MAn Perbankan.docx
-
Upload
richo-adis-saputra -
Category
Documents
-
view
217 -
download
0
Transcript of MAn Perbankan.docx
Rasio Keuangan Bank
A. Pengertian dan Jenis – Jenis Rasio
Untuk mengetahui kondisi keuangan suatu bank, maka dapat dilihat laporan
keuangan yang di sajikan oleh suatu bank secara periodic. Laporan ini berguna
terutama bagi pemilik, manajemen, pemerintah, dan masyarakat guna mengetahui
kondisi bank maupun kinerja bank tersebut.
Agar laporan ini dapat dibaca, maka perlu dilakukannya analisis terlebih
dahulu. Analisi yang digunakan adalah dengan menggunakan rasio – rasio keuangan
sesuai dengan standard yang berlaku. Adapun rasio keuangan yang disajikan adalah
sebagai berikut.
1. Rasio Likuiditas
Rasio ini bertujuan untuk mengukur seberapa likud suatu bank. Dalam rasio
ini terdiri dari beberapa jenis rasio, yaitu :
a. Quick Ratio
b. Investing Policy Ratio
c. Banking Ratio
d. Asset to Loan Ratio
e. Investment Portofolio Ratio
f. Cash Ratio
g. Loan to Deposit Ratio (LDR)
h. Investment Risk Ratio
i. Liquidity Risk Ratio
j. Credit Risk Ratio
k. Deposit Risk Ratio
2. Rasio Solvabilitas
Rasio ini bertujuan untuk mengukur tingkat efesiensi bank dalam menjalankan
aktivitasnya. Dalam rasio ini terdiri dari beberapa jenis, yaitu :
a. Primary Ratio
b. Risk Assets Ratio
c. Secondary Ratio
d. Capital Ratio
e. Capital Risk
f. Capital Adequacy Ratio
3. Rasio Rentabilitas
Rasio ini bertujuan untuk mengukur efektifitas bank dalam mencapai tujuan.
Dalam rasio ini terdiri dari beberapa jenis, yaitu :
a. Gross Profit Margin
b. Net Profit Margin
c. Return on Equity Capital
d. Gross Yield on Total Asset
e. Gross Profit Margin in Total Assets
f. Net Income on Total Assets
g. Rate Return on Loan
h. Interest Margin on Loans
i. Interest Margin on earning assets
j. Leverage Multiplier
k. Assets Utilization
l. Interest Expanse Ratio
m. Cost Of Fund
n. Cost Of Money
o. Cost on Loanable Fund
p. Cost Of Operable Fund
q. Cost of Effeciency
Untuk Mengaplikasikan rasio – rasio di atas, akan di sajikan laporan neraca dan
laporan laba rugi PT Bank Depati Amir
B. Rasio Liquiditas
Rasio Likuiditas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih. Denga kata lain, dapat
membayar kembali pencairan dana deposannya pada saat ditagih serta dapat
mencukupi permintaan kredit yang diajukan.Semakin besar rasio ini semakin likuid.
Untuk melakukan pengukuran rasio ini, memiliki beberapa jenis rasio yang
masing – masing memiliki maksud dan tujuan.
1. Quick Ratio
Quick ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi
kewajibannya terhadap para deposan ( pemilik simpanan giro, tabungan, dan
deposito) dengan harta yang paling likuid yang dimiliki oleh suatu bank. Rumus
untuk mencari Quick Rasio sebagai berikut :
Quick Ratio = Cash Assets
Total Deposit×100%
Untuk mencari besarnya Quick Ratio dapat kita gunakan contoh neraca di atas
sebagai berikut:
a. Cash Assets:
- Kas Rp 45.600.000,00
- Giro pada Bank Indonesia Rp 320.400.000,00
- Giro pada bank lain Rp 110.000.000,00
- Aktiva likuid dalam valuta asing Rp 330.000.000,00
Jumlah cash assets Rp 806.000.000,00
b. Deposito:
- Giro Rp 835.000.000,00
- Tabungan Rp 150.250.000,00
- Deposito Berjangka Rp 340.500.000,00
Jumlah Deposit Rp1.326.250.000,00
Quick Ratio =806.000.000
1.326 .250.000×100% = 60,77%
2. Investing Policy Ratio
Investing Policy Ratio merupakan kemampuan bank dalam melunasi
kewajibannya kepada para deposannya dengan cara melikuidasi surat-surat
berharga yang dimilikinya.
Rumus untuk mencari Investing Policy Ratio sebagai berikut:
Investing Policy Ratio = Securities
Total Deposit×100%
Untuk mencari besarnya Ivesting Policy Ratio dapat kita gunakan contoh
neraca diatas sebagai berikut:
a. Securities:
- Efek-efek Rp 80.000.000,00
- Deposito Rp150.000.000,00
Jumlah securities Rp230.000.000,00
b. Total Deposit
Rp1.326.250.000,00
Investing Policy Ratio = Rp 230.000 .000,00
Rp 1.326 .250 .000,00 × 100% = 17,34%
3. Banking Ratio
Banking Ratio bertujuan mengukur tingkat likuiditas bank dengan
membandingkan jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah deposit yang
dimiliki. Semakin tinggi rasio ini, maka tingkat likuiditas bank semakin rendah
tingkat likuiditas bank, karena jumlah dana yang digunakan untuk membiayai
kredit semakin kecil, demikian pula sebaliknya.
Rumus untuk mencari Banking Ratio sebagai berikut:
Banking Ratio = Total Loans
Total Deposit × 100%
Untuk mencari besarnya Banking Ratio dapat kita gunakan contoh neraca di
atas sebagai berikut:
a. Loans
- Pinjaman yang diberikan dalam Rp Rp1.250.000.000,00
- Pinjaman dalam valuta asing Rp 540.000.000,00
Jumlah Loans Rp1.790.000.000,00
b. Total deposit Rp1.326.250.000,00
Banking Ratio = Rp1.790 .000 .000,00Rp 1.326 .250 .000,00
× 100%= 135%
4. Assets to Loan Ratio
Assets to Loan Ratio merupakan rasio untuk mengukur jumlah kredit yang
disalurkan dengan jumlah harta yang dimiliki bank. Semakin tinggi tingkat rasio,
menunjukkan semakin rendahnya tingkat likuiditas bank.
Rumus untuk mencari Assets to Loan Ratio sebagai berikut:
Assets to Loan Ratio = Total LoansTotal Assets
× 100%
Untuk mencari besarnya Assets to Loan Ratio dapat kita gunakan contoh
neraca di atas sebagai berikut:
Untuk mencari besarnya Assets to Loan Ratio dapat kita gunakan contoh
neraca di atas sebagai berikut:
a. Total Loans : Rp1.790.000.000,00
b. Total Assets : Rp3.340.000.000,00
Assets to Loans ratio = Rp 1.790 .000 .000,00Rp 3.340 .000 .000,00
× 100% = 54%
5. Invesment Portofolio Ratio
Invesment Portfolio Ratio merupakan rasio untuk mengukur tingkat likuiditas
dalam investasi pada surat-surat berharga.
Untuk menghitung rasio ini, perlu diketahui terlebih dahulu securities yang
jatuh waktunya kurang dari satu tahun, yang digunakan untuk menjamin deposito
nasabah jika ada.
6. Cash Ratio
Cash Ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank melunasi
kewajiban yang harus segera dibayar dengan harta likuid yang dimiliki bank
tersebut.
Rumus untuk mencari Cash Ratio sebagai berikut:
Cash Ratio = Liquid Assets
Short TermBorrowing × 100%
Untuk mencari besarnya Cash ratio dapat kita gunakan contoh neraca di atas
sebagai berikut:
a. Liquid assets Rp 806.000.000,00
b. Short term borrowing
- Giro Rp 835.000.000,00
- Kewajiban segera yang harus dibayar dalam rupiah Rp 40.750.000,00
- Kewajiban segera yang harus dibayar dalam
Valuta Asing Rp 725.000.000,00
Jumlah Short-term borrowing Rp1.601.750.000,00
Cash ratio = Rp 806.000 .000,00
Rp 1.601 .750 .000,00 × 100% = 50,3 %
7. Loan to Deposit Ratio (LDR)
Loan to Deposit Ratio merupakan rasio untuk mengukur komposisi jumlah
kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal
sendiri yang digunakan Besarnya Loan to Deposit Ratio menurut peraturan
pemerintahmaksimum adalah 110 %.
Rumus untuk mencari Loan to Deposit Ratio sebagai berikut:
Loan to Deposit Ratio = Total LOans
Total Deposit+Equity × 100 %
Untuk mencari besarnya Loan to Deposit Ratio dapat kita gunakan contoh
neraca di atas sebagai berikut :
a. Total Loans Rp1.790.000.000,00
b. Total Deposit Rp 1.326.250.000,00
c. Equity Capital:
- Modal disetor Rp 750.000,00
- Dana setoran modal Rp 65.000.000,00
- Cadangan umum Rp 14.000.000,00
- Cadangan lainnya Rp 95.000.000,00
- Sisa laba tahun lalu Rp 21.500.000,00
- Laba tahun berjalan Rp 72.000.000,00
Jumlah Equity Capital Rp 268.250.000,00
Loan to Deposit Ratio = 1.790 .000 .000,00
1.326 .250.000,00+268.250.000,00 = 112 %
Pengukuran Risiko-risiko
1. Investment Risk Ratio
Investment Risk Ratio merupakan rasio untuk mengukur risiko yang terjadi
dalam investasi surat-surat berharga , yaitu dengan membandingkan harga pasar
surat berharga dengan harga nominalya. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin
besar kemampuan bank dalam menyediakan alat-alat liqud.
Untuk mengetahui rasio ini, harus diketahui terlebih dahulu harga pasar dari
securities yang dibeli serta harga nominalnya.
Rumus untuk mencari Investment Risk Ratio sebagai berikut :
InvestmenT Risk Ratio = Market value of securities
Statement value of securities × 100 %
2. Liquidity Risk
Liquidity Risk merupakan rasio untuk mengukur risiko yang akan dihadapi
bank apabila gagal untuk memenuhi kewajiban terhadap para deposannya dengan
harga likuid yang dimilikinya.
Rumus untuk mencari Liquidity Risk sebagai berikut:
Liquidity Risk = Liquid Assets−Short term borrowing
Total Deposit × 100 %
Untuk mencari besarnya Liquidity Risk dapat kita gunakan contoh sebagai
berikut :
a. Liquid Assets/Cash assets Rp 806.000.000,00
b. Short term borrowing
- Giro Rp 835.000.000,00
- Kewajiban segera yang harus dibayar
dalam rupiah Rp 40.750.000,00
- Kewajiban segera yang harus dibayar dalam
Valuta Asing Rp 725.500.000,00
Jumlah Short-term borrowing Rp1.601.750.000,00
c. Total deposit Rp1.326.250.000,00
Liquidity Risk = 806.000 .000,00−1.601 .750 .000,00
1.326 .250 .000,00 = 182,6 %
3. Credit Risk Ratio
Cresit Risk Ratio merupakan rasio untuk mengukur risiko terhadap kredit yang
disalurkan dengan membansingkan kredit macet dengan jumlah kredit yang
disalurkan.
Rumus untuk mencari Credit Risk Ratio sebagai berikut :
Credit Risk Ratio = Bad debts
Total Loans × 100 %
Atau Capital Risk
Capital Risk Ratio = Equity Capital
Risk Assets × 100 %
Untuk perhitungan ratio ini diperlukan data tentang jumlah Bad Debts.
4. Deposit Risk Ratio
Rasio ini digunakan untuk mengukur risiko kegagalan bank membayar
kembali deposannya.
Rumus untuk mencari Deposit Risk Ratio sebagai berikut :
Deposit Risk Ratio = Equity CapitalTotal Deposit
× 100 %
Untuk mencari besarnya Deposit Risk Ratio dapat kita gunakan contoh beraca
di atas sebagai berikut :
a. Equity Capital Rp 268.250.000,00
b. Total Deposit Rp1.326.250.000,00
Deposit risk ratio = 268.250.000
1.326 .250.000,00 × 100 % = 20,2 %