Makalah tentangsastra

20
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Belakangan ini sastra dianggap kurang penting dan kurang berperan dalam masyarakat Indonesia hari ini. Hal ini terjadi karena masyarakat kita saat ini sedang mengarah ke masyarakat industri sehingga konsep-konsep yang berkaitan dengan sains, teknologi, dan kebutuhan fisik dianggap lebih penting dan mendesak untuk digapai. Ulasan ini diharapkan dapat menggugah kembali kesadaran kita untuk menempatkan pengajaran sastra Indonesia pada tempat yang layak dan sejajar dengan mata ajar lainnya. 1.2. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam makalah ini,ialah sebagai berikut: 1. Bagaimana pentingnya pembelajaran sastra 2. Bagaimana realitas Sastra Indonesia dalam masyarakat Indonesia pada masa kini 3. Bagaimana pengajaran sastra di lingkup sekolah 1.3. Tujuan Adapun tujuan yang ingin dicapai ialah: 1. Mengetahui apa itu sastra 2. Mengetahui bagaimana realitas sastra indonesia dalam masyarakat Indonesia pada masa kini 3. Mengetahui bagaimana pembelajaran sastra di lingkungan 1

Transcript of Makalah tentangsastra

Page 1: Makalah tentangsastra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Belakangan ini sastra dianggap kurang penting dan kurang berperan dalam

masyarakat Indonesia hari ini. Hal ini terjadi karena masyarakat kita saat ini sedang

mengarah ke masyarakat industri sehingga konsep-konsep yang berkaitan dengan sains,

teknologi, dan kebutuhan fisik dianggap lebih penting dan mendesak untuk digapai.

Ulasan ini diharapkan dapat menggugah kembali kesadaran kita untuk menempatkan

pengajaran sastra Indonesia pada tempat yang layak dan sejajar dengan mata ajar

lainnya.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini,ialah sebagai berikut:

1. Bagaimana pentingnya pembelajaran sastra

2. Bagaimana realitas Sastra Indonesia dalam masyarakat Indonesia pada masa kini

3. Bagaimana pengajaran sastra di lingkup sekolah

1.3. Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai ialah:

1. Mengetahui apa itu sastra

2. Mengetahui bagaimana realitas sastra indonesia dalam masyarakat Indonesia pada

masa kini

3. Mengetahui bagaimana pembelajaran sastra di lingkungan sekolah

1

Page 2: Makalah tentangsastra

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Sastra

Banyak sekali para ahli yang mendefinisikan pengertian mengenai sastra, Mursal

Ensten mendefinisikan “Sastra atau Kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta

artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia (dan masyarakat) melalui

bahasa sebagai medium dan memiliki efek yang positif terhadap kehidupan manusia

(kemanusiaan).” (1978:9). Di sisi lain Semi mengungkapkan “Sastra adalah suatu

bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupan

menggunakan bahasa sebagai mediumnya.” (1988:8). Panuti Sudjiman mendefinisikan

“Sastra sebagai karya lisan atau tulisan yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti

keorisinilan, keartistikan, keindahan dalam bagian isi, dan ungkapannya.” (1986:68).

Plato dan Aristoteles mempunyai definisi tersendiri mengenai sastra, menurut Plato

“Sastra adalah hasil peniruan atau gambaran dari kenyataan (mimesis). Sebuah karya

sastra harus merupakan peneladanan alam semesta dan sekaligus merupakan model

kenyataan. Oleh karena itu, nilai sastra semakin rendah dan jauh dari dunia ide.” Sastra

sebagai kegiatan lainnya melalui agama, ilmu pengetahuan dan filsafat.” diungkapkan

oleh Aristoteles. Menurut Engleton sendiri (1988:4), sastra yang disebutnya adalah

“Karya tulisan yang halus” (belle letters) adalah karya yang mencatatkan bentuk bahasa

harian dalam berbagai cara dengan bahasa yang dipadatkan, didalamkan, dibelitkan,

dipanjang tipiskan dan diterbitkan, dijadikan ganjil”

Dari beberapa definisi di atas, maka dapat didefinisikansastra merupakan suatu

bentuk karya seni baik berupa lisan maupun tulisan yang berisi nilai-nilai dan unsur

tertentu lainnya yang bersifat imaginatif.

2.2. Sejarah Singkat Sastra Indonesia

Awal Periode Sastra

Bentuk-bentuk karya sastra yang kita lihat dan kita kenal dimulai dari periode Pujangga

Baru yang banyak dipengaruhi oleh sastra Eropa. Pengaruh itu sangat terasa terutama

pada karya-karya Chairil Anwar yang dianggap kontroversial pada waktu itu.

Kenyataan tersebut makin diperkuat akan pendek jarak waktu antara angkatan satu

2

Page 3: Makalah tentangsastra

dengan angkatan berikutnya. Misalnya ada Angkatan 1966 setelah Angkatan 1945.

Sangat pendek, hanya berjarak 11 tahun. Perkembangan sepesat ini hanya terjadi

apabila sastrawan-sastrawan Indonesia terpengaruh oleh perkembangan sastra dunia.

Dengan demikian, pengertian sastra Indonesia adalah bentuk pengungkapan gagasan,

pikiran, dan pengucapan sastra orang Indonesia, menggunakan bahasa Indonesia, baik

sastra itu dipengaruhi oleh sastra asing atau tidak.

Perkembangan Sastra Indonesia

Sejarah perkembangan sastra Indonesia dimulai pada abad ke-20 yang diawali oleh

kehadiran karya-karya dari pengarang Balai Pustaka. Adapun karya-karya yang lahir

sebelum periode tersebut digolongkan ke dalam sastra Melayu. Perkembangan sastra

Indonesia secara garis besar terbagi dalam angkatan-angkatan berikut.

1. Angkatan Balai Pustaka (tahun 1920-an)

Pada tahun 1908, kolonial Belanda mendirikan Komisi Bacaan Rakyat (Commissie

de Volkslectur) yang bertugas menyediakan bahan-bahan bacaan bagi rakyat

Indonesia. Pada tahun 1917, nama komisi tersebut berubah menjadi /Balai Pustaka/.

Dengan berdirinya penerbitan tersebut telah mendorong para penulis Indonesia untuk

berkarya.

Nama-nama pengarang dan karyanya pada periode awal ini adalah sebagai berikut.

● Merari Siregar dengan karya Azab dan Sengsara

● Marah Rusli dengan karya Siti Nurbaya

● Abdul Musi dengan karya Salah Asuhan

● Sutan Takdir Alisyahbana Tak Putus Dirundung Malang, dan lain-lain

Tema ceritapada periode ini berkisar pada peristiwa sosial, kehidupanadat-istiadat,

kehidupan beragama, dan peristiwa kehidupan masyarakat.Karya waktu itu

cenderung berbentuk roman.

2. Angkatan Pujangga Baru (1933-1942)

Angkatan ini dipelopori oleh empat serangkai. Yaitu Sutan TakdirAlisyahbana,

Armijn Pane, Sanusi Pane, dan Amir Hamzah.Karya sastra yang muncul sebagian

besar berbentuk sajak, cerpen, novel, roman, dan drama. Karya padaangkatan ini

antara lain sebagai berikut.

3

Page 4: Makalah tentangsastra

● Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisyahbana

● Belenggu karya Armijn Pane

● Katak Hendak Jadi Lembu karya Nur Sura Iskandar, dan lain-lain

3. Angkatan 45

Ciri khas karyasastra angkatan 45 lebih bebas, namun ditekankan pada isinya.

Kalimat-kalimatnya pendek dan tidak menggunakan bahasa yang klise.Isinya pun

bersifat realisme.

Pengarang-pengarang yang terkenal pada masa ini antara lain Idrus,Chairil Anwar,

Rosihan Anwar, Usmar Ismail, dan lain-lain. Karya yang muncul antara lain Atheis,

Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma, danlain-lain.

4. Angkatan 66

Angkatan 66 diperkenalkan oleh HB Jassin dalam bukunya yang berjudulAngkatan

66. Angkatan ini muncul berbarengan dengan adanya kekacauanpolitikakibat

adanyapemberontakan G-30S/PKI.

Karya-karya yang diterbitkan antara lain sebagai berikut.

● Pagar Kawat Berduri karya Toha Mochtar

● Tirani karya Taufik Ismail

● Hati yang Damai karya N.H. Dini

● Malam Jahanam karya Motinggo Boesje, dan lain-lain.

5. Karya Sastra Kontemporer

Karya sastra kontemporer berawal padatahun 1970-an. Pada waktu itu situasi politik

sudah mereda. Situasisosial dan ekonomi mulai menunjukkan perbaikan sehingga

berpengaruhbesar terhadap perkembangan sektor-sektor kebudayaan.

Kebebasan berekspresi mulai tumbuh dan berkembang sehingga melahirkan berbagai

gerakanpembaruan dalam bidang sastra

Gerakan pembaruan dalam bidang sastra ini terutama ditandai oleh munculnya puisi-

puisi Sutardji Calzoum Bachri yang mengutamakan bunyi daripada kekuatan

maknakata. Sampai saat ini, sastra Indonesia semakin berkembang denganlahirnya

pengarang-pengarang muda dan karyanya.

Sumber : http://www.anneahira.com/pengertian-sastra-indonesia.htm

4

Page 5: Makalah tentangsastra

2.3. Jenis-jenis karya sastra di Indonesia

Karya sastra di Indonesia berdasarkan bentuknya dibagi menjadi dua macam yaitu prosa

dan puisi. Lalu prosa dan puisi ini dibagi lagi menjadi dua kategori yaitu prosa dan puisi

lama dan modern.

Ciri-ciri sastra lama:

1. Bersifat statis

2. Tema ceritanya istana sentris

3. Nama pengarang tidak disebutkan atau disebut juga anonim

4. Menggunakan bahasa melayu kuno yang penuh dengan pepatah serta ungkapan yang

panjang-panjang dan klise

5. Banyak yang berisi hal-hal yang fantastis

(Diana Leroy, 2003:45)

Contoh sastra lama: fabel, sage, syair, gurindam, dll.

Dalam sastra modern karya sastra tersebut telah dipengaruhi oleh karya sastra asing

sehingga sudah tidak asli lagi. Dan dalam karya sastra modern pengarang sudah dikenal

oleh masyarakat luas, bahasanya sudah tidak klise dan bersifat dinamis, temanya pun

bersifat rasional dan bersifat modern/tidak kedaerahan.

Contoh sastra modern: novel, biografi, cerpen, drama, dll.

5

Page 6: Makalah tentangsastra

BAB III

PEMBAHASAN

Pengajaran bahasa dan sastra Indonesia di berbagai jenjang pendidikan sering

diaggap kurang penting oleh para guru, apalagi pada guru yang pengetahuan dan apresiasi

sastranya rendah. Hal ini menyebabkan mata pelajaran yang idealnya menarik dan besar

sekali manfaatnya bagi para siswa ini disajikan hanya sekedar memenuhi tuntutan

kurikulum dan cenderung kurang mendapat tempat di hati siswa. Bila kita kaji secara

mendalam, tujuan pengajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah dimaksudkan untuk

menumbuhkan keterampilan, rasa cinta, dan penghargaan para siswa terhadap bahasa dan

sastra Indonesia sebagai bagian dari budaya warisan leluhur. Dengan demikian, tugas guru

bahasa dan sastra Indonesia tidak hanya memberi pengetahuan saja, tetapi juga

keterampilan dan menanamkan rasa cinta, baik melalui kegiatan di dalam kelas ataupun di

luar kelas.

3.1. Pentingnya pembelajaran sastra

Dosen Universitas Singapura, Dr. Azhar Ibrahim Alwee mengatakan,

pembelajaran sastra sangat penting dalam pembangunan karena akan mendorong

masyarakat bisa bersikap lebih kritis. Pembelajaran sastra akan mengacu kepada

kesadaran sosial yang kritis, sehingga pembangunan akan menjadi terarah, kata Azhar,

saat menjadi pembicara dalam seminar internasional, di Palembang.

Seminar internasional bahasa, sastra dan budaya digelar di Palembang, 1-2 Juni

2010 dilaksanakan Forkibastra Balai Bahasa Sumsel. Menurut Azhar, makna dari sastra

dapat mengarahkan kepada pemberdayaan yang bukan saja membuat orang menjadi

tegas, tetapi juga mampu untuk menghadapi tantangan di masa mendatang. Identitas

manusia harus tegas dan bebas dari ketergantungan, dan itu bisa didapat dalam pelajaran

sastra, ujarnya.

Dia menegaskan bahwa sastra merupakan dokumen kebudayaan yang tidak boleh

dianggap bersaingan dengan politik sekarang ini. Kebersamaan dalam globalisasi

mengundang gagasan multibudaya, dengan menempatkan identitas politik kelompok

6

Page 7: Makalah tentangsastra

masing-masing sebagai hak kemanusiaan, kata dia lagi. Karena itu, pihaknya

mengusulkan kurikulum multibudaya yang dapat diterapkan dalam pembelajaran sastra.

Kesemuanya itu, tidak lain bertujuan untuk menjadikan pemberdayaan identitas budaya

lokal yang ampuh, ujar Azhar. Dia juga berpendapat, umumnya pembelajaran sastra

memerlukan nafas baru, sehingga perlu melakukan pendekatan dalam pengajaran.

3.2. Tujuan Pembelajaran Sastra

Tujuan umum pembelajaran sastra merupakan bagian dari tujuan 

penyelenggaraan pendidikan nasional yaitu mewujudkan suasana dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara.

Tujuan pembelajaran sastra di sekolah terkait pada tiga tujuan khusus di bawah

ini.

1. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan  intelektual, serta

kematangan emosional dan sosial

2. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,

memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan

berbahasa

3. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan

intelektual manusia Indonesia.

Pengajaran sastra membawa siswa pada ranah produktif dan  apresiatif. Sastra

adalah sistem  tanda karya seni yang bermediakan bahasa. Pencipataan karya sastra

merupakan keterampilan dan kecerdasan intelektual dan imajinatif. Karya sastra hadir

untuk dibaca  dan dinikmati, dimanfaatkan untuk mengembangkan wawasan kehidupan.

Pembelajaran sastra menurut panduan penerapan KTSP perlu menekankan  pada

kenyataan bahwa  sastra merupakan seni yang dapat diproduksi dan diapresiasi sehingga

pembelajaran hendaknya bersifat produktif-apresiatif. Konsekuensinya, pengembangan

materi pembelajaran, teknik, tujuan, dan arah pembelajaran harus menekankan pada

kegiatan apresiati.

Pengembangan kegiatan pembelajaran apresiatif merupakan usaha untuk

7

Page 8: Makalah tentangsastra

membentuk pribadi imajinatif yaitu pribadi yang selalu menunjukkan hasil belajarnya

melalui aktivitas mengeksplorasi ide-ide baru, menciptakan tata artistik baru,

mewujudkan produk baru, membangun susunan baru, memecahkan  masalah dengan

cara-cara baru, dan merefleksikan kegiatan apresiasi dalam bentuk karya-karya yang

unik.

Potensi individu seperti itu  menurut para ahli pendidikan akan berkembang jika

mendapat dukungan kultur lingkungan yang menghargai percobaan, melakukan

langkah-langkah spekulatif, fokus pada pengembangan ide-ide baru, bahkan melakukan

hal yang tidak dapat dilakukan orang sebelumnya. Semua potensi dikembangkan

melalui pengulangan yang variatif sehingga terbentuk mutu keterampilan yang terasah.

3.3. Realitas Sastra Indonesia dalam Masyarakat Indonesia Kini

Sastra dianggap kurang penting dan kurang berperan dalam masyarakat Indonesia

hari ini. Hal ini terjadi karena masyarakat kita saat ini sedang mengarah ke masyarakat

industri sehingga konsep-konsep yang berkaitan dengan sains, teknologi, dan kebutuhan

fisik dianggap lebih penting dan mendesak untuk digapai. Sedikitnya perhatian anggota

masyarakat terhadap kegiatan kesastraan dan kebudayaan pada umumnya merupakan

salah satu indikasi adanya kecenderungan tersebut. Kegiatan kesastraan dan kebudayaan

dianggap hanya memberi manfaat nonmaterial, batiniah, sehingga dianggap kurang

mendesak dan masih dapat ditunda.

Kondisi di atas juga terjadi dalam dunia pendidikan. Perhatian para murid dan

pengelola sekolah terhadap mata pelajaran yang berkaitan dengan sains, teknologi, dan

kebutuhan fisik jauh lebih besar bila dibandingkan dengan mata pelajaran kemanusiaan.

Ketiadaan laboratorium bahasa, sanggar seni, buku bacaan kesastraan, dan berbagai

fasilitas lain yang diperlukan dalam pengajaran merupakan bukti konkret adanya

ketidakperhatian tersebut.

Bila kita menganggap pendidikan merupakan upaya lain untuk memanusiakan

manusia, perhatian terhadap semua materi ajar di sekolah haruslah seimbang. Seorang

guru dapat melakukan hal-hal seperti dibawah ini untuk mewujudkan pembelajaran

sastra di sekolah sehingga mata pelajaran ini menjadi menarik dan mendapat tempat di

hati siswa.

Langkah awal yang perlu dilakukan adalah meyakinkan siswa bahwa pengajaran

sastra tidak hanya menawarkan hiburan sesaat, tetapi juga akan memberi berbagai

8

Page 9: Makalah tentangsastra

manfaat lain bagi siswa. Penikmatan yang apresiatif terhadap puisi, prosa fiksi, drama

dalam berbagai genre akan membuktikan kemanfaatan tersebut pada siswa.

Selanjutnya, guru pun harus berusaha mengubah teknik pembelajaran sastra di

sekolah. Selama ini pengajaran sastra dan juga bahasa Indonesia lebih diarahkan pada

aspek sejarah dan pengetahuan sehingga siswa dipacu untuk menghafal, bukan untuk

mengahayati karya yang diajarkan.

Kegiatan apresiasi sastra tidak hanya diajarkan dalam bentuk pembacaan karya

sastra oleh siswa. Kegiatan ini dapat juga diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan

dengan berbagai teknik pembelajaran. Kegiatan deklamasi, lomba penulisan puisi,

musikalisasi puisi, dramatisasi puisi, mendongeng, pembuatan sinopsis, bermain peran,

penulisan kritik dan esei, dan berbagai kegiatan lain dapat dimanfaatkan untuk

menumbuhkan apresiasi sastra pada siswa. Berbagai kegiatan tersebut akan

menumbuhkan penghayatan, pencintaan, dan penghargaan yang relatif baik pada para

siswa terhadap mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia.

Hal lain yang juga perlu dipikirkan saat ini adalah pemanfaatan dan pengadaan

buku/ bacaan kesastraan di sekolah. Pemerintah, di satu sisi, telah berusaha melengkapi

buku bacaan untuk para siswa melalui Proyek Pengadaan Buku Bacaan. Meskipun

bahan yang dikirimkan ke sekolah belum memadai, guru seharusnya dapat

memanfaatkan sarana yang ada itu untuk memancing kreativitas membaca dan mencipta

pada siswa. Di samping itu, guru dan pihak sekolah harus juga berusaha membeli

bacaan lain, seperti surat kabar, kumpulan puisi, dan berbagai media lain yang harganya

relatif murah.

Kendala lain yang tampaknya juga perlu dicarikan pemecahannya adalah sistem

evaluasi pengajaran sastra dan bahasa yang cenderung ke aspek kognitif/pengetahuan.

Selama ini, ulangan semester dan ebtanas memang lebih terfokus pada evalusi

pengetahuan para siswa. Kalau mau guru dapat melakukan evaluasi yang mengarah ke

penumbuhan keterampilan dan apresiasi masih dapat dilaksanakan di berbagai

kesempatan lain di luar evaluasi di atas. Evaluasi keterampilan dan apresiasi siswa ini

dapat saja dilakukan melalui penugasan di rumah, kegiatan ekstrakurikuler, dan

berbagai kegiatan lain. Sekarang tinggal lagi mau atau tidakkah guru bahasa/guru kelas

memanfaatkan kesempatan itu untuk evaluasi yang tidak hanya mengagungkan aspek

hafalan pada siswa.

9

Page 10: Makalah tentangsastra

Terakhir, guru bahasa dan pihak sekolah tampaknya juga perlu mengaktifkan

kembali sanggar-sanggar siswa di sekolah. Kegiatan sanggar di luar jam belajar secara

langsung pasti akan berpengaruh terhadap penumbuhan keterampilan, kecintaan,

penghayatan, dan penghargaan yang positif terhadap sastra dan bahasa Indonesia pada

siswa. Bagaimanapun kita tetap bersepakat bahwa penumbuhan kreativitas, penyaluran

bakat/minat, dan pembinaan moral siswa tidak hanya dilaksanakan pada saat-saat

belajar secara formal di dalam kelas, tetapi juga melalui kegiatan ekstrakurikuler di luar

jam belajar.

3.4. Pengajaran Sastra

Pengajaran sastra di SMP maupun SMA bukan berupa program pengetahuan

budaya. Sastra Indonesia hanya semata-mata menumpang pada pengajaran bahasa

Indonesia dan diberikan hanya selama 2-3 jam per minggu.

Pengajaran sastra di sini lebih banyak kegiatannya untuk mempelajari ragam

bahasa, di sisi-sisi ragam bahasa lainnya. Hal ini terlihat bahwa pembobotan beban

materinya hanya seperenam dari seluruh materi bidang studi/mata pelajaran Bahasa

Indonesia, dengan nama pokok bahasan Apresiasi Bahasa dan Sastra Indonesia. Dengan

pemberian nama ini sudah terlihat terjadinya penyempitan kedudukan sastra.

Dalam pembelajaran sastra usakan siswa diminta untuk mencoba membuat pantun

sendiri dengan kreatifitas mereka masing-masing dengan mengambil tema dari

Pendidikan Moral, yaitu pantun didaktis yang berisi ajakan-ajakan atau pesan-pesan

moral. Hal serupa juga bisa diterapkan untuk pelajaran drama, dimana guru Bahasa

Indonesia bekerjasama dengan guru sejarah. Siswa bisa diberi instruksi tentang aspek-

aspek teknis dari drama dan kemudian diminta untuk membuat pertunjukan drama

dengan mengambil tema dari pelajaran sejarah yang sedang diberikan pada saat itu,

mungkin misalnya mengadegankan kepahlawanan Diponegoro saat ditangkap Jendral

De Kock sebagai bentuk ekspresi dari tragedi. Dalam kegiatan seperti ini kelas akan

ditangani oleh dua guru sekaligus. Pembelajaran dengan pola pengajaran tim (team

teaching) berdasar tema bukan rumpun dan bersifat sementara.

Dengan pola seperti ini siswa akan mendapat dua nilai sekaligus dalam satu

kegiatan pembelajaran, yaitu mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dan mata

pelajaran yang dipadukan materinya, dalam dua contoh di atas disebutkan mata

pelajaran Sejarah dan Pendidikan Moral, dan ini tidak menutup kerjasama dengan yang

10

Page 11: Makalah tentangsastra

lainnya. Mengingat begitu banyaknya Kompetensi Dasar yang harus dicapai oleh siswa

dalam satu tahun pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

Diharapkan bahwa dengan cara ini, efesiensi waktu pembelajaran juga bisa

diperoleh dengan kegiatan ini. Beban siswa terhadap standart kompetensi yang disusun

dalam silabus masing-masing guru mata pelajaran bisa terpenuhi dengan tidak terlalu

banyak pengulangan. Mengadakan kegiatan yang melibatkan siswa secara aktif ini akan

meningkatkan kompetensi siswa dalam sastra tanpa harus menambah rasa kebosanan

mereka dan sekaligus membuat pengajaran bahasa dan sastra Indonesia menjadi lebih

menarik dan meningkatkan daya kreasi siswa.

Sastra tak bisa dan tak perlu diajarkan. Yang bisa dilakukan oleh seorang guru

sastra dalam mengajar adalah mengajak anak didiknya untuk melihat kemanfaatan

sastra. Memposisikan sastra sedemikian rupa pada tempatnya yang tepat sehingga jelas

kaitannya, relevansinya dengan kehidupan dan proses pembelajaran. Dengan lain kata,

seorang guru sastra berdiri di depan kelas di hadapan murid-muridnya, bagaikan

seorang pembela di dalam sebuah peristiwa pengadilan, untuk membuktikan, untuk

menunjukkan, bahwa sastra adalah ilmu.

Mengajarkan sastra tidak boleh dimulai dengan sastra itu sendiri, tetapi siapa yang

akan mempelajarinya. Lingkungan, latar belakang dan kebutuhan mereka yang hendak

diberikan pelajaran sastra, tidak boleh kalah penting dari suara karya-karya itu. Tidak

seperti pelajaran sejarah, sastra bukanlah masa lalu, karenanya harus mulai dari aksi-

aksi yang nyata.

Kerucut sistim pembelajaran yang mengajak guru memulai pelajaran sastra seperti

pelajaran sejarah sastra, sehingga harus mulai dengan menghapal apa itu pantun,

gurindam, soneta dan seloka, perlu dibalik total. Pelajaran sastra harus hidup, dimulai

dengan apa yang nyata di sekitar dalam lingkungan mereka yang diajar.

Sebuah sajak, novel, lakon, cerpen, esei dan sebagainya hanya alat untuk

menyampaikan/mengekspresikan gagasan dari penulisnya/pengarangnya. Di balik

cerita, di dalam kata-kata ada rembukan dan kesaksian. Itulah yang harus ditontonkan

kepada mereka yang belajar sastra. Membaca karya sastra seperti menggali tambang

mengeruk, memburu makna-makna yang bersembunyi di balik kata-kata.

11

Page 12: Makalah tentangsastra

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Pembelajaran sastra sangatlah penting terlebih pada jenjang Pendidikan Sekolah

Dasar, karena di dalam pembelajaran sastra tersebut terdapat beberapa aspek humaniora

yang dapat mengasah kepekaan sosial, ketajaman watak, serta dengan mempelajari

sastra, seseorang dapat belajar bagaimana caranya mengharagai karya-karya orang lain,

karena pada dasarnya sastra dapat membantu seseorang lebih memahami kehidupan dan

menghargai nilai-nilai kemanusiaan

4.2. Saran

Pembelajaran sastra dianggap tidaklah penting, karena pada jenjang pendidikan

umumnya lebih mengedepankan serta mementingkan pembelajaran yang ilmiah dan

bertehnologi. Padahal dengan adanya pembelajaran sastra dapat turut berperan dalam

pembentukan kepribadian, watak, dan sikap yang tentunya akan lebih baik jika

diterapkan sejak dini dalam tahapan jenjang Pendidikan Sekolah Dasar pada umumnya.

Seharusnya Sastra dapat dioptimalkan pembelajarannya sehingga dapat diapresiasikan

dengan baik

12

Page 13: Makalah tentangsastra

DAFTAR PUSTAKA

Leroy, Diana. 2003. Soal-Soal dan Pembahasan UAN (Ujian Akhir Nasional) Bahasa

Indonesia SMP (Edisi Kedua). Jakarta:Erlangga.

Wijaya, Putu. 2011. Pengajaran Sastra.

http://sastra-indonesia.com/2011/03/pengajaran-sastra/. Diakses pada tanggal

20/12/2011 10:03

Wibisono, B Kunto. 2010. Pembelajaran Sastra Dorong Sikap Kritis.

http://www.antaranews.com/berita/206353/pembelajaran-sastra-dorong-sikap-kritis.

Diakses pada tanggal 31/12/2011 7:47

Arif, Mohammad. 2008. Pembelajaran Sasta Secara Integratif. http://re-

searchengines.com/mohamad0708.html. Diakses pada tanggal 20/12/2011 9:53

Hamid, Mukhlis A. Pengajaran Sastra Indonesia Di Sekolah.

http://gemasastrin.wordpress.com/2007/04/20/pengajaran-sastra-indonesia-di-sekolah/.

Diakses pada tanggal 31/12/2011 7:42

Pembelajaran Sastra Indonesia di Sekolah. http://gurupembaharu.com/home/?p=9911.

Diakses pada tanggal 31/12/2011 8:03

13