan berdasarkan fungsi dan asalnya.

Penggolongan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Fungisida Biologi (Biofungisida) berasal dari kata latin fungus atau kata Yunani spongos

yang berarti jamur, berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan.

Beberapa fungisida yang telah digunakan adalah:

Spora Trichoderma sp. digunakan untuk mengendalikan penyakit akar putih pada

tanaman karet dan layu fusarium pada cabai.

Gliocladium spesies G. roseum dan G. virens. untuk mengendalikan busuk akar

pada cabai akibat serangan jamur Sclerotium Rolfsii.

Bacillus subtilis yang merupakan bakteri saprofit mampu mengendalikan serangan

jamur Fusarium sp. pada tanaman tomat.

2.         Herbisida Biologi (Bioherbisida)

Termasuk dalam golongan herbisida ini ialah pengendalian gulma dengan menggunakan

penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri, jamur dan virus. Phytophthora palmivora yang

digunakan untuk mengendalikan Morrenia odorata, gulma pada tanaman jeruk. Colletotrichum

gloeosporioides digunakan pada tanaman padi dan kedelai.

3.         Insektisida Biologi (Bioinsektisida)

Berasal dari mikroba yang digunakan sebagai insektisida. Mikroorganisme yang

menyebabkan penyakit pada serangga tidak dapat menimbulkan gangguan terhadap hewan-

hewan lainnya maupun tumbuhan. Jenis mikroba yang akan digunakan sebagai insektisida harus

mempunyai sifat yang spesifik artinya harus menyerang serangga yang menjadi sasaran dan tidak

pada jenis-jenis lainnya. Mikroba patogen yang telah sukses dan berpotensi sebagai insektisida

biologi salah satunya adalah Bacillus thuringiensis.

Jenis insektisida biologi yang lainnya adalah yang berasal dari protozoa, Nosema locustae,

yang telah dikembangkan untuk membasmi belalang dan jangkrik. Cacing yang pertama kali

sebagai insektisida ialah Neoplectana carpocapsae. Insektisida ini digunakan untuk membunuh

semua bentuk rayap.

Page 3: Manajemen Hama Penyakit Tanaman

4.         Nematisida Biologi (Bionematisida), berasal dari kata latin nematoda atau bahasa

Yunani nema yang berarti benang, berfungsi untuk membunuh nematoda (semacam cacing

yang hidup di akar).