MAKALAH TENTANG JINAYAH

25
MAKALAH TENTANG JINAYAH (HUKUM PIDANA) MATA KULIAH UMUM AGAMA 2 (FIQIH)

description

MAKALAH TENTANG JINAYAH

Transcript of MAKALAH TENTANG JINAYAH

Page 1: MAKALAH TENTANG JINAYAH

MAKALAH TENTANG JINAYAH (HUKUM PIDANA)

MATA KULIAH UMUM AGAMA 2 (FIQIH)

OLEH KELOMPOK 11 TIF J

Page 2: MAKALAH TENTANG JINAYAH

·   Hasnur Voldhim

·   Ikhsan Prakasa Putra

·   Rae Awaligus Ridwana

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI PEKANBARU

2013

Page 3: MAKALAH TENTANG JINAYAH

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT karena dengan ridhonya semata kami dapat menyelesaikan tugas

yang diberikan oleh dosen pembimbing mata kuliah Bahasa Indonesia. Sebagai wujud dari

pengabdian kami kepada Allah SWT sekaligus bentuk realisasi dari tanggung jawab dan

kewajiban kami selama mengikuti matakuliah ini.Makalah ini berisi materi tentang “kalimat

dan paragraf”

Pembahasan yang memaparkan tentang kalimat dan paragraf itu sendiri. Sehingga

makalah dapat digunakan untuk penyajian diskusi dan untuk keperluan lainnya. Makalah ini

diharapkan dapat dimanfaatkan oleh para mahasiswa/i sebagai materi dalam belajar atau

sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan yang telah ada, serta sebagai bahan untuk

penentuan nilai tugas oleh dosen pembimbing. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima

kasih kepada Allah SWT, kepada kedua orang tua, teman-teman, dan semua pihak yang

telah memberikan dukungan dan bantuannya dalam penyusunan makalah ini.

Pekanbaru, 10 Maret  2014

Penyusun

Page 4: MAKALAH TENTANG JINAYAH

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ i

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN               

1.1. Latar Belakang................................................................................................................ 1

1.2. Permasalahan....................................................................................................... ........... 1

1.3. Tujuan Penulisan............................................................................................................. 1

1.4. Manfaat Penulisan............................................................................................... ........... 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1.     Pengertian Jinayah.......................................................................................... ........... 2

2.2.     Dasar Hukum Jinayah dalam Islam............................................................................ 2

2.3.     Macam-macam Jinayah............................................................................................... 3

2.3.1.  Macam-macam Jinayah menurut cara melakukan dan konsekuensi................ ........... 5

2.4.     Proses dalam Jinayah...................................................................................... ........... 9

2.5.     Bukti Pelaksanaan Jinayah.......................................................................................... 10

2.6.     Sebab Hapusnya Hukuman......................................................................................... 10

BAB III SIMPULAN

3.1. Simpulan............................................................................................................. ........... 12

3.2. Saran............................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA 

Page 5: MAKALAH TENTANG JINAYAH
Page 6: MAKALAH TENTANG JINAYAH

BAB I

PENDAHULUAN

1.1        Latar Belakang

Dalam hukum Islam ada yang dikenal dengan istilah jinayat (jinayah) merupakan salah

satu dari bagian syari’at Islam, jinayah ini bermacam-macam jenis dan sebabnya. Dalam

makalah ini kami mencoba untuk membahasnya sesuai dengan batas kemampuan yang kami

miliki.

1.2        Permasalahan

      Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka penulis merumuskan

permasalahan pokok dalam makalah ini adalah :

1.      Bagaimana pengertian dari jinayah?

2.      Bagaimana dasar hukum jinayah dalam Islam?

3.      Apa saja macam-macam dari jinayah?

4.      Apa saja macam-macam dari jinayah menurut cara melakukan dan konsekuensi?

5.      Apa saja proses jinayah itu?

6.      Bukti dalam melakukan jinayah?

7.      Sebab menghapus hukuman-nya jinayah?

1.3        Tujuan Penulisan

      Tujuan penulisan makalah ini yaitu :

1.      Menjelaskan pengertian dari jinayah.

2.      Mendeskripsikan dasar hukum jinayah dalam Islam

3.      Menjelaskan tentang macam-macam jinayah

4.      Menjelaskan macam-macam jinayah menurut cara melakukan dan konsekuensi

5.      Mendeskripsikan proses jinayah

6.      Menjelaskan bukti dalam melakukan jinayag

7.      Menjelaskan sebab hapusnya hukuman jinayah

1.4        Manfaat Penulisan

Manfaat yang dapat diambil dari penyajian makalah ini yaitu agar pembaca dan penulis bisa

lebih mengetahui tentang jinayah(hukum pidana) dalam Islam.

Page 7: MAKALAH TENTANG JINAYAH

BAB II

PEMBAHASAN

2.1       Pengertian Jinayah

                        Secara bahasa kata jinaayaat adalah bentuk jama’ dari kata jinayah yang

berasal dari janaa dzanba yajniihi jinaayatan yang berarti melakukan dosa. Sekalipun isim

mashdar (kata dasar), kata jinaayah dijama’kan karena ia mencakup banyak jenis perbuatan

dosa. Kadang-kadang ia mengenai jiwa dan anggota badan, baik disengaja ataupun tidak.

Menurut istilah syar’i, kata jinaayah berarti menganiaya badan sehingga pelakunya wajib

dijatuhi hukuman qishash atau membayar denda.

Tujuan disyari’atkannya adalah dalam rangka untuk memelihara akal, jiwa, harta dan

keturunan. Ruang lingkupnya meliputi berbagai tindak kejahatan kriminal, seperti :

Pencurian, perzinahan, homoseksual, menuduh seseorang berbuat zina, minum khamar,

membunuh atau melukai orang lain, merusak harta orang dan melakukan gerakan kekacauan

dan lain sebagainya. Di kalangan fuqaha’, perkataan jinayah berarti perbuatan – perbuatan

yang terlarang menurut syara’. Selain itu, terdapat fuqaha' yang membatasi istilah jinayah

kepada perbuatan-perbuatan yang diancam dengan hukuman hudud dan qishash –tidak

termasuk perbuatan-perbuatan yang diancam dengan hukuman ta’zir. Istilah lain yang

sepadan dengan istilah jinayah adalah jarimah, yaitu larangan – larangan syara’ yang diancam

Allah dengan hukuman had atau ta’zir.

2.2       Dasar Hukum Jinayah dalam Islam

                        Dalam  islam  dijelaskan  berbagai  norma/atura/rambu-rambu  yang  mesti dit

aati  oleh setiap mukalaf, hal itu telah termaktup dalam sumber fundamental Islam, termasuk

juga mengenai  perkara  jarimah  atau  tindak  pidana  dalam  Islam,  berikut  kami  akan

memaparkan beberapa dalil tentang HPI dan kewajiban menaati hukum Allah SWT.

öNä3s9ur ’Îû ÄÉ$|ÁÉ)ø9$# ×o4quŠym ’Í<'ré'¯»tƒ É=»t6ø9F{$# öNà6¯=yès9tbqà)Gs? ÇÊÐ

ÒÈ

Artinya : “Dan dalam

qishaash  itu  ada  (jaminan  kelangsungan)  hidup  bagimu,  Hai  orang-orang yang berakal,

supaya kamu bertakwa.” (Al-Baqarah 179)

Page 8: MAKALAH TENTANG JINAYAH

Èbr&ur Nä3ôm$# NæhuZ÷t/�  !$yJÎ/ tAt“Rr& ª!$# Ÿwur ôìÎ7®Ks?öNèduä!#uq÷dr& ö

Nèdö‘x‹÷n$#ur br& š‚qãZÏFøÿtƒ .`tã ÇÙ÷èt/ !$tBtAt“Rr& ª!$# y7ø‹s9Î) ( bÎ*sù (#öq

©9uqs? öNn=÷æ$$sù $uK¯Rr& ß‰ƒÌãƒ�  ª!$# br& Nåkz:ÅÁãƒ�  ÇÙ÷èt7Î/ öNÍkÍ5qçRè

Œ 3 ¨bÎ)ur #ZŽÏWx.z`ÏiB�  Ä¨$¨Z9$# tbqà)Å¡»xÿs9 ÇÍÒÈ

Artinya : “Dan  hendaklah  kamu  memutuskan  perkara  di  antara  mereka  menurut  apa

yang diturunkan  Allah,  dan  janganlah  kamu  mengikuti  hawa  nafsu  mereka. dan  berhati-

hatilah kamu  terhadap  mereka,  supaya  mereka  tidak  memalingkan  kamu  dari

sebahagian  apa  yang telah  diturunkan  Allah  kepadamu.  jika  mereka  berpaling  (dari

hukum  yang  telah  diturunkan Allah),  Maka  ketahuilah  bahwa  Sesungguhnya  Allah

menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa

mereka. dan Sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik”. (QS. Al-

Maidah 49)

Ÿxsù y7În/u‘ur Ÿw šcqãYÏB÷sム4Ó®Lym x8qßJÅj3ysム$yJŠÏù tyfx©óOßgoY÷t/� �  §

NèO Ÿw (#r߉Ågs† þ’Îû öNÎhÅ¡àÿRr& %[`tym�  $£JÏiB|MøŠŸÒs% (#qßJÏk=|¡ç„ur $

VJŠÎ=ó¡n@ ÇÏÎÈ

Artinya :

“Maka  demi  Tuhanmu,  mereka  (pada  hakekatnya)  tidak  beriman  hingga  mereka

menjadikan  kamu  hakim  terhadap  perkara  yang  mereka  perselisihkan,  Kemudian mereka

tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan

mereka menerima dengan sepenuhnya”. (QS. An-Nisa’ 65).

2.3       Macam-macam Jinayah

                        Para  ulama  membagi  jarimah  berdasarkan  aspek  berat  dan  ringannya huk

uman  serta ditegaskan  atau  tidaknya  oleh  al-quran  dal  al-

hadits,  atas  dasar  ini  mereka membagi menjadi tiga macam, yaitu :

1.        Jarimah hudud, yang meliputi:

Hudud, jamaknya “had”. Arti menurut bahasa ialah : menahan (menghukum). Menurut istilah

hudud berarti: sanksi bagi orang yang melanggar hukum syara’ dengan cara didera/ dipukul

(dijilid) atau dilempari dengan batu hingga mati (rajam). Sanksi tersebut dapat pula berupa

dipotong tangan lalu sebelah atau kedua-duanya atau kaki dan tangan

keduanya,  tergantung  kepada  kesalahan yang  dilakukan.  Hukum  had  ini  merupakan

hukuman yang maksimal bagi suatu pelanggaran tertentu bagi setiap hukum.

Page 9: MAKALAH TENTANG JINAYAH

Jarimah hudud ini dalam beberapa kasus di jelaskan dalam al-Qur’an surah An-Nur ayat

2,  surah an-Nur: 4, surah al-Maidah ayat 33, surat al-Maidah ayat 38.

a. Perzinaan

b. Qadzaf (menuduh berbuat zina)

c. Meminum minuman keras

d. Pencurian

e. Perampokan

f. Pemberontakan

g. Murtad

2.        Jarimah qishas/diyat, yang meliputi :

Hukum  qisos  adalah  pembalasan  yang  setimpal  (sama)  atas  pelanggaran  yang  bersifat

pengerusakan  badan.    Atau  menghilangkan  jiwa,  seperti  dalam  firman  Allah  SWT.

Surah al-Maidah : 45, surah al-Baqarah : 178 Diat adalah denda yang wajib harus dikeluarkan

baik berupa barang maupun uang oleh

seseorang  yang  terkena  hukum  diad  sebab  membunuh  atau melukai  seseorang  karena

ada  pengampunan,  keringanan  hukuman,  dan  hal  lain. Pembunuhan  yang  terjadi  bisa

dikarenakan  pembunuhan  dengan  tidak  disengaja  atau pembunuhan  karena  kesalahan

(khoto’). Hal ini dijelaskan dalam al-Quraan surah an-Nisa’ : 92.

a. Pembunuhan sengaja.

b. Pembunuhan semi sengaja.

c. Pembunuhan tersalah.

d. Pelukan sengaja.

e. Pelukan semi sengaja.

3.        Jarimah Jarimah ta’zir

Hukum ta’zir adalah hukuman atas pelanggaran yang tidak di tetapkan hukumannya

dalam  al-Quran  dan  Hadist  yang  bentuknya  sebagai  hukuman  ringan.menurut  hukum

islam, pelaksanaan hukum ta’zir diserahkan sepenuhnya kepada hakim islam hukum ta’zir

diperuntukkan bagi seseorang yang melakukan jinayah/ kejahatan yang tidak atau

belum  memenuhi  syarat  untuk dihukum  had  atau  tidak  memenuhi  syarat  membayar

diyat sebagai hukum ringan untuk menebus dosanya akibat dari perbuatannya. ta’zir ini

dibagi menjadi tiga bagian :

Page 10: MAKALAH TENTANG JINAYAH

a.  Jarimah  hudud  atau  qishah/diyat  yang  syubhat  atau  tidak  memenuhi  syarat,

namun sudah  merupakan  maksiat,  misalnya  percobaan  pencurian,  percobaan

pembunuhan, pencurian dikalangan keluarga, dan pencurian aliran listrik.

b.  Jarimah-jarimah yang ditentukan al-quran dan al-hadits, namun tidak ditentukan sanksinya,

misalnya penghinaan, saksi palsu, tidak melaksanakan amanat dan menghina agama.

c.  Jarimah-jarimah  yang  ditentukan  oleh  ulul  amri  untuk  kemashlahatan  umum.

Dalam hal  ini,  nilai  ajaran  islam  di  jadikan  pertimbangan  penentuan  kemashlahatan

umum. persyartan  kemaslahatan  ini  secara  terinci  diuraikan  dalm  bidang  studi  Ushul

Fiqh, misalnya, pelanggaran atas peraturan lalu-lintas. Sedangkan jarimah berdasarkan niat

pelakunya dibagi menjadi menjadi dua, yaitu:

1.  Jarimah yang disengaja (al-jarimah al-maqsudah).

2.  Jarimah karena kesalahan (al-jarimah ghayr al-maqsudah/jarimah al-khatha’).

2.3.1    Macam-Macam  Jarimah  Menurut  Cara  Melakukan  Dan Konsekuensinya

a. Pembunuhan

Yaitu suatu perbuatan yang menyebabkan hilangnya nyawa seseorang, baik itu dilakukan

secara sengaja maupun tidak sengaja.

Pembunuhan ada tiga cara, yaitu :

1. Betul-betul disengaja, yaitu dilakukan oleh yang membunuh guna membunuh orang yang

dibunuhnya itu dengan perkakas yang biasanya dapat digunakan untuk membunuh orang.

Hukum ini wajib di qishas. Berarti dia wajib dibunuh pula, kecuali apabila dimaafkan oleh

ahli waris yang terbunuh dengan membayar diyat (denda) atau dimaafkan sama sekali.

2. Ketaksengajaan semata-mata. Misalnya seseorang melontarkan suatu barang yang tidak

disangka akan kena pada orang lain sehingga menyebabkan orang itu mati, atau seseorang

terjatuh menimpa orang lain sehingga orang yang ditimpanya itu mati. Hukum pembunuhan

yang tak disengaja ini tidak wajib qishas, hanya wajib membayar denda (diyat) yang enteng.

Denda ini diwajibkan atas keluarga yang membunuh, bukan atas orang yang membunuh.

Mereka membayarnya dengan diangsur dalam masa tiga tahun, tiap-tiap akhit tahun keluarga

itu wajib membayar sepertiganya. Firman Allah SWT:

$tBur šc%x. ?`ÏB÷sßJÏ9 br& Ÿ@çFø)tƒ $·ZÏB÷sãB žwÎ) $\«sÜyz 4 `tBurŸ@tFs% $·

YÏB÷sãB $\«sÜyz ãƒÌóstGsù� �  7pt7s%u‘ 7poYÏB÷s•B ×ptƒÏŠurîpyJ¯=|¡•B #’n<Î) ÿ¾Ï

Page 11: MAKALAH TENTANG JINAYAH

&Î#÷dr& HwÎ) br& (#qè%£‰¢Átƒ 4 bÎ*sù šc%x.`ÏB BQöqs% 5ir߉tã öNä3©9 uqè

dur ÑÆÏB÷sãB ãƒÌóstGsù� �  7pt6s%u‘7poYÏB÷s•B ( bÎ)ur šc%Ÿ2 `ÏB ¤Qöqs% öNà6o

Y÷t/�  OßgoY÷t/ur×,»sV‹ÏiB�  ×ptƒÏ‰sù îpyJ¯=|¡•B #’n<Î) ¾Ï&Î#÷dr& ãƒÌøtrBur� �  7pt6s

%u‘7poYÏB÷s•B ( `yJsù öN©9 ô‰Éftƒ ãP$u‹ÅÁsù Èûøïtôgx©Èû÷üyèÎ/$tFtFãB�  Zpt/

öqs? z`ÏiB «!$# 3 šc%x.ur ª!$# $¸JŠÎ=tã $VJŠÅ6ymÇÒËÈ

Artinya: “Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain),

kecuali Karena tersalah (Tidak sengaja, dan barangsiapa membunuh seorang mukmin Karena

tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar

diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga

terbunuh) bersedekah. jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai)

antara mereka dengan kamu, Maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan

kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman.

barangsiapa yang tidak memperolehnya, Maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua

bulan berturut-turut untuk penerimaan Taubat dari pada Allah. dan adalah Allah Maha

mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. An-Nisa: 92)

3. Seperti sengaja, yaitu sengaja memukul orang, tetapi dengan alat yang enteng (biasanya

tidak untuk membunuh orang) misalnya dengan cemeti, kemudian orang itu mati dengan

cemeti itu. Dalam hal ini tidak pula wajib qisas, hanya diwajibkan membayar diyat (denda)

yang berat atas keluarga yang membunuh, diangsur dalam tiga tahun.

b. Khamar (Minuman Keras)

Khamar adalah cairan yang di hasilkan dari peragian biji-bijian atau buah-buahan dan

mengubah sari patinya menjadi alcohol dan menggunakan katalisator (enzim) yang

mempunyai kemampuan untuk memisah unsur-unsur tentu yang berubah melalui proses

peragian atau Khamr adalah minuman yang memabukkan. Orang yang minum khamr diberi

sangsi dengan dicambuk 40 kali (Umar bin Khattab 80 kali). Khamr diharamkan dan diberi

sangsi yang berat karena mengganggu kesehatan akal pikiran yang berakibat akan melakukan

berbagai tindakan dan perbuatan di luar kontrol yang mungkin akan menimbulkan ekses

negatif terhadap lingkungannya.

c. Zina

Page 12: MAKALAH TENTANG JINAYAH

Zina adalah melakukan hubungan seksual di luar ikatan perkawinan yang sah, baik dilakukan

secara sukarela maupun paksaan. Sanksi hukum bagi yang melakukan perzinahan adalah

dirajam (dilempari dengan batu sampai mati) bagi pezina mukhshan; yaitu perzinahan yang

dilakukan oleh orang yang telah melakukan hubungan seksual dalam ikatan perkawinan yang

sah. Atau dicambuk 100 kali bagi pezina ghoiru mukhshan; yaitu perzinahan yang dilakukan

oleh orang yang belum pernah melakukan hubungan seksual dalam ikatan perkawinan yang

sah.

d. Qadzaf

Asal makna qadzaf adalah ramyu melempar, umpamanya dengan batu atau dengan yang

lainya. Menurut istilah adalah menuduh orang melakukan zina. Sangsi hukumnya adalah

dicambuk 80 kali. Sangsi ini bisa dijatuhkan apabila tuduhan itu dialamatkan kepada orang

Islam, baligh, berakal, dan orang yang senantiasa menjaga diri dari perbuatan dosa besar

terutama dosa yang dituduhkan. Namun ia akan terbebas dari sangsi tersebut apabila dapat

mengemukakan 4 orang saksi dan atau bukti yang jelas. Suami yang menuduh isterinya

berzina juga dapat terbebas dari sangsi tersebut apabila dapat mengemukakan saksi dan bukti

atau meli’an isterinya yang berakibat putusnya hubungan perkawinan sampai hari kiamat.

e. Mencuri

Pencurian adalah mengambil sesuatu milik orang lain secara diam-diam dan rahasia dari

tempat penyimpannya yang terjaga dan rapi dengan maksud untuk dimiliki. Pengambilan

harta milik orang lain secara terang-terangan tidak termasuk pencurian tetapi Muharobah

(perampokan) yang hukumannya lebih berat dari pencurian. Dan Pengambilan harta orang

lain tanpa bermaksud memiliki itupun tidak termasuk pencurian tetapi Ghosab

(memanfaatkan milik orang lain tanpa izin). Pelaku pencurian diancam hukuman potong

tangan dan akan diazab diakherat apabila mati sebelum bertaubat dengan tujuan agar harta

terpelihara dari tangan para penjahat, karena dengan hukuman seperti itu pencuri akan jera

dan memberikan pelajaran kepada orang lain yang akan melakukan pencurian karena

beratnya sanksi hukum sebagai tindakan defensif (pencegahan).

Hukuman potong tangan dijatuhkan kepada pencuri oleh hakim setelah terbukti bersalah, baik

melalui pengakuan, saksi dan alat bukti serta barang yang dicurinya bernilai ekonomis, bisa

dikonsumsi dan mencapai nishab, yaitu lebih kurang 93 gram emas.

f. Muharobah (berbuat kekacauan)

Page 13: MAKALAH TENTANG JINAYAH

Muharobah adalah aksi bersenjata dari seseorang atau sekelompok orang untuk menciptakan

kekacauan, menumpahkan darah, merampas harta, merusak harta benda, ladang pertanian dan

peternakan serta menentang aturan perundang-undangan. Latar belakang aksi ini bisa

bermotif ekonomi yang berbentuk perampokan, penodongan baik di dalam maupun diluar

rumah atau bermotif politik yang berbentuk perlawanan terhadap peraturan perundang-

undangan yang berlaku dengan melakukan gerakan yang mengacaukan ketentraman dan

ketertiban umum. Sangsi hukum pelaku muharobah adalah:

1.Dipotong tangan dan kakinya secara bersilang apabila ia atau mereka hanya     mengambil

atau merusak harta benda.

2.Dibunuh atau disalib apabila dalam aksinya itu ia membunuh orang.

3.Dipenjara atau dibuang dari tempat tinggalnya apabila dalam aksinya hanya melakukan

kekacauan saja tanpa mengambil atau merusak harta-benda dan tanpa membunuh.

2.4       Proses dalam Jinayah

Terdapat 2 Proses dalam Jinayah :

1. Percobaan.

Percobaan  melakukan  jarimah  maksudnya  yaitu  melakukan  perbuatan  jarimah  blm

dikerjakan dengan sempurna, dalam hukum pidana islam Percobaan Melakukan Jarimah tdk

dikenal secara khusus, namun dpt digolongkan pd jarimah ghairu tammah.

Dalam hukum Pidana Islam : jarimah hudud, qisas diyat, harus dilakukan dengan sempurna,

jika tdk maka ta’zir. Hadis nabi :  “Barang siapa yg mmberikan hkman han bukan terhadap

jarimah had, maka dia digolongkan orang-orang yang melewati batas”.

Sehingga  demikian  percobaan  pencurian  tdk  boleh  disamakan  pencurian  dan sebagainya.

2. Kerjasama

Kerjasama  melakukan  jarimah  maksudnya  pelaku  bersama-sama  melakukan  jarimah.

Dalam  bentuk  ini  tiap-tiap    pelaku  masing-masing    memberikan  andilnya  dlm

melakukan jarimah.

Para juris islam mengklasifikasi  kerjasama melakukan jarimah menjadi dua yaitu

Page 14: MAKALAH TENTANG JINAYAH

1. Sekutu berbuat jarimah secara langsung (  رشابم   كيرش  ):  yaitu pelaku bersama-sama

denga orang lainaktif melakukan jarimah atau kawan nyata dlm melakukan jarimah. Ini ada 2

:

a)    Secara  kebetulan  (قفاوت),  tdk  ada  kesepakatan  seblmnya.  Seperti  yg  terjadi  dlm

kerusuhan, perkelahian, atau demonstasi masal.

b)   Secara  berencana  (ؤالمت).Para  fuqaha  mmbedakan  tanggung  jawab  pelaku  jarimah

dari kedua kerjasama tersebut. Pertanggung jawaban pelaku kebetulan dan berencana :

o)  Menurut abu hanifah : sanksinya sama / dibebankan pada setiap masing-masing

sesuai  dg perbuatannya.  Contoh  :  dipersalahkan  karena  menyekap,  menganiaya,

mmbunuh, dll. Sesuai perbuatannya.

o) Jumhur ulama’ : kebetulan : masing-masing  bertanggung  jawab  terhadap perbuatan

pidana yg dilakukan.

berencana  :  semua  pelaku  pidana  sama,  jika  korban  meninggal,  maka semuanya

dikenakan hukuman mati (qishas).

2. Sekutu berbuat jarimah secara tidak langsung (  ببستم   كيرش  ): kawan berbuat secara

tidak nyata.  Tapi  menjadi    factor  penyebab  adanya  jarimah,.  Misalanya  menghasut,

memberi bantuan atau juga member  janji  tertentu.

2.5       Bukti Pelaksanaan Jinayah

Alat-alat  bukti  dalam  menetapkan  sebuah  kejahatan  yang  mengakibatkan  qishas  atau

diyat adalah sebagai berikut:

1.  Pengakuan : syarat  dalam  pengakuan  bagi  kasus  pidana  yang  akan

berakibatkan  kisas atau  diyat  adalah  harus  jelas  dan  terperinci.  Tidak  sah  pengakuan

yang umum dan masih terdapat syubhat.

2.  Persaksian : Dalam kasus pidana selain zina (4 orang saksi lelaki adil), syarat minimal

adalah 2 orang saksi lelaki yang adil.

3.  Qarinah :  Segala  tanda-tanda  yang  zahir  yang  bersamaan  dengan  sesuatu yang masih

samar, maka tanda itu menunjukkan kepada itu.

4.  Menarik  diri  dari  Bersumpah  :  Ketika  terdakwa  menarik  diri

(mengelak)  dari  bersumpah yang  diajukan  kepada  terdakwa  melalui  hakim  (menurut

mazhab Hanafiyah)

5.  Al-Qasamah : Sebuah  sumpah  yang  diulang-ulang  bagi  kasus  pidana pembunuhan. Ia

dilakukan 50 kali sumpah dari 50 lelaki.

Page 15: MAKALAH TENTANG JINAYAH

2.6       Sebab Hapusnya Hukuman

Secara umum ada empat sebab yang menyebabkan hapusnya hukuman jarimah

1. Paksaan

Yakni pelaku dipaksa melakukan perbuatan jarimah yang tidak dikehendaki.

2. Mabuk

Orang mabuk adalah orang  yg mengigau dlm percakapannya.menghilangkan cakapnya

bertindak, oleh karena itu tdk sah akad, ucapan dan perbuatannya.Jika ia dipaksa untuk

mabuk, kemudian dia melakukan jarimah, maka ia tdk dikenakan pidana,Namun jika ia

mabuk  atas  kemauannya sendiri,  kemudian  ia  melakukann  jarimah,  maka  ia  tetap

dikenakan pidana. Karena ia sengaja menghilangkan kesadarannya sendiri..

3. Gila

Gila dapat diartikan sebagai hilangnya atau telepasnya akal.

4. Belum baligh.

Yakni anak yang belum tamyis belum mmiliki kemampuan berpikir dan belum mengerti

akibat dari perbuatan yang dilakukan.

Namun  ada  beberapa  sebab  lain  dalam  kasus  tertentu  yang menyebabkan  gugurnya

sanksi jarimah, yaitu:

a. Pelaku jarimah meninggal.

b. Pelaku jarimah  bertobat.

c. Tidak terdapat bukti dan saksi serta tidak ada pengakuan.

d. Terbukti bahwa dua orang saksinya itu dusta dalam persaksiannya,

e. Pelaku menarik kembali pengakuannya,

f. Mengembalikan harta yang dicuri sebelum diajukan ke sidang hal ini terjadi pada  pelaku

pencurian dan hirabah, (Menurut Imam Abu Hanifah).

g. Dimilikinya  harta  yang  dicuri  itu dengan  sah  oleh  pencuri  sebelum  diajukan  ke

pengadilan. (Menurut Imam Abu Hanifah).

Page 16: MAKALAH TENTANG JINAYAH

BAB III

SIMPULAN

3.1  Simpulan

            Secara bahasa kata jinaayaat adalah bentuk jama’ dari kata jinaayah yang berasal dari

janaa dzanba yajniihi jinaayatan yang berarti melakukan dosa. Sekalipun isim mashdar (kata

dasar), kata jinaayah dijama’kan karena ia mencakup banyak jenis perbuatan dosa. Kadang-

kadang ia mengenai jiwa dan anggota badan, baik disengaja ataupun tidak.

Jinayah terdiri atas dua macam, yaitu jinayah terhadap jiwa dan jinayah terhadap badan.

Sebab-sebab jinayah yaitu; membunuh, meminum khamar, berzina, qadzaf, mencuri,

muharobah dan lain-lain.

3.2  Saran

            Karena keterbatasan pengetahuan kami, hingga hanya inilah yang dapat kami sajikan,

dan tentu saja masih sangat kurang dari sisi materinya, maka itu kami mengharapkan

masukan baik itu kritik maupun saran dari pembaca demi melengkapi kekurangan tersebut.

Page 17: MAKALAH TENTANG JINAYAH
Page 18: MAKALAH TENTANG JINAYAH

DAFTAR PUSTAKA

v  Jazuli,Ahmad .fiqh jinayah,PT RajaGrafindo persada. Jakarta. Cetakan I.1999.

v  Audah, Abdul Qadir. At Tasyri’ Al Jina’iy Al Islamiy. Dar Al Kitab Al Araby, Beirut. Juz 1.

v  Kallaf, Abdul wahab. Ilmu Ushul Al-Fiqh. Ad Dar Al Kuwaitiyah. Cetakan VIII. 1968.

v  Muslich, Ahmad Wardi. Pengantar dan Asas Hukum Islam. Jakarta: Sinar Grafika. 2004

v  Abdullah, Musthafa. dkk. Intisari Hukum Pidana. Jakarta: Ghalia Indonesia. 1983.

v  Jazuli, H.A. 2000. Fiqh Jinayah Ed. 2, cet. 3. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

v  Asadulloh al faruk. Hukum pidana dalam sistem hukum Islam. Hal. 46.

v  Ibid. Hal. 429

v  http://www.fkip-uninus.org/index.php/artikel-fkip-uninus-bandung/arsip-artikel/70-fiqih-

jinayah