MAKALAH TENTANG JINAYAH
-
Upload
cah-garaz-sevenfoldism -
Category
Documents
-
view
30 -
download
0
description
Transcript of MAKALAH TENTANG JINAYAH
MAKALAH TENTANG JINAYAH (HUKUM PIDANA)
MATA KULIAH UMUM AGAMA 2 (FIQIH)
OLEH KELOMPOK 11 TIF J
· Hasnur Voldhim
· Ikhsan Prakasa Putra
· Rae Awaligus Ridwana
JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI PEKANBARU
2013
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT karena dengan ridhonya semata kami dapat menyelesaikan tugas
yang diberikan oleh dosen pembimbing mata kuliah Bahasa Indonesia. Sebagai wujud dari
pengabdian kami kepada Allah SWT sekaligus bentuk realisasi dari tanggung jawab dan
kewajiban kami selama mengikuti matakuliah ini.Makalah ini berisi materi tentang “kalimat
dan paragraf”
Pembahasan yang memaparkan tentang kalimat dan paragraf itu sendiri. Sehingga
makalah dapat digunakan untuk penyajian diskusi dan untuk keperluan lainnya. Makalah ini
diharapkan dapat dimanfaatkan oleh para mahasiswa/i sebagai materi dalam belajar atau
sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan yang telah ada, serta sebagai bahan untuk
penentuan nilai tugas oleh dosen pembimbing. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada Allah SWT, kepada kedua orang tua, teman-teman, dan semua pihak yang
telah memberikan dukungan dan bantuannya dalam penyusunan makalah ini.
Pekanbaru, 10 Maret 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang................................................................................................................ 1
1.2. Permasalahan....................................................................................................... ........... 1
1.3. Tujuan Penulisan............................................................................................................. 1
1.4. Manfaat Penulisan............................................................................................... ........... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Jinayah.......................................................................................... ........... 2
2.2. Dasar Hukum Jinayah dalam Islam............................................................................ 2
2.3. Macam-macam Jinayah............................................................................................... 3
2.3.1. Macam-macam Jinayah menurut cara melakukan dan konsekuensi................ ........... 5
2.4. Proses dalam Jinayah...................................................................................... ........... 9
2.5. Bukti Pelaksanaan Jinayah.......................................................................................... 10
2.6. Sebab Hapusnya Hukuman......................................................................................... 10
BAB III SIMPULAN
3.1. Simpulan............................................................................................................. ........... 12
3.2. Saran............................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam hukum Islam ada yang dikenal dengan istilah jinayat (jinayah) merupakan salah
satu dari bagian syari’at Islam, jinayah ini bermacam-macam jenis dan sebabnya. Dalam
makalah ini kami mencoba untuk membahasnya sesuai dengan batas kemampuan yang kami
miliki.
1.2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka penulis merumuskan
permasalahan pokok dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana pengertian dari jinayah?
2. Bagaimana dasar hukum jinayah dalam Islam?
3. Apa saja macam-macam dari jinayah?
4. Apa saja macam-macam dari jinayah menurut cara melakukan dan konsekuensi?
5. Apa saja proses jinayah itu?
6. Bukti dalam melakukan jinayah?
7. Sebab menghapus hukuman-nya jinayah?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu :
1. Menjelaskan pengertian dari jinayah.
2. Mendeskripsikan dasar hukum jinayah dalam Islam
3. Menjelaskan tentang macam-macam jinayah
4. Menjelaskan macam-macam jinayah menurut cara melakukan dan konsekuensi
5. Mendeskripsikan proses jinayah
6. Menjelaskan bukti dalam melakukan jinayag
7. Menjelaskan sebab hapusnya hukuman jinayah
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat diambil dari penyajian makalah ini yaitu agar pembaca dan penulis bisa
lebih mengetahui tentang jinayah(hukum pidana) dalam Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Jinayah
Secara bahasa kata jinaayaat adalah bentuk jama’ dari kata jinayah yang
berasal dari janaa dzanba yajniihi jinaayatan yang berarti melakukan dosa. Sekalipun isim
mashdar (kata dasar), kata jinaayah dijama’kan karena ia mencakup banyak jenis perbuatan
dosa. Kadang-kadang ia mengenai jiwa dan anggota badan, baik disengaja ataupun tidak.
Menurut istilah syar’i, kata jinaayah berarti menganiaya badan sehingga pelakunya wajib
dijatuhi hukuman qishash atau membayar denda.
Tujuan disyari’atkannya adalah dalam rangka untuk memelihara akal, jiwa, harta dan
keturunan. Ruang lingkupnya meliputi berbagai tindak kejahatan kriminal, seperti :
Pencurian, perzinahan, homoseksual, menuduh seseorang berbuat zina, minum khamar,
membunuh atau melukai orang lain, merusak harta orang dan melakukan gerakan kekacauan
dan lain sebagainya. Di kalangan fuqaha’, perkataan jinayah berarti perbuatan – perbuatan
yang terlarang menurut syara’. Selain itu, terdapat fuqaha' yang membatasi istilah jinayah
kepada perbuatan-perbuatan yang diancam dengan hukuman hudud dan qishash –tidak
termasuk perbuatan-perbuatan yang diancam dengan hukuman ta’zir. Istilah lain yang
sepadan dengan istilah jinayah adalah jarimah, yaitu larangan – larangan syara’ yang diancam
Allah dengan hukuman had atau ta’zir.
2.2 Dasar Hukum Jinayah dalam Islam
Dalam islam dijelaskan berbagai norma/atura/rambu-rambu yang mesti dit
aati oleh setiap mukalaf, hal itu telah termaktup dalam sumber fundamental Islam, termasuk
juga mengenai perkara jarimah atau tindak pidana dalam Islam, berikut kami akan
memaparkan beberapa dalil tentang HPI dan kewajiban menaati hukum Allah SWT.
öNä3s9ur ’Îû ÄÉ$|ÁÉ)ø9$# ×o4quŠym ’Í<'ré'¯»tƒ É=»t6ø9F{$# öNà6¯=yès9tbqà)Gs? ÇÊÐ
ÒÈ
Artinya : “Dan dalam
qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, Hai orang-orang yang berakal,
supaya kamu bertakwa.” (Al-Baqarah 179)
Èbr&ur Nä3ôm$# NæhuZ÷t/� !$yJÎ/ tAt“Rr& ª!$# Ÿwur ôìÎ7®Ks?öNèduä!#uq÷dr& ö
Nèdö‘x‹÷n$#ur br& š‚qãZÏFøÿtƒ .`tã ÇÙ÷èt/ !$tBtAt“Rr& ª!$# y7ø‹s9Î) ( bÎ*sù (#öq
©9uqs? öNn=÷æ$$sù $uK¯Rr& ߉ƒÌãƒ� ª!$# br& Nåkz:ÅÁãƒ� ÇÙ÷èt7Î/ öNÍkÍ5qçRè
Œ 3 ¨bÎ)ur #ZŽÏWx.z`ÏiB� Ĩ$¨Z9$# tbqà)Å¡»xÿs9 ÇÍÒÈ
Artinya : “Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa
yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. dan berhati-
hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari
sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. jika mereka berpaling (dari
hukum yang telah diturunkan Allah), Maka ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah
menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa
mereka. dan Sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik”. (QS. Al-
Maidah 49)
Ÿxsù y7În/u‘ur Ÿw šcqãYÏB÷sム4Ó®Lym x8qßJÅj3ysム$yJŠÏù tyfx©óOßgoY÷t/� � §
NèO Ÿw (#r߉Ågs† þ’Îû öNÎhÅ¡àÿRr& %[`tym� $£JÏiB|MøŠŸÒs% (#qßJÏk=|¡ç„ur $
VJŠÎ=ó¡n@ ÇÏÎÈ
Artinya :
“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, Kemudian mereka
tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan
mereka menerima dengan sepenuhnya”. (QS. An-Nisa’ 65).
2.3 Macam-macam Jinayah
Para ulama membagi jarimah berdasarkan aspek berat dan ringannya huk
uman serta ditegaskan atau tidaknya oleh al-quran dal al-
hadits, atas dasar ini mereka membagi menjadi tiga macam, yaitu :
1. Jarimah hudud, yang meliputi:
Hudud, jamaknya “had”. Arti menurut bahasa ialah : menahan (menghukum). Menurut istilah
hudud berarti: sanksi bagi orang yang melanggar hukum syara’ dengan cara didera/ dipukul
(dijilid) atau dilempari dengan batu hingga mati (rajam). Sanksi tersebut dapat pula berupa
dipotong tangan lalu sebelah atau kedua-duanya atau kaki dan tangan
keduanya, tergantung kepada kesalahan yang dilakukan. Hukum had ini merupakan
hukuman yang maksimal bagi suatu pelanggaran tertentu bagi setiap hukum.
Jarimah hudud ini dalam beberapa kasus di jelaskan dalam al-Qur’an surah An-Nur ayat
2, surah an-Nur: 4, surah al-Maidah ayat 33, surat al-Maidah ayat 38.
a. Perzinaan
b. Qadzaf (menuduh berbuat zina)
c. Meminum minuman keras
d. Pencurian
e. Perampokan
f. Pemberontakan
g. Murtad
2. Jarimah qishas/diyat, yang meliputi :
Hukum qisos adalah pembalasan yang setimpal (sama) atas pelanggaran yang bersifat
pengerusakan badan. Atau menghilangkan jiwa, seperti dalam firman Allah SWT.
Surah al-Maidah : 45, surah al-Baqarah : 178 Diat adalah denda yang wajib harus dikeluarkan
baik berupa barang maupun uang oleh
seseorang yang terkena hukum diad sebab membunuh atau melukai seseorang karena
ada pengampunan, keringanan hukuman, dan hal lain. Pembunuhan yang terjadi bisa
dikarenakan pembunuhan dengan tidak disengaja atau pembunuhan karena kesalahan
(khoto’). Hal ini dijelaskan dalam al-Quraan surah an-Nisa’ : 92.
a. Pembunuhan sengaja.
b. Pembunuhan semi sengaja.
c. Pembunuhan tersalah.
d. Pelukan sengaja.
e. Pelukan semi sengaja.
3. Jarimah Jarimah ta’zir
Hukum ta’zir adalah hukuman atas pelanggaran yang tidak di tetapkan hukumannya
dalam al-Quran dan Hadist yang bentuknya sebagai hukuman ringan.menurut hukum
islam, pelaksanaan hukum ta’zir diserahkan sepenuhnya kepada hakim islam hukum ta’zir
diperuntukkan bagi seseorang yang melakukan jinayah/ kejahatan yang tidak atau
belum memenuhi syarat untuk dihukum had atau tidak memenuhi syarat membayar
diyat sebagai hukum ringan untuk menebus dosanya akibat dari perbuatannya. ta’zir ini
dibagi menjadi tiga bagian :
a. Jarimah hudud atau qishah/diyat yang syubhat atau tidak memenuhi syarat,
namun sudah merupakan maksiat, misalnya percobaan pencurian, percobaan
pembunuhan, pencurian dikalangan keluarga, dan pencurian aliran listrik.
b. Jarimah-jarimah yang ditentukan al-quran dan al-hadits, namun tidak ditentukan sanksinya,
misalnya penghinaan, saksi palsu, tidak melaksanakan amanat dan menghina agama.
c. Jarimah-jarimah yang ditentukan oleh ulul amri untuk kemashlahatan umum.
Dalam hal ini, nilai ajaran islam di jadikan pertimbangan penentuan kemashlahatan
umum. persyartan kemaslahatan ini secara terinci diuraikan dalm bidang studi Ushul
Fiqh, misalnya, pelanggaran atas peraturan lalu-lintas. Sedangkan jarimah berdasarkan niat
pelakunya dibagi menjadi menjadi dua, yaitu:
1. Jarimah yang disengaja (al-jarimah al-maqsudah).
2. Jarimah karena kesalahan (al-jarimah ghayr al-maqsudah/jarimah al-khatha’).
2.3.1 Macam-Macam Jarimah Menurut Cara Melakukan Dan Konsekuensinya
a. Pembunuhan
Yaitu suatu perbuatan yang menyebabkan hilangnya nyawa seseorang, baik itu dilakukan
secara sengaja maupun tidak sengaja.
Pembunuhan ada tiga cara, yaitu :
1. Betul-betul disengaja, yaitu dilakukan oleh yang membunuh guna membunuh orang yang
dibunuhnya itu dengan perkakas yang biasanya dapat digunakan untuk membunuh orang.
Hukum ini wajib di qishas. Berarti dia wajib dibunuh pula, kecuali apabila dimaafkan oleh
ahli waris yang terbunuh dengan membayar diyat (denda) atau dimaafkan sama sekali.
2. Ketaksengajaan semata-mata. Misalnya seseorang melontarkan suatu barang yang tidak
disangka akan kena pada orang lain sehingga menyebabkan orang itu mati, atau seseorang
terjatuh menimpa orang lain sehingga orang yang ditimpanya itu mati. Hukum pembunuhan
yang tak disengaja ini tidak wajib qishas, hanya wajib membayar denda (diyat) yang enteng.
Denda ini diwajibkan atas keluarga yang membunuh, bukan atas orang yang membunuh.
Mereka membayarnya dengan diangsur dalam masa tiga tahun, tiap-tiap akhit tahun keluarga
itu wajib membayar sepertiganya. Firman Allah SWT:
$tBur šc%x. ?`ÏB÷sßJÏ9 br& Ÿ@çFø)tƒ $·ZÏB÷sãB žwÎ) $\«sÜyz 4 `tBurŸ@tFs% $·
YÏB÷sãB $\«sÜyz ãƒÌóstGsù� � 7pt7s%u‘ 7poYÏB÷s•B ×ptƒÏŠurîpyJ¯=|¡•B #’n<Î) ÿ¾Ï
&Î#÷dr& HwÎ) br& (#qè%£‰¢Átƒ 4 bÎ*sù šc%x.`ÏB BQöqs% 5ir߉tã öNä3©9 uqè
dur ÑÆÏB÷sãB ãƒÌóstGsù� � 7pt6s%u‘7poYÏB÷s•B ( bÎ)ur šc%Ÿ2 `ÏB ¤Qöqs% öNà6o
Y÷t/� OßgoY÷t/ur×,»sV‹ÏiB� ×ptƒÏ‰sù îpyJ¯=|¡•B #’n<Î) ¾Ï&Î#÷dr& ãƒÌøtrBur� � 7pt6s
%u‘7poYÏB÷s•B ( `yJsù öN©9 ô‰Éftƒ ãP$u‹ÅÁsù Èûøïtôgx©Èû÷üyèÎ/$tFtFãB� Zpt/
öqs? z`ÏiB «!$# 3 šc%x.ur ª!$# $¸JŠÎ=tã $VJŠÅ6ymÇÒËÈ
Artinya: “Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain),
kecuali Karena tersalah (Tidak sengaja, dan barangsiapa membunuh seorang mukmin Karena
tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar
diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga
terbunuh) bersedekah. jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai)
antara mereka dengan kamu, Maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan
kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman.
barangsiapa yang tidak memperolehnya, Maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua
bulan berturut-turut untuk penerimaan Taubat dari pada Allah. dan adalah Allah Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. An-Nisa: 92)
3. Seperti sengaja, yaitu sengaja memukul orang, tetapi dengan alat yang enteng (biasanya
tidak untuk membunuh orang) misalnya dengan cemeti, kemudian orang itu mati dengan
cemeti itu. Dalam hal ini tidak pula wajib qisas, hanya diwajibkan membayar diyat (denda)
yang berat atas keluarga yang membunuh, diangsur dalam tiga tahun.
b. Khamar (Minuman Keras)
Khamar adalah cairan yang di hasilkan dari peragian biji-bijian atau buah-buahan dan
mengubah sari patinya menjadi alcohol dan menggunakan katalisator (enzim) yang
mempunyai kemampuan untuk memisah unsur-unsur tentu yang berubah melalui proses
peragian atau Khamr adalah minuman yang memabukkan. Orang yang minum khamr diberi
sangsi dengan dicambuk 40 kali (Umar bin Khattab 80 kali). Khamr diharamkan dan diberi
sangsi yang berat karena mengganggu kesehatan akal pikiran yang berakibat akan melakukan
berbagai tindakan dan perbuatan di luar kontrol yang mungkin akan menimbulkan ekses
negatif terhadap lingkungannya.
c. Zina
Zina adalah melakukan hubungan seksual di luar ikatan perkawinan yang sah, baik dilakukan
secara sukarela maupun paksaan. Sanksi hukum bagi yang melakukan perzinahan adalah
dirajam (dilempari dengan batu sampai mati) bagi pezina mukhshan; yaitu perzinahan yang
dilakukan oleh orang yang telah melakukan hubungan seksual dalam ikatan perkawinan yang
sah. Atau dicambuk 100 kali bagi pezina ghoiru mukhshan; yaitu perzinahan yang dilakukan
oleh orang yang belum pernah melakukan hubungan seksual dalam ikatan perkawinan yang
sah.
d. Qadzaf
Asal makna qadzaf adalah ramyu melempar, umpamanya dengan batu atau dengan yang
lainya. Menurut istilah adalah menuduh orang melakukan zina. Sangsi hukumnya adalah
dicambuk 80 kali. Sangsi ini bisa dijatuhkan apabila tuduhan itu dialamatkan kepada orang
Islam, baligh, berakal, dan orang yang senantiasa menjaga diri dari perbuatan dosa besar
terutama dosa yang dituduhkan. Namun ia akan terbebas dari sangsi tersebut apabila dapat
mengemukakan 4 orang saksi dan atau bukti yang jelas. Suami yang menuduh isterinya
berzina juga dapat terbebas dari sangsi tersebut apabila dapat mengemukakan saksi dan bukti
atau meli’an isterinya yang berakibat putusnya hubungan perkawinan sampai hari kiamat.
e. Mencuri
Pencurian adalah mengambil sesuatu milik orang lain secara diam-diam dan rahasia dari
tempat penyimpannya yang terjaga dan rapi dengan maksud untuk dimiliki. Pengambilan
harta milik orang lain secara terang-terangan tidak termasuk pencurian tetapi Muharobah
(perampokan) yang hukumannya lebih berat dari pencurian. Dan Pengambilan harta orang
lain tanpa bermaksud memiliki itupun tidak termasuk pencurian tetapi Ghosab
(memanfaatkan milik orang lain tanpa izin). Pelaku pencurian diancam hukuman potong
tangan dan akan diazab diakherat apabila mati sebelum bertaubat dengan tujuan agar harta
terpelihara dari tangan para penjahat, karena dengan hukuman seperti itu pencuri akan jera
dan memberikan pelajaran kepada orang lain yang akan melakukan pencurian karena
beratnya sanksi hukum sebagai tindakan defensif (pencegahan).
Hukuman potong tangan dijatuhkan kepada pencuri oleh hakim setelah terbukti bersalah, baik
melalui pengakuan, saksi dan alat bukti serta barang yang dicurinya bernilai ekonomis, bisa
dikonsumsi dan mencapai nishab, yaitu lebih kurang 93 gram emas.
f. Muharobah (berbuat kekacauan)
Muharobah adalah aksi bersenjata dari seseorang atau sekelompok orang untuk menciptakan
kekacauan, menumpahkan darah, merampas harta, merusak harta benda, ladang pertanian dan
peternakan serta menentang aturan perundang-undangan. Latar belakang aksi ini bisa
bermotif ekonomi yang berbentuk perampokan, penodongan baik di dalam maupun diluar
rumah atau bermotif politik yang berbentuk perlawanan terhadap peraturan perundang-
undangan yang berlaku dengan melakukan gerakan yang mengacaukan ketentraman dan
ketertiban umum. Sangsi hukum pelaku muharobah adalah:
1.Dipotong tangan dan kakinya secara bersilang apabila ia atau mereka hanya mengambil
atau merusak harta benda.
2.Dibunuh atau disalib apabila dalam aksinya itu ia membunuh orang.
3.Dipenjara atau dibuang dari tempat tinggalnya apabila dalam aksinya hanya melakukan
kekacauan saja tanpa mengambil atau merusak harta-benda dan tanpa membunuh.
2.4 Proses dalam Jinayah
Terdapat 2 Proses dalam Jinayah :
1. Percobaan.
Percobaan melakukan jarimah maksudnya yaitu melakukan perbuatan jarimah blm
dikerjakan dengan sempurna, dalam hukum pidana islam Percobaan Melakukan Jarimah tdk
dikenal secara khusus, namun dpt digolongkan pd jarimah ghairu tammah.
Dalam hukum Pidana Islam : jarimah hudud, qisas diyat, harus dilakukan dengan sempurna,
jika tdk maka ta’zir. Hadis nabi : “Barang siapa yg mmberikan hkman han bukan terhadap
jarimah had, maka dia digolongkan orang-orang yang melewati batas”.
Sehingga demikian percobaan pencurian tdk boleh disamakan pencurian dan sebagainya.
2. Kerjasama
Kerjasama melakukan jarimah maksudnya pelaku bersama-sama melakukan jarimah.
Dalam bentuk ini tiap-tiap pelaku masing-masing memberikan andilnya dlm
melakukan jarimah.
Para juris islam mengklasifikasi kerjasama melakukan jarimah menjadi dua yaitu
1. Sekutu berbuat jarimah secara langsung ( رشابم كيرش ): yaitu pelaku bersama-sama
denga orang lainaktif melakukan jarimah atau kawan nyata dlm melakukan jarimah. Ini ada 2
:
a) Secara kebetulan (قفاوت), tdk ada kesepakatan seblmnya. Seperti yg terjadi dlm
kerusuhan, perkelahian, atau demonstasi masal.
b) Secara berencana (ؤالمت).Para fuqaha mmbedakan tanggung jawab pelaku jarimah
dari kedua kerjasama tersebut. Pertanggung jawaban pelaku kebetulan dan berencana :
o) Menurut abu hanifah : sanksinya sama / dibebankan pada setiap masing-masing
sesuai dg perbuatannya. Contoh : dipersalahkan karena menyekap, menganiaya,
mmbunuh, dll. Sesuai perbuatannya.
o) Jumhur ulama’ : kebetulan : masing-masing bertanggung jawab terhadap perbuatan
pidana yg dilakukan.
berencana : semua pelaku pidana sama, jika korban meninggal, maka semuanya
dikenakan hukuman mati (qishas).
2. Sekutu berbuat jarimah secara tidak langsung ( ببستم كيرش ): kawan berbuat secara
tidak nyata. Tapi menjadi factor penyebab adanya jarimah,. Misalanya menghasut,
memberi bantuan atau juga member janji tertentu.
2.5 Bukti Pelaksanaan Jinayah
Alat-alat bukti dalam menetapkan sebuah kejahatan yang mengakibatkan qishas atau
diyat adalah sebagai berikut:
1. Pengakuan : syarat dalam pengakuan bagi kasus pidana yang akan
berakibatkan kisas atau diyat adalah harus jelas dan terperinci. Tidak sah pengakuan
yang umum dan masih terdapat syubhat.
2. Persaksian : Dalam kasus pidana selain zina (4 orang saksi lelaki adil), syarat minimal
adalah 2 orang saksi lelaki yang adil.
3. Qarinah : Segala tanda-tanda yang zahir yang bersamaan dengan sesuatu yang masih
samar, maka tanda itu menunjukkan kepada itu.
4. Menarik diri dari Bersumpah : Ketika terdakwa menarik diri
(mengelak) dari bersumpah yang diajukan kepada terdakwa melalui hakim (menurut
mazhab Hanafiyah)
5. Al-Qasamah : Sebuah sumpah yang diulang-ulang bagi kasus pidana pembunuhan. Ia
dilakukan 50 kali sumpah dari 50 lelaki.
2.6 Sebab Hapusnya Hukuman
Secara umum ada empat sebab yang menyebabkan hapusnya hukuman jarimah
1. Paksaan
Yakni pelaku dipaksa melakukan perbuatan jarimah yang tidak dikehendaki.
2. Mabuk
Orang mabuk adalah orang yg mengigau dlm percakapannya.menghilangkan cakapnya
bertindak, oleh karena itu tdk sah akad, ucapan dan perbuatannya.Jika ia dipaksa untuk
mabuk, kemudian dia melakukan jarimah, maka ia tdk dikenakan pidana,Namun jika ia
mabuk atas kemauannya sendiri, kemudian ia melakukann jarimah, maka ia tetap
dikenakan pidana. Karena ia sengaja menghilangkan kesadarannya sendiri..
3. Gila
Gila dapat diartikan sebagai hilangnya atau telepasnya akal.
4. Belum baligh.
Yakni anak yang belum tamyis belum mmiliki kemampuan berpikir dan belum mengerti
akibat dari perbuatan yang dilakukan.
Namun ada beberapa sebab lain dalam kasus tertentu yang menyebabkan gugurnya
sanksi jarimah, yaitu:
a. Pelaku jarimah meninggal.
b. Pelaku jarimah bertobat.
c. Tidak terdapat bukti dan saksi serta tidak ada pengakuan.
d. Terbukti bahwa dua orang saksinya itu dusta dalam persaksiannya,
e. Pelaku menarik kembali pengakuannya,
f. Mengembalikan harta yang dicuri sebelum diajukan ke sidang hal ini terjadi pada pelaku
pencurian dan hirabah, (Menurut Imam Abu Hanifah).
g. Dimilikinya harta yang dicuri itu dengan sah oleh pencuri sebelum diajukan ke
pengadilan. (Menurut Imam Abu Hanifah).
BAB III
SIMPULAN
3.1 Simpulan
Secara bahasa kata jinaayaat adalah bentuk jama’ dari kata jinaayah yang berasal dari
janaa dzanba yajniihi jinaayatan yang berarti melakukan dosa. Sekalipun isim mashdar (kata
dasar), kata jinaayah dijama’kan karena ia mencakup banyak jenis perbuatan dosa. Kadang-
kadang ia mengenai jiwa dan anggota badan, baik disengaja ataupun tidak.
Jinayah terdiri atas dua macam, yaitu jinayah terhadap jiwa dan jinayah terhadap badan.
Sebab-sebab jinayah yaitu; membunuh, meminum khamar, berzina, qadzaf, mencuri,
muharobah dan lain-lain.
3.2 Saran
Karena keterbatasan pengetahuan kami, hingga hanya inilah yang dapat kami sajikan,
dan tentu saja masih sangat kurang dari sisi materinya, maka itu kami mengharapkan
masukan baik itu kritik maupun saran dari pembaca demi melengkapi kekurangan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
v Jazuli,Ahmad .fiqh jinayah,PT RajaGrafindo persada. Jakarta. Cetakan I.1999.
v Audah, Abdul Qadir. At Tasyri’ Al Jina’iy Al Islamiy. Dar Al Kitab Al Araby, Beirut. Juz 1.
v Kallaf, Abdul wahab. Ilmu Ushul Al-Fiqh. Ad Dar Al Kuwaitiyah. Cetakan VIII. 1968.
v Muslich, Ahmad Wardi. Pengantar dan Asas Hukum Islam. Jakarta: Sinar Grafika. 2004
v Abdullah, Musthafa. dkk. Intisari Hukum Pidana. Jakarta: Ghalia Indonesia. 1983.
v Jazuli, H.A. 2000. Fiqh Jinayah Ed. 2, cet. 3. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
v Asadulloh al faruk. Hukum pidana dalam sistem hukum Islam. Hal. 46.
v Ibid. Hal. 429
v http://www.fkip-uninus.org/index.php/artikel-fkip-uninus-bandung/arsip-artikel/70-fiqih-
jinayah