Makalah Ujian FORPAT

12
MAKALAH UJIAN KASUS PATOLOGI FORENSIK Disusun Oleh: Raymond Edwin Lubis 11.2013.266 Penguji: Prof. dr. Budi Sampurna, Sp.F(K), SH, Sp.KP

description

contoh forpat forensik

Transcript of Makalah Ujian FORPAT

Page 1: Makalah Ujian FORPAT

MAKALAH UJIAN KASUS PATOLOGI FORENSIK

Disusun Oleh:Raymond Edwin Lubis

11.2013.266

Penguji:Prof. dr. Budi Sampurna, Sp.F(K), SH, Sp.KP

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGALRUMAH SAKIT UMUM PUSAT NASIONAL CIPTO MANGUNKUSUMO

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDAJAKARTA 2015

Page 2: Makalah Ujian FORPAT

ILUSTRASI KASUS

No SPV : 56/VER/VIII/2015/PMJ/Res JU/S GDNo Registrasi Forensik : 780/SKV/08/2015Pemeriksaan : Pemeriksaan Luar : 26 Agustus 2015 pukul 19.00 WIB

Identitas JenazahNama : Tn. WR Jenis Kelamin : Laki-lakiTempat/tanggal lahir : -Usia : 49 tahunWarganegara : IndonesiaAgama : IslamPekerjaan : WiraswastaAlamat : Jl. Perwira No. 10 RT 01/06, Sawah Gede Cianjur

Riwayat KasusPada hari Rabu, 26 Agusutus 2015, mayat laki-laki yang sudah teridentifikasi dibawa ke bagian forensik RSCM oleh Kepolisian Resor Metropolitan Jakarta Utara Sektor Kelapa Gading pukul 19.00 WIB. Jenazah tersebut ditemukan meninggal dunia di dalam bioskop IMAX Mall Kelapa Gading, Jakarta Utara pada tanggal 26 Agustus 2015 pukul 16.40 WIB.Pihak keplisian membuat surat permintaan pemeriksaan mayat yang ditujukan kepada dokter ahli Forensik RSCM dengan nomor 56/VER/VIII/2015/PMJ/Res JU/S GD untuk melakukan pemeriksaan luar dan dibuatkan Visum et Repertum.

2

Page 3: Makalah Ujian FORPAT

PEMBAHASAN UMUM

A. Prosedur Medikolegal1,2

Berbagai peristiwa pelanggaran hukum kerap terjadi di masyarakat, termasuk kasus yang menyangkut nyawa manusia. Kecelakaan lalu lintas, pembunuhan, perkosaan, penganiayaan, dan korban meninggal, merupakan contoh-contoh peristiwa yang erat kaitannya dengan tubuh manusia. Untuk itu, berfungsi dalam penyidikan dan penyelesaian hukum sampai pemutusan perkara di pengadilan, diperlukan ahli di bidang terkait akan berbagai tindakan dalam peristiwa tersebut. Dalam hal ini, Ilmu Kedokteran Forensik merupakan cabang spesialistik Ilmu Kedokteran yang membantu proses peradilan. Berbekal ilmu kedokteran yang dimiliki, dokter diharapkan dapat membantu lingkup pengadilan dan hukum ini.

Selain itu, ilmu kedokteran tidak hanya bermanfaat dalam proses penyembuhan penyakit, namun juga membantu penyelesaian tindak pidana. Dokter dapat menemukan kelainan yang terjadi di tubuh korban, bagaimana kelainan tersebut dapat timbul, apa penyebabnya, dan apa akibat timbul kesehatan korban. Jika korban meninggal, dokter diharapkan dapat menjelaskan penyebab kematian yang bersangkutan, mekanisme terjadinya kematian, membantu dalam perkiraan saat kematian, dan perkiraan cara kematian.

Karena pada kasus-kasus tersebut penyidik membutuhkan bantuan ahli, yaitu dokter maupun ahli forensik untuk mengungkap kasus dan perkara menjadi lebih terang, maka pada kondisi demikian, penyidik berwenang untuk meminta keterangan ahli, sesuai pasal 133 KUHAP ayat (1): “Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan, ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainya.” Pasal tersebut menjelaskan bahwa keterangan yang dibuat oleh dokter ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan ahli, sedangkan yang dibuat oleh selain ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan. Semua dokter yang mempunyai surat penugasan atau surat izin dokter dapat membuat keterangan ahli.

Yang merupakan penyidik menurut KUHAP pasal 6 ayat (1) jo PP 27 tahun 1983 pasal 2 ayat (1) adalah Pejabat Polisi Negara RI yang diberi wewenang khusu oleh undang-undang dengan pangkat serendah-rendahnya Pembantu Letnan Dua. Bila penyidik merupakan pegawai negeri sipil, pangkat terendah adalah golongan II/b untuk penyidik. Menurut PP 27 tahun 1983 pasal 2 ayat (2), jika di suatu Kepolisian Sektor tidak ada pejabat penyidik seperti yang disebutkan, maka Kepala Kepolisian Sektor berpangkat bintara di bawah Pembantu Letnan Dua dapat dikategorikan sebagai penyidik karena jabatannya.

Dokter berkewajiban untuk memberikan keterangan ahli bila diminta karena penyidik berwewenang untuk meminta pada dokter, seperti tertuang pada pasal 179 KUHAP yang berbunyi “Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.”

Surat keterangan ahli yang dibuat oleh dokter atas permintaan penyidik yang berwenang ini disebut Visum et Repertum (VER). Pemeriksaan medik yang dilakukan terhadap manusia, baik hidup atau mati ataupun bagian atau diduga bagian dari tubuh manusia, dilakukan berdasarkan keilmuan dokter di bawah sumpah, dan untuk kepentingan peradilan. VER, sesuai dengan pasal 184 KUHAP ayat (1) yang menyebutkan bahwa keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, dan keterangan

3

Page 4: Makalah Ujian FORPAT

terdakwa, merupakan alat bukti yang sah. VER menguraikan segala sesuatu tentang hasil pemeriksaan medik, juga memuat keterangan atau pendapat dokter mengenai hasil pemeriksaan medic.

Sesuai dengan KUHAP pasal 133 ayat (2), terutama untuk korban mati, permintaan keterangan ahli oleh penyidik harus dilakukan secara tertulis. Permintaan VER ini ditulis dalam Surat Permintaan Visum et Repertum (SPV), yang tertera kop surat, pihak yang meminta visum, pihak yang dituju, identitas korban, dugaan penyebab kematian, permintaan apakah pemeriksaan luar dan atau bedah mayat, jabatan peminta visum, dan tanda tangan yang bersangkutan.

VER harus dibuat secara tertulis, di atas sebuah kertas putih dengan kepala surat institusi kesehatan yang melakukan pemeriksaan, dalam bahasa Indonesia tanpa memuat singkatan, dan seminimal mungkin tidak menggakan istilah asing. Jika tulisan dalam VER berakhir tidak pada tepi kanan format, maka diberi garis hingga ke tepi kanan. Dapat diberikan gambar atau foto untuk memperjelas uraian tertlis dalam VER pada lampiran. VER terdiri dari lima bagian yang tetap, yaitu Pro justitia, Pendahuluan, Pemberitaan, Kesimpulan, dan Penutup. Seperti pada pasal 133 ayat (2) KUHAP yang berbunyi, “Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan engan tegas utuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.”

Pada pemeriksaan dan penulisan visum et repertum jenazah, jenazah harus diberi label yang memuat identitas mayat, di-lak dengan diberi cap jabatan, yang diikatkan pada ibu jari kaki atau bagian tubuh lainnya. Sesuai dalam pasal 133 KUHAP ayat (3) yang berbunyi “Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh peghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.”

Surat permintaan VER harus jelas tertulis jenis pemeriksaan yang diminta, apakah hanya pemeriksaan luar, atau bedah mayat. Jika pemeriksaan bedah mayat (autopsi) yang diminta, maka penyidik wajib memberitahu kepada keluarga korban dan menerangkan maksud dan tujuan pemeriksaan. Autopsi dilakukan dengan persetujuan keluarga atau dalam dua hari tidak ada tanggapan apa pun dari keluarga korban. Jenazah yang diperiksa dapat juga jenazah yang didapat dari penggalian kuburan, seperti tertuang dalam pasal 135 KUHAP yang berbunyi, “Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan perlu melakukan penggalian mayat, dilaksanakan menurut ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 133 ayat (2) dan Pasal 134 ayat (1) undang-undang ini.”

Hal ini sesuai dengan pasal 134 KUHAP ayat (1), (2), dan (3). Pasal 134 KUHAP ayat (1) berbunyi “Dalam hal sangat diperlukan di mana untuk keperluan pembuktian bedah mayat tidak mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlabih dahulu kepada keluarga korban.” Sementara, jika keluarga keberatan, pasal 134 KUHAP menerangkan dalam ayat (2) yang berbunyi, “Dalam hal keluarga keberatan, wajib menerangkan sejelas-jelasnya tentang maksud dan tujuan perlu dilakukannya pembedahan tersebut.” Jika dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apa pun, maka, sesuai pasal 134 KUHAP ayat (3) yang berbunyi, “Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga atau pihak yang perlu diberitahu tidak diketemukan, peyidik segera melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (3) undang-undang ini.”

Setelah dilakukan seluruh pemeriksaan pada jenazah dan diberi surat keterangan, jenazah boleh dibawa keluar, dan jika jenazah dibawa pulang paksa, maka tidak ada surat keterangan kematian. Pemeriksaan forensik terhadap jenazah meliputi pemeriksaan luar jenazah, tanpa melakukan tindakan yang merusak keutuhan jaringan jenazah.

4

Page 5: Makalah Ujian FORPAT

Pemeriksaan dilakukan dengan teliti dan tematik, dicatat secararinci, mulai dari bungkus dan tutup jenazah, pakaian, benda-benda di sekitar jenazah, perhiasan, ciri-ciri umum identitas, tanda-tanda tanatologik, gigi-geligi, dan luka atau cedera atau kelainan yang ditemukan di seluruh bagian luar. Apabila peyidik hanya meminta pemeriksaan luar, maka kesimpulan VER meyebutkan jenis luka atau kelainan yang ditemukan, dan jenis kekerasa penyebabnya. Pada pemeriksaan bedah jenazah menyeluruh dengan membuka rongga tengkorak, leher, dada, perut, dan panggul. Kadang dilakuka pemeriksaan penunjang yang diperlukan seperti pemeriksaan histopatologik, toksikologik, serologik, dan lain-lain. Dari pemeriksaan ini dapat disimpulkan sebab kematian korban, selain jenis luka atau kelainan, jenis kekerasan penyebabnya, dan saat kematian seperti tersebut.

B. Tanda Kematian1

a). Tanda kematian tidak pasti1. Pernapasan berhenti: Tanda ini dinilai selama lebih dari 10 menit dengan inspeksi,

palpasi, dan auskultasi.2. Terhentinya sirkulasi: Tanda ini dinilai selama 15 menit, berupa nadi yang tidak

teraba.3. Kulit pucat: Dapat terjadi karena spasme agonal sehingga wajah tampak

kebiruan, dan bukan merupakan tanda yang dapat dipercaya.4. Tonus otot menghilang dan relaksasi: Terdapat relaksasi primer sesaat setelah

kematian yang mengakibatkan pendataran daerah-daerah yang tertekan, seperti belikat dan bokong pada mayat terlentang. Relaksasi otot wajah menyebabkan kulit menimbul, kadang membuat orang tampak lebih muda.

5. Pembuluh darah retina mengalami segmentasi: Beberapa menit setelah kematian, segmen-segmen pembuluh darah retina bergerak ke arah tepi retina dan menetap.

6. Pengeringan kornea: Korena mongering dan keruh dalam waktu 10 menit, masih dapat dihilangkan dengan meneteskan air.

b). Tanda pasti kematian1. Lebam mayat (livor mortis)

Lebam mayat terjadi karena setelah kematian klinis, eritrosit menempati tempat terbawah akibat gaya gravitasi, mengisi vena dan venula, dan akhirnya membentuk bercak warna merah ungu (livide) pada bagian terbawah tubuh. Darah tetap cair karena adanya fibrinolisin. Lebam mayat mulai tampak 20-30 menit pasca mati, dan akan lengkap atau menetap pada 8-12 jam. Sebelum menetap, lebam mayat akan hilang pada penekanan. Menetapnya lebam mayat disebabkan sel-sel darah yang tertimbun dalam jumlah cukup banyak sehingga sulit berpindah, ditambah kekakuan otot dinding pembuluh darah ikut mempersulit perpindahan tersebut.Lebam mayat sering digunakan sebagai tanda pasti kematian, memperkirakan sebab kematian, mengetahui perubahan posisi mayat setelah terjadi lebam mayat menetap, dan memperkirakan saat kematian.

2. Kaku mayat (rigor mortis)Kaku mayat disebabkan karena cadangan glikogen dalam otot habis, sehingga energi tidak terbentuk, aktin dan miosin menggumpal. Glikogen yang ada tersebut merupakan cadangan dalam otot untuk meghasilkan energi, yang mengubah ADP dan ATP, dan kemudian ATP inilah yang menjaga serabut aktin dan myosin tetap lentur.Pemeriksaan terhadap kaku mayat dilakukan dengan memeriksa sendi. Kaku mayat mulai tampak kira-kira 2 jam setelah mati klinis, dimulai dari bagian luar tubuh kea rah dalam. Setelah mati klinis 12 jam, kaku mayat menjadi lengkap,

5

Page 6: Makalah Ujian FORPAT

dipertahankan selama 12 jam, lalu menghilang. Kaku mayat dipercepat dengan aktivitas fisik sebelum mati, suhu tubuh yang tinggi, bentuk tubuh kurus dengan otot kecil, dan suhu lingkungan tinggi.

3. Penurunan suhu tubuh (algor mortis)Penurunan suhu tubuh terjadi karena proses pemindahan panas dari suatu benda ke benda yang lebih dingin, dapat melalui cara radiasi, konduksi, evaporasi, dan konveksi. Kecepatan penurunan suhu tubuh dipengaruhi oleh suhu keliling, aliran dan kelembaban udara, bentuk tubuh, posisi tubuh, dan pakaian. Suhu saat mati juga diperlukan utuk penghitungan perkiraan saat kematian. Cara memperkirakan suhu tubuh dapat dilakukan dengan melakukan 4-5 kali penentuan suhu rectal dengan interval waktu sama (minimal 15 menit).

4. Pembusukan (decomposition, putrefaction)Pembusukan adalah proses degradasi jaringan yang terjadi akibat autolisis dan kerja bakteri. Autolisis adalah pelunakan dan pencairan jaringan yang terjadi dalam keadaan steril, akibat kerja digestif oleh enzim yang dilepaskan sel pasca mati. Jika seseorang meninggal, bakteri yang normal hidup dalam tubuh akan masuk ke jaringan. Sebagian besar bakteri berasal dari usus yang terutama Clostridium. Pembusukan baru tampak kira-kira 24 jam pasca mati, warna kekuningan pada perut kanan bawah, yaitu sekitar sekum. Warna kehijauan ini disebabkan terbentuknya sulf-met-hemoglobin. Warna ini akan meyebar ke perut dan dada, disertai bau busuk. Pembuluh darah kulit akan tampak melebar dan berwarna hijau kehitaman. Ciri pembusukan lain adalah kulit ari akan terkelupas, membentuk gelembung berisi cairan kemerahan berbau busuk, mulai terbentukya gas di dalam tubuh dimulai dari lambung dan usus yang teraba derik atau krepitasi dan membuat tubuh tampak membengkak terutama pada skrotum dan payudara, tubuh berada dalam sikap seperti petinju (pugilistic attitude) dengan kedua lengan dan tungkai dalam sikap fleksi. Selain itu, rambut menjadi lebih mudah dicabut, kuku mudah terlepas, wajah menggembung warna ungu kehijauan, kelopak mata membengkak, lidah membengkak dan sering terjulur. Hewan pengerat akan merusak tubuh mayat beberapa jam setelah mati, khas berupa lubang-lubang dangkal dengan tepi bergerigi.Setelah 36-48 jam pasca mati, larva lalat akan dijumpai setelah pembentukan gas pembusukan nyata. Alat dalam tubuh akan mengalami pembusukan dengan kecepatan berbeda, prostat dan uterus non gravid merupakan organ padat yang paling lama bertahan terhadap pembusukan. Bila suhu keliling optimal, pembusukan akan timbul lebih cepat. Perbandingan kecepatan pembusukan mayat yang berada dalam tanah: air: udara adalah 1: 2: 8.

5. Adiposera atau lilin mayatAdiposera adalah terbentuknya bahan yang berwarna keputihan, lunak, atau berminyak, berbau tengik, terjadi di dalam jaringan lunak tubuh pasca mati. Adiposera terdiri dari asam-asam lemak tak jenuh, terbentuk oleh hidrolisis lemak, mengalami hidrogenisasi hingga terbentuk asam lemak pasca mati, bercampur dengan sisa otot, jaringan ikat, jaringan saraf. Adiposera terapung di air, biasanya berbentuk bercak, terlihat di pipi, payudara, atau bokong, bagian tubuh atau ekstremitas. Adiposera membuat gambaran permukaan luar tubuh dapat bertahan hingga bertahun-tahun.

6. MummifikasiMummifikasi adalah proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang cukup cepat sehigga terjadi pegeringan jaringan, selanjutnya dapat menghentikan

6

Page 7: Makalah Ujian FORPAT

pembusukan. Mummifikasi terjadi bila suhu hangat, kelembaban rendah, aliran udara yang baik, tubuh yang dehidrasi dan dalam waktu yang lama (12-14 minggu).

PEMBAHASAN KHUSUS

A. Prosedur MedikolegalPada kasus ini, surat permintaan visum disampaikan dalam bentuk tertulis yang

sesuai dengan KUHAP pasal 133 ayat (2). Surat ini terdiri atas:

1. Institusi pengirim : Kepolisian Resor Metropolitan Jakarta Utara Sektor Kelapa Gading, Jakarta Utara

2. Tujuan surat : Bagian Ilmu Kedokteran Forensik RSCM3. Identitas : Nama, umur, pekerjaan, agama, dan alamat.

Mayat tidak diberi label.4. Dugaan penyebab kematian : Sakit (SK-V)5. Permintaan penyidik : Pemeriksaan luar jenazah6. Jabatan pengirim :Atas Nama Kapolsek Kelapa

Gading yang diwakili oleh Inspektur Dua.

Berdasarkan ketentuan dalam KUHAP pasal 133 ayat (3) yang mengatakan bahwa jenazah harus diberi label yang memuat identitas mayat, maka pada mayat laki-laki (Tn.WR) yang berusia empat puluh sembilan tahun ini, hal tersebut tidak terpenuhi. Jenazah datang tidak dengan label berisi identitas yang terpasang pada ibu jari, namun hanya dengan surat permintaan visum et repertum. Identitas jenazah didapat dari surat permintaan visum. Sementara pada ketentuan Surat Permintaan Visum yang dibuat oleh polisi, pangkat penyidik adalah Inspektur Polisi Dua. Hal ini sesuai dengan KUHAP pasal 6 ayat (1) jo PP 27 tahun 1983 pasal 2 ayat (1) yang menyataka bahwa pangkat penyidik minimal adalah Pembantu Letnan Dua. Ajun Komisaris Polisi (AKP) dalam kepolisian menduduki peringkat lebih tinggi dibandingkan Pembantu Letnan Dua.

Selain itu, pada mayat ini diperlukan pemeriksaan bedah mayat tetapi belum mendapat persetujuan dari keluarga dengan alasan jenazah ingin langsung dibawa pulang dan dimakamkan, maka dalam hal ini dokter tidak dapat melakukan pemeriksaan bedah mayat.

B. Tanda Pasti KematianPada pemeriksaan mayat, ditemukan kaku mayat sendi tubuh yang kecil seperti pada

rahang dan jari-jari kaki dan tangan dan mudah dilawan. Hal ini menunjukkan bahwa kaku mayat yang terjadi belum komplit. Kaku mayat terbentuk 2 jam pasca kematian, dan menjadi komplit pada 12 jam berikutnya. Selain itu, pada mayat juga terdapat lebam mayat yang terdapat pada bagian punggung dengan warna merah keunguan. Lebam mayat ini masih hilang pada penekanan. Lebam mayat akan muncul pada 20 hingga 30 menit setelah kematian klinis, dan akan menetap setelah 8 hingga 12 jam setelah kematian. Masih hilangnya lebam mayat pada penekanan di mayat ini menunjukkan bahwa mayat meninggal kurang dari 8 hingga 12 jam. Jadi, berdasarkan tanda kematian ini, diperkirakan bahwa mayat telah meninggal pada 2 hingga 8 jam sebelum dilakukan pemeriksaan.

7

Page 8: Makalah Ujian FORPAT

D. Sebab dan Mekanisme KematianPada korban sebab kematian tidak dapat ditentukan karena tidak dilakukan

pemeriksaan bedah mayat.

E. KesimpulanPada pemeriksaan mayat laki-laki yang diperkirakan berusia 49 tahun tahun

dengan golongan darah “B”, serta ditemukannya kulit pada daerah wajah dan dada atas lebih gelap dibandingkan sekitarnya. Sebab mati tidak dapat ditentukan karena tidak dilakukan pemeriksaan bedah mayat. Perkiraan saat kematian adalah 2-8 jam sebelum pemeriksaan luar.

DAFTAR PUSTAKA1. Budiyanto A, et al. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik

FKUI; 1997. P 1-42.2. Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Peraturan Perundang-undangan Bidang

Kedokteran. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik FKUI; 1994.

8