Makalah Teknologi Tepat Guna.doc

30
MAKALAH TEKNOLOGI LINGKUNGAN TEPAT GUNA “MAKALAH TEKNOLOGI SEDERHANA PENGOLAHAN AIR GAMBUT” Dosen : Ir. Jumar, MP Oleh : Asmarika Wibawati ( H1E113230) Erdina Lulu Atika R (H1E113024) Tri Wardani (H1E113002) KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS TEKNIK

Transcript of Makalah Teknologi Tepat Guna.doc

MAKALAH TEKNOLOGI LINGKUNGAN TEPAT GUNA

“MAKALAH TEKNOLOGI SEDERHANA PENGOLAHAN AIR GAMBUT”

Dosen :

Ir. Jumar, MP

Oleh :

Asmarika Wibawati ( H1E113230)

Erdina Lulu Atika R (H1E113024)

Tri Wardani (H1E113002)

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN

BANJARBARU

2015

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI…………………….……………………………………………….ii

KATA PENGANTAR..........................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1

1.1 Latar Belakang.................................................................................................1

1.2 Tujuan Penulisan..............................................................................................2

1.3 Manfaat Penulisan............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

2.1 Karateristik Air di Kalimantan........................................................................3

2.2 Teknologi Tepat Guna.....................................................................................4

2.3 Ciri-ciri Teknologi Tepat Guna........................................................................5

2.4 Manfaat Teknologi Tepat Guna......................................................................5

2.5 Pengolahan Air Gambut Menggunakan Teknologi Sederhana........................7

2.5.1 Bahan …………....................................................................................... 10

2.5.2 Tahapan Proses Pengolahan .......................................................................10

2.5.3 Peralatan......................................................................................................10

2.5.4 Cara Pembuatan...........................................................................................12

BAB III PENUTUP.............................................................................................16

3.1 Kesimpulan ...................................................................................................16

3.2 Saran .............................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................17

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas

taufik dan hidayah-Nya maka usaha–usaha dalam menyelesaikan tugas mata

kuliah Teknologi lingkungan Tepat Guna, penulis dapat terselesaikan sesuai

harapan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak

Ir, Jumar, MP selaku dosen Teknologi Lingkungan Tepat Guna.

Saran dan kritik yang konstruktif tetap diharapkan serta akan dijadikan

sebagai bahan perbaikan dan penyempurnaan makalah “Teknologi Sederhana

Pengolahan Air Gambut” penulis mohon maaf apabila ada kekurangan dalam

penyusunannya. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Banjarbaru, Oktober 2015

Penulis

iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

    Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Dalam

kehidupan sehari-hari manusia selalu memerlukan air terutama untuk minum,

masak, mandi, mencuci dan sebagainya. Pada saat ini, persentase penduduk di

Indonesia yang sudah mendapatkan pelayanan air bersih dari badan atau

perusahaan air minum masih sangat kecil yaitu untuk daerah perkotaan sekitar 45

% , sedangkan untuk daerah pedesaan baru sekitar 36 % .

           Di daerah - daerah yang belum mendapatkan pelayanan air bersih tersebut,

penduduk biasanya menggunakan air sumur galian, air sungai yang kadang-

kadang bahkan sering kali air yang digunakan kurang memenuhi standart air

minum yang sehat. Bahkan untuk daerah yang sangat buruk kualitas air tanah

maupun air sungainya, penduduk hanya menggunakan air hujan untuk memenuhi

kebutuhan akan air minum. Oleh karena itu di daerah - daerah seperti ini,

persentase penderita penyakit yang disebabkan akibat penggunaan air minum

yang kurang bersih atau kurang memenuhi syarat kesehatan masih sangat tinggi.

           Dalam rangka penyediaan air minum yang bersih dan sehat bagi

masyarakat pedesaan yang mana kualitas air tanahnya buruk serta belum

mendapatkan pelayanan air minum dari PAM, perlu memasyarakatkan alat

pengolah air Minum sederhana yang murah dan dapat dibuat oleh masyarakat

dengan menggunakan bahan yang ada dipasaran setempat.

           Salah satu alat pengolah air minum sederhana tersebut adalah alat pengolah

air minum yang merupakan paket terdiri dari Tong (Tangki), Pengaduk, Pompa

aerasi dan saringan dari pasir atau disingat Model TP2AS. Alat ini dirancang

untuk keperluan rumah tangga sedemikian rupa sehingga cara pembuatan dan cara

pengoperasiannya mudah serta biayanya murah. Cara pengolahannya dengan

menggunakan bahan kimia yaitu hanya dengan tawas dan kapur (gamping).

1

           Alat Pengolah Air Minum model TP2AS ini sangat cocok digunakan untuk

pengolahan air minum yang air bakunya mengandung zat besi dan mangan dan zat

organik, dengan biaya yang sangat murah. Teknologi yang demikian itu

merupakan barang baru bagi masyarakat dan perlu dimanfaatkan dan diketahui

oleh masyarakat tentang nilai dan kegunaannya. Teknologi tersebut merupakan

faktor ekstern dan diperkenalkan dengan maksud agar masyarakatyang

bersangkutan dapat merubah kebiasaan tradisional dalam proses pembangunan

atau peningkatan kesejahteraan masyarakat.

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari Penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Mahasiswa dapat mengetahui Tenknologi Lingkungan Tepat Guna.

2. Mahasiswa dapat menerapkan Aplikasi Teknologi Lingkungan Tepat Guna

dalam Kehidupan Sehari-hari.

1.3 Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan ini adalah :

1. Mahasiswa dapat menerapkan aplikasi Teknologi Lingkungan Tepat Guna

dalam Kehidupan Sehari-hari .

2. Mahasiswa dapat menambah wawasan mengenai konsep Teknologi

Lingkungan Tepat Guna yang berkaitan dalam kehidupan sehari-hari.

2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Karateristik Air di Kalimantan

Air gambut merupakan jenis air yang banyak tersedia disekitar kawasan

hutan rawa dikalimantan, umumnya banyak terdapat di kalimantan tengah. Air

gambut adalah air permukaan atau air tanah yang banyak terdapat di daerah

pasang surut, berawa dan dataran rendah, berwarna merah kecoklatan, berasa

asam (tingkat keasaman tinggi), dan memiliki kandungan organik tinggi. Gambut

sendiri didefinisikan sebagai material organik yang terbentuk dari dekomposisi

tidak sempurna dari tumbuhan daerah basah dan dalam kondisi sangat lembab

serta kekurangan oksigen. Air gambut secara umum tidak memenuhi persyaratan

kualitas air bersih yang distandardkan oleh Departemen Kesehatan RI melalui

PERMENKES No.416/MENKES /PER/IX/1990.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1405/menkes/sk/xi/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja

Perkantoran dan industri, syarat air layak pakai meliputi;

1. Syarat fisik, antara lain: air harus bersih dan tidak keruh, tidak berwarna

apapun, tidak berasa apapun, tidak berbau apaun, suhu antara 10-25 C (sejuk),

tidak meninggalkan endapan.

2. Syarat kimiawi, antara lain: tidak mengandung bahan kimiawi yang

mengandung racun, tidak mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan,

cukup yodium, pH air antara 6,5 – 9,2.

3. Syarat mikrobiologi, antara lain: tidak mengandung kuman-kuman penyakit

seperti disentri, tipus, kolera, dan bakteri patogen penyebab penyakit.

Ketersedian air bersih bagi masyarakat yang tinggal dilingkungan bergambut

merupakan hal penting. Usaha yang dilakukan untuk mereduksi senyawa yang

terdapat air gambut dengan memanfaatkan teknologi tepat guna sehingga air

gambut dapat digunakan.

3

2.2 Teknologi Tepat Guna

Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang

yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Teknologi

tepat guna adalah suatu alat yang sesuai dengan kebutuhan dan dapat berguna

serta sesuai dengan fungsinya. Teknologi yang digunakan dengan sesuai (tepat

guna), sebagai teknologi yang telah dikembangkan secara tradisional, sederhana

dan proses pengenalannya banyak ditentukan oleh keadaan lingkungan dan mata

pencaharian pokok masyarakat tertentu.

Secara teknis TTG merupakan jembatan antara teknologi tradisional dan

teknologi maju. Oleh karena itu aspek-aspek sosio-kultural dan ekonomi juga

merupakan dimensi yang harus diperhitungkan dalam mengelola TTG. Dari

tujuan yang dikehendaki, teknologi tepat guna haruslah menerapkan metode yang

hemat sumber daya, mudah dirawat, dan berdampak polutif minimalis

dibandingkan dengan teknologi arus utama, yang pada umumnya beremisi banyak

limbah dan mencemari lingkungan.

Dengan demikian teknologi tepat guna mempunyai kriteria yang dapat

dikatan sebagai TTG, yaitu:

1.   Apabila teknologi itu sebanyak mungkin mempergunakan sumber-sumber yang

tersedia banyak di suatu tempat.

2.  Apabila teknologi itu sesuai dengan keadaan ekonomi dan sosial masyarakat

setempat.

3.   Apabila teknologi itu membantu memecahkan persoalan/ masalah yang

sebenarnya dalam masyarakat, bukan teknologi yang hanya bersemayam dikepala

perencananya.

4.   Suatu yang harus diperhatikan bahwa, masalah-masalah pembangunan boleh jadi

memerlukan pemecahan yang unik dan khas, jadi teknologi-teknologi tersebut

tidak perlu dipindahkan ke negara-negara atau kedaerah lain dengan masalah

serupa. Apa yang sesuai disuatu tempat mungkin saja tidak cocok di lain tempat.

Maka dari itu tujuan TTG adalah melihat pemecahan-pemecahan terhadap

masalah-masalah tertentu dan menganjurkan mengapa hal itu sesuai.

4

2.3 Ciri-ciri Teknologi Tepat Guna

Sebagaimana telah dikemukakan pada kriteria dan syarat dan kesesuaian TTG,

dapat dikemukakan ciri-ciri yang cukup menggambarkan TTG (walaupun tidak

berarti sebagai batasan) adalah sebagai berikut:

1. Perbaikan teknologi tradisional yang selama ini menjadi tulang punggung

pertanian, industri, pengubah energi, transportasi, kesehatan dan kesejahteraan

masyarakat di suatu tempat.

2.  Biaya investasi cukup rendah/ relatif murah.

3. Teknis cukup sederhana dan mampu untuk dipelihara dan didukung oleh

keterampilan setempat.

4.  Masyarakat mengenal dan mampu mengatasi lingkungannya.

5.  Cara pendayagunaan sumber-sumber setempat termasuk sumber alam, energi,

bahan secara lebih baik dan optimal.

6. Alat mandiri masyarakat dan mengurangi ketergantungan kepada pihak luar

(self-realiance motivated).

2.4 Manfaat Teknologi Tepat Guna

Sebelum berbicara mengenai manfaat dari TTG, maka ada sebuah proses

yang harus diketahui sebelum memperoleh manfaat dari TTG tersebut, yaitu

penerapan teknologi tepat guna tersebut. Penerapan TTG adalah sebuah usaha

pembaharuan. Meskipun pembaharuan itu tidak mencolok dan masih dalam

jangkauan masyarakat, tetapi harus diserasikan dengan keadaan sosial, ekonomi

dan budaya masyarakat setempat serta alam. Kalau tidak, maka usaha

pembaharuan itu akan mendapat hambatan yang dapat menggagalkan usaha

pembaharuan tersebut.

Usaha pembaharuan itu dirancang sedemikan rupa sehingga seluruh

masyarakat merasa bahwa pembaharuan adalah prakarsa mereka sendiri. Berarti

di dalam pembaharuan teknologi itu, terdapat minat dan semangat dalam

masyarakat tersebut.

Banyak orang keliru dalam berpendapat kalau orang membawa pompa

bambu, biogas, pengering dengan energi radiasi matahari sederhana kedesa, maka

orang itu telah menerapkan teknologi tepat guna. Membawa paket-paket teknologi

5

sederhana tersebut kesebuah desa belum dapat dikatakan sebagai penerapan

teknologi tepat guna, bahkan dapat menjerumuskan, apabila tidak disertai

pendidikan kepada masyarakat desa tersebut, bagaimana cara membuat dan

memperbaiki alat tersebut. Paling ideal penerapan teknologi tepat guna adalah

teknologi yang telah ada pada suatu masyarakat dan perbaikan itu ditujukan untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat.

Penerapan TTG juga harus mempertimbangkan keadaan alam sekitar. Dapat

diartikan bahwa dampak lingkungan yang disebabkan penerapan Teknologi Tepat

Guna (TTG) harus lebih kecil dibandingkan pemakaian teknologi tradisional

maupun teknologi maju. Dengan demikian manfaat dari teknologi tepat guna itu

dapat dirasakan oleh masyarakat tersebut. Sebagai mana manfaat dari teknologi

tepat guna adalah:

1. Dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang makin hari makin meningkat,

tentu hal itu di barengi dengan kemampuan masyarakatnya yang mampu

mengoperasionalkan dan memanfaatkan TTG tersebut.

2. Teknologi tepat guna mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui

pemenuhan kebutuhannya, pemecahan masalahnya dan penambahan hasil

produksi yang makin meningkat dari biasanya. Teknologi tersebut relatif

mudah dipahami mekanismenya, mudah dipelihara dan mudah diterapkan

dalam kehidupan sehari-hari. Masuknya teknologi baru tidak akan membebani

masyarakat baik mental (ketidakmampuan skill) maupun materiil (dapat

menimbulkan beban biaya yang tidak mampu dipenuhi masyarakat).

3. Teknologi tepat guna dapat mempermudah dan mempersingkat waktu

pekerjaan tenaga kesehatan dan klien.

4.  Masyarakat mampu mempelajari, menerapkan, memelihara teknologi tepat

guna tersebut.

5. Masyarakat / klien bisa lebih cepat ditangani oleh tenaga kesehatan.

6. Hasil diagnosa akan lebih akurat, cepat, dan tepat (Novitasari,2013)

6

2.5 Pengolahan Air Gambut Menggunakan Teknologi Sederhana

2.5.1 Bahan

Untuk pembuatan satu unit alat pengolah air minum sederhana ini,

diperlukan bahan-bahan antara lain seperti pada tabel di bawah ini (lihat tabel

berikut. Jika bahan tersebut tidak tersedia dipasaran setempat, dapat disesuaikan

dengan bahan yang tersedia. Jadi tidak harus seperti yang tertera pada Tabel 1.

2.5.3 Tahapan Proses Pengolahan

Tahapan proses pengolahan terdiri dari beberapa tahap yaitu :

1. Netralisasi dengan pemberian kapur/gamping.

2. Aerasi dengan pemompaan udara.

3. Koagulasi dengan pemberian tawas.

4. Pengendapan.

5. Penyaringan.

7

Gambar 1. Skema tahapan proses

1. Netralisasi

           Netralisasi adalah mengatur keasaman air agar menjadi netral (pH 7 - 8).

Untuk air yang bersifat asam misalnya air gambut, yang paling murah dan mudah

adalah dengan pemberian kapur/gamping. Fungsi dari pemberian kapur,

disamping untuk menetralkan air baku yang bersifat asam juga untuk membantu

efektifitas proses selanjutnya.

2. Aerasi

           Aerasi yaitu mengontakkan udara dengan air baku agar kandungan zat besi

dan mangan yang ada dalam air baku bereaksi dengan oksigen yang ada dalam

udara memben tuk senyawa besi dan senyawa mangan yang dapat diendapkan.

Disamping itu proses aerasi juga berfungsi untuk menghilangkan gas-gas beracun

yang tak diinginkan misalnya gas H2S, Methan, Carbon Dioksida dan gas-gas

racun lainnya. Reaksi oksidasi Besi dan Mangan oleh udara dapat ditulis sebagai

berikut:

4Fe2+ + O2 + 10 H2O ====> 4 Fe(OH)3+ 8 H+

tak larut 

Mn2+ + O2 + H2O ====> MnO2 + 2 H+

tak larut

           Dari persamaan reaksi antara besi dengan oksigen tersebut, maka secara

teoritis dapat dihitung bahwa untuk 1 ppm oksigen dapat mengoksidasi 6.98 ppm

ion Besi. Reaksi oksidasi ini dapat dipengaruhi antara lain : jumlah Oksigen yang

8

bereaksi , dalam hal ini dipengaruhi oleh jumlah udara yang dikontkkan dengan

air serta luas kontak antara gelembung udara dengan permukaan air . Jadi makin

merata dan makin kecil gelembung udara yang dihembuskan kedalam air bakunya

, maka oksigen yang bereaksi makin besar. Faktor lain yang sangat mempengaruhi

reaksi oksidasi besi dengan oksigen dari udara adalah pH air. Reaksi oksidasi ini

sangat efektif pada pH air lebih besar 7(tujuh). Oleh karena itu sebelum aerasi

dilakukan, maka pH air baku harus dinaikkan sampai mencapai pH 8. Hal ini

dimaksudkan agar pH air tidak menyimpang dari pH standart untuk air minum

yaitu pH 6,5 - pH 8,5. Oksidasi Mangan dengan oksigen dari udara tidak seefektif

untuk besi, tetapi jika kadar Mangannya tidak terlalu tinggi maka sebagaian

mangan dapat juga teroksidasi dan terendapkan.

3. Koagulasi

           Koagulasi adalah proses pembubuhan bahan kimia kedalam air agar

kotoran dalam air yang berupa padatan tersuspensi misalnya zat warna organik,

lumpur halus bakteri dan lain-lain dapat menggumpal dan cepat mengendap. Cara

yang paling mudah dan murah adalah dengan pembubuhan tawas/alum atau rumus

kimianya Al2(SO4)3.18 H2O. (berupa kristal berwarna putih).

Reaksi koagulasi dengan Tawas secara sederhana dapat ditulis sebagai berikut :

Al2(SO4)3.18 H2O + 3 Ca(HCO3)2 ==> 2 Al(OH)3 +3 Ca(SO4) + 6 CO2 + 18 H2O 

alkalinity                                    

Al2(SO4)3.18 H2O + 3 Ca(OH)2 ==> 2 Al(OH)3 + 3 Ca(SO4) + 3 CO2 + 18 H2O 

            mengendap

           Pengendapan kotoran dapat terjadi karena pembentukan alumunium

hidroksida, Al(OH)3 yang berupa partikel padat yang akan menarik partikel -

partikel kotoran sehingga menggumpal bersama-sama, menjadi besar dan berat

dan segera dapat mengendap. Cara pembubuhan tawas dapat dilakukan sebagai

berikut yaitu : sejumlah tawas/ alum dilarutkan dalam air kemudian dimasukkan

kedalam air baku lalu diaduk dengan cepat hingga merata selama kurang lebih 2

menit. Setelah itu kecepatan pengadukkan dikurangi sedemikian rupa sehingga

terbentuk gumpalan - gumpalan kotoran akibat bergabungnya kotoran tersuspensi

yang ada dalam air baku. Setelah itu dibiarkan beberapa saat sehingga gumpalan

kotoran atau disebut flok tumbuh menjadi besar dan berat dan cepat mengendap.9

4. Pengendapan

           Setelah proses koagulasi air tersebut didiamkan sampai gumpalan kotoran

yang terjadi mengendap semua (+ 45 - 60 menit). Setelah kotoran mengendap air

akan tampak lebih jernih. Endapan yang terkumpul didasar tangki dapat

dibersihkan dengan membuka kran penguras yang terdapat di bawah tangki.

5. Penyaringan

           Pada proses pengendapan, tidak semua gumpalan kotoran dapat

diendapkan semua. Butiran gumpalan kotoran dengan ukuran yang besar dan berat

akan mengendap, sedangkan yang berukuran kecil dan ringan masih melayang-

layang dalam air. Untuk mendapatkan air yang betul-betul jernih harus dilakukan

proses penyaringan.

           Penyaringan dilakukan dengan mengalirkan air yang telah diendapkan

kotorannya ke bak penyaring yang terdiri dari saringan pasir.

2.4.3 Peralatan

 Peralatan yang digunakan terdiri dari Tong, pengaduk, pompa aerasi, dan

saringan dari pasir. Kegunaan dari masing-masing peralatan adalah sebagai

berikut:

1. Tong/Tangki Penampung

Terdiri dari Drum Plastik dengan volume 220 liter. Drum tersebut

dilengkapi dengan dua buah kran yaitu untuk mengalirkan air ke bak penyaring

dan untuk saluran penguras. Pada dasar Drum sebelah dalam diplester dengan

semen sehingga berbentuk seperti kerucut untuk memudahkan pengurasan. Selain

itu dapat juga menggunakan tangki fiber glass volume 550 liter yang dilengkapi

dengan kran pengeluaran lumpur. Tong atau tangki penampung dapat juga dibuat

dari bahan yang lain misalnya dari tong bekas minyak volume 200 liter atau dari

bahan gerabah. Fungsi dari drum adalah untuk menampung air baku, untuk proses

aerasi atau penghembusan dengan udara, untuk proses koagulasi dan flokulasi

serta untuk pengendapan.

2. Pompa Aerasi

10

           Pompa aerasi terdiri dari pompa tekan (pompa sepeda) dengan penampang

5 cm, tinggi tabung 50 cm. Fungsi pompa adalah untuk menghembuskan udara

kedalam air baku agar zat besi atau mangan yang terlarut dalam air baku bereaksi

dengan oksigen yang ada dalam udara membentuk oksida besi atau oksida

mangan yang dapat diendapkan. Pompa tersebut dihubungkan dengan pipa aerator

untuk menyebarkan udara yang dihembuskan oleh pompa ke dalam air baku. Pipa

aerator terbuat dari selang plastik dengan penampang 0.8 cm, yang dibentuk

seperti spiral dan permukaannya dibuat berlubang-lubang, jarak tiap lubang + 2

cm.

3. Bak Penyaring

           Bak Penyaring terdiri dari bak plastik berbentuk kotak dengan tinggi 40 cm

dan luas penampang 25 X 25 cm serta dilengkapi dengan sebuah keran disebelah

bawah. Untuk media penyaring digunakan pasir. kerikil, arang dan ijuk. Susunan

media penyaring media penyaring dari yang paling dasar keatas adalah sebgai

berikut :

Lapisan 1: kerikilatau koral dengan diameter 1-3 cm, tebal 5 cm.

Lapisan 2: ijuk dengan ketebalan 5 cm.

Lapisan 3: arang kayu, ketebalan 5-10 cm.

Lapisan 4: kerikil kecil diameter + 5 mm, ketebalan + 5 cm.

Lapisan 5: pasirsilika, diameter + 0,5 mm, ketebalan 10-15 cm.

Lapisan 6: kerikil, diameter 3 cm, tebal 3-6 cm.

  Diantara Lapisan 4 dan 5, dan Lapisan 5 dan 6, dapat diberi spons atau

kasa plastik untuk memudahkan pada waktu melakukan pencucian saringan.

Gambar penampang Tangki Penampung, Selang Aerator dan penampang saringan

11

Gambar 1. Pipa Aerator

Gambar 3 : Penampang Saringan Pasir.

4. Bahan Kimia

           Bahan kimia yang diperlukan antara lain : Tawas, kapur tohor dan kaporit

bubuk.

2.4.4 Cara Pembuatan

1. Masukkan air baku kedalam tangki penampung sampai hampir penuh (550

liter).

2. Larutkan 60 - 80 gram bubuk kapur / gamping (4 - 6 sendok makan) ke

dalam ember kecil yang berisi air baku, kemudian masukkan ke dalam

tangki dan aduk sampai merata.

12

 

Gambar 2. Alat pengolah air minum sederhana.

Gambar 2.4.4 Unit alat pengolahan air gambut sederhana

3. Masukkan slang aerasi ke dalam tangki sampai ke dasarnya dan lakukan

pemompaan sebanyak 50 - 100 kali. setelah itu angkat kembali slang

aerasi.

13

4. Larutkan 60 - 80 gram bubuk tawas (4 - 6 sendok makan) ke dalam ember

kecil, lalu masukkan ke dalam air baku yang telah diaerasi. Aduk secara

cepat dengan arah yang putaran yang sama selama 1 - 2 menit. Setelah itu

pengaduk diangkat dan biarkan air dalam tangki berputar sampai berhenti

dengan sendirinya dan biarkan selama 45 - 60 menit.

5. Buka kran penguras untuk mengelurakan endapan kotoran yang terjadi,

kemudian tutup kembali.

6. Buka kran pengeluaran dan alirkan ke bak penyaring. Buka kran saringan

dan usahakan air dalam saringan tidak meluap.

7. Tampung air olahan (air bersih) dan simpan ditempat yang bersih. Jika

digunakan untuk minum sebaiknya dimasak terlebih dahulu (Nusa,2013)

Percontohan Alat Pengolah Air Minum Sederhana di Daerah transmigrasi

Pangkoh, Kalimantan Tengah.

14

Percontohan Alat Pengolah Air Minum Sederhana di Daerah Kalimantan Selatan.

Air baku, air olahan yang belum disaring, dan air olahan setelah disaring.

15

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari makalah ini adalah :

1. Teknologi lingkungan tepat guna adalah suatu alat dalam bidang lingkungan

yang sesuai dengan kebutuhan dan dapat berguna serta sesuai dengan

fungsinya.

2. Salah satu pengaplikasian dari teknologi lingkungan tepat guna adalah

pengolahan air gambut menjadi air bersih dengan tahapan proses

netralisasi,aerasi,koagulasi,pengendapan,dan penyaringan.

3.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan adalah agar mahasiswa dapat

mempelajari konsep Teknologi lingkungan tepat guna sehingga dapat

mengaplikasikan dalam kehidupann sehari-hari sehingga dapat mempermudah dan

mempercepat pekerjaan.

16

DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2002. Persyaratan Kesehatan

Lingkungan Kerja Perkantoran dan industri. Jakarta.

Diakses pada 03 Oktober 2015

Novitasari, 2013. Fungsi Dan Manfaat Teknologi Tepat Guna. Jambi.

Http://Novithasari03.Blogspot.Co.Id/2013/10/Makalah-Teknologi-Tepat-

Guna.Html

Diakses pada 03 Oktober 2015

Nusa Idaman S,2013. Pengolahan Air Gambut Sederhana. Diktorat Teknologi

Lingkungan. Jakarta

17