MAKNA SUJUD DALAM AYAT-AYAT SAJDAHrepository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/745/2/14210606... ·...
Transcript of MAKNA SUJUD DALAM AYAT-AYAT SAJDAHrepository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/745/2/14210606... ·...
MAKNA SUJUD DALAM AYAT-AYAT SAJDAH
(Kajian Tafsir al-Misbâh Karya M. Quraish Shihab)
Skripsi ini Diajukan
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama
(S.Ag)
oleh:
SAHELA MUSTIKA
NIM: 14210606
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR‘AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDIN DAN DAKWAH
INSTITUT ILMU AL QUR’AN (IIQ)
JAKARTA
1438 H/2018 M
MAKNA SUJUD DALAM AYAT-AYAT SAJDAH
(Kajian Tafsir al-Misbâh Karya M. Quraish Shihab)
Skripsi ini Diajukan
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama
(S.Ag)
oleh:
SAHELA MUSTIKA
NIM: 14210606
Pembimbing:
Hj. Istiqomah, MA
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR‘AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDIN DAN DAKWAH
INSTITUT ILMU AL QUR’AN (IIQ)
JAKARTA
1438 H/2018 M
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul “Makna Sujud Dalam Ayat-Ayat Sajdah (Kajian Tafsir
al-Misbâh Karya M. Quraish Shihab)” yang disusun oleh Sahela Mustika
Nomor Induk Mahasiswa: 14210606 telah diperiksa dan disetujui untuk
diujikan ke sidang munaqasyah.
Jakarta, 15 Agustus 2018
Pembimbing
Hj. Istiqomah, MA
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “Makna Sujud Dalam Ayat-Ayat Sajdah (Kajian
Tafsir al-Misbâh Karya M. Quraish Shihab)” yang disusun oleh Sahela
Mustika dengan NIM 14210606 telah diujikan pada sidang munaqasyah
Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta pada
tanggal 20 Agustus 2018. Skripsi telah diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Agama (S. Ag).
Jakarta, 20 Agustus 2018
Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah
Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta
Dr. Hj. Maria Ulfah M. Ag
Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang Sekretaris Sidang
Dra. Hj. Maria Ulfah, MA Dra. Ruqayah Tamami
Penguji I Penguji II
Drs. Arison Sani, MA Ali Mursyid, MA
Pembimbing
Hj. Istiqomah, MA
v
PERNYATAAN PENULIS
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Sahela Mustika
NIM : 14210606
Tempat/Tanggal Lahir : Tegal, 26 Januari 1997
Alamat : Sidakaton-Dukuhturi-Tegal
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi dengan judul “Makna Sujud
Dalam Ayat-Ayat Sajdah (Kajian Tafsir al-Misbâh Karya M. Quraish
Shihab)” adalah benar-benar hasil karya saya, kecuali kutipan-kutipan yang
disebutkan sumbernya. Kesalahan dan kekurangan di dalam karya ini,
sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 15 Agustus 2018
Sahela Mustika
vi
MOTTO
“Bersyukurlah dengan apa yang Allah berikan serta tunduk dan patuhlah
kepada Allah atas apa yang diperintahkan-Nya.”
vii
KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن الرحيم
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Shalawat serta Salam
pula semoga tercurahkan Kepada Baginda Nabi saw, kelaurga, beserta
Sahabatnya. Syukur walhamdulillah yang tak terhingga kepada Allah, karena
atas izin-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Makna
Sujud Dalam Ayat-Ayat Sajdah (Kajian Tafsir al-Misbâh Karya M.
Quraish Shihab)” Mohon maaf atas segala kekurangan yang ada di
dalamnya, karena sesungguhnya kebenaran datangnya dari Allah dan
kesalahan datangnya dari penulis sendiri.
Tidak lupa, penulis mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya
kepada semua pihak yang telah mendukung penulis, baik secara moril
maupun materil, untuk menyelesaikan skripsi ini. karena tanpa mereka,
penulis belum tentu mampu menyelesaikan skripsi ini dnegan baik.
Untuk itu, melalui karya ini penulis ingin menyampaikan rasa
terimakasih yang tulus dan mendalam kepada:
1. Prof. DR. Hj. Khuzaemah. T. Yanggo, MA, selaku Rektor Institut Ilmu
Al-Qur’an (IIQ) Jakarta yang telah memberikan kesempatan menimba
ilmu di penguruan tinggi ini.
2. Dr. Hj. Maria Ulfah, M.A, selaku dekan Fakultas Ushuluddin dan
Dakwah Institut Imu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta yang telah memberi
kesempatan kepada peneliti untuk mengikuti pendidikan pada program
Srata 1 di Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta.
3. Muhammad Ulinnuha, MA, selaku Kaprodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Institut Imu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta yang telah membimbing dan
memotivasi peneliti selama menimba ilmu di kampus ini.
viii
4. Ibu Hj. Istiqomah, MA, selaku dosen pembimbing serta instruktur tahfiz
penulis yang telah banyak memberikan petunjuk, arahan-arahan serta
motivasi kepada peneliti agar skripsi ini dapat terselesaikan pada
waktunya dengan sebaik-baiknya dan seantiasa berkenan meluangkan
waktunya di tengah aktifitas beliau yang padat.
5. Segenap Dosen Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta yang dengan tulus
dan ikhlas telah mengamalkan ilmunya kepada kami, walaupun kami
masih lalai.
6. Bapak Ahmad Fatoni, Lc, MA, Ibu Muthmainnah, MA, Ibu Ade
Hallimah, S.Th.I serta seluruh Instruktur Tahfidz yang telah sabar dalam
membimbing serta membantu saya dalam proses menyelesaikan hafalan
Al-Qur’an.
7. Kepada staf fakultas Ushuluddin yang senantiasa membantu hal-hal yang
berkaitan dengan akademik fakultas.
8. Kepada staf perpustakaan IIQ Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Pusat Studi Al-Qur’an (PSQ), dan Perpustakaan Iman Jama’ yang telah
membantu penulis untuk memenuhi kebutuhan literasi bahan-bahan
perkuliahan dan penelitian.
9. Keluarga penulis, Bapak Wasim dan Ibu Wakonah serta M. Khairuddin,
yang selalu mendukung, memotivasi dan mendoakan peneliti setiap
waktu. Serta keluarga besar penulis, keluarga H. Abdul Walim dan H.
Abdul Karim yang memberikan dukungan kepada penulis.
10. Teman-teman Angkatan 2014, khusunya fakultas Ushuluddin 8B yang
selalu ada dalam suka maupun duka semoga silaturrahmi ini selalu
terjaga, semoga kita semua bisa mengamalkan apa yang telah kita
dapatkan selama di IIQ dan lindungan dari-Nya.
11. Saudara perantauan Nurlaila, Rizka Roviza, Nola Sabrina, Syarifah
Afifah Zahra, Yuniawati, Uli Rif’atul Millah, Riefa Noor, Siti Kholipah,
ix
Ulfah Dwi, Nady, Hilmatus Sholihah, yang selalu menemani, membantu
dan saling memotivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir
ini dengan baik.
12. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan karena selalu mendukung,
memotivasi dan telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian
ini
Terima kasih atas segala bantuan dan dukungannya. Semoga semua
bantuan dan kebaikan yang diberikan kepada penulis akan dibalas oleh
Allah dengan sebaik-baik balasan. Akhirya, penulis dengan senang hati
menerima saran serta kritikan para pembaca sekalian demi terwujudnya
hasil yang lebih baik. Semoga skripsi ini bermanfa’at bagi kita semua.
Aamiin.
Jakarta, 15 Agustus 2018
Penyusun
x
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................... v
MOTTO .......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................. vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
PEDOMAN TRANSLITASI ...................................................................... xiii
ABSTRAK ................................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................. 9
C. Pembatasan Masalah ................................................................................. 9
D. Perumusan Masalah ................................................................................ 10
E. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 10
F. Manfaat Penelitian ................................................................................... 10
G. Kajian Pustaka......................................................................................... 10
H. Metodologi Penelitian ............................................................................. 16
I. Teknik Penulisan dan Sistematika Pembahasan ...................................... 18
BAB II DESKRIPSI UMUM MENGENAI AYAT SAJDAH DAN
SUJUD TILAWAH
A. Ayat Sajdah ............................................................................................. 20
1. Pengertian Ayat Sajdah ......................................................................... 20
2. Ayat-Ayat Sajdah Dalam Al-Qur’an ..................................................... 24
B. Sujud Tilawah ......................................................................................... 34
1. Pengertian Sujud Tilawah ...................................................................... 34
xi
2. Pendapat Ulama Mengenai Hukum Sujud Tilawah .............................. 36
3. Syarat-Syarat Sujud Tilawah ................................................................. 39
4. Rukun Sujud Tilawah ............................................................................ 40
5. Waktu Pelaksanaan Sujud Rilawah ....................................................... 41
6. Tata Cara Pelaksanaan Sujud Tilawah .................................................. 42
7. Bacaan-Bacaan Sujud Tilawah .............................................................. 44
C.Sujud Syukur ............................................................................................ 46
B.Sujud Sahwi.............................................................................................. 48
BAB II PROFIL M. QURAISH SHIHAB DAN TAFSIR Al-MISBÂH
A. Profil M. Quraish Shihab ........................................................................ 52
1. Biografi M. Quraish Shihab .................................................................. 52
2. Karir Intelaktual M. Quraish Shihab ..................................................... 53
3. Karya-Karya M. Quraish Shihab ........................................................... 56
B. Profi Tafsir al-Mishbâh ........................................................................... 58
1. Penamaan Kitab dan Latar Belakang penafsiran ................................... 58
2. Metode Penafsiran ................................................................................. 60
3. Sumber Penafsiran ................................................................................. 62
4. Corak Penafsiran ................................................................................... 63
5. Sistematika penafsiran ........................................................................... 64
6. Kelebihan dan Kekurangan Tafsir al-Misbâh ....................................... 65
BAB IV PENAFSIRAN MAKNA SUJUD DALAM AYAT-AYAT
SAJDAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB
A. Penafsiran M. Quraish Shihab Terhadap Ayat-Ayat Sajdah Dalam Al-
Qur’an ................................................................................................... 68
1. Sujud Dalam Arti Shalat ..................................................................... 68
2. Sujud Dalam Arti Patuh dan Taat Kepada Allah ................................ 74
3. Sujud Ayat Sajdah Dalam Arti Menambah Kekhusyu‘an ................... 89
xii
4. Sujud Ayat Sajdah Dalam Arti Memohon Ampunan ......................... 93
B. Analisa Penafsiran M. Quraish Shihab Mengenai Sujud dalam Ayat-Ayat
Sajdah ................................................................................................... 96
C. Relevansi Antara Ayat-Ayat Sajdah dengan Sujud Tilawah ............... 102
BAB V PENUTUP
A.Kesimpulan ............................................................................................ 106
B.Saran-Saran ............................................................................................ 106
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 108
xiii
PEDOMAN TRANSLITASI ARAB-LATIN
Translitasi adalah penyalinan dengan penggantian huruf dari abjad
satu ke abjad yang lain. Dalam Penulisan skripsi di Institut Ilmu Al-Qur’an
(IIQ) Jakarta, translitasi Arab-Latin mengacu pada berikut ini:
1. Konsonan
th: ط a: أ
zh: ظ b: ب
‘: ع t: ت
gh: غ ts: ث
f: ف j: ج
q: ق h: ح
k: ك kh: خ
l: ل d: د
m: م dz: ذ
n: ن r: ر
w: و z: ز
h: ه s: س
’: ء sy: ش
y: ي sh: ص
xiv
dh: ض
2. Vokal
Vokal Tunggal Vokal Panjang Vokal Rangkap
Fathah : a آ : â ي... : ai
Kasrah : i ي :î و... : au
Dhammah :u و :û
3. Kata Sandang
a. Kata sandang yang diikuti alif lam qamariyah )ال( Kata sandang yang diikuti alif lam qamariyah )ال( ditranslitasikan sesuai dengan bunyinya. Contoh:
= المدينة al-Baqarah = البقرة al-Madînah
b. Kata sandang yang diikuti alif lam syamsiyah )ال( Kata sandang yang diikuti alif lam syamsiah )ال(
ditranslitasikan sesuai dengan bunyinya. Contoh:
الرجل = ar-rajul السيدة = asy-Sayyidah
الشمس= asy-syam الدارمي = ad-Dârimî
c. Syaddah (Tasydîd)) (
Syaddah (Tasydîd) dalam sistem aksara Arab digunakan
lambang ) ( , sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan
dengan huruf, yaitu dengan cara menggandakan huruf yang
bertanda Tasydîd. Aturan ini berlaku secara umum, baik
Tasydîd yang berada di tengah kata, di akhir kata ataupun
yang terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-
huruf syamsiyah. Contoh:
للا = آمنا با Âmannâ billâhî
xv
= آمنا السفهاء Âmanna as-Sufahâ‘u
= اان الذاي ن Inna al-ladzîna
= والركعا wa ar-rukka‘i
d. Ta Marbûthah ) ة (
Ta Marbûthah ) ة ( apabila berdiri sendiri, waqaf, atau diikuti
oleh kata sifat (na’at) maka huruf tersebut dialihkaksaakan
menjadi huruf “h”. Contoh:
= الأف ئادةا al-Af‘idah
يةا لما س عةا الإا اما = ال al-Jamî’ah al-Islâmiyyah
Sedangkan Ta Marbûthah yang diikuti atau disambungkan
(di-washal) dengan kata benda (isim), maka dialihaksarakan
menjadi huruf “t”. Contoh:
بة لة نصا =عاما ‘Âmilatun Nâshibah
al-Âya al-Kubrâ = الآية ال ك ب رى
e. Huruf Kapital
Sistem penulisan Arab tidak mengenal huruf Kapital, akan
tetapi apabila telah dialihaksarakan maka berlaku ketentuan
Ejaan yang Disempurnakan (EYD) Bahasa Indonesia, seperti
penulisan awal kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan,
nama diri, dan lain-lain. Ketentuan yang berlaku pada EYD
berlaku pula dalam alih aksara ini, seperti cetak miring (italic)
atau cetak tebal (bold) dan ketentuan lainnya. Adapun untuk
nama diri yang diawali dengan kata sandang, maka huruf yang
ditulis capital adalah awal nama diri, bukan kata sandangnya.
Contoh: Alî Hasan al-‘Âridh, al-Asqallânî, al-Farmawî, dan
seterusnya. Khusus untuk penulisan kata Alqur‘an dan nama-
xvi
nama surahnya menggunakan huruf Kapital. Contoh: Al-
Qur’an, Al-Baqarah, Al-Fâtihah, dan seterusnya
ABSTRAK
Nama Sahela Mustika NIM 14210606. “Makna Sujud Dalam Ayat-Ayat Sajdah (Kajian Tafsir al-Misbâh Karya M. Quraish Shihab)”. Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IAT) tahun 2018.
Penelitian ini berusaha untuk mengungkap makna sujud yang terkandung dalam ayat-ayat sajdah dimana sebenarnya makna sujud yang dikandung bukan hanya sekedar menempalkan dahi, telapak tangan, dan lutut di atas tanah saja. Kemudian minimnya pemahaman masyarakat mengenai keterkaiatan antara ayat sajdah dengan praktik sujud ketika membaca atau mendengarkan ayat-ayat sajdah juga menarik untuk diteliti dan dicermati secara mendalam. Persoalan yang akan di bahas dari penelitian ini adalah makna sujud yang terkandung dalam ayat-ayat sajdah khususnya menurut tafsir al-Misbâh karya M. Quraish Shihab.
Penelitian terdahulu menyebutkan bahwa relevansi antara ayat-ayat sajad dengan sujud tilawah merupakan salah satu ungkapan keimanan, kepatuhan, dan kerendahan hati manusia terhadap Allah SWT. Sujud merupakan bentuk ungkapan eksistensial jasad dari hubungan antara hamba dengan Allah yang disimbolkan dengan menundukkan kepala sampai menyentuh bumi. Penelitian sebelumnya hanya terfokus pada ayat-ayat awal yang termasuk sebagai ayat sajdah dalam Al-Qur’an. oleh karena itu, penelitian ini akan membahasas keseluruhan makna sujud dalam ayat-ayat sajdah secara keseluruhan dalam Al-Qur’an.
Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan penelitian kepustakaan bersifat kualitatif yang didasarka pada tafsir al-Misbâh karya M. Quraish Shihab sebagai data primer dan buku-buku fiqh, adab membaca Al-Qura’n, serta buku-buku lain terkait tema ini sebagai data sekunder. Metode analisis data yang dipakai adalah deskriptif-analitis yaitu dengan memberi gambaran yang komprehensif mengenai penafsiran M. Quraish Shihab terhadap makna kata sujud dalam ayat-ayat sajdah sehingga dapat ditarik sebuah kesimpulan.
Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa makna sujud dalam ayat-ayat sajdah ada empat makna yaitu, sujud dalam arti pelaksanaan shalat, sujud dalam arti patuh dan tunduk kepada Allah, sujud dalam arti menambah kekhyusu‘an, dan sujud dalam arti memohon ampun. Dari semua makna ini, menunjukkan kepada satu makna yaitu sujud dalam arti patuh dan tunduk kepada Allah SWT. Relevansi sujud tilawah dengan sujud syukur dan sujud sahwi adalah sebaga bukti keimanan, kepatuhan, dan ketundukan seorang hamba di hadapan Tuhan-Nya, untuk mengalahkan ego manusia agar
xvii
meyakini dan menegaskan bahwa hanya Allah lah yang pantas di sembah sujud oleh semua makhluk yang ada di bumi dan langit
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak cara yang ditempuh oleh para pengkaji Al-Qur’an untuk
menyajikan kandungan dan pesan-pesan yang terkandung dalam Al-Qur’an.
Terkadang sebagian ahli tafsir menggunakan satu metode sedangkan
sebagian ahli tafsir lainnya menggunakan lebih dari satu metode. Pilihan
metode yang dipilih ahli tafsir biasanya tergantung kepada latar belakang
kelimuan mufasir, bisa juga dipengaruhi oleh aspek kehidupan ahli tafsir itu
sendiri.1
Perbedaan latar belakang mufasir ini memunculkan beragam
pendekatan dan metode yang digunakan oleh mufasir, pendekatan penafsiran
tersebut antar lain ada yang membahasnya dari sisi kisah, hukum, bahasa,
sosial, dan pengelompokan ayat.
Pada dasarnya ayat-ayat dalam Al-Qur’an bisa diklasifikasikan menjadi
ayat Makiyah2 dan Madaniyah
3, ayat yang berbasis pada tema, periode dan
sebagainya. Di antara klasifikasi tersebut, ada beberapa ayat yang
dikatagorikan sebagai ayat sajdah.4
Ayat sajdah adalah ayat-ayat tertentu dalam Al-Qur’an yang apabila
seseorang membaca atau mendengar dianjurkan untuk melakukan sujud
1 Abd. Muin Salim, Metodelogi Ilmu Tafsir, (Yogyakarta: Teras, 2005), h.37
2 Makiyah adalah surat yang diturunkan di Mekah walaupun turunnya itu setelah
hijrah. ciri-ciri ayat makkiyah adalah yang dimulai dengan lafadz “yaa ayyuha Al-Naasu”,
lafadz “kalla”, kemudian setiap surat yang di dalamnya terdapat ayat sajdah adalah
Makkiyah. (lihat Muhammad Abdul Adzim Al-Zarqani, Manahil Al-‘Urfan Fi ‘Ulum Al-
Qur’an, terj. Qadirun Nur dan Ahmad Musyafiq, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002), h.
206) 3 Madaniyah adalah ayat yang diturunkan di Madinah ciri-ciri ayat madaniyah
adalah yang dimulai dengan lafadz “yaa ayyuha Al-Ladzina Aamanu”, setiap surat yang
mengandung penjelasan tentang hudud dan faraidl. (lihat Muhammad Abdul Adzim Al-
Zarqani, Manahil Al-‘Urfan Fi ‘Ulum Al-Qur’an, h. 205) 4 Ismail, “Penafsiran Filsafat Mistis Ayat Sajdah (Kajian Pemikiran Ibnu ‘Arabi),
Jurnal Religia Vol. 14, No. 1, April 2011, h. 129
2
tilawah, baik di dalam shalat maupun di luar shalat.5 Ayat-ayat sajdah
tersebut biasanya ditandai khusus, misalnya dengan memeberi garis di
bawahnya dan dilengkapi dengan tulisan as-Sajdah di pinggir halaman.6
Konteks asbab an-nuzul7 ayat-ayat sajdah adalah masyarakat Mekah
yang mayoritas masih ingkar terhadap risalah kerasulan Nabi Muhammad
saw. Dengan kata lain, secara sosi-kultural8 ayat-ayat sajdah dihadapkan
dengan sikap durhaka dan takabbur orang-orang kafir yang tidak mau
beriman meski telah banyak bukti dan penjelasan yang ada di dalam Al-
Qur’an tentang kebenaran risalah Nabi Muhammad saw., serta sikap mereka
yang berpaling dan meolak untuk bersujud bilamana dibacakan ayat-ayat Al-
Qur’an.9 Ayat-ayat sajdah juga mengandung konsep ketauhidan, yaitu sifat
pada diri Allah SWT. sebagai satu-satunya Zat yang patut disembah sujud
oleh semua makhluk, karena segala sesuatu yang ada di langit dan bumi pada
dasarnya berada dalam kekuasaan dan kehendak-Nya.10
Dalam Al-Qur’an ada 15 ayat yang dikatagorikan sebagai ayat
sajdah.11
Di antara ayat-ayat tersebut yaitu: QS. Al-A’râf[7]:106, QS. Ar-
5 Achmad Subianto, Sujud Tilawah, (Jakarta: CV Kasala Mitra Selaras, 2011), h. 11
6 Dalam mushaf Indonesia tanda yang biasa digunakan untuk ayat sajdah adalah ۩
dan disampingnya ditulis kata as-sajdah, sedangkan dalam mushaf Madinah ayat tersebut
ditandai dengan dan garis bawah. (lihat mushaf standar Indonesia, dan mushaf Madinah) 7 asbab an-nuzul adalah sebab yang mengiringi turunnya suatu ayat dalam Al-
Qur’an yang terkadang dalam bentuk sebuah pertanyaan atau karena suatu kejadian. (M.
Amin Summa, Ulumul Qur’an, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), h. 203 8
Sosio-kultural adalah berkenaan dengan segi sosial dan budaya masyarakat.
http://kbbi.kmendikbud.com 9 Khoirul Munif, “ Korelasi Ayat Sajdah dengan Sujud Tilawah”, Skripsi Fakultas
Ushuluddin UIN Sunan Kalijoga Yogyakarta, 2008 10
Ismail, “Penafsiran Filsafat Mistis Ayat Sajdah Kajian Pemikiran Ibnu ‘Arabi”,
dalam Jurnal Religia Vol. 14, tahun 2011, h. 11
Terdapat perbedaan jumlah ayat sajdah menurut para ulama fiqh. Imam Hanafi,
Syafi‘I dan Maliki berpendapat ada 14 tempat sedangkan Imam Maliki berpendapat hanya 11
tempat saja. Menurut Maliki, Syafi’I dan Hambali: dalam QS. Al-Hajj terdapat dua ayat
sajdah. Hanafi dalam salah satu riwayat dari Maliki: hanya ada satu ayat sajdah dalam surat
al-Hajj. Kemudian dalam QS. Shâd Hanafi, Maliki dan Salah satu riwayat Hambali adalah
sujud tilawah. Syafi’i dan dalam riwayat Hambali yang paling masyhur adalah sujud syukur.
Selanjutnya empat imam madzhab sepakat bahwa dalam surah al-Mufashal terdapat tiga ayat
3
Râ’d[13]:15, QS. An-Nahl[16]:50, QS. Al-Isrâ‘[17]:107, QS.
Maryam[19]:58, QS. Al-Hajj[22]:18 dan 77, QS. Al-Furqân[25]:60, QS.
An-Naml[27]:25, QS. As-Sajdah[32]:15, QS. Shâd[38]:24, QS.
Fussilat[41]:38, QS. An-Najm[53]:62, QS. Al-Insyiqâq[84]:21, QS. Al-
‘Alaq[96]:19. Keterangan tentang diklasifikasikannya beberapa ayat
Al-Qur’an sebagai ayat sajdah ini telah dijelaskan dalam hadis Rasul
saw. :
عن عبد الله بن من ي من بن عبد كلل عن عمرو بن العاص أنه رسول الله صلهى ها ثلث ف المفصه »الله عليه وسلهم: ل وف أق رأه خس عشرة سجدة ف القرآن من
12ابن ماجة( روه(«الج سجدت ي “Dari Abdullah bin Munai’n, dari Bani Abdul Kilal, Amr bin al-Ash
bahwa Rasulullah saw telah membacakan kepadanya lima belas ayat
sajdah di dalam Al-Qur’an, di antaranya terdapat tiga di surah al-
Munfashal dan dua sujud di surah Al-Hajj.” (HR. Ibnu Majah)13
Pemahaman tentang ayat sajdah juga erat kaitannya dengan anjuran
sujud tilawah sebagai salah satu adab dalam membaca Al-Qur’an. Sujud
tilawah sendiri adalah mengerjakan sujud karena membaca atau
mendengarkan ayat atau surat tertentu dari Al-Qur’an.14
Menurut Sayyid
Sabiq (W. 2000 M) dalam Fiqh al-Sunnah, Sujud tilawah diartikan sebagai
sujud yang dilakukan ketika membaca atau mendengar ayat sajdah, yang di
sajdah, yaitu surah An-Najm, Al-Insyiqâq, dan Al-‘Alaq. Empat imam Madzhab sepakat
bahwa ayat-ayat sajdah lainnya ada sepuluh, yaitu dalam surah Al-A’râf, Ar-Râ’d, An-Nahl,
Al-Isrâ‘, Maryam, Al-Hajj (yang pertama), Al-Furqân, An-Naml, As-Sajdah, dan Fussilat.
(lihat di Syaikh al-‘Alamah, bin’Abdurrahman ad-Dimasyqi, Fiqh Empat Madzab, terj.
Abdul Zaki Alkaf, (Bandung: Hasyimi Press, 2010), h. 76 12
Ibnu Majah Abu Abdullah Mahmud bin Yazid al-Qazwiny, Sunan Ibnu Majah
Juz 1, (Dar-Ihya al-Kita al-‘Arabiyah, tt), h. 335 13
Hukum hadis ini adalah dhaif menurut al-Bani (W. 1999) 14
Abi Abdullah Muhammad bin Idri asy-Syafi’i, Al-Umm, terj. Ismail Ya’kub,
(Kuala Lumpur: Victory Agencie, 1989), Jilid I, h. 305
4
mulai dengan takbiratul ihram, sujud sekali, kemudian bangun dari sujud dan
salam tanpa membaca tashahud.15
Hal ini karena Al-Qur’an sebagai kitab suci mempunyai adab
tersendiri bagi siapa saja yang membacanya. Adab itu sudah diatur
dengan sangat baik sebagai ungkapan penghormatan dan keagungan
Al-Qur’an. Sebagaimana sabda nabi saw.:
هما قال: ثن نفع عن ابن عمر رضي الله عن كان النهب صلهى الله عليه وسلهم »حدهنا السورة د ي قرأ علي أحدن موضع جب هته فيها السهجدة ف يسجد ونسجد حته ما ي
16( رواه البخار(
“Dari Nafi’ yang menyampaikan kepadaku bahwa Ibnu Umar berkata,
‘‘Nabi saw membacakan surah yang ada ayat sajdahnya kepada kami.
Kemudian Nabi sujud. Kami pun ikut sujud sampai salah seorang dari kami
tidak mendapatkan tempat sujud.”(HR. al-Bukhari)
Selain melaksanakan sujud, ada juga bacaan zikir yang bisa yang bisa
dibaca ketika tidak memungkinkan untuk melakukan sujud tilawah. sujud
tilawah. Yaitu dengan membaca zikir:
4X سبحان الله والمد لله والله أكب ر ولحول ول ق وهة اله بلله العلي العظيم
Maka zikir di atas sudah bisa menggantikan sujud tilawah meskipun
dalam keaadan suci.17
Karena sujud tilawah dikiaskan dengan sujudnya
shalat Tahiyat al-Masjid yang berjumlah 4 kali sujud.18
Hal ini dikarenakan
15
Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, (Kairo: Dar al-Fath li al-‘Alam al-‘Arabi, 1990), h.
193 16
Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari al-Ju’fi, Shahih al-Bukhari Juz 2,
(tt: Dar Thuq an-Najah, 1422 H), h. 41 17
Abd al-Lathîf Fâbizûriyâh, at-Tibyân fî Ahkâm Tilawati al-Kitâb al-Mubîn, h. 625 18
Wahbah Zuhayli, Fiqh dan Perundingan Islam, Jilid III, h. 132
5
sujud tilawah itu dikiaskan denga sujudnya shalat tâhiyah al- masjid yang
berjumlah 2 rakaat dengan sujud sebanyak 4 kali.19
Berkenaan dengan hukum sujud tilawah terdapat perbedaan pendapat
dikalangan para ulama. Imam Malik (W. 800M), Imam Syafi’i (W. 819M),
Imam Hambali (W. 855M), dan ulama pada umumnya mengatakan bahwa
hukumnya adalah sunah bagi orang yang membaca ayat-ayat sajdah maupun
bagi orang yang mendengarkannya.20
Sedangkan Imam Hanafi mengatakan
bahwa hukum sujud tilawah adalah wajib.21
Berbicara tentang praktek sujud tilawah di kalangan masyarakat, ada
masyarakat yang belum mempraktikannya. Dikalangan santri mungkin
banyak dilakukan praktik sujud tilawah saat membaca atau mendengarkan
ayat-ayat sajdah, tapi lain halnya di masyarakat umum yang awam
pengetahuan tentang sujud tilawah. Hal ini dikarenakan kurangnya
pengetahuan untuk melakukan sujud tilawah dan terbatasnya pembahasan
tentang pemahaman penafsiran ayat-ayat sajdah yang mampu menjelaskan
secara sistematis.
Jika diperhatikan, makna sujud dalam penafsiran ayat-ayat sajdah
mengindikasikan adanya beragam penafsiran mengenai sujud yang dimaksud
dalam ayat tersebut. Selain maknanya berbeda, sujud yang dimaksud dalam
ayat-ayat sajdah tidak hanya terbatas pada pelaksanaan sujud seperti halnya
sujud dalam shalat, yaitu meletakkan dahi di atas tanah sehingga sederajat
19
Wahbah Zuhayli, Fiqh dan Perundingan Islam, (Malaysia: Percetakan Dewan
Bahasa dan Pustaka, 1994), Jilid III, h. 132 20
Sasmira, “Analisa Pendapat Imam Abu Hanifah tentang Sujud Tilawah”, Skripsi
Fakultas Syari‟ah dan Ilmu Hukum UIN SUSKA RIAU, h. 10 21
Wahbah Zuhayli, Fiqh dan Perundingan Islam, Jilid III, terj. Syed Ahmed Syed
Hussain, (Malaysia: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1994), h. 122
6
dengan telapak tangan dan kaki di hadapan Allah SWT. tetapi pelaksanaan
sujud juga dilakukan dengan cara lain seperti dengan menumbuhkan dalam
hati perasaan tawadhu, tunduk, dan ikhlas menerima segala hal.22
Perbedaan penafsiran tersebut bukan tanpa alasan, terkadang perbedaan
tersebut disebabkan oleh latar belakang mufasir ataupun berbedanya dalil
yang digunakan sebagai pegangan ahli tafsir dalam memahami makna ayat-
ayat Al-Qur’an. Contohnya adalah penafsiran QS. Al-A‘râf [7]: 206 yang
merupakan ayat pertama yang dikategorikan ayat sajdah dalam urutan
mushaf utsmani23
.
“Sesungguhnya malaikat-malaikat yang ada di sisi Tuhanmu tidaklah
merasa enggan menyembah Allah dan mereka mentasbihkan-Nya dan
hanya kepada-Nya-lah mereka bersujud.” (QS. Al-A‘râf [7]: 206)
Ath-Thabarî (224 H)24
menafsirkan (dan hanya
kepada-Nyalah mereka bersujud) dengan arti mereka melaksanakan
shalat karena Allah, itulah sujud mereka (malaikat) .25
Penafsiran ini
22
Eva Amalia Megaresti, “Studi Tematik Terhadap Penafsiran Al-Alusi Tentang
Ayat Sajdah Dan Munasabahnya Dalam Tafsir Ruh Al-Ma’ani”, Skripsi fakultas Ushuluddin
Institut Agama Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta , 2003 23
Mushaf Utsmani adalah mushaf dari ayat-ayat Allah (Al-Qur’an) yang
dikumpulkan kaum muslimin pada zaman khalifah (pemerintahan) sahabat Ustman bin Affan. 24
Nama lengkap ath-Thâbarî adala Abu Ja’far Muhammad ibn Jarir ibn Yazidibn
Khalid ath-Thabari, lahir di kota Amul pada tahun 224 H adalah seorang mufasir klasik
dengan kitab tafsirnya Jamî‘ al-Bayân fi Tafsîr Al-Qur’an atau yang dikenal dengan sebutan
tafsir ath-Thabari. 25
Abu Ja‘far Muhammad ibn Jarîr ath-Thabârî, Tafîr ath- Thabârî, ed. Edi Fr,
(Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), Jilid 11, h. 934
7
senada dengan penafsiran al-Qurthûbî26
(W. 671 H) sebagai salah satu
mufasir klasik dari kalangan Malikî yang berasal dari Spanyol yang
menafsirkan bahwa sujud dalam ayat ini adalah shalat, akan tetapi ada
sebagian mufasir lain berpendapat bahwa para malaikat merendahkan diri. 27
Sedangkan Hamka28
(W. 1981 M) dalam tafsirnya al-Azhar menjelaskan
bahwa malaikat itu patuh dan taat kepada Allah SWT.29
Penafsiran ini juga
sejalan dengan M. Quraish Shihab30
yang merupakan ahli tafsir kontemporer
dari Indonesia dengan tafsirnya al-Misbâh hanya memaparkan bahwa para
malaikat itu selalu sujud dan patuh kepada Allah SWT. karena itu ayat ini
diakhiri dengan menyucikan diri dan sujud.
Contoh penafsiran ayat sajdah lainnya yaitu QS. Al-‘Alaq [96]: 19
“Sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujudlah dan
dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan).” (QS. Al-‘Alaq [96]: 19)
Hamka (W. 1981M) menjelaskan bahwa ketika membaca ayat ini tidak
boleh gontai dan hendaklah bersemangat. Karena, ia menafsirkan sujud disini
dengan makna shalat, sehingga haruslah bersemangat ketika membaca ayat
26
Al-Qurthûbî adalah pengarang kitab tafsir al-Jamî‘ li ahkam Al-Qur’an yang
bercorak fiqh. Al-Qurthûbî lahir di Cordova tahun 486 H dengan nama lengkap Abu
Abdullah Muhammad ibn Ahmad ibn Abu Bakar Farh al-Ansari al-Khazraji al-Andalusi. 27
Abu ‘Abdillah Muhammad ibn Ahmad ibn Abi Bakr ibn Farh al-Ansharî al-
Khazrajî Syams ad-Dîn al-Qurthûbî, Al-Jâmî‘ li Ahkam Al-Qur’an, (Al-Qahirah: Dâr al-
Kitab al-Mishriyah, 1964), Juz 20, h. 571 28
Hamka adalah kepanjangan dari Haji Abdul Malik Amrullah, seorang pembaharu
Islam dan mufasir di Indonesia yang lahir di Minangkabau-Sumaterea Barat pada akhir
abad 18 dan awal 19 M. 29
Haji Abdul Malik Abdul Karim Amrullah (HAMKA), Tafsir al-Azhar,
(Singapura: Pustaka Nasional PTE LTD, 2003), Jilid 4, h. 2674 30
M. Quraish Shihab adalah seorang mufasir Indonesia masa kini yang lahir di
Sulawesi Selatan
8
ini sebagaimana mengajak shalat hendaklah bersemangat.31
Quraish Shihab
juga menyebutkan makna sujud dalam ayat ini adalah melaksanakan
shalat. Hal ini karena perintah berikutnya yaitu iqtarib yang dirangkaikan
dengan perintah sujud tersebut, telah menggambarkan segala bentuk
aktivitas manusia yang bermotivasi mendekatkan diri kepada Allah dan
tentunya tidak tercapai tanpa adanya rasa ketundukan, kepatuhan yang
disertai dengan rasa kerendahan diri terhadap-Nya.32
Hal ini senada
dengan pendapat Ibnu ‘Arabî (W. 638 H), sebagaimana dikutip oleh al-
Qurthûbî (W. 671 H) dalam kitab tafsirnya.33
Hamka (W. 1981M)
menjelaskan bahwa seluruh isi bumi dan langit ini sujud kepada Allah
SWT. Hanya saja, bagaimana cara sujud masung-masing makhluk
berbeda, ada yang melakukan gerakan shalat, bertasbih kepada Allah dan
sebagainya, karena arti sujud yang sejati menurutnya adalah ketundukan
dan kepatuhan. 34
Dari uraian latar belakang di atas, penulis merasa perlu adanya
pengkajian lebih lanjut lagi untuk mengetahui makna sujud yang terkandung
dalam ayat-ayat sajdah. Hal ini menarik untuk dikaji dan dijadikan objek
penelitian karena beberapa alasan, diantaranya yaitu: Pertama, keberadaan
ayat-ayat sajdah yang ada dalam Al-Qur’an yang sudah ditandai khusus,
karenanya perlu diketahui makna sujud yang terkandung dalam ayat-ayat
sajdah. Kedua, Setelah ditelusuri belum banyak tulisan-tulisan yang
membahas mengenai ayat-ayat sajdah yang ada di dalam Al-Qur’an
khususnya menurut penafsiran M. Quraish Shihab dalam tafsir al-Misbâh.
31
Haji Abdul Malik Abdul Karim Amrullah (HAMKA), Tafsir al-Azhar, Jilid 10, h.
8066 32
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbâh Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an,
vol. 15, h. 483 33
al-Qurthûbî, Al-Jâmî’ li Ahkâm Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), jilid
20, h. 571 34
Haji Abdul Malik Abdul Karim Amrullah (HAMKA), Tafsir al-Azhar, Jilid 4, h.
2674
9
Ketiga, kurangnya pemahaman masyarakat mengenai ayat-ayat sajdah dan
anjuran untuk melakukan sujud tilawah.
Kemudian alasan penulis menggunakan pandangan M. Quraish Shihab
dalam tafsir al-Misbâh pada penelitian ini karena penulis ingin mengetahui
bagaimana penafsiran M. Quraish Shihab yang merupakan seorang ulama
kontemporer Indonesia dengan corak tafsirnya yaitu corak adabi ijtima‘i
yaitu menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan berorietasi pada sastra
budaya kemasyarakatan sehingga dapat dikaitkan dengan permasalan-
permasalahan yang terjadi serta melihat 2 contoh penafsiran M. Quraish
Shihab mengenai makna sujud dalam ayat sajdah yang berbeda,
menimbulkan keingintahuan penulis untuk mengetahui makna apa saja yang
terkandung dalam ayat sajdah khususnya dalam tafsir al-Misbâh.
Oleh karena itu, penulis akan menuangkannya dalam bentuk penulisan
skripsi dengan judul “Makna Sujud Dalam Ayat-Ayat Sajdah (Kajian
Tafsir al-Misbâh Karya M. Quraish Shihab)”
B. Identifikasi Masalah
Berlandaskan dari uraian latar belakang di atas, maka permasalahan
yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut: petama, Klasifikasi
pengelompokan ayat dalam Al-Qur’an; kedua, pengertian ayat-ayat sajdah;
ketiga, tempat-tempat ayat sajdah, keempat, mengenai sujud tilawah; kelima,
pengganti sujud tilawah; keenam, hukum sujud tilawah; ketujuh, penafsiran
mengenai ayat-ayat sajdah; kedelapan, kurangnya pemahaman masyarakat
mengenai makna ayat-ayat sajdah dan sujud tilawah.
C. Pembatasan Masalah
Melihat identifikasi masalah di atas, penulis akan membatasi penelitian
agar inti pembahasan tidak melebar. Objek penelitian yang akan penulis
analisa adalah 15 ayat sajdah sebagaimana dalam hadis riwayat Ibnu Majah,
10
kemudian ayat-ayat sajdah tesebut dianalisa dengan mengacu pada
penafsiran M. Quraish Shihab dalam tafsirnya al-Misbâh.
D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Bagaimana penafsiran M. Quraish Shihab tentang makna sujud yang
terdapat dalam ayat-ayat sajdah?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui dan memahami penafsiran M. Quraish Shihab
tentang makna sujud yang terdapat dalam ayat-ayat sajdah.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmiah khususnya
di bidang ilmu Al-Qur’an dan tafsir
2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi inspirasi untuk penelitian
selanjutnya
3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan bagi para
pembaca dan dapat meningkatkan pemahaman makna Al-Qur’an di
masyarakat
G. Kajian Pustaka
Kajian pustaka dilakukan untuk melihat penelitian-penelitian terdahulu.
Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya kesamaan pembahasan
dengan peneliti lainnya. Selanjutnya penulis menemukan beberapa karya
ilmuah terkait dengan ayat sajdah di antaranya yaitu:
1. Skripsi karya Eva Amalia Megaresti mahasiswi Institut Agama Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2003 fakultas Ushuluddin
11
dengan judul “Studi Tematik Terhadap Penafsiran al-Alusî Tentang
Ayat Sajdah Dan Munasabahnya Dalam Tafsir Rûh al-Ma‘ânî”.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana penafsiran
al-Alusî mengenai ayat sajdah dalam kitabnya Rûh al-Ma‘ânî dan
munasabah antar ayat sajdah?. Jawaban atas rumusan masalah ini
yaitu Menurut al-Alusî pelaksanaan sujud yang dimaksud
dalam ayat-ayat sajdah tidak hanya terbatas pada pelaksanaan
sujud seperti halnya pelaksanaan sujud dalam salat, yaitu dengan
meletakkan dahi di atas tanah sehingga sederajat dengan telapak
tangan dan kaki di hadapan Allah SWT., tetapi
pelaksanaan sujud juga dilakukan dengan cara lain yaitu
dengan menumbuhkan dalam hati perasaan tawadhu, tunduk
dan ikhlas atas segala kehendak-Nya. Gambaran pelaksanaan
sujud yang terkandung dalam ayat-ayat sajdah dikemukakan
secara menyeluruh mencakup semua makhluk ciptaan-Nya
baik malaikat yang di pandang sebagai makhluk yang tidak
pemah membangkang terhadap segala perintah Allah SWT.,
para Nabi yang telah dijanjikan mendapat kedudukan yang
tinggi di hadapan Allah SWT., semua benda iangit dan
humi, juga manusia umumnya yang mempunyai beragam sifat
dan tingkah laku. Sedangkan munasabah dalam konteks ini
mencakup pertama, munasabah atau keterkaitan dari segi lafaz
yaitu hampir seluruh ayat sajdah di dalamnya menggunakan
atau terdapat lafaz (kecuali Q.S. Shâd: 24) baik dalam bentuk
fi 'il muqari', fi 'il 'amr, ataupun menjadi hal, dan kedua,
munasabah atau keterkaitan dari segi makna, yaitu adanya
kesamaan tema dari seluruh ayat ayat sajdah yang menuturkan
tentang gambaran dan seruan tentang sujud kepada Allah
12
SWT.35
Kontribusi skripsi ini dalam penelitian yang akan dilakukan
penulis adalah mengenai penafsiran ayat sajdah Adapun yang
membedakan adalah objek yang akan digunakan, jika dalam skripsi
ini kitabnya adalah Rûh al-Ma‘ânî karya al-Alusî maka dalam
penelitian yang akan dilakukan penulis adalah kitab al-Misbâh karya
M. Quraish Shihab.
2. Skripsi karya Khoirul Munif fakultas Ushuluddin UIN Sunan
Kalijoga Yogyakarta tahun 2008 dengan judul “Korelasi Ayat
Sajdah dengan Sujud Tilawah”. Disimpulkan bahwa Sujud tilawah
merupakan implementasi atau sebuah wujud dari keimanan,
ketundukan dan kepatuhan, simbol kerendahan diri pembaca atau
pendengar Al-Qur’an kepada Allah SWT. dan kebenaran firman-Nya,
yang hal itu selaras dengan kandungan ayat-ayat sajdah. Selain itu
merupakan wujud keinginan mengikuti jejak langkah golongan yang
dipuji oleh Allah SWT. dan menjadi simbol penolakan terhadap
kesombongan orang-orang kafir yang menolak untuk beriman
kepada Allah SWT. dan kebenaran Al-Qur’an, serta bersujud
kepada-Nya, seperti yang diberitakan pada ayat-ayat sajdah.36
Kontribusi skripsi ini pada penelitian adalah memberikan gambaran
umum mengenai korelasi sujud tilawah dengan ayat sajdah.
3. Skripsi karya Musyarofah Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta tahun 2010 dengan judul “Ayat Al-Sajdah Fi
Al-Qur’an al-Karim Dirasah Uslubiyah”. skripsi ini menjelaskan
tentang Jika penggunaan kata sajada, maka berdasarkan temuan
M.Fu’ad ’Abd al-Baqi, al-Mu'jam al-Mufahras li Alfadz Al-Qur’an al-
35
Eva Amalia Megaresti, “Studi Tematik Terhadap Penafsiran Al-Alusi Tentang
Ayat Sajdah Dan Munasabahnya Dalam Tafsir Ruh Al-Ma’ani”, Skripsi fakultas Ushuluddin
Institut Agama Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta , 2003 36
Khoirul Munif, “Korelasi Ayat Sajdah dengan Sujud Tilawah”, Skripsi fakultas
Ushuluddin UIN Sunan Kalijoga Yogyakarta, 2008
13
Karim jumlah ayat sajdah sangat sedikit dibandingkan dengan ayat-
ayat yang ada kata sajada dan derivasinya disebutkan sebanyak 92 kali
yang tersebar di berbagai ayat. Ibnu Taimiyah dalam bukunya Sujud
al-Tilawah: Ma'anihi wa Ahkamuh menyatakan bahwa ayat-ayat
sajdah pada intinya memuat dua macam kronika soal prinsipil.
Pertama, berita tentang ahli sujud dan pujian terhadap mereka. Kedua,
perintah melakukan sujud dan celaan atau kecaman terhadap siapa
saja yang meninggalkannya. 37
4. Jurnal Religia Vol. 14, dengan judul “Penafsiran Filsafat Mistis
Ayat Sajdah Kajian Pemikiran Ibnu ‘Arabi” karya Ismail dari
jurusan Tarbiyah STAIN Pekalongan tahun 2011. Dalam jurnal ini
dijelakan tentang Pesan yang terkandung dalam ayat sajdah. Pesan
yang terkandung dalam ayat sajdah secara umum dapat dibagi dua,
Pertama, ta’rif, merupakan pendekatan bagi manusia untuk
mendekatkan sedekat mungkin (taqarrub) kepada Allah SWT. kedua,
tanzih, yaitu menghilangkan setiap unsur dan karakteristik
(ketundukan, kehinaan, lemah, dan lain sebagainya) yang tidak
pantas bagi Allah SWT. dengan memakai atribut serta pada
prakteknya diimplikasikan dengan sujud.38
5. Skripsi karya Sasmira Fakultas Syari‘ah dan Ilmu Hukum UIN
SUSKA RIAU tahun 2014 dengan judul “Analisa Pendapat Imam
Abu Hanifah tentang Sujud Tilawah”. Dalam penelitian ini
menjelaskan tentang perbedaan yang mendasar antara Imam Abu
Hanifah dengan jumhur Ulama‟ lainnya yang berkaitan dengan
hukum melakukan sujud tilawah. Jumhur ulama mengatakan sunnah
37
Musyarofah, “Ayat Al-Sajdah Fi Al-Quran al-Karim Dirasah Uslubiyah”,
Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta , 2010 38
Ismail, “Penafsiran Filsafat Mistis Ayat Sajdah Kajian Pemikiran Ibnu ‘Arabi”,
dalam Jurnal Religia Vol. 14, tahun 2011
14
melakukan sujud tilawah sementara Imam Abu Hanifah mengatakan
wajib. Dengan dalil yang digunakan adalah QS. Maryam ayat 58, ayat
tersebut menurut imam Abu Hanifah mengandung kalimat perintah
sujud (sujud tilawah), yang mana perintah tersebut mengandung arti
wajib. Selain itu dijelaskan pula pendapat imam Abu Hanifah tentang
mewajibkan sujud tilawah serta alasan atau dasar hukum yang
digunakannya.39
6. Penelitian Cholisotun Nisa tentang “Tafsir Ayat-Ayat Sajdah
Perspektif Al-Qurthûbî Dan Sayyid Qutb” fakultas Ushuluddin dan
Filsafat Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya tahun
2017. Penelitian ini berkesimpulan bahwa kedua mufassir mempunyai
cara tersendiri dalam menafsirkan sujud dalam ayat-ayat sajdah,
tetapi tujuan dan maksud dari penafsiran sujud menurut kedua
mufassir yaitu mengandung pesan moral bahwa sesungguhnya
hanyalah Allah yang patut disujudi, disembah, dan Allah berkuasa
atas seluruh makhluk yang ada dilangit maupun di bumi. Al-Qurthûbî
dan Sayyid Qutb dengan latar belakang pola pemikiran yang berbeda,
menghasilkan pandangan-pandangan yang sama di satu sisi, namun
dilain sisi juga memiliki perbedaan. Salah satu perbedaan dipengaruhi
oleh spesialisasi keilmuan yang mana Al-Qurthûbî lebih condong
kepada corak fiqh, sedangkan Sayyid Qutb lebih condong pada corak
adabi ijtima‘i. Dalam menafsirkan sujud pada ayat sajdah surat al-
Al-A‘râf ayat 206, Al-Qurthûbî mengartikannya sebagai mereka
shalat. Jadi sujud tilawah yang dilakukan ketika mendengar atau
membaca ayat sajdah dilakukan layaknya seperti akan melaksanakan
shalat, yaitu suci dari hadas dan najis, berniat, menghadap kiblat dan
39
Sasmira, “Analisa Pendapat Imam Abu Hanifah tentang Sujud Tilawah”, Skripsi
Fakultas Syari‟ah dan Ilmu Hukum UIN SUSKA RIAU , 2014
15
waktu melakukan, diawali dengan takbirotul ihram dan diakhiri salam.
Sedangkan dalam penafsiran Sayyid Qutb makna sujud dalam
diartikan sebagai menyungkurkan atas muka mereka ke bumi dengan
mengucapkan lafad-lafad yang menggetarkan perasaan-perasaan yang
keluar dari lidah. Dalam menafsirkan surat ar-Ra’d ayat 15, al-
Qurthûbî dan Sayyid Qutb mengartikannya sebagai patuh dan tunduk
akan kehendak Allah. Yasjudu diartikan oleh al-Qurthûbî dan Sayyid
Quthb dengan patuh, baik dengan suka hati orang-orang yang beriman
maupun dengan terpaksa orang-orang yang tidak beriman. Al-
Qurthûbî mengatakan bahwa orang-orang beriman bersujud dengan
ketaatan dan orang-orang kafir dipaksa dengan pedang agar bersujud.
Kemudian Relevansi ayat-ayat sajdah dengan sujud tilawah adalah
sujud merupakan salah satu ungkapan keimanan, kepatuhan dan
kerendahan hati manusia terhadap Allah SWT. Sebab sujud
merupakan ungkapan eksistensial jasad dari hubungan antara ‘Abid
(hamba) dan Ma‘bud (Allah), simbol dari sujud adalah menundukkan
kepala sampai menyentuh bumi. Yang dikehendaki dalam sujud
adalah mutlaknya ketundukan dan kerendahan hati serta tingkat
kekhusyu’an manusia akan terlihat jika ia melakukan sujud.40
Persamaan pembahasan penelitian dalam penelitian ini adalah sama-
sama membahas tentang ayat sajdah dan makna dari ayat sajdah itu
sendiri. Sedangkan yang akan membedakan adalah metode yang
dipakai peneliti. Peneliti akan menggunakan metode deskriptif-
analitis sebagai teknik analisis data, sedangkan peneliti terdahulu
menggunakan metode analisis-komparasi yaitu analisis perbandingan
dengan menggunakan 2 tafsir. Sedangkan dalam penelitian penulis
40
Cholisotun Nisa, “Tafsir Ayat-Ayat Sajdah Perspektif Al-Qurthûbî Dan Sayyid
Qutb”, Skripsi fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan
Ampel Surabaya, 2017.
16
hanya akan menggunakan 1 tafsir saja yaitu tafsir al-Misbâh karya M.
Quraish Shihab.
H. Metodologi Penelitian
Secara umum metode pe/nelitian diartikan sebagai suatu proses
pengumpulan dan analisis data yang dilakukan secara sistematis dan logis
untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.41
Adapun metode penelitian yang
penulis lakukan adalah sebagai berikut:
1. Jenis dan Sifat Penelitian
Penelitian ini tergolong ke dalam kategori penelitian kepustakaan
(library research) yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara membaca
majalah atau sunber data lainnya dalam perpustakaan. Kegiatan penelitian
ini dilakukan dengan menghimpun data dari berbagai literatur, baik
diperpustakaan maupun di tempat-tempat lain. Literatur yang
dipergunakan tidak terbatas hanya pada buku-buku, tetapi dapat juga
berupa bahan-bahan dokumentasi, majalah-majalah, koran-koran, dan
lain-lain42
Adapun sifat penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yaitu
penelitian 43
2. Sumber Data
Sumber data adalah subjek tempat asal data dapat diperoleh, dapat
berupa bahan pustaka, atau orang (informan atau responden).44
Untuk
mengumpulkan data dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan
sumber data yang relevan dengan pembahasan skripsi ini. Sumber data
yang penulis gunakan terbagi menjadi dua, yaitu:
41
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2005), h.5 42
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h. 31 43
Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen, (Bandung: Alfabeta 2016), h. 347 44
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, h.151
17
1. Sumber data primer yang digunakan adalah tafsir al-Misbah
karya M. Quraish shihab khususnya mengenai ayat-ayat
sajdah.
2. Sumber data Sekunder adalah buku-buku, jurnal , artikel dan
lain sebagainya yang berkaitan dengan tema ayat-ayat sajdah
seperti buku-buku fiqh, kitab-kitab adab membaca Al-Qur’an,
dan sebagainya.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah proses, cara, perbuatan
mengumpulkan, atau menghimpun data. Biasanya menggunakan metode
angket, wawancara, dokumentasi dan sebagainya.45
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah
dokumentasi, yakni mengumpulkan data dari berbagai sumber data yang
telah disebutkan di atas untuk kemudian diklasifikasikan berdasarkan
sistematika pembahasan.
4. Metode Analisis Data
Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi
satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan
pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.46
Bentuk analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif-analitis yaitu memaparkan data dan menguraikannya secara
jelas dan menyeluruh untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai
bagaimana penafsiran M. Quraish Shihab dalam tafsirnya al-Misbâh
45
Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen, h. 396 46
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2014), h. 248
18
tentang makna ayat-ayat sajdah dalam Al-Qur’an sehingga dapat ditarik
kesimpulan.
Adapun langkah-langkah analisis data yang penulis lakukan adalah
sebagai berikut:
1. Menghimpun ayat-ayat yang diklasifikasikan sebagai ayat sajdah
sesuai dengan urutan mushaf utsmani yang merujuk pada tafsir
tafsir al-Misbâh karya M. Quraish Shihab.
2. Menguraikan, mengklasifikasi, dan menganalisis penafsiran-
penafsiran M. Quraish Shihab sehingga dapat diketahui pokok-
pokok permasalahan yang ada dalam ayat-ayat sajdah
I. Teknik Penulisan dan Sistematika Pembahasan
Pedoman penulisan skripsi ini, penulis mengacu pada petunjuk teknis
penulisan proposal dan skripsi Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta tahun
2017.
Dalam penelilitian agar pembahasannyaa sistematis, maka perlu
dipergunakan sistematika pembahasan sehingga terbentuk suatu karya tulis
ilmiah berupa skripsi, maka penulis membagi kepada lima bab dan dalam
setiap bab terdiri dari beberapa sub-bab, adapun sistematikanya sebagai
berikut:
Bab I sebagai pendahuluan akan membahas tentang latar belakang,
identifikasi masalah, pembatasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian,kajian pustaka, metodologi penelitian teknik penulisan
dan sistematika pembahasan.
Bab II adalah pengantar penelitian yang membahas tentang
pengertian ayat sajdah, ayat-ayat sajdah dalam Al-Qur’an , pendapat ulama
tentang ayart sajdah, pengertian sujud tilawah, hukum sujud tilawah, bacaan
saat sujud tilawah, serta tatacara melakukan sujud tilawah supaya dapat
memporoleh pandangan yang utuh mengenai ayat sajdah dan sujud tilawah.
19
Bab III membahas tentang biografi tokoh mufassir beserta kitab
tafsirnya yaitu profil M. Quraish Shihab dan tafsirnya al-Misbâh. yang
meliputi latar belakang penulisan kitab, sumber penafsiran, corak penafsiran,
metode penafsiran, dan kelebihan dan kekurangan dalam tafsirnya al-Misbâh.
Sehingga penulis dapat membaca pola pemikiran M. Quraish Shihab.
Bab IV merupakan bab inti dari penelitian yang menguraikan tentang
analisis ayat-ayat sajdah dalam pandangan tafsirnya al-Misbâh karya M.
Quraish Shihab mengenai makna sujud ayat-ayat sajdah dalam Al-Qur’an.
Bab V berisi tentang kesimpulan dari pembahasan pada penelitian ini
dan saran-saran yang dapat direkomendasikan untuk kajian selanjutnya.
106
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan perumusan masalah, maka dapat disimpulkan bahwa M.
Quraish Shihab dalam menafsirkan makna-makna ayat sajdah tidak hanya
dalam makna satu saja. Setidaknya ada empat makna tentang arti kata sujud
dalam ayat-ayat sajdah. Keempat makna tersebut adalah: Pertama, makna
sujud dalam arti shalat yang terdapat dalam QS. Al-Hajj/22:77 dan QS. Al-
‘Alaq/96:19; Kedua, makna sujud dalam arti patuh dan tunduk kepada Allah
SWT terdapat dalam QS. Al-A‘râf/7:206, QS. Ar-Râ’d/13:15, QS. An-
Nahl/16:50, QS. Al-Hajj/22:18, QS. Al-Furqân/25:60, QS. An-
Naml/27:25, QS. As-Sajdah/32:15, QS. Fussilât/41:38, QS. An-
Najm/53:62, dan QS. Al-Insyiqâq/82:21; Ketiga, makna sujud dalam arti
menambah kekhusyu‘an seperti yang ada di dalam QS. Al-Isrâ/17:109 dan
QS. Maryam/19:58, Keempat, sujud dalam arti memohon ampun yang
terdapat dalam QS. Shâd/38:24.
Keempat makna tersebut menujukkan pada satu makna sentral yaitu
patuh dan taat kepada Allah. Yang dapat dicerminkan dengan melaksanakan
shalat, menambah kekhusyu’an keti membaca atau mendengarkan Al-Qur’an,
dan juga memohon ampun, menunjukkan patuh dan taatnya seorang hamba
dalam menerima ketetapan atas apa yang terjadi pada dirinya dan sebagai
bukti penghambaan dan kerendahan hati kepada sang penguasa langit dan
bumi.
B. Saran
Sebagai akhir dari pembahasan skripsi ini, penulis memberi saran-saran.
Semoga melalui saran sederhana ini bisa menjadikan manfaat dan masukan
untuk semua pihak.
107
Melalui penelitian ini diharapkan bisa memberikan sedikit pengetahuan
penulis tentang ayat-ayat sajdah beserta anjuran sujud tilawah di khalayak
umum sehingga dapat mempraktikan sujud tilawah ketika membaca atau
mendengar ayat sajdah. Kemudian untuk peneliti selanjutnya, penulis
menyarankan untuk menggali makna-makna ayat-ayat sajdah dengan
berbagai pendekatan seperti sufistik, fiqih maupun kebahasaan, sehingga
makna-makna ayat sajdah dalam Al-Qur’an bisa digali lebih lanjut untuk
mengetahui makna sebenarnya dari ayat-ayat sajdah tersebut.
108
DAFTAR PUSTKA
Abû Syu’bâh, Muhammad ibn Muhammad. al-Madhal lî Dirasâh Al-Qur'an
al-Karîm. Kairo: Maktabâh as-Sunnah, 1992.
Alu Mubarak, Syaikh Faishal bin Abdul Aziz. Ringkasan Nailul Authar, (ed).
Rahmat Hidayatullah. Jakarta: Pustaka Azzam, 2011.
Amir, Mafri. Literatur Tafsir Indonesia. Ciputat: Mazhab Ciputat, 2013.
Amrullah, Haji Abdul Malik Abdul Karim (HAMKA). Tafsir al-Azhar.
Singapura: Pustaka Nasional PTE LTD, 2003.
al-Andaalusî, Abû al-Walîd Sulaimân ibn Khalaf ibn Sa‘id ibn Ayyûb ibn
Wârits at-Tajîbî al-Qurthubî al-Bâjî. al-Muntaqâ Syarh al-
Muwaththa’. al-Qahirah: Dar al-Kitab al-Islamiyah, 1332 H. Jilid I
Anshori, Penafsiran Ayat-Ayat Jender Menurut Muhammad Quraish Shihab.
Jakarta: Visindo Media Pustaka, 2008.
Anwar, Mauluddin. Cahaya, Cinta, dan Canda Quraish Shihab. Tangerang:
Lentera Hati, 2015.
al-Asfâhanî, Raghib Mu’jam Mufradat alfaz al-Qur’an.
ad-Dimasyqi, Syaikh al-‘Alamah, bin’Abdurrahman. Fiqh Empat Madzab.
terj. Abdul Zaki Alkaf. Bandung: Hasyimi Press, 2010.
Fâbizûriyâh, Abd al-Lathîf. at-Tibyân fî Ahkâm Tilawati al-Kitâb al-Mubîn.
Beirut: Dar el-Mareefah, 1999.
Federspiel, Howard M. Kajian Al-Qur’an di Indonesia Dari Mahmud Yunus
Hingga Quraish Shihab, terj. Tajul Arifin, (Bandung: Mizan, 1996),
dikutip dari A.M Ismatullah, “Kisah Yusuf Dalam Tafsir al-Misbâh”
dalam Tesis UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2006.
Gusmian, Islah. Khazanah Tafsir Indonesia. yogyakarta: Lkis yogyakarta:
2013.
Hamka. Tafsir al-Azhar. Jakarta: PT. Citra Serumpun Padi, 2004.
Ichwan, Mohammad nor. Prof. M. Quraish Shihab Membincang Persoalan
Gender. Semarang: Rasail, 2013.
109
al-Ju’fi, Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari. Shahih al-Bukhari..
tt: Dar Thuq an-Najah, 1422 H.
al-Lâhm, Shâlih ibn ‘Abdullah. Sujûd at-Tilâwah wa Ahkâmuhu. Tt, Dar Ibn
al-Jauzî linnasyari wa at-tauzî‘, 1429 H.
Mahmud. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia. 2011.
Manzûr, Ibn Lisân al-‘Arâb, Juz III. Beirut: Dâr as-Sadr, 1994.
al-Maraghi, Musthafa. Tafsir al-Maraghii. Semarang: CV Toha Putra, 1994.
Khalid, Amru. Pesona Al-Qur’an Dalam Merantai Surat dan Ayat, terj.
Ahmad Fadhil. Jakarta: Sahara Publisher, 2005.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2014.
Mustafa. M. Quraish Shihab Membumikan Kalam di Indonesia. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2010
an-Naisâbûrî, Muslim ibn al-Hajâj Abû al-Hasan al-Quwyairî. Shahih Muslim.
Beirut: Dar Ihya at-Turats al-Arabiy, tt
Nasution, Harun dkk. Ensiklopedia Islam Indonesia. Jakarta: Djambatan,
2002
an-Nawawi Imam, at-Tibyan fi Ulumil Qur’an.
al-Qazwiny, Ibnu Majah Abu Abdullah Mahmud bin Yazid. Sunan Ibnu
Majah. Dar-Ihya al-Kita al-‘Arabiyah, tt.
Qudamah, Ibnu al-Mughni. terj. Masturi Irham, M. Abidun Zuhri. Jakarta:
Pustaka: Azzam, 2007. jilid 2
Al-Qurtûbî, al-Jâmî’ li ahkâm Al-Qur‘an. terj. Ahmad Khatib. Jakarta:
Pustaka Azzam, 2008
Rasjid, Sulaiman Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010
Rusyd, Ibnu. Bidayatul Mujtahid. terj. Beni sarbeni, dkk. Jakarta Pustaka
Azzam, 2006. jilid I
110
Sabiq, Sayyid. Fiqh as-Sunnah, Kairo: Dar al-Fath li al-‘Alam al-‘Arabi,
1990
Said, Hasani Ahmad. Diskursus Munasabah Al-Qur`an: Kajian Atas Tafsir
al-Misbah, Jakarta: Puspita Press, 2011
Salim, Abd. Muin. Metodelogi Ilmu Tafsir. Yogyakarta: Teras, 2005.
Salim, Abu Malik Kamal bin As-Sayid. Shahih Fikih Sunnah Lengkap. (ed).
Besus Hidayat Amin. Jakarta: Pustaka Azzam, 2006
as-Sadhan, Abdul Aziz bin Muhammad. (ed). Abdul Basith Abd. Aziz.
Kupas Tuntas Masalah Sujud Tilawah. (Jakarta: Pustaka as-Sunnah,
2005
Shihab, M. Quraish, dkk. Ensiklopedia Al-Qur’an ; Kajian Kosakata.
Jakarta: Lentera Hati, 2007.
Shihab, M. Quraish. Membumikan Al-Qur`an Fungsi dan Peran Wahyu
Dalam Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan, 2009.
Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Mishbâh Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-
Qur‘an. Jakarta: Lentera Hati, 2009.
Shihab, M. Quraish. Wawasan al-Quran. Bandung: Mizan, 1992
Shihab, Muhammad Quraish. Menyingkap Tabir Ilahi,Asma al-Husna dalam
Perspektif al-Qur’an. Jakarta: Lentera Hati, , 2001
as-Sijistanî, Abû Dâwud Sulaimân ibn al-Asy‘ats al-Azdi. Sunân Abû Dâwud,
Beirut: al-Maktabah al-‘Ashriyah, tt
Subianto, Achmad. Sujud Tilawah. Jakarta: CV Kasala Mitra Selaras, 2011.
Sugiyono. Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta 2016
Sugono, Dendy dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. PT
Gramedia Pustaka Utama, 2008. cet. 3 edisi IV
Sukmadinata, Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2005
Summa, Amin. Ulumul Qur’an. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013
111
asy-Syafi’i, Abi Abdullah Muhammad bin Idri Al-Umm. terj. Ismail Ya’kub,.
Kuala Lumpur: Victory Agencie, 1989. Jilid I
Syibromailisi, Faizah Ali. Tafsir bil al-Ma’tsur. Jakarta: PT. Siwibakti
Darma, 2010
Tamam, Badru. Tesis: Pemikiran Kalam M. Quraish Shihab dalam Tafsir al-
Misbah,
ath-Thabârî, Abu Ja‘far Muhammad ibn Jarîr. Tafîr ath- Thabârî, (ed). Edi Fr.
Jakarta: Pustaka Azzam, 2008
at-Tirmidzî, Muhammad ibn îsâ ibn saurah ibn Musa ibn ad-Dhahâk Sunan
at-Tirmidzî. Beirut: Dar al-Gharib al-Islamy, 1998
Az-Zarqani, Muhammad Abdul Adzim Manahil Al-‘Urfan Fi ‘Ulum Al-
Qur’an. terj. Qadirun Nur dan Ahmad Musyafiq. Jakarta: Gaya
Media Pratama, 2002.
Zuhaili, Wahbah. Tafsir Al-Munir, terj. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk.
Jakarta: Gema Insani, 2016.
Zuhayli, Wahbah. Fiqh dan Perundingan Islam. Malaysia: Percetakan
Dewan Bahasa dan Pustaka, 1994. Jilid III
Ismail. “Penafsiran Filsafat Mistis Ayat Sajdah (Kajian Pemikiran Ibnu
‘Arabi), Jurnal Religia Vol. 14, No. 1, April 2011
Ismatullah, A.M. “Kisah Yusuf Dalam Tafsir al-Misbâh” dalam Tesis UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2006
Megaresti, Eva Amalia “Studi Tematik Terhadap Penafsiran Al-Alusi
Tentang Ayat Sajdah Dan Munasabahnya Dalam Tafsir Ruh Al-
Ma’ani”, Skripsi fakultas Ushuluddin Institut Agama Islam Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta , 2003
Misbah”, Hunafa: Jurnal Studi Islamika Vol. 11, No. 1, Juni 2014
Munif, Khoirul. “ Korelasi Ayat Sajdah dengan Sujud Tilawah”. Skripsi
Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijoga Yogyakarta, 2008.
Musyarofah. “Ayat Al-Sajdah Fi Al-Quran al-Karim Dirasah Uslubiyah”.
Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ,
2010
112
Nisa, Cholisotun “Tafsir Ayat-Ayat Sajdah Perspektif Al-Qurthûbî Dan
Sayyid Qutb”, Skripsi fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas
Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya, 2017
Nur, Afrizal. “M. Quraish Shihab dan Rasionalisasi Tafsir”, Jurnal
Ushuluddin Vol. XVIII No. 1, Januari 2012
Rahman, Saifu “Konsep Cinta Dalam Pemikiran Raghib al-Asfâhanî” dalam
abstrak Tesis UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2016
Sasmira. Analisa Pendapat Imam Abu Hanifah tentang Sujud Tilawah”,
Skripsi Fakultas Syari‟ah dan Ilmu Hukum UIN SUSKA RIAU
Sudirman, Corak dan Metode Peafsiran Al-Qur’an, h. 14 dalam
http://donload .portalgaruda.org/ diakses pada hari Rabu, 11 Juli
2018 pukul 20.38 WIB
Tohir, M. “Penafsiran Ayat-Ayat Musibah Menurut HAMKA dan M.
Quraish Shihab”, Tesis Program Studi Agama dan Filsafat UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2011
Wartini, Atik. “Corak Penafsiran M. Quraish Shihab Dalam Tafsir Al- Al-
Misbah”, Hunafa: Jurnal Studi Islamika Vol. 11, No. 1, Juni 2014,
http://kbbi.kmendikbud.com
Khoironi, Tata Cara Sujud Tilawah dalam http://www.nu.or.id/post/read/tata-
cara-sujud-tilawah.com yang di akses pada hari Minggu, 15 Juli
2018 pukul 11.24 WIB
Khoirul, A. ‘Warisan Syekh Wahbah Zuhayli, dalam www.nu.or.id yang
diakses pada tanggal 1 Agustus 2018 pukul 19.25 WIB
Tausikal, Muhammad Abduh Panduan Sujud Tilawah dan Tata cara Sujud
Tilawah dalam http://rumaysho.com/panduan-sujud-tilawah-dan-
tata-cara-sujud-tilawah, yang di akses pada hari Selasa, 17 Juli 2018
pukul 14.14 WIB