MANAJEMEN ASET

64

description

manajemen aset sektor pemerintah

Transcript of MANAJEMEN ASET

Page 1: MANAJEMEN ASET
Page 2: MANAJEMEN ASET

resume

MANAJEMEN KEUANGAN PEMERINTAH

Page 3: MANAJEMEN ASET

MANAJEMEN KAS NEGARA

"strategi dan proses- prosesnya untuk mengelola secara efektif dan efisien arus kas jangka pendek dan saldo kas yang ada dalam pemerintahan maupun antara pemerintah dengan sektor-sektor lain."

Tujuan manajemen kas:a. Mengontrol belanja secara keseluruhanb. Mengimplementasikan anggaran secara efisienc. Meminimalkan biaya pinjaman pemerintah d. Memaksimalkan opportunity cost sumber daya

Dasar Hukuma. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.b. UU Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah.c. PMK Nomor 192/PMK.05/2009 tentang Perencanaan Kasd. PMK Nomor : 03/PMK.05/2010 tentang Pengelolaan Kelebihan /Kekurangan

Kas.e. PMK Nomor : 05/PMK.05/2010 tentang Pengelolaan Rekening Milik

Kementerian Negara/ Lembaga/ Kantor/ Satuan Kerja f. PMK Nomor : 9/PMK.05/2009 tentang Pengelolaan Uang Negara di Bank

Indonesia.g. Keputusan Menteri Keuangan 17/KMK.05/2009 tentang Koordinasi

Pengelolaan Uang Negara.

Pihak-Pihak Terkait1. Menteri keuangan sebagai Chief Financial Officer (CFO) bertanggung jawab

untuk membuat perencanaan kas. Sumber data yang menjadi pedoman penyusunan perencanaan kas adalah:a. Perkiraan pencairan dana dan/atau perkiraan penerimaan dana dari

KPPN;b. Perkiraan penarikan dana dan perkiraan penyetoran dana dari unit eselon

I Kementerian Keuangan atau Kementerian Negara/Lembaga yang bertanggung jawab menangani penerimaan dan pengeluaran negara.

2. Direktur Jenderal Perbendaharaan selaku Kuasa BUN Pusata. Menetapkan sistem penerimaan dan pengeluaran Kas Negara;b. Menunjuk bank dan /atau lembaga keuangan lainnya dalam rangka

pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran angggaran negara;c. Mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam pelaksanaan

anggaran negara;d. Menyimpan dan menempatkan Uang Negara;e. Mengelola/menatausahakan investasi melalui pembelian Surat Utang

Negara;f. Melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat Pengguna

Anggaran atas beban Rekening Kas Umum Negara; dang. Menyajikan informasi keuangan negara.

Page 4: MANAJEMEN ASET

3. KPPN selaku Kuasa BUN Daerah Sesuai pasal 5 PP Nomor 39 Tahun 2007, Kuasa Bendahara Umum Negara di daerah bertugas :a. Menerima, menyimpan, membayar, menatausahakan, dan

mempertanggungjawabkan uang yang berada dalam pengelolaannya; dan/atau

b. Menerima, menyimpan, menyerahkan, mencatat, dan mempertanggungjawabkan surat berharga yang berada dalam pengelolaannya.

Perencanaan Kas Pemerintah

Dasar Hukum1. Penjelasan Undang-Undang No.1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Negara: Fungsi Utama Perbendaharaan : Perencanaan kas yang baik, mencegah kebocoran dan penyimpangan, pencarian sumber pembiayaan yang murah, pemanfaatan dana yang menganggur ( idle cash )

2. Peraturan pemerintah nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/daerah

3. Peraturan Menteri Keuangan nomor 192/PMK.05/2009 tentang Perencanaan Kas

4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 170/PMK.05/2010 tentang Penyelesaian Tagihan Atas Beban APBN pada Satuan Kerja

5. Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor Per-03/PB/2010 tentang Perkiraan Penarikan Dana Harian Satuan Kerja dan Perkiraan Pencairan Dana Harian KPPN

6. Surat Dirjen Perbendaharaan Nomor S-6813/PB/2010 tentang Penerapan Aplikasi Forecasting Satker (AFS) dan Aplikasi Forecasting KPPN (AFK) serta Perencanaan Kas Akhir Tahun 2010

Latar Belakang1. Pemerintah belum dapat mengetahui berapa besar penerimaan,

pengeluaran dan saldo kas, dalam harian, mingguan, dan bulanan.2. Pemerintah menyimpan sejumlah uang yang sangat besar (idle cash) di

Bank Indonesia dan di bank umum sebagai langkah antisipasi atas pengeluaran negara

3. Pelaksanaan Kegiatan pada satker belum dikaitkan dengan rencana penggunaan dana.

4. Manajemen kas tidak mungkin ada tanpa perencanaan kas yang baik

Tujuan1. BUN /Kuasa BUN dapat memastikan ketersediaan dana guna memenuhi

kewajiban negara 2. BUN/Kuasa BUN dapat mengambil tindakan dalam rangka mengoptimalkan

kelebihan kas atau menutupi kekurangan kas 3. Kementerian/Lembaga memperoleh dana “senilai” Perkiraan Penarikan Dana

untuk membiayai kegiatannya

Page 5: MANAJEMEN ASET

4. Kementerian/Lembaga memperoleh dana “sesuai dengan waktu” pelaksanaan kegiatan

Jenis Perencanaan Kas1. Perencanaan Kas Bulanan

Perkiraan Penarikan dana/penyetoran dana bulanan merupakan perkiraan dalam satu tahun anggaran yang dirinci dalam 12 bulan, Disampaikan paling lambat 10 hari kerja setelah pengesahan DIPA, Jika ada perubahan, Updating/pemutakhiran, disampaikan setiap bulan paling lambat 3 hari kerja sebelum bulan berkenaan

2. Perencanaan Kas MingguanPerkiraan Penarikan Dana/Perkiraan Penyetoran Dana Mingguan merupakan perkiraan dalam satu bulan yang dirinci dalam 4 periode/minggu. Disusun tiap dua bulan dan disampaikan paling lambat lima hari kerja sebelum minggu pertama perkiraan Updating/Pemutakhiran (jika ada perubahan) tiap bulan, paling lambat dua hari kerja sebelum minggu pertama perkiraan Perkiraan mingguan tidak menjadi batas maksimal penarikan dana satker, tetapi jumlah perkiraan mingguan dalam satu bulan harus sama dengan Perkiraan Penarikan Dana Bulanan.

3. Perencanaan Kas HarianPerkiraan Penarikan Dana Harian merupakan perkiraan dalam satu minggu yang dirinci dalam hari kerja pada minggu tersebut. Disusun tiap minggu dan disampaikan setiap hari Kamis minggu sebelumnya. Updating/Pemutakhiran, paling lambat satu hari kerja sebelumnya.

Sistem Pengeluaran dan Penerimaan Kas Sebelum ada TSA

Bagan Arus Uang

KPPN KBI IndukKPPN yang bermitra dengan KBI dalam satu kota dan melakukan transfer dana untuk membiayai pengeluaran anggaran pada KPPN lainnya.KPPN KBI non IndukKPPN dan KBI satu kota juga tapi tidak melakukan transfer dana untuk membiayai pengeluaran anggaran KPPN lainnyaBO I

Subyek

KPPN KBI

Induk

Non Induk

BO

BO I

Gaji

Non Gaji

BO II

BO III

SGG

Bank Persepsi

Page 6: MANAJEMEN ASET

bank yang ditunjuk oleh dirjen perbendaharaan untuk mengelola pengeluaran yang membebani rekening kas negara. Terdiri dari BO gaji dan Non gaji.BO IIBank yang ditunjuk oleh Dirjen Perbendaharaan yang melakukan pembayaran gaji untuk PNS pusat, TNI, dan PolriBO IIIbank yang ditunjuk Dirjen Perbendaharaan untuk mengelola PBB dan BPHTBSGG ( Sentral Giro Gabungan )mengelola penerimaan kas dan pengeluaran kas negara yang terdiri dari SGG penerimaan dan SGG PengeluaranBank Persepsimengelola/menampung seluruh penerimaan yang akan masuk kas negaraPada prinsipnya tidak jauh beda dengan aliran kas pada KPPN KBI, perbedaannya hanya fungsi BI ‘diambil alih’ oleh BO I serta adanya KPPN Induk.KPPN Non KBIKPPN yang lokasinya tidak satu kota dengan KBIBO Ibank yang ditunjuk oleh Dirjen Perbendaharaan yang berfungsi menerima dan menyalurkan dana daro/ke BI mitra KPPN induk serta menerima/menyalurkan dana ke BO II, BO III, dan SGG Pengeluaran baik gaji dan non gaji

Setelah Treasury Single Account (TSA)Latar BelakangAdanya kelemahan pada sistem sebelumnyaRekening Pengeluaran • Banyaknya dana menganggur karena pengeluaran tidak dilakukan tepat

waktu • Masih banyak uang negara yang berada dalam penguasaan K/L yang

tersimpan dalam rekening bank umum Rekening Penerimaan Terdapat dana yang tidak langsung disetor ke RKUN di BI selain menyalahi aturan juga menimbulkan Opportunity Cost

Tujuan TSA• Adanya pengendalian atas saldo kas dan aliran kas • Saldo kas setiap hari harus dikonsolidasi ke rekening TSA • Minimalisasi cash float • Transparansi

Landasan Hukum• UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Pasal 12 ayat (2) dan

Pasal 22 ayat (2) dan (3) • PP Nomor. 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah Pasal

14 ayat (2)

Page 7: MANAJEMEN ASET

• PMK No.98/PMK.05/2007 tentang pelaksanaan Rekening Pegeluatan Bersaldo Nihil pada Bank Umum Mitra Kerja KPPN dalam rangka penerapan TSA di 178 KPPN

Langkah-langkah Penerapan TSA• Mengkosolidasikan penyimpanan uang negara dalam 1 rekening yaitu

Rekening Kas Umum Negara (RKUN) • Semua penerimaan negara masuk RKUN dan semua pengeluaran negara

dibayar dari RKUN • Semua penerimaan negara harus dilimpahkan ke RKUN setiap hari • Tidak ada lagi dana mengendap di BO I, II, ada pada setiap akhir hari kerja.

Untuk pengeluaran, dana disediakan saat diperlukan untuk pembayaran. • Uang persediaan hanya diberikan untuk membiayai kegiatan operasional

sehari-hari dengan jumlah minimum. • Uang yang ada di BI dan Bank umum mendapat bunga sesuai ketentuan. • Pemberian imbalan jasa atas pelayanan BI dan Bank Umum untuk

penerimaan dan pengeluaran negara • Membuat perencanaan kas yang baik dan akurat. • Menempatkan uang yang idle di rekening yang mendapatkan bunga di BI/

bank umum atau melakukan investasi jangka pendek. • Mencari dana dengan tingkat bunga yang paling ekonomis atau menjual

SUN dengan harga yang menguntungkan untuk menutup kekurangan kas.

TSA untuk rekening pengeluaran

TSA untuk rekening penerimaan

Page 8: MANAJEMEN ASET

Best Practise Pelaksanaan TSA• Tidak ada dana ‘menganggur’ pada penerimaan dan pengeluaran • Sistem pembayaran elektronik untuk mendukung fungsi perbendaharaan • Adanya imbalan kepada bank atas penyediaan jasa perbankan• Bank sentral memberikan imbalan atas saldo TSA pemerintah

Rekening Kementerian Negara Lembaga

Rekening BUNMenkeu selaku BUN mengangkat Kuasa BUN untuk melaksanakan tugas

kebendaharaan Semua penerimaan dan pengeluaran negara dilakukan melalui Rekening Kas

Umum Negara Rekening Kas Umum Negara adalah sebuah rekening tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh BUN untuk menampung seluruh penerimaan negara dan membayar seluruh Pengeluaran negara pada Bank Sentral.Rekening pemerintah yang dikelola oleh BUN meliputi:1. Rekening pada BUN Pusat (rekening 502.000000, rekening valas dalam

bentuk USD)2. Rekening pada Kuasa BUN di Daerah (rekening 501.000000, rekening BOI,

BOII, BOIII, rekening di Bank Persepsi 3. Rekening Pemerintah Lainnya (RDI/RPD, rekening hasil minyak perjanjian

KPS)

Rekening Pengguna AnggaranMenteri/Pimpinan Lembaga/Gubernur/Bupati/Walikota mengangkat Bendahara Penerimaan dan Bendaraha Pengeluaran Menteri/Pimpinan Lembaga/Kepala kantor/Satker selaku Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran dapat membuka Rekening Penerimaan dan/atau Rekening Pengeluaran dengan persetujuan BUN Rekening Penerimaan dapat dibuka di Bank Sentral/Bank Umum/Kantor Pos Rekening Pengeluaran dapat dibuka di Bank Umum/Kantor Pos

Rekening Satuan KerjaKas Satker berasal dari Uang Persediaan dan penerimaan negara yang belum disetorkan ke rekening kas negara Sebelum melaporkan kas ke neraca diperlukan: pembukuan yang tertib, opname kas, dan rekonsiliasi bank Pengendalian internal meliputi seluruh penerimaan dan pengeluaran harus dibukukan pada Buku Kas Umum dan dilaporkan pada LRA dan Neraca SatkerNegara Selisih antara saldo kas menurut KPPN dengan Rekening Koran dapat terjadi karena TIME LAG dan ERROR sehingga dibutuhkan Rekonsiliasi Bank

Page 9: MANAJEMEN ASET

Rekening BLUSeluruh transaksi BLU yang tidak berasal dari APBN harus didukung oleh DIPA Pengesahan pendapatan dan belanja dilakukan setiap triwulan Pengendalian internal à seluruh Bank penerimaan dan pengeluaran harus

dilakukan lewat bank Pembukaan rekening di bank harus mendapatkan persetujuan BUN Saldo kas BLU juga dibukukan pada BUN (KPPN) à dampak dari penerbitan

SPM/SP2Dpengesahan

Penertiban Rekening PemerintahPasal 22 UU No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara à BUN berwenang mengatur dan menyelenggarakan rekening pemerintah à ditindaklanjuti oleh PP No. 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah PMK No. 57/PMK.05/2007 tentang Pengelolaan Rekening Milik Kementerian Negara/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja mengatur kewajiban tentang:1. pembukaan rekening,2. penutupan rekening, dan 3. pelaporan (wajib disampaikan kepada BUN/ Kuasa BUN setiap akhir semester

PMK No. 58/PMK.05/2007 tentang Penertiban Rekening Pemerintah pada Kementerian Negara/lembaga à Juklaknya: Perdirjen Perbendaharaan No. 35/PB/2007 tentang Tindak Lanjut Atas Penertiban Rekening Pemerintah Pada Kementerian Negara/Lembaga /Kantor/Satuan Kerja

PelaporanMenyampaikan laporan keuangan berupa LRA, Neraca, dan CaLK Rekening pemerintah disajikan pada pos KAS DI BENDAHARA PENGELUARAN atau KAS DI BENDAHARA PENERIMAAN Rekening-rekening pemerintah dilampirkan dalam laporan keuangan

Bendahara• Bendahara Penerimaan adalah orang yang ditunjuk untuk menerima,

menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang pendapatan negara dalam rangka pelaksanaan APBN pada kantor/satuan kerja Kementerian Negara/Lembaga.

• Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja negara dalam

Page 10: MANAJEMEN ASET

rangka pelaksanaan APBN pada kantor/satuan kerja Kementerian Negara/Lembaga.

• Bendahara Pengeluaran Pembantu, yang selanjutnya disingkat BPP, adalah Bendahara yang bertugas membantu Bendahara Pengeluaran untuk melaksanakan pembayaran kepada yang berhak guna kelancaran pelaksanaan kegiatan tertentu.

Uang Persediaan• Uang Persediaan, yang selanjutnya disingkat UP, adalah uang muka kerja

dalam jumlah tertentu yang diberikan kepada Bendahara Pengeluaran hanya untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari Satuan Kerja yang tidak mungkin dilakukan melalui mekanisme pembayaran langsung.

• Tambahan Uang Persediaan, yang selanjutnya disingkat TUP, uang yang diberikan kepada Satuan Kerja untuk kebutuhan yang sangat mendesak dalam satu bulan melebihi pagu UP yang ditetapkan.

Dokumen• Surat Permintaan Pembayaran(SPP) adalah dokumen yang diterbitkan oleh

Pejabat Pembuat Komitmen yang berisi permintaan kepada Pejabat Penandatanganan SPM untuk menerbitkan surat perintah membayar sejumlah uang atas beban bagian anggaran yang dikuasainya untuk untung pihak yang ditunjuk dan sesuai syarat-syarat yang ditentukan dalam dokumen perikatan yang menjadi dasar penerbitan SPP berkenaan.

• Surat Perintah Membayar Uang Persediaan , yang selanjutnya disingkat SPM-UP, adalah surat perintah membayar yang diterbitkan oleh PA/Kuasa PA yang dananya dipergunakan sebagai uang persediaan untuk membiayai kegiatan operasional kantor sehari-hari.

• Surat Perintah Membayar Tambahan Uang Persediaan , yang selanjutnya disingkat SPM-TUP, adalah surat perintah membayar yang diterbitkan oleh PA/Kuasa PA karena kebutuhan dananya melebihi pagu uang persediaan yang ditetapkan.

• Surat Perintah Membayar Penggantian Uang Persediaan , yang selanjutnya disingkat SPM-GUP, adalah surat perintah membayar yang diterbitkan oleh PA/Kuasa PA dengan membebani DIPA, yang dananya dipergunakan untuk menggantikan uang persediaan yang telah dipakai.

• Surat Perintah Membayar Langsung , yang selanjutnya disingkat SPM-LS adalah surat perintah membayar yang dikeluarkan oleh PA/Kuasa PA kepada: • Pihak ketiga atas dasar perikatan atau surat keputusan; • Bendahara Pengeluaran untuk belanja pegawai/perjalanan.

Page 11: MANAJEMEN ASET

MANAJEMEN ASET TETAP

1. Penganggaran Modala. Jenis-Jenis Anggaran Sektor Publik

Anggaran Operasionaldigunakan untuk merencanakan kebutuhan sehari-hari dalam menjalankan pemerintah.Secara umum, pengeluaran yang masuk kategori anggaran operasional antara lain belanja Administrasi Umum dan Belanja Operasi dan pemeliharaan .

Anggaran ModalAnggaran modal menunjukan rencana jangka panjang dan pembelnjaan atas aktiva tetap seperti gedung, peralatan, kendaraan, perabot, dan sebagainya.. Belanja investasi / modal adalah pengeluaran yang manfaatnya cenderung melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan pemerintah, dan selanjutnya akan

Page 12: MANAJEMEN ASET

menambah anggaran rutin untuk biaya operasional dan pemeliharaan aset tersebut.

b. Sumber Penganggaran Modal APBN maupun APBD Subsidi dari pemerintah pusat Kerjasama dengan pihak lain seperti subloan agreement

c. Kriteria Penganggaran ModalRincian yang harus dipenuhi penganggaran modal Biaya yang diperlukan dan terkait dengan perolehan barang modal,

dilakukan dengan prinsip full costing Seluruh dampak atas anggaran di masa datang terkait dengan

pengeluaran dan penerimaan Dampak utama terhadap kapasitas, kualitas, jangkauan dan efisiensi

pemberian pelayanan. Usulan susunan dan jadwal implementasi

Semua proposal untuk pengadaan aset baru, penambahan aset yang telah ada, atau penambahan kapasitas keterlibatan sektor swasta untuk memberikan pelayanan publik harus dievaluasi sesuai dengan panduan dan metodologi evaluasi yang berlaku sesuai dengan prinsip akuntabilitas dan transparansi.

2. Pengadaan AssetBUY – BUILT[PERPRES 54 TAHUN 2010]LEASE[Kep-122/MK/2/1974, No. 32/M/SK/2/1974 dan No. 30/Kpb/I/74]

Pengertian Leasing

PSAK 30 --> Leasing = Sewa Guna Usaha SKB Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan dan Menteri Perindustrian

“ Leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama” <-- Hanya mendefinisikan financial lease

KMK 1251/KMK.013/1988 --> Memperluas definisi Leasing SEB3MenteriPerusahaan Sewa Guna Usaha adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk :1. Operating Lease

Penyewa guna usaha tidak empunyai hak opsi untuk membeli obyek SGU2. Capital Lease

Penyewa guna usaha di akhir masa kontrak memiliki hak opsi untuk membeli obyek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati bersama.

Keunggulan Lease daripada Buy

1) Lessee Tidak ada uang muka

Page 13: MANAJEMEN ASET

Tidak ada resiko kepemilikan Fleksibilitas

2) Lessor Meningkatkan penjualan Membina hubungan dengan lessee Mempertahankan nilai sisa

Manfaat Lease

meminimalkan resiko kerusakan berbiaya mahal bekerja lebih efisien no maintenance cost eliminate storage cost no capital investment improve borrowing power no equipment obsolescence try it before buy it improve flexibility responsive lessor

3. Perencanaan Aset Pemerintaha. Landasan Hukum

UU No. 1 Tahun 2004 (perbendaharaan negara) PP No. 6 Tahun 2006 (pengelolaan BMN/BMND) PMK 96/PMK.06/2007 (tata cara pelaksanaan, penggunaan, pemanfaatan,

penghapusan, dan pemindahtanganan BMN)b. Pihak yang terlibat

1) Menteri Keuangan selaku Pengelola Barang Menetapkan kebijakan umum pengelolaan BUMN Menetapkan kebijakan teknis dan melakukan pembinaan pengelolaan

BUMN2) Menteri/Pimpinan Lembaga Selaku Pengguna Barang3) Kepala Kantor Satuan Kerja adalah Kuasa Pengguna Barang

c. Arti Penting Perencanaan Asset1) Perencaaan merupakan fase pertama dalam siklus hidup aset.2) Kesesuaian antara kebutuhan aset dari suatu entitas dengan strategi

penyediaan pelayanan entitas semestinya menghasilkan aset dengan kapasitas dan kinerja yang diperlukan.

Page 14: MANAJEMEN ASET

3) Perencanaan aset memberikan arah pada tindakan-tindakan khusus seperti membeli aset baru yang diperlukan, menjual aset yang berlebih, dan mengoperasikan serta memelihara aset secara efektif.

d. Tujuan dari Perencanaan Asset1) Mewujudkan pengelolaan BMN yang efektif, efisien, dan

berkesinambungan.2) Menunjang tugas dan fungsi Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna

Barang dalam rangka meningkatkan pelayanan umum.3) Mendukung pengambilan keputusan bagi Pengelola Barang dan/atau

Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang untuk pengadaan, pemeliharaan, pemanfaatan, pemindahtanganan, dan penghapusan BMN.

e. Langkah-Langkah Perencanaan Asset1) Menentukan kebutuhan asset2) Mengevaluasi aset-aset yang ada3) Menyelaraskan aset dengan penyediaan pelayanan umum4) Mengembangkan strategi aset5) Pendanaan dan Penganggaran ModalTahapan Perencanaan Kebutuhan BMN

1) Penyusunan rencana kebutuhan barang milik negara (RKBMN) untuk masa 5 tahunan

2) Penyusunan rencana kebutuhan tahunan barang milik negara (RKTBMN) untuk masa 1 tahunan

3) Jika ada perubahan

Page 15: MANAJEMEN ASET

Jika terdapat perubahan baik pada RKBMN maupun RKTBMN, pengguna barang dapat mengajukan perubahan rencana pengadaan BMN kepada penglola barang dengan batas waktu penyampaian mengikuti batas waktu revisi anggaran K/L.

4) Monitoring dan EvaluasiPB dan KPB haru selalu melakukan monitoring dan evaluasi realisai RKTBMN setiap tahun berdasarkan Renja-K/L, standar barang, standar kebutuhan sebagai umpan balik untuk menyusun RKTBMN tahun berikutnya. Monev tersebut akan menghasilkan informasi mengenai ketepatan BMN yang diadakan dengan tujuan awal penggunaannya, mengetahui BMN yang memerlukan pemeliharaan. Pemanfaatan, dan pemindahtanganan serta informasi yang didapatkan dapat digunakan untuk membuat suatu rencana pengelolaan sehingga kondisi BMN akan tetap terjaga.

Perencanaan kebutuhan BMN/BMND harus berpedoman pada standar barang, standar kebutuhan (ditetapkan oleh Menkeu c..q. DJKN) dan standar harga (SBU).

4. Penatausahaan Aseta. Objek Penatausahaan --> BMN

Barang Milik Negara adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah, yang berada dalam penguasaan KPB/PB dan berada dalam pengelolaan Pengelola Barang.Untuk menjaga ketertiban administrasi dan pengelolaannya, maka pengguna barang diwajibkan menyusun Laporan BMN sebagai bahan penyusunan Neraca LKPP dan Menyediakan data-data yang dibutuhkan agar pengelolaan BMN dapat dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan asas fungsionalitas, kepastian hukum, transparansi dan keterbukaan, efisiensi, akuntabilitas, dan kepastian nilai.

b. Hasil Penatausahaan BMN1) Penyusunan neraca pemerintah pusat tiap tahun 2) Pengamanan administrasi BMN 3) Perencanaan kebutuhan pengadaan dan pemeliharaan BMN sebagai

bahan penyusunan rencana anggaranc. Organisasi Penatausahaan Barang

Disebabkan oleh banyaknya BMN dan nilainya sangat besar serta tersebar di seluruh kementerian (77) dan satker-satker vertikalnya (20.964) diperlukan adanya pengorganisasian dalam alur bisnis penatausahaan BMN agar pengelolaannya dapat berjalan dengan baik.

Page 16: MANAJEMEN ASET

Pelaksana Penatausahaan BMN memiliki tugas antara lain:1. Pembukuan

• Merupakan suatau kegiatan pendaftaran dan pencatatan BMN ke dalam Daftar Barang menurut penggolongan dan kodefikasi barang

• Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang menyimpan dokumen kepemilikan selain tanah dan/atau bangunan. Pengelola Barang menyimpan dokumen kepemilikan tanah dan/atau bangunan.

• Kegiatan Pembukuan pada satker : Mencatat dan membukukan semua BMN yang telah ada ke Buku Barang dan/atau Kartu Identitas Barang (KIB)

Page 17: MANAJEMEN ASET

• Kegiatan pembukuan pada UPPB-W/UPPB-E1/UPPB : mendaftarkan dan mencatat setiap mutasi BMN dan hasil inventarisasi ke dalam Barang dan menghimpun PNBP yang bersumber dari pengelolaan BMN

• Kegiatan Pembukuan pada KPKNL : melakukan pembukuan BMN berupa tanah dan/atau bangunan yang idle dan melakukan pembukuan BMN yang berasal dari Kementerian Negara/Lembaga dan menghimpun PNBP

• Kegiatan pembukuan pada Kanwil DJKN: melakukan pembukuan BMN berupa tanah dan/atau bangunan yang idle, melakukan pembukuan BMN yang berasal dari Kementerian Negara/Lembaga dan menghimpun PNBP, dan melakukan pengamanan dokumen.

• Kegiatan Pembukuan pada DJKN : melakukan pembukuan BMN berupa tanah dan/atau bangunan yang idle, melakukan pembukuan BMN yang berasal dari Kementerian Negara/Lembaga dan menghimpun PNBP, dan melakukan pengamanan dokumen.

2. InventarisasiKegiatan untuk melakukan pendataan, pencatatan, dan pelaporan hasil inventarisasi BMN yang meliputi: • Pengguna Barang:

setiap 5 tahun (selain persedian dan konstruksi dalam pengerjaan, sensus) dan setiap tahun (persedian dan konstruksi dalam pengerjaan, opname fisik).

• Pengelola Barang:Sekurang-kurangnya sekali dalam 5 tahun 3. Pelaporan

• Kuasa Pengguna Barang menyusun Laporan Barang Kuasa Pengguna (LBKP) semesteran dan tahunan untuk disampaikan kepada Pengguna Barang

• Pengguna Barang menyusun Laporan Barang Pengguna (LBP) semesteran dan tahunan untuk disampaikan kepada Pengelola Barang

• Pengelola Barangmenyusun Laporan Barang Milik Negara (LBMN) berupa tanah dan/atau bangunan idle, menghimpun LBP semesteran dan tahunan, dan menyusun LBMN sebagai bahan untuk menyusun neraca pemerintah pusat.

4. Pengamanan DokumenDokumen yang berkaitan dengan BMN harus dijaga dan dipastikan keamananya baik dari kemungkinan hilang , rusak maupun pencurian.

Page 18: MANAJEMEN ASET

MANAJEMEN PIUTANG NEGARA

A. DASAR HUKUM

1. UU No. 17/2003 tentang Keuangan Negara2. UU No. 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara3. PMK No. 88/PMK.06/2009 tentang Perubahan atas PMK No.

128/PMK.06/2007 tentang Pengurusan Piutang Negara sebagaimana telah diubah terakhir dengan PMK No 163/PMK.6/2011

4. PMK No. 201/PMK.06/2010 tentang Kualitas Piutang Kementerian Negara/Lembaga dan Pembentukan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih

5. PMK No. 31/PMK.07/2005 tentang Tata Cara Pengajuan Usul, Penelitian dan Penetapan Penghapusan Piutang Perusahaan Negara/Daerah

6. PP No. 33/2006 tentang Penghapusan Piutang Negara/Daerah7. Perdirjen Perbendaharaan No. PER-85/PB/2011 tentang Penatausahaan

Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak Pada Satuan Kerja Kementerian Negara/Lembaga

8. Perdirjen Perbendaharaan No PER- 82/PB/2011 tentang Pedoman Akuntansi Penyisihan Piutang Tak Tertagih Pada Kementerian Negara/Lembaga

9. PMK No. 24/PMK.01/ 2008 Tentang Tatacara Pelaksanaan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa dan Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus.

10.PMK No. 230/PMK.05/2009 tentang Penghapusan Piutang Badan Layanan Umum

Pengertian Piutang NegaraPiutang negara adalah sejumlah uang yang wajib dibayar kepada negara atau badan-badan secara langsung maupun tidak yang diikuasai oleh negara berdasarkan aturan, perjanjian, atau sebab lain.Piutang negara terdiri dari beberapa komponen, yaitu :1) Hutang pokok2) Bunga3) Denda4) Beban lain, sesuai aturan, perjanjian, atau putusan pengadilanTerdapat tiga penyebab terjadinya piutang negara, yaitu :1) Peraturan Perundang-undangan

Ketentuan yang berlaku di bidang PNBP Perpajakan kepabeanan dan cukai Retribusi dan Pajak Daerah Tuntutan ganti kerugian negara TGR dan Tuntutan Perbendaharaan TP

2) Perjanjian/perikatan Perjanjian kredit Penerusan pinjaman, channeling, risk sharing

Page 19: MANAJEMEN ASET

3) Putusan Peradilan yang memiliki kekuatan hukum yang tetapSecara umum piutang negara dapat digolongkan secara kualitasnya, yaitu :a. Kualitas Lancar, apabila belum dilakukan pelunasan sampai dengan

tanggal jatuh tempo yang ditetapkan; b. Kualitas Kurang Lancar, apabila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan

terhitung sejak tanggal Surat Tagihan Pertama tidak dilakukan pelunasan;

c. Kualitas Diragukan, apabila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal Surat Tagihan Kedua tidak dilakukan pelunasan; dan

d. Kualitas Macet apabila: dalam jangka waktu 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal Surat

Tagihan Ketiga tidak dilakukan pelunasan; atau Piutang telah diserahkan kepada Panitia Urusan Piutang

Negara/Direktorat Jenderal Kekayaan Negara.

Timbulnya Piutang Negara

Timbulnya piutang sangat berkaitan erat dengan jenis piutang yang bersangkutan. Berikut adalah penyebab timbulnya piutang berdasarkan jenisnya :1) Pungutan Pendapatan Negara/Daerah

Pajak (Pajak dan Bea Cukai) PNBP Retribusi PAD lainnya

2) Perikatan Pinjaman Jual Beli Pemberian Jasa Kemitraan

3) Transfer Antar Pemerintah Dana Bagi Hasil Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Dana Otonomi Khusus Transfer Lainnya Bagi Hasil Dari Provinsi Bantuan Keuangan Provinsi

4) Tuntutan Ganti Rugi Tuntutan Ganti Rugi (TGR) Tuntutan Perbendaharaan (TP)

Penagihan Piutang NegaraBeberapa hal yang berkaitan dengan pelaksanaan penagihan pioutang negara adalah sebagai berikut :1) Piutang Kementerian Negara/Lembaga (K/L) terdiri dari pokok, bunga,

denda, dan/atau ongkos-ongkos lainnya

Page 20: MANAJEMEN ASET

2) Pada prinsipnya, piutang K/L merupakan piutang yang harus dibayar sekaligus, namun K/L dapat memberikan penundaan pembayaran atau pemberian ijin kepada debitor untuk melakukan pembayaran secara angsuran dengan syarat-syarat tertentu (lihat: Restrukturisasi)

3) Saat pengajuan penundaan dimaksud, beberapa jenis piutang mewajibkan debitor untuk memberikan agunan

4) Selain itu, dalam proses penagihan dengan surat paksa, dapat diperoleh barang sitaan yang dapat digunakan sebagai jaminan pelunasan piutang

Dasar Hukum1) UU Nomor 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara; 2) PP 29/2009 tentang Tata Cara Penentuan Jumlah, Pembayaran, dan

penyetoran Penerimaan PNBP Terutang; 3) Piutang terkait ketentuan di bidang perpajakan dan Kepabeanan dan

Cukai

Alur PenagihanPenagihan piutang negara tanpa surat paksa

Alur dan jadwal pelaksanaan penagihan pajak :

Kualitas PiutangKualitas piutang adalah hampiran atas ketertagihan piutang yang diukur berdasarkan kepatuhan membayar kewajiban oleh debitor. Kualitas piutang

Surat Tagihan PertamaSurat Tagihan KeduamenagihWajib BayarPimpinan Instansi Pemerintah1 bulan1 bulan1 bulan

Surat Penyerahan Tagihan kepada Instansi yang

mengurus Piutang NegaraSurat Tagihan Ketiga

Kualitas piutang

SKPSKPKBSKPKBT

dll

SPMP/PENYITAANSPSURAT

TEGURAN

PARATE EXECUTIEDIBERITAHUKAN OLEH JURUSITA PAJAKDIBUAT BAP SP

PENCABUTANSITA`

PENGUMUMANLELANG

PELAKSANAANLELANG

UTANG PAJAK & BIAYA PENAGIHAN

PUTUSAN PENGADILAN

LUNAS

14 HARI TDK LUNAS

PENCEGAHANPENYANDERAANSYARAT: UTANG PAJAK ≥ Rp100 jt DIRAGUKAN ITIKAD BAIKJANGKA WAKTU:6 BLN DPT DIPERPANJANG MAX 6 BLNAKIBAT:UTANG PAJAK TDK HAPUS & PENAGIHAN TETAP DILAKSANAKAN* KEP / IJIN MENKEU

SPMPJURUSITA + 2 SAKSIBAP SITABRG BERGERAK & BRG TDK BERGERAKBRG YG DISITA DILARANG:DIPINDAHTANGANKANDISEWAKANDIPINJAMKANDISEMBUNYIKANDIHILANGKANDIRUSAKPENYITAAN ATAS REK. BANK & EFEK

7 hari

21 hari

2X24 jam

Jatuh

tempo

14 hari

Dasar Hukum :UU No 19 Tahun 2000 UU No 28 Tahun 2007PP No 80 Tahun 2007PMK No 24/PMK.03/2008

Barang Bergerak 1 X

Barang Tdk

Bergerak 2 X

Langsung,Pos, Ekspedisi/kurir dgn bukti kirim

PENGUMUMAN DI MEDIA MASA

Page 21: MANAJEMEN ASET

merupakan cara ukur ketertagihan piutang dilihat dari kepatuhan membayar, jatuh tempo piutang, dan upaya penagihan. Kualitas piutang dibagi menjadi beberapa kualifikasi yaitu :1) Kualitas Lancar2) Kualitas Kurang Lancar3) Kualitas Diragukan4) Kualitas Macet

Penggolongan kualitas piutang PNBP1) Lancar : belum dilakukan pelunasan sampai dengan tanggal jatuh tempo

yang ditetapkan2) Kurang Lancar : dalam jangka waktu 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal

Surat Tagihan Pertama tidak dilakukan pelunasan3) Diragukan : dalam jangka waktu 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal Surat

Tagihan Kedua tidak dilakukan pelunasan4) Macet : dalam jangka waktu 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal Surat

Tagihan Ketiga tidak dilakukan pelunasan; atau Piutang telah diserahkan kepada Panitia Urusan Piutang Negara/DJKN

Penggolongan Kualitas Piutang Pajak 1) Lancar :• mempunyai umur piutang sampai dengan 4 bulan dan belum diterbitkan

Surat Paksa; atau • telah diterbitkan Surat Keputusan Persetujuan Angsuran/Penundaan

Pembayaran Pajak dan belum melewati batas waktu angsuran/penundaan dalam surat keputusan tersebut.

2) Kurang Lancar :• mempunyai umur piutang lebih dari 4 bulan sampai dengan 1 tahun dan

belum diterbitkan Surat Paksa; • telah diterbitkan Surat Keputusan Persetujuan Angsuran/Penundaan

Pembayaran Pajak tetapi telah melewati batas waktu angsuran/penundaan dalam surat keputusan tersebut;

• telah dilaksanakan penagihan seketika dan sekaligus; • telah diterbitkan Surat Paksa dengan umur Surat Paksa sampai dengan 1

tahun; atau • telah dilaksanakan penyitaan dengan jumlah keseluruhan nilai Barang

Sitaan yang tercantum dalam Berita Acara Pelaksanaan Sita lebih dari 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah keseluruhan piutang pajak yang menjadi dasar penyitaan yang tercantum dalam Berita Acara Pelaksanaan Sita.

3) Diragukan :• mempunyai umur piutang lebih dari 1 tahun sampai dengan 2 tahun dan

belum diterbitkan Surat Paksa; • telah diterbitkan Surat Paksa dengan umur Surat Paksa lebih dari 1 tahun

sampai dengan 2 tahun; • telah dilaksanakan penyitaan dengan jumlah keseluruhan nilai Barang

Sitaan yang tercantum dalam Berita Acara Pelaksanaan Sita sampai

Page 22: MANAJEMEN ASET

dengan 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah keseluruhan piutang pajak:

• sedang diajukan upaya hukum yang meliputi pembetulan, keberatan, banding, pengurangan, penghapusan, gugatan atau sanggahan dan peninjauan kembali;

• Wajib Pajak atau Penanggung Pajak sedang dalam proses pailit atau proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

4) Macet • mempunyai umur piutang lebih dari 2 tahun dan belum diterbitkan Surat

Paksa; • telah diterbitkan Surat Paksa dengan umur Surat Paksa lebih dari 2

tahun; • Wajib Pajak berstatus Non Efektif (NE); • terhadap Wajib Pajak atau Penanggung Pajak sedang dilakukan proses

hukum oleh instansi yang berwenang yang meliputi penyidikan, penyelidikan, ataupun penuntutan terkait tindak pidana di bidang perpajakan atau tindak pidana lainnya sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang bersangkutan;

• dalam waktu kurang dari 58 hari hak penagihannya akan daluwarsa; • hak penagihannya telah daluwarsa; atau • hak penagihannya belum daluwarsa tetapi memenuhi syarat untuk

dihapuskan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan

Penggolongan Kualitas Piutang Cukai :1) Lancar : umur piutang belum lebih dari 1 (satu) tahun 2) Kurang Lancar : umur piutang lebih dari 1 (satu) tahun sampai dengan 2

(dua) tahun 3) Diragukan : umur piutang lebih dari 2 (dua) tahun sampai dengan 3 (tiga)

tahun 4) Macet : umur piutang lebih dari 3 (tiga) tahun

Penggolongan Kualitas Piutang Lainnya : peraturan unit eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan sesuai tugas

dan fungsinya. Contoh : Piutang Ganti Kerugian Negara (d.h. Tuntutan Perbendaharaan

atau TP), Piutang yang berasal dari Tuntutan Ganti Rugi (untuk PNS bukan bendahara), piutang bunga atas penerusan pinjaman Rekening Dana Investasi/Rekening Pembangunan Daerah (RDI/RPD), dll.

Penyisihan PiutangPenyisihan Piutang Tidak Tertagih ditetapkan paling sedikit sebesar 5‰ dari Piutang yang memiliki kualitas lanc a r. Penyisihan Piutang Tidak Tertagih ditetapkan sebesar: 1) 10% (sepuluh perseratus) dari Piutang dengan kualitas k urang lancar

setelah dikurangi dengan nilai agunan atau nilai barang sitaan; 2) 50% (lima puluh perseratus) dari Piutang dengan kualitas diragukan setelah

dikurangi dengan nilai agunan atau nilai barang sitaan; dan

Page 23: MANAJEMEN ASET

3) 100% (seratus perseratus) dari Piutang dengan kualitas macet setelah dikurangi dengan nilai agunan atau nilai barang sitaan

Penyisihan piutang tidak tertagih bukan merupakan penghapusan piutang, tetapi merupakan koreksi agar nilai piutang dapat disajikan di neraca sesuai dengan nilai yang diharapkan dapat ditagih. Penyajian penyisihan piutang tidak tertagih di neraca merupakan unsur pengurang dari piutang yang bersangkutan. Informasi mengenai akun penyisihan piutang tidak tertagih harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

Piutang di Kementerian Keuangan• Piutang pajak melibatkan jaminan berupa garansi bank, surat/dokumen bukti

kepemilikan barang bergerak, penanggungan utang oleh pihak ketiga, sertipikat tanah, atau sertipikat deposito

• Piutang kepabeanan dan cukai melibatkan jaminan berupa uang tunai, jaminan bank, jaminan dari perusahaan asuransi, atau jaminan lainnya

• Piutang Ganti Kerugian Negara melibatkan jaminan berupa sertifikat tanah dan/atau bangunan serta kendaraan bermotor

Piutang di Kementerian lainnya misalnya Piutang dari Jasa Rumah Sakit yang melibatkan jaminan berupa asuransi, baik dari Pemerintah Pusat/Daerah maupun dari perusahaan

Restrukturisasi PiutangKementerian Negara/Lembaga dapat melakukan Restrukturisasi terhadap Debitor sesuai ketentuan peraturan perundangan dalam hal: • Debitor mengalami kesulitan pembayaran; dan/atau• Debitor memiliki prospek usaha yang baik dan diperkirakan mampu

memenuhi kewajiban setelah dilakukan Restrukturisasi Cakupan restrukturisasi:• pemberian keringanan hutang, • persetujuan angsuran, atau • persetujuan penundaan pembayaran

Penghapusan PiutangKriteria Penghapustagihan Piutang (Write off) :1) Karena mengingat jasa debitor kepada negara - utk menolong debitor

(misal: kredit UKM macet)2) Sbg sikap menyejukkan utk memperoleh dukungan moril lebih luas

menghadapi tugas masa depan 3) Sbg sikap-berhenti-menagih, menggambarkan situasi tak mungkin

tertagih melihat kondisi debitor.4) Utk restrukturisasi penyehatan hutang (restrukturisasi, penghapusan

denda, reskeduling) 5) Setelah semua ancangan dan cara lain gagal atau tidak mungkin

diterapkan.

Page 24: MANAJEMEN ASET

6) Penghapustagihan sesuai hukum perdata umumnya, hukum kepailitan, hukum industri (misalnya industri keuangan dunia, industri perbankan), hukum pasar modal, hukum pajak, melakukan benchmarking kebijakan/peraturan write off di negara lain dan lain-lain.

7) Penghapustagihan secara hukum sulit (atau tidak mungkin) dibatalkan, apabila telah diputuskan dan diberlakukan, kecuali cacat hukum.

Kriteria Penghapusbukuan (Write down) :1) Manfaat > kerugian penghapusbukuan2) Perlu kajian yang mendalam tentang dampak hukum dari penghapusbukuan

pada neraca pemerintah3) Penghapusbukuan berdasarkan keputusan formal otoritas tertinggi yang

berwenang menyatakan hapus tagih perdata dan atau hapus buku (write off). Pengambil keputusan penghapusbukuan melakukan keputusan reaktif (tidak berinsiatif), berdasar suatu sistem nominasi untuk dihapus-bukukan atas usulan berjenjang yang bertugas melakukan analisis dan usulan penghapusbukuan tersebut.

Penghapusan PiutangPP No.14 tahun 2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang.Piutang Negara ditetapkan sebagai Piutang Negara Sementara Belum Dapat Ditagih (PSBDT), dalam hal masih terdapat sisa Piutang Negara, namun: 1. Penanggung Hutang tidak mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan

atau tidak diketahui tempat tinggalnya; dan 2. Barang Jaminan tidak ada, telah terjual, ditebus, atau tidak lagi mempunyai

nilai ekonomis. 3. Nilai ekonomis sebagaimana dimaksud pada butir 2 ditentukan berdasarkan

Laporan Penilaian bahwa barang jaminan mempunyai nilai jual yang rendah atau sama sekali tidak mempunyai nilai jual.

Penghapusan Piutang Negara1. Penghapusan Secara Bersyarat adalah kegiatan untuk menghapuskan

Piutang Negara/Daerah atau Piutang Perusahaan Negara/Daerah dari pembukuan Pemerintah Pusat/Daerah atau pembukuan Perusahaan Negara/Daerah dengan tidak menghapuskan hak tagih Negara/Daerah atau hak tagih Perusahaan Negara/Daerah.

2. Penghapusan Secara Mutlak adalah kegiatan penghapusan Piutang Negara/Daerah atau Piutang Perusahaan Negara/Daerah dengan menghapuskan hak tagih Negara/Daerah atau hak tagih Perusahaan Negara/Daerah.

Tata Cara Penghapusan Piutang :Menteri/Pimpinan Lembaga dapat mengusulkan Penghapusan Secara Bersyarat/Secara Mutlak atas Piutang Negara dengan nilai : 1. sampai dengan Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) per

Penanggung Utang kepada Menteri Keuangan, melalui Direktur Jenderal; 2. lebih dari Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) sampai dengan

Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) per Penanggung Utang kepada Presiden Republik Indonesia, melalui Menteri Keuangan; dan

Page 25: MANAJEMEN ASET

3. lebih dari Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) per Penanggung Utang kepada Presiden Republik Indonesia dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat, melalui Menteri Keuangan.

Usul Penghapusan Secara Bersyarat atas Piutang Negara disampaikan secara tertulis dan dilampiri dengan dokumen sekurang-kurangnya:1) daftar nominatif penanggung utang; dan2) Surat Pernyataan PSBDT dari PUPN Cabang.

Penatausahaan PiutangRuang Lingkup Penatausahaan Piutang PNBP terdiri atas :1) Penatausahaan SPn, Surat Penagihan Kedua dan Surat Penagihan Ketiga;2) Penatausahaan Surat Pemindahan Penagihan Piutang PNBP;3) Penatausahaan SKTL

Unit pelaksanaan penatausahaan piutang1) Unit Operasional

a. Menyelesaikan surat pernyataan piutang b. Membuat surat penagihan piutang c. Melakukan pengawasan pembayaran/penagihan d. Membuat surat peringatan apabila terutang lalai e. Membuat Surat Pemindahan Penagihan Piutang PNBP f. Membuat SKTL g. Mengirim surat tagihan kepada unit administrasi dan unit pembukuan h. Membuat surat penyerahan pengurusan piutang tidak tertagih kepada DJKN i. Membuat usulan penghapusan piutang j. Mengarsipkan dokumen piutang

2) Unit Administrasi a. Menerima dokumen surat penagihan piutang b. Mengagendakan surat/dokumen yang masuk maupun yang harus dikirim

kepada pihak terutang c. Membuat surat pengantar d. Meneruskan dokumen tanggapan pihak terutang ke unit operasional e. Mengirimkan bukti setor ke unit pembukuan

3) Unit Pembukuan a. Menerbitkan & melakukan pencatatan piutang ke dalam kartu piutang

berdasarka dokumen transaksi b. Melakukan pencatatan piutang sewa rumah negara c. Membuat daftar rekapitulasi piutang d. Membuat daftar umur piutang dan reklasifikasi piutang e. Membuat daftar saldo piutang triwulanan berdasarkan kartu piutang f. Membuat penyisihan piutang tidak tertagih ke dalam kartu penyisihan

piutang tidak tertagih g. Mengarsipkan dokumen

Page 26: MANAJEMEN ASET

h. Membuat & mengirimkan laporan PNBP

Surat Penagihan :1) Diterbitkan setiap timbulnya piutang PNBP2) Timbulnya piutang PNBP apabila:

a. Penyetoran penerimaan PNBP ditetapkan secara angsuran b. Sampai dengan tanggal jatuh tempo, pihak terutang belum melakukan pembayaran

3) Diterbitkan paling lambat 3 (tiga) hari kerja sejak timbulnya piutang PNBP 4) Dibuat rangkap 3 (tiga):

a. Lembar pertama untuk pihak terutang b. Lembar kedua untuk unit administrasi c. Lembar ketiga untuk unit pembukuan

5) Memuat tanggal jatuh tempo pembayaran, paling lama 1 (satu) bulan

Siklus penerbitan surat penagihan :

Pemindahan Penagihan Piutang PNBP :1) Apabila pegawai negeri yang masih mempunyai utang kepada negara

dimutasi ke satker lain maka diterbitkan Surat Pemindahan Penagihan Piutang PNBP

2) Surat Pemindahan Penagihan Piutang PNBP diterbitkan dalam rangkap 3 (pihak terutang, satker baru, pertinggal)

3) Penagihan atas piutang PNBP yang dipindahkan selanjutnya menjadi kewenangan dan tanggung jawab Satker yang baru

SPn

Masa

jatuh

tempo paling lama 1 bulan

Surat Penagi

han Kedua

Surat Penagih

an Ketiga

Terbit paling lambat 3 (tiga) hari kerja sejak timbulnya piutang

Masa

jatuh

tempo paling lama 1 bulan

Masa

jatuh

tempo paling lama 1 bulan

Paling lambat 1

(satu) hari kerja bilamana pembayaran jatuh tempo

SPn tidak dilakukan

Paling lambat 1

(satu) hari kerja bilamana pembayaran jatuh tempo Surat

Penagihan Kedua

tidak dilakukan

Tembusan:Inspektur Jenderal K/LBiro Keuangan K/LDirektorat PNBP, DJADJKN

Page 27: MANAJEMEN ASET

MANAJEMEN INVESTASI PEMERINTAH

1. Latar belakang

• Amanat undang-undang untuk Memperoleh manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya

• Optimalisasi idle cash

2. Landasan Hukum

• Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara pasal 41

• (PP) Nomor 1 Tahun 2008 telah diubah oleh Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 49 Tahun 2011 tentang Investasi Pemerintah

• PMK Nomor 179/PMK/2008 tentang Tata Cara Penyediaan, Pencairan, dan Pengelolaan Dana dalam Rekening Induk Dana Investasi

• PMK Nomor 180/PMK/2008 tentang Tata Cara Penyusunan Perencanaan Investasi Pemerintah

• PMK Nomor 181/PMK/2008 tentang Pelaksanaan Investasi Pemerintah • PMK Nomor 182/PMK/2008 tentang Pelaporan atas Pelaksanaan Investasi • PMK Nomor 183/PMK/2008 tentang Persyaratan dan Tata Cara Divestasi

Terhadap Investasi Pemerintah • Peraturan Menteri Keuangan Nomor 38/PMK.01/2006 Tentang Petunjuk

Pelaksanaan Pengendalian dan Pengolahan Risiko atas Penyediaan Infrastruktur.

• permendagri_no.52_th_2012 tentang investasi pemerintah daerah

3. Definisi dan Tujuan

Definisi

Page 28: MANAJEMEN ASET

penempatan sejumlah dana dan/atau barang dalam jangka panjang untuk investasi pembelian surat berharga dan Investasi Langsung untuk memperoleh manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya

Tujuan agar dapat menjadi stimulus pertumbuhan investasi yang dilakukan oleh sektor swasta sehingga target pertumbuhan investasi yang ditargetkan oleh pemerintah dapat tercapai. Diharapkan dengan tumbuhnya investasi pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam rangka memajukan kesejahteraan umum.

4. Sumber Pendanaan

• Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; • keuntungan investasi terdahulu; • dana/barang amanat pihak lain yang dikelola oleh Badan Investasi

Pemerintah; dan/atau • sumber-sumber lainnya yang sah

5. Ruang Lingkup

• perencanaan • pelaksanaan • penatausahaan, dan pertanggungjawaban • pengawasan • divestasi

6. Kewenangan Menteri Keuangan

• Kewenangan Regulasi Ditjen Perbendaharaan (Up. Direktorat Sistem Manajemen Investasi)

• Kewenangan SupervisiKomite Investasi Pemerintah Pusat (KIPP)

• Kewenangan Operasional Pusat Investasi Pemerintah (PIP)

7. Perencanaan Investasi Pemerintah

• Perencanaan investasi merupakan proses awal yang harus dilakukan oleh Pusat Investasi Pemerintah dengan menganut prinsip kehati-hatian sehingga tujuan investasi dapat tercapai secara efektif dan efisien.

• Perencanaan Investasi Pemerintah memerlukan suatu koordinasi kelembagaan pada pengelolaan Investasi Pemerintah, termasuk dalam perencanaan kebutuhan dan sumber dana yang diperlukan dalam pelaksanaan Investasi Pemerintah

8. Definisi

• Perencanaan Investasi Pemerintah oleh Badan Investasi Pemerintah adalah usulan rencana investasi oleh Badan Investasi Pemerintah setiap tahun untuk pelaksanaan investasi tahun anggaran berikutnya yang diajukan kepada Menteri Keuangan.

Page 29: MANAJEMEN ASET

• Perencanaan kebutuhan Investasi Pemerintah dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara adalah penyusunan besaran anggaran penyediaan dana Investasi Pemerintah dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara berdasarkan usulan dari masing-masing Badan Investasi Pemerintah.

• Rencana Kegiatan Investasi, yang selanjutnya disingkat RKI, adalah dokumen perencanaan tahunan yang bersumber dari APBN yang berisi kegiatan investasi dan anggaran yang diperlukan untuk tahun anggaran berikutnya.

• Perencanaan Investasi Pemerintah merupakan proyeksi jumlah dana yang bersumber dari APBN untuk melaksanakan investasi dalam bentuk surat berharga dan investasi langsung.

• Proyeksi jumlah dana tersebut meliputi tahun anggaran berikutnya dan prakiraan maju 2 (dua) tahun anggaran berikutnya.

9. Perencanaan oleh Badan Investasi Pemerintah

• Badan Investasi Pemerintah menyusun Perencanaan Investasi Pemerintah dilengkapi dengan alasan dan pertimbangan.

• Perencanaan Investasi Pemerintah dituangkan dalam RKI Badan Investasi Pemerintah yang memuat:a) rencana investasi pembelian Surat Berharga, meliputi

rencana investasi pembelian saham rencana investasi pembelian Surat utang

b) rencana Investasi Langsung, meliputi rencana Investasi Langsung dalam Penyertaan Modal rencana Investasi Langsung dalam Pemberian Pinjaman

Perencanaan Investasi Langsung dalam bentuk Penyertaan Modal dan/atau Pemberian Pinjaman meliputi perencanaan dalam pola kerjasama pemerintah dan swasta (Public Private Partnership) dan/atau dengan selain pola kerjasama pemerintah dan swasta (Non-Public Private Partnership)

Perencanaan kebutuhan investasi Pemerintah dari anggaran pendapatan dan belanja negara1. Kepala/Direktur Badan Investasi Pemerintah menyampaikan RKI kepada

Direktur Jenderal Perbendaharaan paling lambat awal bulan Januari tahun anggaran sebelumnya untuk dilakukan penilaian.

2. Berdasarkan hasil penilaian RKI, Direktur Jenderal Perbendaharaan menyusun besaran anggaran kebutuhan penyediaan dana Investasi Pemerintah yang berasal dari APBN.

3. Direktur Jenderal Perbendaharaan menyampaikan besaran anggaran kebutuhan penyediaan dana kepada Menteri Keuangan c.q.Direktur Jenderal Anggaran paling lambat akhir bulan Januari tahun anggaran sebelumnya sebagai usulan penyediaan dana Investasi Pemerintah yang berasal dari APBN.

4. Alokasi penyediaan dana Investasi Pemerintah ditetapkan dalam APBN pada tahun anggaran bersangkutan dan diberitahukan oleh Direktur Jenderal Anggaran kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan selaku Kuasa Pengguna Anggaran.

5. Berdasarkan pemberitahuan tersebut, Direktur Jenderal Perbendaharaan menyampaikan RKA-K/L kepada Direktur Jenderal Anggaran.

Page 30: MANAJEMEN ASET

6. Berdasarkan RKA-K/L, Direktur Jenderal Anggaran menerbitkan Surat Penetapan Satuan Anggaran Per Satuan Kerja (SP-SAPSK) sesuai pagu dana yang ditetapkan dalam APBN.

7. Berdasarkan SP-SAPSK, Kuasa Pengguna Anggaran menerbitkan dan menandatangani konsep DIPA.

8. Konsep DIPA disahkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan.

10.Pelaksanaan Investasi

Pelaksana Pusat Investasi Pemerintah berdasarkan persetujuan Menteri Keuangan c.q Komite Investasi Pemerintah Pusat Inisiatif • Surat Berhargaà PIP • Investasi Langsung à Badan Investasi Pemerintah dan/atau permohonan investasi yang diajukan oleh Badan Usaha, BLU, Pemerintah Provinsi/ Kabupaten/ Kota, BLUD, dan/atau badan hukum asing.

11.Pengajuan Investasi

Permohonan investasi dituangkan dalam bentuk proposal investasi dan disampaikan kepada Badan Investasi Pemerintah dengan dilampiri dokumen yang diperlukan.

Kepala/Direktur Badan Investasi Pemerintah wajib melakukan analisis kelayakan dan analisis risiko investasi terhadap setiap permohonan investasi, dengan mengacu pada portofolio Badan Investasi Pemerintah.1. Berdasarkan hasil analisis, Kepala/Direktur Badan Investasi Pemerintah

berhak menerima atau menolak setiap permohonan investasi.2. Terhadap permohonan investasi yang dinyatakan ditolak, Kepala/Direktur

Badan Investasi Pemerintah menyampaikan pemberitahuan secara tertulis disertai alasan penolakan dengan dilampiri berkas permohonan investasi.

Proposal investasi

Latar belakang;studi kelayakan;skema pembiayaan;skema pembagian risiko;Skema hak kepemilikan, untuk investasi penyertaan modal; danskema pengembalian dana, untuk investasi pemberian pinjaman.

Bagi Badan Usaha/badan

hukum

anggaran dasar;perizinan;laporan keuangan; danproyeksi arus kas.

Bagi BLU/BLUD

keputusan pembentukan/anggaran dasar;perijinan;laporan keuangan; danproyeksi arus kas.

Bagi Pemerintah Provinsi/

Kabupaten/ Kota

persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, danlaporan keuangan.

Page 31: MANAJEMEN ASET

3. Tembusan Surat pemberitahuan disampaikan kepada Ketua Komite Investasi Pemerintah dan Direktur Jenderal Perbendaharaan.

4. Terhadap permohonan investasi yang dinyatakan diterima, Kepala/Direktur Badan Investasi Pemerintah menyampaikan secara tertulis kepada Ketua Komite Investasi Pemerintah untuk diproses lebih lanjut sesuai dengan kewenangannya dan Direktur Jenderal Perbendaharaan.

5. Ketua Komite Investasi Pemerintah memberikan rekomendasi persetujuan atau penolakan atas permohonan investasi

6. Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Kepala/DirekturBadan Investasi Pemerintah dan Direktur Jenderal Perbendaharaan.

7. Kepala/Direktur Badan Investasi Pemerintah dapat melakukan Perjanjian Investasi berdasarkan rekomendasi investasi dari Komite Investasi Pemerintah.

8. Kepala/Direktur Badan Investasi Pemerintah menyampaikan pemberitahuan secara tertulis atas persetujuan atau penolakan permohonan investasi kepada Ketua Komite Investasi Pemerintah dan Direktur Jenderal Perbendaharaan.

12.Bentuk Investasi Pemerintaha. Surat Berharga

i. Pembelian Saham ii. Pembelian Surat Utang

b. Investasi Langsung i. Penyertaan Modal ii. Pemberian Pinjaman

Asas Pelaksanaan Investasi Pemerintah

• Asas fungsional • Asas kepastian hukum • Asas efisiensi • Asas akuntabilitas • Asas kepastian nilai

13.Penatausahaan dan Pertanggungjawaban

Laporan atas Pelaksanaan Kegiatan Investasi (LPKI)"Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah "

Ruang Lingkup • Laporan Posisi Portofolio Investasi • Laporan Hasil Investasi

Maksud • menghasilkan laporan investasi yang dapat diandalkan, relatif seragam,

dapat dibandingkan dan menggambarkan kinerja Badan Investasi Pemerintah;

• meningkatkan kualitas pencatatan dan pembukuan Investasi Pemerintah;  • meningkatkan profesionalisme dalam pelaksanaan kegiatan Investasi

Pemerintah; dan

Page 32: MANAJEMEN ASET

• meningkatkan akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan dana Investasi Pemerintah.

Karakteristik Kualitatif  • Dapat Dipahami • Relevan • Keandalan • Komparasi • Konsistensi

Laporan posisi portofolio investasi• Portofolio Investasi Badan Investasi Pemerintah adalah seluruh investasi

yang dilakukan oleh Badan Investasi Pemerintah dalam rangka investasi jangka panjang dalam bentuk investasi pembelian Surat Berharga dan Investasi Langsung.

• Laporan Posisi Portofolio Investasi disajikan per tanggal transaksi perubahan dan dilengkapi dengan lampiran sesuai Form 1.

• Pengelompokan jenis investasi harus dilakukan secara konsisten

14.Penilaian Investasi

Investasi Pemerintah

Surat Berharga

Saham

nilai perolehan

nilai pasar (tercatat di bursa efek)

Surat Utang

nilai perolehan

Nilai wajar

Nilai tunai

Investasi Langsung

Penyertaan Modal

nilai penyertaan modal pada Badan Usaha.

Pemberian Pinjaman

nilai pinjaman yang diberikan

Page 33: MANAJEMEN ASET

15.Pengungkapan

a. investasi pada saham • nama pihak, • tanggal pembelian, • nilai penempatan, • persentase kepemilikan, • tanggal divestasi, • nilai divestasi, dan • dasar penilaian yang digunakan

b. investasi surat utang • nama penerbit/ emiten, • nilai nominal, • tanggal pembelian, • jangka waktu, • tanggal jatuh tempo, • tingkat bunga, • jumlah dan jenis jaminan, tanggal divestasi, dan • nilai divestasi.

c. jasa manajer investasi dan/atau bank umum • nama pihak ketiga, • nomor, tanggal, dan masa perjanjian, • jenis investasi dan jumlah dana yang dikelola oleh setiap pihak ketiga

per akhir periode laporan, dan • tingkat hasil investasi bersih untuk periode laporan dari tiap-tiap pihak

ketiga.

d. penyertaan modal • nama perjanjian investasi, • jumlah nominal penyertaan, • persentase penyertaan, • pihak yang terlibat dalam perjanjian, • tanggal penempatan, • nilai perolehan, • tanggal divestasi, dan nilai divestasi.

e. pemberian pinjaman  • nama perjanjian investasi, • jumlah nominal pinjaman yang diberikan, • persentase pinjaman terhadap modal peminjam, • pihak yang terlibat dalam perjanjian, • tanggal penempatan, • tanggal divestasi, nilai divestasi, • aset yang dijaminkan, • dan apabila ada pinjaman yang tidak dapat tertagih harus

diungkapkan. f. jasa kustodian

• nama kustodian, • jenis dan jumlah investasi yang dititipkan, • nomor, tanggal, dan masa berlaku kontrak perjanjian.

16.Laporan hasil investasi

Page 34: MANAJEMEN ASET

a. Nilai hasil investasi dan tingkat hasil investasi (Return on Investment atau ROI) untuk periode laporan harus disajikan per jenis investasi dan per total investasi;

b. Tingkat hasil investasi terhadap aktiva bersih (Return on Assets atau ROA) untuk periode laporan harus disajikan per total investasi;

c. Nilai hasil investasi harus memperhitungkan pendapatan investasi yang sudah terealisasi (secara basis akrual) dan yang belum terealisasi;

d. Nilai hasil investasi harus dihitung setelah dikurangi beban/biaya investasi;

e. Beban/biaya investasi yang tidak melekat pada jenis investasi tertentu dialokasikan secara proporsional ke dalam setiap jenis investasi yang berkaitan dengan beban/biaya dimaksud;

f. Tingkat hasil investasi (ROI) baik untuk per jenis investasi maupun untuk total investasi harus diukur berdasarkan nilai rata-rata investasi.

g. Untuk menghitung tingkat hasil investasi (ROI), nilai rata-rata investasi untuk periode laporan harus dihitung berdasarkan nilai rata-rata awal dan nilai akhir investasi periode pelaporan.

h. Tingkat hasil investasi terhadap aktiva bersih (ROA) harus diukur berdasarkan nilai rata-rata aktiva bersih.

i. Untuk menghitung tingkat hasil investasi terhadap aktiva bersih (ROA), nilai rata-rata aktiva bersih adalah rata-rata nilai awal dan nilai akhir aktiva bersih periode pelaporan.

j. Periode Laporan Hasil Investasi dimulai dari tanggal Laporan Hasil Investasi sebelumnya sampai dengan tanggal Laporan Hasil Investasi periode berjalan dan dilengkapi dengan lampiran sesuai Form 2.

Pengawasan investasi pemerintah

Page 35: MANAJEMEN ASET

pencegahan agar jangan sampai terjadi penyimpangan check and balance atas pengelolaan Investasi Pemerintah

Pasal 24• Menteri Keuangan melakukan pengawasan dalam rangka pelaksanaan

kewenangan supervisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3).  • Menteri Teknis/Pimpinan Lembaga melakukan pengawasan atas

pelaksanaan Perjanjian Kerjasama.  • Kepala/direktur Badan Investasi Pemerintah melakukan pengawasan atas

pelaksanaan Perjanjian Investasi. • Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)

meliputi pemantauan/monitoring, evaluasi dan pengendalian.

17.Divestasi Pemerintah

Divestasi pemerintah adalah penjualan surat berharga dan/kepemilikan pemerintah baik sebagian / keseluruhan kepada pihak lain

• Penjualan Surat Berharga • Saham • Surat Utang

• Penjualan Kepemilikan Investasi Langsung • Penyertaan Modal • Pemberian Pinjaman

18.Penyertaan modal & pemberian pinjaman dilakukan dengan pola Public Private Partnership dan Non-Public Privat Partnership

Public-Private Partnership (Kerjasama Pemerintah dengan Swasta/KPS):Suatu Perjanjian Kerja Sama (PKS) atau Kontrak, antara instansi pemerintah dengan badan usaha/pihak swasta, di mana:a) pihak swasta melaksanakan sebagian fungsi pemerintah selama waktu

tertentub) pihak swasta menerima kompensasi atas pelaksanaan fungsi tersebut, baik

secara langsung maupun tidak langsung.c) pihak swasta bertanggungjawab atas resiko yang timbul akibat pelaksanaan

fungsi tersebut, dand) fasilitas pemerintah, lahan atau aset lainnya dapat diserahkan atau

digunakan oleh pihak swasta selama masa kontrak.

Penjualan Saham Dapat Dilakukan Dalam Hal :• Harga saham naik secara signifikan dan/atau menguntungkan untuk

dilakukan divestasi (Harus ada analisis penilaian saham yang mendukung) • Terdapat investasi lain yang diproyeksikan lebih menguntungkan (Harus

disertai analisis portofolio yang mendukung) • Terjadi penurunan harga secara signifikan Penjualan Surat Utang Dapat Dilakukan Dalam Hal :• Imbalan hasil (yield) diperkirakan menurun • Terdapat investasi lain yang diproyeksikan lebih menguntungkan • Terdapat kemungkinan gagal bayar

Penjualan Kepemilikan Atas Penyertaan Modal Dapat Dilaksanakan Setelah Dilakukan Analisis Kelayakan, Dalam Hal:• Pelaksanaan investasi tersebut tidak sesuai dengan perjanjian investasi • Kegiatan perusahaan tidak menguntungkan • Tidak sesuai dengan strategi investasi Badan Investasi Pemerintah

Page 36: MANAJEMEN ASET

• Terdapat kondisi tertentu setelah mendapatkan rekomendasi dari Komite Investasi Pemerintah

19.Ketentuan Divestasi Oleh Kepala/Direktur Badan Divestasi Pemerintah

• Penjualan surat berharga tidak memerlukan persetujuan Menteri Keuangan

• Penjualan atas kepemilikan investasi langsung memerlukan persetujuan Menteri Keuangan

Hasil Dan Biaya Divestasi• Hasil divestasi atas seluruh jenis investasi merupakan hasil bersih setelah

dikurangi biaya pelaksanaan divestasi • Hasil divestasi ditempatkan dalam rekening induk dana investasi • Biaya pelaksanaan divestasi wajib memperhatikan prinsip kewajaran,

transparansi, adan akuntabilitas

MANAJEMEN UTANG PEMERINTAH

Konsep Dasar

Kebutuhan pendanaan APBN tidak selalu tercukupi oleh sumber penerimaan dalam negeri yang berasal dari penerimaan pajak, penerimaan migas, serta penerimaan luar negeri lainnya. Untuk mengatasinya pemerintah mengupayakan pembiayaan pembangunan dari utang. Kebijakan tersebut termasuk salah satu kebijakan ekonomi yang selalu dilakukan sejak pemerintahan orde baru hingga pemerintahan Indonesia yang sekarang. Pembiayaan defisit anggaran dengan pinjaman/utang merupakan bagian dari pengelolaan keuangan negara yang lazim dilakukan oleh semua negara di dunia termasuk negara maju sekalipun.Sesuai Keputusan Menteri Keuangan Nomor No. 37/KMK.08/2013 tentang Strategi Pengelolaan Utang Negara tahun 2013-2016, tujuan umum pengelolaan utang negara dapat dibagi per periode waktu yaitu:

a. Tujuan jangka panjang 1) Mengamankan kebutuhan pembiayaan APBN melalui utang dengan

biaya minimal pada tingkat risiko terkendali, sehingga kesinambungan fiskal dapat terpelihara.

2) Mendukung upaya untuk menciptakan pasar Surat Berharga Negara (SBN) yang dalam, aktif dan likuid.

b. Tujuan jangka pendek Memastikan tersedianya dana untuk menutup defisit dan pembayaran kewajiban pokok utang secara tepat waktu dan efisien.

Risiko terkait dengan Jumlah Utang yang Besar

Page 37: MANAJEMEN ASET

1. Market risk : fluktuasi suku bunga, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan inflasi.

2. Funding risk : Kebutuhan dana untuk pembiayaan anggaran ataupun roll-over utang pada tingkat yang dapat diterima.

3. Liquidity risk : Berhubungan dengan manajemen kas pemerintah (ketersediaan kas)

4. Credit risk : Terkait dengan rendahnya kinerja dari peminjam atas kesepakatan keuangan yang telah dituangkan dalam kontrak.

5. Operational risk : kemungkinan kesalahan berbagai tahapan pelaksanaan dan pencatatan transaksi ; pengendalian intern atau kegagalan sistem, risiko reputasi, risiko hukum, risiko keamanan dan risiko bencana alam yang mempengaruhi aktivitas pemerintah

Klasifikasi utangberdasarkan asalnya, yaitu :Pinjaman 1. Dalam negeri : BUMN, Pemda, Perusahaan Daerah 2. Luar negeri : Pinjaman tunai dan Pinjaman kegiatan

Dilihat dari sumber dananya, pinjaman luar negeri dapat dibedakan dalam:• Kreditur Multilateral • Kreditur Bilateral • Kreditur Swasta Asing • Pinjaman dari Lembaga Penjamin Kredit Ekspor

Surat Berharga Negara (SBN) 1. Surat Utang Negara (SUN) 2. Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)

Dasar Hukum1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Ps 12

ayat 3 2. Undang-Undang tentang APBN yang ditetapkan setiap tahun 3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang 4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah

Negara5. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006 jo. Peraturan Pemerintah Nomor

10 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Dan/Atau Penerimaan Hibah Serta Penerusan Pinjaman Dan/Atau Hibah Luar Negeri

6. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pengadaan Dan Penerusan Pinjaman Dalam Negeri Oleh Pemerintah

7. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2010–2014.

Pejabat Yang Diberi Kuasa Untuk Mengadakan Utang Negara Atau Menerima Hibah

Saat ini unit yang secara spesifik bertanggung jawab dalam pengelolaan utang negara adalah Kementerian Keuangan yakni Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang. Selain itu, Menteri Keuangan dapat meneruspinjamkan kepada Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah dan BUMN atau menghibahkan kepada Pemerintah Daerah yakni dikuasakan kepada Gubernur/Bupati/Walikota atau Dirut BUMN.

Page 38: MANAJEMEN ASET

Gubernur/Bupati/Walikota dapat mengadakan utang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Perda APBD. Selain itu, Gubernur/Bupati/Walikota dapat menerima hibah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah.Berikut merupakan penjelasan ringkas beberapa pihak yang terkait dalam pengelolaan atau manajemen utang pemerintah:

a. Dewan Perwakilan RakyatDalam pengelolaan utang negara, DPR sebagai lembaga legislatif negara

memiliki kewenangan antara lain: DPR memberikan kewenangan kepada pemerintah untuk membuat

utang sampai batas tertentu yang telah ditentukan dalam budget. DPR menentukan batas total stock utang pemerintah dan memberikan

kewenangan kepada pemerintah untuk membuat utang sampai batas total stock tersebut.

DPR memberikan persetujuan atau ratifikasi legislative untuk membuat transaksi utang sampai jumlah tertentu atau dengan kredit tertentu.

b. Pemerintah c.q. Menteri KeuanganKewenangan Menteri Keuangan dalam pengelolaan Surat Utang Negara antara lain menunjuk agen lelang di pasar perdana termasuk ketentuan-ketentuan yang terkait dengan lelang (metode, kriteria peserta, dan penetapan hasil akhir lelang) serta pihak yang menjadi pelaksana pembelian dan penjualan Surat Utang Negara di pasar sekunder ; membuat laporan pertanggungjawaban sebagai bagian pelaksanaan APBN kepada DPR ; secara berkala mempublikasikan informasi tentang kebijakan pengelolaan utang, rencana penerbitan, jumlah Surat Utang Negara yang beredar beserta komposisinya.

c. DJPU (Pengelola Utang Negara)Peran DJPU kepada stakeholder, yaitu :Internal Kementerian Keuangan antara lain dengan:

a. DJAb. Badan Kebijakan Fiskal (BKF) c. DJPB d. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) e. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK) f. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Eksternal Kementerian Keuangan, antara lain dengan: a. Bank Indonesia (BI)b. Pelaku pasar/investor termasuk primary dealers c. Rating agencies d. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) e. K/Lf. Lender

Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar NegeriPrinsip-prinsip dasar dalam pengadaan pinjaman luar negeri meliputi transparan; akuntabel; efisien dan efektif; kehati-hatian; tidak disertai muatan politik dan tidak memiliki muatan yg dpt mengganggu stabilitas keamanan negara. Jenis pinjaman luar negeri berdasarkan jenis yaitu pinjaman tunai dan pinjaman kegiatan. Untuk perencanaan pinjaman pemerintah dilaksanakan oleh Menteri Perencanaan; Kementerian Negara, Lembaga/BUMN ; Menteri Dalam Negeri. Untuk perencanaan penerusan pinjaman LN Dilaksanakan oleh Menteri dengan

Page 39: MANAJEMEN ASET

usulan diajukan oleh pihak yang akan menerima setelah mendapatkan pertimbangan Menteri teknis yang berwenang1. Pertimbangan tersebut mencakup penilaian kelayakan :

a. kebutuhan riil pembiayaan luar negeri;b. kemampuan membayar kembali;c. batas maksimal kumulatif utang;d. persyaratan dan risiko penerusan pinjaman; dane. kesesuaian dengan kebijakan Pemerintah berdasarkan ketentuan

peraturan perundangundangan.2. Menteri akan menetapkan pinjaman/hibah yang akan

diteruspinjamkan/dihibahkan. Penetapan dilakukan sebelum pelaksanaan perundingan dengan calon Pemberi Pinjaman Luar Negeri.

3. Menteri mengajukan usulan Pinjaman Tunai kepada calon Pemberi Pinjaman LN dengan memperhatikan rencana batas maksimal Pinjaman LN (dan/atau daftar kegiatan) untuk mendapat komitmen pembiayaan. Dalam hal Menteri menetapkan sumber pembiayaan dari Kreditor Swasta Asing, pengadaan pembiayaan dilaksanakan secara terpisah dengan pengadaan barang/jasa (jika dari Lembaga Penjamin Kredit Ekspor pengadaan satu paket).

4. Perjanjian untuk Pinjaman Luar Negeri yang bersumber dari Kreditor Multilateral dan Kreditor Bilateral dapat didahului dengan perjanjian induk. Sumber pembiayaan berasal dari Kreditor Swasta Asing atau Lembaga Penjamin Kredit Ekspor. Kontrak pengadaan barang/jasa telah ditandatangani oleh Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, atau BUMN.Untuk pinjaman Luar Negeri yang dipinjamkan, dituangkan dalam Perjanjian Penerusan Pinjaman Luar Negeri sedangkan yang dihibahkan dituangkan dalam Perjanjian Hibah Pinjaman Luar Negeri.

5. Penerima Penerusan Pinjaman Luar Negeri wajib melakukan pembayaran kewajibannya sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Perjanjian Penerusan Pinjaman Luar Negeri. Pembayaran cicilan pokok, bunga, dan kewajiban lainnya dari Penerima Penerusan Pinjaman Luar Negeri kepada Pemerintah dilakukan melalui Rekening Kas Umum Negara atau rekening lain yang ditunjuk oleh Menteri. Penerimaan pembayaran cicilan pokok dicatat sebagai pembiayaan, serta penerimaan bunga dan kewajiban lainnya dicatat sebagai pendapatan. Jika tidak membayar? Bagi Pemda akan diperhitungkan dalam DAU dan/atau DBH, bagi BUMN akan dikenakan denda.

6. Menteri dapat mengajukan usulan perubahan Perjanjian Pinjaman Luar Negeri kepada Pemberi Pinjaman Luar Negeri dalam hal Menteri menganggap perlu untuk dilakukan perubahan; terdapat usulan perubahan perjanjian pinjaman dari Menteri/Pimpinan Lembaga; dan/atau terdapat usulan perubahan dari Pemerintah Daerah atau BUMN, terhadap Perjanjian Penerusan Pinjaman Luar Negeri.

Penganggaran, Penarikan Pinjaman, dan Pembayaran KewajibanKementerian/Lembaga menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Pinjaman Luar Negeri sebagai bagian dari RKAKL. Menteri menyusun rencana pembiayaan atas Pinjaman Luar Negeri yang diteruspinjamkan atau dihibahkan. Penarikan Pinjaman Luar Negeri dari Pemberi Pinjaman Luar Negeri dilakukan melalui:a. transfer ke Rekening Kas Umum Negara;b. pembayaran langsung;c. rekening khusus;d. Letter of Credit (L/C); atau e. pembiayaan pendahuluan.

Page 40: MANAJEMEN ASET

Strategi Pengelolaan Utang PemerintahStrategi Umum dalam pengelolaan utang pemerintah meliputi :

a. mengoptimalkan potensi pendanaan utang dari sumber domestik melalui penerbitan SBN Rupiah maupun penarikan pinjaman dalam negeri;

b. melakukan pengembangan instrumen utang agar diperoleh fleksibilitas dalam memilih berbagai instrumen yang lebih sesuai, cost-efficient dan risiko yang minimal;

c. pengadaan pinjaman luar negeri dilakukan sepanjang digunakan untuk memenuhi kebutuhan prioritas, memberikan terms & conditions yang wajar (favourable) bagi Pemerintah, dan tanpa agenda politik dari kreditor;

d. mempertahankan kebijakan pengurangan pinjaman luar negeri dalam periode jangka menengah;

e. meningkatkan koordinasi dengan otoritas moneter dan otoritas pasar modal, terutama dalam rangka mendorong upaya financial deepening; dan

f. meningkatkan koordinasi dan komunikasi dengan berbagai pihak dalam rangka meningkatkan efisiensi pengelolaan pinjaman dan sovereign credit rating.

Kebijakan Pengelolaan Risiko dan Portofolio Utang1. Strategi mitigasi risiko tingkat bunga:

a. Memprioritaskan bunga tetap dalam penerbitan/pengadaan utang baru, untuk memberikan tingkat kepastian terhadap bunga yang harus dibayarkan di masa yang akan datang.

b. Melakukan restrukturisasi utang baik SBN maupun pinjaman. melalui program debt switch dan cash buyback. Restrukturisasi ini dilakukan untuk memanfaatkan momentum rendahnya tingkat bunga dan menghindari tambahan beban bunga yang harus dibayar Pemerintah, jika terjadi kenaikan tingkat bunga di pasar keuangan pada masa yang akan datang.

c. Memanfaatkan instrumen derivatif yang tersedia di pasar keuangan untuk tujuan lindung nilai, antara lain dengan menggunakan interest rate swap

2. Strategi mitigasi risiko nilai tukar: a. Menurunkan porsi utang valas terhadap total utang melalui pengurangan

nominal utang valas b. Penerbitan utang dengan mata uang asing diprioritaskan pada mata

uang utama yang memiliki volatilitas yang lebih rendah dengan mempertimbangkan ALM

c. Mengutamakan penerbitan/pengadaan utang tunai dalam mata uang yang sama dengan mata uang untuk pembayaran kewajiban utang yang jatuh tempo

d. Melakukan lindung nilai (hedging) melalui pemanfaatan instrumen forward atau currency swap yang tersedia di pasar keuangan.

e. Melakukan restrukturisasi utang baik SBN maupun pinjaman. melalui program debt switch dan cash buyback. Restrukturisasi ini dilakukan untuk memanfaatkan momentum rendahnya tingkat bunga dan menghindari tambahan beban bunga yang harus dibayar Pemerintah, jika terjadi kenaikan tingkat bunga di pasar keuangan pada masa yang akan datang.

Page 41: MANAJEMEN ASET

f. Memanfaatkan instrumen derivatif yang tersedia di pasar keuangan untuk tujuan lindung nilai, antara lain dengan menggunakan interest rate swap.

3. Strategi mitigasi risiko refinancing: a. melakukan penerbitan SBN yang diprioritaskan pada tenor jangka

menengah ke panjang, untuk menjaga keseimbangan portofolio utang; b. melakukan pengaturan tenor penerbitan/pengadaan utang baru dan

restrukturisasi dan/atau reprofiling utang lama secara terukur.

Indikator Biaya Utang1) Target:

a. rasio biaya terhadap outstanding sebesar 6 persen; b. rasio biaya terhadap penerimaan sebesar 8 persen; dan c. rasio biaya terhadap belanja sebesar 7,6 persen

2) Strategi: a. mengurangi biaya diskon yang dikeluarkan dengan pemilihan seri dan

waktu yang tepat dalam setiap penerbitan; b. memaksimalkan tawaran konversi bunga pinjaman luar negeri; c. penggunaan hedging untuk meningkatkan kepastian terhadap

pembayaran kewajiban utang baik dari Pinjaman maupun SBN d. melakukan buyback dan debt switching terha e. yang mempunyai tingkat kupon yang tinggi

Indikator Risiko FiskalStrategi: a. Memanfaatkan utang terutama untuk membiayai kegiatan/proyek yang

dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. b. Melakukan efisiensi biaya utang yang akan berdampak pada penurunan

defisit sehingga mengurangi pengadaan utang baru. c. Penerbitan/pengadaan utang valas dilakukan secara terukur untuk

mengurangi dampak peningkatan outstanding utang dalam rupiah akibat depresiasi nilai tukar rupiah

Penggunaan Instrumen Hedginga. penggunaan instrumen forward untuk memastikan pembayaran beban

utang valas yang akan jatuh tempodalam jangka pendek; b. penggunaan instrumen currency swap untuk mengubah struktur mata uang

utang dari yang memiliki volatilitastinggi ke rendah; dan c. penggunaan instrumen interest rate swap untuk mengubah tingkat bunga

mengambang menjadi tingkatbunga tetap ketika terjadi historically low interest rate dan mengubah tingkat bunga mengambang menjadi tingkatbunga tetap ketika suku bunga pasar tinggi.

Strategi Pengelolaan SBNa. Strategi SBN Domestik

Pengembangan pasar perdana SBN meningkatkan kualitas penetapan jadwal lelangpenerbitan SBN meningkatkan kualitas penetapan benchmark series SBN yang dapat

mendorong pengembangan pasar sekunder SBN Pengembangan dan penguatan basis investor Pengembangan instrumen SBN

b. Strategi SBN Valas Menerbitkan SBN valas secara terukur.

Page 42: MANAJEMEN ASET

Mengembangkan metode/format penerbitan yang lebih fleksibel untuk mengakomodasi perubahan target pembiayaan

Dalam kondisi ketidakpastian di pasar keuangan dibukakemungkinan untuk menerbitkan instrumen yang tidakstandar, misalnya melalui private placement

Dalam proses eksekusi dan penjatahan dilakukan upayauntuk meningkatkan kualitas investor SBN valas melalui penjatahan pemenang secara selektif, misalnyamenekankan pada real money account.

Strategi Pengelolaan Pinjaman Memilih pemberi pinjaman secara selektif . Meningkatkan penyerapan pinjaman dan/atau kinerja kegiatan. Mengelola struktur portofolio pinjaman .

Peningkatan Kualitas Proses Bisnis proses pembahasan dan penetapan kebijakanpenerusan pinjaman dan

penerushibahan yangmelibatkan berbagai unit proses persiapan, diskusi pendahuluan dancakupan pembahasan dengan

pemberi pinjaman proses harmonisasi untuk meningkatkan keterpaduan.

Peningkatan Kualitas Data dan Informasi Pinjaman pengembangan dan peningkatan kemampuan pegawai yang melakukan

data ent review berkala atas perangkat lunak yang digunakan dan potensi

pengembanga review atas mekanisme proses data entry yang terutama dilakukan

secara aktif oleh front office dan back office.

Strategi Lainnya Peningkatan Komunikasi dan Koordinasi dengan Stakeholder Penerapan ALM Optimalisasi Pemanfaatan Instrumen Utang dalam Pengelolaan Portofolio Pengelolaan Kewajiban Kontinjensi Pemerintah

ISU-ISU MANAJEMEN KONTEMPORER

Page 43: MANAJEMEN ASET

1. Definisi

Risk refer to the possibility of loss, of uncertain but possible bad outcomes. Thus, we might speak of the risk of a road being damaged by heavy rains or an earthquake or of demand for the road being lower than forecast (World Bank)

Risiko adalah segala sesuatu yang berdampak negatif terhadap pencapaian tujuan yang diukur berdasarkan kemungkinan dan dampaknya (PMK 191 / 2008)

Manajemen Risiko adalah pendekatan sistematis untuk menentukan tindakan terbaik dalam kondisi ketidakpastian (PMK 191 / 2008)

2. Sejarah Pengelolaan Resiko1. The code of Hammurabi, written nearly 4,000 years ago, …specified

that the a community should compensate the victims of unsolved thefts within its territory;

2. Rome used private finance with a government guarantee in 215 BC to supply troops in Spain at war with Carthage. The army needed grain and clothes, but the government had no money;

3. The Bridge of Bordeaux : France in 1817;4. U.S. Canals : Pennsylvania in 1819.

3. Elemen Fundamental Pengelolaan Resiko

Risiko Selalu Ada Skenario Bahaya Faktor-Faktor Hukum

Hazard Totem Pole

Risiko Meminta Atensi

Multi Pakar Miliki Strategi Hanya Untuk Beberapa Risiko

Memikirkan Secara Sistematik

Tindakan Preventif Kecelakaan Ada Penyebabnya

Benar-Benar Mencegah

Menggabungkan Lama - Baru

Menghitung Biaya Perilaku Manusia Kritis

Tetap pada Jalur

Usaha Berarti Tindakan

Hanya Tindakan Yang Efektif

Gambaran Fungsional

Covering Expected Losses

4. Risiko Umum Suatu Organisasi1. Risiko Keuangan

Perubahan Suku Bunga, Kurs Valuta, Wanprestasi Kreditur2. Risiko Strategik

Dipengaruhi oleh Kelemahan Internal atau Perubahan Lingkungan, dan biasanya bersifat Jangka Panjang

Page 44: MANAJEMEN ASET

3. Risiko OperasionalDipengaruhi oleh Kelemahan Internal atau Perubahan Lingkungan, dan terkait proses bisnis rutin institusi

4. Risiko HazardDipicu oleh kondisi fisik/nonfisik, dan biasanya datang dari faktor eksternal.

5. Risiko Yang Sering Melibatkan Pemerintah1. Exchange Rate Risk

Risiko yang muncul karena kurs valuta yang volatil2. Insolvency Risk

Risiko ketidakmampuan institusi memenuhi kewajiban hutang jangka panjangnya. Hal ini sering disebut risiko kredit

3. Policy RiskRisiko yang muncul akibat perubahan kebijakan pemerintah. Contoh: pengaturan harga, subsidi dan aturan pajak.

6. Respon Pengabaian Individu Terhadap Resiko

Upaya Pembenaran atas Pengabaian

Menunda “saya akan berhenti minggu depan.”

Tekanan Sosial

“semua orang melakukannya.”

Mengambang

“nanti kita komunikasikan lagi yaa..”

Menyerah “saya sudah kecanduan, jadi menyerah saja.”

Mencontoh “atasan saya saja masih melakukannya.”

Rasionalisasi

“hal itu tidak lebih buruk dari bentuk yang lain.”

Reaktif “jika mereka berhenti mengusik saya, maka saya akan berhenti.”

7. Alternatif Penanganan Risiko1. Accept 2. Reduce3. Avoid4. Spread5. Transfer

Page 45: MANAJEMEN ASET

8. Manajemen Resiko Pemerintah1. Dasarnya adalah peraturan menteri keuangan PMK 191/PMK.09/2008

tentang penerapan manajemen risiko di lingkungan departemen keuangan

2. Definisia. Manajemen resiko: pendekatan sistematis untuk menentukan

tindakan terbaik dalam kondisi ketidakpastianb. Risiko: segala sesuatu yang berdampak negative terhadap

pencapaian tujuan yang diukur berdasarkan kemungkinan dan dampaknya.

c. Compliance office for risk management adalah Inspektorat Jenderal yang bertugas melaksanakan audit terhadap penerapan manajemen risiko pada unit eselon I di lingkngan Depkeu.

3. Proses Manajemen Resiko Pemerintaha. Penetapan Konteksb. Identifikasi risikoc. Analisis risikod. Evaluasi risikoe. Penanganan risikof. Monitoring dan reviug. Komunikasi dan konsultasi

4. Penetapan konteks adalah Penetapan konteks menyangkut penentuan batasan-batasan risiko yang akan dikelola dan menentukan lingkup proses manajemen risiko selanjutnya. Konteks tersebut menyangkut lingkungan internal dan eksternal dan tujuan aktivitas manajemen risiko. Oleh karena itu, penetapan tujuan setiap tahapan proses

Page 46: MANAJEMEN ASET

manajemen risiko harus memperhatikan lingkungan organisasi dan lingkungan eksternal.

PMK 191penetapan konteks dilakukan dengan cara mejabarkan latar belakang, ruang lingkup, tujuan, dan kondisi lingkungan pengendaian dimana manajemen resiko akan diterapkan.

Tujuan utama kegiatan ini adalah memahami seluruh faktor yang akan berpengaruh terhadap kemampuan organisasi dalam mencapai tujuan. Langkah ini diperlukan untuk:

a. menganalisis lingkungan internal dan eksternal; (VIsi, misi, sumber daya, analisis SWOT, renstra, struktur

b. Mengetahui dan menetapkan pihak-pihak yang berkepentingan dengan proses manajemen risiko beserta dengan hasilnya;

c. Menetapkan ruang lingkup dan tujuan penerapan manajemen risiko, kondisi yangmembatasinya dan hasil yang diharapkan;

d. Menetapkan kriteria yang akan digunakan dalam melakukan analisis dan evaluasi risiko.

e. membuat laporan hasil penetapan konteks (membuat dokumentasi Piagam Manajemen Resiko dan hasil analisis konteks

5. Resikopenghalang tercapainya tujuan organisasi. Diperlukan pemahaman tujuan organisasi secara menyeluruh, untuk meyakinkan bahwa semua risiko telah teridentifikasi. Di Depkeu: Balance Scorecard, Eselon II. Sesuai PMK, Pemilik Resiko adalah Eselon II

6. Mengetahui pihak2 yang berkepentingan. Organisasi ada mencapai kebutuhan/keinginan dari para stakeholdernya. Untuk Depkeu, Pemangku kepentingan eksternal tersebut antara lain:- Menteri Keuangan- Direktorat Jenderal atau unit Eselon I lainnya yang terpengaruh oleh kegiatan organisasi- Pelanggan atau pengguna akhir jasa organisasi.- Legislator dan regulator - Kontraktor atau pemasokPemangku kepentingan internal adalah pihak yang berkepentingan dan berada di dalam unit eselon I. Pemangku kepentingan internal tersebut antara lain:- Pegawai dan pejabat di dalam organisasi.- Pelanggan internal yang menggunakan jasa organisasi.

7. Organisasi harus mengembangkan kriteria yang digunakan untuk menganalisis dan mengevaluasi risiko. Kriteria tersebut mencerminkan

Page 47: MANAJEMEN ASET

nilai, tujuan, dan sumber daya organisasi. Kriteria risiko meliputi dua dimensi, yaitu dimensi kemungkinan keterjadian (frekuencies/possibilities/likelihood) dan dimensi dampak risiko (impact/consequencies). Beberapa kriteria berkaitan dengan persyaratan yang ditentukan dalam ketentuan perundangan. Kriteria risiko menyangkut selera risiko (risk appetite) sehingga penetapan kriteria risiko harus oleh Komite Manajemen Risiko.

Komite manajemen resiko terdiri dari Pimpinan unit Eselon I sebagai Ketua Komite Manajemen Resiko, dan dua orang pejabat eselon II sebagai anggota, salah satunya ditunjuk sebagai ketua manajemen resiko (PMK 191 pasal 4)Kriteria resiko disusun setelah kegiatan identifikasi risiko dilakukan.

9. Identifikasi resikoLangkah ini merupakan langkah identifikasi risiko yang akan dikelola. Identifikasi harus dilakukan dengan komprehensif karena risiko yang tidak teridentifikasi pada tahap ini tidak akan dianalisis lebih lanjut. Identifikasi harus mencakup risiko secara komprehensif tanpa memperhatikan apakah risiko tersebut dalam kendali orgainsasi atau tidak. 2. Tujuan Kegiatan Tujuan kegiatan ini adalah:

a. Mengembangkan daftar komprehensif dan menyeluruh tentang sumber risiko, dan kejadian yang mempunyai pengaruh terhadap pencapaian sasaran UPR.

b. Melakukan formulasi dan kategorisasi risiko dengan komponen: apa yang mungkin terjadi (event identification), penyebab terjadinya risiko, waktu terjadinya dan dampak negatif dari risiko tersebut.

c. Melakukan penggolongan atau kategorisasi risiko menurut penyebabnya kedalam jenis risiko sesuai dengan kategori risiko yang tertuang dalam PMK 191 tahun 2008.

Page 48: MANAJEMEN ASET

Analisis risiko merupakan pengembangan pemahaman terhadap risiko. Analisis risiko merupakan masukan bagi evaluasi risiko pada tahap selanjutnya dan digunakan untuk pengambilan keputusan apakah suatu risiko akan dimitigasi atau tidak. Risiko dianalisis dengan mengkombinasikan konsekuensi (consequences) dan kemungkinan terjadinya (likelihood). Analisis awal dapat dilakukan untuk mengggabungkan beberapa risiko yang sama atau mirip. Analisis risiko juga mempertimbangkan pengendalian yang sudah ada. (existing control).Tujuan:

a. Mengetahui profil risiko yang ada dalam satu UPR.b. Menentukan level risiko untuk dimensi kemungkinan

keterjadian dari setiaprisiko.c. Menentukan level risiko untuk dimensi konsekuensi dari setiap

risiko.d. Menentukan level masing-masing risiko.e. Melakukan evaluasi terhadap sistem pengendalian internal yang

ada dalam UPR.

Jenis analisis yang dapat dilakukan untuk masing -masing risiko adalah analisis kualitatif, semi kuantitatif, dan kuantitatif. Jenis analisis harus konsisten dengan kriteria risiko yang telah ditentukan dalam proses sebelumnya.

1) Analisis kualitatif

Page 49: MANAJEMEN ASET

Analisis kualitatif menggunakan kata-kata untuk menguraikan besarnya potensi konsekuensi dan kemungkinan terjadinya suatu risiko. Analisis kualitatif biasa digunakan: a. Sebagai analisis awal sebelum suatu risiko dianalisis lebih lanjut.b. Ketika analisis ini cocok untuk pengambilan keputusan.c. Jika data numerik dan sumber daya tidak memadai untuk

analisis kuantitatif. Analisis kualitatif menggunakan informasi atau data yang faktual bila mungkin.

2) Analisis semi kuantitatfa. Pada analisis semi kuantitatif, skala kualitatif yang digunakan di

atas diberi nilai. Tujuannya adalah memberikan skala pemeringkatan yang lebih informatif dibandingkan dengan analisis kualitatif di atas. Meskipun demikian, pembeian angka atau nilai tersebut tidak berarti memberikan nilai yang tepat terhadap risiko seperti pada analisis kuantitatif.

b. Perlu diperhatikan bahwa pemberian nilai angka pada konsekuensi dan kemungkinan bukanlah berdasarkan akurasi data statistik.

3) Analisis kuantitatif Analisis kuantitatif menggunakan nilai angka (bukan skala

deskriptif pada analisis kualitatif atau skala angka pada analisis semi kuantitatif) baik untuk konsekuensi maupun kemungkinan.

Kualitas analisis kuantitatif bergantung kepada ketepatan dan kelengkapan nilai angka dan model yang digunakan. Level konsekuensi dapat dilakukan dengan pemodelan, dari data historis atau dari hasil eksperimen. Konsekuensi dapat dinyatakan dengan nilai uang atau satuan lain yang relevan.

10.Evaluasi ResikoEvaluasi risiko dilakukan untuk pengambilan keputusan risiko mana yang membutuhkan penanganan dan jenis penanganannya. Evaluasi risiko menyangkut pembandingan level risiko yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.

Fiscal Sustainability

DefinisiKemampuan untuk mempertahankan kondisi fiskal yang ada tanpa membuat suatu penyesuaian terhadap pajak atau kebijakan pengeluaran untuk memastikan solvabilitas perekonomian suatu negara. (marks-2004)

Kondisi fiskal suatu negara dinyatakan sustainable apabila rasio Debt terhadap GDP relatif stabil pada tahun berikutnya.

Page 50: MANAJEMEN ASET

Tujuan Mempertahankan Fiscal Sustainability

Agar terhindar dari penurunan kondisi fiskal tanpa harus merusak target ekonomi makro suatu negara, seperti inflasi, jumlah pengangguran, dan GDP.

Indikator Fiscal Sustainability (Edwards dan Koo – 2002)a. Public Debt tumbuh pada rate yang lebih rendah daripada interest rate.

Dalam artian hutang tidak dilunasi dengan melakukan hutang lain.b. Present value budget constraint

Indikator Fiscal Sustainability – GDP (Blanchard)

a. Primary GAPMengukur penyesuaian terhadap primary deficit yang dibutuhkan untuk menstabilkan rasio utang pemerintah.Apabila dihasilkan nilai minus maka pemerintah harus melakukan penghematan.K2 = (r-n)*b – sK2 = Primary Gap; r = real interest rate; n = real growth rate; b = initial outstanding debt; s = the current primary balance

b. Medium Term Tax GapMengukur penyesuain yang dilakukan pada tax ratio yang dibutuhkan untuk menstabilkan rasio utang pemerintahJika hasilnya positif maka pemerintah harus menaikan tax ratio agar tax revenue meningkatK3 = (g+h)/n + (r-n)*b – tK3= Medium Term Tax Gap; r = Real Interest Rate; g = Ratio of Public Expediture to GDP; s = Current Primary Surplus; n = Real Growth Rate; b = Initial Outstanding Debit; h = Ratio Transfer to GDP; t = Current Tax Ratio

Page 51: MANAJEMEN ASET

Akuntansi Berbasis Akrual dan Penerapannya pada SPAN

Manfaat1. Menghasilkan informasi keuangan yang lebih berkualitas2. Menghasilkan pengukuran kinerja yang lebih baik3. Memfasilitasi manajemen keuangan/aset yang lebih transparan dan

akuntabel

Apa yang terjadi?

1. Penambahan Jenis Laporan dalam LKPPyaitu : Laporan Operasional, Laporan Perubahan SAL dan Laporan Perubahan Ekuitas

2. Penambahan akun baru & pengembangan Posting Rules terkait Akuntansi Akrual Restrukturisasi BAS & Posting RulesEx : Beban Dibayar Dimuka, Piutang, dll

3. Pembedaan penggunaan nama akun dalam Lap. Realisasi Anggaran dan Lap. Operasional.Ex : Beban (LO); dan Belanja (LRA)

Page 52: MANAJEMEN ASET

4. Perubahan Tahap Penjurnalan : Anggaran, Komitment, Realisasi, Penutup, Koreksi

Terdapat pencatatan komitmen untuk kebutuhan reserve pagu Sistem Akuntansi BUN menggunakan dua pencatatan Akrual dan Kas

Tidak menggunakan SAU dan SAKUn namun tetap menghasilkan Lapkeu sesuai SAP

BAS berbasis akrual dan hanya menggunakan satu BAS untuk pencatatan akrual dan kasTerdapat penambahan akun akrual, misalnya beban persediaan.

PolPola hubungan satker dan KPPN menggunakan Due to dan Due frMenggunakan utang dan piutang dari KUN sejak realisasi

Akrual pada saat transaksi pembayaranAkrual saat transaksi menggantikan prosedur akrual saat ini yang dilakukan pada akhir tahun

Akrual dimulai saat pencatatan barang/jasa yang nilainya terukurCash Towards Accrualtidak mencatat BAST

Koreksi dengan jurnal balikAdanya audit trail

Penyempurnaan Proses Bisnis AKLAP

SAAT INI KE DEPAN1. Sistem pencatatan SAI terdiri dari

SAKPA dan SIMAK BMN2. Belum ada output pada BaganAkun

Standar3. Belum ada manajemen komitmen4. Laporan berbasis Cash Toward

Accrual5. Laporan Manajerial disusun

daridatabase berbeda6. Belum ada Laporan Keuangan

berbasis GFS7. Rekonsiliasi laporan keuangan

secara face to face8. Belum ada integrasi Lap. Kinerja dan

Lap.Keuangan9. Database yang terpisah antar KPPN,

Kanwil dan Kantor Pusat DJPBN10.Validasi data transaksi Belum

menggunakan Cross Validation Rule (CVR)

1. Satu sistem akuntansi dengan dua pencatatan: akrual dan kas

2. Struktur Bagan Akun Standarmemasukkan informasi output

3. Menerapkan manajemen komitmen

4. Laporan berbasis Akrual5. Laporan Manajerial disusun

dari satu database 6. Satu sistem akuntansi

dengan dua pencatatan: akrual dan kas

7. Struktur Bagan Akun Standarmemasukkan informasi output

8. Menerapkan manajemen komitmen

9. Laporan berbasis Akrual10.Laporan Manajerial disusun

dari satu database

Page 53: MANAJEMEN ASET