MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH...

128
MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH (ANALISIS SEMIOTIKA SOSIAL PADA KESENIAN BADENG GARUT) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: FATWA DIENUL HAQ NIM: 1112051000060 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2017 M

Transcript of MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH...

Page 1: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH

(ANALISIS SEMIOTIKA SOSIAL PADA KESENIAN BADENG GARUT)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi

Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

FATWA DIENUL HAQ

NIM: 1112051000060

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H/2017 M

Page 2: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

MAKNA TAT]IIID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAII

(ANALIflS SEMIOTIKA SOSIAL PADA KESE}TIAN BADENG GARUT)

SkripsiDiajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi

Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Fatwa Dienul HaqNIM. 1112051000060

NIP. 19771 105 200112 2 002

PROGRAM STIIDI KOMUMKASI PEI{YIARAN ISLAMFAIruLTAS ILMU DAKWAH DAII ILMU KOMT]NIKASI

LINIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATI]LLAH

JAKARTA1438H12017 M

Page 3: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

PENGESAIIAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul "Makna Tauhid Dalam Syair Kesenian Daerah

(Analisis Semiotika Sosial Pada Kesenian Badeng Garut)'o telah diujikan

dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN

syarif Hidayatullah padatanggal 12 April2017. Skripsi ini telah diterima sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sosial (S.Sos) pada program

studi Komunikasi Penyiaran Islam.

Jakarta, 12 Apil20l7

Sidang Munaqasyah

Sekertaris Merangkap Anggota

+Nip. I 9 83 06 102009 12200 I

Anggota,

Penguji II

Dr. Armawati Arbi. M.SiNip. 1 9650207 199t032002

Penguji IM

Ketua Merangkap Anggota

99403 1 00 1

Bintfn Humeira. M.Si,, NIP. 19771 1052001 t22002

994031002

Page 4: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

.....

LEMBAR PERNY AT AAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan basil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S 1) di Universitas

Islam Negri (UIN) SyarifHidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negri (UIN)

Syari'fHidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil asli karya saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 10 April2017

Fatwa Dienul Haq

Page 5: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

i

ABSTRAK

FATWA DIENUL HAQ NIM : 1112051000060 MAKNA TAUHID DALAM SYAIR

KESENIAN DAERAH (ANALISIS SEMIOTIKA SOSIAL PADA KESENIAN BADENG

GARUT) Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1438 H/2017 M.

Kekayaan Indonesia salah satunya adalah beragamnya suku bangsa dan bahasa. Bahasa

dan budaya tidak hanya sebagai alat untuk berkomunikasi dengan satu sama lainnya, akan tetapi

juga digunakan sebagai alat menyebarkan kebaikan. Seperti yang dilakukan Sunan Kalijaga.

Beliau merupakan salah satu walisongo yang menggunakan pendekatan kebudayaan untuk

menyebarkan agama Islam. Salah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang

berbahasa daerah atau bahasa penduduk lokal. Perlu diketahui bahwa ada penyebar agama Islam

yang menggunakan cara yang sama dengan Sunan Kalijaga. Kesenian Badeng yang ada di desa

Sanding kecamatan Malangbong kabupaten Garut dulunya merupakan kesenian yang juga

digunakan sebagai alat dalam menyebarkan agama Islam. Kandungan dalam Syair perlu diteliti

lebih lanjut agar masyarakat awam mengerti dan memahami maksud dan tujuan dari kesenian

Badeng ini.

Syair dari kesenian Badeng ini menggunakan bahasa Sunda.Hal ini merupakan salah satu

kendala sulitnya kesenian Badeng ini dikenal oleh masyarakat luas. Tidak semua masyarakat

mengerti bahasa Sunda. maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut agar syair dapat dimengerti

oleh orang awam. Sedangkan tauhid merupakan salah satu ajaran pertama yang dilakukan oleh

para Rasul kepada umatnya. Maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana

makna teks dan makna tauhid dalam syair kesenian badeng dilihat dari segi medan wacana,

pelibat wacana, dan sarana wacana.

Maka metode penelitian yang digunakan adalah analisis teks dengan pendekatan analisis

semiotika sosial dari M.A.K Halliday. Analisis dengan menggunakan semiotika sosial dapat

membantu memahami teks dengan sebaik-baiknya. Hal ini dikarenakan teks dilihat dari segi

konteksnya. Dalam melihat konteksnya ini, dibantu dengan tiga konsep didalamnya yaitu medan

wacana, pelibat wacana, dan sarana wacana. Karena teks dilihat dari segi konteksnya, maka

secara tidak langsung dapat diketahui seberapa jauh teks itu menggambarkan kondisi atau situasi

tertentu. Oleh karena itu, analisis semiotika sosial cocok digunakan dalam meneliti syair dari

kesenian Badeng.

Dari hasil penelitian penulis, berdasarkan analisis semiotika yang menjadi medan

wacana dalam syair kesenian Badeng yaitu agar masyarakat desa Sanding percaya kepada

keberadaan Allah SWT dan Nabi Muhammad. Terdapat juga nasihat dan anjuran untuk

mengamalkan beberapa ajaran Islam. Adapun yang menjadi pelibat wacana yaitu nabi

Muhammad sebagai utusan Allah yang membawa ajaran agama Islam, masyarakat desa Sanding

serta sosok Kyai yang menjadi panutan. Adapun Sarana wacananya adalah kesenian Badeng itu

sendiri, serta syair menggunakan berbagai gaya bahasa dengan dominasi majas penegasan.

Penegasan untuk mempercayai Allah. Dalam makna teks Syair terdapat unsur-unsur dari

komunikasi intrapribadi dan antarpribadi. Kemudian terdapat tiga konsep tauhid dalam syair

kesenian Badeng. Ketiga konsep itu adalah tauhid ulluhiyah, tauhid rubbubiyah, dan tauhid

asma’ wa ash-shifat.Setelah dipahami makna dari syairnya, diharapkan kesenian Badeng lebih

dikenal luas dan patut untuk dibanggakan.

Kata Kunci: Kesenian, Badeng, Syair, Semiotika Sosial, Budaya, Bahasa.

Page 6: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

ii

KATA PENGANTAR

بسم ميحرلا نمحرلا هللا

Puji syukur kepada Allah Tuhan Seru Sekalian Alam.Tidak ada kata yang pantas kecuali

pujian yang terus dilafalkan oleh lisan dan tidak ada perbuatan baik dan perbuatan ketaatan

kecuali tertuju hanya kepada-Nya. Hanya Dialah yang pantas dipuji dan hanya Dialah yang

pantas disembah, kepada-Nya pula hamba memohon pertolongan, sehingga penulisan karya

ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik.

Sholawat serta salam kepada “legislator” yang tidak ada tandingannya, membuat hukum

dengan kemaslahatan yang mengelilinginya, menegakkan hukum dengan penuh kebersihan akal

dan jiwa sehingga setiap keputusan sesuai tidak ada yang menentangnya. Semoga sholawat dan

salam menolong hamba pada saat penghakiman di akhirat kelak, serta memberikan atsar

semangat dan keteguhan dalam perjuangan penulis dalam menegakkan hukum di kehidupan

sehari-hari hamba.

Penulisan skripsi ini bukanlah akhir dari studi dari penulis lakukan mudah-mudahan

penulis akan terus melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi lagi. Tidak lupa, penulis juga

menyampaikan terimakasih kepada orang-orang yang turut membimbing, mendidik, membantu

dan mendewasakan penulis, yang terhormat:

1. Dr. Arief Subhan, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan jajarannya serta seluruh

civitas akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Teima kasih atas

segala bantuan, bimbingan dan arahannya selama ini.

2. Bintan Humeira, M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah membimbing penulis

dalam penulisan Skripsi sampai penulisan skripsi ini selesai.

3. Drs. S. Hamdani, MA sebagai dosen pembimbing akademik yang tidak bosan

mensuport sejak penulis memulai pendidikan di UIN SyarifHIdayatullah Jakarta.

4. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi yang telah mendidik

dan memberikan ilmu-ilmu selama masa perkuliahan.

5. Kepada seluruh Staff Perpustakaan Utama dan Fakultas yang sudah menyediakan

buku-buku ajar selama masa perkuliahan.

6. Ayahanda Eye Sutarya Putra S.Pd, dan Ibunda Hayati yang sangat menanti kelulusan

ini.

Page 7: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

iii

7. Keluarga besar Kakek Akhyar dan Kakek Eman yang telah dan selalu memberikan

kehangatan keluarga.

8. Eka Saptawati dan Dodi Asmara sebagai kakak sekaligus bapak dan ibu kost yang

selalu mensuport dari awal perkuliahan sampai hari-hari perjuangan penulisan skripsi

ini.

9. Teman dari kecil hingga sekarang; Kong, Kokos, Didu, Banol, Badut dan Amus.

10. Teman, sahabat sekaligus keluarga seperjuangan sebagai mahasiswa rantau, terbentuk

oleh ikatan alumni Darul Aqram yang menetap dilingkungan udara panas jakarta

khususnya ciputat; Ogna, Ferizqo, Mim, Afrijal, Ghilman, Fatur, AF, Hilal, Lukman,

dan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

11. Kawan seperjuangan di kelas KPI B 2012 (WEAK).

12. Ucapan terima kasih yang spseial untuk zaky Fachrul dan fitri Karimadhani yang

membantu penulisan skripsi.

13. Masyarakat Sanding, Malangbong, Garut yang memiliki tempat sebagai lahirnya

sejarah dari kesenian Badeng.

Akhirnya penulis sampaikan terimakasih kepada seluruh pihak yang tidak dapat penulis

tuliskan, semoga doa dan harapan kita semua dikabulkan-Nya, Amiin.

Jakarta, 10 April 2017

Penulis,

Fatwa Dienul Haq

Page 8: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK............................................................................................................................

KATA PENGANTAR.........................................................................................................

DAFTAR ISI........................................................................................................................

I

ii

iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..........................................................................................

B. Pembatasan Masalah.................................................................................

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.................................................................

D. Metodologi Penelitian...............................................................................

E. Kerangka Konsep......................................................................................

F. Tinjauan pustaka.......................................................................................

G. Sistematika Penulisan...............................................................................

1

7

8

8

13

14

16

BAB II LANDASAN TEORI

A. Analisis Semiotika....................................................................................

B. Teori Analisis Semiotika Sosial M.A.K Halliday.....................................

C. Konsep Tauhid..........................................................................................

D. Gaya Bahasa..............................................................................................

18

25

32

36

BAB III GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Kesenian Badeng.........................................................................

B. Tokoh Penggarap Kesenian Badeng.........................................................

C. Alat dan Syair Kesenian badeng...............................................................

D. Profil Desa Sanding..................................................................................

46

48

49

50

Page 9: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

v

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Makna Teks syair Kesenian Badeng...........................................

B. Analisis semiotika Sosial dalam Syair Kesenian Badeng.........................

C. Analisis Makna Tauhid dalam Syair Kesenian Badeng ..........................

52

74

87

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan...............................................................................................

B. Saran........................................................... .............................................

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

93

94

Page 10: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wali Songo dikenal sebagai penyebar agama Islam di Indonesia terutama di

pulau Jawa. Dalam menyiarkan agama Islam, sebagian besar dari wali-wali

tersebut pada umumnya dilakukan dengan cara mendirikan pesantren-pesantren

atau padepokan. Hal ini ditujukan agar pesantren tersebut dapat dijadikan sebagai

pusat pendidikan. Dengan demikian para santri yang berasal dari luar daerah tidak

perlu untuk pulang pergi dari tempat asal ke padepokan. Hal ini tentu saja cukup

mendorong bagi perkembangan Islam di tanah Jawa.1

Wali Songo yang menyebarkan agama Islam dengan menggunakan

pendekatan budaya yaitu Sunan Kalijaga. Proses Islamisasi melalui pendekatan

budaya oleh Sunan Kalijaga dilakukan dalam tiga wujud kebudayaan. Yakni

dalam bentuk ide, dalam bentuk lagu dan dalam bentuk materi.2 Dalam bentuk

lagu atau aktivitas ini dapat dilihat dari adanya tembang-tembang Jawa.

Perlu diketahui bahwa tidak hanya Sunan Kalijaga saja yang menyebarkan

Islam dengan menggunakan pendekatan budaya. Kesenian Badeng yang berada di

Kampung Sanding, Kecamatan Malangbong, Kabupaten Garut dulunya digunakan

sebagai media untuk dakwah dalam penyebaran agama Islam. Maka berdasarkan

hal tersebut isi dalam syair ini pantas di teliti terutama tentang makna tauhid.

1Syaiful M Solikin. “Metode Dakwah Sunan Kalijaga dalam Proses Islamisasi di Jawa,”

artikel diakses pada 11 November 2016 dari http://www.e-jurnal.com/2015/04/metode-dakwah-

sunan-kalijaga-dalam.html. pukul 15.28. 2Solikin. “Metode Dakwah Sunan Kalijaga dalam Proses Islamisasi di Jawa.”

Page 11: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

2

Karena tauhid merupakan hal mendasar dan yang pertama diajarkan oleh para

Nabi kepada umatnya.

Kesenian tradisional Badeng diciptakan pada tahun 1800 yaitu di jaman

Para Wali. Kesenian ini mula-mulanya diciptakan oleh seorang tokoh penyebar

agama Islam bernama Arfaen Nursaen yang berasal dari daerah Banten. Arfaen

kemudian menetap di Kampung Sanding, Kecamatan Malangbong, Kabupaten

Garut, beliau dikenal masyarakat disana dengan sebutan Lurah Acok. Arti dari

nama “Badeng” yaitu berasal dari kata Bahadrang yang berarti musyawarah,

berunding dengan suatu alat kesenian. Badeng adalah suatu jenis kesenian sebagai

media untuk menyebarkan agama Islam pada waktu itu.3 Alat –alat dari kesenian

Badeng terdiri dari dua buah angklung kecil bernama roel, dua buah dogdog

lonjor, dan tujuh buah angklung agak besar.

Kesenian Badeng ini merupakan kesenian yang memadukan bunyi yang

keluar dari alat yang terbuat dari bambu, sehingga mengeluarkan irama musik.

Ditambah nyanyian-nyanyian yang beriramakan sunda buhun dan arab atau

solawatan. Sunda buhun merupakan bahasa yang biasa digunakan oleh para

leluhur. Kuntowijoyo mengungkapkan bahwa kesenian yang didalamnya terdapat

solawatan ada semenjak masuknya Islam. Menurutnya, dalam catatan-catatan

semua jenis kesenian dimasukan kedalam seni terbangan atau solawatan,

barangkali karena unsur terbang sebagai instrumen musik dikenal sejak masuknya

islam di indonesia, dan kemudian menjadi ciri khas bagi seni musik Islam.4

Berdasarkan hal tersebut maka bisa dipastikan bahwa kesenian Badeng ini

3Wawan Somarwan. “Kesenian Tradisional Kabupaten Garut,” artikel diakses pada 11 Juni

2016 dari http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbbandung/2015/05/29/kesenian-tradisional-

kabupaten-garut/. pukul 15.28. 4Kuntowijoyo, Tema Islam Dalam pertunjukan Rakyat Jawa: Kajian Aspek Sosial.

Keagamaan, dan Kesenian (Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1986), h. 11.

Page 12: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

3

merupakan kesenian Islam. Diperkuat dengan penjelasan Nanang Rizali yang

menyatakan bahwa karya seni yang bernafaskan Islam mengandung makna

simbolik kesaksian La illaha ilallah, muhammadarusulullah, dengan muatan

kebenaran, kebaikan, dan keindahan.5 Dalam syair kesenian ini jelas bahwa

kesaksian simbolik yang dimaksud Nanang tercantum dengan jelas. Oleh karena

itu, tidak mengherankan apabila sejarah dari kesenian ini dipercaya sebagai media

yang digunakan untuk berdakwah karena termasuk dari kesenian Islam.

Saat ini kesenian Badeng masih ada di Kampung Sanding dan digunakan

sebagai alat hiburan. Diantaranya seperti penyambutan tamu-tamu besar, perayaan

nikahan, dan khitanan. Hal ini termasuk dalam salah satu ciri seni, yaitu sebagai

hiburan untuk kebutuhan hidup manusia. Seni dan hiburan merupakan kebutuhan

hidup manusia, baik manusia sebagai individu maupun kelompok masyarakat.

Karena cara, jiwa dan keyakinan berbeda-beda, maka sudah barang tentu corak,

macam dan ragamnya bentuk seni dan hiburannya pun bermacam-macam pula.

Sesuai dengan lingkungan masyarakatnya.6 Syair kesenian Badeng adalah salah

satu corak atau ciri khas dari kesenian ini. Syair ini menggunakan bahasa sunda,

yang merupakan bahasa Ibu di Jawa Barat, khususnya masyarakat lingkungan

disekitar kampung Sanding.

Selain dari adanya dokumen tentang kesenian Badeng, syair yang ada dalam

kesenian Badeng ini juga masih terjaga secara turun temurun melalui hafalan. Hal

ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Marcel Danesi. Seiring dengan

berkembangnya media cetak, budaya lisan kuno mengabadikan sejarah

5Nanang Rizali, “Kedudukan Seni dalam Islam,” Tsaqafa, Jurnal Kajian Seni dan Budaya

Islam Vol 1, no. 1 (Juni 2012): h. 7. 6Kuntowijoyo, Tema Islam Dalam pertunjukan Rakyat Jawa: Kajian Aspek Sosial.

Keagamaan, dan Kesenian, h. 23.

Page 13: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

4

kebudayaan dan tradisi mereka melalui komunikasi wicara. Yaitu dengan cara

penyampaian kisah, lagu-lagu, dan kata-kata bijak –seperti yang terjadi pada

kelompok-kelompok suku zaman modern. Dengan mengisahkan kembali cerita

yang didengarkan satu sama lain, manusia meneruskan semua yang mereka

ketahui dan mereka anggap bernilai ke generasi-generasi berikutnya. Meskipun

setiap kali kisah akan berubah sesuai dengan si pendongeng, „sistem pengetahuan‟

pokok budaya tersebut tetap saja bertahan, ketika gagasan, nilai, keahlian dasar

diteruskan dengan cara yang sama seperti yang dilakukan sekarang oleh para

orang tua kepada anak-anaknya yang belum melek huruf –dengan bertutur.7

Dalam nyanyian pertama syair kesenian Badeng menggunakan bahasa

arab, yang isinya berupa tahlil dan merupakan kalimat tauhid. Nyanyian kedua

menggunakan bahasa sunda, isinya nasihat untuk mengamalkan salah satu sunnah

Rasul. Nyanyian ketiga menggunakan bahasa arab, isinya shalawat kepada nabi

Muhammad SAW. Nyanyian keempat menggunakan bahasa sunda yang berupa

seruan, dan yang kelima isinya berupa nasihat.

Perlu diketahui bahwa metode penilitian komunikasi kualitatif dapat

dikelompokan menjadi dua bagian. Hasyim dalam jurnalnya membaginya kepada

field research dan discourse analysis.8 Dalam kategori field research diantaranya

masuk penelitian yang menggunakan pendekatan Studi Kasus, Fenomonologi,

Grounded Theory, Etnometodologi, Etnografi Biografi, Historical Social Science,

Clinical Research, dan Cultural Studies. Sedangkan discourse analysis terbagi

lagi menjadi dua bagian yaitu analisis teks dan analisis wacana kritis (CDA).

7Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media. Penejemah A.Gunawan

Admiranto (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), h. 66. 8Hasyim Ali Imran, “Semiotika Sosial Sebagai Alat Analisis Teks dalam Penelitian

Komunikasi Kualitatif,” INSANI, Volume I No. 1 (Desember 2014): h. 2.

Page 14: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

5

Dalam analisis teks didalamnya menggunakan penedekatan penelitian Semiotika;

Marxis; Framing; Semiotika Sosial (M.A.K Halliday; Theo Van Lewin). Dalam

analisis wacana kritis bisa menggunakan pendekatan dari Nomran fairclough atau

Ruth Wodak.

Kategori yang disusun oleh Hasyim memperjelas bagaimana metode

penelitian yang akan digunakan agar relavan untuk diterapkan dalam penelitian.

Agar metode yang diterapkan sesuai, syair yang berupa teks dalam penelitan ini

akan dianalisis menggunakan metode semiotika sosial M.A.K Halliday. Halliday

dan Hasan memberikan batasan pada kajian semiotika bukan hanya sekedar tanda,

akan tetapi sebagai sistem tanda. Dengan kata lain sebagai suatu kajian tentang

„makna‟ dalam artinya yang paling umum. Tidak hanya sampai disitu, mereka

menambahkan bahwa “... Ilmu bahasa, dengan demikian, merupakan suatu jenis

dari semiotika. Ilmu bahasa adalah satu segi kajian tentang makna ...”9

Halliday memberikan batasan budaya sebagai sistem semiotik dan sebagai

seperangkat sistem makna, yang semuanya saling berhubungan. Selain itu,

Halliday dan Hasan mencoba menghubungkan bahasa terutama dengan satu segi

tertentu dari pengalaman manusia, yaitu segi struktur sosial.10

Selanjutnya,

Semiotika menurut Halliday lebih ditekankan pada produk, poses, dan sistem,

bukan pada partisipan dalam aktivitas semiotika. Acuan situasi (reference of

situation) memberikan suatu kekuatan terhadap timbulnya makna.11

Makna yang

dimaksud adalah ada hubungannya dengan subjek dan objek kongkrit, yang tidak

9M.A.K Halliday dan Hasan. Bahasa, Konteks, dan Teks: Aspek-Aspek Bahasa dalam

Pandangan Semiotika Sosia. Penerjemah Barouri Tou (Yogyakarta: Gajah Mada University Press,

1992), h. 4. 10

Halliday dan Hasan. Bahasa, Konteks, dan Teks: Aspek-Aspek Bahasa dalam Pandangan

Semiotika Sosial, h. 5. 11

Sawirman, “Memposisikan Frame Cultural Studies,” Linguistika Kultural, Vol. 02,

No.02 (November 2008): h. 99.

Page 15: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

6

bisa diuraikan kecuali berdasarkan seperangkat hubungannya dengan struktur

sosial yang dimaksud di atas.

Selain itu, Halliday menyatakan bahwa bentuk semiotika paling kecil yang

memiliki eksistensi konkret adalah pesan. Dalam studi komunikasi verbal, istilah

semiotika yang sering dipakai Halliday adalah teks dan wacana. Teks mengacu ke

suatu struktur pesan yang utuh dan memiliki satu kesatuan makna. Perlu di garis

bawahi bahwa pandangan dari semiotika sosial ini adalah kajian teks yang

termasuk didalamnya juga konteks. Halliday menyebut konteks sebagai

lingkungan teks. Dalam bahasan umum kami, kami akan memusatkan perhatian

pada bidang khusus yang dalam ilmu bahasa disebut teks, tetapi selalu dengan

tekanan pada situasinya sebagai konteksnya tempat naskah itu terbentang dan

harus ditafsirkan.12

Kesenian Badeng merupakan suatu produk yang lahir karena budaya dan

memiliki sejarah. Syair atau teks dalam kesenian ini menggunakan bahasa Sunda,

menjadi satu ciri bahwa kesenian ini terlahir dari bumi Pasundan yang harus

dibanggakan serta dilestarikan. Syair ini tercipta karena ada sesuatu hal yang

terjadi, maka hal ini masuk dalam „konteks‟ seperti yang dikemukakan Halliday

dan Hasan. Dengan analisis semiotika sosial dapat terlihat seberapa jauh teks

menggambarkan sesuatu yang terjadi, maka makna dari suatu teks akan terlihat.

Hal ini yang menjadikan kenapa makna tauhid yang diambil dalam penelitian ini.

Analisis teks menggunakan pendekatan analisis dari M.A.K Halliday dapat

membantu mengetahui teks seutuhnya, yaitu membantu memahami makna dari

bahasa tertentu yaitu bahasa Sunda. Halliday memandang bahwa tidak semua teks

12

Halliday dan Hasan. Bahasa, Konteks, dan Teks: Aspek-Aspek Bahasa dalam Pandangan

Semiotika Sosial, h. 6.

Page 16: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

7

dapat dipahami atau dimaknai oleh orang luar selain dimana teks itu digunakan,

kecuali jika kita mengetahui konteksnya seperti apa. Inilah yang dimaksud

Halliday sebagai pertukaran makna. Selain itu juga, dalam penelitian ini, akan

dibahas mengenai tauhid yang merupakan dasar dari agama terutama Islam.

Karena, secara implisit, Halliday berpesan bahwa teori semiotika sosial berpegang

pada asumsi bahwa teks menghasilkan makna dan efek seperti yang diharapkan

pengarangnya.13

Berdasarkan hal-hal di atas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul

penelitian “Makna Tauhid dalam Syair Kesenian Daerah (Analisis Semiotika

Sosial pada Kesenian Badeng Garut)”.

B. Pembatasan Masalah

Pembatasan ini dilakukan agar pembahasan masalah tetap fokus, serta tidak

melebar dan meluas ke dalam hal-hal yang terlalu menyimpang, apalagi tidak ada

kaitannya dengan pembahasan ini. Maka penelitian ini hanya akan membahas

tentang Makna tauhid yang terkandung dalam syair Kesenian Badeng.

Adapun perumusan masalahnya sebagai berikut:

1. Bagaimana makna teks dalam syair kesenian Badeng?

2. Bagaimana syair Kesenian Badeng dilihat dari segi semiotika sosial model

M.A.K Halliday?

3. Bagaimana makna tauhid dalam syair Kesenian Badeng?

13

Sawirman, “Memposisikan Frame Cultural Studies,” h. 100-101.

Page 17: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui makna teks dalam syair kesenian Badeng.

2. Mengetahui syair Kesenian Badeng dilihat dari segi semiotika sosial

model M.A.K Halliday.

3. Mengetahui makna tauhid dalam syair Kesenian Badeng.

a. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperdalam makna teks,

melihat apakah sebuah syair atau lirik dari nyanyian Kesenian Badeng dapat

dianalisis dengan dengan metode analisis semiotika sosial M.A.K Halliday, dan

memperdalam makna tauhid dalam syair.

b. Manfaat praktis

Penelitiaan ini diharapkan dapat membantu dalam memahami syair bagi

masyarakat sekitar desa Sanding maupun masyarakat luas. Dapat menjaga

kelestarian kebudayaan sunda khusunya Kesenian Badeng serta dapat lebih

dikenal luas oleh masyarakat. Selain itu, menjaga kelestarian dari bahasa Sunda

yang merupakan bahasa Ibu dari daerah Garut, Jawa Barat.

D. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan dan Paradigma Penelitian

Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini merupakan paradigma

penelitian konstruktivisme. Paradigma ini merupakan paradigma yang longgar,

serta tidak terlalu mementingkan tahap penelitian.14

Perspektif konstruktivis yang

14

Deddy Mulyana dan Solatun. Metode Penelitian Komunikasi (Bandung: Remaja Rosda

Karya, 2008), h. 341.

Page 18: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

9

digunakan dalam penelitian ini menuntun peneliti dalam mengasumsi bahwa

persepsi manusia global terhadap Islam dibangun dari kesadaran akan adanya

nilai-nilai yang memandu manusia untuk mendefinisikan realitas kultural

keIslaman. Individu memahami sesuatu, melekatkan makna pada peristiwa

tertentu, dan berusaha menjalani realitas keseharian kita berdasarkan nilai-nilai

yang kita yakini –entah disadari atau tidak.15

2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ialah metode analisis semiotika

sosial dengan pendekatan kualitatif. Analisis semiotika sosial merupakan salah

satu bentuk alternatif untuk menganalisis teks dalam media.

Pada penelitian ini, peneliti mengggunakan model analisis Semiotika Sosial

M.A.K Halliday. Teori analisis semiotika sosial Halliday merupakan model

analisis semotika yang digunakan untuk menganalisa tanda dalam bentuk teks.

Ciri khas dari analisis smiotika sosial Halliday menyangkut interaksi berbagai

tanda di dalam medan tanda, dengan sejumlah pelibatnya, dalam sarana wacana.

3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah tokoh yang terlibat kesenian Badeng yaitu

Udin Holidin, Mumu Syafe‟i, Wawan Somawan dan masyarakat Kampung

Sanding, Kecamatan Malangbong, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Sedangkan yang

menjadi objek penelitian ini adalah lima syair kesenian Badeng.

4. Tahapan Penelitian

Prosedur penelitian terdiri dari mengumpulkan data, mengolah data,

menganalisa data dan teknik penulisan.

15

Deddy dan solatun, Metode Penelitian Komunikasi, h. 341.

Page 19: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

10

a. Mengumpulkan data

Penelitian ini menggunakan berbagai instrumen, yaitu:

1) Wawancara

Mengadakan wawancara mendalam atau depth interview. Dimana

mendapatkan informasi dan data yang dibutuhkan dengan cara melakukan

wawancara langsung kepada orang-orang yang berhubungan dengan

penelitian. Dalam hal ini wawancara digunakan guna melengkapi data-data

yang dibutuhkan dalam penelitian. Pada penelitian ini peneliti

menggunakan wawancara tak terstruktur atau bersifat fleksibel.16

Hal ini

bertujuan untuk memberikan kebebasan kepada narasumber dalam

menjawab pertanyaan yang diberikan namun tetap terarah pada masalah

yang diangkat.

2) Dokumentasi

Yakni dengan mencari data berupa buku, catatan, arsip, dan

sebagainya yang berkaitan dengan kesenian Badeng, terutama mengenai

makna pesan dalam syair kesenian badeng yang sangat dibutuhkan sebagai

pendukung hasil wawancara.

3) Studi Pustaka

Mencari sumber data yang berhubungan dengan makna tauhid,

syair, dan analisis semiotika sosial.

b. Pengolahan Data

Data yang di dapat kemudian diolah dan dimasukan kedalam tabel.

16

Rusdi Pohan, Metodologi Penelitian Pendidikan (Yogyakarta: Lanarka, 2007), h.58.

Page 20: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

11

c. Analisa Penelitian

Dalam penelitian ini, temuan dianalisis dengan teknik analisis yang

digunakan oleh peneliti adalah model analisis semiotika sosial M.A.K

Halliday. Pada umumnya ada tiga jenis masalah yang hendak diulas dalam

analisis semiotika.

Pertama, membahas masalah makna (the problem of meaning),

yaitu tentang bagaimana orang memahami pesan. Kedua, masalah

tindakan (the problem of action) atau pengetahuan tentang bagaimana

memperoleh sesuatu melalui pembicaraan. Ketiga, masalah koherensi

(problem of coherence), yang menggambarkan bagaimana memperoleh

pola pembicaraan masuk akal (logic) dan dapat dimengerti (sensible).17

Dalam semiotika sosial, ada tiga unsur yang menjadi pusat

penafsiran teks secara kontekstual, yaitu :18

1) Medan Wacana (field of discourse): Menunjuk pada hal yang

terjadi pada tindakan sosial yang sedang berlangsung dan apa

yang dijadikan wacana oleh pelaku (tokoh Kesenian Badeng dan

masyarakat Kampung Sanding) mengenai sesuatu yang terjadi

di lapangan peristiwa.

2) Pelibat wacana (tenor of discourse): Menunjuk pada orang

kedua yang mengambil bagian dan dicantumkan dalam teks

(syair Kesenian Badeng); sifat orang-orang itu, kedudukan dan

17

Alex Sobur, Analisis Teks Media : Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis

Semiotika, Analisis Framing (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), h. 148. 18

Alex Sobur, Analisis Teks Media : Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis

Semiotika, Analisis Framing, h.148.

Page 21: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

12

peranan mereka. Dengan kata lain, siapa yang dikutip dan

bagaimana sumber itu digambarkan sifatnya.

3) Sarana Wacana (mode of discourse): Menunjuk pada bagian

yang diperankan oleh bahasa: bagaimana komunikator (syair

kesenian Badeng) menggunakan gaya bahasa untuk

menggambarkan medan (situasi lingkungan masyarakat

Kampung Sanding) dan pelibat (tokoh-tokoh yang berperan

dalam Kesenian Badeng dan masyarakat Kampung Sanding).

Lalu mengenai organisasi simbolik teks, apakah menggunakan

bahasa yang diperhalus atau vulgar dan sebagainya.

d. Teknik Penulisan

Teknik penulisan dalam penelitian ini mengacu kepada buku

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang

diterbitkan oleh Center for Development and Assurance (CeQDA) tahun

2007, Uniesitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.19

19

Hamid Nasuhi, dkk., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Jakata: CeQDA UIN, 2007).

Page 22: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

13

E. Kerangka Konsep

Tauhid adalah orang yang menganggap atau menjadikan adanya sesuatu

(apa saja) itu hanya satu.20

Tauhid menurut istilah, adalah beriman kepada

keberadaan Allah, mengesakan-Nya dengan Rububiyah dan uluhiyah, serta

beriman kepada semua asma‟ dan sia-sifatNya.21

Para ulama dari kalangan salaf

ulama telah menyebutkan tiga macam tauhid yaitu tauhid ulluhiyah, tauhid

rubbubiyah dan tauhid asma‟ wa ash-shifat.

Semiotika sosial merupakan alternatif untuk mengkaji teks. Dalam

semiotika sosial, ada tiga unsur yang menjadi pusat penafsiran teks secara

kontekstual, yaitu: Medan wacana, menunjuk pada hal yang terjadi pada ranah

pengalaman. pelibat wacana, menunjuk pada orang kedua yang mengambil bagian

dan dicantumkan dalam teks. Kemudian sarana wacana, menunjuk pada bagian

yang diperankan oleh bahasa.

20

Abu Haniefah. Tauhid Khalis (Garut: Pondok Pesantren Darul Arqam, 1988), h. 11. 21

Abdullah bin Abdul, Cara Mudah Memahami Aqidah (Jakarta: pusttaka at-tazkia, 2007),

h. 21.

Makna tauhid menurut Islam

Makna syair kesenian Badeng

Semiotika sosial model M.A.K

Halliday

1. Medan wacana

2. Pelibat wacana

3. Sarana wacana

Page 23: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

14

F. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan tinjauan pustaka yang dilakukan oleh peneliti di perpustakaan

umum Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, terdapat beberapa

penelitian skripsi terdahulu yang berkaitan. Tujuan dari tinjauan pustaka ini untuk

menghindari adanya plagiasi dan bisa jadi bahan referensi peneliti. Beberapa

penelitian terdahulu yang berkaitan diantaranya:

Representasi Dakwah Melalui Sejarah Islam (Analisis Semiotika Sosial

Buku Mengenal Islam for Beginners Karya Ziauddin Sardar) oleh Inda

Nurshadrina, mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2014. Persamaannya yakni terletak pada pendekatan dan metode

penelitian yang digunakan, yakni pendekatan kualitatif dan metode analisis

semiotika M.A.K Halliday. Perbedaannya terletak pada objek dan judul penelitian.

Penelitian ini membahas mengenai cara penyajian wacana tentang sejarah islam

dan menjelaskan bagaimana penulis buku merepresentasikan dakwah melalui teks

sejarah islam.22

Representasi Budaya Betawi dan Religiusitas Islam dalam BENS Radio

(Analisis Semiotika Sosial M.A.K Halliday Program Acara Nasi Ulam (Nasihat

Ulama)) oleh Syifa Fauziah, mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam,

konsentrasi jurnalistik, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas

Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012. Persamaannya yakni terletak pada

pendekatan dan metode penelitian yang digunakan, yakni pendekatan kualitatif

dan metode analisis semiotika M.A.K Halliday. Perbedaannya terletak pada objek

22

Inda Nurshadrina, “Representasi Dakwah Melalui Sejarah Islam (Analisis Semiotika

Sosial Buku Mengenal Islam for Beginners Karya Ziauddin Sardar)”, Skripsi Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakata, (2014).

Page 24: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

15

dan judul penelitian. Penelitian ini membahas mengenai isi pesan yang terkandung

dalam dalam program acara Nasi Ulam dan Batavian di Bens Radio dengan

menggunakan pendekatan analisis semiotika sosial M.A.K Halliday, dan

menjelaskan bagaimana bentuk representasi budaya dan religiusitas Islam dalam

program tersebut. 23

Dinamika Fungsi Syair Gulong Sebagai Khasanah Sosial dan Seni

Masyarakat Melayu Kalimantan Barat 1970-1990 oleh Zulfian Rahman,

mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2016.

Persamaan dalam skripsi ini yakni mengkaji mengenai syair dalam kesenian

daerah. Perbedaannya yaitu terletak pada pendekatan dan teori yang digunakan

dalam penelitian. Dalam skripsi ini, dijelaskan bagaimana syair terjaga secara

turun temurun, serta syair yang digunakan sebagai medium bagi aspirasi, inspirasi

dan kritik masyarkat lokal.24

Konsttruksi realitas Sosial Masyarakat Mandar pada Syair Passayang –

Sayang di Kabupaten Polewali Mandar (Analisis Semiotika) oleh Cici

Fakhrunnisa Sofyan, mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi, Fakulttas Ilmu Sosial

dan Ilmu Polittik Universitas Hassanudin Makasar, 2016. Persamaan dalam

skripsi ini yaitu terletas pada objek yang sama meneliti tanda dari syair budaya

lokal. Pebedaannya terletak pada teori yang digunakan. Skripsi ini menggunakan

teori semiotika Roland Barthes. Hasil dari skripsi ini menunjukkan bahwa, dalam

syair Passayang –sayang terdapat nilai dan karakter yan dimiliki oleh masyarakat

23

Syifa Fauziah, “Representasi Budaya Betawa dan Religiusitas Islam dalam BENS Radio

(Analisis Semiotika Sosial M.A.K Halliday Program Acara Nasi Ulam (Nasihat Ulama))”, Skripsi

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakata, (2012). 24

Zulfian Rahman, “Dinamika Fungsi Syair Gulong Sebagai Khasanah Sosial dan Seni

Masyarakat Melayu Kalimantan Barat 1970-1990”, Skripsi Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sebelas Maret Surakarta, (2016).

Page 25: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

16

Mandar. Yaitu nilai dan karakter pemimpin, saling mengasihi serta karakter

religious.25

Kajian Struktur, Formula, dan Fungsi Syair-Syair Kesenian Hadrah

Kuntulan dalam Masyarakat Using Banyuwangi oleh Andini Yuliandari,

mahasiswi Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universittas Jember, 2011.

Persamaan dalam skripsi ini yaitu sama-sama mengkaji tentang syair dari

kesenian daerah. Perbedaannya terletak pada pendekatan dan teori yang

digunakan. Dalam skripsi ini lebih dibahas mengenai struktur dari syair,

fomulanya dan fungsinya. Sedangkan penulis mengkaji makna dari syair.26

.

G. Sistematika Penulisan

Dalam rangka mempermudah tahap demi tahap penulisan karya ilmiah ini,

maka penulis menyusunnya ke dalam lima bab. Setiap bab diuraikan lagi menjadi

sub-sub bab, namun pada akhirnya selalu dotemui keterkaitan antar bab.

Bab I. Pendahuluan, membahas tentang pendahuluan yang melatarbelakangi

penelitian ini dan batasan penelitian yang meliputi: Latar belakang masalah,

batasan dan rumuan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penlitian, dan

sistematika penulisan.

Bab II. Landasan Teoritis, membahas landasan teori menguraikan beberapa hal

yang menyangkut pembahasan dalam penelitian ini.

25

Cici Fakhrunnisa Sofyan, “Konsttruksi realitas Sosial Masyarakat Mandar pada Syair

Passayang – Sayang di Kabupaten Polewali Mandar (Analisis Semiotika)“,Skripsi, Fakulttas Ilmu

Sosial dan Ilmu Polittik Universitas Hassanudin Makasar, (2016). 26

Andini Yuliandari, “Kajian Struktur, Formula, dan Fungsi Syair-Syair Kesenian Hadrah

Kuntulan dalam Masyarakat Using Banyuwangi” Skripsi Fakultas Sastra Universitas Jember,

(2011).

Page 26: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

17

Bab III. Gambaran Umum, pada bab ketiga ini difokuskan terhadap gambaran

umum objek penelitian yakni kesenian badeng.

Bab IV. Temuan dan Analisis Hasil Data Penelitian, membahas menganai

analisa hasil temuan data, menejelaskan makna tauhid yang terkandung dalam

syair kesenian Badeng.

Bab V. Penutup, pada bab kelima, peneliti memberikan kesimpulan terhadap

hasil penelitian, serta memberikan saran-saran dan beberapa lampiran yang

didapat oleh penulis.

Page 27: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

18

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Analisis Semiotika

Dalam memahami semiotika tidak dapat lepas dari pengaruh Charles

Sander Pierce dan Ferdinand de Saussure. Keduanya meletakkan dasar-dasar bagi

kajian semiotika. Teori dari Pierce seringkali disebut sebagai “grand theory”

dalam semiotika. Hal ini disebabkan karena gagasan Pierce bersifat menyeluruh,

serta deskripsi struktural dari semua sistem penandaan. Pierce merupakan filsuf

dari Amerika pada abad ke-19. Menurut Pierce tidak hanya bahasa dan sistem

komunikasi (verbal) yang tersusun dari tanda-tanda. Gerak-gerik, bentuk pakaian,

dan semua yang berbentuk visualpun (non-verbal) mempunyai makna. Syaratnya

adalah selama hal itu berkaitan dengan pikiran manusia. Contohnya adalah tanda

lampu merah yang sering ditemui di jalanan. Bagi Pierce lampu merah tersebut

tersusun dari ttan-tanda. Pierce ingin mengidentifikasi partikel dasar dari tanda

dan menggabungkan kembali semua komponen dalam struktur tunggal.1

Pemikiran dasar dari pierce disebut juga sebagai segitiga makna. Elemen dari

makna Pierce dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar Segitiga Makna Pierce (Sobur, 2009:115)

1Indiwan Seto, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi

Komunikasi (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h. 17.

sign

object interpreta

nt

Page 28: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

19

Menurut Pierce, tanda (sign) cenderung fisik dan nampak. Sedangkan

objek (object) adalah sesuatu yang dirujuk tanda atau konsep dari pemikiran

pengguna tanda. Sementara interpretan (interpretant) adalah tanda yang ada

dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Apabila ketiga

elemen makna itu berinteraksi dalam benak seseorang, maka munculah makna

tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut.2 sebagaimana contoh ketika ada

tanda lampu merah yang nampak (sign) dijalanan, pengendara motor (object) akan

berhenti secara otomatis. Hal ini dikarenakan (interpretan) si pengendara motor

adalah bahwa lampu merah tandanya untuk berhenti. Ketika semuanya berjalan

seperti yang dicontohkan, maka tanda lampu merah mempunyai makna berhenti.

Lebih jauh Malone dalam Pawito menjelaskan semiotika menurut Pierce yaitu “...

Proses yang digunakan untuk menunjuk studi tentang lambang-lambang (sign)

secara luas baik dalam konteks kultural maupun natural ...”3

Dalam konsep Pierce, lambang atau tanda dibedakan menjadi tiga tipe

kategori pokok yang meliputi ikon (icon), indeks (index), dan simbol (symbol).

Untuk memahaminya dapat dilihat pada tabel berikut:4

Tipe Ditandai Contoh Proses kerja

Ikon - Persamaan

- Kesamaan

- Kemiripan

- Gambar

- Foto

- Patung

Dilihat

Indeks - Hubungan sebab -

akibat

- Keterkaitan

- Asap – api

- Gejala – penyakit

Diperkirakan

2Alex Sobur. Analisis Teks Media – Suatu Pengatar, Analisis Wacana, Analisis Semiotik,

Analisis Framing. (Bandung :Remaja Rosdakarya, 2009), h. 115. 3Pawito, Penelititan Komunikasi Kualitatif. (Jogjakarta: LKiS Pelangi Nusantara, 2007), h.

161-162. 4Indiwan Seto, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi

Komunikasi, h. 19.

Page 29: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

20

Simbol - Konvensi atau

kesepakatan social

- Kata-kata

- Isyarat

Dipelajari

Tabel Konsep Lambang Pierce (Seto, 2013:19)

Kemudian perkembangan semiotika datang dari Ferdinand de Saussure.

Sausure dikenal sebagai pendiri linguistik modern. Bahasa dimata Saussure tak

ubahnya sebuah karya musik (simfoni). Bila kita ingin memahaminya kita harus

memperhatikan keutuhan karya musik secara keseluruhan, bukan kepada

permainan individual dari setiap pemain musik.5 Pandangan Saussure terhadap

prinsip dasar semiotika terdapat lima paradigma. Pertama Signifier (penanda) dan

signified (petanda); kedua form (bentuk) dan content (isi); ketiga langue (bahasa)

dan parole (tuturan,ujaran); keempat syinchronic (sinkronik) dan diachonic

(diakronik); dan kelima syntagmatic (sintagmatik) dan assosiative (paradimatik).6

Untuk memahami lebih jauh dari paradigma Sausure tersebut, penjelasannya

sebagai berikut:7

a. Konsep signifier (penanda) dan signified (petanda).

Bisa dikatakan bahwa signifier adalah bentuk bunyi sedangkan signified

adalah maknanya. Sebagai contoh kata “kursi” jika dilihat dari segi signifier

terdiri dari beberapa huruf atau fonem yaitu k/u/r/s/i. Sedangankan sigified dari

kata kursi adalah tempat duduk.

Signifier dan signified dalam hal ini bersifat arbitrer atau semena-mena.

Tidak ada hubungan diantara keduanya, akan tetapi ada kesepakatan. Seperti

5Seto, Semiotika Komunikasi, h. 20.

6 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung :Remaja Rosdakarya, 2013), h. 46.

7Helfina Rayya, Telaah Konsep Semiotik Ferdinand de Saussue, diakses dari

https://www.academia.edu/12894426/Telaah_Konsep_Semiotik_Ferdinand_de_Saussure Diakses

pada 29/03/17 pukul 15.28.

Page 30: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

21

contoh diatas yang menyepakati bahwa kursi adalah tempat duduk, walaupun

tidak ada hubungannya dengan beberapa huruf atau fonem didalamnya.

b. Pandangan Saussure terhadap kata „bahasa‟ yang rujukannya dalam bahasa

prancis. Saussure merujuk kepada tiga hal:

(1) Parole adalah ekspresi bahasa yang keluar dari masing-masing

individu dan terlepas dari kaidah.

(2) Langage adalah parole ditambah dengan kaidah tapi masih ada

unsur dari individu.

(3) Langue adalah kaidah-kaidah bahasa yang digunakan oleh

sekelompok masyarakat.

c. Sinkronik dan Diakronik

Sinkronik yaitu yang mempelajari bahasa pada kurun waktu tertentu.

Sedangkan diakronik tidak terbatas waktu atau sepanjang masa. Pandangan

Saussure dalam hal ini lebih kepada pandangan sinkronik. Baginya bahasa yang

sekarang digunakanlah yang berlaku. Saussure tidak memperdulikan awalnya atau

dulu seperti apa bahasa itu dipergunakan.

d. Sintagmatik dan paradigmatik

Sintagmatik adalah hubungan antar unsur yang terdapat dalam suatu

tuturan yang tersusun secara berurutan. Sifatnya linear atau mengandung unsur S-

P-O-K. Contoh Ibu membeli sayur ke pasar. Apabila kata „Ibu‟ dipisahkan dari

kata-kata tersebut maka menjadikan kalimat tersebut tidak bermakna. Kata „ibu‟

menjadi bermakna dikarenakan adanya kata yang lain seperti kata „membeli‟ atau

„sayur‟ atau „ke pasar‟. Hal ini dinamakan dengan sintagma yaitu kumpulan tanda

yang berurut secara logis. Maka syaratnya adalah susunan yang mengandung

Page 31: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

22

unsur S-P-O-K haruslah lengkap. Ketika susunan tidak lengkap, kalimat tersebut

menjadi tidak bermakna.

Paradigmatik yaitu hubungan antar unsur dalam suatu tuturan dengan

unsur sejenis yang tidak terdapat dalam tuturan yang bersangkutan. Contoh kata

ibu dalam contoh sintagmatik sebelumnya dapat diganti dengan Iwan atau Ani.

Kalimatnya menjadi „Iwan membeli sayur ke pasar‟ atau „Ani membeli ikan ke

pasar‟. Hal inilah yang dimaksud dengan paradigmatik, hubungan yang saling

menggantikan dengan syarat sesuai dengan aturan sintagmatiknya. Intinya adalah

masih dalam aturan sintagma, hanya saja salah satu dari susunan S-P-O-K diganti

dengan kata yang sama posisinya dan keberadaannya.

Kemudian pemikiran Saussure diteruskan oleh muridnya yaitu Roland

Barthes. Barthes melihat analisis semiotika digunakan untuk melihat tingkatan

makna dalam tanda (sign). Makna denotasi misalnya mengacu pemaknaan pada

tingkat pertama yang bersifat objektif (first order) yang dapat diberikan terhadap

lambang-lambang, yakni dengan mengaitkan secara langsung antara lambang

dengan realitas atau gejala yang ditunjuk. Contoh, jus jeruk adalah minuman yang

di blender berwarna kuning.

Sedangkan makna konotasi mengacu pada makna dalam tingkatan kedua

(second order), yakni makna-makna yang dapat diberikan pada lambang-lambang

dengan mengacu pada nilai-nilai budaya. Bahkan untuk melihat makna konotatif

ini, Barthes menggunakan istilah mitos (myth) atau rujukan yang bersifat

kultural.8 Contoh, dengan meminum jus jeruk bisa menjadikan seorang laki-laki

ganteng maksimal. Mitos adalah suatu wahana dimana suatu ideologi berwujud.

8Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, h. 163-164.

Page 32: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

23

Maksudnya adalah ketika masyarakat melakukan dan mempercayai seseorang

akan menjadi ganteng jika meminum jus jeruk, maka itulah wujud dari

ideologinya. Mitos dapat berangkai menjadi mitologi yang memainkan peranan

penting dalam kesatuan-kesatuan budaya.9

Adapun menurut Eco, Secara Etimologis, semiotik berasal dari kata

Yunani Semeion yang berarti “tanda”. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai

sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat

dianggap mewakili sesuatu yang lain. Sedangkan secara Terminologis, semiotik

dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek,

peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda.10

Alex Sobur menggaris bawahi definisi semiotika dari para ahli bahwa

semiotika itu sebagai ilmu atau proses yang berhubungan dengan tanda.11

Komarudin Hidayat mendefinisikan bidang kajian semiotik atau semiologi

sebagai alat untuk mempelajari fungsi tanda dalam teks. Yaitu bagaimana

memahami sistem tanda yang ada dalam teks yang berperan membimbing

pembacanya agar bisa menangkap pesan yang terkandung di dalamnya. Dengan

kata lain, semiologi berperan untuk melakukan interogasi terhadap kode-kode

yang dipasang oleh penulis. Hal ini bertujuan agar pembaca bisa memasuki bilik-

bilik makna yang tersimpan dalam sebuah teks.12

Ketika ada tanda, maka ada makna yang ingin disampaikan. Dalam

pandangan Saussure makna sebuah tanda sangat dipengaruhi oleh tanda yang lain.

9Seto, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi, h.

22. 10

Sobur, Analisis Teks Media – Suatu Pengatar, Analisis Wacana, Analisis Semiotik,

Analisis Framing, h. 95. 11

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung :Remaja Rosdakarya, 2013), h. 16. 12

Sobur, Analisis Teks Media – Suatu Pengatar, Analisis Wacana, Analisis Semiotik,

Analisis Framing, h. 107.

Page 33: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

24

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa pandangan Saussure tentang

tanda selalu tidak telepas dari tanda yang lain. Walaupun sifanya abitrer bahkan

tidak ada hubungannya sama sekali, akan tetapi kaitan itu harus ada agar suatu

tanda bisa bermakna. Sementara itu, Umar Junus menyatakan “... Makna dianggap

sebagai fenomena yang bisa dilihat sebagai kombinasi dari beberapa unsur. Secara

sendiri-sendiri, unsur tersebut tidak mempunyai makna sepenuhnya ...”13

Kajian tentang semiotika terbagi menjadi dua jenis, yakni semiotika

komunikasi dan semiotika signifikasi. Semiotika komunikasi menekankan pada

teori tentang produksi tanda yang salah satu di antaranya mengasumsikan adanya

enam faktor dalam komunikasi (pengirim, penerima, pesan, saluran dan acuan).

Sedangkan semiotika signifikasi memberikan tekanan pada teori tanda dan

pemahamannya dalam suatu konteks tertentu.14

Walaupun demikian, banyak yang

tidak mempermasalahkan mengenai jenis dari kajian tentang semiotika ini.

Dalam kajian komunikasi, semiotika merupakan ilmu penting. Tanda-

tanda (signs) merupakan basis utama dari seluruh komunikasi (Littlejohn, 1996).

Bahkan bisa dibilang perkembangan komunikasi diawali dengan tanda. Orang-

orang jaman dulu menggambar sesuatu pada batu seolah ingin bekomunikasi

dengan orang-orang yang hidup di jaman sekarang. Mereka seolah ingin memberi

tahu keadaan jaman dahulu kala. Batu yang digambar tersebut merupakan sebuah

tanda, dan bayangkan seberapa pentingnya tanda itu. Dengan tanda-tanda manusia

dapat melakukan komunikasi apapun dengan sesamanya.15

13

Sobur, Analisis Teks Media Analisis Teks Media – Suatu Pengatar, Analisis Wacana,

Analisis Semiotik, Analisis Framing, h. 112. 14

Sobur, Semiotika Komunikasi, h.15. 15

Sobur, Semiotika Komunikasi, h.15.

Page 34: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

25

B. Teori analisis semiotika sosial M.A.K Halliday

M.A.K Haliday melihat kajian tentang tanda konsep yang agak sempit.

Hasan dan Halliday beranggapan bahwa tanda selalu cenderung dilihat sebagai

sesuatu yang terpisah dan mandiri. Maksud dari hal tersebut adalah mereka

melihat tanda harus selalu dihubungkan dengan yang lain. Misalkan, konsep dari

Sausure melihat bahasa sebagai suatu perangkat hubungan. Contohnya konsep

signifier dan signified. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya walaupun

bersifat arbitrer, Saussure tetap memposisikan tanda tidak mandiri dan selalu

dihubungkan dengan yang lain. Maka dari itu Halliday dan Hasan mengubah

batasan dari semiotik bukan kajian tentang tanda melainkan kajian tentang sistem

tanda. Dengan kata lain, sebagai suatu kajian „makna‟ dalam artinya yang paling

umum. Hal ini yang menjadikan bahasa sebagai akar pandangan pertama oleh

Halliday. Karena ilmu bahasa sendiri diartikan oleh Halliday sebagai satu segi

kajian tentang makna.16

Halliday dan Hasan menggunakan Istilah „semiotik‟ untuk memberi

batasan sudut pandang. Hal ini di gunakan untuk melihat bahasa sebagai salah

satu dari sejumlah sistem makna. Maksudnya yang secara bersama-sama

membentuk budaya manusia. Sebagai contoh, di sebuah pondok pesantren sehabis

shalat maghrib santri terbiasa mengaji al-qur‟an yang dinamakan „tadarusan‟.

Lama kelamaan karena terbiasa melakukan hal tersebut (tadarusan) menjadi

budaya dikalangan para santri.

Adapun istilah „sosial‟, yang dimaksudkan ialah untuk mengemukakan

dua hal secara bersamaan. Pertama „sosial‟ yang digunakan dalam arti sistem

16

M.A.K Halliday dan Hasan. Bahasa, Konteks, dan Teks: Aspek-Aspek Bahasa dalam

Pandangan Semiotika Sosial,Penerjemah Barouri Tou (Yogyakarta: Gajah Mada UnAiversity

Press, 1992), h. 4.

Page 35: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

26

sosial, yang diartikan sinonim dengan kebudayaan. Dengan kata lain, „semiotik

sosial‟, dalam arti yang pertama dimaksudkan sebagai batasan sistem sosial, atau

kebudayaan, sebagai suatu sistem makna.17

Kedua, Halliday dan Hasan

menafsirkan „sosial‟ lebih khusus sebagai keseriusannya dalam menunjukkan

bahwa erat kaitannya hubungan antara bahasa dengan struktur sosial. Dengan

memandang struktur sosial sebagai satu segi dari sistem sosial.

Penafsiran bahasa dalam semiotika sosial Halliday ini dilihat dari sudut

pandang sosial. Hal ini karena Halliday dan Hasan mencari penjelasan-penjelasan

mengenai gejala-gejala kebahasaan. Dalam hal ini, Halliday mencoba

menghubungkan bahasa dengan satu segi pengalaman manusia, yaitu segi struktur

sosial.18

Dalam bahasan tentang teori semiotika sosial dipusatkan kepada bidang

khusus yang dalam ilmu bahasa disebut teks, tetapi selalu dengan tekanan pada

situasinya sebagai konteksnya. Konteks merupakan tempat naskah itu terbentang

dan harus ditafsirkan.19

Halliday beranggapan bahwa konteks selalu mendahului

teks. Seperti yang sudah di contohkan sebelumnya, bahwa tidak akan ada yang

namanya „tadarusan‟ apabila konteksnya para santri tidak melakukan hal tersebut.

Maka „tadarusan‟ dalam hal ini adalah bahasa yang hidup atau teks. Halliday

melihat teks sebagai bahasa yang berfungsi, yaitu sedang melaksanakan tugas

tertentu dalam konteks situasi. Teks disini bukan contoh kata-kata atau kalimat

17

Halliday dan Hasan, Bahasa, Konteks, dan Teks: Aspek-Aspek Bahasa dalam Pandangan

Semiotika Sosial, h. 5. 18

Halliday dan Hasan, Bahasa, Konteks, dan Teks: Aspek-Aspek Bahasa dalam Pandangan

Semiotika Sosial, h. 5. 19

Halliday dan Hasan, Bahasa, Konteks, dan Teks: Aspek-Aspek Bahasa dalam Pandangan

Semiotika Sosial, h. 6.

Page 36: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

27

lepas yang ditulis dalam papan tulis. Teks dalam semiotika sosial adalah bahasa

yang ambil bagian dalam konteks.

Halliday dan Hasan beranggapan bahwa meskipun teks tersebut bila kita

tuliskan tampak seakan-akan terdiri dari kata-kata dan kalimat, namun

sesungguhnya terdiri dari makna-makna. Lebih lanjut mereka menyatakan bahwa

teks itu pada dasarnya adalah satuan makna bukan sesuatu yang dapat diberi

batasan seperti sejenis kalimat. Walapun demikian, Halliday menganggap perlu

untuk memberikan sistem bahasa agar dapat dipahami dan orang dapat

menggunakannya. Hal inilah yang menjadikan Semioika Sosial lebih cenderung

melihat bahasa sebagai sisttem tanda atau simbol yang sedang mengekspresikan

nilai dan norma kultural dan sosial suatu masyarakat tertentu di dalam suatu

proses sosial kebahasaan.20

Konteks merupakan teks yang menyertai teks yang tidak hanya dilisankan

atau ditulis, melainkan termasuk pula kejadian-kejadian yang nirkata (non-verbal)

lainnya. Pandangan tentang konteks, Halliday dan Hasan mengawalinya dari

penelitian Malinowski. Inti dari penelitiannya bahwa konteks diperlukan agar teks

dapat dipahami oleh orang luar. Maksudnya kembali kepada contoh sebelumnya

bahwa orang diluar lingkungan pesantren mungkin tidak akan memahami apa

yang namanya „tadarusan‟. Maka dari itu, agar orang dilua lingkungan pesantren

memahami maksud atau maknanya perlu diberikan konteks. Sebagai contoh

„tadarusan‟ itu berarti kebiasaan para santri melakukan kegiatan mengaji selepas

shalat maghrib. Berdasarkan hal tersebut maksud dari konteks adalah untuk

memahami teks sebaik-baiknya.

20

Riyadi Santoso, Semiotika Sosial: Pandangan terhadap Bahasa (Surabaya: Pustaka

Eureka dan JP Press, 2003), h. 6.

Page 37: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

28

Karena Malinowski merupakan ahli antropologi maka penelitiannya ini

dilanjutkan oleh sahabatnya Firth yang merupakan bahasawan. Konsep konteks

diperbaharui ke dalam kebahasaan umum, hal ini bertujuan agar dapat digunakan

untuk kajian. Dalam konsepnya, fitrh membagi konteks situasi kepada (1) Pelibat,

(2) Tindakan pelibat (verbal/non-verbal), (3) Ciri-ciri situasi yang lain yang

relavan. Contohnya benda-benda atau kejadian sekitar, selama hal itu berkaitan.

(4) Dampak atau perubahan yang timbul.

Setelah berkembang penelitian yang menjelaskan lebih jauh mengenai ciri-

ciri dari situasi teks itu datang dari Dell Hymes yang berasal dari Amerika dan

merupakan antropogi etnografi komunikasi. Adapun identifikasi dari Dell adalah

(1) Bentuk dan isi pesan, (2) Perangkat lingkungan (waktu atau tempat), (3)

Pelibat, (4) Maksud dan dampak komunikasi, (5) Kunci atau petunjuk, (6)

Perantara, (7) Genre, (8) Norma interaksi.

Kemudian Halliday melihat teks dan konteks sebagai fenomena dari

semiotika sebagai modes of meaning atau bentuk dari makna. Konsep-konsep dari

firth dan kemudian Dell disederhanakan oleh Halliday, maka kerangka konseptual

dari semiotika sosial ini terbagi menjadi tiga bahasan yaitu „medan‟ (field),

„pelibat‟ (tenor), dan „sarana‟ (mode). Ketiga konsep ini digunakan untuk

menafsirkan konteks sosial teks, yaitu lingkungan teks tersebut berfungsi.

Anang Santoso dalam jurnalnya menyebutkan bahwa kajian bahasa sebagai

semiotika sosial dalam pandangan Halliday mencakup sub-kajian:21

21

Anang Santoso, “Jejak Halliday dalam Linguistik Kritis dan Analisis Wacana Kritis,”

Bahasa dan Seni, No. 1, (Februari 2008): h. 2.

Page 38: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

29

a. Teks

Bagi Halliday teks adalah bahasa yang berfungsi. Maksudnya adalah

bahasa yang sedang melaksanakan tugas tertentu dalam konteks situasi.22

Sebuah

teks “tidak tersusun” dari kalimat-kalimat atau klausa, tetapi “direalisasikan”

dalam kalimat-kalimat. Tulisan di papan tulis bukan berarti itu teks, akan tetapi

percakapan dalam suatu diskusi itu bisa jadi teks bagi Halliday.

b. Trilogi Konteks

Trilogi konteks merupakan tiga komponen penting yang dijadikan acuan

atau konsep dalam analisis semiotika Sosial. Didalamnya yaitu terdapat medan

wacana, pelibat wacana, dan modus wacana.

c. Register

Register merupakan konsep semantis yang dapat didefinisikan sebagai

suatu susunan makna yang dihubungkan secara khusus dengan susunan situasi

tertentu dari medan, pelibat dan sarana. Register bisa disamakan dengan gaya,

yaitu variasi dalam tuturan atau tulisan seseorang. Selain itu bisa juga berarti

variasi tuturan yang digunakan oleh kelompok tertentu yang biasanya memiliki

pekerjaan yang sama atau kepentingan yang sama.

d. Kode

Kode menurut Halliday di aktualisasikan dalam bahasa melalui register.

Kode menentukan orientasi semantis penutur dalam konteks sosial tertentu.

e. Sistem Lingual

Dalam sistem lingual mencakup komponen ideasional, yang berarti bahasa

memiliki fungsi representasi. Interpersonal, yaitu yang berarti bahasa berfungsi

22

Halliday dan Hasan, Bahasa, Konteks, dan Teks: Aspek-Aspek Bahasa dalam Pandangan

Semiotika Sosial, h. 13.

Page 39: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

30

mengkodekan makna-makna tentang sikap, interaksi dan relasi timbal balik.

Tekstual, dalam hal ini bahasa digunakan untuk mengorganisasikan makna-makna

pengalaman dan interpersonal kita ke dalam bentuk yang linear dan koheren.

f. Struktur Sosial.

Struktur sosial yang dimaksud Halliday berhubungan dengan konteks

situasi, dan kelas atau hierarki sosial. Struktur sosial menetapkan dan memberikan

arti kepada berbagai jenis konteks sosial tempat makna-makna itu dipertukarkan.

Struktur sosial hadir dalam bentuk-bentuk interaksi semiotis dan menjadi nyata

melalui “keganjilan” dan “kekacauan” dalam sistem semantis.

Halliday dan hasan menjelaskan tujuan aplikasi atau penggunaan

semiotika sosial dalam analisis isi media dengan menggunakan komponen

semiotika sosial dari M.A.K Halliday dan Ruqaiya Hassan adalah untuk

menemukan hal terkait dengan tiga komponen semiotika sosial, yaitu: Medan

Wacana (field discourse); Pelibat Wacana (tenor of discourse); dan Sarana

Wacana (mode of discourse).23

Pengertiannya sebagai berikut:24

(1) Medan Wacana

Medan Wacana menunjuk pada hal yang sedang terjadi, pada sifat

tindakan sosial yang sedang berlangsung. Sedangkan Anang Santoso dalam

jurnalnya menjelaskan bahwa untuk menganalisa medan, kita dapat mengajukan

pertanyaan what is going on. Di dalamnya mencakup tiga hal, yakni ranah

pengalaman, tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang.25

Lebih lanjut

dijelaskan bahwa ranah pengalaman mempertanyakan apa yang terjadi dengan

23

Hasyim Ali Imran, “Semiotika Sosial Sebagai Alat Analisis Teks dalam Penelitian

Komunikasi Kualitatif,” INSANI, Volume I No.1 (Desember 2014): h. 3. 24

Halliday & Hasan. Bahasa, Konteks, dan Teks: Aspek-Aspek Bahasa dalam Pandangan

Semiotika Sosial, h. 16. 25

Santoso, “Jejak Halliday dalam Linguistik Kritis dan Analisis Wacana Kritis,” h. 4.

Page 40: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

31

seluruh “proses”, “partisipan”, dan “keadaan”. Sedangkan tujuan jangka pendek

yaitu tujuan yang ingin segera dicapai dalam waktu singkat. Dan tujuan jangka

panjang merujuk pada tempat teks dalam skema suatu persoalan yang lebih besar

dan sifatnya abstrak.

(2) Pelibat Wacana

Pelibat Wacana menunjuk pada orang-orang yang mengambil bagian, pada

sifat para pelibat, kedudukan dan peranan mereka. Anang Santoso dalam

jurnalnya menjelaskan bahwa untuk menganalisa pelibat, kita dapat mengajukan

pertanyaan who is taking part. Pada bagian ini ada tiga hal yang harus

diperhatikan, yakni peran agen atau masyarakat, status sosial, dan jarak sosial.26

Fungsi atau sesuatu hal dilakukan individu atau masyarakat menjadi

peranan mereka yang terlibat. Dalam status sosial dilihat bagaimana masyarakat

diperbandingkan kesejajarannya. Adapun jarak sosial terkait dengan tingkat

pengenalan atau keakraban satu individu dengan individu yang lainnya yang

terlibat dalam suatu teks. Ketiga hal yang dimaksud dapat bersifat sementara dan

dapat pula permanen, hal ini dikarenakan setiap individu mengalami

perkembangan atau perubahan dalam hidupnya.

(3) Sarana Wacana

Sarana wacana menunjuk pada bagian yang diperankan oleh bahasa, hal

yang diharapkan oleh para pelibat diperankan bahasa dalam situasi itu. Anang

Santoso dalam jurnalnya menjelaskan menganalisa modus atau wacana,

pertanyaan yang dapat diajukan adalah what’s role assigned to language. Di

dalamnya mencakup lima hal, yakni peran bahasa, tipe interaksi, medium, saluran,

26

Santoso, “Jejak Halliday dalam Linguistik Kritis dan Analisis Wacana Kritis,” h. 4.

Page 41: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

32

dan modus retoris.27

Lebih lanjut dijelaskan bahwa peran bahasa terkait

kedudukan bahasa dalam aktivitas. Tipe interaksi merujuk pada jumlah pelaku.

Medium terkait dengan lisan tulisan atau isyarat. Saluran berkaitan dengan

bagaimana teks itu disampaikan. Dan retoris merujuk pada perasaan teks secara

keseluruhan, yakni persuasif, kesastraan, akademis dan lain sebagainya.

C. Konsep Tauhid

Menurut bahasa, pengertian tauhid adalah orang yang menganggap atau

menjadikan adanya sesuatu (apa saja) itu hanya satu.28

Tauhid menurut istilah,

adalah beriman kepada keberadaan Allah, mengesakan-Nya dengan Rububiyah

dan uluhiyah, serta beriman kepada semua asma‟ dan sia-sifatNya.29

Ayat al-

quran yang mengungkapkan macam-macam tauhid yaitu diantaranya ada pada

awal surat Al-Fatihah.

Ayat pada awal surat Al-Fatihah berbunyi Alhamdulillah hirabbilaamin

“segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam.” Kata Allah menetapkan tauhid

uluhiyah, dan kata rabbolalamin menetapkan tauhid rububiyah. Makna dari

kalimat “segala puji bagi Allah” yaitu mengesakan Allah dengan sebenar-

benarnya dan tidak mempercayai tuhan lain. sedangkan kalimat “Rabb semesta

alam” yaitu semua yang diciptakan merupakan pemberian dari Allah, kita harus

mempercayai semua yang ada di bumi ini merupakan ciptaannya.

27

Santoso, “Jejak Halliday dalam Linguistik Kritis dan Analisis Wacana Kritis,” h. 4. 28

Abu Haniefah. Tauhid Khalis (Garut: Pondok Pesantren Darul Arqam, 1988), h. 11. 29

Abdullah bin Abdul, Cara Mudah Memahami Aqidah (Jakarta: pusttaka at-tazkia, 2007),

h. 21.

Page 42: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

33

Sebelum kita diciptakan, Allah telah memiliki tujuan penciptaan kita yaitu

ibadah kepada-Nya. Inti dari ibadah itu sendiri adalah tauhid. Seperti yang

tercantum dalam surat Adz-Dzariyat ayat ke 56:

“Dan tidaklah Aku menciptakan Jin dan Manusia melainkan hanya untuk

beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat : 56”

Jadi setiap mahluk (Jin dan manusia) diciptakan untuk bertauhid. Dengan

kata lain, bersamaan dengan penciptaan beban tauhid telah melekat pada kita. Dan

tauhid itu sendiri adalah fitrah manusia. Dan setiap jiwa yang terlahir ke dunia ini

memiliki fitrah Tauhid.

Seperti yang dijelaskan dalam surat Ar ruum ayat 30:

”Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;

(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut

fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang

lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS: Ar ruum, 30).”

Pada ayat di atas, fitrah Allah maksudnya adalah ciptaan Allah. Manusia

diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. Kalau ada

manusia tidak beragama tauhid, maka hal itu tidaklah wajar. Mereka tidak

beragama tauhid itu hanyalah pengaruh dari lingkungan.

Page 43: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

34

Abdulah menjelaskan bahwa para ulama dari kalangan salaf ulama telah

menyebutkan tiga macam tauhid:30

a. Tauhid uluhiyah

Tauhid uluhiyah adalah berupa i‟tikad (kepercayaan dan keyakinan) akan

ke-tuhanannya Allah, dan mengesakan Allah dalam peribadatan.31

Selain dari

mempercayai Allah SWT adalah tuhan yang esa, tauhid ini juga berlandaskan

pada keihklasan niat dalam semua peribadatan. Dalam melakukan semua kegiatan

meniatkannya karena Allah semata. Seperti firman Allah dalam surat Thaha ayat

14:

“Sesungguhnya Aku, Aku adalah Allah, tiada Tuhan melainkan Aku. Maka

beribadahlah kamu kepada Ku.”

Tauhid uluhiyah tercakup dan terangkum dalam kalimat tauhid:

lailahailallah. dalam memahami tauhid uluhiya bisa dibagi menjadi dua

kategori:32

(1) Syahadat

Makna syahadat secara global adalah tidak ada yang berhak diibadahi

kecuali Allah. Berdasakan hal itu maka tidak boleh berdoa kecuali kepada allah.

Tidak boleh melakukan ibadah-ibadah lainnya kecuali karena allah.

(2) Ibadah

Ibadah menurut bahasa, kata ibnu sayyidah, “makna asal ibadah, menurut

bahasa, ialah merendahkan diri. Ibadah adalah sejenis ketundukan yang hanya

30

Abdullah, Cara Mudah Memahami Aqidah, h. 23. 31

Haniefah, Tauhid Khalis, h. 15. 32

Abdullah, Cara Mudah Memahami Aqidah, h. 35.

Page 44: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

35

menjadi hak pemberi kenikmatan dengan berbagai nikmat yang paling tinggi,

seperti kehidupan, pemahaman, pendengaran dan penglihatan.”

b. Tauhid rububiyah

Tauhid rububiyah adalah berupa i‟tikad (kepercayaan dan keyakinan),

bahwa hanya Allah saja sendirilah yang mempunyai kekuasaan mencipta,

mengatur dan memelihara serta menguasai alam semesta.33

Tauhid rububiyah,

selain mengimani keberadaan Allah, juga didalamnya mencakup hal-hal

mengenai, Allah adalah pencipta segala sesuatu, pemiliknya, dan pemberi rizki

kepadanya. Dialah yang menghidupkan, yang mematikan, yang memberi manfaat,

yang memberi kemudhartan, satu-satunya yang dapat mengabulkan doa, dan yang

memilki segala urusan. Intinya adalah meyakini bahwa segala sesuatu yang ada di

dunia ini merupakan ciptaan Allah SWT.

c. Tauhid Asma‟ wa ash-shfiat

Nama-nama allah dan sifat-nya adalah merupakan perkara ghaib yang

tidak bisa diketahui oleh manusia secara detil kecuali lewat jalan as-sam‟

(wahyu). Tauhid Asma‟ wa Ash-shifat adalam meyakini dan mempercayai semua

sifat-sifat agung yang dimiliki oleh Allah SWT.

33

Haniefah, Tauhid Khalis, h. 13

Page 45: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

36

D. Gaya Bahasa

Sumadaria dalam Suhaemi dan Ruli, menjelaskan beberapa gaya bahasa,

diantaranya:34

a. Gaya Bahasa Perbandingan

Yaitu gaya bahasa/majas yang dipakai untuk membandingkan sesuatu

dengan yang lainnya.

(1) Perumpamaan

Gaya bahasa perumpamaan adalah membandingkan dua hal yang berbeda

sehingga dianggap memiliki unsur-unsur persamaan di antara keduanya.

Misalnya: Dua calon gubernur îtu seperti anjing dan kucing.

(2) Metafora

Poerwadarminta, dalam Sumadaria, (2006: 148), Gahaya bahasa metafora

adalah pemakaian kata-kata bukan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai

lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan. Misalnya: santi

merupakan anak emas perusahaan PȚ Țimun.

(3) Personifikasi

Edgar DaJe dalam Sumadaria, (2006: 148), Dengan gaya

bahasa personifikasi kita memberikan ciri-ciri atau kualitas pribadi seseorang

kepada gagasan atau benda-benda tidak bernyawa sehingga benda-benda tidak itu

seolah-olah menjadi hidup atau bernyawa seperti layaknya manusia. Misalnya: Di

dalam jeruji besi ia tidur diselimuti dinginnya malam.

34

Suhaemi dan Ruli. Bahasa Jurnalistik (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009),

h. 156-166.

Page 46: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

37

(4) Depesonifikasi

Gaya bahasa depersonifikasi merupakan gaya bahasa kebalikan

dari personifikasi. Depersonifikasi mengandalkan manusia atau segala hal yang

hidup, bernyawa, sebagai benda-benda mati atau kaku beku. Misainya: Hatinya

sedingin batu es.

(5) Alegori

Gaya bahasa alegori adalah cerita yang dikisahkan dalam Iambang-

lambang, tempat atau wadah objek-objek atau gagasan-gagasan yang

dipelambangkan. Alegori sering ditemui untuk produk jurnalistik yang

dtperuntukkan bagi anak-anak.

Misalnya: Kancil itu berkata, "Aku tidak mencuri mentimun." “tapi

engkau membawa mentimun di tanganmu," ujar Harimau. “Ya,tapi aku diberi

oleh Pak Tani," jawab Kancil.

(6) Antitesis

Gaya bahasa antitesis adalah sejenis gaya bahasa yang

mengadakan perbandingan antara dua anttonim yaitu kata-kata yang mengandung

ciri- ciri semantik yang bertentangan.

Misalnya: Wajahnya polos tidak berdosa, tetapi siapa vang tahu kalau dia

ternyata pernbunuh

(7) Pleonasme dan Tautologi

Pleonasme adalah pemakaian kata mubazir atau berlebihan yang

sebenarnya tidak perlu. Tautologi adalah penegasan terhadap suatu hal yang

mengandung unsur perulangan tetapi dengan menggunakan kata-kata yang

tain. Misalnya: Direktur itu melihat stafnya bekerja rajin dengan matanya sendiri.

Page 47: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

38

(8) Perifrasis

Perifrasis adalah sejenis gaya bahasa yang agak mirip dengan pleonasme,

tetapi pada perifrasis kata-kata yang berlebihan itu bisa diganti dengan satu kata

saja. Misalnya: Ulama itu sore tadi kembali ke pangkuan-Nya (meninggal).

(9) Antisipasi (Prolepsis)

Gaya bahasa antisipasi adalah gaya bahasa yang mendahului tentang

sesuatu yang masih akan dikerjakan atau akan terjadi. Misalnya: Pertandingan

baru digelar sebulan lagi, tetapi Andi sudah berlatih siang malam.

(10) Koreksio (Epanortosis)

Gaya bahasa koreksio adalah gaya bahasa yang berwujud semula ingin

menegaskan sesuatu, tetapi kemudian memeriksa dan memperbaikinya mana yang

salah. Misalnya: Dia adalah direktur, ah ternyata hanya manajer, di perusahaan

itu.

b. Gaya Bahasa Pertentangan

Gaya bahasa pertentangan adalah membandingkan dua hal berlawanan

atau bertolak belakang. Diantaranaya adalah:

(1) Hiperbola

Gaya bahasa hiperbola adalah sejenis gaya bahasa yang rnengandung

pernyataan yang melebih-lebihkan jumlahnya, ukurannya, atau sifatnya, dengan

maksud memberi penekanan pada suatu pernyataan atau situasi untuk

memperhebat, meningkatkan kesan dan pengaruhnya.

Misalnya:

Kecantikan Dinda seperti putri kerajaan

Sudah kering air matanya karena meratapi nasib

Page 48: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

39

(2) Litotes

Litotes adalah majas yang dalam pengungkapannya menyatakan sesuatu

yang positif dengan bentuk yang negatif atau bentuk yang bertentangan. litotes

mengurangi atau melemahkan kekuatan pernyataan yang sebenamya.

Misalnya:

Kardi memberikan sumbangan ala kadarnya.

(3) İroni

İroni adalah sejenis gaya bahasa yang mengimplikasikan sesuatu yang

berbeda, bahkan ada kalanya bertentangan dengan yang sebenarnya dikatakan itu.

Misalnya: Bogor kota hujan, tetapi sulit sekali mencari air bersih disini.

(4) Oksimororn

Gaya bahasa oksimoron adalah gaya bahasa yang mengandung penegakan

atau pendirian suatu hubungan sintaksis baik koordinasi atau determinasi, anatara

dua antonim.

Misalnya: Pisau membantu pekerjaan dapur, tetapi bisa juga untuk

membunuh.

(5) Satire

Adalah ungkapan yang menertawakan atau menolak sesuatu, bentuk satire

mengandung kritik tentang kelemahan manusia.

Misalnya : Indonesia juara satu tingkat korupsi di dunia

Misalnya: Karena jarang olahraga, tubuhnya seperti papan.

(6) Antifrasis

Adalah gaya bahasa yang berupa penggunaan sebuah kata dengan makna

kebalikannya.

Page 49: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

40

Misalnya: Pejabat itu adalah pahlawan yang memakai uang Negara.

(7) Paradoks

Paradoks adalah suatu pernyataan yang bagaimanapun diartikan selalu

berakhir dengan bertentangan.

Misalnya: Pejabat Negara itu memakai mobil mewah, sementara rakyat

kelaparan di tepi jalan.

(8) Klimaks

Adalah sejcnis gaya bahasa yang berupa susunan ungkapan yang makin

lama makin mengandung penekanan.

Misalnya: Awalnya hanya staf biasa, lalu menjadi supervisor, kemudian

manajer, akhirnya direktur

(9) Antiklimaks

Adalah kebalikan dari gaya bahasa klimaks. Antiklimaks merupakan suatu

acuan yang berisi gagasan-gagasan yang diurutkan dari yang terpenting berturut-

turut ke gagasan yang kurang penting.

Misalnya: Calon Presiden Jusuf Kalla mengingatkan pentingnya kemandirian

bangsa dan para sarjana hendaklah rajin bekerja dan jangan berpangku tangan

saja.

(10) Sinisme

Adalah sejenis gaya bahasa yang berupa sindiran yang berbentuk

kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan hati.

Misalnya: Bagaímana mungkin dia bisa memenangkan pemilu presiden?

Jangankan dukungan partai politik, uang saja untuk membiayai dana kampanye

dia tidak Punya, dan juga latar belakang politiknya banyak tidak disukai orang

Page 50: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

41

(11) Sarkasme

Adalah sejenis gaya bahasa yang mengandung sindiran pedas

dan menyakitkan hati.

Misalnya: Langkahi mayatku dulu baru engkau bisa mencalonkan diri menjadi

Lurah

c. Gaya Bahasa Pertautan

Ciri khas dari gaya bahasa pertautan yakni penggunaan kata-kata kiasan

yang memiliki hubungan atau pertautan terhadap sesuatu yang sebenarnya ingin

diutarakan. Hal ini karena kata-kata kiasan tersebut memiliki kedekatan atau yang

merujuk pada makna yang sebenarnya

(1) Motonomia

Adalah gaya bahasa yang menggunakan nama suatu barang bagi sesuatu

yang lain yang berkaitan dengannya.

Misalnya: Ayah suka menghisap gudang garam (maksudnya roko)

(2) Sinekdoke

Ialah majas yang menyebutkan nama bagian sebagai pengganti nama

keseluruhan atau sebaliknya.

Misalnya: Sudah seminggu iwan tidak kelihatan batang hidungnya

(padahal yang dimaksud bukan hanya batang hidungnya saja).

(3) Alusi

Adalah majas yang menunjuk secara tidak langsung ke suatu peristiwa

atau hal dengan menggunakan peribahasa yang sudah umum ataupun

mempergunakan sampiran pantun yang isinya sudah dimaklumi. Majas ini disebut

juga majas kilatan.

Page 51: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

42

Misalnya:

Semangat si pitung menggelora di tim persib.

Ah, kau ini memang tua-tua keladi ( maksudnya adalah makin tua makin

menjadi)

(4) Eufisme

Adalah ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti ungkapan yang

dirasakan kasar yang dianggap merugikan, atau yang tidakmenyenangkan.

Misalnya: Orang itu memang bertukar akal (pengganti gila)

(5) Eponim

Adalah majas yang mengandung nama seseorang yang begitu sering

dihubungkan dengan sifat tertentu, sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan

sifat tersebut.

Misalnya: Pertandingan bulu tangkis itu ibarat Taufik Hidayat melawan

Lee Chong Wei.

(6) Epitet

Adalah semacam gaya bahasa yang megandung acuan yang menyatakan

suatu sifat atau ciri yang khas dari seseorang atau sesuatu hal.

Misalnya: Pikiran pencuri itu cerdik bagai si kancil.

(7) Antonomasia

Adalah segala macam gaya bahasa yang merupakan bentuk khusus dari

sinekdoke yang berupa sebuah epitet untuk menggantikan nama diri atau gelar

resmi, atau jabatan untuk menggantikan diri.

Misalnya: Saudagar kain itu membagi-bagikan uang kepada karyawannya.

(8) Retoris

Page 52: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

43

Adalah yang berupa pertanyaan yang digunakan dalam tulisan atau pidato

yang bertujuan untuk mencapa efek yang lebih mendalam dan penekanan yang

wajar dan sama sekali tidak menuntut suatu jawaban.

Misalnya: Sudah bergaji sangat tinggi, haruskah anggota dewan

menaikkan gaji mereka sendiri?

(9) Paralelisme

Adalah semacam gaya bahasa yang berusaha mencapai kesejajaran dalam

pemakaian kata-kata yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk gramatikal

yang sama.

Misalnya: Sang suami menarik becak, istrinya berjualan kue, sementara

anaknya berdagang koran.

(10) Elipsis

Adalah gaya bahasa yang didalamnya dilaksanakan penghilangan kata

yang memenuhi bentuk kalimat berdasarkan tata bahasa.

Misalnya: Setelah kembali dari jerman (maksudnya melakukan kunjungan

kerja), anggota DPR menyebrang ke Belanda.

(11) Asindeton

Adalah semacam gaya bahasa yang berupa acuan padat ketika beberapa

kata yang sederajat tidak dihubungkan dengan kata sambung, bentuk itu bisanya

dipisahkan dengan tanda koma.

Misalnya: Seragam sekolah, sepatu, dan tas hanya itu yang dibawa joko ketika

pergi.

d. Gaya Bahasa Perulangan

Page 53: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

44

Majas perulangan merupakan ungkapan gaya bahasa yang menegaskan

pernyataan dengan tujuan peningkatan pengaruh dan kesan tertentu terhadap

pembaca atau pendengar.

(1) Aliterasi

Aliterasi adalah gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan yang

sama pada seluruh baris.

Misalnya: Ini dadaku, mana dadamu? Atau Bila biduan bernai berkicau

(2) Asonansi

Adalah jenis gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan pada vokal yang

sama.

Misalnya: Dia menjerit, dadanya terasa sakit. Waktu semakin menyempit.

(3) Anatanaklasis

Adalah gaya bahasa yang mengandung ulangan kata yang sama dengan

makna yang berbeda.

Misalnya: Kecantikan wajahnya, kecantikan perilakunya, kecantikan tutur

bahasanya.

(4) Epizeukis

Adalah gaya bahasa perulangan yang bersifat langsung, yaitu kata yang

ditekankan diulang beberapa kali berturut-turut.

Misalnya: Tidak! Saya tidak mencuri. Tidak! Saya bukan pencuri.

(5) Tautotes

Adalah gaya bahasa perulangan atas sebuah kata berulang-ulang dalam

konstruksi.

Page 54: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

45

Misalnya: Si A menyalahkan si B, besoknya si B menyalahkan si A, dan

dalam seminggu sudah beberapa kali si A dan B saling melemparkan tanggung

jawab terhadap kejadian itu.

(6) Anafora

Anafora ialah jenis majas repetisi yang berupa perulangan kata pertama

pada setiap baris atau setiap kalimat.

Misalnya: Aku marah, karena dia salah. Aku marah, karena dia tidak

bertanggung jawab. Aku marah, karena dia melecehkan putriku.

(7) Simploke

Simploke adalah jenis majas repetisi berupa perulangan pada awal dan

akhir beberapa baris atau kalimat berturut-turut.

Misalnya:

Engkau meminta aku duduk. Aku bilang baiklah

Engkau meminta aku bekerja. Abu bilang baiklah

(8) Epanalepsis

Adalah gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan kata pertama dari

baris, kalimat menjadi terakhir.

Misalnya: “diam!” polisi itu menghardik sang pencuri. “diam!”

(9) Canadiplosis

Sejenis gaya bahasa repetisi kata atau frasa terakhir dari suatu klausa atau

kalimat menjadi kata atau frasa pertama dari klausa atau kalimat berikutnya.

Misalnya: Siapa sangka dia pencuri motor. Siapa sangka motor yang

dicurinya adalah motor temannya. Siapa sangka temannya merupakan tetangganya

sendiri.

Page 55: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

46

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Kesenian Badeng

Kesenian tradisional Badeng diciptakan pada akhir abad ke-17 atau masuk

tahun 1800 yaitu dijaman Para Wali, kesenian ini mula-mulanya diciptakan oleh

seorang tokoh penyebar agama Islam bernama Arfaen Nursaen yang berasal dari

daerah Banten yang kemudian menetap di Kampung Sanding, Kecamatan

Malangbong, Kabupaten Garut. Beliau dikenal masyarakat disana dengan sebutan

Lurah Acok.

Lurah Acok berfikir didalam hatinya, bagaimana caranya supaya ajaran

agama Islam dapat menyebar luas di masyarakat, karena pada waktu itu agama

Islam sangat asing sekali. Pada suatu hari, saat dia pergi menuju suatu

perkampungan di daerah Malangbong, di tengah jalan beliau menemukan suatu

benda yang bentuknya panjang bulat terbuat dari bambu serat. Secara tidak sadar,

benda itu dibawanya ke rumah dan dibuat menjadi suatu alat yang bisa

mengeluarkan bunyi. Pada saat itu juga, Arfaen mengumpulkan para santri dan

meminta mereka agar membuat alat-alat lainnya dari bambu-bambu yang sudah

tua. Tujuannya untuk memadukan bunyi alat tersebut dengan alat yang Arfaen

buat sebelumnya. Kemudian bambu-bambu tersebut disusun, dan dibuat

sedemikian rupa, sehingga dapat mengeluarkan suara yang nyaring. Kemudian,

Arfaen mencoba semua alat-alat itu dengan cara ditabuh atau dibunyikan, maka

terdengarlah irama musik. Jika pada masa kini, merupakan musik yang sangat

Page 56: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

47

enak didengar ditambah dengan nyanyian-nyanyian beriramakan Sunda Buhun

dan Arab atau Sholawatan.

Semenjak saat itu, Lurah Acok dan para santrinya, setiap hari, setiap

minggu, setiap bulan berkeliling. Mengumpulkan tokoh-tokoh masyarakat, umaro

dan tokoh-tokoh santri. Tujuannya untuk berkumpul serta bermusyawarah sambil

memasukan ajaran-ajaran agama Islam dengan menabuh seperangkat alat-alat

yang dibuatnya serta membawakan lagu-lagu solawatan dan lagu-lagu sunda

buhun. Dimana isi syairnya mengajak kepada masyarakat untuk masuk agama

Islam.

Hampir semua penduduk yang ada di Desa Sanding, di kampung-kampung

dan kota sekitar daerah Malangbong bahkan di seluruh daerah Kabupaten Garut

yang pernah didatangi oleh Lurah Acok, pada umumnya masyarakatnya menganut

ajaran agama Islam. Maka, sejak saat itu, Lurah Acok memberikan nama

“Kesenian Badeng” yang berasal dari kata Bahadrang yang artinya musyawarah

berunding dengan suatu alat kesenian. Badeng adalah suatu jenis kesenian sebagai

media untuk menyebarkan agama Islam pada waktu itu.

Sampai sekarang kesenian ini masih ada dan dipergunakan sebagai alat

hiburan, untuk menyambut tamu-tamu besar, perayaan, Mauludan, khitanan, hajat

dan lain sebagainya, hanya saja para pemainnya sudah tua-tua rata-rata berumur

60 tahunan.1

Adapun sekarang untuk gerak dari tariannya, tiap gerakan pada tiap syair,

gerakannya hampir 75% merupaka gerakan silat, dan 25% merupakan gerakan tari

gemulai. Tiap bagian syair boleh ditambah asal jiwanya mengagungkan agama

1Warjita, Katalog Kesenian Tradisional Kab. Garut, Jawa Barat. (Garut: Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Garut, 2013), h. 12-14.

Page 57: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

48

Islam. Pada pementasan, pembukaan diawali dengan membaca basmallah, dan

penghormatan kepada para hadirin. Sedangkan untuk penutupan ditutup dengan

“sololloh” yaitu shalawat kepada Nabi Muhammad S.A.W. Busana yang

digunakan berbentuk pakaian silat bagi para pemain yang berada di lapangan,

sebab gerakan ini langkahnya berupa langkah silat. Sedangkan busana untuk

wanita adalah busana muslim.2

B. Tokoh Penggarap Kesenian Badeng

Pencipta dan pembuat kesenian badeng pada akhir abad ke-17 atau

generasi pertama, yaitu3 Arpaen Nursaen, Embah Santi dan Lurah Acok.

Diteruskan oleh generasi kedua pada abad ke18, yaitu Manduki, Djadja,

Suminta dan Madja.

Abad ke-19, generasi ketiga diteruskan olehSarkowi dan Kaedji.

Generasi ke empat Pada tahun 1930 sampai 1970 dilanjutkan oleh Kohri,

Sarnan dan Suherman.

Generasi kelima pada tahun 1970, dibawah organisasi medal cipta Mumu

Safe’I, Kohri, Sarnan, Kurdi, Musir, Rohim, Suhirman.

Generasi ke enam pada tahun 1987, oleh Mumu Safe’I, Ujang Suganda,

Samid Omo, Udo djakaria, Atang Amir.

Generesi ke tujuh pada tahun 2013, oleh Udin Holidin, Ucha Hamid,

Hatomi, Salim , Samono, dan Karso.

2Mumu Safe’i, Arsip Kesenian Badeng PGRI (Garut: T.pn., 1995), h. 6.

3Sukandi, Arsip Kesenian Badeng. (Garut: Kandep Dikbud Malangbong, 1990).

Page 58: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

49

C. Alat dan Syair Kesenian Badeng

1. Alat Kesenian Badeng

Adapun alat-alat Kesenian Badeng tersebut terdiri dari:

a. 2 (dua) buah Angklung Kecil bernama Roel yang artinya bahwa dua

pimpinan pada waktu itu antara kaum ulama dengan umaro

(pemerintah harus bersatu, alat ini dipegang oleh seorang dalang.

b. 2 (dua) buah dogdog lonjor ujungnya simpay lima yang artinya

menandakan bahwa didunia ini ada siang ada malam dan laki-laki

dengan perempuan, alat ini dipegang oleh dua orang simpay lima

berarti rukun Islam.

c. 7 (tujuh) buah angklung agak besar terdiri dari angklung indung,

angklung kendung dan angklung kecer disesuaikan dengan nama-nama

hari, alatini dipegang oleh 4 orang.4

2. Syair Kesenian Badeng

Seiring dengan berjalannya waktu syair dari kesenian badeng ini sudah

mengalami banyak penambahan. Adapun syair yang peneliti ambil dalam

penulisan ini hanya diambil yang paling buhun (lama).

Adapun teks syairnya terbagi menjadi lima bagian, sebagai berikut:

Syair pertama : Lailahailallah Muhammadarosulallah

syair kedua : Lantun Layung

Langlayang Alus diayun

Siang beurang siang peuting

Kuar-kier karihok ngong panganten

4Warjita, Katalog Kesenian Tradisional Kab. Garut, Jawa Barat. h.14.

Page 59: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

50

Syair ketiga : Yati hulaila mala yati hulaila

Yati Muhammadarosulillah

Hailallah muhammadu rosulullah

Syair Keempat : Kyai dagoan kuring

Kuring nutur keur paneuri

Gusti balikeun deui

Syair Kelima : Lumbang limung

lumbang limung

narembong teu boga indung

ngajajal teu boga bapa

ngaronyok teu boga alo

aduh lilimungan

aduh gengsor

ilungenong

(sumber: Arsip Kesenian Badeng)

D. Profil Desa Sanding

Desa sanding merupakan wilayah yang berada di Kecamatan Malangbong

Kabupaten Garut. Desa sanding mempunyai luas 1.959.492 m , sedangkan letak

geografisnya berada di garis bujur 108 3’57,5”, garis lintang 7 4’54,64”, dan

berada di ketinggian 1500 M DPL. Dengan kata lain, daerah Desa Sanding berada

di wilayah dataran tinggi atau daerah pegunungan, yang menjadikan desa ini

berbatasan dengan kawasan hutan.

Page 60: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

51

Sebagian besar wilayah Desa Sanding selain dari tanah pemukiman warga

yaitu berupa tanah sawah yang biasa ditanami padi, tanah ladang yang ditanami

palawija serta hortikultur, dan tanah hutan yang ditanami pohon bambu dan kayu

jati. Hal ini yang menjadikan mayoritas mata pencaharian pokok warga adalah

pertanian. Pertanian di Desa Sanding menjadi jenis komoditi utama diantaranya

seperti padi, palawija berupa jagung, kacang-kacangan, ubi-ubian dan hortikultur

berupa buah-buahan dan sayur-sayuran.5

Semua warga di desa menganut agama Islam dan tidak ada yang menganut

agama lain. Kebanyakan masyarakat Desa Sanding berpendidikan terakhir

SD/Sederajat, hal itu tidak menjadi sebuah hambatan bagi para warga untuk

membentuk perkumpulan organisasi sosial di desa. Hal ini terbukti dengan adanya

organisasi karang taruna, PKK , perkumpulan agama (majelis taklim), organisasi

lembaga tani serta organisasi dibidang kesenian adat dan budaya. Kebudayaan

atau adat warga desa sanding yang nampak dan sering dilakukan adalah

menghadiri perayaan adat kelahiran, kematian, perkawinan dan khitanan.6

5Arsip,Profil Database Sumber Daya Alam Kawasan Perdesaan Desa Sanding.

6Arsip, Pedoman Pemutakhiran Data Indeks Data Membangun 2016, Desa Sanding.

Page 61: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

52

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Makna Teks Syair Kesenian Badeng

Syair kesenian Badeng terbagi menjadi lima bagian dengan menggunakan

bahasa Sunda dan Arab. Syair ini berisi pesan mengenai pengenalan Islam dan

ajaran-ajaran Islam serta keagungan Nabi Muhammad. Berdasarkan data yang

dimiliki oleh kepengurusan kesenian Badeng dan yang tercatat oleh dinas

kebudayaan Kabupaten Garut, syair kesenian Badeng merujuk kepada kitab

barzanji. Seperti yang dikatakan oleh Wawan Somarwan:

“kesenian ini muncul dipengaruhi oleh faktor kondisi masyarakat dulu

yang mayoritas beragama hindu, yang kemudian kesenian ini digunakan

sebagai alat penyebaran agama islam. maka pesannya kebanyakan dari

kitab barzanji, kitab yang menjelaskan kisah-kisah nabi dan ajaran

islam.”1

Kitab Barzanji ini dulunya merupakan kitab rujukan untuk melakukan

puji-pujian kepada Nabi Muhammad. Kesenian ini biasanya dipentaskan dalam

acara perayaan syukuran seperti kelahiran, pernikahan dan khitanan. Seiring

berjalannya waktu dan semakin canggihnya teknologi, kesenian Badeng mulai

dikenal masyarakat luas. Hal ini menjadikan kesenian Badeng menjadi budaya

yang mempunyai nilai jual. Kesenian Badeng sering dipentaskan di berbagai

tempat sebagai alat hiburan pada saat ini. Sebagaimana yang diungkapkan Udin,

kepala desa Sanding, sebagai berikut:

“karena sudah tercatat sebagai kebudayaan lokal dan mempunyai nilai

jual, kesenian Badeng sering dipentaskan sebagai alat hiburan”2

1Wawancara pribadi dengan Wawan Somarwan, seksi bidang nilai tradisional dan bahasa

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Garut. Garut, 5 desember 2016. 2Wawancara pribadi dengan Udin Holidin, dalang ketujuh Kesenian Badeng dan kepala

desa Sanding. Garut, 8 desember 2016.

Page 62: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

53

Walaupun sudah beralih fungsi, kesenian Badeng bagi masyarakat desa

Sanding bukan hanya sekadar alat hiburan. Masyarakat mempunyai kebanggaan

tersendiri terhadap kesenian ini karena sejarahnya yang sangat melekat. Kesenian

Badeng di desa Sanding selalu dipentaskan setahun sekali pada hari kemerdekaan

sebagai bentuk dari rasa kebanggaan dan penghargaan terhadap kesenian Badeng.

Pementasan kesenian Badeng pada hari kemerdekaan karena untuk mensyukuri

kemerdekaan bangsa Indonesia, dan mengingat bagaimana instrumen ini pernah

dilakukan untuk menyamangati para pejuang, seperti yang diungkapkan Udin

sebagai berikutt:

“Dulu pun para tokoh dari pencipta kesenian Badeng harus berjuang

melawan para penjajah untuk mengajarkan agama Islam, maka untuk

menghargainya kita pilih pas 17 agustus saja dan ini untuk mengingatkan

masyarakat sekitar agar tidak lupa bahwa desa kita punya sejarah yang

luar biasa.” 3

Syair kesenian badeng semuanya dinarasikan dalam bentuk teks. Syair

dalam kesenian Badeng ini lahir berdasarkan situasi dan kondisi masyarakat pada

saat itu. Makna dan pesan yang disampaikan tidak bisa langsung dipahami begitu

saja, namun perlu dimaknai secara mendalam dengan melihat konteks situasi

tempat dimana bahasa ini berlaku. Untuk mengetahui makna teks secara

keseluruhan dalam penulisan ini, teks akan dilihat dan dikaitkan dengan sejarah

terciptanya kesenian Badeng. Ditambah dengan menggali sumber dari para tokoh

kesenian Badeng diantaranya Mumu Safe‘i yang merupakan dalang ke-6 dari

kesenian badeng. Kesenian Badeng di bawah pimpinan Mumu masuk dalam

organisasi Medal Cipta, yang juga diciptakan olehnya untuk menaungi kesenian-

kesenian lain yang ada di desa Sanding. Mumu Safe‘i juga merupakan tokoh

agama dan masyarakat bagi warga desa Sanding.

3Wawancara pribadi dengan Udin Holidin.

Page 63: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

54

Selanjutnya pelibat yang dicantumkan adalah Udin Holidin. Udin

merupakan Kepala Desa Sanding yang juga merupakan dalang penerus Mumu

Safe‘i yang berarti dalang ke-7. Sebagai penerus dan keterlibatannya dalam

kesenian Badeng yang cukup lama, Udin diharapkan bisa memberi data-data dan

informasi yang valid. Selain itu, diharapkan juga dapat mengetahui kondisi

masyarakat Sanding sekarang karena jabatannya sebagai kepada desa. Hal ini

dimaksudkan untuk memenuhi dan melihat apa yang terjadi dalam medan wacana.

Selain dari para tokoh kesenian Badeng, penulis mencantumkan pelibat

dari pihak pemerintah atau dari Dinas Kebudayaan Kabupaten Garut. Wawan

Somarwan sebagai seksi nilai tradisional dan bahasa, sebagai narasumber yang

dilibatkan dalam penulisan ini. Sama seperti pelibat-pelibat yang dicantumkan

sebelumnya, keterlibatan Wawan dalam penulisan ini sebagai perwakilan dari

Pemerintah. Keberadaannya dibutuhkan untuk menggali informasi mengenai

kesenian Badeng.

Kesemua pelibat, dilihat dari kredibiltasnya dan dari segi penulis layak

untuk dijadikan narasumber. Para pelibat tidak secara langsung terlibat dalam

pelibat wacana yang dimaksud oleh Halliday. Pelibat wacana menurut Halliday

adalah keterlibatannya langsung dengan apa yang sedang terjadi dan atau

dicantumkan dalam teks. Karena mereka tidak terlibat saat lahirnya kesenian

Badeng, maka keberadaannya sekarang menjadi pelibat wacana yang masuk

dalam kategori peran masyarakat sekarang. Ranah pengalaman dan pengetahuan

para narasumber mengenai kesenian Badeng selama ini, menjadikan mereka

masuk dalam pelibat wacana.

Page 64: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

55

Penjelasan mengenai makna teks akan dipisahkan sesuai dengan

pembagian syair kesenian Badeng, sebagai berikut:

1. Makna Syair pertama

Lailahaillallah Muhammadarasulullah

(Tiada tuhan selain Allah, Muhammad utusan Allah).

Kalimat ―La ilaha illallah‖ pada syair pertama ini merupakan kalimat

tauhid. Istilah tersebut telah menjadi ―term‖ bagi para ahli/ulama Tauhid.4 Intinya

adalah mempercayai keberadaan dan beriman hanya kepada Allah SWT. Banyak

penjelasan mengenai kalimat tauhid ini dalam Al-qur‘an, beberapa penjelasan

tersebut diantaranya:

“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan,

tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa)

orang-orang mu'min, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui

tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal..” (QS. Muhammad: 19)

“Hai kaumku, sembahlah oleh kamu Allah, karena sekali-kali tidak ada

Tuhan bagimu selain DIA.” (QS. Al-Mu’minun: 23)

“Dialah (Tuhan) yang hidup kekal, tiada Tuhan melainkan dia; maka

4Abu Haniefah, Tauhid Khalis (Garut: Pondok Pesantren Darul Aqam, 1988), h. 23.

Page 65: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

56

sembahlah Dia dengan menunjukkan ibadah kepada-Nya” (QS. Ghafir:

65)

Berdasarkan penjelasan ayat Al-qur‘an diatas, maka makna dan

kandungan dari syair ini yaitu jelas agar menyembah serta mempercayai

keberadaan Allah SWT dan tidak menyembah yang lain. Tauhid merupakan

ajaran yang paling pertama dan utama disampaikan oleh para Rasul kepada

umatnya. Seperti yang tercantum dalam surat an-Nahl ayat 36:

“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk

menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu, maka

di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan

ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya.

Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana

kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).”

Maka pada kalimat selanjutnya dicantumkan ―Muhammadarasulullah‖

yang berarti ―Muhammad adalah utusan Allah‖. hal ini seolah-olah mengaskan

bahwa, selain dari menyembah Allah SWT, Nabi Muhammad juga harus

dipercayai sebagai utusan-Nya. ketika mempercayai nabi Muhammad, otomatis

mempercayai agama (Islam) yang dibawanya pun benar.

Apabila dikaitkan dengan sejarahnya, keadaan pada saat itu masyarakat

desa Sanding menganut paham hindu. Kemudian kesenian ini muncul sebagai alat

untuk berdakwah mempercayai keberadaan dan menyembah Allah SWT. Mumu

Safe‘i sebagai tokoh masyarakat sekaligus dalang keenam menyatakan bahwa:

Page 66: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

57

“Dulu sanding belum Islam, masih banyak hindu dan masih melakukan

ritual sesajen.”5

Maka jelaslah bahwa syair pertama ini untuk menghilangkan kepercayaan

masyarakat desa Sanding terhadap paham Hindu agar mempercayai Allah Swt.

Hal ini juga dibuktikan dengan data yang dimiliki oleh desa Sanding, sekarang

semua penduduk desa Sanding beragama Islam dan tidak ada agama lain. Bisa

jadi ini merupakan efek jangka panjang dari adanya kesenian Badeng.

Apabila dilihat dari segi psikologi komunikasi dakwah, syair pertama ini

juga termasuk dalam kalimat Thayyibah. Kalimat Thayyibah secara bahasa adalah

perkataan yang baik. Kalimat thayyibah adalah setiap ucapan yang mengandung

kebenaran dan kebajikan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Serta

mengandung aneka perbuatan ma'ruf dan pencegahan dari perbuatan munkar.

Kalimat Thayyibah ini masuk dalam kategori komunikasi intra pribadi (KIP). KIP

yaitu komunikasi kepada diri sendiri, dan syair pertama ini masuk dalam kategori

dakwah dzatiyah. Menurut pandangan Armawati Arbi dakwah dzatiyah yaitu

dakwah kepada diri sendiri melalui pendekatan komunikasi di dalam diri, dengan

demikian kita melakukan hubungan interaktif langsung antara manusia dengan

pencipta-Nya.6 Kalimat thayyibah yang ada pada syair pertama ini bukan hanya

sekadar untuk diucapkan, akan tetapi dituntut untuk adanya tindakan nyata.

Tindakan untuk melakukan perbuatan yang positif yang dimulai dari diri sendiri.

5Wawancara pribadi dengan Mumu Safe‘i, dalang keenam Kesenian Badeng . Garut, 8

Desember 2016. 6Armawati Arbi, Psikologi Komunikasi dan tabligh (Jakarta: Amzah, 2012), cet 1, h.17.

Page 67: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

58

2. Makna syair kedua

Lantung Layung

(Melakukan kegiatan di sore hari)

Langlayang Alus diayun

(Layangan bagus jika di ayunkan)

Siang beurang siang peuting

(Terik Siang gelap malam)

Kuar-kier kari sok ngong panganten

(Kesana kemari mencari pasangan untuk tinggal di nikahkan).

Pada teks ini, kata ‗lantung‘ yaitu merupakan kegiatan berjalan-jalan atau

bermain yang biasa dilakukan sore hari. Kata selanjutnya yaitu ‗layung‘ berarti

senja. Hal ini menegaskan bahwa kegiatan tersebut memang benar dilakukan pada

sore hari. Kalimat ‗langlayang alus diayun‘ yang berarti ‗layangan bagus apabila

dimainkan dengan cara diayunkan‘ merupakan salah satu kegiatan yang biasa

dilakukan masyarakat pada sore hari yaitu bermain layangan. Kalimat ‗langlayang

alus diayun‘ dalam bahasa Sunda masuk dalam kecap pancen atau kata Tugas.

Kecap pancen adalah kata-kata yang digunakan untuk hubungan gramatikal dalam

sebuah konstruksi atau kata-kata yang memilki tugas (pancen) menjelaskan

kalimat dan bagian-bagiannya.7 Biasanya Kecap pancen ini digunakan dalam

bahasa sehari-hari dan terbagi menjadi beberapa jenis. Adapun dalam kalimat ini

masuk dalam jenis kecap panambah panahap yaitu yang menunjukkan kualitas.

Kalimat ‗langlayang alus di ayun‘ atau layangan bagus di ayunkan

merupakan kata tugas yang menunjukan kualitas. Kualitas yang dimaksud

7Bachari, ―Mengungkap bentuk fatis dalam bahasa sunda,‖ linguistik Indonesia, tahun ke-

25 no. 2 (Agustus 2007): h. 3.

Page 68: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

59

merujuk pada kata senja yang apabila berdiri sendiri hanya sebagai keadaan ketika

sore hari. Akan tetapi ketika ada kata ‗layangan bagus jika diayunkan‘, senja

bukan sekedar bermakna keadaan di sore hari tapi menjadi waktu yang istimewa

untuk melakukan sesuatu hal. Maka maksud dari kalimat ‗lantung layung,

langlayang alus diayun‘ adalah saat senja datang bermain layangan akan bagus

jika dimainkan dengan cara diayunkan.

Kemudian dalam kata ‗layung‘ terdapat makna tersirat yang menunjukan

bahwa syair ini masuk dalam tauhid rububiyah. ‗layung‘ berarti ‗senja‘ yang

merupakan salah satu dari ciptaan Allah Swt. Adapun tauhid rububiyah itu sendiri

adalah tauhid yang merujuk pada keyakinan terhadap apa yang diciptakan oleh

Allah Swt. Maka secara tidak langsung, kata ‗layung‘ dicantumkan sebagai

pengingat dan contoh bahwa keindahan yang ada di dunia ini pun meupakan dari

ciptaan Allah yang harus diyakini.

Berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan, masyarakat daerah Sanding

khususnya para remaja suka melakukan kegiatan di sore hari. Biasanya untuk

sekarang para remaja (putra/putri) bermain di sore hari menggunakan motor, atau

hanya sekadar nongkrong di pinggir jalan. Sama seperti yang dilakukan oleh ibu-

ibu, sebagian berkumpul bersama ibu-ibu yang lain sambil mengurusi anaknya,

sambil anak kecilnya bermain ibunya memberi makan. Terkait dengan

pengamatan ini, Udin menjelaskan bahwa:

“Bisa saja ini merupakan kebiasaan yang diturunkan dari masyarakat

dulu, biasanya memang untuk dulu perayaan hasil tani biasa dilakukan

sore hari dan kesenian badeng pun ikut meramaikan.”8

Berdasarkan hal tersebut maka bisa dipastikan syair ini merujuk pada

kondisi kegiatan masyarakat yang banyak melakukan kegiatan di sore hari.

8Wawancara pribadi dengan Udin Holidin.

Page 69: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

60

Diperkuat dengan lirik selanjutnya yaitu ―kuar-kier‘ yang berarti kegiatan mencari

sesuatu yag diinginkan. Maksud dari mencari sesuatu disini tertuju kepada

mencari pasangan. Hal ini karena pada kata selanjutnya yaitu ‗kari hok ngong

panganten‘ yang berarti tunggu apalagi, tinggal adakan pernikahan. Kata ‗kari‘

berarti tinggal, tinggal yang dimaksud bukan menetap. Contoh penggunaan kata

‗kari‘ seperti maneh geus beunghar kari nikah (kamu sudah mapan tinggal nikah),

sedangkan kata panganten yaitu berari pengantin dalam arti lain pernikahan.

Kata ‗hok‘ masuk dalam kecap pancen, jenisnya yaitu kecap panambah

panganteb atau kata penambah yang fungsinya sebagai penjelas. Kata ‗hok‘ tidak

mempunyai makna apa-apa, hanya sebagai penjelas (panganteb) dari kata ‗kari‘

yang maksudnya untuk menguatkan kata yang dipentingkan. Dalam bahasa sunda

contoh lain dari jenis ini yaitu seperti kata atuh dalam kalimat geura makan atuh

(cepat makan sana), kata atuh disini sebagai penjelas dari kata ‗makan‘ yang

dipentingkan. Maka kata ‗kari‘ yang berarti tinggal, jika memakai penjelas yaitu

‗hok‘ maka bisa bermakna ‗tinggal menunggu apa lagi‘. Kalimat ini akan semakin

jelas dengan kata ‗ngong panganten‘. Adapun kata ‗ngong‘ dalam kecap pancen

bahasa Sunda masuk dalam jenis kecap panambah panganteur atau kata yang

bertugas mengantarkan. Contohnya dalam kalimat terekel naek monyet kana

tangkal (memanjat monyet itu ke pohon). Kata terekel disini tidak tahu pasti

maknanya apa, tetapi dalam kegunaannya kata antaran untuk kata naek

(memanjat). Dalam hal ini, kata ‗ngong‘ merupakan kata antaran untuk kata

‗panganten‘, yang berarti menandakan pernikahan.

Maka berdasarkan hal tersebut, ungkapan ‗kari hok, ngong panganten‘ ini

seperti kalimat nasihat. Karena sebelumnya ada kegiatan mencari pasangan, maka

Page 70: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

61

nasihatnya adalah lebih baik pasangannya untuk segera dinikahi. Pernikahan

merupakan salah satu ajaran dari Islam. Hal ini untuk menjaga dari keturunan

selain dari membangun keluarga yang sakinah, mawaddah, warrahmah. Maka

syair ini bermakna anjuran untuk mengamalkan salah satu ajaran Islam yaitu

pernikahan.

Dari segi komunikasi dakwah, pada syair kedua ini terdapat unsur-unsur

yang mengandung dakwah fardiyah. Dakwah fardiyah merupakan komunikasi

antarpribadi, yang hubugannya dimanfaatkan untuk mengkaderisasi seseorang

dan membina persahabatan.9 Dalam syair kedua ini terdapat sunnah Rasul agar

menyegerakan menikah. Menikah ini yang dimaksudkan Armawati Arbi dalam

komunikasi antar peribadi. Menikah bertujuan unuk membangun sebuah keluarga.

Substansi kekuatan komunikasi antarpribadi dalam dakwah fardiyah adalah

kekuatan keluarga sakinah10

.

3. Makna syair ketiga

Ya’ti ulla illah ala ya’ti ha illalloh

(Datang, tiada yang datang kecuali Allah)

Ala ya’ti Muhammadun rosulillah

(Muhammad Rasulullah datang, tiada tuhan selain Allah)

Ha ilalloh muhammadu rosululloh

(Muhammad utusan Allah).

Bahasa arab yang tercantum pada syair kesenian Badeng ini merupakan

bahasa arab yang diserap kedalam bahasa Sunda. Sebagaimana yang di jelaskan

oleh Mumu Safe‘i sebagai berikut:

99

Armawati Arbi, Psikologi Komunikasi dan tabligh (Jakarta: Amzah, 2012), cet 1, h.138. 10

Armawati Arbi, Psikologi Komunikasi dan tabligh (Jakarta: Amzah, 2012), cet 1, h.275.

Page 71: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

62

“Pelafalan bahasa arab pada syair ini kenapa seperti itu karena tidak

terpaku dengan pelafalan orang gujharat (arab). Dengan demikian hal itu

merupakan faktor atau pengaruh dari bangsa kita atau masyarakat

disini.”11

Secara tersirat, syair yang menggunakan bahasa Arab ini merupakan

penegasan tentang rukun Islam pertama yaitu Syahadat. Dalam kalimat syahadat

dijelaskan mengenai keesaan Allah sebagai dzat yang tiada sekutu bagi-Nya dan

Nabi Muhammad sebagai pembawa pesan dari Allah.

Dua kalimat syahadat (laa ilaaha illallah Muhammadan Rasulullah)

merupakan rukun Islam yang pertama yang diatasnya didirikan amalan dan tidak

diterima suatu amal tanpa keduanya. Imam Bukhari dan Imam Muslim

meriwayatkan dari sahabat Ibnu Umar radhiallahu ‗anhu, bahwa Rasulullah

Shalalallahu ‗Alaihi Wassalam bersabda:

―Islam dibangun diatas lima perkara: bersaksi bahwa tidak ada ilaah

yang berhak disembah kecuali Allah semata dan bahwasanya Muhammad

itu utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan haji

dan shaum di bulan Ramadhan.‖ (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadits diatas adalah dalil tentang rukun Islam yang salah satunya adalah

syahadatain. Al Hafizh Ibnul Rajab rahimahullah berkata: ―Maksud hadits ini

ialah bahwa Islam dibangun di atas lima perkara yang merupakan rukun dan tiang

penyangga bangunan Islam. Permisalan Islam dengan bangunan dan tiang

penyangga bangunan yang lima adalah bahwa bangunan tidak akan berdiri kokoh

jika tidak mempunyai tiang penyangga. Cabang Islam yang lain merupakan

penyempurna bangunan tersebut. Jika salah satu cabang tersebut tidak ada maka

bangunan tersebut akan berkurang namun masih tetap berdiri, tidak akan runtuh

dengan kekurangan tersebut. Berbeda jika yang kurang tersebut adalah tiang

penyangganya. Tidak perlu diragukan, Islam seseorang akan runtuh semuanya

11

Wawancara pribadi dengan Mumu Safe‘i.

Page 72: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

63

jika salah satu rukun tersebut tidak ada. Begitu juga Islam seseorang akan lenyap

bila tidak bersyahadat, karena itu merupakan tiang penyangga Islam.

Adapun dalil syahadat laa ilaaha illallah dalam firman Allah:

‖Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Ilah (yang berhak disembah)

melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-

orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tiadalah ilah

(yang berhak disembah) selain Dia.‖(QS. Ali Imran:18).

Ayat di atas merupakan dalil yang menjelaskan tentang pentingnya

syahadat. Syahadat merupakan kesaksian yang sangat agung, dan bukan untuk

dipermainkan. Persaksian tersebut sangat agung karena bersaksi di hadapan Allah

Subahanahu wa Ta‘ala dan para Malaikat. Persaksian atau pernyataan tersebut

adalah bahwa tiada ilah yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah

semata. Di ayat tersebut juga disebutkan bahwa ahli ‗ilmi yaitu para Nabi dan

ulama mempunyai kedudukan yang tinggi di hadapan Allah, karena Allah

menyebutkan mereka secara khusus dan tidak menyebutkan manusia lain. Allah

menyebutkan mereka secara khusus dan persaksian mereka disertakan dengan

persaksian para malaikat. Ini menunjukkan bahwa pentingnya syahadat sebagai

tauhid.

Sebagaimana informasi bahwa masyarakat desa Sanding pada masa itu

menganut paham Hindu. Syair pertama berisikan kalimat tauhid yang ditujukan

agar mempercayai keberadaan dan menyembah Allah serta percaya pada nabi

Muhammad. Pun begitu, lirik ini menjelaskan pentingnya syahadat. Maka makna

dari syair ketiga ini menjadi penegasan dari syair pertama. Tujuannya untuk

Page 73: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

64

memperjelas dan mengingatkan kembali agar masyarakat desa Sanding

mempercayai keberadaan dan menyembah Allah dan nabi Muhammad SAW

sebagai utusan-Nya.

Sebagaimana telah dijelaskan pada syair pertama bahwa keyakinan

terhadap Allah SWT merupakan komunikasi intrapribadi. Pun begitu pada syair

ketiga merupakan komunikasi pada diri sendiri. Keyakinan terhadap Allah dan

Nabi Muhammad bukan hanya sekedar ucapan, akan tetapi dalam setiap tindakan

yang dilakukan harus berdasarkan keyakinan kepada Allah SWT. Kekuatan

komunikasi intrapribadi menjadi modal dasar dalam menjalankan dakwah

fardiyah atau komunikasi antarpribadi.12

4. Makna syair keempat

kyai dagoan kuring

(Kyai tunggu saya)

kuring nutur keur paneuri

(Saya mengikuti dari belakang)

gusti balikeun deui

(Ya allah, kembalikan lagi).

Dalam teks ini, ‗kyai dagoan kuring‘ berarti kyai tunggu saya. Sama

seperti Kyai pada umumnya. Desa Sanding pun kyai adalah sosok tokoh yang ahli

dan paham mengenai agama. Kyai sering menjadi tempat bernaung bagi

masyarakat ketika menghadapi permasalahan sosial. Seperti yang dinyatakan oleh

Udin Holidin sebagai berikut:

“Kyai kan merupakan panutan dan kadang dipercaya untuk memberi

saran bagi masyarakat, istilahnya kyai orang yang diberi pengetahuan

12

Armawati Arbi, Psikologi Komunikasi dan tabligh (Jakarta: Amzah, 2012), cet 1, h.138.

Page 74: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

65

lebih mengenai agama karena dia benar-benar fokus dalam mempelajari

agama makanya bisa dibilang guru”13

Kalimat selanjutnya ―kuring nutur keur paneuri‘ yang berarti saya

mengikuti dari belakang. Sebagaimana diketahui bahwa dahulu pementasan

kesenian Badeng sering dilakukan pada perayaan seperti kelahiran. Apabila

melihat hal tersebut, maksud dari kedua kalimat tersebut ditujukan bagi anak yang

baru dilahirkan ke dunia ini. sebagai penerus dari desa Sanding. Anak yang baru

lahir tersebut diharapkan dapat belajar kepada para Kyai dan menjadikannya

sebagai contoh dalam berbagai hal. Hal inipun yang menjadi medan wacana dari

syair ini yang merupakan nasihat. Nasihat yang dimaksud yaitu diharapkan bagi

generas penerus muda atau yang baru lahir agar dapat belajar agama dan

mengikuti apa yang dilakukan oleh para kyai.

Lirik atau kalimat selanjutnya adalah ‗gusti balikeun deui‘, yang berarti ya

Tuhan kembalikan lagi. Kata ‗gusti‘ merupakan sebutan untuk Tuhan, yang juga

biasa digunakan untuk memohon kepada Tuhan atau bisa juga dalam kondisi

mengeluh. Contoh seperti ungkapan ‗gusti, kenapa hidupku seperti ini. berilah

hamba kekuatan dalam menghadapi cobaan‘. Adapun Tuhan yang dimaksud

dalam hal ini jelas adalah Tuhan Allah SWT. Menyambung dari medan wacana

sebelumnya yang merupakan nasihat, maka kalimat ini berarti pengharapan.

Pengharapan disini berupa permohonan kepada Allah agar generasi muda atau

yang baru lahir benar-benar dapat berada di jalan yang benar atau kembali kepada

ajaran Islam. Pengharapan agar generasi penerus tidak kembali kepada perilaku

masyarakat desa Sanding sebelumnya yang menganut ajaran Hindu.

13

Wawancara pribadi dengan Udin Holidin.

Page 75: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

66

Sosok Kyai pada syair keempat digambarkan sebagai sosok yang pantas

untuk dijadikan tauladan. Dakwah dzatiyah dalam Komunikasi intrapribadi

menyatakan bahwa faktor pribadi dan situasi mempengaruhi perilaku manusia.

Ketika suatu lingkungan menjadikan sosok kyai sebagai tauladan yang baik, maka

akan menjadikan perilaku manusia yang ada pada lingkungan tersebut baik pula.

Sosok kyai dijadikan tauladan dimaksudkan agar dapat mempengaruhi dan

membantu individu siap kembali ke fitrah. Baharuddin menjelaskan dimensi fitrah

melingkari kotak dimensi-dimensi akal, ruh, nafs, dan kalbu.14

Kesemuanya agar

manusia beribadah kepada Allah SWT.

5. Makna syair kelima

lumbang limung

(Keadaan tidak jelas)

narembong teu boga indung

(Menampakan diri tidak punya ibu)

ngajajal teu boga bapa

(Mencoba sesuau hal tidak punya bapak)

ngaronyok teu boga alo

(Bekumpul tidak mempunyai saudara)

Kata ‗lumbang-limbung‘ pada bahasa sunda digunakan merujuk pada

kondisi tidak ada kejelasan. Misalkan dalam penggunaannya sehari-hari,

ungkapan kata ‗lumbang-limbung‘ melekat pada seorang pengangguran.

Pengangguran biasanya lumbang-limbung; Pengganguran itu biasanya dalam

kondisi tidak memiliki pekerjaan. Arti atau makna dari kata tersebut, berlaku juga

14

Baharuddin, Paradigma Psikologi Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007, h. 237.

Page 76: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

67

seperti yang tercantum dalam syair kesenian Badeng ini. Dalam syair ini, kata

‗lumbang-limbung‘ merujuk pada kondisi masyarakat akhir abad ke-17 atau

masuk abad ke-18 yang berada pada masa penjajahan Belanda. Selama penjajahan

masyarakat tidak memiliki tujuan, berada dibawah kendali penjajah Belanda, dan

hanya bisa mengikuti segala yang diperintahkannya. Segala bentuk kegiatan

masyarakat diawasi oleh penjajah. Seperti halnya kesenian Badeng pada masa itu

dilarang karena ditakutkan akan membahayakan bangsa Belanda.

Dalam bahasa sunda kata ‗lumbang-limbung‘ merupakan kata dwilingga,

yaitu kata yang diulang seluruhnya. Kata ini terbagi menjadi dua bagian yaitu

yang pertama dwimurni yang pengucapannya tidak dirubah seperti mobil-mobil

dan bangku-bangku, sedangkan yang kedua dwireka yaitu pengucapannya

berubah. Kata ‗lumbang-limbung‘ masuk dalam kategori dwireka yang dilakukan

lebih dari satu kali.15

Jadi kegiatan atau kondisi ketidak jelasan ini bukanlah hal

yang sekali terjadi, melainkan hal yang sering terjadi. Artinya, masyarakat desa

Sanding benar-benar mengalami kondisi ketidak jelasan akibat dari penjajahan

Belanda.

Adapun kalimat selanjutnya yaitu ‗narembong teu boga indung, ngajajal

teu boga bapa, ngaronyok teu boga alo‘ merupakan penjelasan bagaimana ketidak

jelasan itu digambarkan. Dengan kata lain, kalimat tersebut merupakan

pengibaratan. Apabila diperjelas arti dari kalimat tersebut yaitu ‗menampakan diri

seperti tidak mempunyai ibu, mencoba beberapa hal seperti tidak mempunyai

bapak, bekumpul seperti tidak mempunyai saudara.‘ . Secara keseluruhan dapat

15

Supriatna, Tungtunan Basa jeung Sastra Sunda. (Garut: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan Wilayah Provinsi Jawa Barat, Kantor Kabupaten Garut, 1994), h. 3.

Page 77: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

68

disimpulkan, kondisi individu pada saat itu seperti tidak mempunyai keluarga

sebagai sandaran. Individu seperti budak yang hanya dikendalikan oleh penjajah.

Syair kelima menggambarkan situasi individu yang tidak bisa

mengembangkan dirinya. Dalam psikologi komunikasi, individu ini tidak

mempunyai rasa humanisme. Psikologi humanis memandang manusia memiliki

kualitas dan potensi. Manusia humanis memiliki kemampuan untuk memaknai

hidup, bebas berkehendak serta mengembangkan dirinya sendiri.16

Dalam syair

kelima ini, individu digambarkan tidak mempunyai sosok manusia yang humanis

tersebut. Terusan dari syair kelima berikutnya yaitu:

aduh lilimbungan

(Aduh kegiatan tidak jelas)

aduh gengsor

(Aduh tidak kuat)

ilu ngenong

(Ikut menginap)

Ungkapan kalimat ‗aduh lilimbungan, aduh gengsor‘ jika merujuk kepada

kalimat sebelumnya, ini merupakan ungkapan kesedihan. Diperjelas adanya kata

‗aduh‘. Dalam bahasa sunda ini masuk dalam kecap pancen jenis kecap penyeluk,

yaitu kata-kata yang mengungkapkan perasaan penuturnya. Contoh dalam kecap

panyeluk ini yaitu seperti ah, aduh, dan ih. Kata ‗lilimbungan‘ merujuk dari kata

‗lumbang-limbung‘. ‗lumbang-limbung‘ seperti yang sudah dijelaskan

sebelumnya merupakan kondisi dimana tidak ada kejelasan.

16

Armawati Arbi, Psikologi Komunikasi dan tabligh (Jakarta: Amzah, 2012), cet 1, h.23.

Page 78: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

69

Adapun ‗lilimbungan‘ digunakan untuk merujuk dimana kegiatan ketidak

jelasan dilakukan. Contoh dalam bahasa indonesia kegiatan bermain mobil

mainan disebut ‗mobil-mobilan‘, sedangkan dalam bahasa sunda kegiatan

bermain mobil mainan atau ‗mobil-mobilan‘ tersebut menggunakan istilah

‗momobilan‘. Hal inipun yang berlaku dalam kata atau istilah ‗lilimbungan‘.

Dalam bahasa sunda, kata lilimbungan masuk dalam kecap rajekan. Kecap

rajekan yaitu kata yang disebutkan dua kali atau lebih, sebagian atau seluruhnya,

rubah suaranya atau tidak rubah.17

Kecap rajekan ini terbagi menjadi beberapa

bagian, adapun kata lilimbungan masuk dalam jenis dwipurwa dengan ditambah

akhiran –an. Kata dwipurwa dalam bahasa sunda bisa dilihat dari huruf atau kata

pertama yang diulang. Seperti kata lilimbungan, asalnya dari kata ‗limbung‘

masuk kategori dwipurwa dan ditambah akhiran –an jadi lilimbungan. Hal ini

menunjukkan kegiatan yang sering dilakukan, seperti ungkapan ‗mobil-mobilan‘,

yaitu merupakan kegiatan yang sering dilakukan oleh anak kecil. Begitupun

‗lilimbungan‘, kondisi tidak jelas ini dijelaskan sering terjadi dan dilakukan oleh

masyarakat desa Sanding.

Kata ‗gengsor‘ yaitu bermakna atau berlaku dalam kondisi ketika tidak

kuat melihat atau melakukan sesuatu. Jadi ungkapan yang dimaksud adalah

ungkapan sedih karena tidak kuat atau tidak tahan melihat kondisi masyarakat

yang tidak jelas karena seperti tidak memiliki arah tujuan hidup.

Selain dari hal yang sudah dijelaskan diatas, maksud dari syair disini

sebenarnya adanya suatu pengharapan. Pesan tersirat berupa harapan yang

dimaksud adalah meskipun mayarakat di desa Sanding berada dalam kondisi

17

Supriatna, Tungtunan Basa jeung Sastra Sunda, h. 3.

Page 79: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

70

ketidak jelasan dan mengahadapi berbagai kesulitan, tetapi mereka harus tetap

yakin dan percaya terhadap ajaran Allah SWT. Pemahaman atau keyakinan

terhadap Allah SWT tidak boleh runtuh atau terpengaruhi oleh penjajah Belanda

atau paham lain. Hal inipun menjelaskan bahwa agama Islam merupakan sandaran

bagi siapa saja, serta salah satu dari tujuan hidup agar hidup bisa dimaknai. Hal ini

juga ditegaskan oleh Mumu Safe‘i yang menyatakan:

“ini merupakan sindirian walaupun tidak ada pemimpin karena waktu itu

dalam penjajahan belanda tapi masyarakat harus dewasa jangan sampai

terpecah belah, begitu juga harus tetap percaya terhadap islam jangan

terpengaruhi oleh paham lain. jadi memang pada saat itu kondisinya

sedang kacau karena penjajahan.”18

Kacau yang dimaksudkan oleh Mumu bisa juga berarti karena kondisi

terjajah, tidak mempunyai aturan jelas yang sesuai dengan ajaran Islam. Adapun

kalimat atau kata terakhir dalam syair ini yaitu ‗ilu ngenong‘ yang dalam bahasa

sunda asal katanya adalah ‗milu ngendong‘. Dalam kata ‗ilu ngenong‘ ada

beberapa huruf yang hilang Hal ini merupakan kebiasaan dari masyarakat Sunda

khususnya masyarakat desa Sanding dalam pelafalan atau pengucapan. Contohnya

kata ‗bandung‘ menjadi ‗banung‘. Jika dalam bahasa indonesia seperti kata

‗enggak‘ dalam pelafalannya jadi ‗engga‘. Arti kata dari ‗milu ngendong‘ adalah

ikut menginap. Mumu Safe‘i mengatakan bahwa:

“Untuk dulu karena masih diperbolehkan sesajen, maka ketika ada

perayaan atau syukuran kesenian badeng ini dipentaskan semalaman

tanpa henti.”19

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kalimat

‗ilu ngenong‘ bermakna dan berlaku ketika kesenian badeng ini digunakan dalam

sebuah perayaan yang dipentaskan semalaman. Maksudnya karena para pemain

18

Wawancara pribadi dengan Mumu Safe‘i. 19

Wawancara pribadi dengan Mumu Safe‘i.

Page 80: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

71

kesenian Badeng ini mementaskan kesenian semalaman maka mereka meminta

ijin agar diperbolehkan ikut menginap. Dalam terusan syair terakhir ini, para

pemain kesenian Badeng mengekspresikan dirinya terhadap situasi yang terjadi.

Para pemain mengekspresiakan kesedihan melihat individu di Desa Sanding tidak

memiliki sosok manusia humanis dan tidak berbuat apa-apa.

Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan, temuan makna teks dalam

penelitian syair kesenian Badeng disimpulkan pada tabel di bawah ini:

Tabel

Hasil Temuan Makna Teks pada Syair Kesenian Badeng

No Syair Arti Temuan Makna

1 Lailahaillallah

Tiada tuhan selain Allah, Untuk menghilangkan

kepercayaan

masyarakat desa

Sanding yang

memiliki paham

Hindu agar

mempercayai Allah

SWT.

Muhammadarasulullah Muhammad utusan

Allah

2 Lantung Layung

Melakukan kegiatan di

sore hari

Nasihat untuk

mengamalkan salah

satu sunnah Rasul

yaitu menyegerakan

menikah dengan

pasangan.

Langlayang Alus

diayun

Layangan bagus jika di

ayunkan

Siang beurang siang

peuting

Siang malam

Kuar-kier kari sok

ngong panganten

Kesana kemari mencari

pasangan untuk tinggal

di nikahkan

3 Ya‘ti ulla illah ala

ya‘ti ha illalloh

Datang, tiada yang

datang kecuali Allah

Penegasan agar

masyarakat desa

Sanding mempercayai

keberadaan dan

menyembah Allah

dan mempercayai

nabi Muhammad

SAW sebagai utusan-

Nya.

Ala ya‘ti

Muhammadun

rosulillah

Muhammad Rasulullah

datang, tiada tuhan

selain Allah

Ha ilalloh

muhammadu

rosululloh

Muhammad utusan

Allah

Page 81: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

72

4 kyai dagoan kuring

Kyai tunggu saya Pengharapan agar

generasi muda atau

anak yang baru lahir

di desa Sanding

berada di jalan yang

benar atau kembali

kepada ajaran Islam.

Pengharapan agar

generasi penerus

tidak kembali kepada

perilaku masyarakat

desa Sanding

sebelumnya yang

menganut ajaran

Hindu.

kuring nutur keur

paneuri

Saya mengikuti dari

belakang

gusti balikeun deui Ya allah, kembalikan

lagi

5 lumbang limung

Keadaan tidak jelas Gambaran kondisi

masyarakat Desa

Sanding yang tidak

memiliki arah atau

tujuan hidup karena

dibawah kendali

penjajah.

narembong teu boga

indung

Menampakan diri tidak

punya ibu

ngajajal teu boga bapa

Mencoba sesuatu hal

tidak punya bapak

ngaronyok teu boga

alo

Bekumpul tidak

mempunyai saudara

aduh lilimbungan

Aduh kegiatan tidak

jelas

aduh gengsor Aduh tidak kuat

ilu ngenong

Ikut menginap

Berdasarkan Tabel temuan teks pada syair kesenian Badeng, makna syair

tidak memiliki kesinambungan apabila dilihat secara perbait. Namun makna teks

dapat dilihat kesinambungannya ketika diartikan secara keseluruhan. Adapun

apabila dilihat dari segi dakwah dan komunikasi, hasil temuan makna teks bisa

dilihat pada tabel di bawah ini:

Page 82: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

73

Tabel

Hasil Temuan Makna Teks pada Syair Kesenian Badeng dilihat dari

Dakwah dan Komunikasi

No Syair Makna Dakwah dan Komunikasi Temuan

1 Pertama Terdapat unsur dakwah dzatiyah dan masuk

dalam kategori komunkasi intrapribadi

Adanya kalimat

thayyibah yang

merupakan

kalimat yang

mengandung

kebenaran dan

kebajikan yang

bermanfaat bagi

dirinya sendiri

kemudian orang

lain.

2 Kedua Terdapat unsur dakwah fardiyah dan masuk

dalam komunikasi antarpribadi

Adanya Nasihat

untuk melakukan

sunnah rasul yaitu

menyegerakan

pernikahan.

Pernikahan

bertujuan untuk

membangun dan

membina sebuah

keluarga.

3 Ketiga Terdapat unsur dakwah dzatiyah dan masuk

dalam kategori komunkasi intrapribadi

Kepercayaan dan

keyakinan kepada

Allah dan Nabi

Muhammad

bukan hanya

untuk diucapkan

akan tetapi setiap

tindakan yang

dilakukan harus

mencerminkan

bahwa kita

sebagai individu

harus benar-benar

yakin percaya

pada Allah SWT

serta nabi

Muhammad

SAW.

4 Keempat Terdapat unsur dakwah dzatiyah dan masuk

dalam kategori komunkasi intrapribadi

Sosok Kyai

dijadikan tauladan

agar individu di

lingkungan Desa

Sanding menjadi

Page 83: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

74

pribadi yang siap

kembali ke fitrah

yaitu beribadah

kepada Allah Swt.

5 Kelima Masuk dalam kategori komunikasi

intrapribadi dan antarpribadi

Menggambarkan

individu yang

tidak mempunyai

rasa humanis

untuk

mengembangkan

dirinya sendiri

yang menjadi

dasar dari

komunikasi

intrapribadi dan

antarpribadi

Dominasi dakwah dzatiyah pada syair kesenian Badeng menegaskan

bahwa untuk pertama kali yang harus dilakukan dalam berkomunikasi adalah

komunikasi pada diri sendiri. Setelah penguatan pada diri sendiri sudah dilakukan,

tahapan selanjutnya komunkasi atarpribadi dan kelompok akan mudah untuk

dilakukan.

B. Analisis Semiotika Sosial dalam Syair Kesenian Badeng

Penelitian menggunakan analisis semiotika M.A.K Halliday, terfokus pada

tiga unsur konsep situasi yang menjadi pusat penafsiran teks secara kontekstual.

Konsep-konsep tersebut yaitu medan wacana (field of discourse), pelibat wacana

(tenor of discourse), dan sarana wacana ( mode of discourse).

Pada pembahasan sebelumnya mengenai analisis makna teks sudah

disinggung mengenai medan wacana pada syair kesenian badeng ini. Adapun

dalam pembahasan ini akan dijelaskan secara lebih rinci dengan melihat

keseluruhan dari syairnya, yang kemudian akan dibagi kedalam tiga unsur konsep

yang ada dalam semiotika sosial.

Page 84: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

75

1. Medan Wacana

Medan wacana yaitu bertujuan untuk melihat dari ranah pengalaman apa

yang terjadi dengan proses dan juga keadaan yang terjadi. Hal ini bertujuan untuk

membantu memahami teks sebaik-baiknya seperti yang sudah dilakukan pada

pembahasan sebelumnya.

Pada pembahasan sebelumnya, analisis makna teks dibantu dengan

melihat dari sejarah terlahirnya kesenian Badeng agar teks mudah dipahami.

Selain dari melihat keadaan yang terjadi, medan wacana bisa dibantu dengan

melihat dari tujuan jangka panjang dan pendek. Dengan melihat dari tujuan jangka

pendek dan jangka panjangnya teks bisa dipahami sebaik-baiknya.

Seperti pada syair kesenian Badeng, jelas terlihat bahwa tujuan yang ingin

segera dicapai adalah ingin masyarakat sekitar yang menganut paham hindu agar

masuk dalam ajaran Islam. Tujuan jangka panjang bisa dilihat merujuk pada

tempat teks ini dulunya berlaku atau lahir, berdasarkan data yang didapat peneliti

semua masyarakat desa Sanding menganut agama Islam dan hal ini masuk

kepada tujuan jangka panjang apabila meihat dari tujuan jangka pendek

sebelumnya yang ingin mengislamkan masyarakat desa Sanding.

Secara keseluruhan yang menjadi medan wacana dalam syair kesenian

Badeng ini ialah proses peng-islaman terhadap masyarakat sekitar. Hal ini

tidaklah mengherankan mengingat semua pemain kesenian Badeng terdahulu

merupakan ahli agama. Apabila di garis besarkan, dalam syair ini yang dibahas

adalah hal-hal utama yang harus diperhatikan dalam bertauhid yaitu percaya akan

adanya tuhan dan semua yang di ciptakannya. Seperti pada syair pertama, medan

wacana merujuk pada pengenalan agama Islam. Disini dijelaskan bahwa Islam

Page 85: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

76

merupakan agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad. Syair ini di cantumkan di

awal mempertegas bahwa yang harus dilakukan untuk masuk Islam adalah

mempercayai akan adanya Allah, dan mengakui Nabi Muhammad sebagai utusan-

Nya. Sejalan dengan apa yang dikatakan Mumu safe‘i:

“kenapa kalimat ini dicantumkan adalah tentu harus ada pengenalan.

Islam itu apa seperti apa, ya diawali lah dengan kalimat lailahailallah.

Maka jelas hal ini bertujuan agar masyarakat sekitar mempercayai

keberadaan Allah dan Muhammad sebagai rasul-Nya.”20

Tentu maksud pengenalan disini adalah untuk mengajak agar bertauhid

kepada Allah. Hal inipun dipertegas pada syair ketiga, yang secara tersirat

merupakan penegasan tentang rukun Islam pertama yaitu syahadat. Dalam kalimat

syahadat dijelaskan mengenai keesaan Allah sebagai dzat yang tiada sekutu bagi-

Nya dan Nabi Muhammad sebagai pembawa pesan dari Allah. Dua kalimat

syahadat (laa ilaaha illallah wa anna Muhammadan Rasulullah) merupakan rukun

Islam yang pertama yang diatasnya didirikan amalan dan tidak diterima suatu

amal tanpa keduanya. Maka menyambung dari sebelumnya syair ini dulunya

digunakan untuk mengajak kepada ajaran islam yang mempercayai kepada Allah

dan Muhammad dan juga diharapkan agar mempercayai keduanya –tidak salah

satunya— agar amalan yang dilakukan diterima oleh Allah.

Kemudian pada medan wacana yang membahas mengenai tauhid yang

mengharuskan percaya dengan semua yang diciptakan oleh Allah. Hal ini

dijelaskan pada syair kedua, yang merupakan penegasan untuk mempercayai

ciptaan Allah dan anjuran untuk mengamalkan ajaran Islam yaitu pernikahan.

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya mengenai makna teks, pada syair

kedua ciptaannya merujuk pada kata senja. Senja merupakan keadaan sore hari

20

Wawancara pribadi dengan Mumu Safe‘i.

Page 86: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

77

yang lahir ketika matahari akan terbenam. Pada syair kedua pun ada makna teks

yang menganjurkan untuk mengamalkan salah satu ajaran Islam yaitu pernikahan.

Anjuran nikah ini melihat dari kondisi desa Sanding yang suka melakukan

kegiatan di sore hari dimana para remaja selalu mencari pasangan. Syair kedua ini

bertujuan untuk menghindari dari adanya perzinaan diantara para remaja sekitar,

maka lebih bagus untuk segera menikah karena itu merupakan anjuran dari agama

Islam yang salah satu tujuannya untuk menjaga keturunan.

Selain anjuran untuk mengamalkan ajaran Islam yaitu pernikahan medan

wacana dalam syair ini juga memberikan nasihat. Nasihat yang dimaksud ada

pada syair keempat. Seperti yang telah disinggung dalam pembahasan

sebelumnya, nasihat disini yaitu diharapkan bagi generas penerus muda atau anak

yang baru lahir bisa belajar agama dan mengikuti arahan dari para Kyai di desa

Sanding yang dipercaya sebagai sosok yang patut di contoh karena memperdalami

agama Islam lebih dalam dan sebagai sesepuh yang harus dihormati. Pada syair

keempat pun berisi doa dan harapan bagi generasi penerus. Pengharapan disini

memohon kepada Allah agar generasi muda atau yang baru lahir tadi benar-benar

dapat kembali kepada jalan yang benar yaitu ajaran Islam. Pengharapan agar

generasi penerus tidak kembali kepada perilaku masyarakat desa Sanding

sebelumnya yang menganut ajaran Hindu. Dalam permasalahan ini Udin sebagai

dalang ketujuh memperjelas dalam wawancara yang dilakukan peneliti:

“jadi dulu itu kan hindu, masyarakatnya suka sesajen. Sesajen ini

dilakukan ketika seperti perayaan hasil tani. Karena sulit mengilangkan

kebiasaan itu maka hal itu dibiarkan, akan tetapi di masukan juga ajaran

islam seperti khitanan, perkawinan dan kelahiran itu dirayakan. Nah

ketika perayaan itulah Kesenian badeng itu dipentaskan, selain untuk

Page 87: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

78

meramaikan juga sebagai bentuk syukur dan memberi wejangan dalam

syairnya.”21

Wejangan yang dimaksud narasumber diatas yaitu nasihat. Nasihat yang

diberikan bukan hanya untuk generasi penerus seperti yang dipermasalahkan

dalam syai ketiga. Pada syair kelima harapan dan nasihat pun diberikan untuk

masyarakat desa Sanding pada saat itu. Nasihat yang dibahas adalah mengenai

keyakinan terhadap Islam tidak boleh runtuh oleh keadaan yang tidak jelas.

Keadaan tidak jelas ini merujuk pada kondisi masyarakat akhir abad ke-17 atau

masuk abad ke-18 yang berada pada masa penjajahan Belanda. Selama

penjajahan, masyarakat tidak mempunyai tujuan dan pemimpin, mereka berada

dibawah kendali penjajah Belanda, masyarakat hanya bisa mengikuti segala yang

diperintahkan oleh para penjajah. Segala bentuk yang dilakukan oleh masyarakat

diawasi oleh penjajah. Hal ini juga yang ditegaskan oleh Mumu Safe‘i yang

menyatakan:

“untuk dulu kan tidak ada pemimpin karena waktu itu dalam penjajahan

belanda tapi masyarakat harus dewasa jangan sampai terpecah belah,

begitu juga harus tetap percaya terhadap islam jangan terpengaruhi oleh

paham lain. jadi memang pada saat itu kondisinya sedang kacau karena

penjajahan.”22

Sebagaimana telah dibahas makna dari syair kelima, bahwa kekacauan

masyarakat Sanding pada saat itu digambarkan seperti tidak mengenal satu sama

lain, bahkan seperti tidak mengenal keluarganya sendiri. Hal ini bertentangan

dengan ajaran Islam yang harus menjaga silaturahim dan silaturahmi. Karena

keadaan yang kacau, pesan tersirat yang dibahas pun berharap agar Islam

dijadikan sandaran. Maksudnya ketika masyarakat desa Sanding tidak mempunyai

aturan yang jelas dan dibawah kendali dari para penjajah, masyarakat diharapkan

21

Wawancara pibadi dengan Udin Holidin. 22

Wawancara pibadi dengan Mumu Safe‘i.

Page 88: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

79

tetap yakin akan Islam beserta ajarannya agar mereka mempunyai tujuan hidup

yang jelas tidak hanya sebagai budak yang hanya mengikuti perintah penguasa

saja. Ketika Islam yang dibawa nabi Muhammad diharapkan bisa jadi sandaran

maka yang perlu dilakukan adalah pecaya dan meyakini akan adanya Allah. Hal

ini menegaskan kembali bahwa syair kesenian Badeng menginginkan masyarakat

desa Sanding bertauhid kepada ajaran Allah yang dibawa nabi Muhammad yaitu

agama Islam.

2. Pelibat Wacana

Pelibat wacana dalam semiotika sosial Mak Halliday yaitu siapa saja yang

terlibat baik yang dicantumkan dalam teks itu sendiri atau yang terlibat dalam

prosesnya dimana teks itu berlaku. Pelibat wacana ini juga membantu dalam

memahami teks dari konteksnya agar bisa dipahami sebaik-baiknya. Dengan

melihat siapa saja yang terlibat akan terlihat apa yang sedang dipermasalahkan

dan maksud dari teks itu sendiri. Contoh sederhana adalah kata ‗cokot‘ bagi orang

Sunda berarti ‗ambil‘ sedangkan bagi orang Jawa berarti ‗gigit‘. Untuk bisa

mengartikan arti dari kata ‗cokot‘ itu ‗ambil atau gigit‘ bisa dengan melihat siapa

yang terlibat didalamnya orang Sunda atau Jawa. Apabila yang terlibat dalam

teks itu adalah orang Sunda maka kata ‗cokot‘ berarti ambil sedangkan apabila

yang terlibat orang Jawa maka kata ‗cokot‘ berarti gigit. Dalam pelibat wacana ini

yang dibahas adalah mengenai peran masyarakat dalam teks yang juga mencakup

status dan jarak sosialnya.

Dalam teks syair Kesenian Badeng, terlihat dari medan wacana yang

sudah dibahas sebelumnya peran masyarakat desa Sanding adalah sebagai objek

dan yang menjadi subjeknya adalah para pemain kesenian Badeng. Masyarakat

Page 89: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

80

desa Sanding dalam teks syair ini diperlihatkan hanya sebagai objek dari pesan-

pesan yang ingin disampaikan oleh para pemain kesenian Badeng. Maka hal ini

menegaskan kembali bahwa teks syair ini merupakan dakwah, karena muatan

dalam syair ini pesannya yaitu berupa anjuran untuk mengamalkan ajaran Islam

seperti pernikahan dan juga nasihat. Dalam syair ini, status sosial masyarakat desa

Sanding disamakan yaitu yang kesemuanya menganut paham Hindu. Adapun

jarak sosial hanya dibedakan antara masyarakat desa Sanding dengan para

penjajah Belanda. Dalam teks syair ini para pemain kesenian Badeng membaur

dan masuk dari bagian masyarakat desa Sanding, tidak ada jarak sosial diantara

keduanya. Hal ini juga menegaskan dakwah yang dipakai melalu pendekatan

kesenian Badeng ini secara halus dan pelan-pelan, tidak dipaksakan.

Dalam teks syair kesenian Badeng sendiri, ada beberapa sosok yang

dicantumkan. Pertama adalah sosok Kyai. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) kata Kiai yaitu berarti sebutan bagi alim ulama yang cerdik atau pandai

dalam ajaran agama Islam. Kata Kiyai berasal dari gabungan dua unsur kata,

yakni ‗ki‘ dan ‗yai‘. Kata ‗ki‘ adalah panggilan kepada laki-laki yang dihormati.

Bagi wanita, kata ‗ki‘ diganti dengan ‗nyi‘. Sampai saat ini, sebutan ‗ki‘ tetap

melekat bagi orang-orang yang beraktivitas dalam kebudayaan Jawa. Baik dalam

ranah fisik maupun spiritual. Sedangkan ‗yai‘ adalah gelar kehormatan bagi

apapun yang dianggap memiliki kewaskitaan dan kewibawaan.

Kata ‗kyai‘ ini memiliki sinonim dalam Bahasa Arab, yakni syaikh. Secara

terminologi, arti kata syaikh adalah orang-orang yang telah sampai pada derajat

keutamaan, yakni berpengetahuan agama dan mengamalkan ilmu itu untuk dirinya

sendiri serta mengajarkan kepada murid-muridnya. Penyebutan ‗kyai‘ ini berasal

Page 90: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

81

dari inisiatif masyarakat, bukan dari dirinya sendiri. Orang yang sudah melampaui

usia sepuh pun disebut syaikh, dan anak muda yang berpengetahuan agama luas

serta mulia budinya juga disapa dengan sebutan syaikh. Intinya, sebutan ‗kyai‘

disematkan bagi orang-orang yang khususnya mereka yang berpengetahuan

agama dan membimbing masyarakat, baik di lingkungan pesantren atau bukan.

Sebagaimana yang telah dijelaskan, di desa Sanding pun Kyai adalah

sosok yang dipercaya sebagai ahli dan paham mengenai agama. Kyai sering

menjadi tempat bernaung bagi masyarakat ketika menghadapi permasalahan

sosial. Seperti yang dinyatakan oleh udin Holidin dalam sesi wawancara:

“Kyai kan merupakan panutan dan kadang dipercaya untuk memberi

saran bagi masyarakat, istilahnya kyai orang yang diberi pengetahuan

lebih mengenai agama karena dia benar-benar fokus dalam mempelajari

agama makanya bisa dibilang guru”23

Selain dari sosok Kiai, pelibat yang dicantumkan dalam teks syair ini yaitu

Nabi Muhammad. Beliau merupakan Nabi terakhir yang dipercayai membawa

ajaran agama Islam. Pencantuman ‗Muhammad‘ dalam syair ini karena beliau

merupakan suri tauladan bagi kaumnya, dalam hal apapun itu. Diantara sifat-sifat

beliau yang harus dijadikan tauladan bagi kaum muslimin adalah kebenarannya

dalam setiap bertindak (Sidiq), menyampaikan pada setiap titipan (Tabligh),

bertanggungjawab pada setiap urusan (Amanah), dan memiliki kecerdasan

sehingga menghasilkan perangai yang baik dan bijaksana (Fathonah). Sifat-sifat

ini terbukti telah menjadikan Muhammad SAW sukses dalam melakukan

penyebaran agama dan berhasil membangun sebuah negara Islam.

Apabila dilihat dari sejarahnya, perjuangan para pemain kesenian Badeng

terdahulu pun hampir sama seperti perjuangan Nabi Muhammad. Para tokoh

23

Wawancara pribadi dengan Udin Holidin.

Page 91: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

82

kesenian Badeng dalam menyebarkan agama Islam harus berjuang melawan para

penjajah Belanda. Maka disini nabi Muhammad dicantumkan dalam syair

kesenian Badeng karena Muhammad mempunyai sifat-sifat yang baik yang bisa

dicontoh, yang terbukti sukses membawa rakyatnya ke arah yang lebih baik

(bangsa Arab).

Pelibatan nabi Muhammad pada syair ini juga ditujukan kepada para

masyarakat sekitar agar bisa menjadikannya sebagai sosok yang dicontoh ketika

menghadapi kesulitan. Nabi Muhammad dalam menyebarkan agama Islam,

banyak menghadapi pertentangan, cemoohan, dan kesulitan lainnya. Akan tetapi

nabi Muhammad sabar menghadapi itu dan iklas menerimanya, serta tetap yakin

kepada Allah. Hal ini yang diharapkan juga ada pada masyarakat desa Sanding

yang pada saat itu sedang mengalami berabagai kesulitan karena penjajahan.

Walaupun berada dibawah tekanan masyarakat desa Sanding diharapkan bisa

berperilaku seperti Nabi Muhammad yang sabar dalam menghadapi kesulitan,

ikhlas dan tetap yakin kepada Allah.

3. Sarana Wacana

Dalam semiotika sosial, sarana wacana membantu memahami teks dengan

cara bagaimana bahasa itu berperan. Termasuk didalamnya tipe interaksi yang

digunakan dilihat dari jumlah pelaku dan medium yang digunakan dalam bentuk

lisan, tulisan atau isyarat. Selain itu diperhatikan juga dalam sarana wacana ini

saluran yang digunakan terkait dengan bagaimana teks itu disampaikan dan yang

terkahir gaya bahasa yang digunakan.

Adapun sarana wacana dalam teks syair ini, kesenian Badeng hanya

sebagai saluran atau media yang digunakan untuk menyampaikan syair-syair atau

Page 92: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

83

pesan didalamnya. Sebagaimana yang sudah diketahui, sejarah dari lahirnya

kesenian Badeng ini untuk berdakwah, dan kesenian ini sebagai wadahnya. Dari

dulu hingga sekarang kesenian Badeng ini dipentaskan di kalangan umum. Lirik

di nyanyikan dengan keras oleh dalang dengan memainkan angklung Roel yang

menunjukkan mediumnya berupa lisan. Hal ini juga menunjukan bahwa jumlah

pelaku yang terlibat sangat banyak dan sifatnya hanya satu arah atau tidak ada

timbal balik dalam tipe interaksinya. Terkait dengan gaya bahasa yang digunakan

dalam teks syair kesenian badeng ini, penulis akan mengkategorikannya sesuai

dengan bagian syair yang terbagi menjadi lima, diantaranya:

a. Syair pertama: terdapat Gaya Bahasa antiklimaks; penjabaran dan

tautologi; penegasan.

Terjemahan dari syair pertama, yaitu ―tiada tuhan selain Allah,

Muhammad adalah utusan Allah.‖ Kalimat tersebut, atau kata-kata yang

digunakan jika dikategorikan masuk dalam majas antiklimaks.

Majas antiklimaks merupakan suatu acuan yang berisi gagasan-gagasan

yang diurutkan dari yang terpenting berturut-turut ke gagasan yang kurang

penting. Jika melihat dari kalimat tersebut, pesan yang disampaikan adalah

pertama harus meyakini akan adanya Allah selanjutnya harus meyakini

Muhammad yang merupakan utusan Allah. Maka jelas kalimat ini menggunakan

gaya bahasa yang berurut, dari mulai Allah kemudian Muhammad.

Kalimat ini juga bisa masuk dalam majas atau gaya bahasa tautologi.

Tautologi adalah penegasan terhadap suatu hal yang mengandung unsur

pengulangan tetapi dengan menggunakan kata-kata yang lain. Setelah kalimat

Page 93: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

84

‗tiada tuhan selain Allah‘ dilanjut dengan kalimat penegasan yang menyatakan

‗muhammad adalah utusan Allah‘. Disini terlihat ada perulangan dan penegasan.

b. Syair kedua: terdapat Gaya bahasa Asonasi; repetisi pada vokal yang

sama.

Kalimat ‗lantung layung, langlayang alus diayun‘ jika dikategorikan

masuk dalam gaya bahasa Asonasi. Asonasi adalah jenis gaya bahasa repetisi

yang berupa perulangan pada vokal yang sama. Seperti yang sudah dijelaskan

pada medan wacana, maksud dari perulangan dalam syair ini yaitu kalimat kedua

‗langlayang alus diayun‘ memperjelas kalimat sebelumnya yaitu ‗lantung layung‘,

hal ini merupakan gaya bahasa perulangan pada vokal yang sama.

c. Syair ketiga: terdapat Gaya bahasa Epizeukis; perulangan untuk

penekanan.

Sarana Wacana dalam teks ini, yaitu terdapat kalimat ―Tiada yang datang

kecuali Allah. Tiada tuhan selain Allah, Muhammad utusan Allah‖. Banyak

perulangan dalam kalimat ini yang menekankan kepada kata ―Allah‖. Berdasarkan

hal tersebut jika dikategorikan, kalimat ini masuk dalam gaya bahasa Epizeukis.

Epizeukis adalah gaya bahasa perulangan yang bersifat langsung, yaitu kata yang

ditekankan diulang beberapa kali berturut-turut. Allah menjadi kata yang diulang

beberapa kali yang berarti menunjukkan penekakan bahwa harus benar yakin

terhadap Allah dan nabi Muhammad sebagai utusan-Nya.

d. Syair keempat: terdapat Gaya Bahasa Tautologi; perulangan;

menjelaskan.

Kalimat ―kyai dagoan kuring, kuring nutur keur paneuri‖ jika

dikategorikan masuk dalam gaya bahasa tautologi. Tautologi adalah penegasan

Page 94: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

85

terhadap suatu hal yang mengandung unsur perulangan tetapi dengan

menggunakan kata-kata yang lain. Kalimat ‗kyai dagoan kuring‘ jika diartikan

adalah kyai tunggu saya, selanjutnya dipertegas kembali dengan ada kata

perulangan yaitu ‗kuring nutur keur paneuri‘ yang berarti saya mengikuti dari

belakang. Kalimat kedua ini juga menjelaskan atau menegaskan dari ungkapan

yang pertama, yaitu menunggu karena ingin mengikuti dari belakang.

e. Syair kelima: terdapat Gaya bahasa perumpamaan, metafora, dan

alegori; membandingkan dengan cerita akan tetapi bukan arti

sebenarnya.

Pada kalimat ‗narembong teu boga indung, ngajajal teu boga bapa,

ngaronyok teu boga alo‘, seperti yang sudah dijelaskan pada medan wacana

bahwa ini merupakan pengibaratan. Oleh karena itu jika dikategorikan masuk

dalam gaya bahasa perumpamaan. Gaya bahasa perumpamaan adalah

membandingkan beberapa hal yang berbeda sehingga dianggap memiliki unsur-

unsur persamaan di antara keduanya. Tidak mempunyai ibu, bapa, dan saudara

merupakan hal yang berbeda tapi mempunyai kesamaan yaitu sama-sama tidak

punya. Selain itu juga masuk dalam gaya bahasa metafora. Gahaya bahasa

metafora adalah pemakaian kata-kata bukan arti yang sebenarnya, melainkan

sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan. Berdasarkan

pengamatan dari peneliti, kalimat ini bukan arti sebenarnya. Karena tidak

mungkin masyarakat sekitar tidak punya orang tua atau saudara. Menampakkan

diri seperti tidak mempunyai ibu, apabila dilihat maksudnya seperti tidak

mempunyai kasih sayang dari ibu. Mencoba beberapa hal seperti tidak punya

Page 95: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

86

bapak, maksudnya seperti tidak diajarkan oleh sosok ayah. Dan berkumpul seperti

tidak mempunyai saudara, maksudnya seperti tidak mempunyai teman dekat.

Kemudian bisa masuk dalam gaya bahasa alegori. Gaya bahasa alegori

adalah cerita yang dikisahkan dalam Iambang-lambang, tempat atau wadah objek-

objek atau gagasan-gagasan yang dipelambangkan. Hal ini dikarenakan kalimat

tersebut seperti sebuah kisah atau dikisahkan dalam lirik ini, dan dilambangkan

berdasarkan ikatan keluarga.

Berikut ini merupakan tabel hasil ringkasan dari komponen analisis

semiotika sosial pada kesenian Badeng yang telah dipaparkan sebelumnya.

Tabel

Hasil Temuan Analisis Semiotika Sosial pada Syair Kesenian Badeng.

No Komponen

Analisis Semiotika

Sosial

Syair Temuan

1 Medan wacana Keseluruhan Kondisi masyarakat Desa Sanding

yang beragama Hindu dan dalam masa

penjajahan. Syair diciptakan untuk

mengajak masyarakat Sanding

mempercayai Allah dan segala yang

diciptakan-Nya, Serta mempercayai

Nabi Muhammad sebagai utusan-Nya.

Dalam Syair terdapat makna yang

memberikan nasihat untuk

mengamalkan salah satu sunnah Nabi

Muhammad yaitu menyegerakan

Nikah. Kemudian nasihat agar

menjadikan Allah sebagai sandaran

hidup. Selanjutnya terdapat makna

berupa pengharapan agar generasi

muda berada di jalan Allah SWT.

2 Pelibat wacana Keseluruhan Seluruh masyarakat desa Sanding

menjadi bagian dari syair kesenian

Badeng. Status dan jarak sosial

masyarakat semuanya di samakan dan

tidak ada yang dibedakan. Kecuali

Sosok Kyai yang dicantumkan dalam

syair sebagai tokoh yang dipercaya

masyarakat dan dianggap mempunyai

pengetahuan lebih tentang agama.

Page 96: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

87

Kemudian dicantumkannya Nabi

Muhammad sebagai sosok panutan

agama Islam yang harus dipercaya

bahwa beliau merupakan utusan Allah.

3 Sarana wacana Keseluruhan

Pertama

Syair yang digunakan menggunakan

bahasa lokal, yang biasa digunakan

sehari-hari oleh masyarakat desa

Sanding. Syair Kesenian Badeng ini

dinyanyikan dan dipentaskan secara

terbuka dengan jumlah pelaku yang

terlibat banyak. Adapun perasaan teks

atau gaya bahasa dari syair ini sebaai

berikut:

Gaya Bahasa antiklimaks; penjabaran

dan tautologi; penegasan.

Kedua Gaya bahasa Asonasi; repetisi pada

vokal yang sama.

Ketiga Gaya bahasa Epizeukis; perulangan

untuk penekanan.

Keempat Gaya Bahasa Tautologi; perulangan;

menjelaskan.

Kelima Gaya bahasa perumpamaan, metafora,

dan alegori; membandingkan dengan

cerita akan tetapi bukan arti

sebenarnya.

C. Analisis Makna Tauhid Dalam Syair Kesenian Badeng

Tauhid merupakan landasan terpenting dalam agama para rasul dan poros

utama dakwah mereka. Allah Ta‘ala berfirman:

“Sesungguhnya Kami telah mengutus seorang rasul pada tiap-tiap umat

(untuk menyerukan): “Beribadahlah kepada Allah (saja), dan jauhilah

Thoghut (segala sesuatu yang diibadahi selain Allah dalam keadaan dia

ridho)” (An-Nahl : 36)

Page 97: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

88

“Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu melainkan Kami

wahyukan kepadanya : “Bahwasanya tidak ada ilah (yang hak) melainkan

Aku, maka beribadahlah kalian semua kepada-Ku” (Al-Anbiya’ : 25)

Tauhid adalah masalah yang paling penting dalam Islam. Tauhid adalah

satu-satunya garis pemisah yang membedakan antara muslim dan kafir. Dengan

tauhid, jiwa, harta, dan kehormatan seorang hamba diharamkan (wajib

dijaga/dilindungi). Maka dari itu, tauhid merupakan kewajiban pertama atas setiap

hamba.

Tauhid adalah meyakini bahwa Allah-lah satu-satunya Pencipta, Penguasa,

dan Pengatur seluruh alam, Allah sebagai satu-satunya yang berhak dan pantas

diibadahi, dan hanya Allah sajalah yang memiliki nama-nama yang indah dan

sifat-sifat kesempurnaan, tidak serupa dengan sifat-sifat makhluk-makhluk-Nya.

Ringkasnya, tauhid adalah meyakini keesaan Allah dalam rububiyyah-Nya,

uluhiyyah-Nya, dan asma‘ dan shifat-Nya.

Kesenian Badeng merupakan alat yang digunakan untuk berdakwah yaitu

mengajak agar masyarakat desa Sanding menyembah Allah SWT dan

mempercayai Nabi Muhammad sebagai utusan-Nya. Sebagaimana telah

dijelaskan bahwa tauhid merupakan salah satu tugas dan hal pertama yang

dilakukan oleh para Rasul kepada umatnya.

Syair Kesenian badeng terbagi menjadi lima bagian dan setiap syair

masuk kepada dua kategori konsep tauhid. Penjelasannya sebagai berikut:

Syair pertama masuk pada kategori tauhid ulluhiyah. Syair pertama pada

kesenian Badeng ini merupakan kalimat tauhid yang dikategorikan masuk dalam

Page 98: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

89

tauhid ulluhiyah. Uluhiyah atau ilahiyah berasal dari kata ilah. Dalam bahasa

Arab kata ilah memiliki akar kata a-la-ha yang memiliki arti tentram, tenang,

lindungan, cinta dan sembah. Semua makna ini sesuai dengan sifat-sifat dan

kekhususan zat Allah.

Konsekuensi pernyataan laa ilaaha ilallah yaitu harus meninggalkan

seluruh ilah selain kepada Allah serta mempercayai bahwa nabi Muhammad

merupakan utusan-Nya. Tauhid uluhiyah mengandung konsekuensi yang

menuntut totalitas dalam mengabdi kepada Allah dalam segenap aktivitas kita.

Semua hal yang dilakukan harus atas dasar keyakinan terhadap Allah.

Syair kedua masuk pada kategori tauhid rububiyah. Pada Syair kedua

terdapat ciri-ciri atau makna tersirat yang mengarah kepada tauhid rububiyah.

Kata rububiyah berasal dari akar kata rabb, yaitu zat yang menghidupkan dan

mematikan. Makna rububiyah mewujud dalam fenomena penciptaan, pemberian

rezeki, juga pengelolaan dan penguasaan alam semesta ini. Tauhid rububiyah

sebagai bentuk keyakinan manusia bahwa Allah itu esa dalam penciptaan,

pemberian rezeki dan penguasaan atas makhluk-makhluk-Nya.

Tauhid Rububiyah meyakini bahwa semua yang ada di dunia ini seperti

air, api atau gunung merupakan ciptaan Allah. Pada syair kedua ini dijelaskan

mengenai gambaran kondisi masyarakat yang suka beraktifitas pada sore hari.

Sore hari digambarkan pada syair kedua ini sebagai keadaan yang apabila

digunakan untuk bermain layangan akan terlihat bagus dan indah. Semua yang

ada di dunia ini merupakan ciptaan Allah yang harus diyakini, termasuk

ciptaannya adalah keadaan sore hari yang terjadi ketika matahari akan terbenam.

Page 99: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

90

Syair ketiga masuk pada kategori tauhid ulluhiyah. Makna dari syair

ketiga ini merupakan penguatan dari syair yang pertama. Pada syair ketiga ini

terdapat pengulangan kata yang mengaskan bahwa tiada yang patut disembah

selain Allah dan Nabi Muhammad merupakan utusan Allah. Tauhid uluhiyah

merupakan pengejawantahan dari sikap kepasrahan dan penghambaan yang utuh

kepada Allah. Seseorang yang berorientasi pada tauhid uluhiyah akan

mengabdikan segenap kehidupannya kepada Allah semata. Makna tauhid

uluhiyah adalah sebuah keyakinan bahwa Allah adalah satu-satunya zat yang

melindungi, memiliki dan menguasai langit, bumi, dan seisinya serta satu-satunya

yang wajib ditaati dan yang menentukan segala aturan.

Pada syair keempat masuk pada kategori tauhid al-asma wash shifat.

Tauhid al-asma wash shifat merupakan penetapan bahwasanya Allah Maha

Mengetahui dan Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Dialah Dzat Yang Maha

Hidup, Yang Maha Mengurus makhluk-makhlukNya, Yang Tidak Mengantuk dan

Tidak Tidur. Bagi-Nya lah kehendak yang berlaku serta hikmah yang jelas. Sifat-

sifat Allah wajib untuk mempercayainya.

Makna tersirat yang menunjukan bahwa syair keempat ini masuk pada

kategori tauhid al-asma wash shifat yaitu pada kata ‗ya Allah, kembalikan lagi‘.

Kata-kata ini sebagaimana telah dijelaskan bahwa merupakan kalimat

pengharapan dengan meminta pertolongan dari Allah agar masyarakat desa

Sanding kembali kepada ajaran yang benar yaitu Islam. Secara tidak langsung,

kata-kata ini menunjukan atau percaya bahwa Allah mempuyai sifat yang maha

mengurus makhluk-makhluknya, dan yang maha kuasa.

Page 100: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

91

Syair terakhir masuk pada kategori tauhid ulluhiyah. Pada syair kelima, isi

dari pesannya yaitu penjelasan mengenai gambaran kondisi masyarakat desa

Sanding yang kacau balau karena berada dalam masa penjajahan, makna tersirat

nya adalah berupa penekanan bahwa walaupun berada dalam kondisi tidak jelas,

harus tetap yakin bahwa Islam merupakan sandaran untuk hidup dan ajaran yang

benar. seperti yang diungkapan Mumu Safe‘i:

“ini merupakan sindirian walaupun tidak ada pemimpin karena waktu itu

dalam penjajahan belanda tapi masyarakat harus dewasa jangan sampai

terpecah belah, begitu juga harus tetap percaya terhadap islam jangan

terpengaruhi oleh paham lain.”24

Ketika Islam sudah dijadikan sandaran, maka otomatis orang itu akan

beriman dan meyakini keberadaan Allah. Hal ini yang menjadikan syair kelima

masuk pada tauhid Ulluhiyah.

Berikut ini adalah tabel ringkasan dari hasil analisis makna tauhid pada

syair kesenian Badeng.

Tabel Hasil Temuan Makna Tauhid dalam Syair Kesenian Badeng.

No Syair Kategori Tauhid Temuan

1 Pertama Ulluhiyah Terdapat pernyataan laa ilaaha ilallah

yang memiliki konsekuensi harus

meninggalkan seluruh ilah selain kepada

Allah. Serta terdapat pernyataan harus

mempercayai nabi Muhammad sebagai

utusan-Nya.

2 Kedua Rubbubiyah Terdapat ciri-ciri atau makna tersirat yang

mengharuskan untuk mempercayai kepada

ciptaan Allah. dalam syair kedua dibahas

mengenai keindahan lembayung yang

tercipta dari matahari yang akan terbenam.

Matahari dan keindahan lembayung

merupakan ciptaan dan kekuasaan Allah

SWT yang harus diyakini kebenarannya.

24

Wawancara pibadi dengan Mumu Safe‘i.

Page 101: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

92

3 Ketiga Ulluhiyah Syair ketiga merupakan penegasan dari

syair pertama. terdapat pengulangan kata

yang mengaskan bahwa tiada yang patut

disembah selain Allah dan Nabi

Muhammad merupakan utusan Allah.

4 Keempat Asma‘ wa Ash-

Shifat

Pada kalimat ‗ya Allah, kembalikan lagi‘

menjelaskan atau ada pengharapan

didalamnya. Harapan dan meminta

pertolongan dari Allah agar masyarakat

desa Sanding tidak kembali ke ajaran

Hindu. Secara tidak langsung, kata-kata ini

menunjukan atau percaya bahwa Allah

mempuyai sifat yang maha mengurus

makhluk-makhluknya, yang maha kuasa,

pemberi ampun serta maha penolong.

5 Kelima Ulluhiyah Syair kelima menjelaskan mengenai

gambaran kondisi masyarakat desa

Sanding yang kacau balau karena berada

dalam masa penjajahan. Makna tersirat

nya adalah berupa penekanan bahwa

walaupun berada dalam kondisi tidak

jelas, harus tetap yakin dan menjadikan

Allah SWT sebagai sandaran hidup.

Dominasi konsep tauhid Ulluhiyah menekankan bahwa secara keseluruhan

syair kesenian Badeng menekankan untuk mempercayai dan menanamkan untuk

yakin kepada Allah SWT dan nabi Muhammad. Keyakinan ini tidak hanya dalam

ucapan akan tetapi setiap tindakan yang dilakukan harus mencerminkan dan

berprilaku Islami.

Page 102: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

93

BAB V

PENUTUP

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dalam syair Kesenian Badeng terdapat unsur-unsur yang menunjukkan

dakwah dzatiyah dan fardiyah. Hal ini yang menunjukkan kategori komunikasi

dalam syair menekankan pada komunikasi intrapribadi dan antarpribadi.

Kemudian Setelah melalui proses analisis dengan menggunakan semiotika

sosial M.A.K Halliday, pada teks syair kesenian Badeng peneliti menyimpulkan

sebagai berikut.

Pada aspek medan wacana, kesenian Badeng menjelaskan kondisi

masyarakat Desa Sanding yang beragama Hindu dan dalam masa penjajahan.

Syair diciptakan untuk mengajak masyarakat Sanding mempercayai Allah dan

segala yang diciptakan-Nya, serta mempercayai Nabi Muhammad sebagai utusan-

Nya. Dalam Syair terdapat makna yang memberikan nasihat untuk mengamalkan

salah satu sunnah Nabi Muhammad yaitu menyegerakan Nikah. Kemudian nasihat

agar menjadikan Allah sebagai sandaran hidup. Selanjutnya terdapat makna

berupa pengharapan agar generasi muda berada di jalan Allah S.W.T.

Pada aspek pelibat wacana, seluruh masyarakat desa Sanding menjadi

bagian dari syair kesenian Badeng. Status dan jarak sosial masyarakat semuanya

di samakan dan tidak ada yang dibedakan. Kecuali Sosok Kyai yang dicantumkan

dalam syair sebagai tokoh yang dipercaya masyarakat dan dianggap mempunyai

pengetahuan lebih tentang agama. Kemudian dicantumkannya Nabi Muhammad

Page 103: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

94

sebagai sosok panutan agama Islam yang harus dipercaya bahwa beliau

merupakan utusan Allah.

Pada aspek sarana wacana, syair yang menggunakan bahasa lokal, yang

biasa digunakan sehari-hari oleh masyarakat desa Sanding. Syair Kesenian

Badeng ini dinyanyikan dan dipentaskan secara terbuka. Adapun gaya bahasa

yang digunakan pada syair ini di dominasi oleh majas penegasan.

Pada aspek makna tauhid, dalam syair kesenian Badeng terdapat tiga

kategori tauhid yaitu Ulluhiyah yang terdapat pada syair pertama, ketiga dan

kelima. Rubbubiyah pada syair kedua, serta Asma’ wa Ash-Shifat pada syair

keempat.

B. Saran

Kelestarian Bahasa dan Budaya Indonesia adalah yang harus dijaga oleh

semua kalangan dan berbagai lapisan masyarakat. Perlu kesadaran untuk menjaga

dari kekayaan bahasa dan budaya Indonesia. Bahasa Indonesia memang

pemersatu dari berbagai suku. Akan tetapi hal itu tidak berati harus melupakan

dan meninggalkan bahasa daerah yang merupakan warisan nenek moyang.

Berdasarkan penelitian ini, penulis menyarankan kepada

1. Pemerintahan Kabupaten Garut tetap konsisten dalam melestarikan

kesenian Badeng dengan tetap menjalankan program yang sudah

berjalan sebelumnya.

2. Masyarakat Desa Sanding agar bangga memiliki kesenian Badeng

yang mempunyai nilai dan sejarah yang luar biasa dan konsisten untuk

menjaga kelestarian kesenian Badeng. Salah satunya dengan cara

mempelajari dan memahami semua yang ada di kesenian Badeng.

Page 104: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

95

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah bin Abdul. Cara Mudah Memahami Aqidah. Jakarta: pustaka at-tazkia, 2007.

Arbi, Armawati. Psikologi Komunikasi dan tabligh. Jakarta: Amzah, 2012.

Baharuddin. Paradigma Psikologi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.

Danesi, Marcel. Pengantar Memahami Semiotika Media, Terj. A.Gunawan Admiranto.

Yogyakarta: Jalasutra, 2010.

Eriyanto. Analisis Wacana. Yogyakarta: LKIS, 2012.

Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta: PT Bumi

Aksara, 2013.

Haniefah, Abu. Tauhid Khalis. Garut: Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadyah,

1988.

Halliday, M.A.K dan Hasan. Bahasa, Konteks, dan Teks: Aspek-Aspek Bahasa dalam

Pandangan Semiotika Sosial. Terj. Barouri Tou. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press, 1992.

Nasrullah, Rulli dan Suhaimi. Bahasa Jurnalistik. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN

Jakarta, 2009.

Kuntowijoyo. Tema Islam Dalam pertunjukan Rakyat Jawa: Kajian Aspek Sosial.

Keagamaan, dan Kesenian. Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, 1986.

Mulyana, Deddy dan Solatun. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda

Karya, 2008.

Mulyana, Deddy. Komunikasi Antar Budaya. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001.

Nasuhi, Hamid. dkk., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Jakata: CeQDA UIN, 2007.

Pawito. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Jogjakarta: LKiS Pelangi Nusantara, 2007.

Page 105: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

96

Pohan, Rusdi. Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Lanarka, 2007.

Safe’i,Mumu. Arsip Kesenian Badeng PGRI. Garut: T.pn., 1995.

Santoso, Riyadi. Semiotika Sosial: Pandangan terhadap Bahasa. Surabaya: Pustaka

Eureka dan JP Press, 2003.

Seto, Indiwan. Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi

Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013.

Sobur, Alex. Semiotika Komunikasi. Cetakan Kelima. Bandung: Remaja Rosdakarya,

2013.

Sobur, Alex. Analisis Teks Media: analisis wacana, analisis semiotika dan analisis

Framing. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.

Sukandi. Arsip Kesenian Badeng. Garut: Kandep Dikbud Malangbong, 1990.

Supriatna. Tungtunan Basa jeung Sastra Sunda. Garut: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan Wilayah Provinsi Jawa Barat, Kantor Kabupaten Garut, 1994.

Warjita. Katalog Kesenian Tradisional Kab. Garut, Jawa Barat. Garut: Dinas Pariwisata

dan Kebudayaan Kabupaten Garut, 2013.

Jurnal

Ali Imran, Hasyim. “Semiotika Sosial Sebagai Alat Analisis Teks dalam Penelitian

Komunikasi Kualitatif.” INSANI, ISSN: 977-240-768-500-5, Volume I No. 1

(Desember 2014).

Bachari. “Mengungkap bentuk fatis dalam bahasa sunda.” linguistik Indonesia, tahun ke-

25 no. 2 (Agustus 2007).

Rizali, Nanang. “Kedudukan Seni Dalam Islam.” TSAQAFA, Jurnal Kajian Seni Budaya

Islam Vol 1, No 1 (Juni 2012).

Santoso, Anang. “Jejak Halliday dalam Linguistik Kritis dan Analisis Wacana Kritis.”

Bahasa dan Seni, tahun36, No.1 (Februari 2008).

Page 106: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

97

Sawirman. “Memposisikan Frame Cultural Studies dan E-135.” Linguistika Kultural,

Vol. 02, No.02 (November/2008).

Referensi Pendukung

Rayya, Helfina. “Telaah Konsep Semiotik Ferdinand de Saussue,” diakses dari

https://www.academia.edu/12894426/Telaah_Konsep_Semiotik_Ferdinand_de_S

aussure pada 29 maret 2017.

Solikin, Syaiful M. dan Wakidi. “Metode Dakwah Sunan Kalijaga dalam Proses

Islamisasi di Jawa.” E-Jurnal. Kode Jurnal: jpsejarah&umumdd130075,

http://www.e-jurnal.com/2015/04/metode-dakwah-sunan-kalijaga-dalam.html. 10

juni 2016.

Somarwan, Wawan. “Kesenian Tradisional Kabupaten Garut.” artikel diakses dari

http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbbandung/2015/05/29/kesenian-

tradisional-kabupaten-garut/ pada 11 Juni 2016.

Page 107: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

Lampiran-Lampiran

Wawancara bersama Bpk. Wawan di kantor Dikbud kabupaten Garut

Bersama Bpk. Udin di kantor desa Sanding

Page 108: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

wawancara bersama Bpk. Mumu di

kediamannya di desa Sanding

Alat-alat kesenian Badeng sekarang

Page 109: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

Foto-foto pementasan kesenian Badeng

Page 110: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .
Page 111: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

1

OPEN CODING – TRANSKRIP WAWANCARA

Narasumber 3 (Mumu Saei’i)

Topik riset : Makna Tauhid dalam Syair Kesenian Daerah (Analisis Semiotika Sosial pada Kesenian Badeng Garut)

Wawancara dilakukan pada hari Kamis, 8 Desember 2016 pukul 13.00 – 15.00 WIB

Konsep : Medan Wacana, Pelibat Wacana, Sarana Wacana, Makna Tauhid.

No Refleksi diri peneliti Isi transkrip Keterangan Kategori / konsep

1 P: Bagaiamana perspektif bapa selaku dalang

mengenai sejarah dari kesenian badeng?

NS: saya atas nama teman dan penerus dalang dari

sepuh-sepuh terdahulu, saya ringkas saja yah. Pada

abad akhir ke-17 dulu banyak orang gujharat

(Arab) melakukan perdagangan ke indonesia

terutama daerah Aceh. Dari situlah terjadi

transaksi pertukaran barang seperti rempah-

rempah, dengan barang arab seperti pakaian.

Seiring berjalannya waktu hingga akhirnya akrab,

barang yang diperjual belikan tersbar ke pulau

jawa. Pada jaman kerajaan, barang-barang aceh

dari orang gujharat banyak ditampung di kerajaan

besar seperti kerajaan demak, ataupun kerajaan

kecil. Dari kerjaan disebarkan kembali ke seluruh

wilayah Indonesia. Dari situ sembari menyebarkan

barang terjadi pernikahan antara orang Arab

dengan orang pribumi terutama yang pertama

Akhir abad ke-17 banyak

bangsa Arab masuk ke

Indonesia.

Terjadi pertukaran barang dan

budaya, salah satunya kesenian

yang disebut badi’un.

Medan wacana

Page 112: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

2

adalah aceh. Dari situ juga orang arab membawa

alat hiburan kesenian, yang disebut badi’un.

Badi’un yaitu cikal bakal kesenian badeng.

Dinamakan badeng itu karena di Indonesia

diantaranya ada yang nerima seni badi’un,

diantaranya orang sumatera dan pulau Jawa seperti

Arfaen Nursaen ditambah dari jawa tengah embah

santi, jadi suku para wali ikut berjuang, nerima

kehadiran kesenian itu. Dulu kesenian yang

dibawa hanya tiga, yaitu badi’un, dog-dog lonjor

panjang dua, alat padang pasir atau disebut

gamusan. Pada saat itu belum menggunakan

angklung. Sesudahnya digunakan kesenian itu di

aceh dalam acara terutama pernikahan, kemudian

khitanan, selanjutnya digunakan dalam syukuran

tahunan (hasil kekayaan). Karena pada saat itu

juga sedang maraknya pergerakan belanda, satu

waktu salah satu dalang tertangkap basah sedang

melakukan hiburan kesenian ini dengan maksud

untuk menyebarkan agama islam. pada saat itu

islam dianggap bahaya karena ditakutkan dapat

mengancam keberadaan belanda. karena hal itu,

orang pribumi memerintahkan agar menyebar ke

wilayah lain karena ditakutkan belanda akan

menangkap dan memenjarakan merka (pemain

kesenian). Ketika akan masuk abad-18 orang-

orang tadi kabur ke pulau jawa, kebanyakan ke

pulau jawa diantaranya orang sumatera yang

memimpin badeng yaitu Acok. Mereka masuk ke

kerajaan islam kerajaan demak. Badeng yang ada

dikerajaan pada saat itu dipertontonkan secara

sembunyi-sembunyi. Mereka berlatih di daerah

Badi’un cikal bakal lahirnya

kesenian badeng.

Badi’un pertama kali

dipentaskan di Aceh dalam

acara pernikahan, khitanan dan

syukuran tahunan (hasil

kekayaan.)

Kesenian Badi’un dilarang

oleh penjajah.

Pada saat itu Islam diangap

bahaya oleh Belanda.

Masuk abad 18 para penyebar

Islam lari ke pulau jawa.

Kesenian badeng dipentaskan

sembunyi-sembunyi dan sudah

menggunakan angklung.

Para pemain kesenian Badeng

Page 113: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

3

perkebunan. Sambil menyebarkan islam di

pinggiran gunung, alatnya ditambah yaitu kalau

sekarang adalah angklung. Sebelum pemainnya

bertambah banyak, kesenian itu dipegang oleh 3

orang. Pemain teradaulu itu merupakan murid atau

santri dari Arfaen Nursaen. Salah satunya ada

perempuan yaitu embah santi. Dari murid-

muridnya itu ada juga dari sanding, yaitu manduki

yang nantinya akan menjadi penerus selanjutnya.

Setelah bertahun-tahun di kerjaan demak, belanda

kembali memergoki persembunyian dari para

pemain kesenian badng ini. Walaupun demikian,

para pemain berhasil lolos dari sergapan belanda.

karena daerah jawa tengah dan timur dikuasai oleh

belanda maka mereke pergi ke jawa barat. Di

jakarta bertemu dengan orang mongol, yang

sedang menyebarkan agama islam pula. Pemain

Badeng dan orang mongol masih terus diincar oleh

Belanda. orang mongol pergi ke daerah pinggir

seperti banten, tangerang, dll. Pada saat itu pemain

badeng pergi kemana, kemudian Salah satu santri

yang berasal dari sanding menyarankan untuk

menetap di daerah asalnya. Kemudian pergilah ke

sanding menyebarkan ajaran agama islam dan

menetap di Sanding. Mereka tinggal di sanding di

lereng gunung atau abria (tempat yang bisa jadi

persembunyian di lereng gunung), hal ini karena

daerah tersebut yang sulit dijangkau oleh belanda.

dulu sanding belum islam semuanya masih banyak

hindu dan masih melakukan ritual sesajen.

Walaupun orang sanding yang hindu-budha sudah

masuk islam, sesajen masih tetap dilakukan. Hal

terdahulu Arfaen Nursaen,

embah Santi, dan Manduki.

Masuk ke desa Sanding

tepatnya di lereng gunung agar

ttidak terjangkau bangsa

Belanda.

Masyarakat desa Sanding

masih beragamakan Hindu

Budha.

Page 114: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

4

tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi orang

hindu budha yang belum masuk islam dan

akhhirnya ingin masuk islam. rigkasnya karena

lamanya tinggal di sanding orang aceh dan

keseluruhan pemain badeng meninggal di sanding.

Namun sangat disayangkan hanya makam dalang

saja yang masih terjaga dan dirawat dan sekarang

jadi petilasan (tempat jiarah). Setelah

meninggalnya itu diteruskan oleh generasi yang

baru. Kesemua generasi penerusnya merupakan

santri dan merupakan tokoh atau pemuka agama.

Ringkasnya setelah kemerdekaan, desa sanding

ramai dengan seringnya dipentaskan kesenian

badeng. Maka kepala desa dan para ulama

berunding, setiap acara keagamaanpun seperti

maulid nabi kesenian badeng ditampilkan.

Adapaun bapa baru mulai jadi anggota sekitar

tahun 1957. Adapaun di tahun sekitar 1962, mulai

dipentaskan keluar dari sanding. tahun 1970

kesenian badeng ini tercatat oleh pemerintah

sebagai kesenian jawa barat dan berada dibawah

medal cipta. Juga awal mula kesenian badeng

dipentaskan tidak hanya oleh berlatar belakang

santri tapi juga masyarakat umum yang tertarik

dengan kesenian ini karena sudah beralih fungsi

sebagai hiburan bukan alat penyebar ajaran islam.

Setelah para sepuh pemain

Badeng meninggal, diteruskan

oleh para santrinya di desa

Sanding.

Setelah kemerdekaan, Badeng

dipentaskan dalam acara

keagamaan seperti maulid

Nabi.

1962 dipentaskan keluar

daerah desa Sanding.

1970 dicatat oleh

pemerintahan setempat sebagai

kesenian daerah Jawa Barat.

Sarana wacana

Page 115: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

5

No Refleksi diri peneliti Isi transkrip Keterangan Kategori / konsep

2 P: Apakah isi pesan dari syair badeng ini berkaitan

dengan kondisi sosial masyarakat sanding pada

saat itu?

NS: Jadi sebenarnya terdapat beberapa tujuan,

diantaranya untuk nutup penyebaran agama hindu-

budha di daerah sanding. akan tetapi tidak ada

pemaksaan untuk menghentikan ritual sesajen,

seperti memotong ayam, tumpengan, dan perayaan

hasil tani. Untuk dulu karena masih diperbolehkan

sesajen, maka ketika ada syukuran kesenian

badeng ini dipentaskan semalaman tanpa henti.

Yang ditekankan adalah harus yakin bahwa

semuanya itu diberikan oleh yang maha kuasa.

Jadi bisa dibilang melihat keadaan masyarakat.

Disinilah memang intinya badeng dari dulu hadir

dalam setiap perayaan.

Bertujuan unuk menutup

ajaran hindu budha.

Tidak menghentikan ritual

sesajen, tetapi menekankan

bahwa semua pemberian yang

maha kuasa.

Makna tauhid

3 P: Walaupun ada tambahan dari lirik ataupun alat

dan gerak, apakah bisa dipastikan keaslian dari

kesenian badeng ini tetap ada?

NS: tentu iya, walaupun dulu tidak dituliskan tapi

dari mulai sejarah, lirik dan semua nilai yang ada

pada badeng ini terjaga dari mulut ke mulut atau

lisan ke lisan. Namanya orang kampung dulu tidak

mengenal tulisan hanya bisa mengandalkan

ingatan. Alhamdulillah sekarang sudah tercatat dan

diabadikan dalam bentuk tulisan, walaupun ada

beberapa versi yang berkembang tapi secara garis

besar benang merahnya dapat.

Syair Kesenian terjaga dari

lisan ke lisan.

Page 116: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

6

No Refleksi diri peneliti Isi transkrip Keterangan Kategori / konsep

4 P: Pada syair pertama berbunyi kalimat tahlil, jika

dikaitkan dengan sejarah apakah hal ini

dikarenakan ingin menegaskan bahwa masyarakat

sanding harus benar-benar mempercayai bahwa

agama yang benar adalah islam?

NS: Seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa

memang syair yang ada pada badeng ini melihat

kondisi masyarakat sekitar seperti apa, kenapa

kalimat tahlil ini disimpan didepan adalah tentu

harus ada pengenalan. Islam itu apa seperti apa, ya

diawali lah dengan kalimat lailahailah. Maka jelas

hal ini bertujuan agar masyarakat sekitar

mempercayai keberadaan allah dan muhammad

sebagai rasulNya.

Kalimat tahlil pada syair

pertama merupakan ajakan

untuk mempercayai

keberadaan Allah dan Nabi

Muhammad.

Makna tauhid

5 P: Apakah bahasa arab yang terdapat pada badeng

ini merupakan shalwat kepada nabi yang jika

dilihat dari sejarah menekankan juga bahwa selain

beriman kepada allah juga harus beriman kepada

nabi muhammad?

NS: Jadi gini sebenarnya syair arab ini kurang

lebih mencontohkan jika kita beriman kepada allah

kata-katanya seperti ini, atau untuk sekarang bisa

dinamakan shalawat. Itu merupakan bentuk dari

keimanan kita. Tapi kalaupun ingin menggunakan

kata-kata lain bebas, yang dicantumkan disini

hanyalah contoh. Tetapi dalam hal isi kandungan

juga syair ini ingin menekankan bahwa

muhammad merupakan sosok yang harus benar-

benar di contoh. selain dari karena sifat-sifatnya

yang dimiliki sangat mulia, nabi muhammad kan

Shalawat merupakan bentuk

lain dari keimanan terhadap

Nabi. Kandungannya

menekankan bahwa Nabi

Muhammad sosok yang harus

di contoh.

Pelibat wacana

Page 117: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

7

yang membawa agama itu ke dunia ini. adapaun

pelafalan dari syair ini kenapa seperti itu karena

tidak terpaku dengan pelafalan orang gujharat

(arab). Dengan demikian hal itu merupakan faktor

atau pengaruh dari bangsa kita atau bisa jadi

masyarakat disini. Contoh misalkan syair badeng

yang diwariskan kepada saya yaitu ya’ti hulailah

ala ya’ti ailallah. Tapi kan kata aslinya harusnya

yatinihulailah. Atau contoh lain dalam pelafalan

kata asrakal, apabila masuk di kita kan jadi

asrokol. Gitulah kira-kira, Walaupun tidak seperti

seharusnya tapi hal ini tidak dirubah karena

warisan budaya dan juga agar keasliannya tetap

terjaga.

6 P: Arti kata dari lumbang limbung adalah kondisi

ketidak jelasan, apakah kata yang dimaksud sama

dengan yang ada pada syair badeng?

NS: Syair lilimbungan pada badeng ini

meggambarkan masyarakat yang tidak punya

pemimpin, ini merupakan sindirian walaupun tidak

ada pemimpin karena waktu itu dalam penjajahan

belanda tapi masyarakat harus dewasa jangan

sampai terpecah belah, begitu juga harus tetap

percaya terhadap islam jangan terpengaruhi oleh

paham lain. jadi memang pada saat itu kondisinya

sedang kacau karena penjajahan, kacau dalam

artian disini juga berarti tidak mempunyai aturan

yang sesuai dengan ajaran islam.

Lumbang-limbung meupakan

sindiran.

Makna teks

Page 118: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

1

OPEN CODING – TRANSKRIP WAWANCARA

Narasumber 2 (Udin Holidin)

Topik riset : Makna Tauhid dalam Syair Kesenian Daerah (Analisis Semiotika Sosial pada Kesenian Badeng Garut)

Wawancara dilakukan pada hari Kamis, 8 Desember 2016 pukul 9.00 – 12.00 WIB

Konsep : Medan Wacana, Pelibat Wacana, Sarana Wacana, Makna Tauhid.

No Refleksi diri peneliti Isi transkrip Keterangan Kategori / konsep

1 P: Bagaimana eksistensi kesenian Badeng dulu dan

sekarang?

NS: Dulu keberadaan kesenian Badeng merupakan

sesuatu yang sering dipentaskan dalam berbagai

perayaan seperti salah satunya khitanan, dan juga

memberi semangat kepada para pejuang

kemerdekaan karena dulu masa penjajahan. Kalau

sekarang, kesenian Badeng hanya diperingati

khusus oleh masyarakat desa Sanding pada

kemerdekaan saja atau 17-an. Karena sudah

menjadi budaya yang diakui oleh masyarakat luas

dan sudah mempunyai nilai jual, maka untuk

ditempat lain kesenian ini dipentaskan berdasarkan

panggilan saja karena hanya sebagai hiburan saja.

P: Kenapa dipilih tanggal 17 agustus?

NS: masyarakat disini jelas punya rasa kebanggan

tersendiri pada kesenian badeng ini karena

Dulu dipentaskan dalam

perayaan khitanan, dan

sebagai alat untuk

menyemangati para

pejuang.

Sekarang dipentaskan

hanya pada hari

kemerdekaan, dan ketika

ada panggilan.

Masyarakat mempunyai

kebanggan tersendiri

terhadap kesenian badeng,

Sarana wacana

Pelibat Wacana

Page 119: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

2

sejarahnya memang lahir disini, lalu kenapa pada

hari kemerdakaan karena dulu pun para tokoh dari

pencipta kesenian Badeng harus berjuang melawan

para penjajah untuk mengajarkan agama Islam,

maka untuk menghargainya kita pilih pas 17

agustus saja dan ini untuk mengingatkan

masyarakat sekitar agar tidak lupa bahwa desa kita

punya sejarah yang luar biasa.”

17 agustus diperingati

sebagai keberhasilan

dalam melawan penjajah.

2 P: Kesenian ini dulunya dipergunakan sebagai alat

dakwah, bagaimana cara kesenian ini dipentaskan?

NS: Jadi dulu itu kan hindu, masyarakatnya suka

sesajen. Sesajen ini dilakukan ketika seperti

perayaan hasil tani. Karena sulit mengilangkan

kebiasaan itu maka hal itu dibiarkan akan tetapi di

masukan juga ajaran islam seperti khitanan,

perkawinan dan kelahiran itu dirayakan. Nah

ketika perayaan itulah Kesenian badeng itu

dipentaskan, selain untuk meramaikan juga

sebagai bentuk syukur dan memberi wejangan

dalam syairnya. Contohnya acara kelahiran dalam

syair terdapat kata kyai dagoan kuring, maksud

dari hal ini adalah bahwa anak merupakan titpan

Allah dan syair tersebut menerangkan bahwa kyai

merupakan sosok yang patut untuk dicontoh.

Maka diharapkan anak yang lahir bisa mempelajari

agama islam. Namun untuk sekarang badeng

sudah jarang sekali dihadirkan dalam adat-adat

seperti kelahiran atau khitanan.

Dalam melaksanakan

tugasnya sebagai alat

dakwah, badeng

dipentaskan dalam adat

khitanan, kelahiran, dan

pernikahan.

Medan wacana

Page 120: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

3

No Refleksi diri peneliti Isi transkrip Keterangan Kategori / konsep

3 P: Apakah para pemain kesenian badeng paham

mengenai maksud dari syair kesenian Badeng?

NS: Memang keseluruhan pemain pasti tahu syair

dan lagunya, akan tetapi tidak full (tidak

memahami pasti maksudnya). Hal ini dikarenakan

faktor modernisasi yang menyebabkan jarangnya

kesenian badeng dipentaskan.

Untuk sekarang, para

pemain tidak

mementingkan isi dari

syair.

4 P: Kenapa terdapat bahasa arab dalam syair

kesenian badeng ini?

NS: karna awal tujuan dibentuknya kesenian

badeng adalah untuk syiar agama islam, untuk

mengajak dan mengajarkan agama islam. Karena

semua waditra (isi/pesan) berdasarkan pemahaman

tentang kitab barzanji. Oleh karena itu, ada bahasa

arab yang dimasukan.

syair yang menggunakan

bahasa arab berasal dari

kitab barzanji untuk syiar

agama.

Makna tauhid

5 P: Pada syair keempat terdapat sosok kyai yang

dicantumkan, apakah bagi desa sanding sosok kyai

sangat penting?

NS: Kyai kan merupakan panutan dan kadang

dipercaya untuk memberi saran bagi masyarakat,

istilahnya kyai orang yang diberi pengetahuan

lebih mengenai agama karena dia benar-benar

fokus dalam mempelajari agama makanya bisa

dibilang guru.

Sosok kyai merupakan

panutan dan sebagai

tempat bernaung bagi

masyarakat.

Pelibat wacana

Page 121: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

4

No Refleksi diri peneliti Isi transkrip Keterangan Kategori / konsep

6 P: Terkait dengan kebiasaan atau adat masyarakat

sekitar, apakah benar ada kebiasaan masyarakat

Sanding ini keluar rumah di sore hari hanya untuk

jalan-jalan atau sekedar bermain diluar rumah?

NS: memang benar banyak masyarakat sekitar

yang suka keluar rumah atau beraktiftias diluar

rumah di sore hari, bermain bola lah, voli atau ibu-

ibu gosip misalkan. Bisa saja ini merupakan

kebiasaan yang diturunkan dari masyarakat dulu,

biasanya memang untuk dulu perayaan hasil tani

biasa dilakukan sore hari disitu juga kesenian

badeng pun ikut meramaikan. Untuk dulu.

Kegiatan masyarakat di

sore hari merupakan

warisan dari para leluhur.

Pelibat wacana

7 P: Apakah benar tedapat 2 badeng di daerah

malangbong ini? Jika benar mana yang asli dan

apa perbedaan dari keduanya?

NS: Memang benar terdapat 2 versi dari kesenian

badeng. Yang asli sebagai badeng yang ada di

kampung sanding yang dipimpin oleh pa Musir

dan yang ada di desa sanding ini. Hal Ini

dikarenakan pada tahun 2011 terjadi pemekaran di

desa sanding. Dulunya kampung sanding masuk di

desa sanding karena pemekaran kampung sanding

jadi masuk ke desa girimukti. Bukan berarti sala

satu dari keduanya ada yang palsu, tetapi yang

lebih dikenal luas dan sudah tercatat di pemerintah

yaitu yang berada di desa sanding ini karena

dulunya pun kampung sanding masuk ke desa

sanding. Perbedaannya hanya ada tambahan alat,

gerak tari dan syair.

P: Apa alasan penambahan tersebut?

Terdapat dua versi

kesenian badeng.

Perbedaanya hanya ada

tambahan alat, gerak tari

dan syair.

Penambahan dilakukan

Page 122: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

5

NS: supaya ga hilang, dan disesuaikan dengan

perkembangan jaman agar menarik perhatian

generasi baru. Harapan saya badeng ini bisa

menyaingi hiburan modern.

karena faktor modernisasi.

Page 123: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

1

OPEN CODING – TRANSKRIP WAWANCARA

Narasumber 1 (Wawan Somarwan)

Topik riset : Makna Tauhid dalam Syair Kesenian Daerah (Analisis Semiotika Sosial pada Kesenian Badeng Garut)

Wawancara dilakukan pada hari Senin, 5 desember 2016 pukul 10.00 – 12.00 WIB

Konsep : Medan Wacana, Pelibat Wacana, Sarana Wacana, Makna Tauhid.

No Refleksi diri

peneliti Isi transkrip Keterangan Kategori / konsep

1 Sejarah Kesenian

Badeng

P: Bagaimana kesenian badeng ini muncul?

NS: singkatnya kesenian ini muncul dipengaruhi oleh

faktor kondisi masyarakat dulu yang mayoritas

beragama hindu, yang kemudian kesenian ini digunakan

sebagai alat penyebaran agama islam. maka pesannya

kebanyakan dari kitab barzanji, kitab yang menjelaskan

kisah-kisah nabi dan ajaran islam. Dan tentunya pesan

yang disampaikan dalam syair kesenian ini diperuntukan

untuk masyarakat umum.

Penduduk desa sanding

dulunya beragama Hindu.

Syair diambil dari kitab

barzanji.

Medan wacana

2

P: Apa perbedaan kegunaan kesenian badeng dulu dan

sekarang?

NS: dulu kan penyebaran Islam, ya tau lah dulu kan

Jawa Barat hampir seluruhnya beragama hindu. jaman

prabu kiansantang atau sunan gunung djati itu mulai

masuk agama islam, kemudian badeng ini diciptakan

oleh salah ulama sebagai alat untuk menyebarkan agama

islam. Kalau untuk sekarang, kesenian ini digunakan

sebagai alat hiburan masyarakat, penyambutan tamu

besar.

Dulu digunakan sebagai

alat penyebaran agama

Islam

Sekarang menjadi alat

komoditas yang

mempunyai nilai jual.

Sarana wacana

Page 124: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

2

No Refleksi diri

peneliti Isi transkrip Keterangan Kategori / konsep

3

P: Apakah ada syarat tertentu untuk menjadi pemain

kesenian badeng?

NS: kalau dulu syarat untuk menjadi pemain dari

kesenian badeng harus dari pewaris asli keturunan

sanding atau bisa dibilang leluhur mereka. kalau untuk

sekarang karena efek modernisasi maka sebagai upaya

melestarikan kesenian badeng siapapun boleh menjadi

bagian dan mempelajari kesenian badeng.

P: Seiring berjalannya waktu, apakah syair dari kesenian

badeng ini mengalami perubahan?

NS: kemungkinan besar keaslian masih terjaga, karena

yang ada sekarang pun masih menggunakan sunda

buhun dan keasliannya terjaga dari lisan ke lisan.

P: Apakah ada kajian mendalam mengenai syair

kesenian Badeng?

NS: untuk sekarang belum ada, karena prioritas

pemerintah sekarang bagaimana kesenian badeng ini

agar dapat dikenal oleh berbagai kalangan masyarakat.

Adapun yang mengetahui dari maksud pesan syair ini

hanya para sesepuh di daerah tersebut.

siapa saja boleh

memainkan dan

mempelajari kesenian

Badeng.

Kelestarian syair salah

satunya dijaga dengan cara

diwariskan dari lisan ke

lisan.

Belum ada kajian

mendalam mengenai syair

kesenian badeng.

Pelibat wacana

Page 125: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

3

No Refleksi diri

peneliti Isi transkrip Keterangan Kategori / konsep

4 P: Apakah ada kesenian lain yang dimiliki oleh daerah

Sanding selain dari kesenian Badeng?

NS: yang tecatat di pemerintahan banyak, hanya saja

rata-rata semuanya adalah kesenian yang umum yang

juga dimiliki oleh daerah lain. seperti kecapi suling,

pencak silat, tembang sunda, wayang golek. Akan tetapi

yang khas dan hanya dimiliki oleh daerah sanding

adalah kesenian Badeng, karena kesenian Badeng

merupakan kesenian yang pertama dan tertua sebelum

munculnya kesenian yang lain di daerah tersebut.

ditambah kesenian ini ada kaitannya dengan penyebaran

agama Islam. Bahkan kesenian badeng ini disebutkan

pada khazanah kesenian Jawa Barat yang di tuliskan

oleh tokoh kesenian terdahulu.

Kesenian badeng

merupakan yang pertama

dan tertua di Desa

Sanding.

Macam-macam kesenian

Desa Sanding

5 P: Bagaimana upaya pemerintah dalam melestarikan

kesenian badeng sampai sekarang?

NS: salah satu upaya untuk melestarikan kesenian

Badeng yaitu dengan membukukan sejarah dari kesenian

badeng dalam katalog kesenian tradisional Garut. Selain

itu, sering diadakan atau dipertunjukannya (diberi ruang)

kesenian badeng itu sendiri, karena aktifitas seni

tradisional berbeda dengan seni modern. Di hari-hari

tertentu kami memberikan bimbingan dan pengarahan

untuk nantinya ditampilkan di setiap wilayah (daerah

Garut). Selanjuttnya lebih ditekankan kepada ketua

pengurus agar bisa memunculkan generasi penerus,

seperti bekerja sama dengan pesantren karena syairnya

pun memilki nilai-nilai keislaman. Dipelajari di Sekolah

dasar setempat.

Pemerintah menjaga

kelestarian dengan

membukukan semua yang

terdapat dalam kesenian

badeng, memberikan

ruang untuk ditampilkan,

dan menciptakan generasi

penerus.

Upaya pelestarian

Page 126: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

1

AXIAL CODING

“Makna Tauhid dalam Syair Kesenian Daerah (Analisis Semiotika Sosial pada Syair Kesenian Badeng Garut)”

Dimensi: Ranah pengalaman, siapa saja yang terlibat, tipe interaksi, medium dan saluran, makna teks.

No. Kategori Dimensi Narasumber 1 Narasumber 2 Narasumber 3

1 Latar Belakang Nama: Wawan Somarwan

Jabatan: Seksi Nilai Tradisional

dan Bahasa Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata Kabupaten Garut.

Nama: Udin Holidin

Jabatan: Kepala Desa

Sanding dan dalang ke-7

Kesenian Badeng.

Nama: Mumu Safe’i

Jabatan: Dalang ke-6

Kesenian Badeng dan

tokoh masyarakat Desa

Sanding.

2 Medan

Wacana

Ranah pengalaman

Penduduk desa sanding

dulunya beragama Hindu.

Syair diambil dari kitab

barzanji.

Dalam melaksanakan

tugasnya sebagai alat

dakwah, badeng

dipentaskan dalam adat

khitanan, kelahiran, dan

pernikahan.

Akhir abad ke-17

banyak bangsa Arab

masuk ke Indonesia.

Terjadi pertukaran

barang dan budaya,

salah satunya kesenian

yang disebut badi’un.

Badi’un cikal bakal

lahirnya kesenian

badeng.

Masuk abad 18 para

penyebar Islam lari ke

pulau jawa.

Kesenian badeng

dipentaskan sembunyi-

sembunyi dan sudah

menggunakan

angklung

Page 127: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

2

No. Kategori Dimensi Narasumber 1 Narasumber 2 Narasumber 3

Masyarakat desa

Sanding masih

beragamakan Hindu

Budha.

3 Pelibat

Wacana

Siapa saja yang terlibat siapa saja boleh memainkan

dan mempelajari kesenian

Badeng.

Masyarakat mempunyai

kebanggan tersendiri

terhadap kesenian

badeng, 17 agustus

diperingati sebagai

keberhasilan dalam

melawan penjajah.

Sosok kyai merupakan

panutan dan sebagai

tempat bernaung bagi

masyarakat.

Kegiatan masyarakat di

sore hari merupakan

warisan dari para leluhur.

Shalawat merupakan

bentuk lain dari

keimanan terhadap

Nabi. Kandungannya

menekankan bahwa

Nabi Muhammad

sosok yang harus di

contoh.

4 Sarana

Wacana

Tipe interaksi,

Medium dan saluran. Dulu digunakan sebagai alat

penyebaran agama Islam

Sekarang menjadi alat

komoditas yang mempunyai

nilai jual.

Dulu dipentaskan dalam

perayaan khitanan, dan

sebagai alat untuk

menyemangati para

pejuang.

Sekarang dipentaskan

hanya pada hari

kemerdekaan, dan ketika

ada panggilan.

Setelah kemerdekaan,

Badeng dipentaskan

dalam acara

keagamaan seperti

maulid Nabi.

1962 dipentaskan

keluar daerah desa

Sanding.

1970 dicatat oleh

pemerintahan setempat

sebagai kesenian

daerah Jawa Barat.

Page 128: MAKNA TAUHID DALAM SYAIR KESENIAN DAERAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40203/1/FATWA... · S. alah satu bentuk pendekatannya yaitu melalui lagu-lagu yang .

3

No. Kategori Dimensi Narasumber 1 Narasumber 2 Narasumber 3

5 Makna Tauhid Makna teks syair yang menggunakan

bahasa arab berasal dari

kitab barzanji untuk syiar

agama.

Bertujuan unuk

menutup ajaran hindu

budha.

Tidak menghentikan

ritual sesajen, tetapi

menekankan bahwa

semua pemberian yang

maha kuasa.

Kalimat tahlil pada

syair pertama

merupakan ajakan

untuk mempercayai

keberadaan Allah dan

Nabi Muhammad.