Makalah Uu Nomor14

download Makalah Uu Nomor14

of 13

description

undang-undang

Transcript of Makalah Uu Nomor14

MAKALAH POLITIK HUKUMAnalisa Politik Hukum Dan Penerapan Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik

OLEH:LELI SINTA DEWI 201210110311299 IV KELAS F

Fakultas Hukum UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2013/2014

Analisa Politik Hukum Dan Penerapan dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik

BAB IPENDAHULUANA.Latar BelakangDi era Globalisasi sekarang ini suatu Informasi merupakan hal yang penting dan praktis, sehingga masyarakat dapat dengan mudah mengakses segala macam bentuk Informasi. Dengan keterbukaan Informasi ini pemerintah Indonesia menyiapkan dan menyelenggarakan suatu aturan keterbukaan Informasi publik yang menyediakan segala macam informasi tentang kepemerintahan agar masyarakat juga mengetahui apa saja tindakan pemerintah di kepemerintahan sehingga transparansi dan tanggung jawab pemerintah kepada publik juga dapat terealisasikan dengan baik.Keterbukaan informasi bagi publik yang diatur dalam undang-undang tersebut merupakan sebuah jaminan bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi terkait dengan penyelenggaraan negara. Hak mendapatkan informasi juga diatur dalam UUD 1945 pasal 28F yang berbunyi,Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.Keterbukaan informasi sejalan dengan salah satu pilar reformasi yakni transparansi. Secara komprehensif UU KIP mengatur mengenai kewajiban badan/pejabat publik dan bagi lembaga masyarakat/ badan publik non Pemerintah lainnya untuk dapat memberikan pelayanan informasi yang terbuka, transparan dan bertanggungjawab kepada masyarakat. Lahirnya UU KIP ini juga mengubah paradigma berpikir, baik masyarakat maupun penyelenggara negara. Sebelun UU KIP lahir paradigma terhadap informasi penyelenggaraan negara yang terjadi adalahInfromasi penyelenggaraan negara bersifat rahasia, kecuali sebagian kecil yang dibuka untuk masyarakat.Setelah UU KIP lahir paradigma tersebut harus berubah menjadiSetiap informasi penyelenggaraan negara bersifat terbuka, hanya sebagian kecil yang dikecualikan.Lahirnya UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik akan memaksa tradisi pemerintahan yang tertutup untuk berubah menjadi tradisi yang terbuka. Mandat yang harus dilaksanakan oleh pemerintah untuk membuka informasi yang selama ini dikatakan sebagai rahasia negara jelas disampaikan dalan undang-undang ini. Bahkan tidak hanya terhadap birokrasi (Eksekutif, Legislatif, dan Yudikatif) saja, tetapi juga penyelenggara negara lainnya yang mendapatkan dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)/Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan mencakup pula organisasi nonpemerintah, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, seperti lembaga swadaya masyarakat, perkumpulan, serta organisasi lainnya yang mengelola atau menggunakan dana yang sebagian atau seluruhnya bersumber dari APBN/APBD, sumbangan masyarakat, dan/atau luar negeri.Berdasarkan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tantang Sistem Pendidikan Nasional, universitas merupakan sebuah badan publik penyelenggara negara dalam bidang pendidikan yang mengurusi jenjang pendidikan tinggi. Anggaran bagi pelaksanaan universitas juga ditopang oleh APBN dan pembayaran biaya pendidikan oleh mahasiswa. Tentunya jika merujuk pada pengertian badan publik dalam UU KIP, universitas merupakan salah satu badan publik yang wajib membuka informasi bagi masyarakat. Dengan kata lain, sejak UU KIP ini berlaku per 30 April 2010, maka Universitas wajib menyediakan informasi baik yang bersifat serta merta, berkala, maupun tersedia setiap saat.Dari Undang-Undang yang dibuat oleh pemerintah Indonesia ini perlu ditinjau politik hukum dari Undang-Undang ini apabila dipandang dari kacamata hukum bukan dilihat dari kacamata politik. Apabila suatu Undang-Undang ditinjau politik hukumnya dari perspektif hukum maka Bagaimana aturan dalam Undang-Undang itu dapat mengakomodir kepentingan masyarakat. Maka dari itu suatu aturan harus terdapat tujuan dan cara mencapai tujuan yang akan dicapai dari Undang-Undang itu.Sebagai salah satu syarat untuk mengumpulkan tugas yang diberikan oleh Dosen yang bersangkutan maka penulis membuat suatu makalah tentang Analisa politik Hukum dari Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.Untuk lebih jelasnya penulis akan mencoba membahas tentang tujuan dan cara mencapai tujuan dari Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 yang akan dijelaskan di BAB Pembahasan di bawah ini.B. Tujuan- Untuk mengetahui apa saja tujuan dibuatnya UU Nomor 14 Tahun 2008.- Untuk mengetahui cara mencapai tujuan dibuatnya UU tersebut.- Untuk mengetahui apa saja landasan hukumnya.C. Rumusan MasalahUntuk mengetahui suatu politik hukum dari UU Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik maka rumusan masalah dari makalah ini yaitu:1. Apa Tujuan dari Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik?2. Bagaimana cara mencapai tujuan dari Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik?3. Bagaimana landasan hukum dari Undang-Undang nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik?4. Apa resiko Hukum , Politis dan Sosial Penyediaan Informasi Publik BAB IIPEMBAHASAN

1.Tujuan Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.Sebelum membahas mengenai tujuan dari Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 (UU No.14/2008) tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP) maka perlu diketahui dahulu pengertian dari Informasi dan Informasi Publik. Dalam UU ini juga telah mengartikan tentang pengertian tersebut.Pada pasal 1 butir 1 UU No.14/2008 tentang KIP ini menyatakan bahwa Informasi adalah keterangan, pernyataan, gagasan, dan tanda-tanda yang mengandung nilai, makna, dan pesan, baik data, fakta maupun penjelasannya yang dapat dilihat , didengar, dan dibaca yang disajikan dalam berbagai kemasan dan format sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara elekt ronik ataupun nonelekt ronik.Sedangkan pada pasal 1 butir 2 dalam UU ini menyebutkan Informasi Publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan atau diterima oleh suatu Badan Publik yang berkaitan dengan penyelenggara dan penyelenggaraan Negara dan atau penyelenggara dan penyelenggaraan Badan Publik lainnya yang sesuai dengan Undang-Undang ini serta informasi lain yang berkaitan dengan kepentingan publik.Dengan adanya Internet maka masyarakat dapat dengan mudah mendapat informasi yang berguna bagi kepentingan publik, serta pemerintah dalam Undang-Undang ini menyediakan sarana agar masyarakat dapat berpartisipasi dalam kepemerintahan. Sehingga demokrasi di Indonesia dapat semakin berkembang.Informasi merupakan kebutuhan pokok setiap Orang bagi pengembangan pribadi dan lingkungan sosialnya serta merupakan bagian penting bagi ketahanan nasional, hak memperoleh informasi juga merupakan hak asasi manusia serta keterbukaan Informasi Publik merupakan salah satu ciri penting negara demokratis yang menjunjung tinggi kedaulatan rakyat untuk mewujudkan penyelenggaraan Negara yang baik.UU KIP ini juga menjalankan amanat dari UUD RI 1945 pasal 28F yaitu Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.Dalam UU No.14/2008 tentang KIP ini telah menjalankan amanat UUD RI 1945 sehingga tujuan dari UU ini juga secara tidak langsung menjalankan tujuan dari UUD RI 1945. Tujuan dariUndang-Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik seperti yang tercantum dalam pasal 3 yaitu:a.Menjamin hak warga negara untuk mengetahui rencana pembuatan kebijakan publik, program kebijakan publik, dan proses pengambilan keputusan publik, serta alasan pengambilan suatu keputusan publik.b.Mendorong partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan publikc.Meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik dan pengelolaan Badan Publik yang baik.d.Mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik, yaitu yang transparan, efektif dan efisien, akuntabel serta dapat dipertanggungjawabkan.e.Mengetahui alasan kebijakan publik yang memengaruhi hajat hidup Orang banyak;f.Mengembangkan ilmu pengetahuan dan mencerdaskan kehidupan bangsa; dan/ ataug.Meningkatkan pengelolaan dan pelayanan informasi di lingkungan Badan Publik untuk menghasilkan layanan informasi yang berkualitas.Dari beberapa tujuan UU No.14/2008 tentang KIP diatas menurut penulis bahwa pemerintah menyediakan sarana berupa pengelolaan dan pelayanan Informasi di lingkungan Badan Hukum yang berkualitas kepada masyarakat agar masyarakat dapat berpartisipasi dalam proses pengambilan kebijakan pemerintah kepada publik sehingga penyelenggaraan Negara yang baik yang transparan, efektif dan efisien, akuntabel serta dapat dipertanggungjawabkan.Apabila dilihat dalam pengimplementasiannya UU ini sangat sulit diterapkan di Indonesia karena masih banyak daerah-daerah pedalaman yang belum disediakan sarana berupa pelayanan informasi. Tidak hanya di daerah pedalaman tetapi di berbagai Perguruan Tinggi Nasional juga belum menyediakan sarana ini, sehingga partisipasi masyarakat juga belum terealisasi dengan baik.

2.Cara mencapaitujuan dari Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi PublikDari tujuan yang telah dijelaskan diatas membahas mengenai tujuan dari berlakunya Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Dalam politik hukum apabila dalam suatu peraturan perundang-undangan telah ada tujuannya maka ada pula cara untuk mencapai tujuan tersebut.Penyelenggara atau penyedia dari penyediaan dan pengelolaan Informasi Publik telah disebutkan dalam Undang-Undang ini yaitu Badan Publik,Badan Publik adalah lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan badan lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara, yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja Negara dan atau anggaran pendapatan dan belanja daerah, atau organisasi nonpemerintah sepanjang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan atau anggaran pendapatan dan belanja daerah, sumbangan masyarakat , dan/ atau luar negeri. (Pasal 1 butir 3 UU No.14/2008 tentang KIP).Untuk mencapai tujuan tersedianya sarana penyediaan dan pengelolaan informasi publik maka cara untuk mencapai tujuan tersebut juga yaitu dengan adanya Badan Publik yang bertugas dan berkewajiban melaksanakan tugasnya agar tujuan pada pasal 3 tercapai.Kewajiban Badan Publik (universitas termasuk di dalamnya) berdasarkan pasal 7, pasal 9 dan pasal 10 undang-undang ini adalah:1. Menyediakan, memberikan dan/atau menerbitkan Informasi Publik yang berada di bawah kewenangannya kepada Pemohon Informasi Publik, selain informasi yang dikecualikan sesuai dengan ketentuan.2. Menyediakan Informasi Publik yang akurat, benar, dan tidak menyesatkan.3. Membangun dan mengembangkan sistem informasi dan dokumentasi untuk mengelola Informasi Publik secara baik dan efisien sehingga dapat diakses dengan mudah.4. Membuat pertimbangan secara tertulis setiap kebijakan yang diambil untuk memenuhi hak setiap Orang atas Informasi Publik, berupa memuat pertimbangan politik, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau pertahanan dan keamanan negara.5. BadanPublik dapat memanfaatkan sarana dan/atau media elektronik dan non-elektronik.6. mengumumkan Informasi Publik secara berkala yang meliputi:a. informasi yang berkaitan dengan Badan Publik;b. informasi mengenai kegiatan dan kinerja Badan Publik terkait;c. informasi mengenai laporan keuangan; dan/ataud. informasi lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.7. Memberikan dan menyampaikan Informasi Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dilakukan paling singkat 6 (enam) bulan sekali.8. Menyebarluaskan Informasi Publik disampaikan dengan cara yang mudah dijangkau oleh masyarakat dan dalam bahasa yang mudah dipahami.9. Mengumumkan dengan segera suatu informasi yang dapat mengancam hajat hidup orang banyak dan ketertiban umum.10. Membuat dan mengembangkan sistem penyediaan layanan informasi secara cepat, mudah, dan wajar sesuai dengan petunjuk teknis standar layanan Informasi Publik yang berlaku secara nasional.Standar jenis informasi yang harus disediakan oleh Badan Publik milik pemerintah (non badan usaha) adalah:1) Informasi mengenai Peraturan beserta turunan pelaksanaanya2) Informasi mengenai segala bentuk pengadaan barang dan jasa mulai dari penjadualan, panitia serta pemenangan hingga alasan yang dipakai dalam pemenangan tersebut.3) Informasi mengenai seputar masalah yang berkaitan dengan tupoksi.4) Informasi mengenai rincian atau hasil perhitungan pemakaian anggaran Negara.5) Informasi mengenai profil dan/atau jumlah kekayaan pimpinan maupun pejabat dan/atau pegawai .6) Informasi mengenai program dan renstra serta anggaran yang diproyeksikan.Sedangkan standar informasi yang wajib disediakan oleh BUMN/BUMD berdasarkan pasal 14 antara lain:1) Nama dan tempat kedudukan, maksud dan tujuan serta jenis kegiatan usaha, jangka waktu pendirian, dan permodalan, sebagaimana tercantum dalam anggaran dasar;2) Nama lengkap pemegang saham, anggota direksi, dan anggota dewan komisaris perseroan;3) Laporan tahunan, laporan keuangan, neraca laporan laba rugi, dan laporan tanggung jawab sosial perusahaan yang telah diaudit;4) Hasil penilaian oleh auditor eksternal, lembaga pemeringkat kredit dan lembaga pemeringkat lainnya;5) Sistem dan alokasi dana remunerasi anggota komisaris/dewan pengawas dan direksi;6) Mekanisme penetapan direksi dan komisaris/dewan pengawas;7) Kasus hukum yang berdasarkan Undang-Undang terbuka sebagai Informasi Publik;8) Pedoman pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik berdasarkan prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, kemandirian, dan kewajaran;9) Pengumuman penerbitan efek yang bersifat utang;10) Penggantian akuntan yang mengaudit perusahaan;11) Perubahan tahun fiskal perusahaan;12) Kegiatan penugasan pemerintah dan/atau kewajiban pelayanan umum atau subsidi;13) Mekanisme pengadaan barang dan jasa; dan/atau14) Informasi lain yang ditentukan oleh Undang-Undang yang berkaitan dengan Badan Usaha Milik Negara/ Badan Usaha Milik Daerah.Dari penjelasan pasal 7 diatas dapat diketahui bahwa untuk mencapai tujuan peran serta masyarakat serta pengetahuan masyarakat tentang kebijakan pemerintah mengenai kebijakan publik dapat dilakukan dengan cara Badan Publik yang tersedia dapat menyediakan keterbukaan Informasi publik dengan memanfaatkan sarana dan atau media elektronik dan non-elektronik sehingga dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat.3. Landasan Hukum Tentang Undang-undang Keterbukaan Informasi PublikUU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik memuat XIV bab terdiri dari 64 pasal. Eksistensi Undang-undang tentang Keterbukaan Informasi Publik sangat penting sebagai landasan hukum yang berkaitan dengan (1) hak setiap Orang untuk memperoleh Informasi; (2) kewajiban Badan Publik menyediakan dan melayani permintaan Informasi secara cepat, tepat waktu, biaya ringan/proporsional, dan cara sederhana; (3) pengecualian bersifat ketat dan terbatas; (4) kewajiban Badan Publik untuk membenahi sistem dokumentasi dan pelayanan Informasi.Berdasarkan ketentuan umum Pasal 1 (satu) Angka 3 (tiga) UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik Badan Publik adalah lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan badan lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara, yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, atau organisasi nonpemerintah sepanjang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, sumbangan masyarakat, dan/atau luar negeri.Setiap Badan Publik mempunyai kewajiban untuk membuka akses atas Informasi Publik yang berkaitan dengan Badan Publik tersebut untuk masyarakat luas. Melalui mekanisme dan pelaksanaan prinsip keterbukaan, akan tercipta kepemerintahan yang baik dan peran serta masyarakat yang transparan dan akuntabilitas yang tinggi sebagai salah satu prasyarat untuk mewujudkan demokrasi yang hakiki. Dengan membuka akses publik terhadap Informasi diharapkan Badan Publik termotivasi untuk bertanggung jawab dan berorientasi pada pelayanan rakyat yang sebaik-baiknya. Dengan demikian, hal itu dapat mempercepat perwujudan pemerintahan yang terbuka yang merupakan upaya strategis mencegah praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN), dan terciptanya kepemerintahan yang baik(goodgovernance).Dalam ketentuan umum UU No. 14 Tahun 2008 disebutkan begitu jelas mengenai terminologi-terminologi yang berkaitan dengan batasan-batasan serta ruang lingkup yang berkaitan dengan subyek dan obyek UU tersebut. Kecuali dalam hal tertentu yang disebutkan maka setiap informasi yang bersifat publik pada dasarnya bisa diakses oleh publik karena pada dasarnya implikasi dari keterbukaan informasi lebih memberikan implikasi positif dalam konteks penyelenggara negara maupun pengembangan ilmu pengetahuan. Namun demikian bahwa pengguna informasi pubik sama-sama mempunyai tanggungjawab menggunakan hasil informasi yang diperolehnya sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku serta mencantumkan sumber informasi baik untuk kepentingan pribadi maupun kepentingan publikasi. Pada prinsipnya setiap badan publik wajib memberikan informasi yang diminta oleh pengguna informasi atau masyarakat kecuali dalam hal-hal tertentu dan bersifat sangat terbatas sebagaimana dalam pasal 6 ayat 3 dengan semua itemnya. Selain batasan dalam pasal tersebut terdapat katagorisasi yang secara jelas diberikan batasan pengecualian informasi yang tidak dapat diakses oleh pengguna informasi sebagaimana disebutkan dalam pokok pasal 17 yang hampir kesemunya berkaitan dengan strategi, keselamatan serta martabat negara hal itupun tidak bersifat permanen. Diluar yang dikecualikan tersebut segala informasi bisa diakses oleh pengguna informasi tau masyarakat dan menjadi kewajiban bagi Badan Publik baik itu pemerintah, BUMD, BUMN, Partai Politik maupun lembaga swadaya masyarakat.Dalam menjalankan UU tersebut dibentuk sebuah Komisi Informasi yang berada ditingkat pusat dan provinsi serta bila diperlukan bisa dibentuk di daerah kabupaten/Kota. Komisi Informasi adalah lembaga independen yang berfungsi menjalankan undang-undang serta peraturan pelaksanaanya dan menetapkan standar layanan informasi dan penyelesaian sengketa mellui mediasi serta Ajudikasi non litigasi. Kedudukan Komisi Informasi Provinsi berkedudukan di Ibu kota Provinsi. Berdasarkan pasal 25 bahwa untuk anggota Komisi Informasi di Provinsi berjumlah 5 (lima) orang sedangkan di tingkat pusat 7 (tujuh) orang. Tugas dari Komisi Informasi provinsi secara jelas adalah menerima, memeriksa dan memutuskan Sengketa Informasi Publik melalui Mediasi dan/atau Ajudikasi nonlitigasi sedangkan segala kewenanganya diatur dalam pasal 27 seperti memanggil pihak-pihak yang bersengketa sedangkan pertanggungjawaban diberikan kepada Gubernur dan DPRD. Dalam menjalankan tugas rutinya berkaitan dengan sekretariat Komisi Informasi provinsi dilaksanakan oleh pejabat yang bertugas dan wewenangnya dibidang komunikasi dan informasi di tingkat provinsi yang bersangkutan. Rekruitmen atau pengangkatan dan pemberhentian Komisi Informasi diatur dalam UU ini beserta PP nya.Hal-hal yang berkaitan dengan keberatan serta penyelesaian sengketa, ketentuan formil atau hukum acara yang berkaitan dengan mediasi dan Ajudikasi melalui Komisi Informasi secara jelas diatur dalam Undang-undang ini. Apabila putusan Komisi Informasi tidak memuaskan semua dan/atau salah satu pihak yang bersengketa maka para pihak mengajukan gugatan melalui pengadilan TUN apabila yang digugat/termohon adalah Badan Publik negara dan melalui pengadilan negeri setempat apabila yang digugat/termohon adalah Badan Publik selain Badan Publik negara. Apabila dalam putusan pengadilan tersebut terdapat pihak yang tidak puas maka bisa mengajukan kasasi ke Mahkamah agung paling lambat 14 (empat belas hari) sejak diterimanya putusan salah satu atau kedua pengadilan tersebut.Ketentuan pidana yang digunakan untuk mengancam para pihak yang melawan hukum berkaitan dengan Undang-undang ini diberlakukan sesuai dengan ketentuan khusus(lex specialis)berdasarkan ketentuan dalam pasal 56. Dalam ketentuan pidana tersebut secara jelas mengancam para pihak baik pihak Badan Publik maupun pengguna informasi yang melakukan pelanggaran hukum sesuai dengan ketentuan dalam pasal 50 sampai pasal 55 dalam UU No 14 Tahun 2008 ini. Namun demikian tuntutan pidana dalam persoalan yang menyangkut keterbukaan informasi publik sesuai dengan Undang-undang ini merupakan delik aduan dan bukan delik laporan. Sedangkan dalam konteks mekanisme ganti rugi akan diatur dalam peraturan pemerintah sebagai pelaksanaan dari Undang-undang ini.4. Resiko Hukum,Politis Dan Sosial Penyediaan Informasi PublikDari aspek hukum dan sosial, kemudahan memperoleh, memiliki, dan menyimpan informasi merupakan hak asasi yang diatur dalam UUD 1945 Pasal 28F. Informasi menjadi landasan individu untuk menjalin komunikasi dengan sesamanya, mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya. Di sisi lain, secara politis, hak publik untuk memperoleh informasi merupakan salah satu elemen penting dalam mewujudkan penyelenggaraan negara yang terbuka yang diatur dalam perundang-undangan.Hak atas informasi sangat penting karena dalam mewujudkan negara yang demokratis semakin terbuka penyelenggaraan negara untuk diawasi publik, maka berarti penyelenggaraan negara tersebut makin dapat dipertanggungjawabkan. Kemudahan untuk memperoleh informasi akan memicu partisipasi publik dan kualitas pelibatan masyarakat dalam penyelenggaraan negara dan proses pengambilan keputusan publik. Terbukanya akses publik terhadap Informasi akan memotivasi Badan Publik untuk bertanggung jawab dan berorientasi pada pelayanan rakyat yang sebaik-baiknya. Hal ini akan mempercepat perwujudan pemerintahan yang terbuka sekaligus upaya untuk mencegah praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) dan terciptanya pemerintahan yang baik(good governance).UU KIP ini sekaligus juga menunjukkan kemauan politik pemerintah untuk merespon gerakan kesadaran masyarakat sipil dalam mendukung penyelenggaraan negara yang baik dan transparan; sekaligus membuka dialog dengan elemen masyarakat seperti LSM, dan kelompok-kelompok masyarakat agar terlibat aktif dalam pengambilan kebijakan publik. Sebagai UU yang memberikan napas bagi pemenuhan hak asasi manusia, maka UU keterbukaan Informasi Publik membawan konsekuensi dalam penerapannya. Saat ini telah ada 75 negara di dunia yang telah memiliki dan memberlakukan undang-undang akses informasi atau undang-undang kebebasan informasi. Meskipun demikian, praktek adopsi undang-undang di bawah standar terjadi di beberapa negara dengan tidak melaksanakan sepenuhnya dalam praktek. Aspek monitoring penerapan UU KIP sangat dibutuhkan untuk membantu pemerintah dan badan publik untuk lebih responsif dan memenuhi hak atas informasi publikKeterbukaan informasi publik harus dipahami sebagai sarana dalam mengoptimalkan pengawasan publik terhadap penyelenggaraan negara dan badan publik lain serta segala sesuatu yang berakibat pada kepentingan publik. Sehingga kepercayaan publik kepada badan publik sebagai penyelenggara negara akan semakin kuat. Di sisi lain, pengurangan angka kasus korupsi di Indonesia berdasarkan penelitian yang dilakukan Transparancy International Indonesia (TII) mulai menunjukkan geliatnya. Pada tahun 2008 Indonesia berada pada posisi 126 dari 180 negara, tahun 2009 naik pada posisi 111 negara terbersih. Selain itu, dengan semakin cepat diberlakukannya UU KIP ini maka harapan pencapaian kesejahteraan masyarakat akan dapat segera terwujud.Membongkar ParadigmaPemerintahan adalah sebuah sistem dan proses untuk menjalankan sebuah negara. Sedangkan Pemerintah adalah sebuah organisasi yang diberikan mandat oleh pemilik kedaulatan di negara tersebut. Di Indonesia pemegang kedaulatan adalah rakyat Indonesia. Dengan kata lain, pemerintah adalah sekelompok orang yang diberikan mandat oleh rakyat Indonesia untuk menjalankan sistem, menegakkan hukum, melakukan distribusi kesejahteraan, dan menjaga ketertiban bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam hal ini universitas merupakan kepanjangan tangan pemerintah untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam bidang pendidikan khususnya pendidikan tinggi.Tiap pekerjaan mutlak memerlukan adanya pertanggungjawaban. Sebelum lahirnya UU KIP ini paradigma yang terbangun bahwa pertanggungjawaban hanya dilakukan hanya kepada jenjang struktur di atasnya saja. Seperti misalnya, kepala dinas dan kepala daerah, atau dekan kepada rektor, atau kepala daerah kepada legislatif. Tidak banyak yang merasa bertanggung jawab kepada masyarakat. Seharusnya, karena penggunaan anggaran dari masyarakat, maka badan publik harus bertanggung jawab kepada masyarakat tentang kebijakan yang ditetapkan dan alasannya, pelaksanaan pembangunan mulai dari perencanaan hingga evaluasinya, serta penggunaan anggarannya. Banyak pengalaman yang menyatakan bahwa jika pemerintahan dikelola secara terbuka dan siap bekerjasama, akan mengundang simpati sehingga masyarakat akan merasa senang memberikan dukungan atau bantuan yang diperlukan dalam usaha peningkatan pelayanan mereka.Untuk dapat mencapai hal tersebut perlu diterapkan konsep Transparansi (Keterbukaan) dan Akuntabilitas. Hal ini diperlukan dalam rangka menciptakan kepercayaan timbal balik antar masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai. Akuntabel berhubungan dengan pertanggungjawaban untuk melaporkan, menjelaskan dan membuktikan kebenaran sebuah kegiatan atau keputusan kepada masyarakat.Masih maraknya kasus korupsi dan pungutan liar di negara Indonesia menunjukkan masih terdapat informasi yang tidak disampaikan kepada masyarakat secara komplit. Korupsi terjadi karena ada informasi yang berbeda antara pemegang informasi dan pengguna informasi. Pihak pemegang informasi mengetahui dengan pasti detail informasi tersebut, sedangkan pengguna informasi tidak mengetahui sama sekali. Informasi tersebut bisa berupa kebijakan, program, maupun anggaran. Sehingga pihak yang menguasai informasi dapat dengan leluasa memainkan informasi untuk bisa menguntungkan dirinya sendiri. Pemegang informasi yang dimaksud dalam tulisan ini adalah pemegang mandat untuk mengelola negara, dalam hal ini pengelola badan publik atau pemerintah. Sedangkan pengguna informasi adalah pemberi mandat dan pemegang kedaulatan tertinggi di negara ini, yaitu rakyat Indonesia.Rakyat Indonesia sebagai pemegang kedaulatan tertinggi di republik ini hendaknya juga memanfaatkan payung hukum yang sudah berlaku ini dalam ikut mengawasi jalannya pengelolaan negara yang dimandatkannya. Masyarakat dapat meminta informasi yang dibutuhkan untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Seperti halnya di lingkungan universitas, mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat yang menyerahkan sumber daya untuk dikelola kepada pengelola universitas juga memiliki hak sebagaimana dijamin dalam UUD 1945 pasal 28F. Payung hukum yang sudah disediakan untuk menjamin masyarakat mendapatkan informasi, dari UUD 1945 hingga peraturan di badan publik, akan menjadi pasal-pasal tertulis di kertas saja jika masyarakat atau mahasiswa tidak menggunakannya secara optimal. Penggunaan hak atas informasi ini akan semakin meneguhkan posisi masyarakat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi Republik Indonesia.

BAB IIIPENUTUPKesimpulan Dari pembahasan diatas maka dapat diambil kesimpulan, yaitu:1.Tujuan dari Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang KIP adalah untuk terciptanya pemerintahan yang demokratis sesuai dengan asas penyelenggaraan pemerintah yang baik yaitu transparan, efektif dan efisien, akuntabel serta dapat dipertanggungjawabkan maka pemerintah meningkatkan pelayanan dan pengelolaan Informasi di lingkungan Badan Publik untuk menghasilkan layanan informasi yang berkualitas agar masyarakat dapat dengan mudah ikut berpartisipasi dalam urusan pengambilan kebijakan pemerintah.2.Cara mencapai tujuan dari Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang KIP adalah Badan Publik menjalankan tugasnya dengan baik yaitu dengan cara memberikan pelayanan atau menerbitkan Informasi-informasi mengenai pengambilan kebijakan publikdengan memanfaatkan sarana dan atau media elektronik dan non-elektronik sehingga dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat.3. Lahirnya Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik menjadi sebuah upaya untuk membongkar penyembunyian informasi kepada masyarakat. 4. Penyelenggara badan publik, dalam hal ini pemerintah dipaksa untuk membuka berbagai macam informasi yang selama ini sering dikatakan sebagai rahasia negara. Berbagai informasi tersebut diantaranya adalah anggaran, kebijakan, dan program. Informasi tersebut wajib disampaikan mulai tahap perencanaan hingga tahap evaluasi. Informasi tersebut wajib disampaikan rutin minimal 6 bulan sekali baik dalam bentukoffline(cetak) maupunonline(internet). Kewajiban tersebut diikuti dengan sanksi yang cukup membuat penyelenggara badan publik berpikir berulang-ulang jika hendak menyembunyikan informasi kepada masyarakat. Selain sanksi yang tertulis dalam undang-undang tersebut, sanksi sosial yang akan melekat pada penyelenggara badan publik berupa cap koruptor akan senantiasa membayangi pelaksanaan undang-undang tersebut.Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik yang secara resmi telah dilaksanakan sejak tanggal 30 April 2010 ini akan banyak mengubah perilaku pemerintah, sebagai pemegang mandat pelaksanaan Negara Indonesia, yang awalnya banyak menutup informasi, menjadi pemerintah yang terbuka. Dengan terbukanya informasi tersebut diharapkan semakin kecil kemungkinan untuk merugikan negara untuk kepentingan sendiri yang seringkali dilakukan oleh pihak yang diberi mandat. Sehingga kejadian-kejadian seperti maraknya korupsi, pungutan liar, dan hal-hal lain yang merugikan masyarakat Indonesia akan dapat terkikis pelan-pelan.SaranSaran yang dapat diambil dari bahasan kesimpulan yaitu:1.Tujuan dari diterbitkan Undang-Undang ini sudahlah tepat tetapi sebaiknya pemerintah mempertimbangkan hal lain dahulu dimana masih banyak daerah terpencil yang tidak dapat ikut berpartisipasi dalam hal ini karena mungkin belum adanya listrik didaerah mereka atau daerah yang sangat jauh dari perkotaan, seharusnya pemerintah lebih mempertimbangkan dahulu untuk membangun desa-desa yang tertinggal sehingga partisipasi masyarakat secara keseluruhan dapat terealisasikan dengan baik dan dirasakan oleh semua lapisan masyarakat.

2.Cara mencapai tujuan dari tujuan dalam UU ini sudahlah terlaksana dengan baik walaupun ada beberapa dokumen Negara yang tidak boleh diketahui secara umum karena dapat membahayakan Negara. Selain itu para Badan Publik juga kebanyakan memberikan informasi menggunakan media elektronik sehingga masyarakat yang awam akan teknologi masih kurang mendapat informasi jadi sebaiknya adanya informasi lewat media Non-elektronik juga diperlukan untuk membangun partisipasi masyarakat.

BAB IVDAFTAR PUSTAKA1.Imam Syaukani.Dasar-Dasar Politik Hukum. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. 20102.Undang-undang No 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.3.UUD RI 1945