Mal Nutri Si

33
BAB I PENDAHULUAN Sumber gizi dapat dibagi kepada dua jenis, yaitu makronutrien dan mikronutrien. Makronutrien adalah zat yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah yang besar untuk memberikan tenaga secara langsung yaitu protein sejumlah 4 kkal, karbohidrat sejumlah 4 kkal dan lemak sejumlah 9 kkal. Mikronutrien adalah zat yang penting dalam menjaga kesehatan tubuh tetapi hanya diperlukan dalam jumlah yang sedikit dalam tubuh yaitu vitamin yang terbagi atas vitamin larut lemak , vitamin tidak larut lemak dan mineral Malnutrisi Energi dan Protein (MEP) merupakan salah satu dari empat masalah gizi utama di Indonesia. Prevalensi yang tinggi terdapat pada anak di bawah umur 5 tahun (balita) serta pada ibu hamil dan menyusui. Berdasarkan SUSENAS 2002, 26% balita menderita gizi kurang dan gizi buruk, dan 8% balita menderita gizi buruk. Pada MEP ditemukan berbagai macam keadaan patologis, tergantung pada berat dan ringannya kelainan. Pada Riskesdas 2007, angka tersebut turun menjadi 13% balita gizi kurang dan 5,4% gizi buruk (Pudjiadi, 2010). 1

description

malnutrisi anak

Transcript of Mal Nutri Si

Page 1: Mal Nutri Si

BAB I

PENDAHULUAN

Sumber gizi dapat dibagi kepada dua jenis, yaitu makronutrien dan mikronutrien.

Makronutrien adalah zat yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah yang besar untuk

memberikan tenaga secara langsung yaitu protein sejumlah 4 kkal, karbohidrat sejumlah 4

kkal dan lemak sejumlah 9 kkal. Mikronutrien adalah zat yang penting dalam menjaga

kesehatan tubuh tetapi hanya diperlukan dalam jumlah yang sedikit dalam tubuh yaitu

vitamin yang terbagi atas vitamin larut lemak , vitamin tidak larut lemak dan mineral

Malnutrisi Energi dan Protein (MEP) merupakan salah satu dari empat masalah gizi

utama di Indonesia. Prevalensi yang tinggi terdapat pada anak di bawah umur 5 tahun (balita)

serta pada ibu hamil dan menyusui. Berdasarkan SUSENAS 2002, 26% balita menderita gizi

kurang dan gizi buruk, dan 8% balita menderita gizi buruk. Pada MEP ditemukan berbagai

macam keadaan patologis, tergantung pada berat dan ringannya kelainan. Pada Riskesdas

2007, angka tersebut turun menjadi 13% balita gizi kurang dan 5,4% gizi buruk (Pudjiadi,

2010).

Penyebab KEP dapat dibagi kepada dua penyebab yaitu malnutrisi primer dan

malnutrisi sekunder. Malnutrisi primer adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh

asupan protein maupun energi yang tidak adekuat. Malnutrisi sekunder adalah malnutrisi

yang terjadi karena kebutuhan yang meningkat, menurunnya absorpsi dan/atau peningkatan

kehilangan protein maupun energi dari tubuh (Nelson, 2010).

Kurang energi protein bisa terjadi karena adanya beberapa faktor yang secara

bersamaan menyebabkan penyakit ini, antara lain ialah faktor sosial dan

1

Page 2: Mal Nutri Si

ekonomi contohnya masalah kemiskinan dan faktor lingkungan yaitu tempat tinggal yang

padat dan tidak bersih. Selain itu, pemberiaan Air Susu Ibu (ASI) dan makanan tambahan

yang tidak adekuat juga menjadi penyebabkan terjadinya masalah KEP.

Parameter keparahan dan klasifikasi KEP dapat diukur dengan menggunakan

indikator antropometri. Indikator berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB) dapat

digunakan sebagai petunjuk dalam penentuan status gizi sekarang dan tinggi badan terhadap

usia (TB/U) digunakan sebagai petunjuk tentang keadaan gizi masa lampau. Departemen

Kesehatan RI (2000) merekomendasikan baku WHO-NCHS untuk digunakan sebagai baku

antropometri di Indonesia. Anak dikatakan menderita KEP apabila berada di bawah -2 Z-

score dari setiap indikator.

Secara klinis, KEP dapat dibagikan kepada tiga tipe yaitu, kwashiorkor, marasmus,

dan marasmik-kwashiorkor. Marasmus terjadi karena pengambilan energi yang tidak cukup

sementara kwashiorkor terjadi terutamanya karena pengambilan protein yang tidak cukup.

Sementara tipe marasmik kwashiorkor yaitu gabungan diantara gejala marasmus dan

kwashiorkor (Nelson, 2010).

Berikut ini adalah laporan kasus yang disertai dengan tinjauan pustaka dari malnutrisi

energi dan protein, penulis berharap bahwa laporan kasus ini dapat bermanfaat dan menjadi

tambahan ilmu bagi penulis serta pembaca.

2

Page 3: Mal Nutri Si

Bab II

Tinjauan Pustaka

Definisi

Kekurangan Energi Protein (KEP) adalah spektrum keadaan yang disebabkan oleh

berbagai tingkat defisiensi kalori dan protein (Nelson, 2010). Gangguan gizi yang disebabkan

oleh kekurangan protein dan atau kalori, serta sering disertai dengan kekurangan zat gizi lain

(PDT, 2008).

Patofisiologi

KEP mewakili hubungan kompleks antara penurunan asupan protein dan kalori,

mencetuskan kejadian-kejadian seperti penyapihan atau infeksi gastrointestinal, beberapa

penyakit kronik, dan komplikasi yang disebabkan oleh KEP dan infeksi. Adaptasi anak

terhadap penurunan asupan protein dan kalori adalah khas untuk anak kelaparan, dan

disfungsi imun sekunder serta pemajanan terhadap penyakit infeksi terus-menerus

meningkatkan morbiditas dan mortalitas KEP.

Pengaruh akhir defisiensi nutrisi dan kejadian-kejadian hormonal ini adalah

mengurangi (menyisakan) penggunaan glukosa jaringan dan meningkatkan mobilisasi dan

penggunaan bahan bakar pengganti (proteolisis, lipolisis, ketogenesis). Pada mulanya, asam

lemak bebas dan keton dapat mengurangi proteolisis, tetapi pada defisiensi berat, pemecahan

otot terus berlanjut dna sintesis akhir protein dikurangi.

Ada beberapa fase adaptasi metabolik pada KEP, fase pertama adalah pengurangan

dalam pemakaian energi volunter yang digunakan untuk aktivitas fisik spontan, fase kedua

adalah pengurangan kecepatan penambahan massa dan panjang tubuh, dan yang terakhir

adalah pengurangan pemakaian energi istirahat. Bentuk malnutrisi marasmik menyebabkan

3

Page 4: Mal Nutri Si

pengurangan yang lebih tajam pemakaian energi istirahat daripada pengurangan yang

disebabkan oleh kwashiorkor.

Asupan makronutrien yang tidak cukup, terutama bila diperkuat dengan infeksi yang

menyertai menyebabkan terhentinya pertumbuhan. Keseimbangan nitrogen normal dapat

dipertahankan jika asupan protein belum dilampaui oleh kehilangan nitrogen yang

berlebihan, pada anak sehat maupun KEP, efisiensi keseimbangan nitrogen lebih besar dari

95%. Pergantian (turnover) adalah pengkuruan sintesis dan degradasi protein endogen total.

Pada anak dengan kwashiorkor, kecepatan tersebut sangat berkurang. Sebaliknya, kecepatan

pergantian pada anak normal meningkat dalam responsnya terhadap stres infeksi.

Penurunan asupan protein menyebabkan penurunan kecepatan sintesis albumin

selama beberapa hari. Nantinya jika berlanjut, penurunan asupan menyebabkan penurunan

kadar transferin albumin serum, protein pengikat retinol, dan pre-albumin. Namun, karena

perbedaan dalam waktu paruh, kadar albumin serum tidak menurun selama 1-2 minggu,

seadangkan kadar prealbumin menurun dalam beberapa hari. Dengan demikian, untuk

menilai status nutrisi jangka pendek, lebih disukai penggunaan penanda serum yang waktu

paruhnya lebih pendek, yaitu pre-albumin. Walaupun sintesis kadar albumin akut hepatik

menurun dalam beberapa hari, sintesis protein fase akut hepatik (misalnya, protein fase C,

seperti CRP) dilindungi pada keadaan ini. Selain adaptasi sintesis hepatik, pengahncuran

protein otot meningkat. Pada anak marasmik, mekanisme ini mempertahankan kadar asam

amino bebas di plasma dan sekresi protein hati. Pada anak dengan kwashiorkor, adaptasi

gagal mempertahankan kadar asam amino serum dan sintesis protein hati sehingga kadar

asam amino rantai-cabang di plasma.

4

Page 5: Mal Nutri Si

Defisiensi makronutrien dan infeksi tertentu (misalnya campak dan rotavirus) juga

menurunkan kecepatan sintesis enzim pankreas dan hidrolase vili (brush border) mukosa

usus yang dapat memperlambat rehabilitasi diet di kemudian hari.

Kandungan air dalam tubuh meningkat pada kwashiorkor akibat massa jaringan

adiposa yang berkurang dan retensi air. Osmolalitas darah dan kadar natrium serum mungkin

rendah, dan kadar kalium dan megnesium serum mungkin menurun. Kadar magnesium dan

kalium tubuh total menurun pada semua anak kurang gizi akibat kekurangan massa otot. Pada

kwashiorkor juga terdapat defek membran natrium-kalium di jaringan lunak. Baik kalsium

maupun fosfor rendah, tetapi jarang terjadi tetani. Kadar seng dan tembaga serum sangat

menurun pada kwashiorkor, tetapi normal pada marasmik. Jika suplemen diet mikronutrien

yang cukup tidak diberikan, kadar seng dan tembaga dapat cepat turun selama rehabilitasi

nutrisi (Nelson, 2010).

Manifestasi Klinis

Secara klinis, KEP terdapat dalam tiga tipe, yaitu :

1. Kwashiorkor

Edema, yang dapat terjadi di seluruh tubuh, wajah sembab dan membulat, mata sayu,

rambut tipis, kemerahan seperti rambut jagung, mudah dicabut dan rontok, cengeng,

rewel, dan apatis, pembesaran hati, otot mengecil (hipotrofi), bercak merah kecoklatan di

kulit dan mudah terkelupas (crazy pavement dermatosis), sering disertai penyakit infeksi

akut, terutama diare dan anemia.

2. Marasmus

Sangat kurus, tampak tulang terbungkus kulit, wajah seperti orang tua, cengeng dan

rewel, kulit keriput, jaringan lemak subkutan minimal/tidak ada, perut cekung, iga

gambang, sering disertai penyakit infeksi dan diare.

5

Page 6: Mal Nutri Si

3. Marasmus-Kwashiorkor

Campuran dari gejala klinis kwahiorkor dan marasmus (PDT, 2008).

Diagnosis

Ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala klinis serta pengukuran antropometri. Anak

didiagnosis gizi buruk apabila:

BB/TB <-3SD atau <70% dari median (marasmus)

Edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh (kwashiorkor : BB/TB >-3 SD

atau marasmik-kwashiorkor : BB/TB <-3SD)

Jika BB/TB tidak dapat diukur, gunakan tanda klinis berupa anak tampak sangat kurus

(visible severe wasting) dan tidak mempunyai jaringan lemak bawah kulit terutama pada

kedua bahu, lengan, pantat dan paha, tulang iga terlihat jelas dengan atau tanpa adanya

edema (WHO, 2009).

Penilaian awal gizi buruk dengan cara melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Anamnesis terdiri dari anamnesis awal dan anamnesis lanjutan.

Anamnesis awal (untuk kedaruratan):

Kejadian mata cekung yang baru saja muncul

Lama dan fekuensi diare dan muntah serta tampilan dari bahan muntah dan diare

(encer/darah/lendir)

Kapan terakhir berkemih

Sejak kapan tangan dan kaki teraba dingin

Anamnesis Lanjutan (untuk mencari penyebab dan rencana tatalaksana berikutnya, dilakukan

setelah kedaruratan tertangani) :

6

Page 7: Mal Nutri Si

Diet (pola makan) /kebiasaan makan sebelum sakit

Riwayat pemberian ASI

Asupan makanan dan minuman yang dikonsumsi beberapa hari terakhir

Hilangnya nafsu makan

Kontak dengan pasien campak atau Tb paru

Pernah sakit campak dalam tiga bulan terakhir

Batuk kronik

Kejadian dan penyebab kematian saudara kandung

Berat badan lahir

Riwayat tumbuh kembang anak

Riwayat imunisasi

Apakah ditimbang setiap bulan

Lingkungan keluarga

Diketahui atau tersangka HIV

Pemeriksaan Fisik

Apakah anak tampak sangat kurus, adakah edema di kedua punggung kaki

Tanda dehidrasi : tampak haus, mata cowong, turgor buruk

Adakah tanda syok

Demam

Frekuensi dan tipe pernafasan

Sangat pucat

Pembesaran hati dan ikterus

Adakah perut kembung, bising usus meninggi, tand asites, abdominal splash

Tanda defisiensi vitamin A pada mata : bercak Bitot, ulkus kornea, keratomalasia

7

Page 8: Mal Nutri Si

Ulkus pada mulut

Fokus infeksi : paru, kulit, telinga, tenggorokan

Lesi kulit pada kwashiorkor, berupa hipo atau hiper pigmentasi, ulserasi, lesi

eksudatif

Tampilan tinja

Tanda dan gejala HIV

Penatalaksanaan

Pada saat masuk rumah sakit, anak harus dipisahkan dari pasien infeksi, dan

ditempatkan di ruangan yang hangat (25-30°C, bebas dari angin). Serta dilakukan

pemantauan secara rutin. Jika memandikan anak harus dikeringkan segera dan dilakukan

seminimal mungkin.

Penatalaksanaan gizi buruk meliputi 10 langkah dan terbagi dalam 2 fase, yaitu fase

stabilisasi dan rehabilitasi.

Hipoglikemia

Semua anak dengan gizi buruk beresiko gizi buruk (gula darah <54 mg/dl), sehingga

harus diberikan makanan atau larutan glukosa 10% segera setalah masuk rumah sakit.

Pemberian makanan yang sering sangat penting dilakukan pada anak dengan gizi buruk .

Segera beri F-75 pertama atau modifikasinya bila penyediaannya memungkinkan. Jika

tidak dapat, berikan 50 ml larutan glukosan atau gula 10% (1 sendok teh munjung gula dalam

50 ml air) secara oral atau NGT, teruskan pemberian ASI di luar jadwal pemberian F-75, jika

anak letargis, berikan D10% secara intravena (bolus) sebanyak 5 mg/kgBB, atau larutan

glukosa 50 ml dengan NGT.

8

Page 9: Mal Nutri Si

Jika setelah diberikan larutan gula, kadar gula darah masih di bawah 54 mg/dl, ulangi

pemberian larutan glukosa atau gula 10%.

Hipotermia

Jika suhu aksilar <35,5°C, segera berikan F-75 atau rehidrasi terlebh dahulu jika

perlu. Pastikan bahwa anak dalam kondisi hangat, dengan berpakaian dan menutupi

kepalanya, serta tutup dengan selimut hangat dan letakkan pemanas atau lampu di dekatnya.

Kemudian, ukur suhu tiap dua jam sampai suhu meningkat menjadi 36,5°C atau lebih.

Dehidrasi

Cenderung terjadi diagnosis berlebihan dari dehidrasi dan estimasi yang berlebihan

mengenai derajat keparahan pada anak dengan gizi buruk. Hal ini disebabkan sulitnya

menentukan status dehidrasi secara tepat pada anak dengan gizi buruk, hanya dengan

menggunakan gejala klinis saja. Yang perlu diingat adalah hipovolemia dapat terjadi

bersamaan dengan adanya edema.

Jangan gunakan infus untuk rehidrasi, kecuali pada kasus dehidrasi berat dengan

syok. Beri ReSoMal, per oral atau NGT, lakukan lebih lambat jika dibandingkan rehidrasi

pada anak dengan gizi baik. Beri ReSoMal 5 ml/kgBB setiap 30 menit untuk 2 jam pertama,

kemudian setelah 2 jam, berikan ReSoMal 5-10 ml/kgBB/jam berselang-seling dengan F-75

dengan jumlah yang sama, setiap jam selama 10 jam. Selanjutnya, berikan F-75 secara teratur

setiap 2 jam, jika masih diare, beri ReSoMal setiap kali diare. Untuk usia <1 th : 50-100 ml

setiap kali buang air besar, sedangkan untuk usia >1 th : 100-200 ml setiap buang air besar.

Berikut ini adalah resep ReSoMal (Mengandung 37,5 mmol Na, 40 mmol K, dan 3 mmol Mg

per liter) :

9

Page 10: Mal Nutri Si

Bahan Jumlah

Oralit WHO

Gula pasir

Larutan mineral-mix

Ditambah air sampai menjadi

1 sachet (200 ml)

10 gr

8 ml

400 ml

Oralit WHO mengandung 2,6 gr NaCl, 2,9 gr trisodium citrate dihydrate, 1,5 gr KCL, 13,5 gr

glukosa dalam 1 liter air. Bila larutan mineral-mix tidak tersedia, dapat dibuat sendiri atau

sebagai pengganti ReSoMal, dapat diberikan :

Bahan Jumlah

Oralit

Gula pasir

Bubuk KCl

Ditambah air sampai menjadi

1 sachet (200 ml)

10 gr

0,8 gr

400 ml

Larutan mineral-mix mengandung :

Bahan Jumlah (gr)

Kalium clorida (KCl)

Tripotassium citrate

Magnesium klorida (MgCl2.6H2O)

Seng asetat (Zn asetat.2H2O)

Tembaga sulfat (CuSO4.5H2O)

Tambahkan air sampai menjadi

89,5

32,4

30,5

3,3

0,56

1000 ml

Jika ada, tambahkan juga selenium (0,01 gr natrium selenat NaSeO4.10H2O) dan iodium

(0,005 g kalium iodida) per 1000 ml.

10

Page 11: Mal Nutri Si

Pantau kemajuan proses rehidrasi dan perbaikan keadaan klinis setiap setengah jam

selama dua jam pertama, kemudian tiap satu jam sampai 10 jam berikutnya. Waspada

terhadap kelebihan cairan dengan memeriksa frekuensi nafas, nadi, frekuensi pipis dan

jumlah produksi urin serta frekuensi buang air besar dan muntah.

Elektrolit

Semua anak dengan gizi buruk mengalami defisiensi kalium dan magnesium yang mungkin

membutuhkan waktu 2 minggu atau lebih untuk memperbaikinya. Terdapat kelebihan

natrium total dalam tubuh, walaupun kadar natrium serum mungkin rendah. Untuk

menangani ini, dapat diberikan larutan mineral mix yang ditambahkan ke dalam F-75, F-100

atau ReSoMal, serta siapkan makanan tanpa menambahkan garam.

Infeksi

Pada gizi buruk, gejala infeksi yang biasa ditemukan seperti demam, seringkali tidak

ada, padahal infeksi ganda merupakan hal yang sering terjadi. Tatalaksana infeksi pada gizi

buruk dengan memberikan antibiotik spektrum luas, vaksin campak jika anak berumur >6

bulan dan belum pernah mendapatkan vaksin tersebut, atau jika anak berusia >9 bulan dan

sudah pernah diberi vaksin sebelum berusia 9 bulan.

Pilihan antibiotik dapat diberikan : Cotrimoxsazol per oral (25 mg SMZ + 5 mg

TMP/kgBB setiap 12 jam).

Jika ada komplikasi seperti hipoglikemia, hipotermia, atau anak terlihat letargis,

tampak sakit berat, beri ampisillin (50mg/kgBB im/iv setiap 6 jam) selama 2 hari, dilanjutkan

dengan amoksisillin oral (15 mg/kgBB setiap 8 jam) selama 5 hari, atau jika tidak tersedia

amoksisillin, beri ampisillin oral (50mg/kgBB setiap 6 jam) selama 5 hari sehingga total

selama 7 hari, ditambah : gentamisin (7,5mg/kgBB/hari im/iv) setiap hari selama 7 hari. Jika

11

Page 12: Mal Nutri Si

anak tidak membaik dalam waktu 48 jam, tambahkan kloramfenikol (25mg/kgBB im/iv

setiap 8 jam) selama 5 hari.

Mikronutrien

Berikan setiap hari paling sedikit dalam 2 minggu : multivitamin, asam folat (5 mg

pada hari 1, dan selanjutnya 1 mg/hari), seng (2 mg Zn elemental/kgBB/hari), tembaga (0,3

mg Cu/kgBB/hari), ferosulfat 3 mg/kgBB/hari setelah berat badan naik (dimulai pada fase

rehabilitasi), vitamin A diberikan secara oral pada hari ke-1 dengan dosis di bawah ini :

Umur Dosis (IU)

< 6 bulan

6-12 bulan

1-5 tahun

50.000 (1/2 kapsul Biru)

100.000 (1 kapsul Biru)

200.000 (1 kapsul Merah)

Makanan awal

Sifat utama yang menonjol dari pemberian makanan awal adalah : Makanan dalam

jumlah sedikit tetapi sering dan rendah osmolaritas maupun rendah laktosa, serta dapat

diberikan secara oral atau NGT, hindari penggunaan parenteral. Kemudian dilakukan

monitoring antara jumlah makanan yang dihabiskan dan diberikan, seberapa sering anak

untuk muntah, frekuensi defekasi dan konsistensi feses, serta berat badan anak. Jumlah

kandungan energi : 100 kkal/kgBB/hari, protein : 1-1,5 gr/kgBB/hari, dan cairan : 130

ml/kgBB/hari. Berikut ini adalah Jadwal Pemberian Makanan pada anak dengan gizi buruk

serta kandungan volume per hari dan per pemberian :

12

Page 13: Mal Nutri Si

Hari ke- Frekuensi Volume/kgBB/pemberian Volume/kgbb/hari

1-2 Setiap 2 jam 11 ml 130 ml

3-5 Setiap 3 jam 16 ml 130 ml

6 dst Setiap 4 jam 22 ml 130 ml

Di bawah ini adalah kandungan F-75, F100, serta modisco dan cara pembuatannya :

13

Page 14: Mal Nutri Si

Tumbuh kejar

Tanda yang menunjukkan anak telah mencapai fase ini adalah kembalinya nafsu

makan dan berkurangnya edema atau menghilang. Jika ini muncul, maka segera ganti F-75

dengan F-100, beri F-100 sejumlah yang sama dengan F-75 selama 2 hari berturutan,

kemudian naikkan jumlah F-100 setiap 10 ml setiap kali pemberian sampai anak tidak

mampu menghabiskan. Setelah transisi bertahap, beri anak makanan yang sejumlah dengan

tidak terbatas dengan energi : 150-220 kkal/kgBB/hari dan protein : 4-6 g/kgBB/hari.

Kebutuhan zat gizi anak gizi buruk menurut fase pemberian makanan adalah :

Zat gizi Stabilisasi Transisi Rehabilitasi

Energi Protein Cairan

80-100 kkal/ kgBB/hari 1-1,5 g/kgbb/hari 130 ml/kgbb/hari 100 ml/kgbb/hari bila edema berat

100-150 kkal/kgbb/hari 2-3 g/kgbb/hari 150 ml/ kgbb/ hari

150-220 kkal/ kgbb/hari 4-6 g/kgbb/hari150-200 ml/kgbb/ hari

14

Page 15: Mal Nutri Si

Lakukan penilaian kemajuan terapi dengan monitoring kenaikan berat badan, dengan tingkat:

Kurang (<5 g/kgbb/hari) à anak membutuhkan penilaian lengkap

Sedang (5-10 g/kgbb/hari) à periksa apakah target asupan terpenuhi atau mungkin ada

infeksi yang tidak terdeteksi

Baik (>10 g/kgbb/hari)

Stimulasi sensoris

Minta ibu untuk bekerjasama dengan melakukan ungkapan kasih sayang ,

menciptakan lingkungan yang ceria, menemani anak untuk terapi bermain yang terstruktur

selama 15-30 menit per hari, menyemangati anak untuk melakukan aktivitas fisik segera

setelah anak cukup sehat, dan melibatkan ibu sesering mungkin dalam pengobatan anak.

Persiapan pulang

Bila telah tercapai BB/TB >-2 SD atau setara dengan >80% dapat dianggap anak telah

sembuh. Berikan contoh kepada orang tua menu dan cara membuat makanan kaya energi dan

padat gizi serta frekuensi pemberian makanan yang sering, juga sarankan untuk melengkapi

imunisasi dasar dan atau ulangan, mengikuti program pemberian vitamin A. Selain itu, untuk

mengurangi resiko kambuh, pastikan anak sudah menyelesaikan pengobatan antibiotik,

mempunyai nafsu makan yang baik, menunjukkan kenaikan berat badan yang baik serta

edema sudah hilang atau setidaknya berkurang.

Komplikasi dari gizi buruk ini adalah Diare persisten, Disentri, Otitis Media,

Pneumonia, UTI, Infeksi kulit, TB, Cacingan, Malaria, HIV dan AIDS.

15

Page 16: Mal Nutri Si

Bab III

Laporan Kasus

Identitas Pasien

• Nama : An. AY

• Usia : 18 bln

• Agama : Islam

• Suku : Jawa

• Alamat : Megaluh-Jombang

• MRS : 7 Januari 2015

Identitas Orang tua Pasien :

• Nama Ayah : Tn. J

• Usia : 38th

• Pendidikan terakhir : SMP

• Pekerjaan : Swasta

• Nama Ibu : Ny. H

• Usia : 33 th

• Pendidikan terakhir : SMP

• Pekerjaan : IRT

16

Page 17: Mal Nutri Si

Keluhan Utama : Gatal - Gatal

RPS :

Pasien datang dengan keluhan berat badan semakin turun awalnya pasien tidak kurus,

ibu pasien mengaku jika anaknya sulit makan, hanya menyusu dari ibunya saja ibu pasien

juga mengaku jika badan gatal gatal sejak usia 5 bln, gatal tidak kunjung sembuh sudah di

bawa ke dr SpKK, Seluruh kepala penuh bekas luka dan mengeluh leher selalu basah dan

gatal, mulai usia 5 bulan pasien sulit makan , ibu mengeluh badan semakin turun semula BB

7 kg menjadi 5,8 kg perut juga semakin membesar dan keras, BAK (+) BAB (+)

RPD :

Sejak dulu pasien menderita Gatal - Gatal dan tidak sembuh – sembuh,

RPK :

Di keluarga tidak ada yang menderita penyakit kulit yang sama

RPSosial :

Sulit makan hanya mau mengempeng ibu saja , pasien jadi gampang menangis .ari-

hari makan seadanya, nasi tahu dan tempe, tapi pasien jarang mau makan, minum susu juga

enggan

Riwayat Pemberian ASI :

Minum Asi sejak lahir hingga sekarang, sulit di berikan susu formula

Riwayat Imunisasi :

Hepatitis B +, Polio +, BCG +, DPT +, Campak +

17

Page 18: Mal Nutri Si

Riwayat Tumbuh Kembang :

Ibu mengaku tidak ada keterlambatan dalam pertumbuhan anaknya.

Pemeriksaan Fisik :

• Antropometri :

BB/TB : 5,8 kg / 69 cm

LILA : 8 cm

BB/U : -3 SD

• Vital Sign :

TD : 90/70 mmHg

N : 120x/menit

RR : 30x/mnt

T : 39,3°C

• Kepala Leher :

anemis +, ikterus -, cyanosis -, pembesaran kelenjar getah bening -,

• Thorax :

Pulmo : tulang rusuk terlihat jelas, simetris, retraksi -/-, rh -/-, wh -/-

Cor : S1 S2 tunggal, regular, murmur -, gallop –

18

Page 19: Mal Nutri Si

• Abdomen :

distended, hepar lien ttb, nyeri tekan -, turgor kulit ↓, meteorismus +, Bising usus +

• Ekstremitas :

akral hangat +/+, edema -, pitting edema -, lemak bawah kulit -

Laboratorium :

• Hb : 5,2 mg/dl

• Leukosit : 50.600/mm3

• PCV : 18

• Eritrosit : 3.240.000/mm3

• Trombosit : 573.000/mm3

• SGOT : 87

• SGPT : 53

• Albumin : 2,75

Resume :

Anak, 18 bln gatal gatal sejak usia 5 bulan, berat badan semakin menurun, sulit

makan dan minum susu formula, Perut semakin membesar dan keras, saat ini bb 5,8

kg, tb 69 cm, lila 8 cm, z-score -3 SD, rpd : pasien selalu kontrol ke dokter kulit

karena gatal ,dari pemeriksaan didapatkan anemis, turgor kulit turgor turun,

19

Page 20: Mal Nutri Si

Dermatitis, Hepatomegali (+) Hb 5,8 mg/dl, Leukosit : 50.600 /mm3, PCV : 18

Eritrosit : 3.290.000/mm3, Trombosit : 573.000/mm3, SGOT : 87 , SGPT : 53,

Albumin : 2,75

Diagnosis :

• Gizi Buruk

• Anemia

Planning :

• Diagnosis : Gula Darah, HDT,

• Terapi :

Inf. RL 250cc/24 jam

Inj. Meronem 3 x 500

Inj. Genta 1x 30

Trf PRC 50 cc 3 / 3jam selang 8 jam

• Monitoring :

TTV, edema, frekuensi BAB dan BAK serta jumlah dan konsistensinya, gula darah,

berat badan

• Edukasi :

Minta ibu supaya meletakkan adk di tempat yang hangat, ganti baju jika baju

basah dan terus selimuti adk agar tetap hangat

20

Page 21: Mal Nutri Si

Minta keluarga untuk memberi makan adk sedikit-sedikit tapi sering juga untuk

menyemangati adk agar mau minum susu

Jaga kebersihan ruangan, dan tempat tidur, serta mandikan adk dengan air hangat

dan segera selimuti

Hasil Pemeriksaan Penunjang Tambahan :

• HDT

Sel darah merah hipokrom mikrositik à anemia defisiensi besi

• Kultur Darah

Tidak ada pertumbuhan

• Thx foto

dalam batas normal

• BOF

suspect hirschprung letak bawah

21

Page 22: Mal Nutri Si

Progres Note :

8-1-15 (Hari rawat ke-2) 9-1-15 (Hari rawat ke-3) 10-1-15 (Hari rawat ke-4)

Panas (+), Muntah (-), Badan

lemah + muntah +, rewel +

Anemis + Gatal +

Panas (+), Muntah (-), Badan

lemah + muntah +, rewel +

Anemis + Gatal +

Panas (+), Muntah (-), Badan

lemah + muntah +, rewel +

Anemis + Gatal +

k/u : CM N : 110x/mnt, RR : 28

x/mnt T : 39”c

k/l : a/i/c/d : +/-/-/-

Th : simetris, retraksi -, rh-/-, wh

-/-

S1 S2 tunggal regular murmur -,

gallop –

Abd : distended, hepatomegali,

nyeri tekan -, BU +

Ext : akral hangat +, edema +

BB : 5,8 kg

k/u : CM N : 106x/mnt, RR : 24

x/mnt T : 36,5

k/l : a/i/c/d : +/-/-/-

Th : simetris, retraksi -, rh-/-, wh

-/-

S1 S2 tunggal regular murmur -,

gallop –

Abd : distended, hepatomegali,

nyeri tekan -, BU +

Ext : akral hangat +, edema +

BB : 5,8 kg

k/u : CM N : 109x/mnt, RR : 22

x/mnt T : 36,8

k/l : a/i/c/d : +/-/-/-

Th : simetris, retraksi -, rh-/-, wh

-/-

S1 S2 tunggal regular murmur -,

gallop –

Abd : distended, hepatomegali,

nyeri tekan -, BU +

Ext : akral hangat +, edema -

BB : 5,8 kg

Gizi buruk

Anemia

Susp. Sepsis

Gizi buruk

Anemia

Susp. Sepsis

Gizi buruk

Anemia Def Zat Besi

Sepsis

Inf. D5 ¼ NS 250cc/24 jam

Albumin 15cc

Inj. Meronem 3x150

Inj Genta 1x 30

PRC 50 cc / 3jam

Urdahex 3x60

Susu 60/4jam

Inf. D5 ¼ NS 250cc/24 jam

Albumin 15cc

Inj. Meronem 3x150

Inj Genta 1x 30

PRC 50 cc / 3jam

Urdahex 3x60

Susu 60/4jam

Inf. D5 ¼ NS 100cc/24 jam

Albumin 10cc

Inj. Meronem 3x150

Inj Genta 1x 30

Urdahex 3x60

Susu 60/2jam

22

Page 23: Mal Nutri Si

11-1-15 (Hari rawat ke-2) 12-1-15 (Hari rawat ke-3)

Panas (+), Muntah (-), Badan lemah + muntah

+, rewel + Anemis + Gatal +

Panas (+), Muntah (-), Badan lemah + muntah +,

rewel + Anemis + Gatal +

k/u : CM N : 105x/mnt, RR : 28 x/mnt T : 39,4

k/l : a/i/c/d : +/-/-/-

Th : simetris, retraksi -, rh-/-, wh -/-

S1 S2 tunggal regular murmur -, gallop –

Abd : distended, hepatomegali, nyeri tekan -,

BU +

Ext : akral hangat +, edema +

BB : 6 kg

k/u : CM N : 106x/mnt, RR : 24 x/mnt T : 37,5

k/l : a/i/c/d : +/-/-/-

Th : simetris, retraksi -, rh-/-, wh -/-

S1 S2 tunggal regular murmur -, gallop –

Abd : distended, hepatomegali, nyeri tekan -, BU +

Ext : akral hangat +, edema +

BB : 6 kg

Gizi buruk

Anemia

Susp. Sepsis

Gizi buruk

Anemia

Susp. Sepsis

Inf. D5 ¼ NS 100cc/24 jam

Albumin 10cc

Inj. Meronem 3x150

Inj Genta 1x 30

Urdahex 3x60

Susu 60/4am

Inf. D5 ¼ NS 100cc/24 jam

Albumin 10cc

Inj. Meronem 3x150

Inj Genta 1x 30

Urdahex 3x60

Susu 60/2jam

23

Page 24: Mal Nutri Si

DAFTAR PUSTAKA

1. Pudjiadi, Antonius H, 2010, Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak

Indonesia, Jilid 1

2. RS. Umum dr. Soetomo, 2008, Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF Ilmu

Kesehatan Anak, Surabaya.

3. Sperling MA, Behrman RE, Kliegman RM, et al.2008. Nelson Textbook of

Pediatrics. Edisi 18th . Elsevire

4. WHO, 2009, Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit, World Health

Organization, Country Office for Indonesia

24