makalah waria

download makalah waria

of 22

Transcript of makalah waria

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangSeperti yang kita ketahui, fenomena waria merupakan sebuah fenomena yang tidak ada habisnya untuk diamati dan diteliti. Meneliti tentang waria merupakan sebuah topik yang sangat menarik. Waria dalam konteks psikologis termasuk gejala transeksualisme, yakni seseorang yang secara jasmani jenis kelaminnya jelas dan sempurna, namun secara psikis cenderung untuk menampilkan diri sebagai lawan jenis. Gejala ini sangat berbeda dengan homoseksualisme, dimana homoseksualisme semata-mata untuk menunjuk pada suatu relasi seksual, seseorang merasa tertarik dan mencintai dengan jenis kelamin yang sama. Berdasarkan deskripsi di atas, pada tugas akhir di mata kuliah Psikologi Belajar kelompok kami meneliti tentang perubahan perilaku yang terjadi pada waria. Kami mengambil subjek waria selain karena keberadaan waria menarik untuk diteliti, kami juga ingin mengetahui bagaimana proses pembelajaran pada diri seseorang sehingga dia menjadi waria.B. Rumusan MasalahMakalah ini membahas tentang masalah :1. Apakah yang dimaksud dengan waria?2. Bagaimana ciri-ciri seseorang yang disebut waria ?3. Bagaimana proses pembelajaran yang terjadi pada seseorang sehingga dia menjadi waria?4. Perubahan perilaku apa saja yang terjadi saat seseorang mengalami proses pembelajaran hingga menjadi waria?

C. TujuanMakalah ini bertjuan untuk menganalisis tentang :1. Apa itu yang disebut dengan waria.2. Ciri-ciri seseorang yang disebut waria.3. Proses pembelajaran yang terjadi pada seseorang sehingga dia menjadi waria.4. Perubahan perilaku seperti apa yang terjadi saat seseorang mengalami proses pembelajaran hingga ia menjadi seorang waria.

D. Deskripsi KasusWaria merupakan suatu kelainan dimana penderita merasa tidak nyaman dan tidak sesuai dengan jenis kelamin anatomisnya sehingga penderita ingin mengganti kelaminnya (dari laki- laki menjadi wanita) dan cenderung berpenampilan menyerupai wanita. Berdasarkan deskripsi tersebut, kelompok kami mengangkat judul tentang Perubahan Perilaku PadaWaria. Kami mengangkat judul ini karena kami tertarik untuk meneliti tentang perubahan perilaku yang terjadi pada proses pembelajaran seseorang menjadi waria.Kami mengambil subjek seorang waria bernama Aldi alias Sinta Anggraeni yang bertempat tinggal di daerah Bululawang Kota Malang. Sehari harin ia bekerja di salon dan mangkal di malam hari. Walaupun ia seorang waria dan selalu berpacaran dengan laki-laki normal bahkan sampai pernah menikah, tetapi sekarang dia mempunyai seorang istri dan seorang anak. Perubahan identitas yang dialami oleh waria tersebut mulai terjadi sejak ia duduk di bangku SMP, tetapi dia sudah memiliki dorongan dari dalam dirinya untuk berpindah identitas sejak akhir SD.

Perubahan perilaku yang mengakibatkan perubahan identitas yang terjadi pada Aldi dikarenakan beberapa faktor., salah satunya karena faktor lingkungan. Proses pembelajaran melalui pemberian contoh merupakan salah satu proses yang baik dalam suatu setting pembelajaran, tetapi apabila pemberi contoh bukan merupakan orang yang pantas untuk memberikan suatu contoh, maka hasil yang diperolehpun akan menjadi buruk.Hal ini dialami oleh Aldi di mana ia dibesarkan di lingkungan broken home. Kedua orang tuanya sering bertengkar dan akhirnya bercerai ketika ia berumur 3 tahun. Ia mengikuti ibunya untuk pindah ke Malang meninggalkan ayahnya yang berada di Surabaya. Di daerah yang ia tinggali tersebut merupakan daerah yang banyak didiami waria. Rumah Aldi bersebelahan dengan salon yang semua pekerjanya adalah seorang waria. Oleh sebab itu pengalaman masa kecil Aldi yang sering melihat perlakuan keras ayahnya kepada ibunya, diperparah dengan keadaan lingkungan tempat tinggalnya yang merupakan daerah yang banyak didiami waria. Aldi sering bermain dan berinteraksi dengan mereka sejak kecil. Aldi menjadi nyaman dengan mereka dan secara tidak langsung Aldi mengalami proses pembelajaran dari para waria yang mengakibatkan dirinya memiliki dorongan untuk menjadi waria.

BAB IIPEMBAHASANA. Hasil Pengumpulan Data di Lapangan1. Data ObservasiAldi menggunakan kaos yang agak press body bewarna biru tua, jaket bewarna kuning garis-garis hitam, memakai celana jeans panjang biru muda, memakai ikat pinggang dengan gesper yang besar dan menggunakan kaos kaki hitam. Berperawakan kurus, tidak terlalu tinggi, potongan rambut pendek dengan poni samping yang panjang dan di luruskan (rebonding). Kulit putih mulus dan kuku memakai cat kuku berwarna coklat gelap serta memakai cincin di jari manis tangan kananAldi duduk di sofa berwarna kuning dengan pose menutup kedua kaki dengan rapat. Tangannya mengambil sebatang rokok yang ada di meja kemudian menyalakannya dengan korek yang dia ambil dari saku celananya. Aldi memulai merokok sambil merubah posisi kakinya menjadi kaki kanan ditopang kekaki kiri (versi gaya duduk perempuan). Posisi saat memegang rokok, rokok di japit disela jari telunjuk dan jari tengah, dan tangan kirinya memilin poninya lalu meletakkan dibelakang telinga.Saat wawancara, Aldi menggunakan dua suara yang berbeda, apabila ditanya tentang keluarga dan segala sesuatu yang berhubungan dengan bentuk fisiknya dia cenderung berbicara dengan suara laki-laki. Tetapi jika ditanya tentang kelompok Wears (waria) dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kondisi psikisnya dia cenderung berbicara dengan suara perempuan. Tatapan mata Aldi saat menjawab pertanyaan cenderung flat dan sesekali melihat ke atas apabila pertanyaan yang diberikan membuatnya harus mengingat-ingat kejadian di masa lampau. Dia juga melihat ke atas sambil meletakkan jari di bibirnya ketika diberi pertanyaan yang menurutnya agak sulit untuk dijawab. Selama proses wawancara berlangsung kadang-kadang dia meeletakkan kedua tangan di atas pahanya dengan diiringi gerakan membusungkan dada. Sesekali dia merubah posisi kaki, tetapi gerakan tubuh saat dia duduk tidak terlalu banyak.Ketika pembicaraan sedang informal (bercanda) dan saling melempar jokes, Aldi lebih memperlihatkan gaya kewanitaannya dengan merubah suara menjadi lebih perempuan dan intonasi terkesan manja, body language terlihat genit, melambaikan tangannya, mencubit lengan pewawancara laki-laki yang ada disebelahnya dan menutupi mulut dengan tangannya saat dia tertawa. Selama proses wawancara, dia sering menyibakkan rambut dan menata poni ke belakang telinga baik saat menjawab pertanyaan maupun saat bercanda.2. Data WawancaraObservee : Aldi (alias Anggraeni Shinta Dewi) Observer : Anggota Kelompok Tanggal : 25 Mei 2012 Waktu : 15.05 16.00 Setting Situasi : SalonPelakuNarasi

Int-erInt-eeSiapa namanya?Shinta, eh salah Aldi.

Int-erInt-eeMas ini asli mana ya?Aku sih asli Surabaya, tapi sekarang sudah menetap di Malang.

Int-erInt-eeEnaknya panggil mas apa mbak ya?Panggil nama aja, Aldi.

Int-erInt-eeSudah berkeluarga apa masih lajang?Alhamdulilah aku sudah berkeluarga dan juga sudah memiliki anak.

Int-er

Int-eeKesibukan mas sekarang apa aja selain bekerja di salon ini?"ada kerjaan atau kegiatan sampingan gak selain di salon ?Aku sih kerja di salon dari jam 8 sampai jam 5 sore, langsung pulang kerumah beres-beres diri. Aku kan ikut ludruk-ludruk (campursari), nah biasanya kalau malam aku kerja di ludruk itu. Dulu aku biasanya juga jadi teman om-om karaoke yah istilahnya karaoke plus-plus. Kalau tidak dengan pekerjaan itu, aku biasanya keluar atau kencan sama pacar aku.

Int-er

Int-eeMas permisi seelumnya, kalau misalnya saya tanya-tanya sama mas soal hal ini, apa mas keberatan? Nanti kalau ada pertanyaan yang buat mas keberatan untuk menjawab, enggak dijawab juga enggak apa-apa ko mas.Hee iya mbak.

Int-erInt-eeSejak kapan mas merasakan ada sesuatu yang berbeda?Sejak SD mbak, tepatnya aku lupa dan semuanya benar-benar aku rubah saat saya di kelas 2 SMP.

Int-erInt-eeAwalnya karena apa sih mas kalau boleh tahu?Aku sih enggak tau juga tepatnya karena apa mbak, tapi semua itu mulai terasa sejak orang tua sering berantem pas aku umur 3 tahun. Ibuk sering dibentak-bentak malah sampe dipukuli sama bapak, sampe pada akhirnya orang tuaku bercerai dan aku pindah ke Malang sama ibuk. Waktu itu aku ngerasa benci banget sama bapak yang udah bikin ibuk susah. Terus kenapa tetanggaku di Bululawang itu waria semua, aku salon disebelah rumahku. Jadi aku sering main ke salon, main sama mereka. Mereka suka godain aku, pokoknya bikin aku nyaman kalau ada di deket mereka. Ya udah terus akhir SD aku udah punya kayak semacam dorongan buat kayak mereka, tapi semua aku tahan sampe akhirnya SMP tepatnya kelas 2 SMP aku udah g bisa nahan dan aku rubah semua yang ada di aku.

Int-er

Int-eeMemangnya enggak dimarahi atau diusir sama keluarga waktu mas merubah penampilan?Pasti mbak, awalnya aku diusir dari rumah, enggak di anggep anak, sama tetangga yang lain juga dihina-hina, tetapi mau gimana lagi mbak, itu udah dorongan dari dalam diri sejak SD, aku udah enggak bisa nahan, kalau disuruh milih aku ya enggak mau mbak jadi berbeda sama yang lain, tapi mau gimana lagi. Trus untungnya mbah aku yang di Bululawang itu mau nerima aku walaupun tiap hari juga masih ngomel-ngomel nasehatin aku. Mulai dari itu sejak SMA aku sudah memenuhi kebutuhan hidupku sendiri dan orang tuaku udah nggak mau peduli lagi sama aku

Int-er

Int-eeMemang apa saja yang diajarkan dari waria yang jadi tetangga mas itu sampe mas bisa semakin yakin buat jadi waria? Sempat merasakan kebingungan identitas enggak mas?Iya mbak, awalnya aku juga bingung ada apa di diriku, Aku bingung nentuin cewek apa cowok, terus aku ko jadi kayak gini ya. Fisikku cowok tapi hatiku ko ke cewek banget. Aku bener-bener pengen jadi cewek. Waktu itu enggak ada yang diajarin sama mereka aku harus ini harus itu sih mbak. Aku cuma sering lihat mereka dandan dari ujung kepala sampe ujung kaki, pake pakaian cewek, ngegosip cowok-cowok, arisan, jalan, pokoknya nyaman banget hidup kayak mereka. Aku cuma diajarin cara bertahan hidup, menikmati hidup, terus kalau aku lagi ada masalah mereka yang bantu, ngehibur aku pokoknya bikin aku nyaman. Paling kalau ngajak buat jadi waria ya gg yang secara frontal atau gimana, mereka cuma iseng-isengan nyeloteh aja sambil bercanda. Waktu aku di rumah aku juga melihat ibukku lagi dandan kok keliatan cantik banget, jadi akhirnya jiwaku itu sering muncul jadi perempuan dari pada laki-laki. Sampe aku kelas 2 SMP aku sudah benar-benar merubah keadaan fisikku, aku memanjangkan rambut dan ketika sekolah aku menggunakan seragam perempuan. Setelah aku merubah penampilan aku juga tetarik dengan laki-laki tulen yang masih berondong cyin.

Int-erInt-eeSebenarnya mas nyaman enggak sih sama keadaan yang sekarang ini ?Nyaman bangetlah dengan keadaanku yang sekarang ini, karena identitas yang seperti ini yang aku harapkan.

Int-erInt-eeKalau disuruh milih nih, apakah mas akan tetap menjadi perempuan atau laki-laki ?Ya aku milih jadi perempuan, karena aku udah nyaman banget dengan keadaan ini.

Int-er

Int-eeBagaimana hubungan mas dengan teman wanita, pria, pacar mas yang sekarang, istri dan anak dengan keadaan yang sekarang ini ?Kalau aku sih, ya pintar-pintar memposisikan diriku dimana aku ada. Jika sama teman ya selama ini sih masih baik-baik aja cuma ketika sekolah saja ada beberapa teman yang gak bisa nerima keadaanku. Kalau pacar sih ya begitulah, kalau aku kan lebih suka sama berondong jadi semua kebutuhannya aku yang tanggung. Kalau isteri ya pandai-pandaiku nyimpen semua kebohonganku.

Int-er

Int-eeBagaimana kehidupan rumah tangga mas sekarang? mas sekarangkan juga memiliki pacar bagaimana tanggapan isterinya, pernah enggak ketahuan kalau mas juga memiliki pacar yang statusnya laki-laki ?Sampai sekarang sih keadaan rumah tangga kami masih baik-baik saja, kalau masalah istri tahu atau tidak saya selingkuh, waktu itu sih istri pernah sempat curiga. Jadi pacarku sering banget kerumah sampai nginep-nginep dirumah. Istri sempat tanya dan mulai curiga, jadi sejak itu pacarku tak sewakan rumah sendiri dan aku sempat beberapa hari gak ketemu sama pacarku buat ngebalikin suasana yang baik didalam rumah tanggaku. Setelah keadaan membaik yang aku kumat lagi seperti biasanya.

Int-er

Int-eeBagaimana tanggapan lingkungan sekitar tempat tinggal mas ?Seperti biasa saya selalu jadi olok-olokkan warga, tapi aku cuman bisa berkata rempong banget deh, toh kalau aku berubah jadi laki-laki lagi kalian nggak akan bisa membantu perekonomian keluarga kami. Sebab salah satu pemasok keuangan kami yang hanya dari pekerjaan itu aja.

Int-er

Int-eeAdakah kendala dalam pekerjaan dan pergaulan mas dengan keadaan yang seperti itu ?Kalau pekerjaan sih gak pernah ada kendala, aku kan juga kerjanya di salon yang biasa dilakukan oleh kaum wanita selain di salon kerjaku juga jadi penari di acara ludruk-ludruk, jadi aku sih gak pernah ngerasa ada kendala. Kalau pergaulan sehari-hari aku sih ya pintar-pintar memposisikan diriku jadi ya juga nggak pernah ada kendala.

Int-er

Int-eeDalam pikiran mas pernah nggak terbesit untuk merubah keadaan mas yang sekarang ini untuk jadi lebih baik ?Jawabanku sih simple aja, ada terbesit dalam pikiran untuk menjadi laki-laki lagi tapi tunggu kalau aku sudah tua dan sudah gak ke pake lagi. Mosok aku mau begini-begini terus.

Int-er

Int-eeAdakah protes dari anak mas dengan status yang sekarang ini ? Kalau sekarang ini masih belum ada, kan anakku juga masih kecil dan belum tau apa-apa. Tapi kalau dia sudah besar aku akan ngomong dengan anakku tentang statusku yang sekarang ini, sebelum dia tau dari teman atau lingkungan tempat tinggal kami. Dan saya juga berharap banget anakku nggak bakalan seperti aku nantinya, dia juga harus berpendidikan yang lebih baik.

Int-er

Int-eeOwh ya kalau boleh tahu sudah berapa kali mas berpacaran sama laki-laki?Sama laki-laki aku udah pacaran 8 kali dan udah pernah nikah selama 4 tahun juga.

Int-er

Int-eeDi dalam waria itu ada gak sih bahasa-bahasa khusus yang hanya digunakan oleh para waria aja?Banyak mbak kalo bahasa-bahasa waria, justru kami para waria memiliki kamus sendiri khusus buat para waria. Contonhnya kayak weres itu waria, lekong itu laki-laki, perek itu perempuan dan masih banyak lagi yang lainnya.

Int-er

Int-eeMas ini islam kan? Kalau sholat biasanya menggunakan yang perempuan atau laki-laki ?Iya aku islam kok, kalau sholat sih ya tetep pakai yang laki-laki atau sarung. Waktu itu pernah ketika aku sholat, kan aku ada di saf yang paling depan ketika solat aku sedang membayangkan menari gaya ular kan saya suka menari, ketika habis ruku kan mengakat kedua tangan nah saya waktu itu langsung joget gaya ular. Langsung saja semua makmum yang dibelakang aku ketawa semua, sejak itulah aku gak pernah lagi sholat berjamaah.

Int-er

Int-eeOwh ya kalau masuk toilet, mas ini masuk yang mana toilet laki-laki-atau perempuan?Ya liat kondisi mbak, kalau aku lagi dandan laki-laki ya aku masuk toilet laki-laki tapi kalau lagi dandan perempuan aku masuk toilet perempuan. Kalau disuruh milih saya lebih nyaman masuk ke toilet perempuan, lebih nyaman. Ya kayak mbak sendiri lah gimana kalau kencing di toilet cowok.

B. Kajian Teori1. Operant ConditioningTokoh aliran behaviorisme adalah B.F.Skinner dengan teori operant conditioning. Pandangan Skinner tentang manusia adalah bahwa manusia dibentuk oleh lingkungan. Manusia lahir dengan potensi yang bisa dikembangkan kearah mana saja. Melalui proses pembentukan manusia bisa menjadi sosok tertentu dengan kepribadian tertentu (Costin & Draguns, dalam Kurniawati (2003)).

Skinner (Davidson, Neale, dan Kring, 2006) memperkenalkan konsep stimulus discriminative, untuk merujuk pada berbagai kejadian diluar diri yang member pesan pada organisme bahwa jika ia melakukan suatu perilaku, maka akan diikuti suatu konsekuensi tertentu.Pada prinsipnya, manusia bukanlah organisme yang pasif, tetapi aktif mencari akibat-akibat atau konsekuensi yang menyenangkan. Manusia membentuk lingkungan dan dunianya sendiri. Lingkungan mempunyai posisi yang kuat dikarenakan lingkungan menyediakan penguatan (reinforcement).a) Jenis - Jenis PenguatanSkinner (Davidson, Neale, dan Kring, 2006), menyatakan bahwa penguatan dipandang sangat penting dalam proses pembentukan perilaku. Ada dua jenis penguatan, yaitu: 1) Reinforcement positifReinforcement positif, Merujuk pada penguatan suatu kecenderungan untuk merespon karena terjadi peristiwa yang menyenangkan 2) Reinforcement negatifReinforcement negatif, juga memperkuat respon, namun dilakukan melalui pengahapusan peristiwa atau stimulus-stimulus yang tidak menyenangkan (Davidson, Neale, Kring, 2006). Stimulus-stimulus yang tidak menyenangkan disebut juga aversive stimulus. Dalam reinforcement negative ini, stimulus yang tidak menyenangkan atau stimulus aversive akan dihilangkan, sehingga orang melakukan perilaku yang diinginkan. Contoh: seorang anak yang memakai pakaian sesuai jenis kelaminnya diabaikan saja. Pengabaian adalah stimulus yang tidak menyenangkan. Ketika anak memakai pakaian lawan jenis, maka reinforcement negative dihilangkan, missal: orang tua kemudian memuji, memerhatikan anak tersebut.

b) Pembentukan Perilaku dan Perilaku BerantaiDalam melatih suatu perilaku, Skinner mengemukakan istilah shaping, yaitu upaya secara bertahap untuk membentuk perilaku, mulai dari bentuk yang paling sederhana sampai bentuk yang paling kompleks. Terdapat dua unsure dalam pengertian shaping, yaitu:1) Adanya penguatan secara berbeda-beda (diferential environment), yaitu ada respon yang diberi penguatan dan ada respon yang tidak diberi penguatan. Contoh: orang tua yang sangat menginginkan anak perempuan, ternyata mendapat anak laki-laki seringkali tetap memperlakukan anak laki-lakinya seperti anak perempuan. Maka ketika sianak berperilaku perempuan atau berdandan seperti perempuan, anak diberi penguatan. Tetapi apabila anak berperilaku atau berdandan seperti laki-laki, ia tidak akan diberi penguat.2) Successive approximation (upaya mendekat terus-menerus), mengacu pada pengertian bahwa hanya respons yang sesuai dengan harapan yang akan diberi penguat.Dengan shaping diatas, perilaku manusai sedikit demi sedikit dibentuk untuk akhirnya dapat melakukan perilaku yang kompleks.Menurut teori operant conditioning penyebab laki-laki menjadi waria adalah penguatan yang didapat individu ketika individu tersebut menunjukkan perilaku lawan jenisnya. Pengutan ini terus diulang sampai akhirnya terbentuk perilaku lawan jenis (laki-laki berperilaku perempuan).2. Social Learning Theory Social learning theory adalah pandangan yang menekankan perilaku, lingkungan dan kognisi sebagai factor kunci dalam perkembangan (Santrock, 2002).

Bandura (dalam Feldman, 1996) menyatakan bahwa bagian utama dari proses belajar manusia terdiri dari belajar observasi (observasional learning). Observasional learning adalah belajar dengan caramengobservasi perilaku orang lain yang disebut model dan melihat akibat-akibat dari tindakan mereka. Melalui belajar mengamati (modeling dan imitasi) secara kognitif individu tersebut akan menampilkan perilaku orang lain kemudian mengadopsi perilaku itu dalam dirinya (Santrock, 2002)Sebagian besar tingkah laku manusia terjadi karena pengamatan atau belajar model. Model yang ditiru bukan hanya orang-orang yang nyata ada, melainkan juga model-model simbolik (missal: artis, pahlawan, ataui orang-orang yang bisa dilihat dibuku atau di TV (Monks, Knoers, dan Hadinoto, 2001) Menurut Bandura, ada empat syarat seorang individu dapat menirukan model dengan baik (Monks, Knoers, dan Hadinoto, 2001), yaitu:a) Perhatian (suatu model tidak dapat ditiru bila tidak diadakan pengamatan).b) Retensi atau disimpan dalam ingatan (tingkah laku yang diamati harus bisa diingat kembali untuk bisa ditirukan jika model tersebut sudah tidak ada lagi).c) Reproduksi motoris (untuk dapat menirukan dengan baik, seseorang harus memiliki kemampuan motoris).d) Reinforcement dan motivasi (oang yang meniru harus melihat tingkah laku itu sebagai tingkah laku yang baik dan termotivasi untuk menirukan).Perilaku menyimpang juga seringkali terbentuk melalui proses belajar dengan observasional (observational learning). Penyebab perubahan perilakau dari laki-laki menjadi waria juga dapat disebabkan karena prose observasi individu terhadap waria sebagai model. Individu yang belajar dengan mengamati para waria, secara kognitif akan menampilkan perilaku waria tersebut kemudian mengadopsi perilaku itu dalam dirinya.

3. Proses Perubahan Laki-Laki Menjadi Waria Menurut Perspektif BehavioristikPerspective behavioristik tentang waria lebih berfokus pada perilaku mana yang sesuai dan tidaj sesuai dengan jenis kelamin, dimana ketidaksesuaian tersebut diperkuat oleh perlakuan dari lingkungan terutama keluarga. Penyebab seorang laki-laki menjadi waria adalah adanya penguatan dari keluarga berupa perhatian dan dorongan pada masa kanak-kanak ketika individu tersebut beraktifitas atau memakai pakaian lawan jenis. Pakaian merupakan saran bagi anak-anak untuk menunjukkan gangguan identitas jenis kelamin. Sedangkan penguatan diperoleh dari perlakuan orang tua dan lingkungan. Reaksi penguat dari keluarga yang terus menerus dalam jangka waktu lama pada akhirnya akan menyebabkan timbulnya konflik antara anatomi seks dengan identitas jenis kelamin anak (Neale, Davidson, dan Haaga, 1995).Penguatan-penguatan tidak lagi didapat dari keluarga tapi dari lingkungan diluar keluarga, seperti teman sebaya, kelompok-kelompok sosial tertentu, dan lain-lain. Saat mulai menginjak masa remaja, individu laki-laki yang berunah jadi waria mulai mencari identitas diri dan mulai berteman dengan sesama waria. Dengan berteman dan berkumpul bersama komunitas waria yang lain membuat individu tersebut meras mendapat pengakuan yang pada akhirnya semakin memantapkan pilihan dirinya untuk menjadi waria.Perubahan perilaku dari laki-laki menjadi waria tidak hanya disebabkan karena adanya penguatan dari keluarga berkaitan dengan perilaku mana yang sesuai atau tidak sesuai dengan jenis kelaminnya, tapi juga disebabkan karena pengaruh pemodelan. Individu laki-laki yang pada masa kecilnya menggunakan waria sebagai model untuk diamati dan ditiru serta melihat adanya akibat-akibat yang menyenangkan ketika individu tersebut bertindak sesuai dengan model (Kurniawati, 2003)

4. Sex RoleDalam membahas masalah waria, tentu berkaitan dengan masalah identitas jenis kelamin. Berbicara mengenai identitas jenis kelamin juga akan membicarakan tentang peran yang diharapkan atau dilakukan seseorang yang sesuai dengan jenis kelaminnya atau yang disebut gender role, karena mengingat kedua konsep ini tidak dapat dipisahkan. Identitas jenis kelamin ini tergantung pada bagaimana seseorang menggunakan perilaku dan peran yang telah ditetapkan (Liebert dan Nelson, (dalam Kurniawati, 2003)).Selanjutnya proses untuk memahami peran sesuai dengan jenis kelaminnya disebut sex role typing. Jadi tampak bahwa berhasil atau tidaknya seseorang menerima dan memahami perilaku sesuai dengan peran jenis kelaminnya akan menentukan berhasil atau tidaknya seseorang dalam pembentukan identitas jenis kelamin.Dalam perkembangan seseorang banyak factor yang memengaruhi keberhasilan seseorang dalam pembentukan peran jenis kelaminnya. Ada tiga factor yang berhubungan dengan perkembangan peran jenis kelamin seseorang (Hetheringhton & Parke (dalam Kurniawati, 2003)) : a) Faktor biologis, hormon dalam hal ini memegang peranan penting dalam pembentuka identitas jenis kelamin. Pada dasarnya hormon laki-laki dan perempuan dewasa kedua-duanya ada dalam diri manusia tetapi berbeda kuantitasnya. Pada laki-laki hormone androgen lebih banyak jumlahnya, sedangkan pada perempuan hormone ekstrogen lebih banyak.b) Faktor kognitif, menurut Kohlberg faktor kognitif juga berperan dalam perkembangan sex role typing. Ketika anak diperlakukan berbeda sehingga seorang anak termasuk dalam kelompok laki-laki atau perempuan, hal tersebut akan menyebabkan anak tersebut kemudian berperilku sesuai dengan jenis kelaminnya dan akan meniru model yang sama dengan jenis kelaminnya.c) Factor sosial, standart sex role dan pemaksaan untuk menggunakan pola perilaku yang sesuai berasal dari berbagai sumber yaitu: keluarga, guru, teman, media massa. Semua ini akan memengaruhi perkembangan anak. Sejak kecil orang tua akan memperlakukan anak secara berbeda-beda. Disekolah guru akan mengkritik apabila anak berperilaku tidak umum. Diantara teman-teman pun, bila anak berperilaku tidak umum akan mendapat kritikan dan kurang diterima teman sebayanya, misalnya: laki-laki yang berpenampilan seperti perempuan.Salah satu kemampuan yang penting dalam kehidupan manusia adlah kemampuan untuk memahami identitas dan peran jenis sesuai dengan jenis kelaminnya. Proses untuk memahami peran sesuai dengan jenis kelaminnya (sex role typing) dipengaruhi oleh factor biologis, kognitif, dan sosial.Kegagalan dalam memahami peran sesuai dengan jenis kelaminnya akan membuat individu mengalami gangguan identitas gender yang disebut transeksual atau waria.C. Pembahasan dan Analisis Kasus1. Pembahasan KasusPerubahan perilaku yang dialami Aldi selain dikarenakan faktor biologis, juga dikarenakan faktor lingkungan sebagai proses pembelajaran Aldi dalam membentuk identitas diri. Pertengkaran orang tua yang mengakibatkan perceraian serta lingkungan sekitar yang banyak ditempati oleh waria membuat proses pembelajaran dalam pembentukan identitas diri pada Aldi mengalami penyimpangan.Adanya trauma di masa lalu yaitu sikap ringan tangan yang dilakukan ayah Aldi kepada ibunya menyebabkan trauma tersendiri untuk Aldi dengan laki-laki. Selain itu keberadaan tetangga yang banyak berlatar belakang waria memperkuat proses pembelajaran ke arah negatif pada diri Aldi karena pemodelan yang dihadapkan pada diri Aldi merupakan model yang negatif.2. Analisis Kasusa) Operant ConditioningReinforcement positif yang didapat Aldi dari temannya yang merupakan waria saat ia mulai tertarik dan ingin menjadi waria merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran pembentukan identitas pada diri Aldi. Penguatan berupa pujian dan motivasi yang didapat dari teman warianya menyebabkan keinginan Aldi untuk menjadi waria semakin kuat.Selain itu penerimaan reinforcement negatif yang diterima Aldi dari pertengakaran orang tuanya merupakan sebuah penguatan yang bersifat negatif dan menyebabkan trauma tersendiri pada diri Aldi.b) Social Learning TheoryPemodelan yang salah yang diberikan untuk anak dalam masa perkembangan, akan berdampak pada aspek kognitif anak tersebut yang nantinya akan sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran termasuk pembentukan identitas diri.Keberadaan orang tua yang broken home serta teman yang merupakan seorang waria adalah serangkaian bentuk pemodelan yang salah dan mengakibatkan Aldi mengalami penyimpangan identitas diri.3) Sex RolePerilaku yang dilakukan seseorang merupakan cerminan dari peran yang diinginkan. Ada 3 faktor yang mempengaruhi dalam proses pembelajaran pembentukan identitas diri, yaitu.a) Faktor BiologisAdanya kesalahan hormonal yang terdapat dalam diri Aldi merupakan salah satu faktor yang memperkuat pembentukan diri Aldi menjadi waria.b) Faktor kognitifPemberian perilaku kepada seseorang akan sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran dengan cara pemodelan. Perilaku orang tua Aldi yang menunjukkan kekerasan dan ketidakharmonisan serta dukungan dari teman waria Aldi dalam proses pembelajaran Aldi untuk mencari identitas diri merupakan faktor yang sangat berpengaruh dari sisi kognitif Aldi yang mana akan tercermin dalam perilakunya.c) Faktor SosialAdanya peran orang tua, teman sebaya serta media massa yang salah menjadi salah satu faktor pelengkap pembentukan identitas pada diri Aldi.

BAB IIIPENUTUPA. KesimpulanSelain faktor biologis, faktor lingkungan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam proses pembelajaran seseorang. Adanya orang tua, teman sebaya serta media massa merupakan contoh-contoh pemodelan yang diperlukan seseorang dalam rangka pembelajaran serta pembentukan identitas diri. Adanya kesalahan pemodelan yang diterima Aldi sejak kecil merupakan faktor pembentuk identitas diri Aldi menjadi waria. Pertengkaran orang tua dan perceraian serta lingkungan tempat tinggal Aldi yang banyak ditempati oleh waria, mau tidak mau berpengaruh pada proses pembelajaran serta pembentukan identitas diri Aldi menjadi waria.Seharusnya Aldi dapat memberikan kontrol diri dalam memfilter informasi seta proses pembelajaran yang dialaminya agar tidak terjadi penyimpangan seksualitas, yaitu menjadi waria.

DAFTAR PUSTAKA Hergenhahn, B. R. 2008. Theories Of Learning (Teori Belajar). Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Santrock, John W. 2002. Life-Span Development. Jakarta: Erlangga. Alwisol. 2004. Psikologi Kepribadian. Malang. UMM Press. Kurniawati, Meike. 2006. Jurnal Latar Belakang Kehidupan Laki-Laki Yang Menjadi Waria: Sebuah Kegagalan Dalam Proses Pendidikan Pembentukan Identitas Gender. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Tarumanegara Jakarta.

LAMPIRAN

10