makalah_adopsi_klmpok10

15
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian tidak dapat dilaksanakan hanya oleh petani. Untuk meningkatkan produktivitas, petani akan semakin tergantung pada sumber-sumber dari luar lingkungan, jika pertanian kita ingin berubah. Pembangunan pertanian pada dasarnya merupakan upaya sadar yang sengaja direncanakan untuk melakukan perubahan-perubahan yang dikehendaki, dengan mengunakan inovasi dan teknologi tertentu sesuai dengan potensi agroekosistem setempat agar dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan hidup petani. Penyuluhan pertanian banyak memberikan sumbangan pada keberhasilan pembangunan pertanian di Indonesia. Penyuluhan telah berhasil menyampaikan berbagai inovasi pertanian kepada petani dengan segala metodenya sehingga para petani meningkat pengetahuan dan ketrampilannya serta dapat mengubah sikap petani menjadi mau dan mampu menerapkan inovasi baru. Kebijakan umum pembangunan pertanian dewasa ini mengacu pada pendekatan dari bawah (buttom-up approach). Pendekatan ini harus dilakukan oleh petani langsung meninjau kebutuhan,permasalahan para petani di lapangan dan bagaimana penyuluh dapat memenuhi kebutuhan petani di lapangan. Hal ini ditujukan dalam rangka mendukung realisasi dan memberikan arah pembangunan yang sejalan dengan rencana pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi. Dalam upaya pengembangan Makalah Dasar – Dasar Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian_ ADOPSI Kelompok 10 Page 1

Transcript of makalah_adopsi_klmpok10

Page 1: makalah_adopsi_klmpok10

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pembangunan pertanian tidak dapat dilaksanakan hanya oleh petani. Untuk

meningkatkan produktivitas, petani akan semakin tergantung pada sumber-sumber dari luar

lingkungan, jika pertanian kita ingin berubah. Pembangunan pertanian pada dasarnya

merupakan upaya sadar yang sengaja direncanakan untuk melakukan perubahan-perubahan

yang dikehendaki, dengan mengunakan inovasi dan teknologi tertentu sesuai dengan

potensi agroekosistem setempat agar dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan

hidup petani.

Penyuluhan pertanian banyak memberikan sumbangan pada keberhasilan

pembangunan pertanian di Indonesia. Penyuluhan telah berhasil menyampaikan berbagai

inovasi pertanian kepada petani dengan segala metodenya sehingga para petani meningkat

pengetahuan dan ketrampilannya serta dapat mengubah sikap petani menjadi mau dan

mampu menerapkan inovasi baru.

Kebijakan umum pembangunan pertanian dewasa ini mengacu pada pendekatan

dari bawah (buttom-up approach). Pendekatan ini harus dilakukan oleh petani langsung

meninjau kebutuhan,permasalahan para petani di lapangan dan bagaimana penyuluh dapat

memenuhi kebutuhan petani di lapangan. Hal ini ditujukan dalam rangka mendukung

realisasi dan memberikan arah pembangunan yang sejalan dengan rencana pelaksanaan

otonomi daerah dan desentralisasi. Dalam upaya pengembangan sumberdaya manusia

pertanian, peranan penyuluhan pertanian dan pelatihan sangat penting dan strategis.

Suryana (2005) mengatakan bahwa untuk mengatasi masalah kelambanan dalam

penerapan inovasi teknologi baru yang telah dihasilkan berbagai lembaga penelitian,

diperlukan komunikasi teknologi pertanian untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan

keterampilan petani yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan kesejahteraan

petani. Untuk membangun pertanian yang efektif dan efisien dengan memanfaatkan

informasi teknologi dari berbagai sumber, perlu memperhatikan jaringan komunikasi petani

yang telah ada di pedesaan sebagi suatu proses adopsi inovasi teknologi dalam komunikasi

pembangunan untuk mendorong terwujudnya pertanian yang semakin modern (Rogers dan

Schomaker,1971).

Makalah Dasar – Dasar Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian_ ADOPSIKelompok 10 Page 1

Page 2: makalah_adopsi_klmpok10

Jaringan komunikasi antarpetani atau antarkelompok dan dari luar kelompoknya

merupakan proses pertukaran informasi yang terbentuk dalam kelompok – kelompok kecil

masyarakat atau petani berupa klik social (social clique). Karena karakteristik social

budaya masyarakat yang beragam, maka jaringan komunikasi petani sangat dipengaruhi

oleh sosiogram dari masing – masing daerah (Muhammad, 2004).

Menurut Soekartawi (2005) untuk menggunakan teknologi pertanian, seperti traktor

tangan. Peran komunikasi sangat penting dalam tranformasi informasi yang tepat dan cepat

berkaitan dengan berbagai aspek, baik masalah teknis, manfaat ekonomi, maupun

kesuesuaian sosial budaya dan lingkungan. Menurut Berlo (1960), komunikasi satu arah

yang selama ini dikembangkan dalam proses adopsi inovasi teknologi tidak mungkin lagi

dipertahankan, sehingga perlu peningkatan efektifitasnya dengan mengembangkan

komunikasi dua arah (konvergen). Proses adopsi inovasi traktor tangan sangat tergantung

pada kualitas sumber informasi dan efektifitas jaringan komunikasi petani berdasarkan

karakteristik social masyarakat setempat.

B. Tujuan

1. Dapat memahami faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi dan difusi2. Dapat mengetahui tahapan – tahapan dan dapat diterima oleh sasaran atau

masyarakat.3. Dapat menjelaskan peran adopsi dan diseminasi dalam pembangunan pertanian

masyarakat Indonesia.

Makalah Dasar – Dasar Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian_ ADOPSIKelompok 10 Page 2

Page 3: makalah_adopsi_klmpok10

II. ADOPSI DALAM PENYULUHAN

A. Pengertian Adopsi

Adopsi dalam proses penyuluhan (pertanian), pada hakekatnya dapat diartikan

sebagai proses penerimaan inovasi dan atau perubahan perilaku baik yang berupa:

pengetahuan (cognitive), sikap (affective), maupun ketrampilan (psychomotoric) pada diri

seseorang setelah menerima “inovasi” yang disampaikan penyuluh oleh masyarakat

sasarannya.

Penerimaan di sini mengandung arti tidak sekadar “tahu”, tetapi sampai benar-

benar dapat melaksanakan atau menerapkannya dengan benar serta menghayatinya dalam

kehidupan dan usaha taninya. Penerimaan inovasi tersebut, biasanya dapat diamati secara

langsung maupun tidak langsung oleh orang lain, sebagai cerminan dari adanya perubahan:

sikap, pengetahuan, dan atau ketrampilannya.

Pengertian adopsi sering rancu dengan “adaptasi” yang berarti penyesuaian. Di

dalam proses adopsi, dapat juga berlangsung proses penyesuaian, tetapi adaptasi itu sendiri

lebih merupakan proses yang berlangsung secara alami untuk melakukan penyesuaian

terhadap kondisi lingkungan. Sedang adopsi, benar-benar merupakan proses penerimaan

sesuatu yang “baru” (inovasi), yaitu menerima sesuatu yang “baru” yang ditawarkan dan

diupayakan oleh pihak lain (penyuluh).

1. Tahapan Adopsi

Pada dasarnya, proses adopsi pasti melalui tahapan-tahapan sebelum masyarakat

mau menerima/menerapkan dengan keyakinannya sendiri, meskipun selang waktu antar

tahapan satu dengan yang lainnya itu tidak selalu sama (tergantung sifat inovasi,

karakteristik sasaran, keadaan lingkungan (fisik maupun sosial), dan aktivitas/kegiatan

yang dilakukan oleh penyuluh).

Tahapan-tahapan adopsi itu adalah:

a. Awareness, atau kesadaran, yaitu sasaran mulai sadar tentang adanya inovasi yang

ditawarkan oleh penyuluh.

Makalah Dasar – Dasar Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian_ ADOPSIKelompok 10 Page 3

Page 4: makalah_adopsi_klmpok10

b. Interest, atau tumbuhnya minat yang seringkali ditandai oleh keinginannya untuk

bertanya atau untuk mengetahui lebih banyak/jauh tentang segala sesuatu yang berkaitan

dengan inovasi yang ditawarkan oleh penyuluh.

c. Evalution atau penilaian terhadap baik/buruk atau manfaat inovasi yang telah diketahui

informasinya secara lebih lengkap. Pada penilaian ini, masyarakat sasaran tidak hanya

melakukan penilai-an terhadap aspek teknisnya saja, tetapi juga aspek ekonomi, maupun

aspek-aspek sosial budaya, bahkan seringkali juga ditinjau dari aspek politis atau

kesesuaiannya dengan kebijakan pembangunan nasional dan regional.

d. Trial atau mencoba dalam skala kecil untuk lebih meyakinkan penilaiannya, sebelum

menerapkan untuk skala yang lebih luas lagi.

e. Adoption atau menerima/menerapkan dengan penuh keyakinan berdasarkan penilaian

dan uji coba yang telah dilakukan/diamati-nya sendiri.

2. Ukuran Adopsi InovasiTergantung pendekatan ilmu yang digunakan, adopsi inovasi dapat diukur dengan

beragam tolok-ukur (indikator) dan ukuran (ukuran). Jika menggunakan ilmu

komunikasi, adopsi inovasi dapat dilihat jika sasaran telah memberikan tanggapan

(respons) berupa perubahan perilaku atau pelaksanaan kegiatan seperti yang diharapkan

(Berlo, 1961). Di lain pihak, jika menggunakan pendekatan ilmu pendidikan, adopsi

inovasi dapat dilihat dari terjadinya perilaku atau perubahan sikap, pengetahuan, dan

ketrampilan yang dapat diamati secara lang-sung maupun tak-langsung (Kibler, 1981).

Di lain pihak, Dusseldorf (1981) mengukur tingkat adopsi dengan melihat jenjang

partisipasi yang ditunjukkan oleh sasaran penyuluhan (komunikasi pembangunan), yaitu:

paksaan, terinduksi, dan spontan.

Di dalam praktek penyuluhan pertanian, penilaian tingkat adopsi inovasi biasa

dilakukan dengan menggunakan tolok-ukur tingkat mutu intensifikasi, yaitu dengan

membandingkan “rekomendasi” yang ditetapkan dengan jumlah dan kualitas penerapan

yang dilakukan di lapang.

Sehubungan dengan itu, Totok Mardikanto (1994) mengukur tingkat adopsi

dengan tiga tolok-ukur, yaitu: kecepatan atau selang waktu antara diterimanya informasi

dan penerapan yang dilakukan, luas penerapan inovasi atau proporsi luas lahan yang telah

Makalah Dasar – Dasar Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian_ ADOPSIKelompok 10 Page 4

Page 5: makalah_adopsi_klmpok10

“diberi” inovasi baru, serta mutu intensifikasi dengan membandingkan penerapan dengan

“rekomendasi” yang disampaikan oleh penyuluhnya.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan Adopsi

Sejalan dengan semakin berkembangnya penerapan ilmu penyuluhan pembangunan di

Indonesia, studi-studi tentang adopsi inovasi kian menarik untuk terus dikaji, terutama kaitannya

dengan kegiatan pembangunan pertanian yang dilaksanakan. Bahkan, selama selang waktu 10

tahun, setidaknya ada dua karya disertasi yang mengkaji proses adopsi inovasi, yaitu yang

dilakukan oleh Herman Soewardi (1976) dan Dudung Abdul Adjid (1985).

Semakin pentingnya kajian tentang adopsi inovasi tersebut, antara lain disebabkan

karena, sejak dimulainya “revolusi hijau” pada dasa-warsa 1960-an di Indonesia, pembangunan

pertanian lebih memusat-kan perhatiannya kepada peningkatan mutu intensifikasi yang

diupayakan mela-lui penerapan inovasi-inovasi, baik yang berupa inovasi-teknis (mulai panca-

usaha, sapta-usaha, sampai sepuluh jurus tekno-logi) maupun inovasi-sosial (usahatani

berkelompok, melalui Insus dan Supra Insus).

Tergantung kepada proses perubahan perilaku yang diupayakan, proses pencapaian

tahapan adopsi dapat berlang-sung secara cepat ataupun lambat. Jika proses tersebut melalui

“pemaksaan” (coersion), biasanya dapat berlangsung secara cepat, tetapi jika melalui “bujukan”

(persuasive) atau “pendidikan” (learning), proses adopsi tersebut dapat berlang-sung lebih

lambat (Soewardi, 1987). Tetapi, ditinjau dari pemantaban perubahan perilaku yang terjadi,

adopsi yang berlangsung melalui proses bujukan dan atau pendidikan biasanya lebih sulit

berubah lagi. Sedang adopsi yang terjadi melalui pemaksaan, biasanya lebih cepat berubah

kembali, segera setelah unsur atau kegiatan pemak-saan tersebut tidak dilanjutakan lagi.

Dari khasanah kepustakaan diperoleh informasi bahwa kecepatan adopsi, ternyata

dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu:

1) Sifat-sifat atau karakteristik inovasi

2) Sifat-sifat atau karakteristik calon pengguna

3) Pengambilan keputusan adopsi

4) Saluran atau media yang digunakan

5) Kualifikasi penyuluh.

Makalah Dasar – Dasar Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian_ ADOPSIKelompok 10 Page 5

Page 6: makalah_adopsi_klmpok10

Meskipun demikian, Mardikanto (1995) mensinyalir bahwa, identi-fikasi beragam faktor

penentu kecepatan adopsi inovasi itu masih terbatas pada pendekatan proses komunikasi. Karena

itu, dia mencoba menggali lebih jauh dengan melakukan pendekatan kebudayaan (Soewardi,

1976), dan pendekat-an sistem agribisnis.

Lebih lanjut, karena kegiatan penyuluhan pertanian dapat dilihat sebagai sub-sistem

pengembangan masyarakat, maka kece patan adopsi inovasi dapat pula dipengaruhi oleh perilaku

aparat dan hal-hal lain yang terkait dalam kegiatan pengembangan masyarakat.

Studi tentang adopsi inovasi, telah banyak dilakukan oleh berbagai pihak.

Herman Soewardi (1976), misalnya, telah melakukan studi untuk melihat proses adopsi

sebagai proses perkembangan kebudayaan, berdasarkan teori Erasmus:

A = f (M, C, L)

di mana: A = adoption,

M = motivation,

C = cognition, dan

L = limitation.

Di lain pihak, sejalan dengan perkembangan penerapan ilmu penyuluhan pembangunan

di Indonesia, Slamet (1978) dengan meng-gunakan pendekatan ilmu komunikasi seperti yang

biasa dilakukan oleh Rogers (1969), mengenalkan variabel-variabel penentu kecepatan adopsi

yang terdiri atas: sifat-sifat inovasinya, kegiatan promosi yang dilakukan penyuluh, ciri-ciri

sistem sosial masyarakat sasaran, dan jenis pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sasaran.

Selain itu, proses adopsi inovasi juga dapat didekati dengan pemahaman bahwa proses

adopsi inovasi itu sendiri merupakan proses yang diupayakan secara sadar demi tercapainya

tujuan pembangunan pertanian.

Pembangunan pertanian, menurut alm. Hadisapoetro (1970), pada hakeketanya dapat

diartikan sebagai proses turut-campurnya tangan manusia di dalam perkembangan tanaman

dan/atau hewan, agar lebih dapat memberikan man-faat bagi kesejahteraan manusia (petani) dan

masyarakatnya.

Sebagai suatu proses, pembangunan pertanian merupakan proses interaksi dari banyak

pihak yang secara langsung maupun tak langsung terkait dengan upaya peningkatan

produktivitas usahatani dan peningkatan pendapatan serta perbaikan mutu-hidup, melalui

penerapan teknologi yang terpilih (Mardikanto, 1988).

Makalah Dasar – Dasar Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian_ ADOPSIKelompok 10 Page 6

Page 7: makalah_adopsi_klmpok10

Berlandaskan pada pemahaman seperti itu, dapat disimpulkan bebe-rapa pokok-pokok

pemikiran tentang adopsi inovasi kaitannya dengan pembangunan pertanian, sebagai berikut:

a. Adopsi inovasi memerlukan proses komunikasi yang terus-mene-rus untuk mengenalkan,

menjelaskan, mendidik, dan membantu masyarakat agar tahu, mau, dan mampu menerapkan

teknologi terpilih (yang disuluhkan).

b. Adopsi inovasi merupakan proses pengambilan keputusan yang berkelanjutan dan tidak kenal

berhenti, untuk: memperhatikan, menerima, memahami, menghayati, dan mene rapkan

teknologi-terpilih yang disuluhkan.

c. Adopsi inovasi memerlukan kesiapan untuk melakukan per-ubahan-perubahan dalam praktek

berusahatani, dengan memanfaatkan teknologi terpilih (yang disuluhkan).

Selaras dengan itu, maka kajian terhadap faktor-faktor penentu adopsi inovasi dapat

dilakukan melalui tiga pendekatan sekaligus, yaitu: pendekatan komunikasi, psiko-sosial, dan

sistem agribisnis. Berlo (1961) menegaskan bahwa, kejelasan komunikasi sangat ditentukan oleh

keempat unsur-unsurnya, yang terdiri dari: sumber, pesan, saluran, dan penerimanya.

Bertolak dari konsep ini, maka proses adopsi inovasi ditentukan oleh kualitas penyuluhan

yang mencakup: kualitas penyuluh, sifat-sifat inovasinya, saluran komunikasi yang digunakan,

dan ciri-ciri sasaran yang meliputi: status sosial-ekonomi, dan persepsinya terhadap aparat

pelaksana kegiatan penyuluhan maupun program-program pemba-ngunan pada umumnya

(Rogers, 1969).

4. Diseminasi

Diseminasi berarti “kegiatan menyebarluaskan suatu doktrin/pemikiran”. Atau suatu

proses interaktif dalam penyampaian inovasi yang pada akhirnya dapat merubah pola piker dan

tindakan orang yang terlibat. Dari pengertian ini terlibat bahwa diseminasi bukan kegiatan satu

arah tetapi merupakan suatu interaksi, dan pada akhirnya tidak saja mempengaruhi pola piker

kelompok sasaran namun bisa jadi orang yang membawa inovasi itu sendiri. Dalam proses

diseminasi ini umumnya ada beberapa unsure penting yang menentukan keberhasilan dari prose

situ sendiri, yaitu inovasi yang dibawa, media diseminasinya, waktu atau proses diseminasi itu

sendiri serta pihak yang terlibat dalam proses diseminasi tersebut.

Istilah difusi dan adopsi dalam suatu proses diseminasi mempunyai pengertian yang

berbeda, Rogers (1995) membedakanya berdasarkan sasarannya. Difusi lebih ditunjukkan untuk

Makalah Dasar – Dasar Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian_ ADOPSIKelompok 10 Page 7

Page 8: makalah_adopsi_klmpok10

menggambarkan diseminasi pada kelompok, sementara adopsi ditunjukkan pada individu.

Tujuan akhir dari proses ini adalah mengubah atau memperbaiki suatu sistem dan diseminasi

hasil pengkajian serta perakitan materi penyuluhan.

Makalah Dasar – Dasar Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian_ ADOPSIKelompok 10 Page 8

Page 9: makalah_adopsi_klmpok10

III. PENUTUP

Kesimpulan

Adopsi, dalam proses penyuluhan (pertanian), pada hakekatnya dapat diartikan sebagai

proses penerimaan inovasi dan atau perubahan perilaku baik yang berupa: pengetahuan

(cognitive), sikap (affective), maupun ketrampilan (psychomotoric) pada diri seseorang setelah

menerima “inovasi” yang disampaikan penyuluh oleh masyarakat sasarannya.

Tahapan – tahapan adopsi yaitu awareness atau kesadaran, interest, evalution, trial,

adoption atau menerima/menerapkan. Adopsi dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu:

Sifat-sifat atau karakteristik inovasi

Sifat-sifat atau karakteristik calon pengguna

Pengambilan keputusan adopsi

Saluran atau media yang digunakan

Kualifikasi penyuluh.

Makalah Dasar – Dasar Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian_ ADOPSIKelompok 10 Page 9

Page 10: makalah_adopsi_klmpok10

DAFTAR PUSTAKA

Muhammad, A.2004.Komunikasi Organisasi.Bumi Aksara.Jakarta

Suryana.2005. Rancangan Dasar Program Rintisan Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (Prima Tani). Prosiding Lokakarya Nasional Prima Tani Mendukung Pengembangan KUAT di Kalimantan Barat; Kalimantan Barat 2005.Badan Litbang Pertanian hlm 1 – 25. Jakarta.

Rogers, E.M. dan F.F Schoemaker.1971. Communication of Innovation: A Cross Cultural Approach. The Free Press. New York

Soekartawi . 2005.Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian.Universitas Indoonesia.Jakarta.

Berlo, D.K.1960.The Process of Communications.New York-Chichago-San.

Makalah Dasar – Dasar Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian_ ADOPSIKelompok 10 Page 10