Makalah Word

14
0 MAKALAH STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA Oleh : 1. SUPRIYATI NIM.14.61.201.0047.P 2. ROSA DAMAYANTI NIM.14.61.201.0064 3. EDI SANTOSA NIM.14.61.201.0065 4. PAIRI NIM.13.61.201.0019 5. ALARO NIM.13.61.201.0020 UNI!ERSITAS SAN" #UMI RU$A %URAI #ANDAR LAMPUN" 2015

description

Ekonomi

Transcript of Makalah Word

MAKALAH

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

Oleh :

1. SUPRIYATI

NIM.14.61.201.0047.P2. ROSA DAMAYANTINIM.14.61.201.0064

3. EDI SANTOSA

NIM.14.61.201.0065

4. PAIRI

NIM.13.61.201.00195. ALFARO

NIM.13.61.201.0020UNIVERSITAS SANG BUMI RUWA JURAI BANDAR LAMPUNG

2015

BAB I PENDAHULUANIndonesia dikenal sebagai negara agraris karena berkah kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber daya pertanian seperti lahan, varietas, dan iklim. Selain itu, Indonesia juga memiliki pengetahuan pertanian yang tersimpan dalam kearifan lokal dan kultur masyarakat. Dengan demikian komoditi pertanian sangat penting untuk diperhatikan, terutama komoditi-komoditi pertanian yang diolah menjadi kebutuhan pokok masyarakat. Kestabilan harga di pasar domestik dan keterjangkauan harga komoditi pokok seperti beras, tepung terigu, gula pasir, minyak goreng, dan kedelai oleh masyarakat kelas bawah merupakan indikator utama keberhasilan sebuah negara agraris. Oleh karena itu pergerakan harga kebutuhan pokok perlu terus dipantau.Seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan hasil pertanian di dalam negeri dan keterbatasan produksi dalam negeri, pemerintah memenuhi dengan cara impor komoditi hasil pertanian. Dari data impor komoditi pertanian tanaman pangan dapat diketahui bahwa kedele menduduki peringkat kedua sedikit di bawah gandum, dan kedele harusnya dapat di produksi di dalam negeri.Kedelai dikenal sebagai makanan rakyat karena selain merupakan sumber protein nabati paling menyehatkan, kedelai juga dikenal murah dan terjangkau oleh sebagian besar rakyat. Rakyat mengolah kedelai menjadi berbagai produk pangan seperti tempe, tahu, tauco, kecap, susu dan lain-lain, permintaan kedelai pun naik setiap tahun.Ketika produksi kedele dalam negeri dari tahun ke tahun tidak mengalami peningkatan berarti sehingga tercipta ketergantungan akan kebutuhan kedele impor. Kondisi tersebut akan sangat mempengaruhi harga kedele dalam negeri terhadap fluktuasi harga kedele internasional.Karena itu ketika harga kedelai di pasaran internasional meroket akibat persoalan kedelai di negara produsen, maka berdampak pada melambungnya harga kedelai di pasar dalam negeri sampai tak lagi masuk akal. Produsen pangan berbahan baku kedelai dan konsumen tempe menjerit.Dari uraian di atas seharusnya produksi kedele dalam negeri dapat menjadi tumpuan perekonomian dari sektor pertanian selain beras yang merupakan makanan pokok. Produksi kedele dalam negeri perlu menjadi perhatian lebih supaya tercipta kemandirian dalam pemenuhan kebutuhan kedele yang semakin lama semakin meningkat. Usaha peningkatan produksi dalam negeri dapat di dupayakan dengan berbagai cara antara lain perluasan lahan, peningkatan produktivitas, peningkatan kualitas hasil panen, kestabilan harga, dan lain-lain.BAB IIMASALAH DAN TUJUAN PEMBAHASANImpor Kedele dan Produksi Dalam NegeriKedelai dikenal sebagai makanan rakyat karena selain merupakan sumber protein nabati paling menyehatkan, kedelai juga dikenal murah dan terjangkau oleh sebagian besar rakyat. Kedele di indonesia merupakan bahan utama pembuat tahu dan tempe yang merupakan makanan favorit masyarakat pada umumnya. Rakyat mengolah kedelai menjadi berbagai produk pangan seperti tempe, tahu, tauco, kecap, susu dan lain-lain, permintaan kedelai pun naik setiap tahun. Dilihat dari proyeksi permintaan akan kedele di Indonesia dapat kita ketahui bahwa dari tahun ke tahun akan selalu meningkat.Proyeksi Permintaan Kedele di Indonesia

Pemenuhan kebutuhan akan kedele Indonesia selain dari produksi dalam negeri juga di penuhi dari impor. Dari data Badan Pusat Statistik dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 di bawah dapat di ketahui bahwa Impor kedele Indonesia rata-rata pertahunnya mencapai 1,2 juta ton per tahunnya atau rata-rata pertahun mencapai 573 juta US dolar. Hal ini sangat disayangkan karena kita merupakan negara agraris. Sungguh pengeluaran devisa yang seharusnya dapat kita kurangi dengan jalan peningkatan produksi kedele dalam negeri.Tabel Impor KedeleBulan2007200820092010

Nilai (ribuUS$)Berat (Ton)Nilai (ribuUS$)Berat (Ton)Nilai (ribuUS$)Berat (Ton)Nilai (ribuUS$)Berat (Ton)

Januari43.763149.98935.73476.52213.91829.79178.845165.288

Februari29.14596.01030.78259.84275.184162.60463.876134.128

Maret36.340110.89337.34664.66272.344167.10598.488212.825

April29.38692.674101.849160.79043.19893.491100.278217.000

Mei58.354182.68241.80068.20441.82186.66339.99981.414

Juni29.11290.750112.371184.504128.735256.49370.362150.680

Juli33.459106.17459.98294.79332.00661.85167.409146.163

Agustus54.502154.26735.49151.22130.04261.234--

Septembe34.753100.29141.30058.11335.21465.066--

Oktober39.203111.27961.35891.04149.21994.864--

November57.705139.31464.159120.84523.24553.993--

Desember33.70877.26772.575138.47854.147123.027--

Jumlah479.4281.411.589694.7471.169.016599.0721.256.182519.2571.107.499

Sumber Badan Pusat StatistikProduksi kedelei dalam negeri dilihat dari data statistik BPS dibawah dapat dilihat

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seiringpeningkatan luas area

panen kedele itu sendiri. Apabila tingkat produksidalam negeri di sandingkan dengan data impor kedele memang ada kenaikan secara presentase antara produksi dalam negeri di banding impor. Tetapi apabila dilihat dari produktifitasnya dapat kita ketahui bahwa tidak adapeningkatan berarti, hanya sekitar 1,3 ton per hektar. Seharusnya ada upayayang serius untuk

meningkatkan produktifitas tersebut.

Seandainya

produktifitas kedele dalam negeri dapat ditingkatkan menjadi 2 ton perhektar saja akan sangat mengurangi ketergantungan impor kedele, sebagai pembanding di luar negeri produktifitas bisa mencapai 3 ton per hektar.P ro d u ksi Da la m Ne g e ri2007200820092010

Lu as P an e n (Ha)455.633590.956722.791678.441

P ro d u k si (To n )592.534775.710974.512927.380

P roduk tivitas (Ton/Ha)1,301,311,351,37

Data Tah u n 2009 ad al ah an gk a te tapData Tah u n 2010 ad al ah an gk a ram al an III

S um b er B adan P us at S tatis tikPerbandinganImpordanProduksi DalamNegeri dalamTonImpor Produksi DalamNegeri Jumlah Catatan

Total

2007

2008 2009

% Total % Total %

2010

Total %

DataProduksi dalamNegeri th2010adalahDataRamalan

DataImpor th2010sampai denganbulanJuli

Sumber BadanPusat Statistik1.600.0001.400.000

Perbandingan Impor dan Produksi Dalam Negeri1.411.5891.200.000

1.169.016

1.256.182

1.107.4991.000.000800.000600.000400.000200.000-

592.534

775.710

974.512 927.380

ImporProduksi Dalam Negeri2007 2008 2009 2010Produksi kedelai tahun 2010 (ARAM II) diperkirakan sebesar 927,38 ribu ton biji kering, menurun sebanyak 47,13 ribu ton (4,84 persen) dibandingkan tahun 2009. Penurunan produksi kedelai tahun 2010 tersebut diperkirakan terjadi di Jawa sebesar 18,26 ribu ton dan di luar Jawa sebesar28,87 ribu ton. Penurunan produksi diperkirakan terjadi karena penurunan luas panen seluas 44,35 ribu hektar (6,14 persen), sedangkan produktivitas diperkirakan mengalami kenaikan sebesar 0,19 kuintal/hektar (1,41 persen). Perkiraan penurunan produksi kedelai tahun 2010 yang relatif besar terdapat di Provinsi Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Aceh, Jawa Barat, dan Provinsi Lampung. Sedangkan perkiraan kenaikan produksi kedelai tahun 2010 yang relatif besar terdapat di Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Sulawesi Selatan. (sumber data strategis BPS)Sebaran Luas Panen (Ha)Dae rah Produse nTahun

2007%2008%2009%2010%

Ace h14.7433,24%32.8985,57%45.1106,24%38.9525,79%

Sumate ra Utara3.7470,82%9.5971,62%11.4941,59%8.3971,25%

Sumate ra Barat8830,19%1.1250,19%1.8820,26%1.1680,17%

Riau2.2660,50%4.3190,73%4.9060,68%5.3660,80%

Jambi3.4060,75%4.7850,81%7.2381,00%4.8520,72%

Sumate ra Se latan1990,04%5.3520,91%9.1681,27%8.1461,21%

Be ngkulu1880,04%2.4870,42%5.6050,78%2.2900,34%

Lampung3.0080,66%5.6580,96%13.5181,87%6.1630,92%

Bangka Be litung-0,00%80,00%10,00%530,01%

Ke pulauan Riau-0,00%20,00%20,00%60,00%

DKI Jakarta-0,00%-0,00%-0,00%-0,00%

Jawa Barat12.4292,73%23.8104,03%41.7755,78%36.5375,44%

Jawa Te ngah84.09818,46%111.65318,89%110.06115,23%110.23516,40%

DI Yogyakarta27.6286,06%32.5145,50%31.6664,38%33.0574,92%

Jawa Timur199.49343,78%216.82836,69%264.77936,63%251.82237,46%

Bante n2.0410,45%4.9750,84%12.1981,69%9.2201,37%

Bali5.7531,26%6.3451,07%9.3781,30%4.9230,73%

Nusa Te nggara Barat56.90112,49%76.15412,89%87.92012,16%90.74313,50%

Nusa Te nggara Timur1.5290,34%2.3260,39%2.0100,28%1.7320,26%

Kalimantan Barat6930,15%1.3330,23%1.7580,24%2.3530,35%

Kalimantan Te ngah7190,16%1.6530,28%1.8890,26%2.1440,32%

Kalimantan Se latan1.8060,40%3.2600,55%3.3450,46%3.1820,47%

Kalimantan Timur1.5210,33%2.1430,36%1.8780,26%1.7610,26%

Sulawe si Utara2.6620,58%5.2270,88%5.6520,78%6.8361,02%

Sulawe si Te ngah2.2990,50%2.3620,40%3.6180,50%3.5180,52%

Sulawe si Se latan12.0292,64%19.0483,22%25.7923,57%23.7973,54%

Sulawe si Te nggara3.7190,82%4.1010,69%6.7190,93%3.2930,49%

Gorontalo4.0040,88%1.8730,32%4.7270,65%3.1530,47%

Sulawe si Barat7930,17%1.4980,25%2.0760,29%2.2740,34%

Maluku1.2270,27%1.2940,22%1.3070,18%1.2100,18%

Maluku Utara9660,21%1.0470,18%5430,08%7190,11%

Papua Barat1.2820,28%1.6240,27%1.1500,16%4800,07%

Papua3.6010,79%3.6570,62%3.6260,50%3.8600,57%

Jumlah455.633100%590.956100%722.791100%672.242100%

Data Tahun 2009 adalah angka te tapData Tahun 2010 adalah angka ramalan IIISumber Badan Pusat StatistikPermasalahan PupukHingga kini lemahnya lembaga yang dibentuk oleh pemerintah yang berperan mengawasi distribusi pupuk hingga ke petani. Hal ini mempengaruhi tidak maksimalnya sistem distribusi pupuk. Itulah sebabnya selalu terulang,pupuk menghilang di pasaran ketika petani bersiap-siap memulai musimtanam.Petani di berbagai wilayah berusaha untuk mendapatkan pupuk. Salah satu contoh yang dialami petani SPI di Jawa Timur, sejak Oktober 2008 lalu pupuk praktis menghilang. Mereka pun akhirnya mengadakan audiensi dengan industri pupuk Indakop, Petrokimia dan Komisi B DPRD Ponorogo. Namun hingga waktu petani membutuhkan pupuk penyediaan pupuk ini tidak terealisasi.Pencanangan Go-Organic 2010 agar petani lebih mandiri tidak tercermin dari anggaran subsidinya ditahun 2008 yang hanya 474 Milyar untuk pupuk organik dari total subsidi pupuk sebesar 15, 175 Triliun. Padahal salah satu langkah yang terbaik tentu ialah mendukung pengembangan pupuk organik yang dapat dikembangkan sendiri oleh petani. Dukungan pemerintah kearah itu lah yang harus diperbesar. Pengembangan pupuk organik ini selain mengembalikan kesuburan tanah dan membantu meningkatkan produktivitas juga akan sangat berperan dalam membangun kedaulatan petani. Petani dapat menghasilkan pupuk yang dibutuhkannya sendiriPermasalahan BenihKondisi perbenihan di Indonesia hingga tahun 2008 yang telah lewat tidak banyak berubah, benih yang merupakan salah satu input dasar produksi pertanian kerap kesulitan ketersediaannya. Pemerintah tidak memberikan dukungan sepenuhnya kepada rakyat, dalam hal ini petani untuk memproduksi benih nya sendiri.Benih varietas unggul yang terdaftar di Kementerian Pertanian terlihat sejak 2005 sampai dengan sekarang tidak terdapat varietas unggul yang baru. Pengembangan dan penyediaan benih oleh pemerintah di serahkan kepada pihak swasta yang mencarai keuntungan sendiri dan tidak berpihak kepada petani. Kebijakan pemerintah telah menyebabkan situasi perbenihan di Indonesia sudah menjurus pada krisis benih dan ketergantungan petani terhadap benih yang diproduksi perusahaan agribisnis multinasional. Sebagian besar benih untuk tanaman pangan dikuasai dan didistribusikan oleh perusahaan multinasional.Data Varietas Unggul KedeleData Kementerian PertanianHarga benih yang ada dipasaran yang menjadi tumpuan petani sangat mahal. Benih subsidipun kerap sampai di tangan petani dengan harga yang mahal dikarenakan petani harus menebus terlebih dahulu ke dinas pertanian dan akibatnya petani tetap menerima benih itu dengan harga mahal.Pengaruh dari LiberalisasiMasuknya sistem liberalisasi perekonomian di Indonesia sangat banyak berpengaruh terhadap sektor pertanian. Petani harus mengeluarkan biaya lebih besar untuk berproduksi.Mulai dari benih yang harus beli dari pihak swasta yang harganya mahal, pupuk juga di pasok tidak hanya oleh BUMN tetapi juga oleh pihak swasta dan pestisida juga harus di beli dengan harga yang mahal.Permasalahan Harga KedeleFluktuasi harga kedelei juga berpengaruh terhadap produksi petani. Harga kedele yang terlalu rendah pada saat musim panen akan mengakibatkan keengganan petani untuk memanen. Harga kedelei dapat dipengaruhi oleh fluktuasi harga kedele internasional, dikarenakan sebagaian besar pasokan kedele kita berasal dari impor.Selama ini harga kedelai dipermainkan importir. Begitu panen raya, kedelai banjir di pasaran sehingga harga anjlok. Akibat turunnya harga membuat petani tak mau memanen kedelainya. Petani kemudian menjadi enggan menanam kedelai lagi. Dampak lanjutan agenda swasembada kedelai yang dicanangkan pemerintah dijamin tidak terwujud akibatnya kita menjadi terus bergantung pada impor.Tujuan PembahasanDalam makalalah ini mencoba menguraikan permaslahan komoditi kedele untuk selanjutnya dapat di peroleh jalan keluar penyelesaian permasalahan tersebut. Jalan keluar ini akan sangat penting untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang mandiri dalam produksi maupun mandiri dalam pemenuhan kebutuhan akan permintaan kedele.BAB III KESIMPULAN DAN SARANDari uraian bab sebelumnya dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut :1. Permintaan kedelei yang cenderung meningkat dalam negeri tidak tercukupi dari produksi dalam negeri, tetapi juga di penuhi dari impor yang akibatnya peningkatan pengeluaran devisa yang cukup tinggi.2. Harga pupuk yang cukup tinggi ternyata tidak mencukupi kebutuhan petani dalam memproduksi kedele.3. Pemerintah kurang memperhatikan kesulitan petani untuk mendapatkan bibit yang berkualitas guna meningkatkan produksi.4. Campur tangan pihak swasta yang merupakan akibat dari sistem liberalisasi ternyata tidak berpihak kepada petani.Dari kesimpulan di atas seharusnya pemerintah dapat memperhatikan produksi dalam negeri melalui berbagai cara, salah satunya dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang berpihak kepada petani antara lain :1. Kebijakan makro untuk mendorong pengembangan kedelai di dalam negeri dengan memberlakukan tarif impor yang cukup tinggi.2. Kemudahan prosedur untuk mengakses modal kerja (kredit usaha) bagi petani dan swasta yang berusaha dalam bidang agribisnis kedelai.3. Pembinaan/pelatihan produsen/penangkar benih dalam aspek teknis (produksi benih), manajemen usaha perbenihan serta pengembangan pemasaran benih. Penyediaan kredit usaha perbenihan bagi produsen atau calon produsen benih.4. Pengembangan prasarana/infrastruktur pertanian secara umum (pembukaan sawah/lahan pertanian, pembuatan fasilitas irigasi dan jalan, juga akan mendorong pengembangan kedelai di dalam negeri.5. Pengembangan produksi kedelei ke arah agribisnis yang lebih teratur dan lebih memanfaatkan teknologi yang tepat guna.DAFTAR PUSTAKA- Badan Pusat Statistik http://www.bps.go.id- Data Strategis BPS- Kementrian Pertanian http://www.deptan.go.id- Kementrian Perdagangan http://www.depdag.go.id- Pandangan Petani atas Kebijakan Pertanian Pemerintah tahun 2008- Badan Pengawas Perdagangan Berjangka (BAPEPTI)http://www.bappebti.go.id/

1.411.58970,43%1.169.01660,11%1.256.18256,31%1.107.49954,43%

592.534

29,57%

775.710

39,89%

974.512

43,69%

927.380

45,57%2.004.123100,00%1.944.726100,00%2.230.694100,00%2.034.879100,00%