makalah.docx

37
MAKALAH Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Endokrin Diabetes Melitus pada Lansia Pembimbing : Iis Suwanti, S.ST, M.Kes Disusun Oleh : Lina Fatimatuzzahroh ( 01.13.057 ) Rizki Ardita Saraswati ( 01.13.068 ) STIKES DIAN HUSADA MOJOKERTO Page 1

Transcript of makalah.docx

MAKALAHAsuhan Keperawatan Gangguan Sistem Endokrin Diabetes Melitus pada Lansia

Pembimbing :

Iis Suwanti, S.ST, M.Kes

Disusun Oleh :

Lina Fatimatuzzahroh ( 01.13.057 ) Rizki Ardita Saraswati ( 01.13.068 )

STIKES DIAN HUSADA MOJOKERTOS1 KEPERAWATANKampus A : Jl. Raya Brangkal, Sooko, Mojokerto Telp/Fax: 0321-327770Kampus B : Jl. Raya Teras 04 Telp./Fax: (0321) 324774Website : www.dianhusada.ac.idTahun Akademik 2014-2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, sebab karena berkat rahmat, hidayah dan inayah-Nya semata kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Endokrin Diabetes Militus pada Lansia ini sesuai batas waktu yang diberikan.Kedua kalinya shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah menuntun kita semua ke zaman pencerahan lewat pancaran syafaatnya yang selalu dinantikan setiap insan hingga Yaumul Qiyamah.Terakhir kalinya tak lupa kami ucapkan beribu terima kasih kepada Ibu Iis Suwanti, S.ST, M.Kes yang telah memberi bimbingan terhadap kami, sehingga kami dapat memahami dan sedikit lebih mengerti tentang berbagai materi yang terdapat dalam mata kuliah Cardiovaskular.Kami juga menyadari sepenuhnya, bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan.Untuk itu, besar harapan kami atas kritik dan saran yang bersifat membangun dan memberi motivasi dalam pengembangan tugas-tugas kami berikutnya.Semoga makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi para pembaca yang budiman. Amin.....

Mojokerto, 27 Februari 2015Penyusun

DAFTAR ISIHALAMAN JUDUL 1KATA PENGANTAR 2DAFTAR ISI 3BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang 41.2 Rumusan Masalah 41.3 Tujuan Penulisan 4BAB II LAPORAN PENDAHULUAN2.1 Pengertian 52.2 Etiologi 62.3 Anatomi Fisiologi 72.4 Manifestasi Klinik 92.5 Penatalaksanaan 102.6 Komplikasi 102.7 Pemeriksaan Penunjang 102.8 Masalah yang Lazim Muncul 112.9 Asuhan Keperawatan 122.10 Satuan Acara Penyuluhan 19BAB III PENUTUP4.1 Kesimpulan 244.2 Saran 24DAFTAR PUSTAKA 25

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangDiabetes mellitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Arief Mansyoer dkk 2001 : 580). Hipertiriodisme adalah produksi dan pelepasan hormron tiroid yang berlebihan. Istilah yang hampir sama, tiroksiskosis menunjukkan kompleks biokimia dan fisiologi yang terjadi ketika jaringan memiliki hormon tiroid yang berlebihan.

1.2 Rumusan Masalah1. Apa pengertian Diabates Melitus? 2. Apa penyebab (etiologi) Diabetes Melitus ?3. Apa Anatomi Fisiologi Diabetes Melitus? 4. Bagaimana Manifestasi Klinik Diabetes Melitus ?5. Bagaimana Penatalaksanaan Diabetes Melitus?6. Bagaimana Komplikasi Diabetes Melitus?7. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang Diabetes Melitus ?8. Bagaimana Masalah yang Lazim muncul Diabetes Melitus ?9. Bagaimana Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus ?10. Bagaimana Satuan Acara Penyuluhan Diabetes Melitus ?

1.3 Tujuan1. Mendeskripsikan pengertian Diabetes Melitus 2. Mendeskripsikan penyebab etiologi Diabetes Melitus 3. Mendeskripsikan Anatomi Fisiologi 4. Mendeskripsikan Manifestasi Klinik Diabetes Melitus5. Mendeskripsikan Penatalaksanaan Diabetes Melitus 6. Mendeskripsikan Kompliksai Diabetes Melitus 7. Mendeskripsikan Pemeriksaan Penunjang Diabetes Melitus 8. Mendeskripsikan Masalah yang Lazim muncul Diabetes Melitus 9. Mendeskripsikan Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus 10. Mendeskripsikan Satuan Acara Penyuluhan Diabetes Melitus

BAB IIPEMBAHASAN

KONSEP DASAR GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN PADA LANSIA2.1 PengertianKasus kesehatan akibat penuaan dari kelenjar endokrin yang paling banyak ditemui adalah diabetes mellitus tipe II dan gangguan dari kelenjar thyroid maupun parathyroid.a. Diabetes mellitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Arief Mansyoer dkk 2001 : 580).b. Hipertiriodisme adalah produksi dan pelepasan hormron tiroid yang berlebihan. Istilah yang hampir sama, tiroksiskosis menunjukkan kompleks biokimia dan fisiologi yang terjadi ketika jaringan memiliki hormon tiroid yang berlebihan. Prevelensi tiroksikosis pada lansia adalah sekitar 2%.Sekitar 15% dari semua pasien tiriksikosis berusia lebih dari 60 tahun. Patofisiologi hipertiroidisme pada lansia tidak terlalu berbeda, tetapi beberapa manifestasi klinis mungkin lebih berbeda. Orang yang lebih muda mengalami tiroksikosis mengalami peningkatan kadar triiodotironin dan tiroksin yang pada lansia mungkin memiliki peningkatan kadar triiodotironin atau triiodotironin yang terisolasi.c. Krisis Tirotoksik atau badai tiroid. Hal ini merupakan eksaserbasi yang ekstrim dari hipertiroid berat. Hal ini biasanya terjadi pada pasien yang belum didiagnosis dan pada mereka dengan tirotoksikosis yang tidak ditangani. Pasien yang tidak dapat atau tidak akan menggunakan obat-obat antitiroid secara rutin berisiko tinggi. Krisis tirotoksik dapat terjadi akibat peningkatan jumlah hormone tiroid dan katekelomin. Stresor fisiologis umum, yang dapat memicu kondisi tersebut termasuk infeksi, diabetik kateosidosis, dan masalah psikososial seperti masalah keluarga atau pekerjaan. Krisis tirotoksik dapat terjadi sebagai komplikasi dari hipertiroid apatetik ketika lansia yang apatetik dan anoreksia dengan takikardial mengalami gagal jantung kongestif, menjadi somnolen, dan jatuh kedalam koma.d. Hipotiroidisme berasal dari suatu defisiensi produksi hormone tiroid, triiodotironin dan tiroksin yang kemungkinan disebabkan oleh hilangnya atau atrofi jaringan tiroid. Hipotiroidisme meningkat seiring penuaan dan lebih umum terjadi pada wanita. Sekitar 45% kelenjar tiroid dari wanita yang berusia lebih dari 60 tahun menunjukkan tanda-tanda tiroiditis. Hipotiroidisme mungkin juga berhubungan dengan stimulasi tiroid yang tidak mencukupi sebagai akibat dari penyakit hipotalamus. Kurangnya thyroid releasing hormone (TRH) yang diekskresikan dari hipotalamus, yang mengurangi jumlah TSH. Patologi hipofisis anterior juga dapat menyebabkan pengurangan TSH. Karena banyak tanda dan gejala hipotiroid tidak spesifik, pengenalan dini terjadi kurang sering pada lansia. Hipotiroidisme merupakan penyakit akibat penuaan yang lebih sering terjadi pada usia lanjut.2.2 EtiologiKlasifikasi etiologi Diabetes Mellitus American Diabet Association (1997) sesuai anjuran PERKENI (Perkumpulan Endrologi Indonesia).1. Diabetes tipe 1 (Insulin Dependent Diabetes Mellitus) (IDDM) atau Diabetes Mellitus Tergantung Insulin (DMTI). Disebabkan oleh distruksi sel beta pulau langerhans akibat proses autoimun dan idiopatik.2. Diabetes tipe 2 Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) atau Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI).Disebabkan kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel beta tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi insulin, ketidak mampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain, berarti sel beta pankreas mengalami desentisasi terhadap glukosa.3. Diabetes tipe laina. Defek genetic fungsi sel beta : Maxerity Onset Diabetes of the Young (MODY) 1, 2, 3. Dna Mixokondriab. Defek genetik kerja insulinc. Penyakit eksokrim pancreas Pancreatitis Tumor / pankreatektomi Pankreopati fibrokalkulusd. Endrokinopati : akromegali, syndrom rusing, feokromositoma, dan hipertiroidisme.e. Karena obat/zat kimia Vecor, pentamidin, asam nikotinat Glukontiroid, hormon tiroid Tiazid, dilantin, intenferon alphaf. Infeksi rubella congenital, sito megalo virusg. Penyebab imunologi yang jarang : anti body, anti insulin.h. Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM : Sindrom down, sindrom klinefelter, sindrom turner.4. Diabetes Mellitus Gastasional (DMG)2.3 Anatomi fisiologiKelenjar endokrin adalah kelenjar yang mengirimkan hasil sekresinya langsung ke dalam darah yang beredar dalam jaringan kelenjar tanpa melewati duktus atau saluran dan hasil sekresinya disebut hormon. Banyak organ tubuh yang menghasilkan hormon antara lain hipotalamus, hipofise, tiroid, paratiroid, adrenal, pankreas, dan lain-lain. Kelenjar pankreas terdapat pada belakang lambung didepan vertebra lumbalis I dan II. Secara fungional pankreas dibagi menjadi 2 bagian yaitu: Bagian eksokrinMenghasilkan enzim pencernaan (dalam bentuk inaktif) Bagian endokrinMenghasilkan hormon yang tersebar dalam kelompok sel yang disebut isle of langerhans yang terdiri atas :1. Sel alfaMemproduksi hormon glukagon yang berfungsi untuk melepaskan glukosa ke dalam darah sehingga glukosa dalam darah meningkat.2. Sel betaMemproduksi hormon insulin yang berfungsi untuk pengambilan glukosa oleh jaringan sehingga jumlah glukosa dalam darah menurun. Bila digunakan dalam pengobatan dapat memperbaiki kemampuan sel tubuh untuk mengobservasi dan menggunakan glukosa dan lemak.

3. Sel deltaMenghasilkan hormon somatoslatin yang berfungsi menghambat sekresi hormon-hormon lain dari pulau langerhans.a. Kelenjar paratirioid terdapat di daerah leher di bagian dorsal, Kelenjar paratiroid menempel pada bagian anterior dan posterior kedua lobus kelenjar tiroid. Kelenjar ini berfungsi mensekresikan hormon yang disebut parathormon. Hormon ini memiliki fungsi, antara lain: Meningkatkan kadar kalsium di dalam darah dengan melepaskan kalsium itu dari tulang Meningkatkan absorbsi kalsium dari makanan dalam usus Meningkatkan reabsorbsi kalsium dalam tubulus ginjal.b. Kelenjar tiroid terletak pada leher bagian anterior, tepat di bawah kartilago krikoid, di daerah dekstra dan sinistra trakhea. Pada orang dewasa beratnya lebih kurang 18 gram. Kelenjar ini terdiri atas dua lobus yaitu lobus kiri kanan yang dipisahkan oleh isthmus. Masing-masing lobus kelenjar ini mempunyai ketebalan lebih kurang 2 cm, lebar 2,5 cm dan panjangnya 4 cm. Tiap-tiap lobus mempunyai lobuli yang di masing-masing lobuli terdapat folikel dan parafolikuler. Di dalam folikel ini terdapat rongga yang berisi koloid dimanahormon-hormon disintesa. kelenjar tiroid mendapat sirkulasi darah dari arteri tiroidea superior dan arteri tiroidea inferior. Kelenjar tiroid menghasilkan tiga jenis hormon yaitu triiodotironin, tiroksin dan sedikit kalsitonin. Hormon ini diangkut oleh protein pengangkut, protein pengangkut itu adalah TBG (thyroxine binding globulin), TBPA (thyroxine binding prealbumin),T3U (T3 resin uptake) dan TBI (thyroxine binding Index).Fungsi dari hormon-hormon tiroid antara lain adalah: Mengatur laju metabolisme tubuh. Baik T3 dan T4 kedua-duanya meningkatkan metabolisme karena peningkatan komsumsi oksigendan produksi panas. Efek ini pengecualian untuk otak, lien, paru-paru dan testes. Kedua hormon ini tidak berbeda dalam fungsi namun berbeda dalam intensitas dan cepatnya reaksi. T3 lebih cepat dan lebih kuat reaksinyatetapi waktunya lebih singkat dibanding dengan T4. T3 lebih sedikit jumlahnya dalam darah. T4 dapat dirubah menjadi T3 setelah dilepaskan dari folikel kelenjar. Memegang peranan penting dalam pertumbuhan fetus khususnya pertumbuhan saraf dan tulang. Mempertahankan sekresi GH dan gonadotropin Efek kronotropik dan Inotropik terhadap jantung yaitu menambah kekuatan kontraksi otot dan menambah irama jantung. Merangsang pembentukan sel darah merah Mempengaruhi kekuatan dan ritme pernapasan sebagai kompensasi tubuh terhadap kebutuhan oksigen akibat metabolisme Bereaksi sebagai antagonis insulinTirokalsitonin mempunyai jaringan sasaran tulang dengan fungsi utama menurunkan kadar kalsium serum dengan menghambat reabsorpsi kalsium di tulang.2.4 Manifestasi Klinika. Diagnosa DM awalnya dipikirkan dengan adanya gejala khas berupa polifagia, poli uria, polidipsi, lemas, dan berat badan turun. Gejala lain yang mungkin dikeluhkan pasien adalah kesemutan, gatal, mata kabur, dan impotensi pada pria, serta pruritus pada wanita.b. Hipertiroidisme ditandai dengan peningkatan dalam metabolisme dan produksi panas. Hal tersebut menyebabkan vasodilatasi perifer terjadi untuk mengurangi kelebihan panas yang menyebabakan hangat pada akral ,kulit lembab dan meningkatnya pengeluaran keringat. Tangan biasanya lembab dan merah. Wajah biasanya berwarna merah muda dan mudah mengalami kemerahan. Kelebihan hormon tiroid menyebabkan suatu peningkatan sintesisi serta degradasi protein dan lemak, namun degradasi melebihi sintesis. Oleh karena itu pasien dengan hipertiroidisme dapat mengalami penipisan kulit dan rambut dan pada kuku ditemukan kuku plumer.c. Hipotiroidisme menyebabkan penurunan metabolism, menghasilkan asam hialuronat dan mukopolisakarida. Bahan-bahan ini mengikat air, menyebabkan edema, yang menyebabkan penebalan wajah dan penampilan wajah yang gemuk disebut miksedema. Edema biasanya tidak bergerak dan tidak menimbulkan cekungan bila ditekan, lebih terlihat disekitar mata dan bagian dorsal tangan dan kaki,dan menyebabkan pembesaran pada lidah dan penebalan membrane mukosa faring dan laring, yang diakibatkan oleh penebalan mukosa adalah, bicara tidak jelas, dan suara serak.2.5 Penatalaksanaan1. Tujuan penatalaksanaan DM untuk jangka pendek adalah menghilangkan keluhan/gejala DM.2. Tujuan jangka panjang adalah untuk mencegah komplikasi. Tujuan tersebut dilaksanakan dengan cara menurunkan kadar glukosa, lipid dan insulin.Untuk memudahkan terapinya, tujuan tersebut adalah kegiatan dilaksanakan dalam bentuk pengelolaan pasien kolidtik dan mengajarkan kegiatan mandiri, pelaksanaannya dengan :a. Perencanaan makan/diit (meat planning)b. Aktivitas fisikc. Health educationd. Operasi2.6 Komplikasi 1. Akut Koma hipoglikemia Ketoasidosis Koma hiperosmolan non ketotik2. Kronik Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung, pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak. Mikroangiopati, menganai pembuluh darah kecil, rotinopati diabetik, nefropati. Neuropati diabetik Rentan infeksi Gangren

2.7 Pemeriksaan Penunjang Dan Penegakan DiagnosaPemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah sewaktu dan kadar glukosa darah puasa, kemudian dapat diikuti dengan tes toleransi glukosa oral (TTGO) standar. Kadar glukosa darah puasa dan oral dengan metode enzimatik sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM.a. Gula darah acakBukan DMBelum pasti DMDM Plasma darah vena200 Darah kapiler200b. Gula darah puasa Plasma vena126 Darah kapiler110Diagnosa DMPencegahan diagnosa DM didasarkan atas adanya keluhan dan gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu >200 mg/dl atau glukosa darah puasa >125 mg/dl. Bila pemeriksaan glukosa darah meragukan pemeriksaan TTGO diperlukan untuk memastikan diagnosis DM.

2.8 Masalah yang Lazim Muncul1. Resiko cedera yang berhubungan dengan penurunan sensasi taktil,pengurangan ketajaman pandangan, dan hiploglikemia.2. Ketakutan (klien,keluarga) yang berhubungan dengan diagnosa diabetes,komplikasi potensial diabetes,injeksi insulin,efek negatif pada gaya hidup.3. Ketidak seimbangan nutrisi: Lebih dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan asupan yang melebihi pengeluaran aktifitas, kurang pengetahuan, dan ketidak efektifan koping. 4. Resiko Tinggi infeksi berhubungan dengan meningkatnya kadar gula darah

2.9 Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Endokrin Diabetes Melitus pada Lansia

A. PENGKAJIANPengkajian merupakan pendekatan yang sistematis untuk mengumpulkan data dan analisis data sehingga dapat diketahui masalah klien.1. Identitas KlienMeliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status perkawinan, pendidikan, agama, suku, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register dan ruangan, serta orang yang bertanggung jawab.a. Umur: Kadar glukosa darah berubah ketika seseorang menjadi tua. Glukosa menjadi kurang pada lansia yang berusia di ats 65 tahun.(Sranley Mickey, 2007, Buku Ajar Keperawatan Gerontik,EGC )b. Jenis kelamin:Pada penderita diabetes pada usia lansia sering terjadi pada 2. Keluhan UtamaOrang yang terkena DM biasanya mengeluh banyak makan (poli fagi), banyak minum (poli difsi), banyak kencing (poli uri), kesemutan, gatal, mata kabur, berat badan menurun. 3. Riwayat Kesehatana. Riwayat kesehatan penyakit sekarang Mulai sebelum ada keluhan sampai timbulnya keluhan yaitu poli difsi, poli uri, poli fagi, berat badan menurun. b. Riwayat kesehatan penyakit dahuluKlien biasanya pernah mengalami penyakit DM sebelumnya atau penyakit keturunan yang lain yang berhubungan dengan DM kurang aktivitas fisik, dan obesitas abdominalis mempunyai hubungan yang bermakna dan sebagai faktor risiko untuk terjadinya DM tipe 2 pada lansia.(Jurnal Trikoriati (2009) )c. Riwayat penyakit keluargaBiasanya ada anggota keluarga yang menderita penyakit DM atau penyakit keturunan lain yang berhubungan dengan DM seperti syndrom down, syndrom klinofolter, dan lain-lain. Riwayat keluarga dengan DM. Riwayat keluarga dengan kurang aktifitas mempunyai hubungan yang bermakna dan sebagai faktor resiko untuk terjadinya DM tipe 2. 4. Pola Fungsi Kesehatana. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehatKebiasaan minum obat yang dapat menurunkan pertahanan tubuh merupakan salah satu pencetus DM, kurang aktivitas fisik menyebabkan obesitas, yang juga penyebab DM. b. Pola nutrisi dan metabolismeIntake makanan yang berlebihan, mengkonsumsi makan berkolesterol tinggi dan obesitas merupakan penyebab DM. Klien biasanya mengalami penurunan berat badan secara drastis. c. Pola eliminasiPerubahan pola berkemih (poli uri) glukosuria, buang air kecil lebih 4 kali/hari, urie encer, pucat, kuning, kadang disertai buang air besar 3 kali/hari dengan konsistensi cair, bau tajam.d. Pola istirahat tidurTidur klien mengalami gangguan (kurang 8 jam/hari) karena poli uri dan kadang buang air besar yang sering.e. Pola aktifitas dan latihanAktivitas klien terganggu karena lemah, kesemutan, kram otot, tonus otot menurun.f. Pola persepsi dan konsep diriKlien merasa cemas dengan keadaan berat badan yang turun drastis, poli uri, poli difsi, poli fagi dan sering meminta bantuan orang lain karena kelemahan yang dialami.g. Pola sensory dan kognitifAdanya keluhan pusing/sakit kepala kesemutan, kelemahan pada otot, mata kabur, nyeri abdomen kadang diikuti gangguan memori. Demensia merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan gangguan kognitif berat pada usia lanjut. Dilakukan penelitian dengan test clock drawing. (Anandani (2009))h. Pola reproduksi seksualAdanya masalah dalam berhubungan dengan pasangannya karena DM dapat terjadi impoten dan kesulitan orgasme pada wanita.i. Pola hubungan peranAdanya perubahan dalam perannya sebagai orang tua dan adanya ketergantungan pada orang lain karena kelelahan yang dialami.j. Pola penanggulangan stressAdanya perasaan stress karena penyakit yang di deritanya sehingga dukungan keluarga sangat berarti untuk mengatasi stress. Diabetes Melitus mrupakan penyakit kronis yang dapat mempengaruhi kondisi psikologi individu seperti depresi. Menyebabkan suatu ketergantungan termasuk dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari (Activity of Daily Living).(Jurnal Ardiani(2009)) k. Pola tata nilai dan kepercayaanAdanya perubahan dalam melaksanakan ibadah sebagai dampak dari penyakit yang dideritanya.5. Pemeriksaan Fisika. Keadaan umumBadan lemah, mata kabur, poli fagi, poli uri, kesemutan, berat badan menurun, hipertensi.b. KepalaRambut biasanya tipis, jarang ditemukan pembesaran pada leher.c. Sistem integumenTurgor kulit menurun, kulit kasar, akral hangat.d. Sistem respirasiTidak ada gangguan pada sistem respirasie. Sistem kadiovaskulerKesemutan pada ekstermitas, perubahan tekanan darah dan takikardi.f. Sistem gastrointestinalTerjadi mual, muntah, diare, peningkatan mortalitas usus.g. Sistem genitourinariaDitemukan poli uri (banyak kencing)h. Sistem muskuloskeletalTonus otot menurun, kesemutan, mudah lelah.i. Sistem endokrinTerjadi penurunan hormon insulin sehingga kadar glukosa dalam darah meningkat.j. Sistem persyarafanGangguan penglihatan (mata kabur), kesemutan, pusing, sakit kepala.6. Pemeriksaan penunjang.Diagnosa dapat ditegakkan melalui pemeriksaan glukosa darah sewaktu glukosa darah puasa.Glukosa darah sewaktu: >200 mg/dlGlukosa darah puasa: >125 mg/dl.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Resiko cedera yang berhubungan dengan penurunan sensasi taktil,pengurangan ketajaman pandangan, dan hiploglikemia.Tujuan : Nyeri hilang atau berkurangKriteria Hasil: Integritas kulit pasien terjaga dari cidera Tidak terjadi cidera tambahan saat perawatan 2. Ketakutan (klien,keluarga) yang berhubungan dengan diagnosa diabetes,komplikasi potensial diabetes,injeksi insulin,efek negatif pada gaya hidup.Tujuan : Rasa takut hilang atau berkurangKriteria Hasil : Menghindari ketakutan bila mungkin Mengunakan teknik relaxsasi untuk menurunkan ketakutan Mengendalikan respon ketakutan 3. Ketidakseimbangan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan asupan yang melebihi pengeluaran aktifitas, kurang pengetahuan, dan ketidak efektifan koping.Tujuan : Status kebutuhan nutrisi : makanan dan kebutuhan intake cairan Nutrisi intake Control berat badanKriteria Hasil : Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan Mampu mengidentifikasi kebutuhan nurtisi Tidak ada tanda-tanda malnutrisi Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan Tidak terjadi penurunan berat badan yang tidak berarti

4. Resiko Tinggi infeksi berhubungan dengan meningkatnya kadar gula darah Tujuan : Resiko infeksi berkurangKriteria Hasil : Tidak ditemukan tanda dan gejala infeksi

C. INTERVENSI KEPERAWATANDiagnose 1 : Resiko cedera yang berhubungan dengan penurunan sensasi taktil,pengurangan ketajaman pandangan, dan hiploglikemia. Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang Kriteria Hasil: Integritas kulit pasien terjaga dari cidera Tidak terjadi cidera tambahan saat perawatan NO.INTERVENSIRASIONAL

1. Ajarkan pasien untuk melakukan latihan ROM Bantu pasien untuk mengubah posisi jika pasien terlalu lemah.

1. Pasien dapat melakukan latihan ROM secara mandiri2. Mengurangi resiko cidera yang akan diderita oleh pasien akibat kelemahan dan tirah baring terlalu lama

Diagnose 2 : Ketakutan (klien,keluarga) yang berhubungan dengan diagnosa diabetes,komplikasi potensial diabetes,injeksi insulin,efek negatif pada gaya hidup.Tujuan : Rasa takut hilang atau berkurangKriteria Hasil : Menghindari ketakutan bila mungkin Mengunakan teknik relaxsasi untuk menurunkan ketakutan Mengendalikan respon ketakutan NO.INTERVENSIRASIONAL

1.1. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pengertian diabetes, komplikasinya dan terapinya dengan bahasa yang dimengrti oleh pasien.

1. Dengan meningkatnya pengetahuan pasien tentang penyakit diharapkan pasien mematuhi semua prosedur diet dan terapi dengan begitu kecemasan pasien akan berkurang

Diagnose 3 : Ketidakseimbangan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan asupan yang melebihi pengeluaran aktifitas, kurang pengetahuan, dan ketidak efektifan koping. Tujuan : Status kebutuhan nutrisi : makanan dan kebutuhan intake cairan nutrisi intake control berat badan Kriteria Hasil : adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan mampu mengidentifikasi kebutuhan nurtisi tidak ada tanda-tanda malnutrisi menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan tidak terjadi penurunan berat badan yang tidak berarti

NO.INTERVENSIRASIONAL

1.1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk diet yang tepat bagi pasien. 2. Lakukan Heath Education mengenai diet yang harus dijalani oleh pasien.

1. Dengan meningkatnya pengetahuan pasien tentang diet yang tepat diharapkan pasien mampu menjaga kadar gula darah 2.

Diagnose 4 : Resiko Tinggi infeksi berhubungan dengan meningkatnya kadar gula darah Tujuan : Resiko infeksi berkurang Kriteria Hasil : Tidak ditemukan tanda dan gejala infeksi NO.INTERVENSIRASIONAL

1.1. Beri semangat untuk hygiene oral pada pasien agar selalau terjaga kebersihan oral.2. Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda infeksi dan langkah yang diambil jika ada dugaan infeksi.3. Ajarkan cara menghindari infeksi4. Laporkan kecurigaan infeksi

1. Kebersihan oral yang buruk merupakan medium utama untuk pertumbuhan organisme2. Keluarga harus kooperatif dan mampu melakukan tindakan terhadap pencegahan infeksi3. Agar keluarga dan pasien dapat melakukan tindakan pencegahan dalam menghindari infeksi4. Segera laporkan tim medis jika pasien dan keluarga mencurigai adanya infeksi

D. IMPLEMENTASIImpelementasi yang dimaksud adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana perawatan meliputi tindakan perawatan yang direncanakan oleh perawat, melaksanakan edvis dokter danketentuan Rumah Sakit (Depkes RI, 1990:23).

E. EVALUASI

1. Resiko cedera yang berhubungan dengan penurunan sensasi taktil,pengurangan ketajaman pandangan, dan hiploglikemia teratasi.2. Ketakutan (klien,keluarga) yang berhubungan dengan diagnosa diabetes,komplikasi potensial diabetes,injeksi insulin,efek negatif pada gaya hidup teratasi.3. Ketidak seimbangan nutrisi: Lebih dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan asupan yang melebihi pengeluaran aktifitas, kurang pengetahuan, dan ketidak efektifan koping teratasi. 4. Resiko Tinggi infeksi berhubungan dengan meningkatnya kadar gula darah teratasi.

2.10 SATUAN ACARA PENYULUHAN

Sutuan Acara Penyuluhan(Diabetes Melitus pada Lansia)A. Identitas 1. Topik/Masalah: Diabetes Melitus2. Subtopik: Diabetes Melitus 3. Tempat: Panti Wreda Kec Brangkal Kab Mojokerto4. Waktu: 40 Menit5. Sasaran: Penghuni Panti Wreda 6. Petugas: a) MC = Rizki Ardita Sb) Pemateri= Lina Fatimatuzzahrohc) Notulen= Rizki Ardita Sd) Observer= Lina Fatimatuzzahroh B. Tujuan Intruksional1. UmumSetelah dilakukan penyuluhan,bapak-bapak ibu-ibu penghuni panti wreda diharapkan mampu mengenal penyakit Diabetes Melitus dan dapat memahami apa itu Diabetes Melitus, penyebab, tanda gejala, komplikasi dan factor yang beresiko terkena Diabete Melitus.2. KhususSetelah dilakukan penyuluhan, bapak-bapak ibu-ibu penghuni panti wreda diharapkan mampu : Memahami pengertian Diabetes Melitus. Menyebutkan penyebab Diabetes Melitus. Menyebutkan tanda dan gejala Diabetes Melitus. Menyebutkan komplikasi dari Diabetes Melitus.

C. Materi (terlampir)a) Pengertian Diabetes Melitus.b) Tanda Diabetes Melitus.c) Penyebab Diabetes Melitus.

D. Metode1. Ceramah 2. Diskusi / tanya jawab

E. Media1. Leaflet : Diabetes Melitus 2. Power point : Diabetes Melitus

F. Kegiatan PenyuluhanNOWAKTUKEGIATAN PENYULUHKEGIATAN PESERTA

1.3 menitPembukaan : Membuka kegiatan dengan mengucapkan salam. Memperkenalkan diri Menjelaskan tujuan dari penyuluhan Menyebutkan materi yang akan diberikanMenjawab salam

MendengarkanMemperhatikan

Memperhatikan

2.30 menitPelaksanaan : Menjelaskan tentang pengertian penyakit Diabetes Militus pada Lansia. Menjelaskan penyebab, tanda gejala, pencegahan yang beresiko terkena Diabetes Militus pada Lansia.

Memberi kesempatan kepada peserta untuk bertanya.

Memperhatikan

Memperhatikan

Bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan

3.5 menitEvaluasi : Menanyakan kepada ibu-ibu posyandu tentang materi yang telah diberikan.Menjawab pertanyaan

4.2 menitTerminasi : Mengucapkan terima kasih atas peran serta peserta. Mengucapkan salam penutupMendengarkan

Menjawab salam

G. EvaluasiKriteria evaluasi1. Evaluasi struktur Semua peserta hadir / ikut dalam kegiatan penyuluhan. Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di Panti Wreda Pengorganisasian penyuluhan dilakukan 2 hari sebelumnya.

2. Evaluasi proses Ibu - ibu antusias terhadap materi penyuluhan Ibu - ibu tidak meninggalkan tempat sebelum kegiatan selesai Ibu ibu terlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan.

3. Evaluasi hasil Ibu-ibu mengerti penjelasan yang telah diberikan Jumlah peserta yang menghadiri penyuluhan + 60 %

H. Materi PenyuluhanA. Pengertian Diabetes Melitus Diabetes mellitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Arief Mansyoer dkk 2001 : 580).

B. Tanda Dan Gejala diabetes Melitus b. polifagia,c. poli uria, d. polidipsi, e. lemas, dan berat badan turun. f. kesemutan, g. gatalh. mata kabur,i. dan impotensi pada pria, serta pruritus pada wanita.C. Penyebab Diabetes Melitus 1. Diabetes tipe 1 (Insulin Dependent Diabetes Mellitus) (IDDM) atau Diabetes Mellitus Tergantung Insulin (DMTI). Disebabkan oleh distruksi sel beta pulau langerhans akibat proses autoimun dan idiopatik.2. Diabetes tipe 2 Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) atau Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI).Disebabkan kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin.3. Diabetes tipe laina. Defek genetic fungsi sel beta : Maxerity Onset Diabetes of the Young (MODY) 1, 2, 3. Dna Mixokondriab. Defek genetik kerja insulinc. Penyakit eksokrim pancreas Pancreatitis Tumor / pankreatektomi Pankreopati fibrokalkulusd. Endrokinopati : akromegali, syndrom rusing, feokromositoma, dan hipertiroidisme.e. Karena obat/zat kimia Vecor, pentamidin, asam nikotinat Glukontiroid, hormon tiroid Tiazid, dilantin, intenferon alphaf. Infeksi rubella congenital, sito megalo virusg. Penyebab imunologi yang jarang : anti body, anti insulin.h. Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM : Sindrom down, sindrom klinefelter, sindrom turner.4. Diabetes Mellitus Gastasional (DMG)

D. Pencegahan Dan pengobatanMengajarkan kegiatan mandiri, pelaksanaannya dengan :e. Perencanaan makan/diit (meat planning)f. Aktivitas fisikg. Health educationh. Operasi

BAB IIIPENUTUP4.1 KesimpulanDiabetes mellitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Arief Mansyoer dkk 2001 : 580).1. Diabetes tipe 1 (Insulin Dependent Diabetes Mellitus) (IDDM) atau Diabetes Mellitus Tergantung Insulin (DMTI).2. Diabetes tipe 2 Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) atau Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI).3. Diabetes tipe laina. Defek genetic fungsi sel beta :b. Defek genetik kerja insulin4. Diabetes Melitus Gastasional 4.2 Saran Demikian dari hasil makalah kami, kami menyadari atas ketidak sempurnaan makalah ini, saran dan kritik kami harapkan demi perbaikan makalah yang telah kami susun.

DAFTAR PUSTAKA

Stanley, Mickey.2007.Buku Ajar Keperawatan Gerontik.EGC : JakartaArie mansjoer, dkk.2002.Kapita Selekta Kedokteran Jilid I Edisi III.Media Aesculapius FKUI ; Jakarta.Brunner & Suddarth.2002.Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2.EGC : Jakarta.Effendi, Nasrul.1995.Pengantar Proses Keperawatan.EGC.Jakarta.M. Siaryaifullah.2002.Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid Edisi III. Balai Penerbit FKUI.Jakarta.Sarwono Waspadji.2002.Pedoman Diit Diabetes Mellitus.Balai Penerbit FKUI; Jakarta.Jurnal Penelitian.Trikoriati.2009Jurnal Penelitian.Anna.2011Jurnal Penelitian.Ardiani.2009Jurnal Penelitian.Riyanto.2010

Page 19