MAKNA TUGAS PERUTUSAN BELAJAR BAGI BIARAWATI · MAKNA TUGAS PERUTUSAN BELAJAR BAGI BIARAWATI (Studi...
Transcript of MAKNA TUGAS PERUTUSAN BELAJAR BAGI BIARAWATI · MAKNA TUGAS PERUTUSAN BELAJAR BAGI BIARAWATI (Studi...
MAKNA TUGAS PERUTUSAN BELAJAR BAGI BIARAWATI
(Studi Kasus pada Dua Biarawati yang Menjalani Tugas Belajar)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh:
Anastasia Manis
131114067
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
MAKNA TUGAS PERUTUSAN BELAJAR BAGI BIARAWATI
(Studi Kasus pada Dua Biarawati yang Menjalani Tugas Belajar)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh:
Anastasia Manis
131114067
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
....dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita
(Ibrani 12:1)
Hidup adalah gelanggang pertandingan
(Pendeta Gilbert Lumoindong)
Karya ini kupersembahkan untuk:
Allahku dan Tuhanku yang Kuasa
Sœurs de la Charité de St. Jeanne Antide Thouret
Semua dosen dan teman angkatan 2013
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 10 Maret 2017
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata
Dharma:
Nama : Anastasia Manis
NIM : 131114067
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:
MAKNA TUGAS PERUTUSAN BELAJAR BAGI BIARAWATI
(Studi Kasus pada Dua Biarawati yang Menjalani Tugas Belajar)
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikan di internet dan media lain untuk kepentingan akdemis tanpa
perlu meminta izin dari saya maupun memberikan loyalti kepada saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 10 Maret 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRAK
MAKNA TUGAS PERUTUSAN BELAJARBAGI BIARAWATI
(Studi Kasus pada Dua Biarawati yang Menjalani Tugas Belajar)
Anastasia Manis
Universitas Sanata Dharma
2017
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) cara biarawati memaknai
belajar, 2) alasan biarawati bersedia melaksanakan tugas perutusan belajar, 3)
bentuk-bentuk kesulitan yang ditemui biarawati dalam melaksanakan tugas
perutusan belajar di Perguruan Tinggi, 4) usaha-usaha yang dilakukan biarawati
dalam menghadapi kesulitan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dalam bentuk studi kasus.
Tempat penelitian adalah salah satu Program Studi Universitas Swasta di
Yogyakarta. Sumber data penelitian ini adalah dua biarawati yang melaksanakan
tugas perutusan belajar di Perguruan Tinggi. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah observasi, wawancara, dan FGD. Teknik analisa data kualitatif
yang digunakan adalah membuat verbatim, membuat koding verbatim, kemudian
mengelompokkan tema, menyaring data, dan interpretasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna tugas perutusan belajar bagi
biarawati merupakan proses yang ditemui dan dihadapi setiap hari dengan segala
kesulitan dan tantangan dalam belajar. Biarawati memaknai belajar dengan cara
belajar serius dan tekun, mengolah diri, menambah wawasan, pengetahuan.
Biarawati belajar karena kebijakkan pemerintah yang mengatur kualifikasi tenaga
kerja, kebutuhan kongregasi, dan kesadaran diri Kesulitan yang dihadapi adalah
kurang mampu menjalankan komputer; kurang informasi; kesulitan menyesuaikan
diri dalam pergaulan dan kemampuan akademik karena perbedaan usia dan
kurikulum; sulit mendengarkan daripada berbicara; mudah mengantuk; terganggu
dengan ketidakdisiplinan. Usaha biarawati mengatasi kesulitan adalah dengan
berdoa, bercerita dan yakin ada orang lain yang menolong; sadar sebagai religius
dan anggota kongregasi yang berkaul dan memiliki peraturan; menjalin relasi dan
komunikasi dalam hidup bersama; mendahulukan hidup komunitas, hidup rohani
daripada belajar; mengikuti semua kegiatan komunitas; menghindari kegiatan
organisasi kemahasiswaan; rendah hati dan berani bertanya; menggerak-gerakkan
badan dan mencuci muka ketika mengantuk; berani mencoba dan berani salah;
sabar dan tekun mengerjakan tugas; bijaksana menghadapi tantangan; menyadari
bahwa dalam setiap perjuangan ada kesulitan.
Kata Kunci: tugas perutusan, belajar, biarawati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRACT
THE MEANING OF TASK MISSION STUDY FOR NUNS
(A Case Study on Two Nuns Undergoing Task Study)
Anastasia Manis
Sanata Dharma University
2017
This study aims to determine 1) how nuns make sense of learning, 2) the
reasons of nuns’ willingness to carry out the mission of study, 3) the difficulties
encountered by nuns in undergoing task mission study in university, and 4) the
efforts that nuns make in overcoming those difficulties.
The research is a qualitative research in the form of a case study. The
research took place at one of the study programs in a private university in
Yogyakarta. The data source of this research was two nuns carrying out task
mission study in university. The data collection techniques implemented were
observation, interview, and FGD. The qualitative data analysis techniques
implemented were creating verbatim, creating verbatim coding, categorizing
themes, filtering data, and interpreting the data.
The research results showed that the meaning of task mission study to
nuns is a process that is encountered and dealt with every day, along with all the
difficulties and challenges inlearning. Nuns make sense of learning by studying
hard and diligently, cultivating themselves, and expanding their knowledge and
insight. The nuns study because of the government’s regulations that govern
manpower qualifications, the congregation’s needs, and self-awareness. The
difficulties that they face are the lack of ability of using computer, lack of
information, difficulties in adapting to the social environment, as well as academic
ability due to differences in age and curriculum, difficulties in listening rather than
speaking, sleepiness, and lack of discipline. The nuns try to overcome those
difficulties by praying, sharing their stories and believing that people are willing
to help, being aware as religious people and congregation members who live
under vows and rules, establishing relationships and communication in the social
environment, prioritizing community life, living the spiritual life rather than
studying, following all community activities, avoiding student organization
activities, being humble and inquisitive, stretching and washing face when feeling
drowsy, having the courage to try things out and to make mistakes, being patient
and diligent in doing assignments, being wise in facing challenges, and realizing
that there are challenges in every struggle.
Keywords: task mission, study, nun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmat yang
dilimpahkan kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini. Skripsi ini merupakan tugas akhir sebagai syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan di FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan selesai dan
berjalan dengan baik tanpa bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena
itu, peneliti mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Gendon Barus, M.Si. selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma.
2. Juster Donal Sinaga, M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi Bimbingan
dan Konseling Universitas Sanata Dharma dan selaku dosen pembimbing
yang selalu bersedia membantu, mendampingi, dan mendukung peneliti
dengan waktu, pikiran, dan tenaga dalam proses penulisan skripsi sampai
selesai.
3. Dosen-dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling yang mendampingi
peneliti selama studi.
4. Suster-suster SdC Delegasi Indonesia yang memberikan dukungan dan
semangat dalam proses penulisan skripsi.
5. Kedua adik yang selalu memberikan semangat dan dukungan bagi peneliti
selama proses penulisan skripsi.
6. Kedua responden yang bersedia menjadi subjek penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
7. Angkatan 2013 Bimbingan dan Konseling yang telah memberikan semangat.
Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan. Namun demikian
penulis berharap skripsi bermanfaat bagi duni Bimbingan dan Konseling dan
memberikan referensi bagi mahasiswa yang membacanya.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................................. v
LEMBARPERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .............................................................. vi
ABSTRAK .............................................................................................................. vii
ABSTRACT ........................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................................... 6
C. Fokus Penelitian ............................................................................................. 6
D. Rumusan Masalah .......................................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 7
F. Manfaat Peneliitian ........................................................................................ 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................... 9
A. Perutusan Belajar ........................................................................................... 9
1. Pengertian Perutusan ................................................................................ 9
2. Tujuan Perutusan Belajar ....................................................................... 10
3. Pengertian Belajar .................................................................................. 12
4. Tujuan Belajar ........................................................................................ 13
5. Aspek-Aspek Belajar ............................................................................. 14
B. Biarawati sebagai Orang Dewasa ................................................................ 15
1. Pengertian Dewasa Awal ....................................................................... 15
2. Karakteristik Perkembangan Dewasa Awal ........................................... 17
3. Pengertian Biarawati .............................................................................. 20
C. Penghayatan Kaul dan Tantangannya ........................................................... 21
D. Makna Belajar bagi Biarawati sebagai Orang Dewasa ................................. 24
1. Makna Belajar bagi Orang Dewasa ....................................................... 24
2. Faktor yang Memengaruhi Proses Pembelajaran Orang Dewasa .......... 26
3. Ciri-Ciri Belajar Orang Dewasa ............................................................. 28
E. Penelitian yang Relevan ............................................................................... 29
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 31
A. Jenis Penelitian ............................................................................................. 31
B. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................... 31
C. Responden Penelitian ................................................................................... 31
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ................................................... 32
E. Keabsahan Data ............................................................................................ 36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
F. Teknik Analisis Data .................................................................................... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 39
A. Deskripsi Data ............................................................................................. 39
1. Tempat dan Jadwal Penelitian ............................................................... 40
2. Deskripsi Umum Responden................................................................. 41
3. Hasil Penelitian ..................................................................................... 42
B. Pembahasan ................................................................................................. 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 67
A. Kesimpulan .................................................................................................. 67
B. Keterbatasan Penelitian ................................................................................ 69
C. Saran ............................................................................................................. 69
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 70
LAMPIRAN ............................................................................................................ 73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1:Lembar Panduan Observasi ........................................................................ 34
Tabel 2: Pedoman Wawancaara ............................................................................... 35
Tabel 3: Pedoman Focus Discussion Group ............................................................ 35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Hasil Observasi .................................................................................... 73
Lampiran 2: Lembar Verbatim Wawancara ............................................................. 76
A. Responden AS ................................................................................ 76
B. Responden KS ................................................................................ 79
Lampiran 3: Lembar Verbatim FGD........................................................................ 82
Lampiran 4: Lembar Koding Wawancara ................................................................ 89
A. Responden AS ................................................................................ 89
B. Responden KS ................................................................................ 92
Lampiran 5: Lembar Koding FGD ........................................................................... 96
Lampiran 6: Lembar Kategorisasi Wawancara ...................................................... 101
A. Responden AS .............................................................................. 101
B. Responden KS .............................................................................. 104
Lampiran 7: Lembar Kategorisasi FGD ................................................................. 106
Lampiran 8: Lembar Penyaringan Data Wawancara dan FGD ............................. 110
Lampiran 9: Surat Pernyataan ................................................................................ 124
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini memuat latar belakang masalah, identifikasi masalah, fokus
penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.
A. Latar Belakang Masalah
Belajar merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi manusia. Belajar
dikatakan penting bagi manusia karena belajar merupakan upaya untuk
mempertahankan kehidupan. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
semakin pesat menuntut manusia utnuk lebih aktif. Tanpa belar, manusia
akan mengalami kesulitan dalam menyesuiaikan diri dengan lingkungan dan
menghadapi tuntutan hidup yang berubah-ubah.
Kemajuan zaman dan tuntutan hidup yang berubah-ubah membawa
manusia selalu mencari sesuatu yang baru. Menurut Lunandi (Mappa &
Basleman, 2011), pengalaman untuk mengatasi kemajuan pesat dan
perkembangan zaman tidak serta merta ada. Pengalaman membantu manusia
menghadapi kemajuan dan perkembangan zaman jika dicari melalui
pendidikan. Melalui pendidikan, pengalaman dapat diperoleh dan manusia
dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Sepanjang rentang
kehidupan, manusia merasa perlu belajar melalui pengalaman dan pencari
pengetahuan.
Perkembangan zaman yang begitu pesat menunjukkan bahwa pengetahuan
dan teknologi semakin dibutuhkan. Lapangan pekerjaan dan kehidupan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
masyarakat menuntut manusia memiliki kemampuan dalam ilmu pengetahuan
dan teknologi. Kenyataan ini mendorong orang dewasa untuk belajar
menyesuaikan diri dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai
kemampuan dan kesempatannya belajar, Mappa & Basleman (2011). Belajar
dari pengalaman dan mencari pengetahuan berlaku bagi semua manusia tanpa
memandang usia, tempat, dan waktu. Dengan demikian, belajar merupakan
suatu kebutuhan bagi manusia. Biarawati juga membutuhkan pendidikan
sebagai bukti mengikuti perkembangan zaman.
Paus Fransiskus dalam Evangelii Gaudium Nomor 134 tahun 2015
mengatakan bahwa universitas-universitas merupakan lingkungan yang
istimewa untuk memperjelas dan mengembangkan komitmen pewartaan
kabar baik secara lintas ilmu dan terintegrasi. Pewartaan kabar baik sebagai
tradisi dalam kongregasi atau tarekat. Anggota kongregasi atau tarekat
menjalani tradisi ini dalam tugas perutusan masing-masing. Perutusan
beraneka ragam sesuai dengan keperluan dan kemampuan anggota. Sebagai
bagian dari Gereja, biarawati yang menjalani tugas perutusan perlu melihat
perubahan-perubahan mendasar yang sedang terjadi seperti perubahan-
perubahan intelektual dan teknologi yang menyebabkan perubahan-perubahan
sosial dan spiritual dalam kehidupan setiap orang (Simbolon, Riyanto &
Mistrianto, 2011).
Biarawati merupakan individu yang sudah dewasa. Ditinjau dari psikologi
perkembangan, orang dewasa menyesuaikan diri terhadap pola-pola
kehidupan baru dan harapan-harapan sosial yang baru seperti peran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
suami/istri, orang tua, pencari nafkah, dan mengembangkan sikap-sikap dan
keinginan-keinginan baru. Pada masa ini, minat mulai berubah karena
beberapa minat yang dipertahankan dalam kehidupan dewasa tidak sesuai
dengan peran sebagai orang dewasa. Perubahan minat akan terjadi dengan
cepat apabila fisik dan psikologi juga mengalami perubahan yang cepat.
Kondisi-kondisi yang mempengaruhi perubahan minat pada masa dewasa
diantaranya: perubahan kondisi kesehatan, status ekonomi, pola kehidupan,
nilai, kesenangan, dan tekanan-tekanan budaya dan lingkungan, Hurlock
(1993).
Penyesuaian diri terhadap pola-pola hidup yang baru dan perubahan minat
pada orang dewasa berpengaruh pada minat untuk belajar secara formal.
Orang dewasa yang memiliki fasilitas untuk belajar selama masa kanak-
kanak, tampaknya menyukai belajar, Mappa & Basleman (2011). Sebagian
orang merasa senang dan bersemangat untuk belajar bahkan banyak
mahasiswa berlomba-lomba untuk mendapatkan beasiswa, baik beasiswa
untuk belajar di dalam negeri maupun beasiswa untuk belajar di luar negeri
(http://edukasi.kompas.com). Namun kenyataannya, tidak semua orang
senang belajar formal. Bahkan sebagian orang tidak bisa belajar karena
keterbatasan ekonomi, fisik, kognitif, dan usia. Selain itu, ada juga sebagian
orang terpaksa belajar karena tuntutan pekerjaan dan peraturan.
Tuntutan pekerjaan dan peraturan mendorong biarawati belajar formal
meskipun dalam keadaan terpaksa. Dalam diskusi bersama, peneliti pernah
mendengar ungkapan dan keluhan dari biarawati mahasiswa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
mengatakan “umur sudah tua tidak mampu belajar lagi seperti orang muda”
atau “hanya karena tugas perutusan, saya menjadi taat”. Keluhan ini juga
ditandai dengan adanya rasa malas mengerjakan tugas, kurang semangat
dalam belajar, masih ada rasa malu dan kesulitan dalam bergaul.
Data biarawati yang diperoleh dari Biro Administrasi Akademik (BAA)
salah satu universitas yang ada di Yogyakarta sebanyak dua belas orang.
Rincian jumlah biarawati mahasiswa tahun ajaran 2012 sebanyak satu orang,
tahun 2013 sebanyak tiga orang, tahun 2014 sebanyak lima orang, dan tahun
2015 sebanyak tiga orang. Data yang diperoleh dari BAA tersebut merupakan
data biarawati mahasiswa aktif tahun 2012-2015
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti peroleh, biarawati yang
menjadi mahasiswa merasa terpaksa belajar karena tuntutan dan peraturan.
Tuntutan dan peraturan mendorong biarawati belajar secara formal. Berikut
hasil petikan wawancara yang peneliti peroleh dari salah satu biarawati
mahasiswa yang belajar formal dan merupakan mahasiswi aktif.
“Dan pilihan prodi BK itu memang mau tidak mau harus ngambil karena
memang saya merasa bahwa saya memasuki kuliah ini ada unsur
keterpaksaan. Dalam arti bahwa untuk berkarya yang lebih baik tentunya
saya ngimbangi hmm…tuntutan pemerintah. Ha… mengajar SD, TK pun
juga harus S-1. Ya..maka atas perutusan itu...memang awalnya saya
menolak. Selain itu, saya terselubungi rasa malu yaaah... karena usia saya
sudah banyak hehehe, ini pergulatan bagi saya. Untuk mengisi kegiatan
studi saya, terus mengimbangi dengan kegiatan di rumah hmm…ya bagi
saya tu tidak hal ringan ya”.
“bagiku belajar…bahwa belajar itu seumur hidup, artinya bahwa saya
menerima tugas yg awalnya keterpaksaan mengingat umur tetapi…maka,
saya berjuang untuk menekuninya dengan segala keberadaaan saya dan
visi saya, maknanya.. proses..ya suatu proses bagi saya dari yang saya tahu
minim dan berharap nantinya saya tahu. Dari modal minimalis dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
bekerja nanti saya mendapatkan modal yang maksimal untuk
bekerja..artinya ada peningkatan”.
Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa ada biarawati terpaksa
kuliah karena tuntutan tugas perutusan dari kongregasi dan peraturan
pemerintah yang mewajibkan guru memenuhi standar kualifikasi akademik.
Tuntutan dan peraturan tersebut harus dijalani meskipun mengalami
kesulitan. Biarawati harus bergulat dan berjuang menahan rasa malu menjadi
mahasiswa karena usia yang sudah dewasa. Biarawati ini senang atau tidak
senang harus melaksanakan tugas perutusan belajar di Perguruan Tinggi.
Meskipun terpaksa, biarawati berusaha memaknai belajar dengan cara
berproses dari yang tidak tahu menjadi tahu sehingga belajar sungguh-
sungguh menjadi kebutuhan.
Peneliti juga menemukan dalam observasi, ada biarawati yang tidak dapat
memaknai tugas perutusan belajar di perguruan tinggi dan tidak dapat
menikmati tugas belajar. Biarawati belajar sekadar menjalankan tugas
perutusan. Belajar bukan menjadi kebutuhan. Oleh karena itu, biarawati
tersebut mengalami kesulitan menyelesaikan tugas kuliah, bergaul,
berkonsentrasi, mengantuk, mengeluh, tidak serius dalam belajar, stress,
malas, bosan, dan bahkan bisa meninggalkan studi dan panggilannya.
Berdasarkan kenyataan tersebut, peneliti tertarik menggali MAKNA
TUGAS PERUTUSAN BELAJAR BIARAWATI pada Dua Mahasiswa
Salah Satu Program Studi Universitas Swasta di Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah yang dapat diungkap berdasarkan latar belakang
penelitian ini adalah:
1. Ada biarawati yang menjalankan tugas belajar di Perguruan Tinggi
merasa terpaksa.
2. Ada biarawati yang kuliah di perguruan tinggi tidak dapat memaknai
tugas perutusan belajar.
3. Ada biarawati yang kuliah di perguruan tinggi tidak dapat menikmati
tugas belajar.
C. Fokus Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah dan keterbatasan peneliti, maka fokus
penelitian ini adalah:
1. Menggali cara biarawati memaknai belajar bagi biarawati yang terpaksa
menjalankan tugas perutusan belajar.
2. Menggali alasan biarawati bersedia belajar.
3. Menggali kesulitan-kesulitan dan tantangan-tantangan yang dihadapi
biarawati dalam melaksanakan tugas perutusan belajar.
4. Menggali usaha-usaha biarawati menghadapi kesulitan.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan fokus penelitian di atas, disusunlah rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana cara biarawati memaknai belajar?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
2. Apakah alasan biarawati sehingga bersedia melaksanakan tugas
perutusan belajar?
3. Seperti apakah bentuk-bentuk kesulitan yang ditemui biarawati dalam
melaksanakan tugas perutusan belajar di Perguruan Tinggi?
4. Apa saja usaha-usaha yang dilakukan biarawati menghadapi kesulitan?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui cara biarawati memaknai belajar.
2. Mengetahui alasan biarawati sehingga bersedia melaksanakan tugas
perutusan belajar.
3. Mengetahui bentuk-bentuk kesulitan yang ditemui biarawati dalam
melaksanakan tugas perutusan belajar di Perguruan Tinggi.
4. Mengetahui usaha-usaha yang dilakukan biarawati menghadapi kesulitan.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini:
1. Manfaat teoretis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan informasi bagi
ilmu pengetahuan Bimbingan dan Konseling khusus mengenai makna
belajar dalam kaitannya dengan tugas perutusan belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
2. Manfaat praktis
a. Bagi peneliti
Penelitian ini menjadi inspirasi baru bagi peneliti untuk terus
berusaha belajar dari setiap peristiwa hidup dan membagikannya
kepada orang lain terutama yang motivasi belajarnya kurang.
b. Bagi biarawati yang menjadi mahasiswa
Mahasiswa yang sudah dewasa memiliki semangat belajar, mau
berusaha, dan mampu menemukan makna dan nilai belajar dalam
dirinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab ini membahas landasan teori yang berkaitan dengan perutusan belajar,
biarawati sebagai orang dewasa, makna belajar bagi biarawati sebagai orang
dewasa, dan penelitian yang relevan.
A. Perutusan Belajar
1. Pengertian Perutusan
Perutusan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
beberapa orang yang diutus (yang disuruh mewakili) atau yang bertugas
sebagai utusan pemerintah dan sebagainya. Sugijopranoto (2013),
mengatakan bahwa perutusan merupakan seorang religius yang taat dan
bersedia melakukan tugas yang diterima dari pembesar atau pemimpinnya
dengan baik. Taat dan bersedia menjalankan tugas berarti mau dan mampu
melakukan tugas dengan baik dan benar, dan dapat bekerja sama dengan
orang lain. Oleh karena itu, ketaatan menjalani tugas perutusan tidak lagi
dipandang sebagai taat melakukan perintah pembesar dan melawan
keinginan sendiri.
Menurut Suparno (2007), perutusan adalah tugas yang dijalani orang-
orang yang mengikuti panggilan Tuhan dan menyatukan hidupnya dengan
kehendak Tuhan demi keselamatan manusia. Tugas perutusan yang berasal
dari Tuhan secara konkret dalam kongregasi diterima lewat pemimpin.
Orang yang dipanggil Tuhan disatukan dan dilibatkan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
karya perutusan Tuhan demi keselamatan manusia. Seseorang yang
dipanggil Tuhan untuk membantu menyelamatkan manusia harus
melakukannya dengan tanggung jawab dan penuh kegembiraan.
Menurut Woga (2012), perutusan dalam istilah bahasa Indonesia
disebut misi. Misi berasal dari bahasa Latin adalah missio yang berarti
perutusan. Kata misi tidak hanya digunakan dalam lingkup keagamaan
tetapi juga di dunia profan seperti misi diplomatis, misi politis, misi ilmu
pengetahuan, misi kebudayaan, misi dalam dunia kemiliteran. Kata misi
semuanya berarti pelimpahan tugas dan tanggung jawab. Bertanggung
jawab berarti mempunyai komitmen dalam pelaksanaan tugas “tanggung
jawab atas” dan disertai “tanggung jawab kepada”. Perutusan bagi
biarawati berarti kinerja yang sebaik-baiknya untuk meneruskan karya
Allah dan keselamatan manusia.
Dari definisi tersebut dapat diartikan bahwa tugas perutusan merupakan
orang-orang yang dipercaya oleh orang lain, pemimpin, instansi, dan
organisasi dalam melaksanakan tugas tertentu dengan tanggung jawab dan
siap sedia. Bagi biarawati, kata misi atau perutusan merupakan kata-kata
yang sudah biasa didengar dan dijalani. Biarawati sebagai orang yang
terpanggil, perlu menyadari tujuan tugas perutusan yang akan dijalani.
2. Tujuan Perutusan Belajar
Menurut Suparno (2007), perutusan studi penting sebagai persiapan
untuk karya selanjutnya. Karya dibidang pendidikan, kesehatan, pastoral,
sosial, media masa dapat dikembangkan dan dikelola secara baik dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
pemikiran dan pengetahuan yang memadai. Pemikiran dan pengetahuan
akan berkembang jika seseorang bersedia belajar. Belajar dengan
mengikuti studi lanjut dibutuhkan untuk perkembangan karya-karya
kongregasi. Biarawati menerima tugas perutusan belajar di perguruan
tinggi supaya dapat memenuhi tuntutan yang mendesak dan penting di
zaman yang profesional ini. Karena orang-orang yang dilayani sekarang
kebanyakan orang-orang yang berpendidikan.
Biarawati yang berkehendak baik belum cukup untuk melaksanakan
tugas perutusan tetapi juga memerlukan pendidikan dan kemampuan
memadai. Karena kongregasi dan anggotanya adalah Gereja yang
menghadirkan dan meneruskan karya Kristus untuk keselamatan manusia.
Pendapat tersebut sudah ada dalam Anjuran Apostolik tentang Hidup Bakti
(1996), yang menyebutkan bahwa perutusan hidup bakti sesungguhnya
lebih dari sekedar menyangkut karya-karya lahiriah, tetapi menghadirkan
Kristus bagi dunia melalui kesaksian pribadi. Biarawati dapat memberikan
kesaksian bagi dunia melalui pendidikan dengan belajar di Perguruan
Tinggi.
Sugijopranoto (2013), mengatakan bahwa perlu mempersiapkan
anggota kongregasi atau tarekat melalui perutusan studi. Perutusan tertentu
pada zaman sekarang membutuhkan ijazah minimal tertentu dan
persyaratan lain. Menurut Sugijopranoto (2013) hal tersebut sudah diatur
dalam Peraturan Presiden no. 08 tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia yang mengatur kualifikasi seorang pekerja. Keadaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
ini mendesak kongregasi merencanakan tenaga untuk masa depan. Selain
dari tuntutan pemerintah dan kebutuhan kongregasi, seorang religius harus
mampu setara dengan orang yang dilayani.
3. Pengertian Belajar
Winkel (2014:59), mendefinisikan belajar dalam diri individu
merupakan suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi
aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam
pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap yang bersifat
relatif konstan dan berbekas. Sukmadinata (2013), mengatakan belajar
merupakan perubahan-perubahan dalam setiap aspek kepribadian yang
berlangsung melalui pengalaman. Sesorang dapat belajar melalui
pengalaman, baik pengalaman langsung dan pengalaman tidak langsung.
Selain itu, seseorang belajar mengalami interaksi dengan lingkungan fisik
dan lingkungan sosial.
Rohmah (2015), mengatakan belajar merupakan setiap perubahan
tingkah laku yang relatif menetap dari hasil latihan dan pengalaman.
Perubahan tingkah laku menyangkut berbagai aspek kepribadian baik fisik
maupun psikis seperti perubahan pengertian, keterampilan, dan kebiasaan
sikap. Belajar dapat dikatakan perubahan tingkah laku apabila
mengarahkan pada tingkah laku yang lebih baik atau buruk, perubahan
melalui latihan dan pengalaman. Perubahan itu efektif, artinya perubahan
membawa pengaruh dan makna tertentu bagi individu yang belajar relatif
tetap dan setiap saat diperlukan dalam pemecahan masalah baik ulangan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
penyesuaian diri sehari-hari, dan mempertahankan kelangsungan hidup.
Perubahan-perubahan yang disebabkan pertumbuhan tidak dianggap
sebagai hasil belajar. Contoh perubahan-perubahan bukan hasil belajar
adalah motivasi, kelelahan, adaptasi, ketajaman perhatian atau kepekaan
seseorang biasanya hanya berlangsung sementara.
Berdasarkan pendapat tersebut, terdapat kesamaan makna dari
pengertian belajar yaitu menunjukpada suatu proses perubahan perilaku
atau pribadi seseorang berdasarkan praktek dan pengalaman. Jadi, belajar
merupakan setiap aktivitas dan pengalaman yang menghasilkan perubahan
tingkah laku.
4. Tujuan Belajar
Manusia belajar karena manusia mempunyai tujuan. Sardiman
(Rohmah, 2015:177), menyebutkan bahwa tujuan belajar adalah:
a. Untuk mendapatkan pengetahuan.
Pengetahuan seseorang ditandai dengan kemampuan berpikir. Individu
tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir tanpa
pengetahuan.Dengan kata lain, kemampuan berpikir akan memperkaya
pengetahuan seseorang.
b. Penanaman konsep dan keterampilan.
Keterampilan bersifat jasmani dan rohani. Keterampilan jasmani dapat
dilihat, diamati dari gerakan anggota tubuh seseorang yang sedang
belajar. Keterampilan rohani lebih abstrak karena menyangkut
persoalan-persoalan penghayatan, keterampilan berpikir, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah dan
konsep.
c. Pembentukan sikap mental dan prilaku.
Pembentukan sikap mental dan prilaku tidak terlepas dari pemahaman
nilai-nilai, transfer of values. Nilai mental dan perilaku dapat
diterapkan dalam interaksi dengan orang lain. Inti tujuan belajar adalah
untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan, dan penanaman sikap
mental/nilai-nilai.
5. Aspek-aspek Belajar
Menurut Prawira (2014:233), aspek-aspek belajar atau manifestasi
belajar, berupa aspek-aspek kemampuan manusia yang diusahakan
perubahan-perubahannya melalui pengalaman-pengalaman. Bentuk aspek-
aspek belajar yaitu:
a. Kebiasaan individu
Kebiasaan merupakan cara bertindak yang telah dikuasai dan tahan uji,
serta bersifat seragam dan otomatis. Kebiasaan dapat dibentuk melalui
perbuatan yang memiliki sedikit rintangan. Perbuatan yang terus
menerus diulang dan semakin lama semakin tertanam tipe perbuatan
tadi. Misalnya, seseorang yang hendak melangkah selalu dimulai
dengan kaki kiri baru kemudian kaki kanannya. Perbuatan ini terus
diulang-ulang dan menjadi suatu kebiasaan. Tetapi bila ia ingin
mencoba mulai melangkah dengan kaki kanan, ia akan mengalami
kecanggungan. Kebiasaan dapat pula dibentuk dengan cara tertentu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
untuk melakukan perbuatan ada unsur sengaja supaya terbentuk pola
secara otomatis. Cara ini dilakukan untuk membentuk kebiasaan yang
baru. Misalnya membentuk kebiasaan yang baru dengan tujuan
mengubah kebiasaan buruk. Perbuatan yang sengaja dilakukan bila
dilakukan berulang-ulang akan membentuk kebiasaan baru.
b. Kecakapan individu
Kecakapan merupakan perbuatan yang disertai keahlian dan juga
disebut keterampilan.Kecakapan memerlukan kesadaran yang tinggi
dan ada minat.Kecakapan perlu diulang-ulang atau latihan-latihan
tertentu untuk mencapai kualitas.
B. Biarawati sebagai Orang Dewasa
1. Pengertian Dewasa Awal
Menurut Syah (2008), dewasa awal merupakan tahapan perubahan
tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan
interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Sementara
menurut Santrock (1999, Dariyo, 2008), masa dewasa awal merupakan
masa di mana individu berusia antara 20 sampai 40 tahun. Masa ini
merupakan masa transisi perubahan fisik dan intelektual dan peran sosial
yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif. Papalia (2014),
mengatakan bahwa individu dikatakan dewasa apabila sudah
menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam
masyarakat. Individu yang dewasa ini sudah mampu bertanggung jawab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
atas diri sendiri atau telah memiliki pekerjaan, sudah berumah tangga atau
memiliki hubungan dengan lawan jenis yang berarti.
Dylan (Santrock, 2009), berpendapat bahwa masa dewasa adalah masa
bekerja dan bercinta. Seseorang dikatakan dewasa ketika mendapatkan
pekerjaan penuh. Untuk sebagian orang biasanya terjadi pada saat
seseorang menyelesaikan sekolah menengah atas dan untuk sebagian orang
pada saat menyelesaikan universitas atau pasca sarjana. Permulaan masa
dewasa awal ditandai dengan kemandirian ekonomi dan pengambilan
keputusan.
Hurlock (Jahja, 2011), mengatakan bahwa masa dewasa awal adalah
masa pencarian kemantapan dan masa reproduktif yaitu masa yang penuh
dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode
komitmen dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas dan
penyesuaian diri pada pola hidup yang baru. Masa ini biasanya ditandai
dengan selesainya pertumbuhan pubertas dan organ kelamin. Individu
masa dewasa ini mampu berkembang dan mampu berproduksi. Individu
akan mengalami perubahan fisik dan psikologis bersamaan dengan
masalah-masalah penyesuaian diri.
Dengan demikian, dewasa awal merupakan masa di mana individu
mulai belajar mandiri, menyesuaikan diri terhadap berbagai pola hidup
yang baru, memiliki tanggung jawab dalam pekerjaan, keluarga, dan diri
sendiri. Individu yang dewasa tidak lagi dapat menikmati pergaulan yang
spontan seperti masa sebelumnya. Dewasa bagi seseorang berarti mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
mencari jalan sendiri, mencari tali persahabatan yang baru, dan
memantapkan identitas.
2. Karakteristik Perkembangan Dewasa Awal
Orang dewasa yang sudah bertumbuh matang, konsep diri dalam
memenuhi kebutuhan psikologisnya timbul. Konsep diri orang dewasa
untuk memenuhi kebutuhan psikologis tersebut yakni keinginan dipandang
orang lain sebagai pribadi yang utuh. Orang dewasa memiliki kemampuan
memikirkan dirinya dan menyadari adanya perbedaan yang bertentangan
antara nilai-nilai yang dianut dan tingkah laku orang lain.
Santrock (2009), menyebutkan perkembangan fisik masa dewasa awal
mulai menurun namun penggunaan obat-obatan meningkat. Kekuatan dan
kesehatan otot mulai menunjukkan penurunan, dagu mengendur, dan perut
gendut, penglihatan mulai terganggu sekitar umur 30 tahun. Individu yang
dikatakan dewasa, baik pria maupun wanita memiliki karakteristik
perilaku dewasa. Hurlock (Jahja, 2011:245), menyatakan bahwa dewasa
awal memiliki karakteristik perkembangan yang meliputi:
a. Masa pengaturan
Pada masa ini, individu cenderung mencari kepuasan, mencoba sesuatu
sebelum menentukan pilihan. Kemudian individu akan menemukan
pola hidup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, mengembangkan
sikap, prilaku, dan nilai-nilai yang cenderung menjadi kekhasannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
b. Usia reproduktif
Pada masa ini individu menentukan pasangan hidupnya dan juga organ
reproduksinya sudah produktif menghasilkan keturunan.
c. Masa bermasalah
Pada masa ini, individu mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri.
Apabila individu tidak mampu mengatasinya, maka akan menimbulkan
masalah. Masalah yang timbul tersebut karena dipengaruhi tiga faktor.
Pertama, individu kurang siap memulai babak baru dalam hidupnya
sehingga mengalami kesulitan. Kedua, kurang persiapan menjalani dua
peran sekaligus. Ketiga, tidak ada bantuan dari siapapun dalam
menyelesaikan masalah.
d. Masa ketegangan emosional
Sekitar awal atau pertengahan umur tiga puluhan, banyak orang muda
mampu memecahkan masalah dengan cukup baik secara stabil dan
tenang secara emosional. Namun apabila pada usia 20-30 tahun,
kondisi seseorang tidak terkendali, labil, resah, dan mudah
memberontak, maka hal tersebut merupakan tanda penyesuaian diri
pada orang dewasa belum terlaksana secara memuaskan.
e. Masa keterasingan sosial
Pada masa ini, individu mengalami krisis. Ia terisolasi dari kelompok
sosial. Kegiatan sosial dibatasi karena tekanan pekerjaan dan keluarga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
f. Masa komitmen
Masa ini, individu sudah mulai belajar mandiri, bertanggungjawab, dan
membuat komitmen-komitmen baru. Tanggung jawab dan komitmen-
komitmen yang akan menjadi landasan pola hidup dikemudian hari.
g. Masa ketergantungan
Individu di masa dewasa awal diberi kebebasan untuk mandiri, tetapi
masih ada yang tergantung pada orang lain. Ketergantungan bisa
disebabkan karena mereka membutuhkan biaya untuk pendidikan
mereka.
h. Masa perubahan nilai
Pada masa dewasa awal, individu sudah mulai sadar akan nilai
pendidikan dalam meraih keberhasilan sosial, karier, dan kepuasan
pribadi. Oleh karena itu, banyak yang putus sekolah, atau tamat
sekolah merasakan kegiatan belajar sebagai peransang untuk belajar.
Alasan orang dewasa awal mengalami perubahan pada nilai yaitu
individu ingin diterima dalam kelompok seusianya; individu
menyadari bahwa kelompok sosial berpedoman pada nilai-nilai
konvensional pada keyakinan-keyakinan, perilaku, dan penampilan;
individu mengubah nilai-nilai dangkal menjadi lebih konservatif dan
tradisional, dari yang egosentris ke sosial.
i. Masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru
Masa ini merupakan masa penyesuaian diri pada gaya hidup yang baru.
Penyesuain diri yang paling menonjol adalah penyesuaian diri pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
pola peran seks atas dasar persamaan derajat yang menggantikan pola
peran seks tradisional, dan pola-pola baru bagi kehidupan keluarga.
j. Masa kreatif
Pada masa ini berbeda dengan masa remaja. Orang dewasa senang
apabila terlihat beda dari yang lain. Mereka tidak terikat lagi dengan
aturan dan orang lain. Individu pada masa dewasa lebih kreatif dan
tergantung pada minat dan kemampuan dirinya sendiri.
Seorang biarawati hidup dalam komunitas. Komunitas adalah tempat
di mana anggotanya hidup bersama dalam satu kongregasi. Biarawati
merupakan anggota hidup bakti yang memiliki peraturan. Peraturan
tersebut yang menjadi acuan dalam hidup dan panggilan.
3. Pengertian Biarawati
Biarawati dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
perempuan yang hidup di dalam biara. Menurut Heuken (2004), biarawati
adalah anggota lembaga religius, artinya suatu persekutuan yang anggota-
anggotanya mengucapkan kaul dan diterimakan oleh pembesar yang
berwenang atas nama Gereja dan bersama-sama melaksanakan hidup
persaudaraan. Biarawati merupakan anggota kongregasi religius.
Sepanjang sejarah banyak orang yang diundang menghayati hidup
berdasarkan panggilan khusus dan berkat kurnia Roh yang istimewa. Para
wanita hidup bakti memperjuangkan pengakuan yang jelas terhadap jati
diri, kecakapan, misi dan tanggung jawab, baik dalam kesadaran Gereja
maupun kesadaran hidup sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Paus dalam Anjuran Apostolik Hidup Bakti (1996) menyebutkan bahwa
biarawati merupakan anggota hidup bakti. Biarawati yang hidup dalam
panggilan khusus merupakan anggota hidup bakti. Sebagai anggota hidup
bakti, seorang biarawati harus hidup di sebuah lembaga, hidup di
komunitas artinya tidak hidup sendiri, dan tentunya hidup berkaul.
Lembaga hidup bakti yang ditempati biarawati adalah lembaga dalam arti
kongregasi atau tarekat. Biarawati yang menjadi anggota kongregasi atau
tarekat harus mampu hidup bersama saudarinya dalam komunitas.
Biarawati menjalani panggilan khusus dalam kongregasi dan hidup
bersama saudari dalam komunitas menghidupi kaul-kaul, sehingga hidup
rohani biarawati lebih bermutu.
Dengan demikian, biarawati merupakan seorang wanita religius yang
hidup bersama orang lain dalam komunitas, dalam kongregasi yang sama,
dan berkaul. Tuhan memanggil biarawati secara khusus untuk meneruskan
karya-Nya di dunia ini.
C. Penghayatan Kaul dan Tantangannya
Mutu hidup rohani sebagai biarawati ditentukan oleh mutu penghayatan
hidup kaul menurut nasehat Injil. Kaul-kaul yang umum ada dalam kongregasi
adalah kaul kemurnian, kaul kemiskinan, dan kaul ketaatan. Kaul merupakan
sarana untuk membentuk hidup batin biarawati. Biarawati merupakan manusia
biasa yang memiliki kerinduan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan seperti
kerinduan akan harta benda, cinta manusiawi, dan kebebasan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Biarawati yang mengikrarkan kaul tertantang karena tarikan kebutuhan
psikologis dan cita-cita mewujudkan nilai kaul. Tarikan kebutuhan psikologis
dan cita-cita untuk mewujudkan kaul akan mempengaruhi kedewasaan atau
ketidakdewasaan emosi. Kemampuan seorang biarawati mengintegrasikan
kebutuhan psikologis dengan nilai kaul menentukan kedewasaan emosi.
Prasetya (1992), menyebutkan kebutuhan-kebutuhan psikologis yang menjadi
tantangan dalam penghayatan kaul dan berhubungan langsung dengan ketiga
kaul:
1. Kebutuhan psikologis yang dapat menghambat penghayatan kemurnian.
Kaul kemurnian mengungkapkan cinta Allah dari segi universal, cinta
yang dihayati dalam hubungan yang tidak berkepentingan bagi diri sendiri.
Kebutuhan psikologis yang muncul dari cinta manusiawi adalah kebutuhan
akan kehangatan, diterima, keakraban, merawat dan diperhatikan,
kenikmatan seksual, pamer atau menonjolkan diri.
2. Kebutuhan psikologis yang dapat menghambat penghayatan kemiskinan.
Kaul kemiskinan berarti seorang biarawati mengutamakan Kerajaan Surga
sebagai satu-satunya yang pantas dimiliki bagi pengembangan dan
realisasi diri. Kebutuhan psikologis yang muncul dan dapat menghambat
penghayatan kemiskinan adalah kebutuhan memiliki, kebutuhan akan
kenikmatan dunia, hedonisme, kebutuhan-kebutuhan yang sesungguhnya
tidak diperlukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
3. Kebutuhan psikologis yang dapat menghambat penghayatan ketaatan.
Kaul ketaatan berarti biarawati setia dan taat kepada Allah. Biarawati
merealisasikan diri sebagai manusia yang merdeka, pribadi, dan mampu
menentukan hidupnya sendiri dengan mengikuti hati nurani dan
melaksanakan kehendak Allah. Tetapi, biarawati juga berhadapan dengan
kebutuhan psokologis seperti kebutuhan akan kebebasan mutlak,
kebutuhan sesuai kemauan diri sendiri, kebutuhan akan prestasi, harga diri,
kuasa, pangkat, dan kedudukan.
Belajar di Perguruan Tinggi merupakan salah satu karya dan tugas
perutusan yang dijalani dalam kesetiaan. Panggilan menjadi biarawati
menuntut kesetiaan meskipun kebutuhan psikologis juga menjadi tantangan
dalam kesetiaan menjalani panggilan. Kesetiaan pada panggilan berarti
bersedia menjalankan tugas perutusan, meskipun sulit dan melewati berbagai
tantangan. Biarawati memerlukan perjuangan dalam menghadapi kesulitan dan
tantangan, mengusahakan agar kehidupan senantiasa berarti bagi diri sendiri,
masyarakat, dan agama.
Biarawati dapat menemukan cara dalam menghadapi kesulitan dan
tantangan dalam menjalankan perutusan melalui peraturan hidup bersama dan
penghayatan kaul. Cara-cara yang tersebut seperti membina persatuan dengan
Tuhan supaya semakin lepas bebas dan hati semakin dibersihkan, membangun
kedamaian hati dan pikiran supaya mampu menghindakan diri dari sikap
terburu-buru, membina kerja sama dengan orang lain supaya pekerjaan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
banyak dan berat dapat diselesaikan dan terasa ringan, dan belajar menerima
diri supaya tdiak putusa asa dan mudah marah, Suparno (2007).
D. Makna Belajar bagi Biarawati sebagai Orang Dewasa
1. Makna Belajar bagi Orang Dewasa
Bastaman (2007), menyebutkan hal-hal yang dianggap penting,
berharga, bermaknaakan menjadi tujuan hidup apabila terpenuhi,
membuat seseorang merasa berarti, dan menimbulkan perasaan bahagia.
Makna hidup tersebut dapat ditemui dalam kehidupan dan dalam setiap
keadaan sehari-hari. Keadaan yang ditemui bisa menyenangkan, tidak
menyenangkan, bahagia, dan menderita. Seorang yang dewasa, terutama
biarawati dapat menemukan makna dalam kehidupan, dalam pekerjaan dan
karya perutusan yang dijalani. Inti atau makna dari belajar adalah interaksi
antar manusia dan proses bagaimana interaksi tersebut berlangsung.
Biarawati terbentuk menjadi pribadi yang penuh dan mendalam dengan
proses pembentukkan yang menuntut keunggulan manusiawi (Marsono,
2013).
Danim (2010), mengatakan belajar bagi orang dewasa merupakan
proses aktif dan efektif memecahkan masalah yang dipandang memiliki
relevansi dengan pengalaman sehari-hari.Belajar bagi biarawati sebagai
orang dewasa bersifat subjektif dan unik. Biarawati mempunyai sistem
nilai, pendapat, dan pendirian yang berbeda. Orang dewasa yang berusia
antara akhir 30-60 tahun, menggunakan pikiran untuk memecahkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
permasalahan yang berasosiasi dengan tanggung jawab pada yang lain,
seperti anggota keluarga dan karyawan (Papalia, 2014). Seseorang yang
dikaruniai pilihan psikologis dan sosiologi, sadar akan diri sendiri dan
turut serta dalam perlombaan untuk tetap hidup, perlombaan untuk
pengetahuan, dan perlombaan untuk kemajuan perseorangan dan
kelompok. Dengan demikian, biarawati yang belajar diharapkan memiliki
perubahan dan kemampuan untuk berubah.
Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan makna yang
terkandung dalam belajar. Kemampuan untuk berubah karena belajar,
membantu individu berkembang dari pada mahluk-mahluk lain dalam
mengungkapkan diri, memilih dan menetapkan keputusan-keputusan untuk
dirinya (Rohmah, 2015). Selain itu, belajar juga penting untuk
mempertahankan hidup di tengah-tengah persaingan dunia yang semakin
ketat (Syah, 2008). Perkembangan teknologi yang semakin pesat dan
tuntutan kebutuhan hidup, mendorong biarawati belajar sesuatu yang baru
dan memberi makna yang baru.
Makna baru yang diperoleh biarawati sebagai orang dewasa
memengaruhi minat yang sudah ada atau dapat menumbuhkan minat baru.
Minat tersebut muncul dari berbagai proses pengalaman belajar. Melalui
pengalaman, belajar bagi biarawati sebagai orang dewasa memberikan
makna sehingga bakat atau potensi dapat dikembangkan melalui proses
belajar. Pengembangan bakat dan potensi tersebut dipengaruhi lingkungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
di mana ia berada, berinteraksi, dan dipengaruhi oleh berbagai faktor
dalam proses pembelajaran.
2. Faktor yang Memengaruhi Proses Pembelajaran Orang Dewasa
Setiap orang yang dewasa, makin bertambah usianya, akan semakin
sukar baginya belajar, demikian juga biarawati. Hal ini disebabkan
menurunnya semua kemampuan fisik, seperti daya ingat, kekuatan fisik,
kemampuan menalar, kemampuan berkonsentrasi, daya pendengaran, daya
penglihatan. Beberapa faktor berhubungan dengan karakteristik individu
belajar ketika melakukan kegiatan belajar, yaitu kepribadian, gaya belajar,
dan perbedaan individual. Perbedaan individual tersebut seperti perbedaan
usia, pengalaman hidup, motivasi, dan persepsi diri. Faktor lainnya yang
berhubungan dengan karakteristik individu belajar yaitu pergaulan dengan
masyarakat di tempat kegiatan belajar berlangsung serta cara
merencanakan, melaksanakan, dan menilai kegiatan belajar (Mappa &
Basleman, 2011).
Sedangkan faktor yang memengaruhi proses pembelajaran orang
dewasa adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah
faktor yang bersumber dari dalam individu yang sedang belajar. Faktor
internal mencakup faktor fisiologis dan faktor psikologis. Faktor fisiologis
mencakup pendengaran, penglihatan, kondisi fisiologis. Faktor psikologis
mencakup kebutuhan, kecerdasan, motivasi, perhatian, berpikir, serta ingat
dan lupa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Faktor eksternal merupakan semua faktor yang berasal dari luar diri
individu yang belajar. Faktor dari luar individu tersebut adalah faktor
lingkungan belajar dan faktor penyajian. Faktor lingkungan belajar
mencakup lingkungan alam, fisik, dan sosial. Faktor penyajian mencakup
kurikulum, bahan ajar, dan metode penyajian (Mappa & Basleman, 2011).
Suprijanto (2007), berpendapat bahwa proses belajar terjadi dalam diri
seseorang yang disebut proses intern dan terjadi di luar diri seseorang yang
disebut proses ekstern. Proses belajar intern merupakan kegiatan belajar
yang tidak dapat dilihat secara lahiriah. Proses belajar ekstern merupakan
pencerminan dari luar yang terjadi dalam diri seseorang. Proses belajar
yang terjadi dalam diri seseorang mencakup motivasi, perhatian pada
pelajaran, menerima dan mengingat, reproduksi, generalisasi, dan
menerapkan apa yang telah diajarkan serta umpan balik.
Selain dari faktor-faktor tersebut, ada beberapa faktor yang
memengaruhi penerimaan dan pengingatan, yaitu faktor makna. Bila
pelajaran yang ada hubungannya dengan pengetahuan yang telah dimiliki,
maka pelajaran tersebut akan lebih bermakna, lebih mudah diterima dan
diingat. Dalam proses belajar individu tidak hanya menerima dan
mengingat, tetapi juga harus dapat menemukan kembali apa yang pernah
diterima (Suprijanto, 2007). Biarawati yang tidak tahu menjadi tahu
melalui proses belajar. Bagi biarawati sebagai individu dewasa, usia
dewasa merupakan masa untuk memantapkan kemampuan dan
keterampilan dasar yang telah diperoleh pada saat usia anak-anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Selain dari faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran pada
orang dewasa, dapat juga diperhatikan ciri-ciri belajar masa dewasa.
Individu yang dewasa mengembangkan kemampuan dan keterampilan
agar makin banyak pengetahuan dan keterampilan baru yang diperoleh,
dan semakin mantap untuk belajar lebih lanjut (Mappa & Basleman,
2011). Orang dewasa memiliki ciri tersendiri dalam belajar dan berbeda
dengan ciri belajar pada anak-anak dan remaja.
3. Ciri-ciri Belajar Orang Dewasa
Ketika seseorang sudah dewasa, cara belajarnya berbeda dari cara
belajarnya ketika masih anak-anak dan remaja. Oleh karena itu, dalam
proses pembelajaran perlu memperhatikan beberapa ciri belajar orang
dewasa. Menurut Suprijanto (2007), ciri belajar orang dewasa adalah
memungkinkan timbulnya pertukaran pendapat, tuntutan, dan nilai-nilai;
memungkinkan terjadi komunikasi timbal balik; suasana belajar yang
diharapkan adalah suasana yang menyenangkan dan menantang; belajar
jika pendapatnya dihormati; belajar bersifat unik; perlu adanya saling
percaya antara pembimbing dan peserta didik; umumnya mempunyai
pendapat yang berbeda, kecerdasan yang beragam; kemungkinan
terjadinya berbagai cara belajar; belajar ingin mengetahui kelebihan dan
kekurangan; orientasi belajar terpusat pada kehidupan nyata dan motivasi
berasal dari diri sendiri.
Orientasi belajar yang berpusat pada motivasi dari diri sendiri sangat
penting sehingga dalam proses belajar, biarawati yang dewasa dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
menemukan makna belajar yang sesungguhnya. Menurut Danim
(2010:140), orientasi belajar yang berpusat pada motivasi adalah:
hubungan sosial untuk memperoleh teman-teman baru perlu bagi orang
dewasa. Dengan adanya teman baru, orang dewasa mendapatkan
pemenuhan kebutuhan asosiasi dan persahabatan; harapan eksternal untuk
memenuhi kebutuhan petunjuk dari orang lain di luar diri sendiri,
memenuhi harapan atau rekomendasi dari seseorang yang memiliki
otoritas; meningkatkan kemampuan untuk melayani umat manusia dalam
menyiapkan diri untuk melayani dalam masyarakat dan meningkatkan
kemampuan berpartisipasi dalam masyarakat; kemajuan pribadi berguna
untuk kemajuan status yang lebih tinggi dalam pekerjaan, kemajuan
profesional yang aman, dan sejajar dengan pesaing; stimulasi berguna
untuk menghilangan kebosanan, istirahat dari rutinitas di rumah; dan
bagian kognitif berfungsi untuk mencari ilmu, dan untuk menjawab
pertanyaan yang terpikirkan.
4. Penelitian yang Relevan
Simbolon (2005), dalam penelitiannya menjelaskan bahwa
perkembangan zaman yang semakin maju, sangat berpengaruh dalam
kehidupan religius, sebab kaum religius hidup dan berkarya di tengah
masyarakat. Zaman sekarang perlu mengadakan perubahan hidup dengan
sepenuh hati dengan menyangkal diri dan mengikuti Yesus Kristus, berani
melepaskan diri dari segala sesuatu yang menghalangi bertemu Tuhan,
siap mengalami kesulitan yang ditemui dalam hidup sehari-hari. Oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
karena itu, kaum religius atau biarawati merasa tertantang dalam
menghayati panggilannya, terutama dalam menjalani tugas-tugas
perutusan. Seorang biarawati sadar bahwa menjadi pengikut Yesus Kristus
dalam semangat kongregasinya, menerima tugas perutusan yang diyakini
berasal dari Allah Bapa melalui para pemimpin dengan senang hati
menerima tugas tersebut baik di dalam maupun di luar kongregasi.
Biarawati dalam tugas perutusannya, mengganggap semua orang sebagai
saudara, terutama yang miskin, sakit, dan tersingkir.
Perutusan tersebut merupakan sarana pertobatan, melepaskan diri dari
keterikatan diri pada dunia, mengabdikan diri pada Tuhan dan sesama.
Melayani sesama melalui perutusan bukan suatu kebutuhan atau karena
terpaksa melainkan sebagai cinta kasih kepada sesama. Dalam salah satu
penelitian, dikatakan bahwa seorang biarawati yang menghayati
panggilannya tidak mengganggap perutusan itu sebagai beban berat.
Perutusan subur dan berhasil bukan karena menyenangkan karena tidak
menemukan tantangan, namun mampu mencapai tujuan luhur, yaitu
kebahagian orang lain (Simbolon, 2005).
Seorang biarawati perlu menyadari bahwa perutusan itu sebagai sarana
untuk menyebarluaskan kerjaan Allah di dunia. Sepantasnyalah seorang
biarawati memancarkan kasih Kristus kepada sesama. Biarawati sebagai
religius tahu bagaimana menjawab kebutuhan-kebutuhan umat Allah dan
masyarakat pada zamannya (Kelen, 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini memuat beberapa hal yang berkaitan dengan metodologi penelitian,
yaitu jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, responden penelitian, teknik
dan instrumen pengumpulan data, keabsahan data, dan teknik analisis data.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan desain studi kasus.
Penelitian kualitatif merupakan penelitan ilmiah dengan tujuan untuk
memahami suatu fenomena dalam konteks sosial secara alamiah dengan
mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti
dan fenomena yang diteliti (Herdiansyah, 2010). Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui makna, tantangan, hambatan, dan usaha-usaha yang
dilakukan responden dan peneliti mendeskripsikannya dalam latar yang
alamiah. Latar alamiah yang peneliti maksudkan adalah situasi yang diteliti
benar-benar natural dan apa adanya.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Peneliti melakukan penelitian ini pada salah satu Program Studi Universitas
Swasta di Yogyakarta. Penelitian dilakukan pada bulan September 2016
sampai bulan Maret 2017.
C. Responden Penelitian
Responden penelitian ini adalah dua orang biarawati yang menjadi mahasiswa
salah satu Program Studi Universitas Swasta di Yogyakarta. Alasan peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
memilih kedua biarawati sebagai responden adalah responden sudah berusia
di atas tiga puluh tahun, responden sudah lebih dari enam tahun hidup
membiara, dan responden merupakan mahasiswa yang masih aktif. Alasan
peneliti tersebut merupakan kriteria dalam pemilihan responden penelitian.
Cara yang peneliti lakukan dalam memilih responden adalah melakukan
pendekatan, mengobservasi, dan mengajukan beberapa pertanyaan dalam
wawancara tidak terstruktur.
D. Teknik dan InstrumenPengumpulan Data
Peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan teknik observasi,
wawancara, dan Focus Gruop Discussion (FGD).Observasi yang peneliti
lakukan berarti memperhatikan dan mengikuti dalam arti mengamati dengan
teliti dan sistematis sasaran prilaku yang dituju. Dalam proses pelaksanaan
pengumpulan data, ada dua proses observasi yaitu observasi partisipan dan
observasi nonpartisipan, (Sugiyono, 2011:204). Penelitian ini menggunakan
proses observasi di mana pengamat tidak bertindak sebagai partisipan.
Teknik wawancara yang peneliti gunakan adalah wawancara mendalam.
Wawancara mendalam artinya peneliti mengajukan beberapa pertanyaan
secara mendalam yang berhubungan dengan fokus permasalahan, sehingga
data-data yang dibutuhkan dalam penelitian dapat terkumpul. Menurut
Moleong (Herdiansyah, 2010), wawancara merupakan percakapan dengan
maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara dan
terwawancara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Teknik lainnya yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah teknik
FGD. FGD atau diskusi kelompok merupakan wawancara yang dilaksanakan
dalam kelompok. FGD dilakukan untuk berdiskusi dan berdialog bersama,
bertatap muka dengan sesama responden penelitian guna menghasilkan suatu
informasi langsung dari berbagai sudut pandang. Diskusi kelompok ini pada
dasarnya wawancara yang dilaksanakan dalam kelompok.
FGD dapat dilakukan: pertama, jika peneliti memerlukan pemahaman dari
sudut pandang yang lebih bervariasi. Kedua, untuk menyingkap suatu fakta
secara detail dan lebih kaya. Peserta akan mengungkapkan sudut pandang
masing-masing, sehingga kebenaran atau kekeliruan suatu fakta dapat
terungkap. Ketiga, untuk keperluan verifikasi.Pokok permasalahan yang
dibahas dalam FGD dapat diverifikasi langsung, sehingga peneliti bisa
menentukan langkah selanjutnya.Sebaliknya FGD dihindari apabila topik
yang dibahas mengandung beban emosional, aspek yang diungkap terlalu
kritis, dan kurang ekonomis.
Menurut Herdiansyah (2010) ada ketentuan yang perlu diperhatikan
apabila ingin melakukan FGD yaitu:
1. Jumlah peserta FGD antara lima sampai sepuluh orang.
2. Peserta FGD harus bersifat homogen atau berkarakteristik hampir sama.
3. Perlu dinamika kelompok. Dinamika kelompok yang dimaksud seperti
giliran berbicara dan mengemukaan pendapat, giliran menjawab dan
merespon pertanyaan dari sudut pandang anggota lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Peneliti
menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data dengan:
1. Observasi
Observasi yang peneliti gunakan adalah obsevasi nonpartisipan.Observasi
nonpartisipan berarti peneliti tidak terlibat langsung dalam aktivitas,
peneliti hanya sebagai pengamat. Peneliti melakukan observasi terhadap
responden ketika pertama kali melakukan pendekatan dan selama
penggumpulan data. Observasi dilakukan ketika responden di kampus,
saat responden menghadapi kesulitan, dan saat responden di komunitas.
Tabel 1.
Lembar Panduan Observasi
No Hari/tanggal Pukul Deskripsi
1
2
3
2. Wawancara
Pedoman wawancara berisikan pertanyaan-pertanyaan kepada responden.
Wawancara dilakukan untuk mengetahui arti belajar, tantangan tugas
perutusan belajar, cara menghadapi tantangan, dan visi ke depan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Tabel 2.
Pedoman Wawancara
Aspek Pertanyaan
Arti belajar 1. Apa cara yang suster lakukan dalam memaknai belajar?
2. Pengalaman apa yang mendukung suster belajar?
3. Bagi suster apa untungnya belajar?
Tantangan
tugas
perutusan
belajar
1. Apa kesulitan yang suster temui dalam menjalankan tugas
perutusan belajar?
2. Apa tantangan yang suster temui belajar di Perguruan
Tinggi?
3. Tantangan zaman seperti apa yang mendorong suster
bersedia menjalankan perutusan belajar?
Cara
menghadapi
tantangan
1. Bagaimana cara suster berjuang menghadapi kesulitan
yang suster temui sehari-hari?
2. Bagaimana cara suster memandang arti kesulitan dalam
menghadapi tantangan?
3. Bagaimana cara suster membagi waktu belajar dan hidup
komunitas?
Visi ke
depan
1. Apa tujuan yang ingin suster capai dalam tugas perutusan
belajar?
2. Apa pandangan suster tentang pentingnya perutusan belajar
untuk masa depan?
3. Focus Group Discussion
Focus Group Discussion memuat pertanyaan-pertanyaan untuk
mengumpulkan informasi secara langsung dan bersama dalam kelompok.
Tabel 3.
Pedoman Focus Group Discussion
No Pertanyaan
1 Situasi yang bagaimana suster harapkan memberi arti dalam
belajar?
2 Tantangan-tantangan yang bagaimana mempengaruhi suster
belajar?
3 Bagaimana cara suster dalam menghadapi tantangan?
4 Bagaimana cara suster mewujudkan harapan-harapan ke depan?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
E. Keabsahan Data
Untuk keabsahan data, peneliti berusaha mencatat, mendokumentasikan,
dan menafsirkan setiap jawaban dari yang diwawancarai.Di luar data itu,
untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data,
peneliti menggunakan tehnik triangulasi. Pengujian kredibilitas pada
triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber, berbagai
cara, dan waktu (Sugiyono, 2011).
Triangulasi merupakan teknik pengumpulan data untuk menggabungkan
teknik pengumpulan data dan sumber data yang ada.Teknik triangulasi terdiri
dari dua jenis, yaitu triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Triangulasi
sumber berarti mengecek data yang sudah diperoleh melalui beberapa
sumber. Peneliti mendapatkan data dari sumber yang berbeda dengan teknik
yang sama. Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data yang berbeda untuk mendapatkan data dari sumber yang
sama. Teknik triangulasi yang peneliti gunakan adalah observasi,
wawancara, dan FGD untuk sumber yang sama.
Observasi dilakukan tanpa batas waktu, artinya dapat dilakukan waktu
pagi, siang, dan juga sore hari dalam waktu yang tepat dan baik untuk
melakukan observasi. Peneliti membandingkan data hasil observasi
dengan hasil wawancara, membandingkan data hasil observasi dengan FGD,
membandingkan hasil wawancara dengan FGD.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
F. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi
dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke
dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana
yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga
mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain (Sugiyono, 2011:335).
Teknik analisis data dapat dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut:
1. Tahap membaca verbatim.
Verbatim dibaca berulang-ulang untuk menemukan ide-ide pokok tentang
penelitian.
2. Tahap membuat kode (koding)
Memberi kode pada tema atau tema yang muncul pada verbatim,
berdasarkan tujuan penelitian atau muncul dari data yang diperoleh.
3. Tahap kategorisasi
Setelah memberi kode pada tema yang muncul dalam verbatim,
selanjutnya adalah kategorisasi atau penyajian data. Kategorisasi berarti
memilah-milah tema-tema besar, sub-sub tema dari semua data sehingga
dapat ditemukan pola dari verbatim.
4. Tahap menyaring data
Setelah menemukan kalimat yang memperkuat tema, maka tahap
selanjutnya menyaring data.Penyaringan data dilakukan dengan mencari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
gambaran besar dari hasil penelitian, memilah yang penting dan yang
tidak penting, temuan yang utama atau yang hanya penunjang.
5. Tahap interpretasi
Setelah semua tahap dilakukan, selanjutnya melakukan interpretasi
akhir.Tahap ini menjelaskan makna yang terpenting dari data yang
diperoleh.
Tahap-tahap di atas dapat dilakukan secara bersamaan atau berurutan,
atau simultan (Analisis Data Kualitatif, 2013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi deskripsi data dan pembahasan berupa informasi-informasi
yang sudah diperoleh sebagai hasil penelitian. Untuk menjaga privasi responden,
maka nama dan beberapa informasi lainnya disamarkan.
A. Deskripsi Data
Penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara, dan FGD.
Penelitian dimulai dengan observasi dan melakukan pendekatan dengan
responden. Selanjutnya, peneliti menjelaskan topik penelitian yaitu
memahami makna tugas perutusan belajar bagi biarawati. Kemudian peneliti
menanyakan kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
Setelah menyatakan kesediaan menjadi responden, langkah selanjutnya
menentukan waktu dan tempat yang tepat bertemu dengan responden untuk
wawancara, baik wawancara mendalam maupun Focus Discussion Group.
Waktu dan tempat pelaksanaan wawancara dan FGD disesuaikan dengan
waktu luang dari masing-masing responden. Observasi dilakukan sebanyak
empat kali dalam waktu yang berbeda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
1. Tempat dan Jadwal Penelitian
Inisial
Responden
Waktu Tempat Keterangan
AS
Senin, 7 November 2017
09.00-10.50 WIB
Kampus Observasi pada saat
belajar di kelas
Senin, 28 November 2016
12.00-13.00 WIB
Kampus Observasi pada saat
belajar di kelas
Senin, 17 Januari 2017
11.00-12.30 WIB
Komunitas
responden
Observasi saat
melakukan
kegiatan komunitas
Minggu, 15 Januari 2017
11.23-12.00 WIB
Komunitas
responden
Wawancara
KS
Jumat, 30 September 2016
12.15-13.00 WIB
Kampus Observasi pada saat
kerja kelompok di
bawah tangga dekat
sekretariat BK
Rabu, 16 November 2016
10.30-11-30 WIB
Kampus Observasi pada saat
keja kelompok
Minggu, 22 Januari 2017
10.00-12.00 WIB
Komunitas
responden
Observasi saat
melakukan
kegiatan komunitas
Kamis, 5 Januari 2017
12.40-13.00 WIB
Rumah
peneliti
Wawancara
AS dan KS Minggu, 22 Januari 2017
11.00-11.40 WIB
Komunitas
responden As
FGD
dilakukan bersama
dengan seorang
koordinator diskusi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
2. Deskripsi Umum Responden
a. Responden 1
Nama : AS
Alamat : Yogyakarta
Usia : 35 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Anak ke : 11 dari 14 bersaudara
Penampilan : rambut keriting, berperawakan sedang,
kulit agak gelap, berkacamata, bentuk wajah
lonjong, hidung sedang, berbadan agak
pendek dan gemuk.
Riwayat pendidikan : SD sudah naik kelas tiga tapi karena
merasa belum mampu akhirnya minta turun
kembali ke kelas 2. Masuk biara salah satu
kongregasi tahun 2000 dan kaul kekal tahun
2010. Mulai kuliah tahun 2013.
Ciri-ciri kepribadian : Kurang sabar, ramah , terbuka perhatian,
mudah Iba
b. Responden 2
Nama : KS
Alamat : Yogyakarta
Usia : 33 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Anak ke : 3 dari 5 bersaudara
Penampilan : rambut lurus dan hitam, kulit putih, bentuk
wajah agak bulat, hidung sedang, bibir
sedang, berbadan kecil dan agak gemuk.
Riwayat pendidikan : selama sekolah tidak pernah gagal. Masuk
biara salah satu kongregasi tahun 2007.
Mulai kuliah tahun 2014.
Ciri-ciri kepribadian : ramah, sabar, lembut
3. Hasil Penelitian
Dari observasi, wawancara, dan FGD yang dilakukan peneliti terhadap
kedua responden diperoleh hasil yang berkaitan dengan makna tugas
perutusan belajar.
a. Cara biarawati memaknai belajar.
Kedua responden memiliki beberapa cara yang sama dalam
memaknai belajar. Responden belajar serius dan tekun. Keseriusan
dan ketekunan responden ditunjukkan dengan cara mendengarkan
aktif ketika ada penjelasan, aktif bertanya, aktif menjawab, berusaha
memahami apa yang disampaikan, disiplin waktu dengan cara datang
tidak terlambat dan berpikir optimis. Hal ini dapat dilihat dari kutipan
hasil wawancara dengan kedua responden.
“Hmmm..cara yang saya lakukan itu..saya mendengarkan dengan
baik ya ketika dosen menjelaskan. Maka saya tidak suka kelas
ribut, ada yang terlambat. Selain mendengarkan, saya juga
bertanya, menjawab juga ya kalau dosen bertanya. Jadinya..saya
belajar itu serius, tidak asal-asalan”. (DA151/MPB-w/003-008)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
“Cara yang saya lakukan, pertama saya optimis, tidak main-main
ya”. (DK51/MPB-w/003-004)
Selain dalam wawancara, ungkapan tersebut dapat juga dilihat
dalam hasil FGD. Berikut kutipan FGD kedua responden:
“Belajar yang baik bagi saya terutama di dalam kelas, saya
menginginkan suasana itu hening. Artinya menciptakan situasi
yang nyaman ketika dosen menjelaskan, kita bisa mendengarkan
dosen dengan baik. Kita bisa bertanya. Lalu juga, ketika ada
interaksi antara dosen dengan mahasiswa, ketika dosen bertanya
dan mahasiswa bisa menjelaskan lagi apa yang diterangkan. Selain
itu, tidak ada yang masuk terlambat apalagi dosen
menjelaskan..Karena saya belajar tidak asal-asalan”.
(DA221/MPB-FGD/025-037)
“…mahasiswa lebih serius. Artinya ketika dosen menerangkan dan
dosen bertanya mahasiswa mengerti atau diberi kesempatan
bertanya. Ketika dosen itu bertanya kepada mahasiswa dan
mahasiswa menjawab tidak disalahkan. Karena kan kita berusaha,
tidak main-main”. (DK221/MPB-FGD/004-009)
dan kutipan hasil observasi:
Sepanjang perkuliahan Konseling Spiritual, responden sangat
serius. Responden aktif menanggapi presentasi kelompok dan aktif
bertanya kepada dosen. Sebelum bertanya, responden menceritakan
pengalaman-pengalaman yang pernah ditemui sesuai materi
perkuliahan (AS7/11/2016).
Sebelum kerja kelompok, responden sempat bertanya dengan salah
satu dosen yang sedang lewat. Beberapa saat kemudian, ia diskusi
bersama teman-teman kelompoknya dan mengerjakan tugas
kelompok di bawah tangga dekat sekretariat BK. Pada saat diskusi,
responden terlihat sangat serius (KS30/09/2016).
Bagi responden, belajar dengan serius dan tekun merupakan satu
kesempatan yang baik.Responden menggunakan kesempatan belajar
untuk mengolah hidup, mengembangkan diri, menambah wawasan,
dan menambah pengetahuan.Sehingga bagi responden belajar menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
lebih bermakna. Jawaban kedua responden dapat dilihat dari kutipan
hasil wawancara sebagai berikut:
“Karena belajar bagiku merupakan cara mengolah hidup, cara
menambah wawasan, pengetahuan”. (DA151/MPB-w/009-010)
“Selain bagaimana cara mengembangkan diri juga..tadinya belajar
itu dibutuhkan orang-orang yang kreatif, berwawasan luas, dan
selalu mencari cara-cara yang baik menghadapi masa depan”.
(DA151/MPB-w/129-133)
“Kemudian saya juga berpikir bahwa belajar itu merupakan satu
kesempatan yang berharga untuk mengembangkan diri”.
(DK51/MPB-w/004-006)
“Maka itu memotivasi saya untuk berusaha belajar dan memahami
bahwa belajar merupakan proses dari yang tidak tahu menjadi
tahu”. (DK51/MPB-w/009-012)
Jawaban yang sama juga dapat dilihat dari jawaban responden
dalam diskusi. Ungkapan kedua responden dapat dilihat dari kutipan
hasil FGD berikut:
“Selain mengembangkan diri juga dibutuhkan orang-orang yang
lebih kreatif, punya wawasan yang luas dan selalu mencari cara-
cara yang baik ketika menghadapi masa depan. Maka, saya
menuntut diri lebih kreatiflah selama belajar”. (DA221/MPB-
FGD/185-190)
“Saya selalu optimis dan berpikir bahwa belajar itu kesempatan
saya mengembangkan diri..”. (DK221/MPB-FGD/021-023)
Selain itu, responden KS berpendapat bahwa belajar merupakan
proses dari ketidaktahuan menjadi tahu.
“Maka itu memotivasi saya untuk berusaha belajar dan memahami
bahwa belajar merupakan proses dari yang tidak tahu menjadi
tahu”. (DK51/MPB-w/009-012)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Dari hasil observasi, wawancara, dan FGD tersebut dapat dipahami
bahwa cara responden memaknai belajar yakni belajar serius dan
tekun dengan cara mendengarkan, bertanya, menjawab, berusaha
memahami, optimis, dan disiplin waktu. Responden juga berusaha
menggunakan kesempatan belajar dengan baik untuk mengembangkan
diri, mengolah diri, menambah wawasan, dan menambah
pengetahuan. Selain itu, belajar merupakan proses yang dialami mulai
dari responden belum tahu sampai responden tahu. Sehingga bagi
responden belajar menjadi lebih bermakna.
b. Alasan biarawati sehingga bersedia melaksanakan tugas perutusan
belajar.
Responden termotivasi untuk belajar karena keprihatianan pada
permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat, kurang pengetahuan,
kurang kemampuan, kurang kesabaran untuk membantu orang lain.
Ungkapan tersebut terdapat pada hasil wawancara. Kutipan hasil
wawancara kedua responden sebagai berikut:
“Saya punya pengalaman mendampingi anak asrama. Tapi saya
belum tahu bagaimana caranya menghadapi mereka. Pengalaman
saya juga belum tahu caranya bagaimana membantu orang tua anak
yang bercerita masalah keluarga mereka, hidup mereka, perjuangan
mereka”. (DA151/MPB-w/012-017)
“Itu suster, sekarang ini banyak sekali perselingkuhan. Saya
prihatin dengan keluarga yang istri atau suami selingkuh”.
(DA151/MPB-w/067-070)
“Waktu itu, belum tahu anak panti itu datang dari berbagai latar
belakang mana, maka yang kita dampingi itu tentu berbeda-beda.
Pengetahuan saya masih kurang, kesabaran juga kurang”.
(DK51/MPB-w/016-020)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Ungkapan yang sama juga terdapat pada saat FGD. Berikut kutipan
hasil FGD dari kedua responden.
“Dulu saya ditugaskan di asrama tetapi saya belum tahu ilmu-ilmu
yang cocok untuk mendampingi anak-anak. Ketika anak-anak
mengalami masalah ini, saya dengan cara apa untuk menghadapi
dia dan mencari solusinya seperti apa. Perjumpaan dengan orang
tua yang sharing tentang pergulatan hidup, pengalaman hidup
dalam berkeluarga”. (DA221/MPB-FGD/039-045)
“sekarang ini banyak terjadi perselingkuhan, pertentangan di mana-
mana”. (DA221/MPB-FGD/111-112)
“Jika dilihat pengalaman ketika mandampingi anak panti, di mana
saat itu saya.. pendidikan dan pengalaman masih rendah,
kemampuan saya masih kurang, kadang kurang… kurang sabar”.
(DK221/MPB-FGD/009-013)
Kedua responden juga bersedia melaksanakan tugas perutusan
belajar meskipun mengalami kesulitan. Anjuran dan Peraturan
Pemerintah, kebutuhan Kongregasi, dan kesadaran diri mereka sendiri
memotivasi responden. Hal ini dapat dilihat dari kutipan hasil
wawancara dan FGD berikut:
“Makanya, selain dari tuntutan pemerintah atau peraturan
pemerintah yang menganjurkan..contoh saja yang kerja di sekolah
perlu S1. Selain itu, kongregasi memang membutuhkan orang ya
untuk itu”. (DA151/MPB-w/019-023)
“Maka peraturan pemerintah dan juga dari diri saya sendiri
mendorong saya menjalankan perutusan belajar ini”. (DK51/MPB-
w/079-081)
“Belajar selain karena memang peraturan..peraturan pemerintah
juga kongregasi..”.(DA221/MPB-FGD/181-182
“...peraturan pemerintah mewajibkan misalnya guru wajib S1.
Selain itu, dari diri saya, kongregasi juga mengikuti perkembangan
zaman". (DK221/MPB-FGD/077-079)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa responden termotivasi
melaksanakan tugas perutusan belajar karena Peraturan Pemerintah,
kebutuhan Kongregasi, dan kesadaran diri responden. Kesadaran
responden tersebut karena keprihatinan, dan kurang pengetahuan,
kemampuan, kesabaran dalam menolong orang lain.
c. Bentuk-bentuk kesulitan yang ditemui biarawati dalam melaksanakan
tugas perutusan belajar di Perguruan Tinggi.
Responden melaksanakan tugas perutusan belajar berhadapan
dengan berbagai tantangan. Tantangan-tantangan kedua responden
sama berupa kurangnya kemampuan menjalankan komputer dan
kekurangan mendapatkan informasi. Hal ini dapat ditemukan kutipan
wawancara berikut:
“Di kelas itu sering ribut saat dosen menjelaskan. Saya terganggu
karena tidak sopan, tidak menghargai. Lalu, kesulitan saya juga
menjalankan komputer belum terlalu pandai. Tapi kesulitan saya
juga selalu ngantuk itu, mudah tertidur di kelas. Terlebih jam satu
jam dua itu, godaan bagi saya untuk tidur”. (DA151/MPB-w/039-
044)
“Kemudian juga kesulitan itu ya dengan perkembangan jaman itu...
teknologi canggih ya.. mereka lebih cepat mengoprasikan laptop,
tapi saya lamban dan juga cara saya menangkap”. (DK51/MPB-
w/052-055)
Responden AS terganggu dengan suasana kelas yang ribut dan
mudah mengantuk. Hasil observasi juga menunjukkan hal yang sama.
Responden sangat mengantuk ketika perkuliahan berlangsung.
Pada saat diminta salah satu kelompok presentasi menjelaskan
kembali video yang sudah diperlihatkan, responden bertanya
kepada teman di sampingnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
(AS28/11/2016)
Selain dari itu, hasil FGD juga mengungkapkan hal yang sama
tentang kurangnya kemampuan menjalankan computer dan kurangnya
informasi. Kutipan hasil FGD kedua responden sebagai berikut:
“Saya itu belum terlalu pandai dengan komputer. Anak-anak itu
biasa. Lalu juga saya mudah ngantuk, masuk kelas harus belajar.
Akhirnya konsentrasi saya hilang. Saya terngganggu kalau kelas
itu ribut ketika dosen menjelaskan, tidak sopan”. (DA221/MPB-
FGD/096-100)
“Tantangan juga ya selama kuliah itu..alat komunikasi seperti HP.
Teman punya, kita tidak tahu informasi tidak seperti mereka”.
(DK221/MPB-FGD/072-075)
Selain itu, dari hasil wawancara dan FGD responden As merasa
lebih mudah berbicara daripada mendengarkan. Sedangkan dari hasil
observasi, wawancara dan FGD, responden KS terganggu dengan
anggota kelompok yang tidak disiplin waktu.
“Saya orangnya suka bicara, sementara di BK harus
mendengarkan”.(DA151/MPB-w/028-029)
“Saya berpikir di BK itu, mulut tutup telinga buka. Sementara
saya sendiri inginnya mulutnya terbuka terus”. (DA221/MPB-
FGD/086-088)
Teman kelompok responden datang terlambat. Responden berusaha
sabar menunggu teman kelompok yang datang terlambat. (KS
16/11/2016)
“Kemudian kesulitan itu ketika misalnya kerja kelompok tapi tidak
tepat waktu seperti yang sudah disepakati”. (DK51/MPB-w/044-
046)
“Dalam kelompok jam sekian kita kumpul sementara ada yang
terlambat, akhirnya bertabrakan dengan jadwal komunitas..ya kita
harus sabar saja”. (DK221/MPB-FGD/065-068)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Kedua responden juga mengalami kesulitan yang lain. Keduanya
menjelaskan dengan bahasa yang berbeda tetapi maksudnya sama.
Responden AS merasa sudah tua. Sehingga responden minder dalam
pergaulan dan berteman hanya dengan satu orang, dan kemampuan
akdemiknya kurang. Kemampuan responden menerima dan
memahami juga kurang karena kurikulum dan jangka waktu
menyelesaikan SMA samapai masuk Perguruan Tinggi terlalu jauh.
Kutipan hasil observasi dan diperkuat hasil wawancara dan FGD
sebagai berikut:
Kemudian responden menuju sekretariat BK hanya berteman
dengan satu mahasiswa. (AS28/11/2016)
”..umur yang sudah tua. Terkadang saya sulit membaur, bergaul
dengan teman-teman. Apalagi awalnya, saya berjuang setengah
mati. Sekarang sudah lumayan, tetapi saya masih melihat ada
pengelompokkan-pengelompokkan. Maka, saya sering berteman
dengan satu teman saja. Tantangan lainnya, pada saat Konseling
Keluarga dapat C padahal 6 SKS. Lalu Konseling Ekspresif 3
SKS”. (DA151/MPB-w/053-060)
“Lalu, saya sudah lama tidak sekolah dari tahun 2000 tidak sekolah
sampai 2012. Selain kurikulum yang berbeda juga pastinya otak
saya ini udah tumpul”. (DA221/MPB-FGD/090-093)
“Berikutnya saya minder karena saya ini udah tua hahaha
sementara teman-teman saya barusan lulusan SMA, masih kecil
yang masih bersemangatnya. Itu tantangan bagi saya. Saya pernah
dapat nilai C ya. Saya kadang malu di tengah-tengah mereka untuk
awal-awal masuk itu. Maka tidak heran saya itu hanya sama satu
teman yang bisa diajak ngobrol, senda gurau”. (DA221/MPB-
FGD/100-107)
Sementara itu, responden KS mengatakan bahwa perbedaan umur
dan kurikulum menyebabkan kemampuan menangkap dan memahami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
rendah dibandingkan orang lain. Ungkapan ini terdapat pada hasil
wawancara dan FGD.
“Soal umur teman angkatan saya, pada umumnya mereka tamat
SMA mereka langsung melanjut lalu saya sudah 10 tahun yang lalu
tamat SMA baru melanjut, jadi daya tangkap saya rendah. Lalu
kurikulumnya juga berbeda, karena dunia semakin maju. Saya sulit
mengerti, memahami apa yang dosen sampaikan”. (DK51/MPB-
w/035-041)
“Lalu mereka baru tamat SMA, masih muda dibanding dengan
saya yang sudah berumur, sudah sepuluh tahun lalu tamat SMA.
Kurikulumnya juga berbeda. Ketika dosen menerangkan saya tidak
secepat mereka menangkap, mengerti”. (DK221/MPB-FGD/068-
072)
Dari hasil data wawancara dan FGD tersebut menggambarkan
bahwa kedua responden sama-sama mengalami kesulitan
menyesuaikan diri dalam pergaulan dan kemampuan akademik. Usia
dan kurikulum mempengaruhi kemampuan penyesuaian diri dalam
bergaul dan kemampuan akademik.
Berdasarkan data tersebut, terungkap bentuk-bentuk kesulitan yang
ditemui responden dalam melaksanakan tugas perutusan belajar.
Kesulitan-kesulitan mereka adalah kurang mampu menjalankan
computer; kurang informasi; kesulitan menyesuaikan diri dalam
pergaulan dan kemampuan akademik karena perbedaan usia dan
kurikulum; sulit mendengarkan daripada berbicara, mudah
mengantuk; dan terganggu dengan ketidakdisiplinan anggota kerja
kelompok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
d. Usaha-usaha yang dilakukan biarawati menghadapi kesulitan.
Dilihat dari hasil wawancara dan FGD terdapat beberapa kemiripan
usaha yang dilakukan kedua responden menghadapi kesulitan sesuai
tantangan zaman. Usaha yang dilakukan kedua responden adalah
responden mendekati teman, responden berani dan rendah hati
bertanya, dan bijaksana dalam menghadapi tantangan. Kutipannya
sebagai berikut:
“Tapi mereka itu pandai dengan alat-alat itu, maka kalau sudah
tidak bisa saya bertanya dengan mereka. Saya juga bercerita,
bertanya dengan dosen kalau ada kesulitan karena saya merasa
dekat”. (DA151/MPB-w/085-088)
“Selain itu, saya bertanya dekat dengan mereka karena mereka
punya HP, mereka tahu komputer”. (DA221/MPB-FGD/139-141)
“kalau saya tidak mengerti, maka saya tanya entah dengan teman
juga sama dosen”. (DK221/MPB-FGD/146-148)
“Juga dalam perkembangan teknologi sekarang seperti HP ketika
harus buka ini atau teman-teman mau menghubungi sulit. Saya
berefleksi bahwa memang dalam situasi seperti inilah ditantang
untuk lebih bijaksana dan tentu harus kreatif, ketika tidak mengerti
dan harus buka saat itu yaaa saya harus rendah hati bertanya
dengan teman-teman yang punya”. (DK221/MPB-FGD/148-155)
Responden KS menambahkan sebaiknya berusaha terlebih dahulu
dan tekun mengerjakan tugas, harus berani salah, dan bersabar.
Responden menghindari kegiatan organisasi kemahasiswaan supaya
tidak mengganggu kegiatan komunitas. Hal ini terdapat pada hasil
observasi yang juga terdapat dalam hasil wawancara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
“Responden berusaha sabar menunggu teman kelompok yang
datang terlambat. Responden mulai mengerjakan tugas. Responden
menemui salah satu teman mahasiswa dan melihat HP mahasiswa
tersebut. Responden minta tolong temannya menghubungi teman
yang terlambat”. (KS16/11/2016)
“Tapi prinsip saya itu apa yang saya mengerti saya buat dulu, saya
lakukan nantikan dosen akan memperbaiki. karena dosen-dosen
kita kan seandainya kita sudah berusaha tidak melulu disalahkan
tetapi mereka memperbaiki, mengerti. Selain itu, saya juga dengan
tekun mengerjakan tugas, tekun bertanya itu sangat membantu.
Belajar sabar juga dengan teman-teman itu”. (DK51/MPB-w/092-
099)
“Saya sendiri juga enggan mengambil kegiatan kampus, misalnya
organisasi GMC atau apa itu, karena nanti bertabrakan”.
(DK51/MPB-w/119-121)
Pendapat yang berbeda dikatakan responden As bahwa responden
menghadapi kesulitan dengan berdoa dan bercerita dengan pemimpin.
Responden yakin ada orang lain yang menolong. Ketika responden
mengantuk, responden melakukan gerakkan kecil dan mencuci
wajahnya. Hasil observasi diperkuat hasil wawancara dan FGD yang
terdapat dalam kutipan sebagai berikut:
Responden sangat mengantuk ketika perkuliahan berlangsung.
Pada saat diminta salah satu kelompok presentasi menjelaskan
kembali video yang sudah diperlihatkan, responden bertanya
kepada teman di sampingnya. Responden langsung menuju kamar
kecil dan mencuci wajahnya. (AS28/11/2016)
“Cara saya tu berdoa dan saya tidak sendirian. Saya lari kepada
Tuhan juga kepada pemimpin. Wong, kita dibiayai kongregasi”.
(DA151/MPB-w/080-082)
“Lalu kalau ngantuk biasanya saya berdiri atau saya ke kamar
mandi cuci muka”. (DA151/MPB-w/089-090)
“Sebagai religius, saya berdoa dan yakin saya tidak sendirian”.
(DA221/MPB-FGD/124-125)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
“Nah, kalau udah ngantuk, saya menggerak-gerakkan badan atau
cuci muka”. (DA221/MPB-FGD/125-126
Persamaan yang lainnya dari kedua responden dalam usaha
menghadapi kesulitan, yaitu sama-sama sadar sebagai religius dan
anggota kongregasi yang memiliki peraturan dan kaul. Kedua
responden mendahulukan hidup komunitas, hidup rohani, daripada
belajar. Responden mengikuti semua kegiatan komunitas. Reponden
belajar setelah acara komunitas selesai. Namun relasi dan komunikasi
penting dalam hidup bersama. Data tersebut dapat ditemukan dalam
kutipan hasil observasi, dan wawancara.
Pada saat peneliti datang, responden sedang mengerjakan tugas
akhir kuliah. Ketika ibadat siang, responden juga ikut berdoa
bersama komunitas. Responden memimpin ibadat siang.Responden
berdoa dengan kusuk. (AS17/01/2017)
Responden menerima tamu yang datang untuk pertemuan. Setelah
itu, ia berpamitan dengan anggota komunitasnya. Ketika diskusi
kelompok selesai, responden langsung pulang ke komunitas untuk
doa dan makan siang bersama komunitas. (KS22/01/2017)
“Kita inikan biarawati yang punya aturan ya, kaul. Semua teratur.
Jangan sampai kita meninggalkan acara komunitas. Dalam
kongregasi kami sering diingatkan bahwa kuliah itu bukanlah yang
utama tetapi kebersamaan. Sekolah hanyalah menunjang, hanya
salah satu cara untuk karya ke depan, yang utama itu adalah hidup
komunitas. Jadi jangan sampai meninggalkan hidup komunitas dan
mengutamakan belajar. Kecuali memang kuliah sampai jam enam.
Kadang pemimpin sudah tahu, tapi kadang harus memberitahu
pemimpin juga”. (DA151/MPB-w/101-112)
“Kalau hari-hari kan tentu kita di kampus, mau tidak mau itu
memang bawa makanan ke kampus tetapi kalau sudah pulang ke
komunitas tentu saya kerjakan apa yang perlu dikerjakan dan ikut
doa bersama, ikut makan bersama dan malam hari setelah makan
malam belajar”. (DK51/MPB-w/114-119)
“Dan sudah ditekankan bahwa ya sebagai suster, bukan suster itu
hanya kebetulan sebagai suster dan studi tetapi duluan susternya;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
suster yang kebetulan studi maka yang diutamakan hidup rohani
bukan studinya, kalau tidak...hmmm..kita bisa keluar suster”.
(DK51/MPB-w/121-126)
Dari hasil FGD juga ditemukan jawaban yang sama. Hasil FGD
dapat dilihat pada kutipan sebagai berikut:
“Maaf ya, ini aturan dalam kongregasi kami. Jangan sampai kamu
melalaikan waktu, acara komunitas harus duluan. Artinya, karena
suster maka kita kuliah. Kalau benar-benar tidak bisa ya..harus ijin
dengan pemimpin. Saya sendiri kalau udah sepanjang hari kuliah
pasti udah capek malam harus belajar. kalau ada tugas saya harus
berjuang. Kami belajar malam setelah doa malam. Kalau ada
rekreasi bersama ya, jam sembilan baru bisa belajar”.
(DA221/MPB-FGD/130-137)
“Memang sering dikatakan pada kami kalian itu suster yang
kebetulan mahasiswa bukan mahasiswa yang kebetulan suster.
Artinya yang diutamakan adalah hidup membiara”. (DK221/MPB-
FGD/156-159)
“Kadang kami di kampus seharian ya, maka ketika di rumah ada di
rumah, kegiatan apa yang ada diikuti. Kalau doa siang tidak ikut
karena ada di kampus”. (DA221/MPB-FGD/159-162)
Namun kedua responden sama-sama mengakui bahwa dalam setiap
perjuangan pasti ada kesulitan. Kesulitan yang memacu responden
untuk lebih aktif dan kreatif menemukan cara yang tepat dalam
menghadapi tantangan. Kalimat tersebut dapat ditemukan dalam hasil
wawancara dan FGD.
“Saya berpikir gini lho suster, dengan kesulitan itu saya semakin
kreatif mencari cara mengatasi kesulitan. Kalau saya tidak
mengalami kesulitan doa saya datar-datar saja. tapi saat sulit
pengen lama doanya. Jadi kesulitan itu membuat saya semakin
kreatif mencari cara untuk menghadapi tantangan yang kuhadapi
itu”. (DA151/MPB-w/093-098)
“Pandangan saya suster, saya berprinsip begini setiap perjuangan
tetap ada kesulitan tetapi bukan dalam arti kesulitan menjadikan
saya untuk patah semangat atau tidak mau tahu. Tetapi saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
melihat kesulitan itu mengajak saya untuk aktif. Aktif dalam arti
mencari solusi bagaimana supaya kesulitan itu dapat teratasi”.
(DK51/MPB-w/102-107)
“Kesulitan membuat saya kreatif mencari cara menghadapi
tantangan” (DA221/MPB-FGD/143-145)
“Dengan kesulitan itu semua, saya jadi lebih aktif mencari solusi.
Prinsipnya setiap perjuangan pasti ada kesulitan”. (DA22/MPB-
FGD/172-173)
Berdasarkan penjelasan kedua responden dalam wawancara,
diskusi (FGD), dan hasil observasi mengenai usaha-usaha yang
dilakukan responden menghadapi kesulitan sesuai tantangan zaman
adalah mendekati teman, berani dan rendah hati bertanya, bijaksana
dalam menghadapi tantangan; sadar sebagai religius yang berkaul dan
sadar sebagai anggota kongregasi yang memiliki peraturan; menjalin
relasi dan komunikasi dalam hidup bersama; mendahulukan hidup
komunitas, hidup rohani daripada belajar; mengikuti semua kegiatan
komunitas. Selain itu, responden AS menghadapi kesulitan dengan
berdoa, bercerita dan yakin ada orang lain yang menolong, dan
menggerak-gerakkan badan dan mencuci muka ketika mengantuk.
Sedangkan bagi responden KS berusaha terlebih dahulu dan tekun
mengerjakan tugas, berani salah, sabar, dan menghindari kegiatan
organisasi kemahasiswaan. Kedua responden sependapat bahwa setiap
perjuangan pasti ada kesulitan dan kesulitan menimbulkan kreativitas
dan keaktifan menemukan cara yang tepat dalam menghadapi
tantangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
B. Pembahasan
Hal yang dibahas dalam bagian ini berkaitan dengan masalah penelitian
yakni cara biarawati memaknai belajar, alasan biarawati sehingga bersedia
melaksanakan tugas perutusan belajar, bentuk-bentuk kesulitan yang ditemui
biarawati dalam melaksanakan tugas perutusan belajar di Peguruan Tinggi,
dan usaha-usaha yang dilakukan biarawati menghadapi kesulitan.
1. Cara biarawati memaknai belajar.
Cara belajar biarawati berbeda dengan cara belajar anak-anak.
Belajar merupakan proses menemukan makna bagi biarawati dari tidak
tahu menjadi tahu. Proses belajar menimbulkan pertukaran pendapat,
tuntutan nilai-nilai, komunikasi timbal balik, menghormati pendapat,
saling percaya antara yang mengajar dan yang diajar, suasana
menyenangkan dan menantang, kecerdasan beragam, berpusat pada
kehidupan nyata, dan motivasi dari diri sendiri (Suprijanto, 2007). Apa
yang dikatakan Suprijanto bahwa proses belajar dapat menimbulkan
pertukaran pendapat, komunikasi timbal balik, tuntutan nilai-nilai,
menghormati pendapat, suasana menyenangkan dan menantang juga
dialami oleh kedua responden. Hal tersebut dapat dilihat dari ungkapan
responden dalam wawancara dan FGD berikut:
“Hmmm..cara yang saya lakukan itu..saya mendengarkan dengan
baik ya ketika dosen menjelaskan. Maka saya tidak suka kelas
ribut, ada yang terlambat. Selain mendengarkan, saya juga
bertanya, menjawab juga ya kalau dosen bertanya. Jadinya..saya
belajar itu serius, tidak asal-asalan”. (DA151/MPB-w/003-010)
“Belajar yang baik bagi saya terutama di dalam kelas, saya
menginginkan suasana itu hening. Artinya menciptakan situasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
yang nyaman ketika dosen menjelaskan, kita bisa mendengarkan
dosen dengan baik. Kita bisa bertanya. Lalu juga, ketika ada
interaksi antara dosen dengan mahasiswa, ketika dosen bertanya
dan mahasiswa bisa menjelaskan lagi apa yang diterangkan. Selain
itu, tidak ada yang masuk terlambat apalagi dosen
menjelaskan..Karena saya belajar tidak asal-asalan”. (D221/MPB-
FGD/025-037)
“…mahasiswa lebih serius. Artinya ketika dosen menerangkan dan
dosen bertanya mahasiswa mengerti atau diberi kesempatan
bertanya. Ketika dosen itu bertanya kepada mahasiswa dan
mahasiswa menjawab tidak disalahkan. Karena kan kita berusaha,
tidak main-main”. (DK221/MPB-FGD/004-009)
Kedua responden memaknai belajar dengan cara belajar serius dan
tekun. Belajar serius dan tekun dapat dilihat dari cara mereka
mendengarkan, bertanya, menjawab pertanyaan, berusaha memahami,
berpikiran optimis, dan disiplin waktu. Mappa & Basleman (2011),
berpendapat bahwa individu mengembangkan kemampuan dan
keterampilan supaya makin banyak pengetahuan dan keterampilan baru
diperoleh dan semakin mantap. Suprijanto (2007), juga mengatakan bahwa
pelajaran yang berhubungan dengan pengetahuan yang dimiliki, maka
pelajaran tersebut akan lebih bermakna, lebih mudah diterima. Demikian
juga kedua responden menggunakan kesempatan belajar dengan baik
untuk mengembangkan diri mereka, mengolah diri, menambah wawasan,
dan pengetahuan. Hal ini dapat dilihat dari salah satu kutipan wawancara
responden AS dan FGD responden KS.
“Karena belajar bagiku merupakan cara mengolah hidup, cara
menambah wawasan, pengetahuan”. (DA151/MPB-w/009-010)
“Saya selalu optimis dan berpikir bahwa belajar itu kesempatan
saya mengembangkan diri..”. (DK221/MPB-FGD/021-023)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Dengan belajar serius, tekun, dan menggunakan kesempatan yang
baik responden berproses supaya belajar lebih bermakna. Karena bagi
responden belajar merupakan proses menemukan makna belajar dari tidak
tahu sampai menjadi tahu. Senada dengan itu, Bastaman (2007),
mengatakan bahwa seseorang dapat menemukan makna melalui
kehidupan, melalui pekerjaan dan karya perutusan yang dijalani.
Semuanya itu diperoleh melalui proses termasuk proses belajar. Seperti
halnya yang dikatakan oleh responden Ks dalam wawancara.
“Maka itu memotivasi saya untuk berusaha belajar dan memahami
bahwa belajar merupakan proses dari yang tidak tahu menjadi
tahu”. (DK51/MPB-w/009-012)
Suparno (2007), mengatakan bahwa pemikiran dan pengetahuan
akan berkembang jika seseorang belajar. Dengan demikian, makna belajar
merupukan proses dari yang tidak tahu menjadi tahu melalui pengolahan
diri, menambah wawasan dan pengetahuan. Pengolahan diri, wawasan dan
pengetahuan akan bertambah apabila seseorang belajar dengan serius dan
tekun.
2. Alasan biarawati sehingga bersedia melaksanakan tugas perutusan belajar.
Sugijopranoto (2013), mengatakan bahwa untuk menjalankan
perutusan pada zaman sekarang membutuhkan ijazah minimal tertentu
dan persyaratan lain sesuai Peraturan Pemerintah. Kongregasi juga
membutuhkan tenaga profesional untuk karya masa depan. Selain dari
tuntutan pemerintah dan kebutuhan kongregasi, seorang religius harus
mampu setara dengan orang yang dilayani. Sehingga tidak mengherankan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
kedua responden bersedia melaksanakan tugas perutusan belajar demi
menjawab anjuran pemerintah dan kebutuhan kongregasi tersebut. Selain
karena Peraturan Pemerintah dan kebutuhan Kongregasi, kedua responden
bersedia menjalankan tugas perutusan belajar juga karena kesadaran diri
mereka sendiri.
“Makanya, selain dari tuntutan pemerintah atau peraturan
pemerintah yang menganjurkan..contoh saja yang kerja di sekolah
perlu S1. Selain itu, kongregasi memang membutuhkan orang ya
untuk itu”. (DA151/MPB-w/019-023)
“Maka peraturan pemerintah dan juga dari diri saya sendiri
mendorong saya menjalankan perutusan belajar ini”. (DK51/MPB-
w/079-081)
Responden sadar karena keprihatinan pada permasalahan sosial
saat ini, kurangnya pengetahuan, kurangnya kemampuan, dan kurangnya
kesabaran yang responden miliki. Terbukti apa yang dikatakan oleh
Suparno (2007), bahwa biarawati menerima perutusan belajar di Perguruan
Tinggi supaya dapat memenuhi tuntutan yang mendesak di zaman yang
professional ini. Sebelum kuliah kedua responden sudah bekerja. Dari
pengalaman kerja tersebut, mereka merasa pengetahuan, kemampuan, dan
kesabaran masih sangat kurang. Sementara, perkembangan zaman ini
mendesak mereka melaksanakan tugas secara profesional. Untuk dapat
berkarya dengan profesional, maka responden bersedia menjalankan
perutusan belajar. seperti yang diungkapkan oleh kedua responden dalam
kutipan wawancara berikut:
“Saya punya pengalaman mendampingi anak asrama. Tapi saya
belum tahu bagaimana caranya menghadapi mereka. Pengalaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
saya juga belum tahu caranya bagaimana membantu orang tua anak
yang bercerita masalah keluarga mereka, hidup mereka, perjuangan
mereka”. (DA151/MPB-w/012-017)
“Waktu itu, belum tahu anak panti itu datang dari berbagai latar
belakang mana, maka yang kita dampingi itu tentu berbeda-beda.
Pengetahuan saya masih kurang, kesabaran juga kurang”.
(DK51/MPB-w/016-020)
Responden AS merasa prihatin dengan situasi yang ditemui,
perselingkuhan dan pertentangan terjadi di mana-mana. Namun responden
belum tahu cara yang tepat mengatasi situasi tersebut. Situasi yang ditemui
responden AS ini dapat dilihat dari ungkapannya dalam kutipan
wawancara berikut:
“Itu suster, sekarang ini banyak sekali perselingkuhan. Saya
prihatin dengan keluarga yang istri atau suami selingkuh”.
(DA151/MPB-w/067-070)
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa responden termotivasi
melaksanakan tugas perutusan belajar karena Peraturan Pemerintah,
kebutuhan Kongregasi, dan kesadaran diri responden. Kesadaran
responden tersebut karena keprihatinan, dan kurang pengetahuan, kurang
kemampuan, kurang kesabaran dalam menolong orang lain.
3. Bentuk-bentuk kesulitan yang ditemui biarawati mahasiswa Program
Studi Bimbingan dan Konseling Sanata Dharma dalam melaksanakan
tugas perutusan belajar di Perguruan Tinggi.
Kedua responden mengalami berbagai kesulitan dan tantangan
dalam melaksanakan tugas perutusan belajar. Bukan sesuatu yang mudah
menjalankan perutusan belajar bagi seorang religius apalagi harus belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
dalam usia yang sudah tua dan kurikulum yang sudah jauh berbeda.
Menurut Mappa & Basleman (2011), semakin bertambah usia seseorang
maka semakin sulit baginya belajar. Selain itu dipengaruhi juga oleh
lingkungan alam, fisik, sosial, penyajian termasuk penyajian kurikulum
dan metode penyajian. Apa yang dikatakan oleh Mappa & Basleman
diungkapkan juga oleh kedua responden dalam salah satu petikan
wawancara dan FGD berikut:
“Soal umur teman angkatan saya, pada umumnya mereka tamat
SMA mereka langsung melanjut lalu saya sudah 10 tahun yang lalu
tamat SMA baru melanjut, jadi daya tangkap saya rendah. Lalu
kurikulumnya juga berbeda, karena dunia semakin maju. Saya sulit
mengerti, memahami apa yang dosen sampaikan”. (DK51/MPB-
w/035-041)
“Berikutnya saya minder karena saya ini udah tua hahaha
sementara teman-teman saya barusan lulusan SMA, masih kecil
yang masih bersemangatnya. Itu tantangan bagi saya. Saya pernah
dapat nilai C ya. Saya kadang malu di tengah-tengah mereka untuk
awal-awal masuk itu. Maka tidak heran saya itu hanya sama satu
teman yang bisa diajak ngobrol, senda gurau”. (DA221/MPB-
FGD/100-107)
Selain itu, Mappa & Basleman (2011), menambahkan bahwa
dengan bertambahnya usia, kemampuan individu menurun seperti
menurunya daya ingat, kekuatan fisik, kemampuan menalar,
berkonsentrasi, daya pendengaran, dan penglihatan. Belajar orang dewasa
juga dipengaruhi oleh pergaulan di tempat belajar, perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian kegiatan belajar. Responden juga sulit
mengikuti perkembangan zaman. Keadaan fisik, kemampuan memahami
dan mengingat sangat terbatas.
“Tapi mereka itu pandai dengan alat-alat itu, maka kalau sudah
tidak bisa saya bertanya dengan mereka. Saya juga bercerita,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
bertanya dengan dosen kalau ada kesulitan karena saya merasa
dekat”. (DA151/MPB-w/085-088)
“Kemudian juga kesulitan itu ya dengan perkembangan jaman itu...
teknologi canggih ya.. mereka lebih cepat mengoprasikan laptop,
tapi saya lamban dan juga cara saya menangkap”. (DK51/MPB-
w/052-055)
“Tantangan juga ya selama kuliah itu..alat komunikasi seperti HP.
Teman punya, kita tidak tahu informasi tidak seperti mereka”.
(DK221/MPB-FGD/072-075)
Responden AS mudah mengantuk dan lebih mudah berbicara tetapi
merasa terganggu apabila suasana kelas ribut, seperti yang terungkap
dalam petikan wawancara berikut:
“Di kelas itu sering ribut saat dosen menjelaskan. Saya terganggu
karena tidak sopan, tidak menghargai. Lalu, kesulitan saya juga
menjalankan komputer belum terlalu pandai. Tapi kesulitan saya
juga selalu ngantuk itu, mudah tertidur di kelas. Terlebih jam satu
jam dua itu, godaan bagi saya untuk tidur”. (DA151/MPB-w/039-
044)
“Saya orangnya suka bicara, sementara di BK harus
mendengarkan”.(DA151/MPB-w/028-029)
Sementara responden KS merasa tenganggu apabila anggota
kelompok yang tidak disiplin waktu. Dengan kelompok yang datang
terlambat, maka pekerjaan juga terlambat dan pada akhirnya bertabrakan
dengan jadwal komunitas. Salah satu petikan jawaban responden sebagai
berikut:
“Kemudian kesulitan itu ketika misalnya kerja kelompok tapi tidak
tepat waktu seperti yang sudah disepakati”. (DK51/MPB-w/044-
046)
Dari hasil penelitian, dapat dipahami kesulitan dan tantangan yang
responden hadapi. Responden merasa kurang mampu menjalankan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
komputer dan kurang informasi; kesulitan menyesuaikan diri dalam
pergaulan dan kemampuan akdemik karena perbedaan usia dan kurikulum;
sulit mendengarkan daripada berbicara; mudah mengantuk; terganggu
dengan ketidakdisiplinan anggota kerja kelompok.
4. Usaha-usaha yang dilakukan biarawati menghadapi kesulitan sesuai
tantangan zaman.
Biarawati merupakan religius wanita yang hidup bersama dengan
orang lain dalam satu komunitas, dalam satu kongregasi, dan hidup
berkaul. Kedua responden merupakan anggota kongregasi daan anggota
komunitas. Sebagai anggota religius, mereka menyadari bahwa mereka
menghayati kaul yang mereka hidupi dalam sebuah kongregasi. Prasetya
(1992), mengatakan bahwa kemampuan biarawati dalam menghayati kaul
dan kemampuan menghadapi tantangan psikologis menentukan
kedewasaan atau ketidakdewasaan emosi. Karena kaul merupakan sarana
untuk membentuk hidup batin religius.
Kedua responden sama-sama menyadari diri sebagai religius yang
berkaul dan sadar sebagai anggota Kongregasi yang memiliki peraturan;
berusaha menjalin komunikasi dalam hidup bersama. Berdasarkan
kesadaran tersebut mereka mendahulukan hidup komunitas, hidup rohani
daripada belajar; dan mengikuti semua kegiatan komunitas. Ungkapan
yang berkaitan dengan kesadaran responden terdapat pada salah satu
kutipan wawancara dari masing-masing responden sebagai berikut:
“Kita inikan biarawati yang punya aturan ya, kaul. Semua teratur.
Jangan sampai kita meninggalkan acara komunitas. Dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
kongregasi kami sering diingatkan bahwa kuliah itu bukanlah yang
utama tetapi kebersamaan. Sekolah hanyalah menunjang, hanya
salah satu cara untuk karya ke depan, yang utama itu adalah hidup
komunitas. Jadi jangan sampai meninggalkan hidup komunitas dan
mengutamakan belajar. Kecuali memang kuliah sampai jam enam.
Kadang pemimpin sudah tahu, tapi kadang harus memberitahu
pemimpin juga”. (DA151/MPB-w/101-112)
“Dan sudah ditekankan bahwa ya sebagai suster, bukan suster itu
hanya kebetulan sebagai suster dan studi tetapi duluan susternya;
suster yang kebetulan studi maka yang diutamakan hidup rohani
bukan studinya, kalau tidak...hmmm..kita bisa keluar suster”.
(DK51/MPB-w/121-126)
Usaha-usaha yang dilakukan responden dalam menghadapi
kesulitan bukan hanya kata-kata belaka. Selain menyadari diri sebagai
religius yang berkaul, responden juga berusaha membagi waktu, dan
menjalin relasi dan komunikasi yang baik dengan pemimpin, dengan
anggota komunitas, dengan dosen, dan dengan teman terlebih kepada
Tuhan. Suparno (2007), mengatakan perlu adanya usaha dalam
menghadapi kesulitan. Biarawati perlu membina persatuan dengan Tuhan,
membangun kedamaian hati dan pikiran supaya memikirkan persoalan
yang dihadapi dengan jernih dan bijaksana. Hal ini sama dengan apa
diusahakan oleh responden AS yakni berusaha mengatasi kesulitan dengan
cara berdoa, berbagi cerita dan yakin ada orang lain yang menolong.
Ketika mengantuk responden melakukan gerakkan kecil dan mencuci
wajahnya. Usaha yang dilakukan responden terdapat pada kutipan berikut:
“Cara saya tu berdoa dan saya tidak sendirian. Saya lari kepada
Tuhan juga kepada pemimpin. Wong, kita dibiayai kongregasi”.
(DA151/MPB-w/080-082)
“Lalu kalau ngantuk biasanya saya berdiri atau saya ke kamar
mandi cuci muka”. (DA151/MPB-w/089-090)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Sedangkan responden KS berusaha sabar mengahdapi teman-
temannya, berani salah, mencoba terlebih dahulu dan tekun mengerjakan
tugas. Selain itu, responden menghindari kegiatan organisasi
kemahasiswaan supaya kegiatan komunitas bisa dikiuti. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat dari kutipan wawancara berikut:
“Tapi prinsip saya itu apa yang saya mengerti saya buat dulu, saya
lakukan nantikan dosen akan memperbaiki. karena dosen-dosen
kita kan seandainya kita sudah berusaha tidak melulu disalahkan
tetapi mereka memperbaiki, mengerti. Selain itu, saya juga dengan
tekun mengerjakan tugas, tekun bertanya itu sangat membantu.
Belajar sabar juga dengan teman-teman itu”. (DK51/MPB-w/092-
099)
“Saya sendiri juga enggan mengambil kegiatan kampus, misalnya
organisasi GMC atau apa itu, karena nanti bertabrakan”.
(DK51/MPB-w/119-121)
Selain itu, Suparno (2007), mengatakan perlu membina kerja sama
dengan orang lain supaya yang terasa sulit menjadi ringan; dan belajar
menerima diri. Sejalan dengan itu, responden juga berusaha mendekati
teman, berani dan rendah hati bertanya, dan bijaksana dalam menghadapi
tantangan.
“Tapi mereka itu pandai dengan alat-alat itu, maka kalau sudah
tidak bisa saya bertanya dengan mereka. Saya juga bercerita,
bertanya dengan dosen kalau ada kesulitan karena saya merasa
dekat”. (DA151/MPB-w/085-088)
“Selain itu, saya bertanya dekat dengan mereka karena mereka
punya HP, mereka tahu komputer”. (DA221/MPB-FGD/139-141)
“kalau saya tidak mengerti, maka saya tanya entah dengan teman
juga sama dosen”. (DK221/MPB-FGD/146-148)
“Juga dalam perkembangan teknologi sekarang seperti HP ketika
harus buka ini atau teman-teman mau menghubungi sulit. Saya
berefleksi bahwa memang dalam situasi seperti inilah ditantang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
untuk lebih bijaksana dan tentu harus kreatif, ketika tidak mengerti
dan harus buka saat itu yaaa saya harus rendah hati bertanya
dengan teman-teman yang punya”. (DK221/MPB-FGD/148-155)
Namun keduanya mengakui bahwa dalam setiap perjuangan pasti
ada kesulitan. Melalui kesulitan, responden lebih kreatif dan aktif mencari
cara yang tepat untuk menghadapi tantangan. Dengan kesulitan justru
membuat mereka semakin kuat. Kata-kata yang sama juga dijelaskan
Praseya (1992), bahwa seorang biarawati yang berkaul memerlukan
perjuangan dalam menghadapi kesulitan dan tantangan, mengusahakan
agar berarti bagi diri sendiri, masyarakat, dan agama.
“Saya berpikir gini lho suster, dengan kesulitan itu saya semakin
kreatif mencari cara mengatasi kesulitan. Kalau saya tidak
mengalami kesulitan doa saya datar-datar saja. tapi saat sulit
pengen lama doanya. Jadi kesulitan itu membuat saya semakin
kreatif mencari cara untuk menghadapi tantangan yang kuhadapi
itu”. (DA151/MPB-w/093-098)
“Pandangan saya suster, saya berprinsip begini setiap perjuangan
tetap ada kesulitan tetapi bukan dalam arti kesulitan menjadikan
saya untuk patah semangat atau tidak mau tahu. Tetapi saya
melihat kesulitan itu mengajak saya untuk aktif. Aktif dalam arti
mencari solusi bagaimana supaya kesulitan itu dapat teratasi”.
(DK51/MPB-w/102-107)
Bastaman (2007), menjelaskan bahwa apabila sesuatu yang
berharga, penting, dan bermakna terpenuhi akan membuat seseorang
berarti dan menimbulkan rasa bahagia. Keadaan tersebut bisa dialami
setiap hari, bisa membuat senang dan bisa memunculkan kesulitan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisikan simpulan, keterbatasan penelitian, dan saran. Bagian
kesimpulan memuat kesimpulan penelitian.Bagian keterbatasan penelitian
memuat keterbatasan peneliti dalam menggali lebih dalam lagi informasi dari
responden. Bagian saran memuat masukan untuk peneliti lain supaya dapat
melakukan penelitian yang lebih baik dari penelitian ini.
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan penelitian
yang berkaitan dengan makna tugas perutusan belajar bagi biarawati adalah:
1. Biarawati belajar serius dan tekun dengan cara mendengarkan, bertanya,
menjawab pertanyaan, berusaha memahami, optimis, disiplin,
menggunakan kesempatan belajar dengan baik untuk mengembangkan
dan mengolah diri, menambah wawasan dan pengetahuan, dan berproses.
2. Biarawati bersedia melaksanakan tugas perutusan belajar karena
Peraturan Pemerintah, kebutuhan Kongregasi, dan kesadaran diri.
3. Biarawati mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugas perutusan
belajar di Perguruan Tinggi berupa kurang mampu menjalankan
komputer; kurang informasi; kesulitan menyesuaikan diri dalam
pergaulan dan kemampuan akdemik karena perbedaan usia dan
kurikulum; sulit mendengarkan daripada berbicara; mudah mengantuk;
dan terganggu dengan ketidakdisiplinan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
4. Biarawati berusaha menghadapi kesulitan dengan sadar diri sebagai
religius yang berkaul dan sadar sebagai anggota kongregasi yang
memiliki peraturan; menjalin relasi dan komunikasi dalam hidup bersama
orang lain; mendahulukan hidup komunitas, hidup rohani daripada
belajar; mengikuti semua kegiatan komunitas; rendah hati dan berani
bertanya; bijaksana menghadapi tantangan. Responden berpendapat
bahwa setiap perjuangan ada kesulitan dan justru kesulitan memacu lebih
aktif dan kreatif menemukan cara tepat untuk menghadapi tantangan.
Selain itu, responden As berdoa, bercerita dan yakin ada orang lain yang
menolong; menggerak-gerakkan badan dan mencuci muka ketika
mengantuk. Sedangkan responden Ks berani mencoba dan berani salah;
sabar dan tekun mengerjakan tugas; menghindari kegiatan organisasi
kemahasiswaan.
Dengan demikian, makna tugas perutusan belajar bagi biarawati
merupakan suatu proses yang ditemui dan dihadapi setiap hari dengan
segala kesulitan dan tantangan. Kesulitan dan tantangan dalam belajar
membantu biarawati mengolah diri, menambah wawasan, pengetahuan,
dan menemukan cara yang tepat keluar dari kesulitan. Biarawati
menyadari adanya persyaratan yang perlu dipenuhi sesuai Peraturan
Pemerintah, adanya kebutuhan kongregasi untuk karya masa mendatang,
dan kurangnya kemampuan pengetahuan, pendidikan diri sendiri dalam
berkarya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
B. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan dan kekurangan. Peneliti sadar bahwa
masih banyak yang perlu diperbaiki dan disempurnakan. Adapun keterbatasan
penelitian ini adalah:
1. Teknik pengumpulan data yang digunakan masih kurang tepat untuk
mengumpulkan data.
2. Data masalah penelitian belum tergali lebih dalam.
3. Pembahasan belum dilengkapi pendapat ahli.
C. Saran
Saran peneliti ditujukan kepada peneliti selanjutnya supaya memperoleh hasil
penelitian yang lebih baik. Saran peneliti berupa:
1. Diperlukan teknik pengumpulan data yang tepat digunakan untuk
mengumpulkan data.
2. Diperlukan menggali data lebih dalam.
3. Pembahasan perlu dilengkapi pendapat ahli.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
DAFTAR PUSTAKA
Adhis Anggiany Putri S. (22 Agustus 2016).Ini Rahasia Lolos Seleksi Beasiswa
Luar Negeri. Artikel diambil pada tanggal 17 September 2016, dari
http://edukasi.kompas com/red/2016/08/22/17160051.
Dariyo, Agus. (2008). Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Analisis Data Kualitatif. (2013). Metodologi Penelitian. Studio Teknologi
Pendidikan-Perpustakaan Universitas Katolik Indonesia Admajaya
Oktober 2013.
Bastaman, H.D. (2007). Logoterapi: Psikologi untuk Menemukan Makna Hidup
dan Meraih Makna. Edisi 1. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Danim, Sudarwan. (2010). Pedagogi, Androgogi, dan Heutagogi. Bandung:
Alfabeta.
Herdiansyah, Haris. (2010). Metodologi penelitian Kualitataf. Jakarta: Salemba
Humanika.
Heuken, Adolf. (2004). Ensiklopedi Gereja. (jilid l:A-B edisi ke 4). Jakarta:
Yayasan Cipta Loka Caraka.
Hurlock, Elizabeth B. (1993). Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi kelima. Erlangga: Jakarta.
Jahja, Yudrik. (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Kelen, Benedikta Boleng. (2014). Kepemimpinana Transformatif Mgr. Hendricus
Leven SVD yang diwariskan bagi Para Suster CIJ untuk Meningkatkan
Mutu Hidup dan Pelayanan Demi Perutusan Kongregasi CIJ. USD.
Yogyakarta.
Mappa, Syamsu & Basleman, Anisah. (2011). Teori Belajar Orang Dewasa.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Marsono, FX. (Agustus 2013). Pendidikan sebagai Manager of Learning. Rohani
Nomor 8 tahun ke 60. Yogyakarta: Kanisius.
Mikhael Gewati. (28 Agustus 2016). Susah dapat Beasiswa Pemerintah berburu
ke Perusahaan Swasta Saja. Artikel diambil pada tanggal 17 September
2016, dari http://edukasi.kompas.com/read/2016/08/26/11255911
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Papalia. (2014). Experience Human Development: Menyelami Perkembangan
Manusia.edisi 12 buku 2. (Terjemahan Fitriana Wuri Herarti). Jakarta:
Salemba Humanika.
Paus Fransiskus. (2015). Evangelii Gaudium Sukacita Injil: Surat Anjuran Bapa
Suci Fransiskus tentang Pewartaan Injil di Dunia Dewasa Ini.
(terjemahan Bhanu Viktorahadi). Yogyakarta: Kanisius.
Paus Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik tentang Hidup Bakti bagi para
Religius.(1996). Vita Consecrata (Hidup Bakti).(Terjemahan
Hardawirjana, R & FX. Sumantara Siswoyo). Jakarta:Departemen
Dokumentasi dan Penerangan KWI.
Prasetya, F. Mardi. (1992). Psikologi Hidup Rohani 2. Kanisius: Yogyakarta.
Prawira, Purwa Admaja. (2014). Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Riyanto, Armada & Mistrianto. (2011). Gereja Kegembiraan dan Harapan.
Yogyakarta: Kanisius.
Rohmah, Noer. (2015). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Kalimedia.
Santrock, J.W. (2009). LIFE-Span Development: Perkembangan Masa Hidup.
Edisi kelima jilid 2. (Terjemahan Achmad Chusairi, dkk). Jakarta:
Erlangga.
Simbolon, Romaida Katarina. (2005). Penghayatan Akan Yesus Kristus dalam
Spiritualitas Suster Fransiskus Dina Serta Revansinya bagi
Peningkatan Pelayanan dalam Perutusan di Zaman Sekarang, Skripsi,
USD, Yogyakarta.
Sugijopranoto, Andre. (Agustus 2013). Berdialog dengan Dunia Ilmu
Pengetahuan. Rohani Nomor 8 tahun ke 60. Yogyakarta: Kanisius.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2013). Landasan Psikologi Proses Pendidikan.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Suparno, Paul. (2007). Saat Jubah Bikin Gerah. Yogyakarta: Kanisius.
Suprijanto, H. (2007). Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta: Bumi Aksara.
Syah, Muhibbin. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Tim Penyusun KBBI. (2016). Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring. Edisi
kelima. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Winkel, W.S. (2014). Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Sketsa.
Woga, Edmund. (2012). Dasar-dasar Misiologi. Yogyakarta: Kanisius.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Lampiran 1
Hasil Observasi
1. Observasi saat responden di kampus.
Hari/tanggal Inisial
Respnden
Deskripsi Interpretasi
Senin,
7 November
2016
09.00-10.50
WIB
AS Observasi dilakukan di kelas terhadap responden biarawati, berkulit hitam,
berkacamata, berjubah warna biru, berbadan cukup pendek dan agak
gemuk. Sepanjang perkuliahan Konseling Spiritual, responden sangat
serius. Responden aktif menanggapi presentasi kelompok dan aktif
bertanya kepada dosen. Sebelum bertanya, responden menceritakan
pengalaman-pengalaman yang pernah ditemui sesuai materi perkuliahan.
Serius mengikuti
perkuliahan dengan
cara aktif bertanya
dan menanggapi
presentasi
Jumat,
30 September
2016.
12.15-13.00
WIB
KS Peneliti melakukan observasi ketika responden berkumpul dengan teman-
temanya. Data yang diperoleh dalam observasi ini adalah responden
seorang biarawati menggunakan jubah putih, berbadan kecil dan cukup
gemuk, berkulit putih, dan rambut hitam. Sebelum kerja kelompok,
responden sempat bertanya dengan salah satu dosen yang sedang lewat.
Beberapa saat kemudian, ia diskusi bersama teman-teman kelompoknya
dan mengerjakan tugas kelompok di bawah tangga dekat sekretariat BK.
Pada saat diskusi, responden terlihat sangat serius.
Belajar serius dengan
cara berusaha
bertanya dan
mengerjakan tugas
kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
2. Observasi terhadap responden saat menghadapi kesulitan.
Hari/tanggal Inisial
responden
Deskripsi Interpretasi
Senin,
28 November
2016
12.00-13.00
WIB
AS Responden sangat mengantuk ketika perkuliahan berlangsung. Pada saat
diminta salah satu kelompok presentasi menjelaskan kembali video yang
sudah diperlihatkan, responden bertanya kepada teman di sampingnya.
Responden langsung menuju kamar kecil dan mencuci wajahnya. Ia masih
mondar-mandir di luar kelas. Kemudian responden menuju sekretariat BK
hanya berteman dengan satu mahasiswa.
Mengantuk saat
perkuliahan. Berusaha
melakukan gerakkan-
gerakkan dan mencuci
wajah untuk
menghilangkan rasa
kantuk. Keluar
ruangan ditemani
seorang teman dekat.
Rabu,
16 November
2016.
10.30-11.30
WIB
KS Sebelum kerja kelompok, responden masih bersama teman sesama
biarawati. Teman kelompok responden datang terlambat. Responden
berusaha sabar menunggu teman kelompok yang datang terlambat.
Responden mulai mengerjakan tugas. Responden menemui salah satu
teman mahasiswa dan melihat HP mahasiswa tersebut. Responden minta
tolong temannya menghubungi teman yang terlambat.
Berusaha sabar
terhadap teman
kelompok yang telat
datang sesuai
kesepakatan. Tekun
mengerjakan tugas
kuliah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
3. Observasi saat responden di komunitas.
Hari/tanggal Inisial
responden
Deskripsi Interpretasi
Senin,
17 Januari 2017
11.00-12.30
WIB
AS Pada saat peneliti datang, responden sedang mengerjakan tugas akhir
kuliah. Ketika ibadat siang, responden juga ikut berdoa bersama
komunitas. Responden memimpin ibadat siang.Responden berdoa dengan
kusuk.
Tekun mengerjakan
tugas kuliah dan
mengikuti kegiatan
komunitas
Minggu,
22 Januari 2017
10.00-12.00
WIB
KS Observasi dilakukan mulai dari rumah responden sampai di tempat rumah
responden As. Responden menerima tamu yang datang untuk pertemuan.
Setelah itu, ia berpamitan dengan anggota komunitasnya. Ketika diskusi
kelompok selesai, responden langsung pulang ke komunitas untuk doa dan
makan siang bersama komunitas.
Menjalankan tugas
belajar tetapi juga
tetap menjalankan
jadwal komunitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Lampiran 2
Lembar Verbatim Wawancara
A. Responden AS
Waktu : Minggu, 15 Januari 2017; 11.23-12.00 WIB
Tempat : Komunitas Responden;
Peneliti: “Apa cara yang suster lakukan dalam memaknai belajar?”
AS : “Hmmm..cara yang saya lakukan itu..saya mendengarkan dengan baik ya
ketika dosen menjelaskan. Maka saya tidak suka kelas ribut, ada yang
terlambat. Selain mendengarkan, saya juga bertanya, menjawab juga ya
kalau dosen bertanya. Jadinya..saya belajar itu serius, tidak asal-asalan.
Karena belajar bagiku merupakan cara mengolah hidup, cara menambah
wawasan, pengetahuan”.
Peneliti: “Pengalaman apa yang mendukung suster belajar?”.
AS : “Saya punya pengalaman mendampingi anak asrama. Tapi saya belum
tahu bagaimana caranya menghadapi mereka. Pengalaman saya juga
belum tahu caranya bagaimana membantu orang tua anak yang bercerita
masalah keluarga mereka, hidup mereka, perjuangan mereka..yaaa.. Saya
kadang memberi jawaban, tapi jawaban yang umum saja. Saat itu saya
belum ada cara membantu mereka. Makanya, selain dari tuntutan
pemerintah atau peraturan pemerintah yang menganjurkan..contoh saja
yang kerja di sekolah perlu S1. Nah, sayakan belum. Selain itu,
kongregasi memang membutuhkan orang ya untuk itu”.
Peneliti: “Ok. Lalu apa untungnya belajar bagi suster?”.
AS : “Hahaha..hahaha...suster..dulu saya sangat tidak suka karena kuliah ini
bukan pilihan saya. Saya takut, heran. Saya bertanya dalam hati apa saya
bisa ya. Karena sudah lama tidak kuliah. Saya orangnya suka bicara,
sementara di BK harus mendengarkan. Tapi justru di BK ini, dengan
belajar tentang kepribadian saya terbantu..saya bisa mengolah diri. Maka
dengan perjalanan waktu, saya merasa belajar itu untung benar. Saya bisa
mengolah hidup saya, saya bisa melihat saya berasal dari keluarga yang
bagaimana, saya punya wawasan. Karena saya terbentuk dari sana”.
Peneliti: “Baik suster. Bisakan cerita, kesulitan apa yang suster temui dalam
menjalankan tugas perutusan belajar?”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
AS : “Di kelas itu sering ribut saat dosen menjelaskan. Saya terganggu karena
tidak sopan, tidak menghargai. Lalu, kesulitan saya juga menjalankan
komputer belum terlalu pandai. Tapi kesulitan saya juga selalu ngantuk
itu, mudah tertidur di kelas. Terlebih jam satu jam dua itu, godaan bagi
saya untuk tidur. Nah, itu mengganggu konsentrasi saya. Terlebih lagi
sepanjang hari sudah di kampus, pulang ke rumah harus ikut doa, ibadat,
komplitorium. Saya..ih..pasti sudah tidak ada tenaga. Lalu malam hari
harus belajar lagi. Kalau saya udah mengantuk nanti jadi malas. Itu
biasanya menimbulkan penyesalan”.
Peneliti: “Selain itu, apa tantangan yang suster temui belajar di Perguruan
Tinggi?”
AS : “Tantangannya untuk umur..saya..umur yang sudah tua. Terkadang saya
sulit membaur, bergaul dengan teman-teman. Apalagi awalnya, saya
berjuang setengah mati. Sekarang sudah lumayan, tetapi saya masih
melihat ada pengelompokkan-pengelompokkan. Maka, saya sering
berteman dengan satu teman saja. Tantangan lainnya, pada saat Konseling
Keluarga dapat C padahal 6 SKS. Lalu Konseling Ekspresif 3 SKS. Saya
putus asa. Tapi ya..mungkin itulah kemampuan saya..karena saya juga
pernah mengantuk saat kuliah hehehe. Saya harus lebih berjuang lagi”.
Peneliti: “Sebenarnya, seperti apa tantangan zaman yang mendorong suster
bersedia menjalankan perutusan belajar?”.
AS : “Itu suster, sekarang ini banyak sekali perselingkuhan. Saya prihatin
dengan keluarga yang istri atau suami selingkuh. Maka saya terpanggil
menerima perutusan belajar ini. Maka saya tertarik dengan Konseling
Keluarga, Konseling Spiritual. Supaya saya ada wawasan juga bagaimana
membantu mereka. Terkadang saya melihat dalam hidup bersama
menurunnya nilai sopan santun, saling menghargai. Nilai itu sudah mulai
turun terlebih anak-anak sekarang. Nah, kalau kita tidak punya wawasan,
tidak mau belajar bagaimana kita tahu menghadapi itu?”.
Peneliti: “Lalu, bagaimana cara suster berjuang menghadapi kesulitan yang suster
temui sehari-hari?”.
AS : “Saya..cara saya tu berdoa dan saya tidak sendirian. Saya lari kepada
Tuhan juga kepada pemimpin. Wong, kita dibiayai kongregasi. Kalau
teman-teman ribut, saya melihat inikan zaman mereka, hidup mereka.
Saya nggak bisa mengatur. Saya memahami dunia mereka saja cukup.Tapi
mereka itu pandai dengan alat-alat itu, maka kalau sudah tidak bisa saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
bertanya dengan mereka. Saya juga bercerita, bertanya dengan dosen kalau
ada kesulitan karena saya merasa dekat. Lalu kalau ngantuk biasanya saya
berdiri atau saya ke kamar mandi cuci muka. Susah kalau sudah ngantuk”.
Peneliti: “Lalu, Bagaimana cara suster memandang arti kesulitan dalam
menghadapi tantangan?”.
AS : “Saya berpikir gini lho suster, dengan kesulitan itu saya semakin kreatif
mencari cara mengatasi kesulitan. Kalau saya tidak mengalami kesulitan
doa saya datar-datar saja. tapi saat sulit pengen lama doanya. Jadi kesulitan
itu membuat saya semakin kreatif mencari cara untuk menghadapi
tantangan yang kuhadapi itu”.
Peneliti: “Bagaimana cara suster membagi waktu belajar dan hidup komunitas?”.
AS : “Itu juga, kadang itu tantangan. Kita inikan biarawati yang punya aturan
ya, kaul. Semua teratur. Jangan sampai kita meninggalkan acara
komunitas. Dalam kongregasi kami sering diingatkan bahwa kuliah itu
bukanlah yang utama tetapi kebersamaan. Sekolah hanyalah menunjang,
hanya salah satu cara untuk karya ke depan, yang utama itu adalah hidup
komunitas. Jadi jangan sampai meninggalkan hidup komunitas dan
mengutamakan belajar. Kecuali memang kuliah sampai jam enam. Kadang
pemimpin sudah tahu, tapi kadang harus memberitahu pemimpin juga.
Kalau kuliah sampai jam segini bagaimana bisa cepat sampai di rumah.
Kadang doa malam jam delapan, kadang delapan kurang. Setelah doa
malam, saya merasa tenaga saya sudah habis, tidak berdaya. Kalau dipaksa
belajar paling sampai jam sebelas. Atau kalau ada tugas sampai jam satu
atau jam dua. Itu konsekuensi hidup kita”.
Peneliti: “Senarnya, apa tujuan yang ingin suster capai dalam tugas perutusan
belajar?”.
AS : “Saya berharap bisa cepat selesai, saya semakin baik. Saya tahu
bagaimana caranya melayani orang ketika saya berkarya. Saya punya cara
yang lebih baik lagi untuk menghadapi orang-orang yang saya layani.
Peneliti: Baik suster, yang terakhir apa pandangan suster tentang pentingnya
perutusan belajar untuk masa depan?”.
AS : Belajar itu seumur hidup ya. Belajar itu penting untuk masa depan, untuk
karya, untuk perutusan. Selain untuk mengembangkan diri juga
dibutuhkan orang-orang yang kreatif, berwawasan luas, dan selalu mencari
cara-cara yang baik menghadapi masa depan. Dengan belajar kita mampu
melihat situasi yang ada dan riil serta nyata di dalam hidup”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
B. Responden KS
Waktu : Kamis, 5 Januari 2017; 12.40-13.00 WIB
Tempat : Rumah Peneliti
Peneliti: “Apa cara yang suster lakukan dalam memaknai belajar?”.
KS : “Cara yang saya lakukan….pertama saya optimis, tidak main-main ya.
Kemudian saya juga berpikir..ee..bahwabelajar itu merupakan satu
kesempatan yang berharga untuk mengembangkan diri. Meskipun
awalnya takut, gelisah. Takut ..tidak mampu studi, karena Jogja itukan
kota besar. Yang akan saya hadapi pasti orang-orang pintar, orang muda
sementara saya sudah tua.Maka itu memotivasi saya untuk berusaha
belajar dan memahami bahwa belajar merupakan proses dari yang tidak
tahu menjadi tahu”.
Peneliti: “Terus, pengalaman apa yang mendukung suster belajar?”.
KS : “Pengalaman yang mendukung saya belajar, sebelum kuliah saya kan
mendampingi anak panti. Waktu itu, belum tahu anak panti itu datang dari
berbagai latar belakang mana, maka yang kita dampingi itu tentu berbeda-
beda. Pengetahuan saya masih kurang, kesabaran juga kurang. Dengan
belajar di BK ini, saya merasa tertolong bagaimana mengenal diri, emosi
diri, melatih sikap yang baik, kelebihan dan kekurangan. Kelebihan
dikembangkan dan kelemahan diperbaiki. Itu semua mendorong saya
untuk belajar. Dengan mengenal diri saya juga dapat mengenal orang lain.
Itulah arti belajar bagi saya”.
Peneliti: “Kalau begitu, bagi suster untungnya belajar itu apa?”.
KS : “Ya untunglah suster. Saya sekarang semester 5. Dengan belajar ini, saya
dapat semakin memahami bahwa setiap orang itu beda-beda apalagi untuk
mendapinginya. Dengan belajar saya tahu banyak hal, mengenal emosi
diri, apa kekurangan, apa kelebihan saya”.
Peneliti: “Apa kesulitan yang suster temui dalam menjalankan tugas perutusan
belajar?”.
KS : “Hehee, misalkan pertama umur. Soal umur teman angkatan saya, pada
umumnya mereka tamat SMA mereka langsung melanjut lalu saya sudah
10 tahun yang lalu tamat SMA baru melanjut, jadi daya tangkap saya
rendah. Lalu kurikulumnya juga berbeda, karena dunia semakin maju.
Saya sulit mengerti, memahami apa yang dosen sampaikan. Sementara
mereka langsung angkat tangan. Artinya kan mereka lebih maju, mudah
nangkap, sdangkan saya harus putar-putar baru tahu dan itu kalau tahu
kan. Saya harus berjuang. Kemudian kesulitan itu ketika misalnya kerja
kelompok tapi tidak tepat waktu seperti yang sudah disepakati. Karena kan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
namanya anak-anak muda ya..masa mereka pasti beda kita, kalau kita kan
lebih disiplin itu kebanyakan waktunya molor ya satu jam sehingga susah
nanti menyesuaikan antara jadwal komunitas dan jadwal yang sudah kita
rencanakan. Mereka itu tidak apa-apa untuk mereka sementara kita sudah
sepakati jadwal komunitas. Kemudian juga kesulitan itu…(tersenyum
paksa)ya dengan perkembangan jaman itu... teknologi canggih ya.. mereka
lebih cepat mengoprasikan laptop, tapi saya lamban dan juga cara saya
menangkap. Tetapi saya bersyukur bahwa para dosen mengerti ya..tidak
ada istilah menonjolkan mahasiswa yang pintar. Mereka memperhatikan
ya, kalau tidak ada yang mengerti tanya, sehingga kita ya..semakin
lumayanlah bisa termotivasi untuk belajar”.
Peneliti: “Lalu, apa tantangan yang suster temui belajar di Perguruan Tinggi?”
KS : “Ya..umur saya tidak muda seperti mereka lagi suster. Lalu alat-alat
komunikasi menggoda saya juga ya. Penasaran kita siapa tahu ada
informasi dari teman. Dalam kongregasi kami suster junioris tidak pegang
HP”.
Peneliti: “Seperti apa si tantangan zaman yang mendorong suster bersedia
menjalankan perutusan belajar?”.
KS : “Tantangan zaman yang mendorong saya belajar itu..sekarangkan
perkembangan zaman dari tahun ke tahun semakin maju ya suster,
canggih, instan..ya membuat orang tidak terlalu berjuang lagi ya. Ya..kalau
mau belajar menyesuikan diri dengan perkembangan itu, harus belajar.
Kemudian peraturan pemerintah menghimbau misalnya jadi guru TK, SD
harus S1. Sekarang tidak cukup S1, harus ada profesi. Kalau mau
berkembang, ya harus belajar untuk mengetahui perkembangan zaman ini,
tidak hanya tinggal diam sajakan, pasif..nanti bisa ketinggalan. Maka
peraturan pemerintah dan juga dari diri saya sendiri mendorong saya
menjalankan perutusan belajar ini. Harapannya nanti lebih dewasa dan
memahami anak-anak muda serta mengarahkan mereka bahwa
perkembangan zaman tidak salah tetapi ya..bagaimana kita menempatkan
diri”.
Peneliti: “Dari kesulitan dan tantangan tersebut, bagaimana cara suster
berjuang menghadapi kesulitan yang suster temui sehari-hari?”.
KS : “Cara mengatasinya misalnya dosen memberi tugas ada yang tidak saya
mengerti. Kalau dikasi kesempatan ya..tentu saya tanya dosen. Banyak
bertanya dengan teman-teman, kemudian harus berani salah dalam arti
kalau tidak mengerti bertanya kepada teman-teman. Tapi prinsip saya itu
apa yang saya mengerti saya buat dulu, saya lakukan nantikan dosen akan
memperbaiki. karena dosen-dosen kita kan seandainya kita sudah berusaha
tidak melulu disalahkan tetapi mereka memperbaiki, mengerti. Selain itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
saya juga dengan tekun mengerjakan tugas, tekun bertanya itu sangat
membantu. Belajar sabar juga dengan teman-teman itu”.
Peneliti: “Ok. Lalu, bagaimana cara suster memandang arti kesulitan dalam
menghadapi tantangan?”.
KS : “Pandangan saya suster, saya berprinsip begini setiap perjuangan tetap
ada kesulitan tetapi bukan dalam arti kesulitan menjadikan saya untuk
patah semangat atau tidak mau tahu. Tetapi saya melihat kesulitan itu
mengajak saya untuk aktif. Aktif dalam arti mencari solusi bagaimana
supaya kesulitan itu dapat teratasi. Itu saya tetap optimis dengan itu bahwa
kesulitan itu suatu hal yang menantang memang tetapi justru dari kesulitan
itu juga mengajak saya aktif untuk lebih tahu lagi.
Peneliti: “Terus, bagaimana cara suster membagi waktu belajar dan hidup
komunitas?”.
KS : “Cara saya membagi waktu antara kegiatan komunitas dan kegiatan
kampus itu ee pada umumnya..ya kalau hari-hari kan tentu kita di kampus,
mau tidak mau itu memang bawa makanan ke kampus tetapi kalau sudah
pulang ke komunitas tentu saya kerjakan apa yang perlu dikerjakan dan
ikut doa bersama, ikut makan bersama dan malam hari setelah makan
malam belajar. Saya sendiri juga enggan mengambil kegiatan kampus,
misalnya organisasi GMC atau apa itu, karena nanti bertabrakan dan sudah
ditekankan bahwa ya sebagai suster, bukan suster itu hanya kebetulan
sebagai suster dan studi tetapi duluan susternya; suster yang kebetulan
studi (wajah serius) maka yang diutamakan hidup rohani bukan studinya,
kalau tidak...hmmm..kita bisa keluar suster.. Itulah, saya sendiri usahakan
untuk membagi waktu”.
Penelit: “Apa tujuan yang ingin suster capai dalam tugas perutusan belajar?”.
KS : “Tujuan yang mau saya capai... belajar dari sini, saya ingin pertama-tama
diri saya itu...bukan hanya semakin baik si..setidaknya pikiran saya itu,
pengetahuan yang saya peroleh selama studi di sini dapat saya praktekkan
nanti di mana tempat saya ditugaskan. Itulah harapan saya dari perutusan
belajar ini”.
Peneliti: “Apa pandangan suster tentang pentingnya perutusan belajar untuk masa
depan?”.
KS : “Sangat penting tugas perutusan belajar suster karena ee..kita harus
mengikuti perkembangan zaman, pemerintah menuntut kita untuk itu dan
memang sudah seharusnya kita berkembang..karena kalau hanya
pendidiknya SMA itu tidak cukup digunakan bekerja disuatu karya, tidak
cukup karena saya lihat bahwa memang ee studi itu sangat membantu
pribadi untuk lebih berkembang”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Lampiran 3
Lembar Verbatim FGD
Peserta : 2 orang responden, 1 orang moderator, peneliti
Tempat : Komunitas responden AS
Waktu : Minggu, 22 Januari 2017, 11.00-11.40 WIB
No Pertanyaan Jawaban
1 Suasana belajar yang
bagaimana suster harapkan
dapat memberi arti bagi suster
dalam belajar?
Ks: Bagi saya, suasana belajar yang
memberi arti seandainya kelas..mahasiswa
lebih serius. Artinya ketika dosen
menerangkan dan dosen bertanya
mahasiswa mengerti atau diberi
kesempatan bertanya. Ketika dosen itu
bertanya kepada mahasiswa dan
mahasiswa menjawab tidak disalahkan.
Karena kan kita berusaha, tidak main-
main. Sehingga belajar itu ada artinya.
Jika dilihat pengalaman ketika
mandampingi anak panti, di mana saat itu
saya pendidikan dan pengalaman masih
rendah, kemampuan saya masih kurang,
kadang kurang… kurang sabar. Jadi
mendampingi anak-anak seadanya.
Artinya mengolah emosipun masih
kurang, mengenal diri sehingga dari situ
saya mau belajar atau kuliah di sini. Jadi
banyak untungnya belajar. Wawasan saya
jadi terbuka bagaimana mendampingi anak
yang berbeda, saya mengenal diri,
mengenal emosi saya, apa yang ada dalam
diri, apa kekurangan dan kelebihannya.
Kelebihan dikembangkan, kekurangan
diperbaiki. Belajar itu berarti ya suster,
seumur hidup. Saya selalu optimis dan
berpikir bahwa belajar itu kesempatan
saya mengembangkan diri. Walaupun dulu
awalnya sempat kaget, takut untuk studi
ya.
AS: Belajar yang baik bagi saya terutama
di dalam kelas, saya menginginkan
suasana itu hening. Artinya menciptakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
situasi yang nyaman ketika dosen
menjelaskan, kita bisa mendengarkan
dosen dengan baik. Kita bisa bertanya.
Lalu juga, ketika ada interaksi antara
dosen dengan mahasiswa, ketika dosen
bertanya dan mahasiswa bisa menjelaskan
lagi apa yang diterangkan. Selain itu, tidak
ada yang masuk terlambat apalagi dosen
menjelaskan. Saya merasa terganggu
apalagi yang terlambat sampai lima belas
menit, setengah jam itu. Mungkin karena
kita tahu sopan santun ya, ketika
dihadapkan dengan seperti itu, di situ ada
konflik tersendiri. Karena saya belajar
tidak asal-asalan. Juga karena pengalaman
saya yang sudah saya alami…dengan
belajar saya boleh menambah pengalaman.
Dulu saya ditugaskan di asrama tetapi saya
belum tahu ilmu-ilmu yang cocok untuk
mendampingi anak-anak. Ketika anak-
anak mengalami masalah ini, saya dengan
cara apa untuk menghadapi dia dan
mencari solusinya seperti apa. Perjumpaan
dengan orang tua yang sharing tentang
pergulatan hidup, pengalaman hidup
dalam berkeluarga saya menjadi sadar
dengan belajar ternyata berguna, ada
untungnya belajar di BK. Untungnya
karena dengan belajar saya dapat
mengolah diri saya sendiri, menambah
wawasan saya. Begitulah..bagiku belajar
Teori Kepribadian sangat membantu saya
kenal diri. Lalu saya terbantu untuk
melihat, saya berasal dari keluarga seperti
apa, sehingga pribadi saya terbentuknya
seperti ini. Ternyata pengalaman masa lalu
sangat mempengaruhi hidup saya misalnya
pendidikan dalam keluarga saya keras.
Ngomong keras-keras jadi saya terbentuk
keras. Tapi sebenarnya logat kami yang
keras hati kami lembut..hahaha.
2 Tantangan-tantangan yang
bagaimana dapat
mempengaruhi suster dalam
belajar?
KS: Kesulitan saya selama menjalani
tugas belajar ini, kita sebagai biarawati ni
memiliki aturan, kaul. Aturan belajar di
komunitas dengan kampus. Kita sudah
punya jadwal yang jelas dalam hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
bersama, tapi juga harus lihat jadwal
kampus. Itukan suatu dilema. Dalam
kelompok jam sekian kita kumpul
sementara ada yang terlambat, akhirnya
bertabrakan dengan jadwal komunitas..ya
kita harus sabar saja. Lalu Mereka baru
tamat SMA, masih muda dibanding
dengan saya yang sudah berumur, sudah
sepuluh tahun lalu tamat SMA.
Kurikulumnya juga berbeda. Ketika dosen
menerangkan saya tidak secepat mereka
menangkap, mengerti. Tantangan juga ya
selama kuliah itu..alat komunikasi seperti
HP. Teman punya, kita tidak tahu
informasi tidak seperti mereka. Ya,
namanya perkembangan zaman makin
tahun makin maju.
Tetapi yang mendorong saya belajar
itu..situasi sekarangkan eee ada peraturan
pemerintah mewajibkan misalnya guru
wajib S1. Selain itu, dari diri saya,
kongregasi juga mengikuti perkembangan
zaman. Kita dikuliahkan. Untuk menjawab
itu, kita perlu belajar supaya tidak
ketinggalan, mampu menyesuikan dengan
perkembangan zaman ini. Hanya
bagaimana saya bersikap lebih bijaksana.
AS: Selama menjalankan perutusan
belajar ini tidak mudah ya karena itu
bukan pilihan saya tapi itu ditugaskan.
Saya berpikir di BK itu, mulut tutup
telinga buka. Sementara saya sendiri
inginnya mulutnya terbuka terus. Jadi bagi
saya satu tantangan juga. Tetapi ketika
masuk di situ, saya berani untuk belajar.
jadi saya belajar mendengarkan. Jadi saya
coba menjalani itu. Lalu, saya sudah lama
tidak sekolah dari tahun 2000 tidak
sekolah sampai 2012. Selain kurikulum
yang berbeda juga pastinya otak saya ini
udah tumpul. Tiap hari yang kupegang
hanya cangkul,omong-omong dengan
anak-anak, ngepel. Sementara saya belajar
ni, otak saya harus diasah. Saya itu belum
terlalu pandai dengan komputer. Anak-
anak itu biasa. Lalu juga saya mudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
ngantuk, masuk kelas harus belajar.
Akhirnya konsentrasi saya hilang. Saya
terngganggu kalau kelas itu ribut ketika
dosen menjelaskan, tidak sopan.
Berikutnya saya minder karena saya ini
udah tua hahaha sementara teman-teman
saya barusan lulusan SMA, masih kecil
yang masih bersemangatnya. Itu tantangan
bagi saya. Saya pernah dapat nilai C ya.
Saya kadang malu di tengah-tengah
mereka untuk awal-awal masuk itu. Maka
tidak heran saya itu hanya sama satu
teman yang bisa diajak ngobrol, senda
gurau. Awal masuk juga butuh perjuangan.
Juga ketika dosen minta tolong buka
google tentang ini ini ini. kami kan nggak
punya. Itu menjadi tantangan bagi saya.
Tantangan zaman juga memotivasi saya
mengapa saya mau belajar..sekarang ini
banyak terjadi perselingkuhan,
pertentangan di mana-mana. Itu..saya
terpanggil untuk saya belajar ingin tahu.
Itulah mengapa mata kuliah pilihan saya
adalah keluarga. Saya ingat banyak
keluarga yang sharing tentang keluarga
mereka. Jadi saya merasa terpanggil
membantu mereka. Nilai sopan santun
juga mulai hilang.
3 Bagaimana usaha suster
menghadapi tantangan?
AS: Dulu awalnya saya kaget, heran,
takut. Bertanya juga dalam diri saya, apa
saya bisa. Karena saya sudah lama tidak
kuliah. Apa saya bisa menyesuaikan diri
dengan anak-anak sekarang. Tetapi dengan
perjalanan waktu, walaupun dulu saya
berontak tetapi dengan kuliah di BK saya
mengolah diri saya sebelum saya nanti
terjun untuk berkarya. Sebagai religius,
saya berdoa dan yakin saya tidak
sendirian. Nah, kalau udah ngantuk, saya
menggerak-gerakkan badan atau cuci
muka. Kita yang hidup di biara inikan
teratur waktunya. Jam begini doa, jam
begini makan, jam begini rekreasi dan
seterusnya. Di situ kita dituntut benar-
benar pintar untuk membagi waktu. Maaf
ya, ini aturan dalam kongregasi kami.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Jangan sampai kamu melalaikan waktu,
acara komunitas harus duluan. Artinya,
karena suster maka kita kuliah. Kalau
benar-benar tidak bisa ya..harus ijin
dengan pemimpin. Saya sendiri kalau udah
sepanjang hari kuliah pasti udah capek
malam harus belajar. kalau ada tugas saya
harus berjuang. Kami belajar malam
setelah doa malam. Kalau ada rekreasi
bersama ya, jam sembilan baru bisa
belajar. Kalau kelas ramai saya belajar
untuk rendah hati, belajar menyapa
duluan. Selain itu, saya bertanya, dekat
dengan mereka karena mereka punya HP,
mereka tahu komputer. Nah, itu usaha
saya mengahadapi kesulitan dan
tantangan. Jadi kesulitan itu menjadikan
saya lebih kreatif mencari cara bagaimana
menghadapi itu. Kesulitan membuat saya
kreatif mencari cara menghadapi
tantangan.
KS: usaha yang saya lakukan ya..kalau
saya tidak mengerti, maka saya tanya
entah dengan teman juga sama dosen.
Karena dosen kita di BK itu sangat
mengerti. Juga dalam perkembangan
teknologi sekarang seperti HP ketika harus
buka ini atau teman-teman mau
menghubungi sulit. Saya berefleksi bahwa
memang dalam situasi seperti inilah
ditantang untuk lebih bijaksana dan tentu
harus kreatif, ketika tidak mengerti dan
harus buka saat itu yaaa saya harus rendah
hati bertanya dengan teman-teman yang
punya. Dalam komunitas, saya berusaha
membagi waktu saya. Memang sering
dikatakan pada kami kalian itu suster yang
kebetulan mahasiswa bukan mahasiswa
yang kebetulan suster. Artinya yang
diutamakan adalah hidup membiara.
Kadang kami di kampus seharian ya, maka
ketika di rumah ada di rumah, kegiatan
apa yang ada diikuti. Kalau doa siang
tidak ikut karena ada di kampus.Pertama
dikatakan dikuliahkan ambil jurusan ini,
memang awalnya kaget. Tetapi senang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
juga karena jurusan ini saya suka. Karena
tujuan saya dulu itu, dengan BK ini
setidaknya saya mengenal diri saya dan
setidaknya kehadiran saya itu bermakna
bagi orang lain. Di sisi lain juga, saya
takut, gelisah. Karena saya merasa
bahwa..apalagi di Jogja ya tentu itu sudah
lebih maju. Maka saya merasa saya tidak
mampu, takut apa yang disampaikan nanti
tidak bisa saya ikuti. Tetapi saya jalani
sampai sekarang berjalan dengan baik.
Dengan kesulitan itu semua saya jadi lebih
aktif mencari solusi. Prinsipnya setiap
perjuangan pasti ada kesulitan.
4 Bagaimana cara suster
mewujudkan harapan-harapan
ke depan?
AS: harapan saya dengan tugas perutusan
belajar ini, saya semakin baik. Saya
semakin tahu cara-cara mana yang
digunakan ketika saya diutus melayani.
Saya punya cara yang lebih baik lagi untuk
menghadapi orang-orang itu. Bagi
saya,belajar itu penting. Kita seumur hidup
belajar. Belajar selain karena memang
peraturan..peraturan pemerintah juga
kongregas ee kita belajar dari orang lain,
belajar dari hidup saya sendiri, juga belajar
dari buku-buku yang ada. Belajar itu
penting untuk masa depan, untuk karya,
untuk perutusan. Selain mengembangkan
diri juga dibutuhkan orang-orang yang
lebih kreatif, punya wawasan yang luas
dan selalu mencari cara-cara yang baik
ketika menghadapi masa depan.
Tantangan-tantangan yang ada itu seperti
apa. Dan memang kita dituntut melihat
situasi yang ada dan riil serta nyata di
dalam hidup. Maka, setelah saya selesai
dari BK ini, dari Perguruan Tinggi ini,
saya ingin melayani orang-orang seperti
yang saya ceritakan tadi.
KS:Yang saya harapkan dari tugas belajar
ini ke depan adalah dengan belajar, dengan
memperoleh banyak ilmu, saya bisa
pmempraktekannya saat tugas nanti, saya
semakin dapat mengenal diri dan juga saya
mampu mengenal orang lain. Sehingga
dengan itu, saya dapat menjadi teman atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
sahabat bagi orang di sekitar saya. Oleh
karena itu, belajar itu sangat penting
karena manusia itu seumur hidup harus
belajar. Tidak hanya sekedar belajar ilmu
di bangku kuliah tetapi ya belajar juga dari
teman-teman, dari pengalaman, orang lain,
sehingga pemikiran saya terbuka dan saya
semakin berkembang. Juga karena
perkembangan zaman, peraturan
pemerintah..memang seharusnya kita buat
supaya dapat berguna dalam berkaarya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Lampiran 4
Lembar Koding Wawancara
A. Responden AS
No.
Urut
Data Teks Koding
001
002
003
004
005
006
007
008
009
010
011
012
013
014
015
016
017
018
019
020
021
022
023
024
025
026
027
028
029
030
031
032
033
034
035
036
037
038
039
Apa cara yang suster lakukan dalam memaknai
belajar?
Hmmm..cara yang saya lakukan itu..saya
mendengarkan dengan baik ya ketika dosen
menjelaskan. Maka saya tidak suka kelas ribut, ada
yang terlambat. Selain mendengarkan, saya juga
bertanya, menjawab juga ya kalau dosen bertanya.
Jadinya..saya belajar itu serius, tidak asal-asalan.
Karena belajar bagiku merupakan cara mengolah
hidup, cara menambah wawasan, pengetahuan.
Pengalaman apa yang mendukung suster belajar? Saya punya pengalaman mendampingi anak asrama.
Tapi saya belum tahu bagaimana caranya menghadapi
mereka. Pengalaman saya juga belum tahu caranya
bagaimana membantu orang tua anak yang bercerita
masalah keluarga mereka, hidup mereka, perjuangan
mereka..yaaa.. Saya kadang memberi jawaban, tapi
jawaban yang umum saja. Saat itu saya belum ada cara
membantu mereka. Makanya, selain dari tuntutan
pemerintah atau peraturan pemerintah yang
menganjurkan..contoh saja yang kerja di sekolah perlu
S1. Nah, sayakan belum. Selain itu, kongregasi
memang membutuhkan orang ya untuk itu.
Ok. Lalu apa untungnya belajar bagi suster?
Hahaha..hahaha...suster..dulu saya sangat tidak suka
karena kuliah ini bukan pilihan saya. Saya takut, heran.
Saya bertanya dalam hati, apa saya bisa ya. Karena
sudah lama tidak kuliah. Saya orangnya suka bicara,
sementara di BK harus mendengarkan. Tapi justru di
BK ini, dengan belajar tentang kepribadian saya
terbantu..saya bisa mengolah diri. Maka dengan
perjalanan waktu, saya merasa belajar itu untung
benar. Saya bisa mengolah hidup saya, saya bisa
melihat saya berasal dari keluarga yang bagaimana,
saya punya wawasan. Karena saya terbentuk dari sana.
Baik suster. Bisakah cerita, kesulitan apa yang
suster temui dalam menjalankan tugas perutusan
belajar?
Di kelas itu sering ribut saat dosen menjelaskan. Saya
MPB-w
- Mendengar-kan,
tidak terlambat,
bertanya,
menjawab, serius
- Mengolah hidup,
menambah
pengetahuan dan
wawasan
MPB-w
- Pengetahuan dan
kemampuan
kurang
- Peraturan
Pemerintah,
- Kebutuhan
kongregasi
MPB-w
- Suka berbicara
- Sedikit
mendengarkan
- Mengolah diri
- Melihat latar
belakang
keluarga
MPB-w
- Kelas ribut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
040
041
042
043
044
045
046
047
048
049
050
051
052
053
054
055
056
057
058
059
060
061
062
063
064
065
066
067
068
069
070
071
072
073
074
075
076
077
078
079
080
081
082
083
084
085
terganggu karena tidak sopan, tidak menghargai. Lalu,
kesulitan saya juga menjalankan komputer belum
terlalu pandai. Tapi kesulitan saya juga selalu ngantuk
itu, mudah tertidur di kelas. Terlebih jam satu jam dua
itu, godaan bagi saya untuk tidur. Nah, itu
mengganggu konsentrasi saya. Terlebih lagi sepanjang
hari sudah di kampus, pulang ke rumah harus ikut doa,
ibadat, komplitorium. Saya..ih..pasti sudah tidak ada
tenaga. Lalu malam hari harus belajar lagi. Kalau saya
udah mengantuk nanti jadi malas. Itu biasanya
menimbulkan penyesalan.
Selain itu, apa tantangan yang suster temui belajar
di Perguruan Tinggi? Tantangannya untuk umur..saya..umur yang sudah tua.
Terkadang sayasulit membaur, bergaul dengan teman-
teman. Apalagi awalnya, saya berjuang setengah mati.
Sekarang sudah lumayan, tetapi saya masih melihat
ada pengelompokkan-pengelompokkan. Maka, saya
sering berteman dengan satu teman saja. Tantangan
lainnya, pada saat Konseling Keluarga dapat C padahal
6 SKS. Lalu Konseling Ekspresif 3 SKS. Saya putus
asa. Tapi ya..mungkin itulah kemampuan saya..karena
saya juga pernah mengantuk saat kuliah hehehe. Saya
harus lebih berjuang lagi.
Sebenarnya, seperti apa tantangan zaman yang
mendorong suster bersedia menjalankan perutusan
belajar? Itu suster, sekarang ini banyak sekali perselingkuhan.
Saya prihatin dengan keluarga yang istri atau suami
selingkuh. Maka saya terpanggil menerima perutusan
belajar ini. Maka saya tertarik dengan Konseling
Keluarga, Konseling Spiritual. Supaya saya ada
wawasan juga bagaimana membantu mereka.
Terkadang saya melihat dalam hidup bersama
menurunnya nilai sopan santun, saling menghargai.
Nilai itu sudah mulai turun terlebih anak-anak
sekarang. Nah, kalau kita tidak punya wawasan, tidak
mau belajar bagaimana kita tahu menghadapi itu.
Lalu, bagaimana cara suster berjuang menghadapi
kesulitan yang suster temui sehari-hari?
Saya..cara saya tu berdoa dan saya tidak sendirian.
Saya lari kepada Tuhan juga kepada pemimpin. Wong,
kita dibiayai kongregasi. Kalau teman-teman ribut,
saya melihat inikan zaman mereka, hidup mereka.
Saya nggak bisa mengatur. Saya memahami dunia
mereka saja cukup.Tapi mereka itu pandai dengan alat-
- Belum pandai
menjalankan
komputer
- Mengantuk
MPB-w
- Umur tua
- Sulit bergaul
- Hanya satu orang
teman
- Nilai akdemik
rendah
MPB-w
- Perselingkuhan
MPB-w
- Berdoa
- Bercerita
- Bertanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
086
087
088
089
090
091
092
093
094
095
096
097
098
099
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
alat itu, maka kalau sudah tidak bisa saya bertanya
dengan mereka. Saya juga bercerita, bertanya dengan
dosen kalau ada kesulitan karena saya merasa dekat.
Lalu kalau ngantuk biasanya saya berdiri atau saya ke
kamar mandi cuci muka. Susah kalau sudah ngantuk.
Lalu, Bagaimana cara suster memandang arti
kesulitan dalam menghadapi tantangan?
Saya berpikir gini lho suster, dengan kesulitan itu saya
semakin kreatif mencari cara mengatasi kesulitan.
Kalau saya tidak mengalami kesulitan doa saya datar-
datar saja. tapi saat sulit pengen lama doanya. Jadi
kesulitan itu membuat saya semakin kreatif mencari
cara untuk menghadapi tantangan yang kuhadapi itu.
Bagaimana cara suster membagi waktu belajar dan
hidup komunitas?
Itu juga, kadang itu tantangan. Kita inikan biarawati
yang punya aturan ya, kaul. Semua teratur. Jangan
sampai kita meninggalkan acara komunitas. Dalam
kongregasi kami sering diingatkan bahwa kuliah itu
bukanlah yang utama tetapi kebersamaan. Sekolah
hanyalah menunjang, hanya salah satu cara untuk
karya ke depan, yang utama itu adalah hidup
komunitas. Jadi jangan sampai meninggalkan hidup
komunitas dan mengutamakan belajar. Kecuali
memang kuliah sampai jam enam. Kadang pemimpin
sudah tahu, tapi kadang harus memberitahu pemimpin
juga. Kalau kuliah sampai jam segini bagaimana bisa
cepat sampai di rumah. Kadang doa malam jam
delapan, kadang delapan kurang. Setelah doa malam,
saya merasa tenaga saya sudah habis, tidak berdaya.
Kalau dipaksa belajar paling sampai jam sebelas. Atau
kalau ada tugas sampai jam satu atau jam dua. Itu
konsekuensi hidup kita.
Sebenarnya, apa tujuan yang ingin suster capai
dalam tugas perutusan belajar?
Saya berharap bisa cepat selesai, saya semakin baik.
Saya tahu bagaimana caranya melayani orang ketika
saya berkarya. Saya punya cara yang lebih baik lagi
untuk menghadapi orang-orang yang saya layani.
Baik suster, yang terakhir apa pandangan suster
tentang pentingnya perutusan belajar untuk masa
depan?
Belajar itu seumur hidup ya. Belajar itu penting untuk
masa depan, untuk karya, untuk perutusan. Selain
bagaimana cara mengembangkan diri juga..tadinya
belajar itu dibutuhkan orang-orang yang kreatif,
- Bercerita
- Berdiri
- Mencuci wajah
MPB-w
Kreatif
menemukan cara
MPB-w
- Punya peraturan
- Ada kaul
- Mengutamakan
komunitas
sebelum belajar
- Komunikasi
dengan pemimpin
MPB-w
Mengembangkan
diri,kreatif,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
132
133
134
135
136
berwawasan luas, dan selalu mencari cara-cara yang
baik menghadapi masa depan. Dengan belajar kita
mampu melihat situasi yang ada dan riil serta nyata di
dalam hidup. Itulah mengapa..belajar..belajar perlu
sungguh-sungguh.
B. Responden: KS
No.
Urut
Data Teks Koding
001
002
003
004
005
006
007
008
009
010
011
012
013
014
015
016
017
018
019
020
021
022
023
024
025
026
027
028
029
030
031
032
033
034
Apa cara yang suster lakukan dalam memaknai
belajar?
Cara yang saya lakukan, pertama saya optimis, tidak
main-main ya. Kemudian saya juga berpikir bahwa
belajar itu merupakan satu kesempatan yang berharga
untuk mengembangkan diri. Meskipun awalnya takut,
gelisah. Takut tidak mampu studi, karena Jogja itukan
kota besar. Yang akan saya hadapi pasti orang-orang
pintar, orang muda sementara saya sudah tua. Maka itu
memotivasi saya untuk berusaha belajar dan memahami
bahwa belajar merupakan proses dari yang tidak tahu
menjadi tahu.
Terus, pengalaman apa yang mendukung suster
belajar?
Pengalaman yang mendukung saya belajar, sebelum
kuliah saya kan mendampingi anak panti. Waktu itu,
belum tahu anak panti itu datang dari berbagai latar
belakang mana, maka yang kita dampingi itu tentu
berbeda-beda. Pengetahuan saya masih kurang, kesabaran
juga kurang. Dengan belajar di BK ini, saya merasa
tertolong bagaimana mengenal diri, emosi diri, melatih
sikap yang baik, kelebihan dan kekurangan. Kelebihan
dikembangkan dan kelemahan diperbaiki. Itu semua
mendorong saya untuk belajar. Dengan mengenal diri
saya juga dapat mengenal orang lain. Itulah arti belajar
bagi saya.
Kalau begitu, bagi suster untungnya belajar itu apa?
Ya untunglah suster. Saya sekarang semester 5. Dengan
belajar ini, saya dapat semakin memahami bahwa setiap
orang itu beda-beda apalagi untuk mendapinginya.
Dengan belajar saya tahu banyak hal, mengenal emosi
diri, apa kekurangan, apa kelebihan saya.
Apa kesulitan yang suster temui dalam menjalankan
tugas perutusan belajar?
MPB-w
- Optimis
- Serius
- Kesempatan
mengembang-
kan diri
- Proses
MPB-w
Pengetahuan
dan kesabaran
kurang
MPB-w
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
035
036
037
038
039
040
041
042
043
044
045
046
047
048
049
050
051
052
053
054
055
056
057
058
059
060
061
062
063
064
065
066
067
068
069
070
071
072
073
074
075
076
077
078
079
080
Hehee, misalkan pertama umur. Soal umur teman
angkatan saya, pada umumnya mereka tamat SMA
mereka langsung melanjut lalu saya sudah 10 tahun yang
lalu tamat SMA baru melanjut, jadi daya tangkap saya
rendah. Lalu kurikulumnya juga berbeda, karena dunia
semakin maju. Saya sulit mengerti, memahami apa yang
dosen sampaikan. Sementara mereka langsung angkat
tangan. Artinya kan mereka lebih maju, mudah nangkap,
sedangkan saya harus putar-putar baru tahu dan itu kalau
tahu kan. Saya harus berjuang. Kemudian kesulitan itu
ketika misalnya kerja kelompok tapi tidak tepat waktu
seperti yang sudah disepakati. Karena kan namanya anak-
anak muda ya..masa mereka pasti beda kita, kalau kita
kan lebih disiplin itu kebanyakan waktunya molor ya satu
jam sehingga susah nanti menyesuaikan antara jadwal
komunitas dan jadwal yang sudah kita rencanakan.
Mereka itu tidak apa-apa untuk mereka sementara kita
sudah sepakati jadwal komunitas. Kemudian juga
kesulitan itu…(tersenyum paksa) ya dengan
perkembangan jaman itu... teknologi canggih ya.. mereka
lebih cepat mengoprasikan laptop, tapi saya lamban dan
juga cara saya menangkap. Tetapi saya bersyukur bahwa
para dosen mengerti ya..tidak ada istilah menonjolkan
mahasiswa yang pintar. Mereka memperhatikan ya, kalau
tidak ada yang mengerti tanya, sehingga kita ya..semakin
lumayanlah bisa termotivasi untuk belajar.
Lalu, apa tantangan yang suster temui belajar di
Perguruan Tinggi?
Ya..umur saya tidak muda seperti mereka lagi suster. Lalu
alat-alat komunikasi menggoda saya juga ya. Penasaran
kita siapa tahu ada informasi dari teman. Dalam
kongregasi kami suster junioris tidak pegang HP.
Seperti apa si tantangan zaman yang mendorong
suster bersedia menjalankan perutusan belajar?
Tantangan zaman yang mendorong saya belajar
itu..sekarangkan perkembangan zaman dari tahun ke
tahun semakin maju ya suster, canggih, instan..ya
membuat orang tidak terlalu berjuang lagi ya. Ya..kalau
mau belajar menyesuikan diri dengan perkembangan itu,
harus belajar. Kemudian peraturan pemerintah
menghimbau misalnya jadi guru TK, SD harus S1.
Sekarang tidak cukup S1, harus ada profesi. Kalau mau
berkembang, ya harus belajar untuk mengetahui
perkembangan zaman ini, tidak hanya tinggal diam
sajakan, pasif..nanti bisa ketinggalan. Maka peraturan
pemerintah dan juga dari diri saya sendiri mendorong
- Daya tangkap
rendah
- Umur
- Kurikulum
berbeda.
- Kelompok
yang kurang
disiplin waktu
- Kelompok
telat waktu
- Lamban
menggunakan
komputer
MPB-w
- Peraturan
Pemerintah
- Kesadaran
diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
081
082
083
084
085
086
087
088
089
090
091
092
093
094
095
096
097
098
099
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
saya menjalankan perutusan belajar ini. Harapannya nanti
lebih dewasa dan memahami anak-anak muda serta
mengarahkan mereka bahwa perkembangan zaman tidak
salah tetapi ya..bagaimana kita menempatkan diri.
Dari kesulitan dan tantangan tersebut, bagaimana
cara suster berjuang menghadapi kesulitan yang
suster temui sehari-hari?
Cara mengatasinya misalnya dosen memberi tugas ada
yang tidak saya mengerti. Kalau dikasi kesempatan
ya..tentu saya tanya dosen. Banyak bertanya dengan
teman-teman, kemudian harus berani salah dalam arti
kalau tidak mengerti bertanya kepada teman-teman. Tapi
prinsip saya itu apa yang saya mengerti saya buat dulu,
saya lakukan nantikan dosen akan memperbaiki. karena
dosen-dosen kita kan seandainya kita sudah berusaha
tidak melulu disalahkan tetapi mereka memperbaiki,
mengerti. Selain itu, saya juga dengan tekun mengerjakan
tugas, tekun bertanya itu sangat membantu. Belajar sabar
juga dengan teman-teman itu.
Ok. Lalu, bagaimana cara suster memandang arti
kesulitan dalam menghadapi tantangan?
Pandangan saya suster, saya berprinsip begini setiap
perjuangan tetap ada kesulitan tetapi bukan dalam arti
kesulitan menjadikan saya untuk patah semangat atau
tidak mau tahu. Tetapi saya melihat kesulitan itu
mengajak saya untuk aktif. Aktif dalam arti mencari
solusi bagaimana supaya kesulitan itu dapat teratasi. Itu
saya tetap optimis dengan itu bahwa kesulitan itu suatu
hal yang menantang memang tetapi justru dari kesulitan
itu juga mengajak saya aktif untuk lebih tahu lagi.
Terus, bagaimana cara suster membagi waktu belajar
dan hidup komunitas?
Cara saya membagi waktu antara kegiatan komunitas dan
kegiatan kampus itu ee pada umumnya..ya kalau hari-hari
kan tentu kita di kampus, mau tidak mau itu memang
bawa makanan ke kampus tetapi kalau sudah pulang ke
komunitas tentu saya kerjakan apa yang perlu dikerjakan
dan ikut doa bersama, ikut makan bersama dan malam
hari setelah makan malam belajar. Saya sendiri juga
enggan mengambil kegiatan kampus, misalnya organisasi
GMC atau apa itu, karena nanti bertabrakan. Dan sudah
ditekankan bahwa ya sebagai suster, bukan suster itu
hanya kebetulan sebagai suster dan studi tetapi duluan
susternya; suster yang kebetulan studi (wajah serius)
maka yang diutamakan hidup rohani bukan studinya,
kalau tidak...hmmm..kita bisa keluar suster. Itulah, saya
MPB-w
- Bertanya
- Berani salah
- Berusaha
Tekun
- Sabar
MPB-wcr
- Setiap
perjuang ada
kesulitan
- Aktif
- Optimis
MPB-wcr
- Menyesuai-
kan waktu
- Setelah
makan baru
belajar.
- Enggan
mengikuti
organisasi
- Mengutama-
kan hidup
rohani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
sendiri usahakan untuk membagi waktu.
Apa tujuan yang ingin suster capai dalam tugas
perutusan belajar?
Tujuan yang mau saya capai... belajar dari sini, saya ingin
pertama-tama diri saya itu...bukan hanya semakin baik
si..setidaknya pikiran saya itu, pengetahuan yang saya
peroleh selama studi di sini dapat saya praktekkan nanti
di mana tempat saya ditugaskan. Itulah harapan saya dari
perutusan belajar ini.
Apa pandangan suster tentang pentingnya perutusan
belajar untuk masa depan?
Sangat penting tugas perutusan belajar suster karena
ee..kita harus mengikuti perkembangan zaman,
pemerintah menuntut kita untuk itu dan memang sudah
seharusnya kita berkembang..karena kalau hanya
pendidiknya SMA itu tidak cukup digunakan bekerja
disuatu karya, tidak cukup karena saya lihat bahwa
memang ee studi itu sangat membantu pribadi untuk
lebih berkembang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Lampiran 5
Lembar Koding FGD
No.
Urut
Data Teks Koding
001
002
003
004
005
006
007
008
009
010
011
012
013
014
015
016
017
018
019
020
021
022
023
024
025
026
027
028
029
030
031
032
033
034
035
036
037
038
039
040
Suasana belajar yang bagaimana suster harapkan
dapat memberi arti bagi suster dalam belajar?
KS: Bagi saya, suasana belajar yang memberi arti
seandainya kelas..mahasiswa lebih serius. Artinya ketika
dosen menerangkan dan dosen bertanya mahasiswa
mengerti atau diberi kesempatan bertanya. Ketika dosen
itu bertanya kepada mahasiswa dan mahasiswa menjawab
tidak disalahkan. Karena kan kita berusaha, tidak main-
main. Sehingga belajar itu ada artinya. Jika dilihat
pengalaman ketika mandampingi anak panti, di mana saat
itu saya pendidikan dan pengalaman masih rendah,
kemampuan saya masih kurang, kadang kurang… kurang
sabar. Jadi mendampingi anak-anak seadanya. Artinya
mengolah emosipun masih kurang, mengenal diri
sehingga dari situ saya mau belajar atau kuliah di sini.
Jadi banyak untungnya belajar. Wawasan saya jadi
terbuka bagaimana mendampingi anak yang berbeda, saya
mengenal diri, mengenal emosi saya, apa yang ada dalam
diri, apa kekurangan dan kelebihannya. Kelebihan
dikembangkan, kekurangan diperbaiki. Belajar itu berarti
ya suster, seumur hidup. Saya selalu optimis dan berpikir
bahwa belajar itu kesempatan saya mengembangkan
diri…begitulah caranya kita belajar. Walaupun dulu
awalnya sempat kaget, takut untuk studi ya.
AS: Belajar yang baik bagi saya terutama di dalam kelas,
saya menginginkan suasana itu hening. Artinya
menciptakan situasi yang nyaman ketika dosen
menjelaskan, kita bisa mendengarkan dosen dengan baik.
Kita bisa bertanya. Lalu juga, ketika ada interaksi antara
dosen dengan mahasiswa, ketika dosen bertanya dan
mahasiswa bisa menjelaskan lagi apa yang diterangkan.
Selain itu, tidak ada yang masuk terlambat apalagi dosen
menjelaskan. Saya merasa terganggu apalagi yang
terlambat sampai lima belas menit, setengah jam itu.
Mungkin karena kita tahu sopan santun ya, ketika
dihadapkan dengan seperti itu, di situ ada konflik
tersendiri. Karena saya belajar tidak asal-asalan. Juga
karena pengalaman saya yang sudah saya alami…dengan
belajar saya boleh menambah pengalaman. Dulu saya
ditugaskan di asrama tetapi saya belum tahu ilmu-ilmu
MPB-FGD
- Serius
- Paham
- Tanya jawab
- Pendidikan
rendah
- Kurang sabar
- Optimis
- Kesempatan
mengembang-
kan diri
- Hening
- Mendengarkan
- Bertanya
- Menjawab
- Datang tepat
waktu
- Serius
- Kurangpengetah
uan dan
kemampuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
041
042
043
044
045
046
047
048
049
050
051
052
053
054
055
056
057
058
059
060
061
062
063
064
065
066
067
068
069
070
071
072
073
074
075
076
077
078
079
080
081
082
083
084
085
086
yang cocok untuk mendampingi anak-anak. Ketika anak-
anak mengalami masalah ini, saya dengan cara apa untuk
menghadapi dia dan mencari solusinya seperti apa.
Perjumpaan dengan orang tua yang sharing tentang
pergulatan hidup, pengalaman hidup dalam berkeluarga.
Saya menjadi sadar dengan belajar ternyata berguna, ada
untungnya belajar di BK. Untungnya karena dengan
belajar saya dapat mengolah diri saya sendiri, menambah
wawasan saya.
Begitulah…bagiku belajar Teori Kepribadian sangat
membantu saya kenal diri. Lalu saya terbantu untuk
melihat, saya berasal dari keluarga seperti apa, sehingga
pribadi saya terbentuknya seperti ini. Ternyata
pengalaman masa lalu sangat mempengaruhi hidup saya
misalnya pendidikan dalam keluarga saya keras.
Ngomong keras-keras jadi saya terbentuk keras. Tapi
sebenarnya logat kami yang keras hati kami
lembut..hahaha.
Tantangan-tantangan yang bagaimana dapat
mempengaruhi suster dalam belajar?
KS: Kesulitan saya selama menjalani tugas belajar ini,
kita sebagai biarawati ni memiliki aturan, kaul. Aturan
belajar di komunitas dengan kampus. Kita sudah punya
jadwal yang jelas dalam hidup bersama, tapi juga harus
lihat jadwal kampus. Itukan suatu dilema. Dalam
kelompok jam sekian kita kumpul sementara ada yang
terlambat, akhirnya bertabrakan dengan jadwal
komunitas..ya kita harus sabar saja. Lalu mereka baru
tamat SMA, masih muda dibanding dengan saya yang
sudah berumur, sudah sepuluh tahun lalu tamat SMA.
Kurikulumnya juga berbeda. Ketika dosen menerangkan
saya tidak secepat mereka menangkap, mengerti.
Tantangan juga ya selama kuliah itu..alat komunikasi
seperti HP. Teman punya, kita tidak tahu informasi tidak
seperti mereka. Ya, namanya perkembangan zaman makin
tahun makin maju. Tetapi yang mendorong saya belajar
itu..Situasi sekarangkan eee ada peraturan pemerintah
mewajibkan misalnya guru wajib S1. Selain itu, dari diri
saya, kongregasi juga mengikuti perkembangan zaman.
Kita dikuliahkan. Untuk menjawab itu, kita perlu belajar
supaya tidak ketinggalan, mampu menyesuikan dengan
perkembangan zaman ini. Hanya bagaimana saya bersikap
lebih bijaksana.
AS: Selama menjalankan perutusan belajar ini tidak
mudah ya karena itu bukan pilihan saya tapi itu
ditugaskan. Saya berpikir di BK itu, mulut tutup telinga
MPB-FGD
- Kelompok telat
- Waktu
bertabrakan
- Umur
- Kurikulum
- Tidak mudah
memahami
- HP
- Tidak tahu
informasi
- Peraturan
Pemerintah
- Kesadaran diri
- Kebutuhan
kongregasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
087
088
089
090
091
092
093
094
095
096
097
098
099
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
buka. Sementara saya sendiri inginnya mulutnya terbuka
terus. Jadi bagi saya satu tantangan juga. Tetapi ketika
masuk di situ, saya berani untuk belajar. jadi saya belajar
mendengarkan. Jadi saya coba menjalani itu. Lalu, saya
sudah lama tidak sekolah dari tahun 2000 tidak sekolah
sampai 2012. Selain kurikulum yang berbeda juga
pastinya otak saya ini udah tumpul. Tiap hari yang
kupegang hanya cangkul,omong-omong dengan anak-
anak, ngepel. Sementara saya belajar ni, otak saya harus
diasah. Saya itu belum terlalu pandai dengan komputer.
Anak-anak itu biasa. Lalu juga saya mudah ngantuk,
masuk kelas harus belajar. Akhirnya konsentrasi saya
hilang. Saya terngganggu kalau kelas itu ribut ketika
dosen menjelaskan, tidak sopan. Berikutnya saya minder
karena saya ini udah tua hahaha sementara teman-teman
saya barusan lulusan SMA, masih kecil yang masih
bersemangatnya. Itu tantangan bagi saya. Saya pernah
dapat nilai C ya. Saya kadang malu di tengah-tengah
mereka untuk awal-awal masuk itu. Maka tidak heran
saya itu hanya sama satu teman yang bisa diajak ngobrol,
senda gurau. Awal masuk juga butuh perjuangan. Juga
ketika dosen minta tolong buka google tentang ini ini ini.
kami kan nggak punya. Itu menjadi tantangan bagi saya.
Tantangan zaman juga memotivasi saya mengapa saya
mau belajar..sekarang ini banyak terjadi perselingkuhan,
pertentangan di mana-mana. Itu..saya terpanggil untuk
saya belajar ingin tahu. Itulah mengapa mata kuliah
pilihan saya adalah keluarga. Saya ingat banyak keluarga
yang sharing tentang keluarga mereka. Jadi saya merasa
terpanggil membantu mereka.
Bagaimana usaha suster menghadapi tantangan?
AS: Dulu awalnya saya kaget, heran, takut. Bertanya juga
dalam diri saya, apa saya bisa. Karena saya sudah lama
tidak kuliah. Apa saya bisa menyesuaikan diri dengan
anak-anak sekarang. Tetapi dengan perjalanan waktu,
walaupun dulu saya berontak tetapi dengan kuliah di BK
saya mengolah diri saya sebelum saya nanti terjun untuk
berkarya. Sebagai religius, saya berdoa dan yakin saya
tidak sendirian. Nah, kalau udah ngantuk, saya
menggerak-gerakkan badan atau cuci muka. Kita yang
hidup di biara inikan teratur waktunya. Jam begini doa,
jam begini makan, jam begini rekreasi dan seterusnya. Di
situ kita dituntut benar-benar pintar untuk membagi
waktu. Maaf ya, ini aturan dalam kongregasi kami. Jangan
sampai kamu melalaikan waktu, acara komunitas harus
duluan. Artinya, karena suster maka kita kuliah. Kalau
- Suka berbicara
banyak
- Sedikit
mendengarkan
- Lama tidak
sekolah
- Kurikulum beda
- Belum pandai
komputer
- Mudah
mengantuk
- Kelas ribut
- Minder
- Sudah tua
- Nilai rendah
- Hanya satu
orang berteman
- Perselingkuhan
- Pertentangan
MPB-FGD
- Berdoa
- Tidak sendirian
- Menggerakkan
badan
- Cuci muka
- Ada aturan
- Mengutamakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
benar-benar tidak bisa ya..harus ijin dengan pemimpin.
Saya sendiri kalau udah sepanjang hari kuliah pasti udah
capek malam harus belajar. kalau ada tugas saya harus
berjuang. Kami belajar malam setelah doa malam. Kalau
ada rekreasi bersama ya, jam sembilan baru bisa belajar.
Lalu, kalau di kelas ramai saya belajar untuk rendah hati,
belajar menyapa duluan. Selain itu, saya bertanya, dekat
dengan mereka karena mereka punya HP, mereka tahu
komputer. Nah, itu usaha saya mengahadapi kesulitan dan
tantangan. Jadi kesulitan itu menjadikan saya lebih kreatif
mencari cara bagaimana menghadapi itu. Kesulitan
membuat saya kreatif mencari cara menghadapi
tantangan.
KS: usaha yang saya lakukan ya..kalau saya tidak
mengerti, maka saya tanya entah dengan teman juga sama
dosen. Karena dosen kita di BK itu sangat mengerti. Juga
dalam perkembangan teknologi sekarang seperti HP
ketika harus buka ini atau teman-teman mau
menghubungi sulit. Saya berefleksi bahwa memang dalam
situasi seperti inilah ditantang untuk lebih bijaksana dan
tentu harus kreatif, ketika tidak mengerti dan harus buka
saat itu yaaa saya harus rendah hati bertanya dengan
teman-teman yang punya. Dalam komunitas, saya
berusaha membagi waktu saya. Memang sering dikatakan
pada kami kalian itu suster yang kebetulan mahasiswa
bukan mahasiswa yang kebetulan suster. Artinya yang
diutamakan adalah hidup membiara. Kadang kami di
kampus seharian ya, maka ketika di rumah ada di rumah,
kegiatan apa yang ada diikuti. Kalau doa siang tidak ikut
karena ada di kampus.Pertama dikatakan dikuliahkan
ambil jurusan ini, memang awalnya kaget. Tetapi senang
juga karena jurusan ini saya suka. Karena tujuan saya
dulu itu, dengan BK ini setidaknya saya mengenal diri
saya dan setidaknya kehadiran saya itu bermakna bagi
orang lain. Di sisi lain juga, saya takut, gelisah. Karena
saya merasa bahwa..apalagi di Jogja ya tentu itu sudah
lebih maju. Maka saya merasa saya tidak mampu, takut
apa yang disampaikan nanti tidak bisa saya ikuti. Tetapi
saya jalani sampai sekarang berjalan dengan baik.
Dengan kesulitan itu semua, saya jadi lebih aktif mencari
solusi. Prinsipnya setiap perjuangan pasti ada kesulitan.
Bagaimana cara suster mewujudkan harapan-
harapan ke depan?
AS: harapan saya dengan tugas perutusan belajar ini, saya
semakin baik. Saya semakin tahu cara-cara mana yang
digunakan ketika saya diutus melayani. Saya punya cara
komunitas
- Komunikasi
dengan
pemimpin
- Belajar setelah
berdoa
- Bertanya
- Dekat dengan
- Kesulitan
membuat kreatif
- Bertanya
dengan dosen
dan teman
- Bijaksana
- Kreatif
- Rendah hati
bertanya
- Mengutamakan
hidup membiara
- Menyesuaikan
waktu
- Di rumah ikut
kegiatan
komunitas
- Aktif
- Tiap perjuangan
ada kesulitan
MPB-FGD
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
197
198
199
200
201
202
203
204
205
206
207
208
yang lebih baik lagi untuk menghadapi orang-orang itu.
Bagi saya,belajar itu penting. Kita seumur hidup belajar.
Belajar selain karena memang peraturan..peraturan
pemerintah juga kongregasi..ee kita belajar dari orang
lain, belajar dari hidup saya sendiri, juga belajar dari
buku-buku yang ada. Belajar itu penting untuk masa
depan, untuk karya, untuk perutusan. Selain
mengembangkan diri juga dibutuhkan orang-orang yang
lebih kreatif, punya wawasan yang luas dan selalu
mencari cara-cara yang baik ketika menghadapi masa
depan. Maka, saya menuntut diri lebih kreatiflah selama
belajar. Tantangan-tantangan yang ada itu seperti apa.
Dan memang kita dituntut melihat situasi yang ada dan
riil serta nyata di dalam hidup. Nanti setelah saya selesai
dari BK ini, dari Perguruan Tinggi ini, saya ingin
melayani orang-orang seperti yang saya ceritakan tadi.
KS:Yang saya harapkan dari tugas belajar ini ke depan
adalah dengan belajar, dengan memperoleh banyak ilmu,
saya bisa pmempraktekannya saat tugas nanti, saya
semakin dapat mengenal diri dan juga saya mampu
mengenal orang lain. Sehingga dengan itu, saya dapat
menjadi teman atau sahabat bagi orang di sekitar saya.
Oleh karena itu, belajar itu sangat penting karena manusia
itu seumur hidup harus belajar. Tidak hanya sekedar
belajar ilmu di bangku kuliah tetapi ya belajar juga dari
teman-teman, dari pengalaman, orang lain, sehingga
pemikiran saya terbuka dan saya semakin berkembang.
Juga karena perkembangan zaman, peraturan
pemerintah..memang seharusnya kita buat supaya dapat
berguna dalam berkarya.
- Peraturan
Pemerintah
- Kebutuhan
kongregasi
- Kesempatan
mengembang-
kan diri
- Kreatif
- Menambah
wawasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Lampiran 6
Lembar Kategorisasi Wawancara
A. Responden AS
Kategori Verbatim
Tema Sub Tema
Cara
memaknai
belajar
Alasan
melaksanaka
n perutusan
belajar
Belajar
dengan serius
Belajar lebih
kreatif dan
berproses
Dorongan
belajar
Hmmm..cara yang saya lakukan itu..saya mendengarkan dengan baik ya ketika dosen menjelaskan.
Maka saya tidak suka kelas ribut, ada yang terlambat. Selain mendengarkan, saya juga bertanya,
menjawab juga ya kalau dosen bertanya. Jadinya..saya belajar itu serius, tidak asal-asalan.
(DA151/MPB-w/003-008)
Dengan belajar kita mampu melihat situasi yang ada dan riil serta nyata di dalam hidup. Itulah
mengapa belajar..belajar perlu sungguh-sungguh.(DA151/MPB-w/133-136)
Karena belajar bagiku merupakan cara mengolah hidup, cara menambah wawasan, pengetahuan.
(DA151/MPB-w/008-010)
Selain bagaimana cara mengembangkan diri juga..tadinya belajar itu dibutuhkan orang-orang yang
kreatif, berwawasan luas, dan selalu mencari cara-cara yang baik menghadapi masa depan.
(DA151/MPB-w/129-133)
Saya punya pengalaman mendampingi anak asrama. Tapi saya belum tahu bagaimana caranya
menghadapi mereka. Pengalaman saya juga belum tahu caranya bagaimana membantu orang tua
anak yang bercerita masalah keluarga mereka, hidup mereka, perjuangan mereka. (DA151/MPB-
w/012-017)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Bentuk-
bentuk
kesulitan
melaksanaka
n tugas
perutusan
belajar
Usaha-usaha
yang
dilakukan
menghadapi
kesulitan
Tantangan
Relasi dan
komunikasi
dengan
Tuhan dan
sesama
Penggunaan
Makanya, selain dari tuntutan pemerintah atau peraturan pemerintah yang menganjurkan..contoh
saja yang kerja di sekolah perlu S1. Selain itu, kongregasi memang membutuhkan orang ya untuk
itu. (DA151/MPB-w/019-023)
Itu suster, sekarang ini banyak sekali perselingkuhan. Saya prihatin dengan keluarga yang istri atau
suami selingkuh. (DA151/MPB-w/067-069)
Saya orangnya suka bicara, sementara di BK harus mendengarkan.(DA151/MPB-w/028-029)
Di kelas itu sering ribut saat dosen menjelaskan. Saya terganggu karena tidak sopan, tidak
menghargai. Lalu, kesulitan saya juga menjalankan komputer belum terlalu pandai. Tapi kesulitan
saya juga selalu ngantuk itu, mudah tertidur di kelas. Terlebih jam satu jam dua itu, godaan bagi
saya untuk tidur. (DA151/MPB-w/039-044)
…umur yang sudah tua. Terkadang sayasulit membaur, bergaul dengan teman-teman. Apalagi
awalnya, saya berjuang setengah mati. Sekarang sudah lumayan, tetapi saya masih melihat ada
pengelompokkan-pengelompokkan. Maka, saya sering berteman dengan satu teman saja. Tantangan
lainnya, pada saat Konseling Keluarga dapat C padahal 6 SKS. Lalu Konseling Ekspresif 3 SKS.
(DA151/MPB-w/053-060)
Cara saya tu berdoa dan saya tidak sendirian. Saya lari kepada Tuhan juga kepada pemimpin. Wong,
kita dibiayai kongregasi. (DA151/MPB-w/080-082)
Tapi mereka itu pandai dengan alat-alat itu, maka kalau sudah tidak bisa saya bertanya dengan
mereka. Saya juga bercerita, bertanya dengan dosen kalau ada kesulitan karena saya merasa dekat.
(DA151/MPB-w/085-088)
Lalu kalau ngantuk biasanya saya berdiri atau saya ke kamar mandi cuci muka. (DA151/MPB-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
waktu dan
motivasi
w/089-090)
Saya berpikir gini lho suster, dengan kesulitan itu saya semakin kreatif mencari cara mengatasi
kesulitan. Kalau saya tidak mengalami kesulitan doa saya datar-datar saja tapi saat sulit pengen lama
doanya. Jadi kesulitan itu membuat saya semakin kreatif mencari cara untuk menghadapi tantangan
yang kuhadapi itu. (DA151/MPB-w/093-098)
Kita inikan biarawati yang punya aturan ya, kaul. Semua teratur. Jangan sampai kita meninggalkan
acara komunitas. Dalam kongregasi kami sering diingatkan bahwa kuliah itu bukanlah yang utama
tetapi kebersamaan. Sekolah hanyalah menunjang, hanya salah satu cara untuk karya ke depan, yang
utama itu adalah hidup komunitas. Jadi jangan sampai meninggalkan hidup komunitas dan
mengutamakan belajar. Kecuali memang kuliah sampai jam enam. Kadang pemimpin sudah tahu,
tapi kadang harus memberitahu pemimpin juga. (DA151/MPB-w/101-112)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
B. Responden KS
Kategori Verbatim
Tema Sub Tema
Cara
memaknai
belajar
Alasan
melaksanaka
n tugas
perutusan
belajar
Bentuk-
bentuk
kesulitan
melaksanaka
n tugas
perutusan
belajar
Belajar
dengan serius
Belajar lebih
kreatif dan
berproses
Dorongan
belajar
Tantangan
Cara yang saya lakukan, pertama saya optimis, tidak main-main ya. (DK51/MPB-w/003-004)
Kemudian saya juga berpikir bahwa belajar itu merupakan satu kesempatan yang berharga untuk
mengembangkan diri. (DK51/MPB-w/004-006)
Maka itu memotivasi saya untuk berusaha belajar dan memahami bahwa belajar merupakan proses
dari yang tidak tahu menjadi tahu. (DK51/MPB-w/009-012)
Waktu itu, belum tahu anak panti itu datang dari berbagai latar belakang mana, maka yang kita
dampingi itu tentu berbeda-beda. Pengetahuan saya masih kurang, kesabaran juga kurang.
(DK51/MPB-w/016-020)
Maka peraturan pemerintah dan juga dari diri saya sendiri mendorong saya menjalankan perutusan
belajar ini. (DK51/MPB-w/079-081)
Soal umur teman angkatan saya, pada umumnya mereka tamat SMA mereka langsung melanjut lalu
saya sudah 10 tahun yang lalu tamat SMA baru melanjut, jadi daya tangkap saya rendah. Lalu
kurikulumnya juga berbeda, karena dunia semakin maju. Saya sulit mengerti, memahami apa yang
dosen sampaikan. (DK51/MPB-w/035-041)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Usaha-usaha
yang
dilakukan
menghadapi
kesulitan
Relasi dan
komunikasi
dengan
Tuhan dan
sesama
Penggunaan
waktu dan
motivasi
Kemudian kesulitan itu ketika misalnya kerja kelompok tapi tidak tepat waktu seperti yang sudah
disepakati. (DK51/MPB-w/044-046)
Kemudian juga kesulitan itu ya dengan perkembangan jaman itu... teknologi canggih ya.. mereka
lebih cepat mengoprasikan laptop, tapi saya lamban dan juga cara saya menangkap. (DK51/MPB-
w/052-056)
Tapi prinsip saya itu apa yang saya mengerti saya buat dulu, saya lakukan nantikan dosen akan
memperbaiki. karena dosen-dosen kita kan seandainya kita sudah berusaha tidak melulu disalahkan
tetapi mereka memperbaiki, mengerti. Selain itu, saya juga dengan tekun mengerjakan tugas, tekun
bertanya itu sangat membantu. Belajar sabar juga dengan teman-teman itu. (DK51/MPB-w/092-099)
Pandangan saya suster, saya berprinsip begini setiap perjuangan tetap ada kesulitan tetapi bukan
dalam arti kesulitan menjadikan saya untuk patah semangat atau tidak mau tahu. Tetapi saya melihat
kesulitan itu mengajak saya untuk aktif. Aktif dalam arti mencari solusi bagaimana supaya kesulitan
itu dapat teratasi. (DK51/MPB-w/102-107)
Ya kalau hari-hari kan tentu kita di kampus, mau tidak mau itu memang bawa makanan ke kampus
tetapi kalau sudah pulang ke komunitas tentu saya kerjakan apa yang perlu dikerjakan dan ikut doa
bersama, ikut makan bersama dan malam hari setelah makan malam belajar. (DK51/MPB-w/114-119)
Saya sendiri juga enggan mengambil kegiatan kampus, misalnya organisasi GMC atau apa itu, karena
nanti bertabrakan. (DK51/MPB-w/119-121)
Dan sudah ditekankan bahwa ya sebagai suster, bukan suster itu hanya kebetulan sebagai suster dan
studi tetapi duluan susternya; suster yang kebetulan studi maka yang diutamakan hidup rohani bukan
studinya, kalau tidak...hmmm..kita bisa keluar suster”. (DK51/MPB-w/121-126)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Lampiran 7
Lembar Kategorisasi FGD
Kategori Verbatim
Tema Sub Tema
Cara
memaknai
belajar
Alasan
melaksanaka
n tugas
Belajar
dengan serius
Belajar lebih
kreatif dan
berproses
Dorongan
belajar
Belajar yang baik bagi saya terutama di dalam kelas, saya menginginkan suasana itu hening. Artinya
menciptakan situasi yang nyaman ketika dosen menjelaskan, kita bisa mendengarkan dosen dengan
baik. Kita bisa bertanya. Lalu juga, ketika ada interaksi antara dosen dengan mahasiswa, ketika dosen
bertanya dan mahasiswa bisa menjelaskan lagi apa yang diterangkan. Selain itu, tidak ada yang masuk
terlambat apalagi dosen menjelaskan.Karena saya belajar tidak asal-asalan. (DA221/MPB-FGD/025-
037)
…mahasiswa lebih serius. Artinya ketika dosen menerangkan dan dosen bertanya mahasiswa
mengerti atau diberi kesempatan bertanya. Ketika dosen itu bertanya kepada mahasiswa dan
mahasiswa menjawab tidak disalahkan. Karena kan kita berusaha, tidak main-main. (DK221/MPB-
FGD/004-009)
Selain mengembangkan diri juga dibutuhkan orang-orang yang lebih kreatif, punya wawasan yang
luas dan selalu mencari cara-cara yang baik ketika menghadapi masa depan. Maka, saya menuntut diri
lebih kreatiflah selama belajar. (DA221/MPB-FGD/185-190)
Saya selalu optimis dan berpikir bahwa belajar itu kesempatan saya mengembangkan diri.
(DK221/MPB-FGD/021-023)
Dulu saya ditugaskan di asrama tetapi saya belum tahu ilmu-ilmu yang cocok untuk mendampingi
anak-anak. Ketika anak-anak mengalami masalah ini, saya dengan cara apa untuk menghadapi dia dan
mencari solusinya seperti apa. Perjumpaan dengan orang tua yang sharing tentang pergulatan hidup,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
perutusan
belajar
Bentuk-
bentuk
kesulitan
melaksanaka
n tugas
perutusan
belajar
Tantangan
pengalaman hidup dalam berkeluarga. (DA221/MPB-FGD/039-045)
sekarang ini banyak terjadi perselingkuhan, pertentangan di mana-mana. (DA221/MPB-FGD/111-
112)
Belajar selain karena memang peraturan..peraturan pemerintah juga kongregasi. (DA221/MPB-
FGD/181-182)
Jika dilihat pengalaman ketika mandampingi anak panti, di mana saat itu saya.. pendidikan dan
pengalaman masih rendah, kemampuan saya masih kurang, kadang kurang… kurang sabar.
(DK221/MPB-FGD/009-013)
...peraturan pemerintah mewajibkan misalnya guru wajib S1. Selain itu, dari diri saya, kongregasi juga
mengikuti perkembangan zaman. (DK221/MPB-FGD/077-079)
Saya berpikir di BK itu, mulut tutup telinga buka. Sementara saya sendiri inginnya mulutnya terbuka
terus. (DA221/MPB-FGD/086-088)
Lalu, saya sudah lama tidak sekolah dari tahun 2000 tidak sekolah sampai 2012. Selain kurikulum
yang berbeda juga pastinya otak saya ini udah tumpul. (DA221/MPB-FGD/090-093)
Saya itu belum terlalu pandai dengan komputer. Anak-anak itu biasa. Lalu juga saya mudah ngantuk,
masuk kelas harus belajar. Akhirnya konsentrasi saya hilang. Saya terngganggu kalau kelas itu ribut
ketika dosen menjelaskan, tidak sopan”. (DA221/MPB-FGD/096-100)
Berikutnya saya minder karena saya ini udah tua hahaha sementara teman-teman saya barusan lulusan
SMA, masih kecil yang masih bersemangatnya. Itu tantangan bagi saya. Saya pernah dapat nilai C ya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Usaha-usaha
yang
dilakukan
menghadapi
kesulitan
Relasi dan
komunikasi
dengan
Tuhan dan
sesama
Saya kadang malu di tengah-tengah mereka untuk awal-awal masuk itu. Maka tidak heran saya itu
hanya sama satu teman yang bisa diajak ngobrol, senda gurau. (DA221/MPB-FGD/100-107)
Dalam kelompok jam sekian kita kumpul sementara ada yang terlambat, akhirnya bertabrakan dengan
jadwal komunitas..ya kita harus sabar saja. (DK221/MPB-FGD/065-068)
Lalu mereka baru tamat SMA, masih muda dibanding dengan saya yang sudah berumur, sudah
sepuluh tahun lalu tamat SMA. Kurikulumnya juga berbeda. Ketika dosen menerangkan saya tidak
secepat mereka menangkap, mengerti. (DK221/MPB-FGD/068-072)
Tantangan juga ya selama kuliah itu..alat komunikasi seperti HP. Teman punya, kita tidak tahu
informasi tidak seperti mereka. (DK221/MPB-FGD/073-075)
Sebagai religius, saya berdoa dan yakin saya tidak sendirian. (DA221/MPB-FGD/124-125)
Nah, kalau udah ngantuk, saya menggerak-gerakkan badan atau cuci muka. (DA221/MPB-FGD/125-
126)
Selain itu, saya bertanya dekat dengan mereka karena mereka punya HP, mereka tahu komputer.
(DA221/MPB-FGD/139-141)
Kalau saya tidak mengerti, maka saya tanya entah dengan teman juga sama dosen. (DK221/MPB-
FGD/146-148)
Juga dalam perkembangan teknologi sekarang seperti HP ketika harus buka ini atau teman-teman mau
menghubungi sulit. Saya berefleksi bahwa memang dalam situasi seperti inilah ditantang untuk lebih
bijaksana dan tentu harus kreatif, ketika tidak mengerti dan harus buka saat itu yaaa saya harus rendah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Penggunaan
waktu dan
motivasi
hati bertanya dengan teman-teman yang punya. (DK221/MPB-FGD/148-155)
Kesulitan membuat saya kreatif mencari cara menghadapi tantangan. (DA221/MPB-FGD/143-145)
Maaf ya, ini aturan dalam kongregasi kami. Jangan sampai kamu melalaikan waktu, acara komunitas
harus duluan. Artinya, karena suster maka kita kuliah. Kalau benar-benar tidak bisa ya..harus ijin
dengan pemimpin. Saya sendiri kalau udah sepanjang hari kuliah pasti udah capek malam harus
belajar. kalau ada tugas saya harus berjuang. Kami belajar malam setelah doa malam. Kalau ada
rekreasi bersama ya, jam sembilan baru bisa belajar. (DA221/MPB-FGD/130-137)
Memang sering dikatakan pada kami kalian itu suster yang kebetulan mahasiswa bukan mahasiswa
yang kebetulan suster. Artinya yang diutamakan adalah hidup membiara. (DK221/MPB-FGD/156-
159)
Kadang kami di kampus seharian ya, maka ketika di rumah ada di rumah, kegiatan apa yang ada
diikuti. Kalau doa siang tidak ikut karena ada di kampus. (DA221/MPB-FGD/159-162)
Dengan kesulitan itu semua, saya jadi lebih aktif mencari solusi. Prinsipnya setiap perjuangan pasti
ada kesulitan. (DK22/MPB-FGD/172-173)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Lampiran 8
Lembar Penyaringan Data Wawancara dan FGD
Kategori Koding
Vervatim Interpretasi
Tema Sub Tema
Wawancara
Cara
memaknai
belajar
Belajar
dengan serius
Belajar lebih
kreatif dan
- Mendengarkan
- Tidak terlambat
- Bertanya
- Menjawab
- Serius
- Serius
- Optimis
- Proses
- Mengolah hidup
- Menambah
Hmmm..cara yang saya lakukan itu..saya
mendengarkan dengan baik ya ketika dosen
menjelaskan. Maka saya tidak suka kelas ribut, ada
yang terlambat. Selain mendengarkan, saya juga
bertanya, menjawab juga ya kalau dosen bertanya.
Jadinya..saya belajar itu serius, tidak asal-asalan.
(DA151/MPB-w/003-008)
Dengan belajar kita mampu melihat situasi yang
ada dan riil serta nyata di dalam hidup. Itulah
mengapa belajar..belajar perlu sungguh-
sungguh.(DA151/MPB-w/133-136)
Cara yang saya lakukan, pertama saya optimis,
tidak main-main ya. (DK51/MPB-w/003-004)
Karena belajar bagiku merupakan cara mengolah
hidup, cara menambah wawasan, pengetahuan.
Belajar serius dan tekun
dengan cara
mendengarkan, bertanya,
menjawab, disiplin waktu
Dengan belajar serius
mampu melihat situasi
nyata.
Belajar dengan
berpikiran optimis dan
serius
Belajar merupakan
kesempatan mengolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Alasan
melaksanaka
n tugas
perutusan
belajar
berproses
Dorongan
belajar
pengetahuan
- Menambah
wawasan
- Mengembangkan
diri
- Kreatif
- Kesempatan
mengembangkan
diri
- Proses
- Pengetahuan dan
kemampuan
kurang
- Peraturan
Pemerintah
(DA151/MPB-w/008-010)
Selain bagaimana cara mengembangkan diri
juga..tadinya belajar itu dibutuhkan orang-orang
yang kreatif, berwawasan luas, dan selalu mencari
cara-cara yang baik menghadapi masa depan.
(DA151/MPB-w/129-133)
Kemudian saya juga berpikir bahwa belajar itu
merupakan satu kesempatan yang berharga untuk
mengembangkan diri. (DK51/MPB-w/004-006)
Maka itu memotivasi saya untuk berusaha belajar
dan memahami bahwa belajar merupakan proses
dari yang tidak tahu menjadi tahu. (DK51/MPB-
w/009-012)
Saya punya pengalaman mendampingi anak asrama.
Tapi saya belum tahu bagaimana caranya
menghadapi mereka. Pengalaman saya juga belum
tahu caranya bagaimana membantu orang tua anak
yang bercerita masalah keluarga mereka, hidup
mereka, perjuangan mereka. (DA151/MPB-w/012-
017)
Makanya, selain dari tuntutan pemerintah atau
peraturan pemerintah yang menganjurkan..contoh
hidup, menambah
wawasan, dan
pengetahuan.
Belajar lebih kreatif
untukmengembangkan
diri dan menambah
wawasan,
Belajar merupakan
kesempatan
mengembangkan diri.
Belajar merupakan
proses dari ketidaktahuan
menjadi tahu
Kurangnya pengetahuan
dan kemampuan yang
dimiliki untuk membantu
orang lain
Termotivasi untuk
belajar karena anjuran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Bentuk-
bentuk
kesulitan
melaksanaka
n tugas
perutusan
belajar
Tantangan
- Kebutuhan
Kongregasi
- Perselingkuhan
- Pengetahuan dan
kesabaran kurang
- Peraturan
Pemerintah
- Kesadaran diri
- Suka berbicara
- Sedikit
mendengarkan
- Kelas yang ribut
- Belum pandai
saja yang kerja di sekolah perlu S1. Selain itu,
kongregasi memang membutuhkan orang ya untuk
itu. (DA151/MPB-w/019-023)
Itu suster, sekarang ini banyak sekali
perselingkuhan. Saya prihatin dengan keluarga yang
istri atau suami selingkuh. (DA151/MPB-w/067-
069)
Waktu itu, belum tahu anak panti itu datang dari
berbagai latar belakang mana, maka yang kita
dampingi itu tentu berbeda-beda. Pengetahuan saya
masih kurang, kesabaran juga kurang.
(DK51/MPB-w/016-020)
Maka peraturan pemerintah dan juga dari diri saya
sendiri mendorong saya menjalankan perutusan
belajar ini. (DK51/MPB-w/079-081)
Saya orangnya suka bicara, sementara di BK harus
mendengarkan.(DA151/MPB-w/028-029)
Di kelas itu sering ribut saat dosen menjelaskan.
Saya terganggu karena tidak sopan, tidak
pemerintah dan
kebutuhan kongregasi
Termotivasi untuk
belajar karena
keprihatinan melihat
maraknya perselingkuhan
Pengetahuan dan
kesabaran masih minim
untuk mendampingi
orang lain
Termotivasi untuk
belajar karena anjuran
pemerintah dan
kesadaran diri
Lebih banyak berbicara
daripada mendengarkan .
Terganggu dengan
suasana kelas yang ribut,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
menjalankan
computer
- Mengantuk
- Umur tua
- Sulit bergaul
- Hanya satu orang
teman
- Nilai akademik
rendah
- Daya tangkap
rendah
- Umur
- Kurikulum
berbeda
- Kelas telat waktu
menghargai. Lalu, kesulitan saya juga menjalankan
komputer belum terlalu pandai. Tapi kesulitan saya
juga selalu ngantuk itu, mudah tertidur di kelas.
Terlebih jam satu jam dua itu, godaan bagi saya
untuk tidur. (DA151/MPB-w/039-044)
…umur yang sudah tua. Terkadang sayasulit
membaur, bergaul dengan teman-teman. Apalagi
awalnya, saya berjuang setengah mati. Sekarang
sudah lumayan, tetapi saya masih melihat ada
pengelompokkan-pengelompokkan. Maka, saya
sering berteman dengan satu teman saja. Tantangan
lainnya, pada saat Konseling Keluarga dapat C
padahal 6 SKS. Lalu Konseling Ekspresif 3 SKS.
(DA151/MPB-w/053-060)
Soal umur teman angkatan saya, pada umumnya
mereka tamat SMA mereka langsung melanjut lalu
saya sudah 10 tahun yang lalu tamat SMA baru
melanjut, jadi daya tangkap saya rendah. Lalu
kurikulumnya juga berbeda, karena dunia semakin
maju. Saya sulit mengerti, memahami apa yang
dosen sampaikan. (DK51/MPB-w/035-041)
Kemudian kesulitan itu ketika misalnya kerja
kelompok tapi tidak tepat waktu seperti yang sudah
disepakati. (DK51/MPB-w/044-046)
masih gagap
menjalankan komputer,
dan sangat mudah
mengantuk
Merasa sudah tua dan
minder sehingga sulit
dalam pergaulan, hanya
berteman dengan satu
orang, kemampuan
akademik kurang
Perbedaan umur dan
kurikulum menyebabkan
daya tangkap rendah
Kelompok terlambat
akhirnya jadwal
bertabrakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Usaha-usaha
yang
dilakukan
menghadapi
kesulitan
Relasi dan
komunikasi
dengan
Tuhan dan
sesama
- Lamban
menggunakan
computer
- Berdoa
- Bercerita kepada
pemimpin
- Bertanya
- Bercerita
- Berdiri
- Cuci muka
- Kreatif
menemukan
cara
Kemudian juga kesulitan itu ya dengan
perkembangan jaman itu... teknologi canggih ya..
mereka lebih cepat mengoprasikan laptop, tapi saya
lamban dan juga cara saya menangkap.
(DK51/MPB-w/052-056)
Cara saya tu berdoa dan saya tidak sendirian. Saya
lari kepada Tuhan juga kepada pemimpin. Wong,
kita dibiayai kongregasi. (DA151/MPB-w/080-082)
Tapi mereka itu pandai dengan alat-alat itu, maka
kalau sudah tidak bisa saya bertanya dengan
mereka. Saya juga bercerita, bertanya dengan dosen
kalau ada kesulitan karena saya merasa dekat.
(DA151/MPB-w/085-088)
Lalu kalau ngantuk biasanya saya berdiri atau saya
ke kamar mandi cuci muka. (DA151/MPB-w/089-
090)
Saya berpikir gini lho suster, dengan kesulitan itu
saya semakin kreatif mencari cara mengatasi
kesulitan. Kalau saya tidak mengalami kesulitan
doa saya datar-datar saja tapi saat sulit pengen lama
doanya. Jadi kesulitan itu membuat saya semakin
kreatif mencari cara untuk menghadapi tantangan
Masih gagap
menjalankan computer
Menghadapi setiap
kesulitan dengan berdoa
dan bercerita kepada
pemimpin
Berani bertanya dan
bercerita kepada dosen
ketika mengalami
kesulitan.
Bila mengantuk berdiri
dan mencuci wajah
Kesulitan memacu
kreativitas dalam
menemukan cara yang
tepat dalam menghadapi
tantangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Penggunaan
waktu dan
motivasi
- Bertanya
- Berani salah
- Berusaha
- Tekun
- Sabar
- Punya aturan
- Ada kaul
- Mengutamakan
komunitas
sebelum belajar
- Komunikasi
dengan
pemimpin
- Setiap
perjuangan ada
yang kuhadapi itu. (DA151/MPB-w/093-098)
Tapi prinsip saya itu apa yang saya mengerti saya
buat dulu, saya lakukan nantikan dosen akan
memperbaiki. karena dosen-dosen kita kan
seandainya kita sudah berusaha tidak melulu
disalahkan tetapi mereka memperbaiki, mengerti.
Selain itu, saya juga dengan tekun mengerjakan
tugas, tekun bertanya itu sangat membantu. Belajar
sabar juga dengan teman-teman itu. (DK51/MPB-
w/092-099)
Kita inikan biarawati yang punya aturan ya, kaul.
Semua teratur. Jangan sampai kita meninggalkan
acara komunitas. Dalam kongregasi kami sering
diingatkan bahwa kuliah itu bukanlah yang utama
tetapi kebersamaan. Sekolah hanyalah menunjang,
hanya salah satu cara untuk karya ke depan, yang
utama itu adalah hidup komunitas. Jadi jangan
sampai meninggalkan hidup komunitas dan
mengutamakan belajar. Kecuali memang kuliah
sampai jam enam. Kadang pemimpin sudah tahu,
tapi kadang harus memberitahu pemimpin juga.
(DA151/MPB-w/101-112)
Pandangan saya suster, saya berprinsip begini setiap
perjuangan tetap ada kesulitan tetapi bukan dalam
Berusaha terlebih dahulu
mengerjakan tugas ,
bertanya, dan berani
salah, tekun, dan
berusaha sabar
Menyadari sebagai
religius dan anggota
kongregasi yang
memiliki kaul dan
memiliki peraturan untuk
hidup bersama.
Mengutamakan hidup
komunitas daripada
belajar, penting ada
komunikasi dengan
anggota yang lain
Berpandangan bahwa
setiap perjuangan pasti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
kesulitan
- Aktif
- Optimis
- Menyesuaikan
waktu
- Setelah makan
baru belajar
- Enggan ikut
organisasi
- Mengutakan
hidup rohani
arti kesulitan menjadikan saya untuk patah
semangat atau tidak mau tahu. Tetapi saya melihat
kesulitan itu mengajak saya untuk aktif. Aktif
dalam arti mencari solusi bagaimana supaya
kesulitan itu dapat teratasi. (DK51/MPB-w/102-
107)
Ya kalau hari-hari kan tentu kita di kampus, mau
tidak mau itu memang bawa makanan ke kampus
tetapi kalau sudah pulang ke komunitas tentu saya
kerjakan apa yang perlu dikerjakan dan ikut doa
bersama, ikut makan bersama dan malam hari
setelah makan malam belajar. (DK51/MPB-w/114-
119)
Saya sendiri juga enggan mengambil kegiatan
kampus, misalnya organisasi GMC atau apa itu,
karena nanti bertabrakan. (DK51/MPB-w/119-121)
Dan sudah ditekankan bahwa ya sebagai suster,
bukan suster itu hanya kebetulan sebagai suster dan
studi tetapi duluan susternya; suster yang kebetulan
studi maka yang diutamakan hidup rohani bukan
studinya, kalau tidak...hmmm..kita bisa keluar
suster”. (DK51/MPB-w/121-126)
ada kesulitan. Kesulitan
memacu lebih aktif untuk
menemukan cara
menghadapi tantangan.
Menyesuaikan diri
dengan jadwal komunitas
dan jadwal kampus.
Melakukan semua
kegiatan komunitas
ketika berada di rumah.
Setelah makan malam
baru belajar
Menghindari kegiatan
organisasi
kemahasiswaan
Menyadari diri sebagai
religius dan anggota
komunitas lebih
mengutmakan hidup
rohani daripada belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Focus Discussion Group
Cara
memaknai
belajar
Belajar
dengan serius
Belajar lebih
kreatif dan
berproses
- Serius
- Mendengarkan
- Bertanya
- Menjawab
- Tidak telat
- Hening
- Serius
- Mendengarkan
- Paham
- Tanya jawab
- Kesempatan
mengembangkan
diri
- Kreatif
- Menambah
wawasan
Belajar yang baik bagi saya terutama di dalam
kelas, saya menginginkan suasana itu hening.
Artinya menciptakan situasi yang nyaman ketika
dosen menjelaskan, kita bisa mendengarkan dosen
dengan baik. Kita bisa bertanya. Lalu juga, ketika
ada interaksi antara dosen dengan mahasiswa,
ketika dosen bertanya dan mahasiswa bisa
menjelaskan lagi apa yang diterangkan. Selain itu,
tidak ada yang masuk terlambat apalagi dosen
menjelaskan.Karena saya belajar tidak asal-asalan.
(DA221/MPB-FGD/025-037)
…mahasiswa lebih serius. Artinya ketika dosen
menerangkan dan dosen bertanya mahasiswa
mengerti atau diberi kesempatan bertanya. Ketika
dosen itu bertanya kepada mahasiswa dan
mahasiswa menjawab tidak disalahkan. Karena kan
kita berusaha, tidak main-main. (DK221/MPB-
FGD/004-009)
Selain mengembangkan diri juga dibutuhkan orang-
orang yang lebih kreatif, punya wawasan yang luas
dan selalu mencari cara-cara yang baik ketika
menghadapi masa depan. Maka, saya menuntut diri
lebih kreatiflah selama belajar. (DA221/MPB-
FGD/185-190)
Belajar serius dengan
cara mendengarkan,
bertanya, menjawab,
tepat waktu
Belajar serius dengan
cara berusaha
mendengarkan,
memahami, da nada
Tanya jawab
Belajar lebih kreatif
untuk mengembangkan
diri, menambah wawasan
sebagai persiapan
menghadapi maha depan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Alasan
melaksanaka
n perutusan
belajar
Dorongan
belajar
- Masa depan
- Optimis
- Kesempatan
mengembangkan
diri
- Pengetahuan
kurang
- Kemampuan
kurang
- Perselingkuhan
- Pertentangan
- Peraturan
Pemerintah
- Kebutuhan
Kongregasi
- Pendidikan
Saya selalu optimis dan berpikir bahwa belajar itu
kesempatan saya mengembangkan diri.
(DK221/MPB-FGD/021-023)
Dulu saya ditugaskan di asrama tetapi saya belum
tahu ilmu-ilmu yang cocok untuk mendampingi
anak-anak. Ketika anak-anak mengalami masalah
ini, saya dengan cara apa untuk menghadapi dia dan
mencari solusinya seperti apa. Perjumpaan dengan
orang tua yang sharing tentang pergulatan hidup,
pengalaman hidup dalam berkeluarga.
(DA221/MPB-FGD/039-045)
sekarang ini banyak terjadi perselingkuhan,
pertentangan di mana-mana. (DA221/MPB-
FGD/111-112)
Belajar selain karena memang peraturan..peraturan
pemerintah juga kongregasi. (DA221/MPB-
FGD/181-182)
Jika dilihat pengalaman ketika mandampingi anak
Belajar dengan optimis
dan menggunakan
kesempatan belajar
kesempatan untuk
mengembangkan diri
Pengetahuan dan
kemampuan yang
dimiliki untuk membantu
orang lain kurang
Termotivasi untukbelajar
karena melihat
perselingkuhan dan
pertentangan yang terjadi
Termotivasi untuk
belajar karena anjuran
Pemerintah dan
kebutuhan kongregasi
Pengetahuan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
Bentuk-
bentuk
kesulitan
melaksanaka
n tugas
perutusan
belajar
Tantangan
rendah
- Kurang sabar
- Peraturan
Pemerintah
- Kesadaran diri
- Kebutuhan
Kongregasi
- Suka berbicara
banyak
- Sedikit
mendengarkan
- Lama tidak
sekolah
- Kurikulum beda
- Belum pandai
komputer
- Mudah
mengantuk
- Kelas ribut
panti, di mana saat itu saya.. pendidikan dan
pengalaman masih rendah, kemampuan saya masih
kurang, kadang kurang… kurang sabar.
(DK221/MPB-FGD/009-013)
...peraturan pemerintah mewajibkan misalnya guru
wajib S1. Selain itu, dari diri saya, kongregasi juga
mengikuti perkembangan zaman. (DK221/MPB-
FGD/077-079)
Saya berpikir di BK itu, mulut tutup telinga buka.
Sementara saya sendiri inginnya mulutnya terbuka
terus. (DA221/MPB-FGD/086-088)
Lalu, saya sudah lama tidak sekolah dari tahun
2000 tidak sekolah sampai 2012. Selain kurikulum
yang berbeda juga pastinya otak saya ini udah
tumpul. (DA221/MPB-FGD/090-093)
Saya itu belum terlalu pandai dengan komputer.
Anak-anak itu biasa. Lalu juga saya mudah
ngantuk, masuk kelas harus belajar. Akhirnya
konsentrasi saya hilang. Saya terngganggu kalau
kelas itu ribut ketika dosen menjelaskan, tidak
sopan”. (DA221/MPB-FGD/096-100)
kesabaran masih minim
untuk mendampingi
orang lain.
Termotivasi untuk
belajar karena anjuran
Pemerintah, kebutuhan
Kongregasi, dan
kesadaran diri
Lebih mudah berbicara
daripadamendengarkan
Jarak waktu dan
kurikulum
mempengaruhi
kemampuan berpikir
Terganggu dengan
suasana kelas yang
ramai, masih gagap
menjalankan komputer
dan sangat mudah
mengantuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
- Minder
- Sudah tua
- Nilai rendah
- Hanya satu orang
teman
- Kelompok telat
- Jadwal
bertabrakan
- Umur
- Kurikulum
- Tidak mudah
memahami
- HP
- Tidak tahu
informasi
Berikutnya saya minder karena saya ini udah tua
hahaha sementara teman-teman saya barusan
lulusan SMA, masih kecil yang masih
bersemangatnya. Itu tantangan bagi saya. Saya
pernah dapat nilai C ya. Saya kadang malu di
tengah-tengah mereka untuk awal-awal masuk itu.
Maka tidak heran saya itu hanya sama satu teman
yang bisa diajak ngobrol, senda gurau.
(DA221/MPB-FGD/100-107)
Dalam kelompok jam sekian kita kumpul sementara
ada yang terlambat, akhirnya bertabrakan dengan
jadwal komunitas..ya kita harus sabar saja.
(DK221/MPB-FGD/065-068)
Lalu mereka baru tamat SMA, masih muda
dibanding dengan saya yang sudah berumur, sudah
sepuluh tahun lalu tamat SMA. Kurikulumnya juga
berbeda. Ketika dosen menerangkan saya tidak
secepat mereka menangkap, mengerti.
(DK221/MPB-FGD/068-072)
Tantangan juga ya selama kuliah itu..alat
komunikasi seperti HP. Teman punya, kita tidak
tahu informasi tidak seperti mereka. (DK221/MPB-
Merasa sudah tua dan
minder dalam pergaulan
sehingga hanya berteman
dengan satu orang, dan
kemampuan akademik
kurang
Keterlamabatan anggota
kelompok
mengakibatkan waktu
kerja kelompok
bertabrakan dengan
waktu komunitas
Perbedaan umur dan
kurikulum menyebabkan
kemampuan menangkap
dan memahami kurang
dibandingkan dengan
yang lain.
Kekurangan informasi
karenan tidak memiliki
alat komunikasi atau HP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Usaha-usaha
yang
dilakukan
menghadapi
kesulitan
Relasi dan
komunikasi
dengan
Tuhan dan
sesama
Penggunaan
waktu dan
motivasi
- Berdoa
- Tidak sendirian
- Bertanya
- Dekat dengan
teman
- Bertanya dengan
teman dan dosen
- Bijaksana
- Kreatif
- Rendah hati
bertanya
- Menggerakan
badan
- Cuci muka
FGD/073-075)
Sebagai religius, saya berdoa dan yakin saya tidak
sendirian. (DA221/MPB-FGD/124-125)
Selain itu, saya bertanya dekat dengan mereka
karena mereka punya HP, mereka tahu komputer.
(DA221/MPB-FGD/139-141)
Kalau saya tidak mengerti, maka saya tanya entah
dengan teman juga sama dosen. (DK221/MPB-
FGD/146-148)
Juga dalam perkembangan teknologi sekarang
seperti HP ketika harus buka ini atau teman-teman
mau menghubungi sulit. Saya berefleksi bahwa
memang dalam situasi seperti inilah ditantang untuk
lebih bijaksana dan tentu harus kreatif, ketika tidak
mengerti dan harus buka saat itu yaaa saya harus
rendah hati bertanya dengan teman-teman yang
punya. (DK221/MPB-FGD/148-155)
Nah, kalau udah ngantuk, saya menggerak-
gerakkan badan atau cuci muka. (DA221/MPB-
FGD/125-126)
Menghadapi kesulitan
dengan berdoa dan
merasa yakin ada orang
lain yang menolong
Berusaha mendekati dan
bertanya dengan teman
yang memiliki HP dan
pandai dengan komputer
Berusaha dengan cara
bertanya
Bijaksana dan kreatif
dalam menghadapi
kemajuan teknologi,
rendah hati bertanya
untuk mendapatkan
informasi
Melakukan gerakkan-
gerakkan dan mencuci
wajah apabila terasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
- Kesulitan
membuat kreatif
- Ada aturan
- Mengutamakan
komunitas
- Komunikasi
dengan
pemimpin
- Belajar setelah
doa malam
- Mengutamakan
hidup membiara
- Menyesuaikan
waktu
- Di rumah ikut
kegiatan
komunitas
Kesulitan membuat saya kreatif mencari cara
menghadapi tantangan. (DA221/MPB-FGD/143-
145)
Maaf ya, ini aturan dalam kongregasi kami. Jangan
sampai kamu melalaikan waktu, acara komunitas
harus duluan. Artinya, karena suster maka kita
kuliah. Kalau benar-benar tidak bisa ya..harus ijin
dengan pemimpin. Saya sendiri kalau udah
sepanjang hari kuliah pasti udah capek malam harus
belajar. kalau ada tugas saya harus berjuang. Kami
belajar malam setelah doa malam. Kalau ada
rekreasi bersama ya, jam sembilan baru bisa belajar.
(DA221/MPB-FGD/130-137)
Memang sering dikatakan pada kami kalian itu
suster yang kebetulan mahasiswa bukan mahasiswa
yang kebetulan suster. Artinya yang diutamakan
adalah hidup membiara. (DK221/MPB-FGD/156-
159)
Kadang kami di kampus seharian ya, maka ketika di
rumah ada di rumah, kegiatan apa yang ada diikuti.
Kalau doa siang tidak ikut karena ada di kampus.
(DA221/MPB-FGD/159-162)
mengantuk
Dalam kesulitan menjadi
lebih kreatif menghadapi
tantangan
Menyadari diri sebagai
religius dan anggota
kongregasi yang
memiliki peraturan perlu
mendahulukan komunitas
sebelum belajar, perlu
ada komunikasi dengan
anggota yang lain,
belajar setelah doa
malam.
Menyadari diri sebagai
religius perlu
mengutamakan hidup
rohani dari pada belajar.
Berusaha menyesuaikan
dengan waktu yang ada.
Ketika berada di rumah,
semua kegiatan
komunitas diikuti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
- Aktif
- Tiap perjuangan
ada kesulitan
Dengan kesulitan itu semua, saya jadi lebih aktif
mencari solusi. Prinsipnya setiap perjuangan pasti
ada kesulitan. (DK22/MPB-FGD/172-173)
Berpandangan
bahwasetiap perjuangan
pasti ada kesulitan.
Kesulitan memacu lebih
aktif untuk menemukan
cara menghadapi
tantangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
Lampiran 9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI