makalah_adopsi_klmpok10
-
Upload
rinto-felly-hartana -
Category
Documents
-
view
10 -
download
2
Transcript of makalah_adopsi_klmpok10
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pembangunan pertanian tidak dapat dilaksanakan hanya oleh petani. Untuk
meningkatkan produktivitas, petani akan semakin tergantung pada sumber-sumber dari luar
lingkungan, jika pertanian kita ingin berubah. Pembangunan pertanian pada dasarnya
merupakan upaya sadar yang sengaja direncanakan untuk melakukan perubahan-perubahan
yang dikehendaki, dengan mengunakan inovasi dan teknologi tertentu sesuai dengan
potensi agroekosistem setempat agar dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
hidup petani.
Penyuluhan pertanian banyak memberikan sumbangan pada keberhasilan
pembangunan pertanian di Indonesia. Penyuluhan telah berhasil menyampaikan berbagai
inovasi pertanian kepada petani dengan segala metodenya sehingga para petani meningkat
pengetahuan dan ketrampilannya serta dapat mengubah sikap petani menjadi mau dan
mampu menerapkan inovasi baru.
Kebijakan umum pembangunan pertanian dewasa ini mengacu pada pendekatan
dari bawah (buttom-up approach). Pendekatan ini harus dilakukan oleh petani langsung
meninjau kebutuhan,permasalahan para petani di lapangan dan bagaimana penyuluh dapat
memenuhi kebutuhan petani di lapangan. Hal ini ditujukan dalam rangka mendukung
realisasi dan memberikan arah pembangunan yang sejalan dengan rencana pelaksanaan
otonomi daerah dan desentralisasi. Dalam upaya pengembangan sumberdaya manusia
pertanian, peranan penyuluhan pertanian dan pelatihan sangat penting dan strategis.
Suryana (2005) mengatakan bahwa untuk mengatasi masalah kelambanan dalam
penerapan inovasi teknologi baru yang telah dihasilkan berbagai lembaga penelitian,
diperlukan komunikasi teknologi pertanian untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
keterampilan petani yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan kesejahteraan
petani. Untuk membangun pertanian yang efektif dan efisien dengan memanfaatkan
informasi teknologi dari berbagai sumber, perlu memperhatikan jaringan komunikasi petani
yang telah ada di pedesaan sebagi suatu proses adopsi inovasi teknologi dalam komunikasi
pembangunan untuk mendorong terwujudnya pertanian yang semakin modern (Rogers dan
Schomaker,1971).
Makalah Dasar – Dasar Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian_ ADOPSIKelompok 10 Page 1
Jaringan komunikasi antarpetani atau antarkelompok dan dari luar kelompoknya
merupakan proses pertukaran informasi yang terbentuk dalam kelompok – kelompok kecil
masyarakat atau petani berupa klik social (social clique). Karena karakteristik social
budaya masyarakat yang beragam, maka jaringan komunikasi petani sangat dipengaruhi
oleh sosiogram dari masing – masing daerah (Muhammad, 2004).
Menurut Soekartawi (2005) untuk menggunakan teknologi pertanian, seperti traktor
tangan. Peran komunikasi sangat penting dalam tranformasi informasi yang tepat dan cepat
berkaitan dengan berbagai aspek, baik masalah teknis, manfaat ekonomi, maupun
kesuesuaian sosial budaya dan lingkungan. Menurut Berlo (1960), komunikasi satu arah
yang selama ini dikembangkan dalam proses adopsi inovasi teknologi tidak mungkin lagi
dipertahankan, sehingga perlu peningkatan efektifitasnya dengan mengembangkan
komunikasi dua arah (konvergen). Proses adopsi inovasi traktor tangan sangat tergantung
pada kualitas sumber informasi dan efektifitas jaringan komunikasi petani berdasarkan
karakteristik social masyarakat setempat.
B. Tujuan
1. Dapat memahami faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi dan difusi2. Dapat mengetahui tahapan – tahapan dan dapat diterima oleh sasaran atau
masyarakat.3. Dapat menjelaskan peran adopsi dan diseminasi dalam pembangunan pertanian
masyarakat Indonesia.
Makalah Dasar – Dasar Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian_ ADOPSIKelompok 10 Page 2
II. ADOPSI DALAM PENYULUHAN
A. Pengertian Adopsi
Adopsi dalam proses penyuluhan (pertanian), pada hakekatnya dapat diartikan
sebagai proses penerimaan inovasi dan atau perubahan perilaku baik yang berupa:
pengetahuan (cognitive), sikap (affective), maupun ketrampilan (psychomotoric) pada diri
seseorang setelah menerima “inovasi” yang disampaikan penyuluh oleh masyarakat
sasarannya.
Penerimaan di sini mengandung arti tidak sekadar “tahu”, tetapi sampai benar-
benar dapat melaksanakan atau menerapkannya dengan benar serta menghayatinya dalam
kehidupan dan usaha taninya. Penerimaan inovasi tersebut, biasanya dapat diamati secara
langsung maupun tidak langsung oleh orang lain, sebagai cerminan dari adanya perubahan:
sikap, pengetahuan, dan atau ketrampilannya.
Pengertian adopsi sering rancu dengan “adaptasi” yang berarti penyesuaian. Di
dalam proses adopsi, dapat juga berlangsung proses penyesuaian, tetapi adaptasi itu sendiri
lebih merupakan proses yang berlangsung secara alami untuk melakukan penyesuaian
terhadap kondisi lingkungan. Sedang adopsi, benar-benar merupakan proses penerimaan
sesuatu yang “baru” (inovasi), yaitu menerima sesuatu yang “baru” yang ditawarkan dan
diupayakan oleh pihak lain (penyuluh).
1. Tahapan Adopsi
Pada dasarnya, proses adopsi pasti melalui tahapan-tahapan sebelum masyarakat
mau menerima/menerapkan dengan keyakinannya sendiri, meskipun selang waktu antar
tahapan satu dengan yang lainnya itu tidak selalu sama (tergantung sifat inovasi,
karakteristik sasaran, keadaan lingkungan (fisik maupun sosial), dan aktivitas/kegiatan
yang dilakukan oleh penyuluh).
Tahapan-tahapan adopsi itu adalah:
a. Awareness, atau kesadaran, yaitu sasaran mulai sadar tentang adanya inovasi yang
ditawarkan oleh penyuluh.
Makalah Dasar – Dasar Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian_ ADOPSIKelompok 10 Page 3
b. Interest, atau tumbuhnya minat yang seringkali ditandai oleh keinginannya untuk
bertanya atau untuk mengetahui lebih banyak/jauh tentang segala sesuatu yang berkaitan
dengan inovasi yang ditawarkan oleh penyuluh.
c. Evalution atau penilaian terhadap baik/buruk atau manfaat inovasi yang telah diketahui
informasinya secara lebih lengkap. Pada penilaian ini, masyarakat sasaran tidak hanya
melakukan penilai-an terhadap aspek teknisnya saja, tetapi juga aspek ekonomi, maupun
aspek-aspek sosial budaya, bahkan seringkali juga ditinjau dari aspek politis atau
kesesuaiannya dengan kebijakan pembangunan nasional dan regional.
d. Trial atau mencoba dalam skala kecil untuk lebih meyakinkan penilaiannya, sebelum
menerapkan untuk skala yang lebih luas lagi.
e. Adoption atau menerima/menerapkan dengan penuh keyakinan berdasarkan penilaian
dan uji coba yang telah dilakukan/diamati-nya sendiri.
2. Ukuran Adopsi InovasiTergantung pendekatan ilmu yang digunakan, adopsi inovasi dapat diukur dengan
beragam tolok-ukur (indikator) dan ukuran (ukuran). Jika menggunakan ilmu
komunikasi, adopsi inovasi dapat dilihat jika sasaran telah memberikan tanggapan
(respons) berupa perubahan perilaku atau pelaksanaan kegiatan seperti yang diharapkan
(Berlo, 1961). Di lain pihak, jika menggunakan pendekatan ilmu pendidikan, adopsi
inovasi dapat dilihat dari terjadinya perilaku atau perubahan sikap, pengetahuan, dan
ketrampilan yang dapat diamati secara lang-sung maupun tak-langsung (Kibler, 1981).
Di lain pihak, Dusseldorf (1981) mengukur tingkat adopsi dengan melihat jenjang
partisipasi yang ditunjukkan oleh sasaran penyuluhan (komunikasi pembangunan), yaitu:
paksaan, terinduksi, dan spontan.
Di dalam praktek penyuluhan pertanian, penilaian tingkat adopsi inovasi biasa
dilakukan dengan menggunakan tolok-ukur tingkat mutu intensifikasi, yaitu dengan
membandingkan “rekomendasi” yang ditetapkan dengan jumlah dan kualitas penerapan
yang dilakukan di lapang.
Sehubungan dengan itu, Totok Mardikanto (1994) mengukur tingkat adopsi
dengan tiga tolok-ukur, yaitu: kecepatan atau selang waktu antara diterimanya informasi
dan penerapan yang dilakukan, luas penerapan inovasi atau proporsi luas lahan yang telah
Makalah Dasar – Dasar Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian_ ADOPSIKelompok 10 Page 4
“diberi” inovasi baru, serta mutu intensifikasi dengan membandingkan penerapan dengan
“rekomendasi” yang disampaikan oleh penyuluhnya.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan Adopsi
Sejalan dengan semakin berkembangnya penerapan ilmu penyuluhan pembangunan di
Indonesia, studi-studi tentang adopsi inovasi kian menarik untuk terus dikaji, terutama kaitannya
dengan kegiatan pembangunan pertanian yang dilaksanakan. Bahkan, selama selang waktu 10
tahun, setidaknya ada dua karya disertasi yang mengkaji proses adopsi inovasi, yaitu yang
dilakukan oleh Herman Soewardi (1976) dan Dudung Abdul Adjid (1985).
Semakin pentingnya kajian tentang adopsi inovasi tersebut, antara lain disebabkan
karena, sejak dimulainya “revolusi hijau” pada dasa-warsa 1960-an di Indonesia, pembangunan
pertanian lebih memusat-kan perhatiannya kepada peningkatan mutu intensifikasi yang
diupayakan mela-lui penerapan inovasi-inovasi, baik yang berupa inovasi-teknis (mulai panca-
usaha, sapta-usaha, sampai sepuluh jurus tekno-logi) maupun inovasi-sosial (usahatani
berkelompok, melalui Insus dan Supra Insus).
Tergantung kepada proses perubahan perilaku yang diupayakan, proses pencapaian
tahapan adopsi dapat berlang-sung secara cepat ataupun lambat. Jika proses tersebut melalui
“pemaksaan” (coersion), biasanya dapat berlangsung secara cepat, tetapi jika melalui “bujukan”
(persuasive) atau “pendidikan” (learning), proses adopsi tersebut dapat berlang-sung lebih
lambat (Soewardi, 1987). Tetapi, ditinjau dari pemantaban perubahan perilaku yang terjadi,
adopsi yang berlangsung melalui proses bujukan dan atau pendidikan biasanya lebih sulit
berubah lagi. Sedang adopsi yang terjadi melalui pemaksaan, biasanya lebih cepat berubah
kembali, segera setelah unsur atau kegiatan pemak-saan tersebut tidak dilanjutakan lagi.
Dari khasanah kepustakaan diperoleh informasi bahwa kecepatan adopsi, ternyata
dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu:
1) Sifat-sifat atau karakteristik inovasi
2) Sifat-sifat atau karakteristik calon pengguna
3) Pengambilan keputusan adopsi
4) Saluran atau media yang digunakan
5) Kualifikasi penyuluh.
Makalah Dasar – Dasar Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian_ ADOPSIKelompok 10 Page 5
Meskipun demikian, Mardikanto (1995) mensinyalir bahwa, identi-fikasi beragam faktor
penentu kecepatan adopsi inovasi itu masih terbatas pada pendekatan proses komunikasi. Karena
itu, dia mencoba menggali lebih jauh dengan melakukan pendekatan kebudayaan (Soewardi,
1976), dan pendekat-an sistem agribisnis.
Lebih lanjut, karena kegiatan penyuluhan pertanian dapat dilihat sebagai sub-sistem
pengembangan masyarakat, maka kece patan adopsi inovasi dapat pula dipengaruhi oleh perilaku
aparat dan hal-hal lain yang terkait dalam kegiatan pengembangan masyarakat.
Studi tentang adopsi inovasi, telah banyak dilakukan oleh berbagai pihak.
Herman Soewardi (1976), misalnya, telah melakukan studi untuk melihat proses adopsi
sebagai proses perkembangan kebudayaan, berdasarkan teori Erasmus:
A = f (M, C, L)
di mana: A = adoption,
M = motivation,
C = cognition, dan
L = limitation.
Di lain pihak, sejalan dengan perkembangan penerapan ilmu penyuluhan pembangunan
di Indonesia, Slamet (1978) dengan meng-gunakan pendekatan ilmu komunikasi seperti yang
biasa dilakukan oleh Rogers (1969), mengenalkan variabel-variabel penentu kecepatan adopsi
yang terdiri atas: sifat-sifat inovasinya, kegiatan promosi yang dilakukan penyuluh, ciri-ciri
sistem sosial masyarakat sasaran, dan jenis pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sasaran.
Selain itu, proses adopsi inovasi juga dapat didekati dengan pemahaman bahwa proses
adopsi inovasi itu sendiri merupakan proses yang diupayakan secara sadar demi tercapainya
tujuan pembangunan pertanian.
Pembangunan pertanian, menurut alm. Hadisapoetro (1970), pada hakeketanya dapat
diartikan sebagai proses turut-campurnya tangan manusia di dalam perkembangan tanaman
dan/atau hewan, agar lebih dapat memberikan man-faat bagi kesejahteraan manusia (petani) dan
masyarakatnya.
Sebagai suatu proses, pembangunan pertanian merupakan proses interaksi dari banyak
pihak yang secara langsung maupun tak langsung terkait dengan upaya peningkatan
produktivitas usahatani dan peningkatan pendapatan serta perbaikan mutu-hidup, melalui
penerapan teknologi yang terpilih (Mardikanto, 1988).
Makalah Dasar – Dasar Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian_ ADOPSIKelompok 10 Page 6
Berlandaskan pada pemahaman seperti itu, dapat disimpulkan bebe-rapa pokok-pokok
pemikiran tentang adopsi inovasi kaitannya dengan pembangunan pertanian, sebagai berikut:
a. Adopsi inovasi memerlukan proses komunikasi yang terus-mene-rus untuk mengenalkan,
menjelaskan, mendidik, dan membantu masyarakat agar tahu, mau, dan mampu menerapkan
teknologi terpilih (yang disuluhkan).
b. Adopsi inovasi merupakan proses pengambilan keputusan yang berkelanjutan dan tidak kenal
berhenti, untuk: memperhatikan, menerima, memahami, menghayati, dan mene rapkan
teknologi-terpilih yang disuluhkan.
c. Adopsi inovasi memerlukan kesiapan untuk melakukan per-ubahan-perubahan dalam praktek
berusahatani, dengan memanfaatkan teknologi terpilih (yang disuluhkan).
Selaras dengan itu, maka kajian terhadap faktor-faktor penentu adopsi inovasi dapat
dilakukan melalui tiga pendekatan sekaligus, yaitu: pendekatan komunikasi, psiko-sosial, dan
sistem agribisnis. Berlo (1961) menegaskan bahwa, kejelasan komunikasi sangat ditentukan oleh
keempat unsur-unsurnya, yang terdiri dari: sumber, pesan, saluran, dan penerimanya.
Bertolak dari konsep ini, maka proses adopsi inovasi ditentukan oleh kualitas penyuluhan
yang mencakup: kualitas penyuluh, sifat-sifat inovasinya, saluran komunikasi yang digunakan,
dan ciri-ciri sasaran yang meliputi: status sosial-ekonomi, dan persepsinya terhadap aparat
pelaksana kegiatan penyuluhan maupun program-program pemba-ngunan pada umumnya
(Rogers, 1969).
4. Diseminasi
Diseminasi berarti “kegiatan menyebarluaskan suatu doktrin/pemikiran”. Atau suatu
proses interaktif dalam penyampaian inovasi yang pada akhirnya dapat merubah pola piker dan
tindakan orang yang terlibat. Dari pengertian ini terlibat bahwa diseminasi bukan kegiatan satu
arah tetapi merupakan suatu interaksi, dan pada akhirnya tidak saja mempengaruhi pola piker
kelompok sasaran namun bisa jadi orang yang membawa inovasi itu sendiri. Dalam proses
diseminasi ini umumnya ada beberapa unsure penting yang menentukan keberhasilan dari prose
situ sendiri, yaitu inovasi yang dibawa, media diseminasinya, waktu atau proses diseminasi itu
sendiri serta pihak yang terlibat dalam proses diseminasi tersebut.
Istilah difusi dan adopsi dalam suatu proses diseminasi mempunyai pengertian yang
berbeda, Rogers (1995) membedakanya berdasarkan sasarannya. Difusi lebih ditunjukkan untuk
Makalah Dasar – Dasar Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian_ ADOPSIKelompok 10 Page 7
menggambarkan diseminasi pada kelompok, sementara adopsi ditunjukkan pada individu.
Tujuan akhir dari proses ini adalah mengubah atau memperbaiki suatu sistem dan diseminasi
hasil pengkajian serta perakitan materi penyuluhan.
Makalah Dasar – Dasar Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian_ ADOPSIKelompok 10 Page 8
III. PENUTUP
Kesimpulan
Adopsi, dalam proses penyuluhan (pertanian), pada hakekatnya dapat diartikan sebagai
proses penerimaan inovasi dan atau perubahan perilaku baik yang berupa: pengetahuan
(cognitive), sikap (affective), maupun ketrampilan (psychomotoric) pada diri seseorang setelah
menerima “inovasi” yang disampaikan penyuluh oleh masyarakat sasarannya.
Tahapan – tahapan adopsi yaitu awareness atau kesadaran, interest, evalution, trial,
adoption atau menerima/menerapkan. Adopsi dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu:
Sifat-sifat atau karakteristik inovasi
Sifat-sifat atau karakteristik calon pengguna
Pengambilan keputusan adopsi
Saluran atau media yang digunakan
Kualifikasi penyuluh.
Makalah Dasar – Dasar Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian_ ADOPSIKelompok 10 Page 9
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad, A.2004.Komunikasi Organisasi.Bumi Aksara.Jakarta
Suryana.2005. Rancangan Dasar Program Rintisan Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (Prima Tani). Prosiding Lokakarya Nasional Prima Tani Mendukung Pengembangan KUAT di Kalimantan Barat; Kalimantan Barat 2005.Badan Litbang Pertanian hlm 1 – 25. Jakarta.
Rogers, E.M. dan F.F Schoemaker.1971. Communication of Innovation: A Cross Cultural Approach. The Free Press. New York
Soekartawi . 2005.Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian.Universitas Indoonesia.Jakarta.
Berlo, D.K.1960.The Process of Communications.New York-Chichago-San.
Makalah Dasar – Dasar Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian_ ADOPSIKelompok 10 Page 10