MAKALAH_STERIL

17
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sediaan parental yang diberikan secara penyuntikan intravena, subkutan, dan intramuscular merupakan rute pemberian obat yang kritis jika dibandingkan dengan pemberian obat-obatan secara oral. Semakin meningkatnya perkembangan ilmu bioteknologi telah meningkat pula jumlah yang diproduksi secara bioteknologi seperti obat peptide dan atau produk gen. pada abad mendatang (sekarang sudah mulai) beberapa obat peptide dan obat lainnya akan dihasilkan menurut prinsip bioteknologi. Produk steril adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi- bagi yang bebas dari mikroorganisme hidup. Sediaan parenteral ini merupakan sediaan yang unik diantara bentuk obat terbagi- bagi, karena sediaan ini disuntikkan melalui kulit atau membran mukosa kebagian dalam tubuh. Karena sediaan mengelakkan garis pertahanan pertama dari tubuh yang paling efisien, yakni membran kulit dan mukosa, sediaan tersebut harus bebas dari kontaminasi mikroba dan dari komponen toksik dan harus mempunyai tingkat kemurnian tinggi dan luar biasa.

Transcript of MAKALAH_STERIL

Page 1: MAKALAH_STERIL

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sediaan parental yang diberikan secara penyuntikan intravena, subkutan, dan

intramuscular merupakan rute pemberian obat yang kritis jika dibandingkan dengan

pemberian obat-obatan secara oral. Semakin meningkatnya perkembangan ilmu bioteknologi

telah meningkat pula jumlah yang diproduksi secara bioteknologi seperti obat peptide dan

atau produk gen. pada abad mendatang (sekarang sudah mulai) beberapa obat peptide dan

obat lainnya akan dihasilkan menurut prinsip bioteknologi.

Produk steril adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas dari

mikroorganisme hidup. Sediaan parenteral ini merupakan sediaan yang unik diantara bentuk

obat terbagi-bagi, karena sediaan ini disuntikkan melalui kulit atau membran mukosa

kebagian dalam tubuh. Karena sediaan mengelakkan garis pertahanan pertama dari tubuh

yang paling efisien, yakni membran kulit dan mukosa, sediaan tersebut harus bebas dari

kontaminasi mikroba dan dari komponen toksik dan harus mempunyai tingkat kemurnian

tinggi dan luar biasa. Semua komponen dan proses yang terlibat dalam penyediaan produk ini

harus dipilih dan dirancang untuk menghilangkan semua jenis kontaminasi secara fisik, kimia

atau mikrobiologi.

Page 2: MAKALAH_STERIL

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi sediaan steril

2. Untuk mengetahui cara pembuatan dan cara penggunaan sediaan steril

3. Untuk mengetahui evaluasi sediaan steril

4. Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian sediaan steril

5. Untuk mengetahui alas an formulasi / tujuan sediaan steril

Page 3: MAKALAH_STERIL

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi sediaan steril

Sediaan steril adalah sedian yang selain memenuhi persyaratan fisika-kimia juga

persyaratan steril. Steril berarti bebas mikroba. Sterilisasi adalah proses untuk mendapatkan

kondisi steril.Sediaan steril secara umum adalah sediaan farmasi yang mempunyai

kekhususan sterilitas dan bebas dari mikroorganisme.

B. Cara pembuatan dan cara penggunaan sediaan steril

B.1 Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) untuk Sediaan Steril

B.1.1. Prinsip dari CPOB adalah memperkecil pencemaran mikroba, partikulat, dan

pirogen. Hal-hal yang perlu diperhatikan:

         Keberadaan ruang penyangga untuk personil dan /atau peralatan dan bahan

         Pembuatan produk dan proses pengisian dilakukan pada ruangan terpisah

         Kondisi “operasional dan non operasional” hendaklah ditetapkan untuk

tiap ruang bersih.

B.1.2. Empat kelas kebersihan pada pembuatan produk steril:

1. Kelas A. Untuk kegiatan yang berisiko tinggi, misalnya pengisian wadah

tutup karet, ampul, dan vial terbuka, penyambungan secara aseptik.

Umumnya kondisi ini dicapai dengan memasang unit aliran udara

laminar (laminar air flow) dengan kecpatan 0,36-0,54 m/detik. Contoh

kegiatan: pembuatan dan pengisian aseptik

2. Kelas B. Untuk pembuatan dan pengisian secara aseptik, kelas ini adalah

lingkungan latar belakang untuk zona kelas A

Page 4: MAKALAH_STERIL

3. Kelas C .Untuk melakukan tahap pembuatan produk steril dengan tingkat

risiko lebih rendah.Contoh kegiatan: Pembuatan larutan

4. Kelas D. Untuk melakukan tahap pembuatan produk steril dengan tingkat

risiko lebih rendah. Contoh kegiatan: penanganan komponen setelah

pencucian

B.1.3 Pembuatan Sediaan Steril

Gambaran umum pembuatan sediaan steril ada 2 macam, yaitu :

1.Aseptic processing: Pada pembuatannya, setiap proses dari awal persiapan hingga

sudah dikemas selalu dilakukan secara aseptik, sehingga hasil yang diperoleh

steril

2. Terminal sterilization: pada pembuatannya tidak terlalu aseptik seperti aseptic

processing, tapi di akhir proses, dilakukan sterilisasi secara menyeluruh.

B.2 Cara Penggunaan Sediaan Steril

1. Sediaan steril parenteral

Dimasukkan ke dalam tubuh dengan menggunakan alat suntik.

2. Sediaan steril untuk mata

1. Cuci tangan dengan air dan sabun

2. Kocok obat hingga tercampur merata (untuk tetes mata)

3. Tengadahkan kepala, tarik kebawah kelopak mata bawah sampai membentuk

cekungan

4. Tempatkan botol tetes mata atau salep dekat dengan matam jangan sampai

menyebtuh mata, wajah atau permukaan lain

Page 5: MAKALAH_STERIL

5. Arahkan mata melihat keatas

6. Teteskan tetes mata sesuai dengan aturan pakai (untuk tetes mata)

7. Oleskan salep mata di dalam cekungan mata sepanjang 1 cm atau sepanjang

cekungan mata

8. Pejamkan mata selama 1-2 menit, jangan mengkedip-kedipkan mata

9. Bersihkan kelebihan tetes atau salep yang tercecer mengenai wajah

10. Beri jarak pemakaian lebih dari satu macam tetes mata atau salep mata

Berikan jarak minimal 5 menit dengan mendahulukan pemakaian tetes mata

baru pakailah salep mata dan beri jarak 10 menit

11. Bila memakai lensa kontak, lepas dan pasang kembali sekitar 15 menit setelah

pemakaian tetes mata atau salep mata.

12. Tutup kembali tetes dan salep mata anda, jangan mencuci ujungnya. 

3. Sediaan Steril Tetes Telinga

Cara penggunaan dari tetes telinga, yaitu :

1. Cuci tanganBerdiri atau duduk depan cermin

2. Buka tutup botolPeriksa ujung penetes dan pastikan tidak pecah atau patah

3. Jangan menyentuh ujung penetes dengan apapun usahakan tetap bersih

4. Posisikan kepala miring dan pegang daun telinga agar memudahkan

memasukkan sediaantetes telinga.

5. Pegang obat tetes telinga dengan ujung penetes di bawah sedekat mungkin

dengan lubang telinga tetapi tidak menyentuhnya

Page 6: MAKALAH_STERIL

6. Perlahan-lahan tekan botol tetes telinga sehingga jumlah tetesan yang

diinginkan dapat menetes dengan benar pada lubang telinga.

7. Diamkan selama 2-3 menit

8. Bersihkan kelebihan cairan dengan tisuTutup kembali obat tetes telinga,

jangan mengusap atau mencuci ujung penutupnya.

C. Evaluasi sediaan steril

1.Uji pH

Cek pH larutan dengan menggunakan pH meter atau kertas indikator universal.

Dengan pH meter : Sebelum digunakan, periksa elektroda dan jembatan garam.

Kalibrasi pH meter. Pembakuan pH meter : Bilas elektroda dan sel beberapa kali

dengan larutan uji dan isi sel dengan sedikit larutan uji. Baca harga pH.Gunakan air

bebas CO2 untuk pelarutan dengan pengenceran larutan uji.

2. Uji kejernihan

Pemeriksaan dilakukan secara visual biasanya dilakukan oleh seseorang yang

memeriksa wadah bersih dari luar di bawah penerangan cahaya yang baik, terhalang

terhadap refleksi ke dalam matanya, dan berlatar belakang hitam dan putih, dengan

rangkaian isi dijalankan dengan suatu aksi memutar, harus benar-benar bebas dari

partikel kecil yang dapat dilihat dengan mata.

3. Uji keseragaman volume

Diletakkan pada permukaan yang rata secara sejajar lalu dilihat keseragaman

volume secara visual.

4. Uji kebocoran

Tidak dilakukan untuk vial dan botol karena tutup karetnya tidak kaku

Page 7: MAKALAH_STERIL

5. Uji kebocoran (2)

Letakkan ampul di dalam zat warna ( biru metilen 0,5 – 1% ) dalam ruangan

vakum. Tekanan atmosfer berikutnya kemudian menyebabkan zat warna berpenetrasi

ke dalam lubang, dapt dilihat setelah bagian luar ampul dicuci untuk membersihkan

zat warnanya.

Catatan penting : jangan ditulis di proposal ujian, uji kebocoran hanya untuk ampul

6. Uji sterilitas

Asas : larutan uji + media perbenihan, inkubasi pada 20o – 25Oc. Kekeruhan /

pertumbuhan mikroorganisme ( tidak steril )

7. Uji pirogenitas

Secara biologik (Metode Seibert 1920: USP XII 1942)

Asas :Berdasarkan peningkatan suhu badan kelinci yang telah disuntikkan dengan

larutan ≤ 10 mg/Kg BB dalam vena auricularis.

Cara :- Setiap penurunan suhu dianggap nol

- Memenuhi syarat : tak seekor kelinci pun menunjukkan kenaikan suhu 0,5ºC

atau lebih

- Jika ada kelinci dengan kenaikkan suhu 0,5ºC atau lebih, lanjutkan dengan

kelinci tambahan

- Memenuhi syarat : tidak lebih dari 3 ekor kelinci dari 8 kelinci masing-

masing menunjukkan kenaikkan suhu 0,5ºC atau lebih dan jumlah kenaikkan

suhu maksimal 8 ekor kelinci tidak lebih dari 3,3ºC.

Page 8: MAKALAH_STERIL

D. Keuntungan dan kerugian sediaan steril

D.1 Keuntungan :

1. aksi obat lebih cepat

2. cocok untuk obat inaktif jika diberikan oral

3. obat yang mengiritasi bila diberikan secara oral

4. kondisi pasien (pingsan, dehidrasi) sehingga tidak memungkinkan obat diberikan

secara oral.

D.2 Kerugian :

1. tidak praktis

2. butuh alat khusus (untuk injeksi)

3. sakit

4. risiko, kalau alergi atau salah obat maka tidak bisa langsung dihilangkan

5. butuh personil khusus, misal di rumah sakit oleh dokter atau perawat.

E. Alasan formulasi / tujuan sediaan steril

1. Kadar obat sampai ke target

Jumlah obat yang sampai ke jaringan target sesuai dengan jumlah yang diinginkan untuk

terapi.

2.  Parameter farmakologi

Meliputi waktu paruh, C maks., onset.

3. Jaminan dosis dan kepatuhan

Terutama untuk pasien-pasien rawat jalan

4.  Efek biologis

Page 9: MAKALAH_STERIL

Efek biologis tidak dapat dicapai karena obat tidak bisa dipakai secara oral. Contoh:

amphoterin B (absorbsi jelek) dan insulin (rusak oleh asam lambung).

6. Altrnatif rute, jika tidak bisa lewat oral.

Dikehendaki  efek lokal dengan menghindari efek atau reaksi toksik sistemik.

Contoh: methotreksat, penggunaan secara intratekal untuk pengobatan leukimia.

7. Kondisi pasien

Untuk pasien-pasien yang tidak sadar, tidak kooperatif, atau tidak bisa dikontrol

8. Inbalance (cairan badan dan elektrolit)

Contoh: muntahber serius, sehingga kekurangan elektrolit yang penting dan segera

harusdikembalikanefek lokal yang diinginkan. Contoh: anestesi local

syarat-syarat Injeksi1.      Bebas dari mikroorganisme, steril atau dibuat dari bahan-bahan steril di bawah kondisi yang kurang akan adanya kombinasi mikroorganisme (proses aseptik).2.      Bahan-bahan bebas dari endotoksin bakteri dan bahan pirogenik lainnya.3.      Bahan-bahan yang bebas dari bahan asing dari luar yang tidak larut.4.      Sterilitas5.      Bebas dari bahan partikulat6.      Bebas dari Pirogen7.      Kestabilan8.      Injeksi sedapat mungkin isotonis dengan darah.

Rute-rute Injeksi1.      Parenteral Volume Kecila.       IntradermalIstilah intradermal (ID) berasal dari kata "intra" yang berarti lipis dan "dermis" yang berarti sensitif, lapisan pembuluh darah dalam kulit. Ketika sisi anatominya mempunyai derajat pembuluh darah tinggi, pembuluh darah betul-betul kecil. Makanya penyerapan dari injeksi disini lambat dan dibatasi dengan efek sistemik yang dapat dibandingkan karena absorpsinya terbatas, maka penggunaannya biasa untuk aksi lokal dalam kulit untuk obat yang sensitif atau untuk menentukan sensitivitas terhadap mikroorganisme.b.      IntramuskularIstilah intramuskular (IM) digunakan untuk injeksi ke dalam obat. Rute intramuskular menyiapkan kecepatan aksi onset sedikit lebih normal daripada rute intravena, tetapi lebih besar daripada rute subkutan.

Page 10: MAKALAH_STERIL

c.       IntravenaIstilah intravena (IV) berarti injeksi ke dalam vena. Ketika tidak ada absorpsi, puncak konsentrasi dalam darah terjadi dengan segera, dan efek yang diinginkan dari obat diperoleh hampir sekejap.d.      SubkutanSubkutan (SC) atau injeksi hipodermik diberikan di bawah kulit. Parenteral diberikan dengan rute ini mempunyai perbandingan aksi onset lambat dengan absorpsi sedikit daripada yang diberikan dengan IV atau IM.e.       Rute intra-arterialDisuntikkan langsung ke dalam arteri, digunakan untuk rute intravena ketika aksi segera diinginkan dalam daerah perifer tubuh.f.       IntrakardialDisuntikkan langsung ke dalam jantung, digunakan ketika kehidupan terancam dalam keadaan darurat seperti gagal jantung.g.      IntraserebralInjeksi ke dalam serebrum, digunakan khusus untuk aksi lokal sebagaimana penggunaan fenol dalam pengobatan trigeminal neuroligia.h.      IntraspinalInjeksi ke dalam kanal spinal menghasilkan konsentrasi tinggi dari obat dalam daerah lokal. Untuk pengobatan penyakit neoplastik seperti leukemia.i.        Intraperitoneal dan intrapleuralMerupakan rute yang digunakan untuk pemberian berupa vaksin rabies. Rute ini juga digunakan untuk pemberian larutan dialisis ginjal.j.        Intra-artikularInjeksi yang digunakan untuk memasukkan bahan-bahan seperti obat antiinflamasi secara langsung ke dalam sendi yang rusak atau teriritasi.k.      Intrasisternal dan peridualInjeksi ke dalam sisterna intracranial dan durameter pada urat spinal. Keduanya merupakan cara yang sulit dilakukan, dengan keadaan kritis untuk injeksi.Intrakutan (i.c). Injeksi yang dimasukkan secara langsung ke dalam epidermis di bawah stratum corneum. Rute ini digunakan untuk memberi volume kecil (0,1-0,5 ml) bahan-bahan diagnostik atau vaksin.l.        IntratekalLarutan yang digunakan untuk menginduksi spinal atau anestesi lumbar oleh larutan injeksi ke dalam ruang subarachnoid. Cairan serebrospinal biasanya diam pada mulanya untuk mencegah peningkatan volume cairan dan pengaruh tekanan dalam serabut saraf spinal. Volume 1-2 ml biasa digunakan. Berat jenis dari larutan dapat diatur untuk membuat anestesi untuk bergerak atau turun dalam kanal spinal, sesuai keadaan tubuh pasien.

Page 11: MAKALAH_STERIL