Makna Upacara Mawinten

7
Upacara Mawinten Upacara Mawinten atau Upanayana merupakan salah satu upacara yang tergolong Manusa Yadnya. Mawinten berasal dari Bahasa Kawi (Jawa Kuno) dari kata : mawa yang berarti bersinar-sinar; inten yang berarti permata, arti lengkapnya adalah bersinar-sinar bagaikan permata. Mawinten adalah tradisi Agama Hindu di Bali yang bertujuan untuk memohon waranugraha (anugrah) Sang Hyang Widhi untuk memberikan kesucian bathin kepada seseorang. Mawinten dapat dilakukan oleh siapa saja, apakah ia akan menjadi pemangku di suatu Pura/Pamerajan, atau lain sebagainya. Secara lahir upacara Mawinten bertujuan untuk membersihkan diri dari segala kotoran yang melekat pada dirinya (yang di Winten) dengan menggunakan sarana air kumkuman (air yang berisi beraneka bunga harum). Sedangkan secara bathin bertujuan untuk memohon penyucian diri kepada Sang Hyang Widhi Wasa agar diberikan waranugraha berupa tuntunan dan bimbingan dalam mempelajari ilmu pengetahuan yang bersifat suci dan selanjutnya dapat mengamalkan ajaran-ajaran tersebut baik untuk diri sendiri maupun kepada orang lain yang memerlukan. Upacara Mawinten dijumpai dalam berbagai pustaka lontar seperti lontar Tutur Pamangku yang isinya tentang Dharma Pawintenan, lontar Tutur Pawintenan yang 1

Transcript of Makna Upacara Mawinten

Page 1: Makna Upacara Mawinten

Upacara Mawinten

Upacara Mawinten atau Upanayana merupakan salah satu upacara yang

tergolong Manusa Yadnya. Mawinten berasal dari Bahasa Kawi (Jawa Kuno) dari

kata : mawa yang berarti bersinar-sinar; inten yang berarti permata, arti

lengkapnya adalah bersinar-sinar bagaikan permata. Mawinten adalah tradisi

Agama Hindu di Bali yang bertujuan untuk memohon waranugraha (anugrah)

Sang Hyang Widhi untuk memberikan kesucian bathin kepada seseorang.

Mawinten dapat dilakukan oleh siapa saja, apakah ia akan menjadi pemangku di

suatu Pura/Pamerajan, atau lain sebagainya.

Secara lahir upacara Mawinten bertujuan untuk membersihkan diri dari

segala kotoran yang melekat pada dirinya (yang di Winten) dengan menggunakan

sarana air kumkuman (air yang berisi beraneka bunga harum). Sedangkan secara

bathin bertujuan untuk memohon penyucian diri kepada Sang Hyang Widhi Wasa

agar diberikan waranugraha berupa tuntunan dan bimbingan dalam mempelajari

ilmu pengetahuan yang bersifat suci dan selanjutnya dapat mengamalkan ajaran-

ajaran tersebut baik untuk diri sendiri maupun kepada orang lain yang

memerlukan.

Upacara Mawinten dijumpai dalam berbagai pustaka lontar seperti lontar

Tutur Pamangku yang isinya tentang Dharma Pawintenan, lontar Tutur

Pawintenan yang isinya tentang tata cara Pawintenan yang paling kecil dengan

upacara dan upakaranya, serta lontar Janma Prakreti yang isinya mengutarakan

tentang tingkatan-tingkatan upacara Pawintenan. Mengacu pada pustaka lontar di

atas, disebutkan pula ada beberapa jenis upacara Mawinten sebagai berikut : 

1) Pawintenan Sastra/Saraswati,

2) Pawintenan Pamangku,

3) Pawintenan Dalang,

4) Pawintenan Tukang, 

5) Pawintenan Balian/Dukun,

6) Pawintenan Sadeg/Dasaran,

7) Pawintenan Mahawisesa (pawintenan khusus bagi pengurus desa adat).

1

Page 2: Makna Upacara Mawinten

Berikut ini adalah beberapa penjelasan tentang jenis upacara Mawinten, yaitu :

1. Pawintenan Sastra/Saraswati : tujuannya adalah untuk menyucikan diri

secara lahir bathin dalam mempelajari pengetahuan (Weda) untuk peningkatan

kepandaian berilmu. Jenis pawintenan ini dapat dimulai dari umur 5 tahun

atau setelah tanggal gigi.

2. Pawintenan Pamangku : tujuannya adalah untuk menyucikan diri secara

lahir bathin dalam tugas kepemangkuan, yaitu sebagai pemangku pura yang

bertugas memimpin pelaksanaan upacara serta menjadi perantara antara umat

penyungsungnya dengan Tuhan Yang Maha Esa di suatu Pura.

3. Pawintenan Dalang : tujuannya adalah untuk menyucikan diri secara lahir

bathin dalam tugasnya sebagai Dalang, dengan harapan dapat lebih mampu

menarikan pemeranan tokoh-tokoh pewayangan dalam suatu acara pentas.

Dalang yang professional dapat memberikan siraman atau pencerahan rohani

kepada penonton dengan mengambil sumber ajaran Itihasa (yang

menceritakan kisah-kisah kepahlawanan para Raja dan ksatria Hindu di masa

lampau) dan Purana ( kesusastraan Hindu yang memuat mitologi, legenda, dan

kisah-kisah zaman dulu).

4. Pawintenan Tukang : tujuannya adalah untuk menyucikan diri secara lahir

bathin dalam tugas selanjutnya sebagai tukang, sesuai dengan profesi yang

ditekuni dalam kehidupan untuk mempimpin suatu pekerjaan. Profesi tukang

yang dimaksud adalah tukang banten/sajen/ tukang bangunan/undagi, tukang

besi/pande, patung, wadah dan sebagainya.

5. Pawintenan Balian/Dukun : tujuan adalah untuk menyucikan diri secara

lahir bathin dalam tugas selanjutnya memberikan pengobatan alternatif

terhadap suatu penyakit serta memohon kehadapan Hyang Widhi Wasa agar

yang sakit dapat bisa disembuhkan.

6. Pawintenan Mahawisesa : tujuannya adalah untuk menyucikan diri secara

lahir bathin terhadap fungsionaris pengurus Desa Adat (Bendesa Adat) dengan

segenap jajarannya, agar dalam tugas dan pengabdiannya mampu mengemban

dan melaksanakan ajaran-ajaran Agama Hindu di wilayah desanya serta dapat

melaksanakan tugas dengan baik.

2

Page 3: Makna Upacara Mawinten

7. Pawintenan Sadeg/Dasaran : tujuan adalah untuk menyucikan diri secara

lahir bathin terhadap tugas selanjutnya, agar dalam pengabdiannya sebagai

penyambung penyampaian pawisik/bisikan yang diterima dari Hyang Widhi/

manifestasiNya yang dimuliakan, diberikan kekuatan dengan tidak mengada-

ada (membuat-buat).

Jenis-jenis Upacara Mawinten sebagaimana yang telah dipaparkan

sebelumnya, hendaknya disesuaikan dengan profesi yang akan ditekuni dalam

kehidupan. Mengenai waktu penyelenggaraan Upacara Pawintenan pada

umumnya saat menjelang upacara “Penyineban” atau hari penutupan Piodalan

(ulang tahun tempat suci) yang disebut dengan “Nyurud Hayu”. Nyurud artinya

memohon dan Hayu artinya keselamatan. Jadi Nyurud Hayu adalah memohon

keselamatan kepada Sang Hyang Widhi Wasa, Bhatara-Bhatari dan Leluhur.

Selain itu, hari baik untuk melaksanakan upacara mawinten adalah pada saat

rahina Purnama, dengan tujuan agar pembersihan dan penyucian terhadap dirinya

benar-benar bersih serta terang benderang seperti sinar bulan purnama.

Secara umum tempat penyelenggaraan upacara Pawintenan adalah di Pura.

Pawintenan untuk Pamangku biasanya dilaksanakan dimana mereka akan

mengabdikan diri sebagai Pamangku, misalnya di Pura Dalem, Pura Desa, Pura

Puseh, Pura Dhang Kahyangan, Sad Kahyangan, Kahyangan Jagat, atau di

Merajan. Adapun pemimpin upacara pawintenan adalah seorang Pendeta. Di

beberapa desa di Bali atau di luar Bali yang tidak mempunyai pendeta, upacara

pawintenan dapat dilaksanakan dengan cara memohon kehadapan Hyang Widhi

yang diantar oleh pamangku senior, dan pawintenan ini disebut Pawintenan ka

Widhi.

Penyelenggaraan semua jenis upacara pawintenan pada dasarnya sama

yaitu sebagai berikut :

1. Upacara persiapan diawali dengan pembersihan lahir seperti menyapu

halaman pura, menata dengan baik alat-alat upacara pawintenan sesuai dengan

tempatnya, memasang busana perlengkapan untuk palinggih yang akan

dipakai menstanakan Tuhan dan manifestasiNya, upacara penyucian palinggih

dengan menghaturkan sesajen.

3

Page 4: Makna Upacara Mawinten

2. Upacara menstanakan Tuhan dan manifestasi-Nya, selanjutnya

mempersembahkan upakara-upakaranya dengan tujuan mohon agar beliau

berkenan menjadi saksi dalam penyelenggaraan upacara Pawintenan tersebut,

sehingga upacara berjalan tertib, aman, dan lancar.

3. Upacara melukat yaitu pembersihan diri untuk yang akan diwinten) dengan

sarana air kelapa muda (klungah) yang telah dijadikan Tirta oleh pendeta

melalui doa, puja, dan mantra. Selanjutnya dipercikkan ke ubun-ubun dan

badan orang yang akan diwinten.

4. Upacara mabyakala bertujuan untuk memberikan pengorbanan suci kepada

mahluk halus (bhutakala) agar tidak mengganggu jalannya upacara.

5. Upacara Maprayascita adalah memohon kekuatan-kekuatan Tuhan beserta

manifestasiNya agar yang diwinten dapat memiliki pandangan yang suci. 

6. Upacara pengukuhan (masakapan, padudusan, marajah) yaitu upacara

penetapan sesuai dengan jenis profesi kepamangkuan yang ditekuni, ditandai

dengan sarana penyucian asapnya api (dudus) dan menulisi organ tubuh yang

diwinten dengan aksara-aksara suci.

7. Upacara mejaya-jaya yaitu upacara yang bertujuan menyatakan rasa syukur

kehadapan Hyang Widhi Wasa, karena telah dapat dilaksanakan dengan baik. 

8. Upacara sembahyang, bertujuan mendekatkan diri kehadapan Hyang Widhi

untuk memohon tuntunan dan bimbingan-Nya agar yang diwinten dapat

menjalankan kewajibannya sesuai jenis dan tingkatan pawintenannya.

Rangkaian upacara Pawintenan yang dipaparkan di atas secara garis besar

dapat ditarik makna sebagai berikut :

1. Menenangkan dan memusatkan pikiran, sehingga dapat lebih terarah untuk

mulai mempelajari ilmu pengetahuan.

2. Mengendalikan diri dan menuntun seseorang untuk berpikir, berkata, dan

berbuat sesuai dengan ajaran dharma

3. Merupakan tahapan atau jenjang dalam pendakian spiritual

4. Meningkatkan kebersihan dan kesucian diri pribadi

5. Pengabdian, pelayanan kepada Hyang Widhi Wasa dan masyarakat

4