Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

100
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya pelayanan kesehatan terdiri dari dua aspek utama yaitu perawatan dan pengobatan. Perawat saat ini dituntut mampu memberikan asuhan keperawatan dengan pendekatan pemecahan masalah menggunakan metode proses keperawatan. Disamping memberikan asuhan keperawatan, perawat dituntut juga untuk mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang memadai tentang pengobatan. Keikutsertaan perawat dalam kegiatan kolaborasi pengobatan ini cukup bervariasi selaras dengan kemajuan pembangunan dibidang kesehatan. Pemberian obat yang aman dan dan akurat merupakan salah satu tugas terpenting perawat. Obat adalah alat utama terapi yang digunakan dokter untuk mengobati klien yang memiliki masalah kesehatan. Walaupun obat menguntungkan klien dalam banyak hal, beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang serius atau berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya bila tidak tepat diberikan. Perawat bertanggung jawab memahami kerja obat dan efek samping yang ditimbulkan, memberikan obat dengan tepat, memantau respon klien, dan membantu klien menggunakannya dengan benar dan berdasarkan pengetahuan.

description

TEKNIK PEMBERIAN OBAT

Transcript of Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

Page 1: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada dasarnya pelayanan kesehatan terdiri dari dua aspek utama yaitu

perawatan dan pengobatan. Perawat saat ini dituntut mampu memberikan

asuhan keperawatan dengan pendekatan pemecahan masalah menggunakan

metode proses keperawatan. Disamping memberikan asuhan keperawatan,

perawat dituntut juga untuk mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang

memadai tentang pengobatan. Keikutsertaan perawat dalam kegiatan

kolaborasi pengobatan ini cukup bervariasi selaras dengan kemajuan

pembangunan dibidang kesehatan.

Pemberian obat yang aman dan dan akurat merupakan salah satu tugas

terpenting perawat. Obat adalah alat utama terapi yang digunakan dokter

untuk mengobati klien yang memiliki masalah kesehatan. Walaupun obat

menguntungkan klien dalam banyak hal, beberapa obat dapat menimbulkan

efek samping yang serius atau berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya

bila tidak tepat diberikan. Perawat bertanggung jawab memahami kerja obat

dan efek samping yang ditimbulkan, memberikan obat dengan tepat,

memantau respon klien, dan membantu klien menggunakannya dengan benar

dan berdasarkan pengetahuan.

Selain mengetahui kerja suatu obat tertentu, perawat juga harus

memahami masalah kesehatan klien saat ini dan sebelumnya untuk

menentukan apakah obat tertentu aman untuk diberikan. Pertimbangan

perawat penting dalam pemberian obat yang tepat dan aman.Oleh karena itu,

dalam makalah ini penulis akan membahas teknik pemberian obat yang bisa

dijadikan pedoman perawat dalam memberikan asuhan keperawatan

pemberian obat.

Page 2: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui aspek hukum, undang-undang dan standar obat.

2. Untuk mengetahui nomenklatur dan bentuk obat.

3. Untuk mengetahui sifat kerja obat secara fisiologi.

4. Untuk mengetahui berat dan komposisi obat.

5. Untuk mengetahui dinamika sirkulasi.

6. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kerja obat.

7. Untuk mengetahui rute pemberian obat.

8. Untuk mengetahui sistem pengukuran/perhitungan.

9. Untuk mengetahui proses langkah-langkah pemberian obat secara aman.

10. Untuk mengetahui proses keperawatan dan obat.

11. Untuk mengetahui kesalahan pemberian obat.

12. Untuk mengetahui peran perawat dalam pemberian obat.

Page 3: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1Teknik Pemberian Obat

2.1.1 Aspek Hukum, undang-undang dan standar obat

A. Aspek Hukum

Obat dapat dibuat dari sumber alam atau sintesis oleh pabrik farmasi.

Sebelum suatu obat diberikan atau dikonsumsi seseorang, obat telah

melalui berbagai proses antara lain proses penyediaan bahan,

pengolahan, pengujian dan perizinan, perdagangan, pengorderan,

pembelian dan pemakaian.

Karena semakin banyaknya jumlah obat, maka dalam

pengelolaannya semua obat harus mendapat izin, diuji dan distandarisasi

untuk menyeragamkan kualitasnya. Di Indonesia, berbagai hal yang

menyangkut pengawasan obat, makanan dan minuman, kosmetika dan

alat kesehatan, obat tradisional, narkotika dan bahan berbahaya diatur

berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.

Dalam pengorganisasiannya tugas-tugas yang menyangkut pengawasan

obat dan makanan diberikan ini diberikan kepada Direktorat Jenderal

Pengawasan Obat dan Makanan. Seperti tertuang pada Keputusan

Menteri Kesehatan RI Nomor: 558/-Menkes/SIC/1984 tentang organisasi

dan tata kerja Depkes pada Bab VI, pasal 679:

“Tugas pokok Direktoral Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan

ialah melaksanakan sebagian tugas pokok Departemen Kesehatan

di bidang pengawasan obat, makanan dan minuman, kosmetika dan

alat kesehatan, obat tradisional, narkotika dan bahan berbahaya

yang berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri

Kesehatan”.

Lebih lanjut, dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun

1992 tentang kesehatan tertuang beberapa pasal (pasal 39 s/d 43) yang

mengatur tentang pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan di

Page 4: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

mana dijelaskan bahwa Undang-Undan disusun melindungi masyarakat

(pasal 39). Untuk sediaan dan alat kesehatan harus memenuhi syarat

farmakope Indonesia dan buku standar lainnya (pasal 40). Izin edar diatur

dalam pasal 41, penandaan dan informasi dalam pasal 41, dan mutu

sediaan dan alat kesehatan yang beredar dalam pasal 42.

Buku Farmakope Indonesia merupakan sumber acuan yang lengkap

yang memberikan keterangan tentag obat resmi di mana masing-masing

obat dijelaskan mengenai sumber, kandungan fisik maupun kimianya,

cara penyimpanan, dosis, dan lain-lain.

Sumber acuan yang lain yang memberikan informasi tentang obat

adalah buku DOI (Daftar Obat Indonesia) yang diterbitkan oleh PT

Gratidian Jaya, Jakarta. Buku ini menjelaskan berbagai obat sesuai

informasi dari pabrik farmasinya beserta Harga Jual Apotik (HJA) dan

Harga Eceran Tertinggi (HET).

Informasi tentang obat juga diperoleh dari buku Informasi Spesialite

Obat Indonesia (ISO) yang diterbitkan oleh Ikatan Sarjana Farmasi

Indonesia (ISFI). Dalam buku ini obat dikelompokkan berdasarkan daya

aksinya pada tubuh di mana masing-masing obat dijelaskan tentang nama

generik/dagang, pabrik farmasi yang membuat, kandungan kimia,

indikasi dan dosis. Buku ini diterbitkan secara periodik sehingga selalu

menjelaskan obat-obat baru yang belum dijelaskan pada terbitan dan

periode sebelumnya.

Pada setiap aspek pemberian obat, perawat harus yakin tentang order

pengobatan yang dibuat oleh dokter sehingga tidak terjadi tumpang tindih

kewenangan dalam pelaksanaanya. Pada dasarnya ada empat jenis order

pengobatan yaitu : staat order untuk obat yang diberikan mendadak

misalnya pada kedaan gawat darurat (beberapa rumah sakit

menggunakan istilah cyto). Staat order hanya berlaku satu kali dan bila

diinginkan obat, harus dibuat order baru. Single order merupakan

pesanan pengobatan satu kali pemberian pada saat tertentu namun tidak

harus segera diberikan, misalnya order pemberian Sulfa atropin sebagai

persiapan operasi. Standing order merupakan pesanan pengobatan yang

Page 5: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

diberikan pada jangka waktu tertentu, misalnya pemberian injeksi

gentamisin 500 mg selama 7 hari pada pasien pascaoperasi. Order kalau

perlumerupakan pesanan pemberian obat yang dapat dilakukan kalau

diperlukan saja, misalnya Ponstan yang hanya diberikan sewaktu pasien

mengeluh nyeri (Kozier, Erb, 1990, hal 1260).

Dengan melihat jenis order pengobatan, maka bila ada kesalahan

atau kekeliruan, penyidik akan mengetahui siapa yang bertanggung

jawab. Dalam hal ini, perawat dapat dituntut bila ia menyimpang dari

order yang diberikan sehingga menyebabkan masalah pada pasien.

Sanksi dapat diberikan tergantung pada jenis penyimpangan yang

dilakukan. Aturan pemberian sanksi telah dijelaskan dalam Undang-

Undang Republik Indonesia No.23 Tahun 1992 tentang kesehatan yaitu

pada pasal 77 (sanksi administrasi), pasala 55 (sanksi terhadap masalah

perdata), dan pasal 80-82 (sanksi terhadap masalah pidana). Sebagai

contoh misalnya seorang perawat yang melakukan suatu kejahatan yang

sangat serius maka sanksinya adalah :

“Pidana penjara 15 tahun dan denda Rp. 500.000,00” (pasal 80 ayat(1)

dan ayat (2))

Untuk mencega jangan sampai terkena sanksi ini, maka perawat

harus selalu teliti, benar dan hati-hati.

B.Undang-Undang dan Standar Obat

Pada tahun 1906 pemerintah Amerika Serikat menetapkan standar

kualitas dan kemurnian obat berdasarkan Pure Food and Drug Act

(Undang-Undang Makanan dan Obat Murni). Publikasi resmi, seperti

USP dan National Formulary, menetapkan standar kekuatan, kualitas

kemurnian pengepakan, keamanan, pelabelan, dan bentuk dosis obat. Di

Kanada, British Pharmacopoeia (BP) menetapkan sumber standar yang

sama. Dokter, perawat, dan ahli farmasi menggunakan standar ini untuk

memastikan klien menerima obat yang alami dalam dosis yang aman dan

efektif. Standar yang diterima masyarakat harus memenuhi kriteria :

Page 6: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

1. Kemurnian. Pabrik harus memenuhi standar kemurnian untuk tipe

dan konsentrasi zat lain yang diperbolehkan dalam produksi obat.

2. Potensi. Konsentrasi obat aktif dalam preparat obat memengaruhi

kekuatan atau potensi obat.

3. Bioavailability. Kemampuan obat untuk lepas dari bentuk dosisnya

dan melarut, diabsorpsi, dan diangkut tubuh ke tempat kerjanya

disebut bioavailbility.

4. Kemanjuran. Pemeriksaan laboratorium yang terinci dapat membantu

menentukan efektivitas obat.

5. Keamanan. Semua obat harus terus dievaluasi untuk menentukan efek

samping obat tersebut.

Undang-Undang Obat di Amerika Serikat

Tahun Nama Undang-Undang

Isi

1906

1912

1938

1945

Pure Food and Drug Act

Hamson Narcotic Act

Federal Food, Drug, and Cosmetic Act

Amendment to the Food and Drug Act

Durham-Humprey

Merancang standar resmi obat-obatan (USP dan the National Formulary); menspesifikasi standar pelabelan obat.

Secara resmi mengklasifikasi obat-obatan yang diyakini membentuk kebiasaan resmi narkotik; mengatur pemasokan, pembuatan, penjualan, dan penggunaan zat narkotik.

Menambahkan Homeopathic Pharmacopeia of the United State sebagai standar obat ketiga; mewajibkan preparat obat diakui aman oleh Food and Drug Administration sebelum dipasarkan; menguraikan kriteria lebih lanjut pelabelan obat.

Memberi sertifikasi untuk produk biologis yang digunakan sebagai obat (mis, insulin, antibiotik) berdasarkan kelompok tertentu; mengizinkan supervisi dan inspeksi langsung produksi obat.

Membedakan obat resep (“legenda”)

Page 7: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

1952

1962

1970

AmendmentKefauver Harris Amendment

Comprehensive Drug Abuse Prevention and Control Act (Controlled Substances Act)

dari obat tanpa resep.Memberi FDA kuasa untuk menyediakan produksi obat untuk menjamin keamanan dan kemanjurannya dan menetapkan nama obat yang resmi; memberi kontrol yang lebih besar terhadap obat-obatan yang diselidiki.

Menetapkan kontrol yang ketat terhadap pembuatan dan distribusi obat yang dikontrol (kepemilikan zat yang dikontrol secara tidak sah tanpa resep) menetapkan program pemerintah untuk meningkatkan pencegahan dan penanganan ketergantungan obat.

Undang-Undang Obat di Kanada

Tahun Nama Undang-Undang

Isi

1908

1953

1961

Proprietary of Patent Medicine Act

Canadian Food and Drug Act

Canadian Narcotic Control Act

Menetapkan standar untuk melindungi konsumen dari obat tanpa resep yang tidak aman dan tidak efektif.

Melarang penjualan obat yang terkontaminasi, tidak aman, dan labelnya tidak sesuai, merancang standar resmi, (Pharmacopoeia Internationalis, BP, dan Canadian Formulary), menetapkan obat tertentu yang dikontrol penggunaannya, melarang pengiklanan obat resep dan obat yang dikontrol kepada masyarakat, menetapkan standar pelabelan.

Membatasi penjualan, kepemilikan, dan penggunaan narkotik; menetapkan pedoman pelaporan kehilangan akibat pencurian narkotik; menetapkan standar pelabelan dan penyimpanan catatan.

Page 8: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

2.1.2 Nomenklatur dan Bentuk Obat

A. Nomenklatur/Nama

Sebuah obat dapat memiliki empat nama berbeda. Nama kimia

memberi gambaran pasti kompposisi obat. Salah satu contoh nama

kimia dalah asam asetilsalisilat yang biasa dikenal sebagai aspirin.

Nama generik diberikan oleh pabrik yang pertama kali memproduksi

obat tersebut sebelum mendapat izin dari FDA dan hal ini di lindungi

hukum. Aspirin dan verapamil hidroklorida adalah contoh nama

generik. Undang-undang federal pada tahun 1962 mewajibkan setiap

obat diberi sebuah nama resmi. Nama resmi obat adalah nama obat

yang terdaftar dalam publikasi resmi, misalnya dalam United States

Pharmacopeia (USP). Sebuah nama obat generik seringkali menjadi

nama resmi, misalnya pada kasus aspirin.

Nama dagang,nama merek, atau nama pabrik adalah nama yang

digunakan pabrik dalam memasarkan obat. Sebuah obat generik dapat

memilki nama dagang yang berbeda. Contoh, aspirin dikenal dengan

nama dagang Bufferin dan verapamil hidroklorida dikenal dengan nama

dagang Calan dan Isoptin. Nama dagang memilki simbol ® di sebelah

kanan atas nama obat, yang mengindikasikan bahwa obat terdaftar.

Pabrik mencoba memilih nama-nama dagang yang mudah diucapkan

dan dieja, sehingga masyarakat lebih mudah menganal dan mengingat

obat. Karena banyak perusahaan memproduksi obat yang sama,

kemiripan nama dagang dapat membingungkan. Perawat menemukan

obat dalam berbagai nomenklatur atau nama yang berbeda dan harus

meneliti nama dan ejaan yang tepat untuk obat tertentu.

B. Bentuk Obat

a. Bentuk Sediaan Obat Padat

Obat kelomppok ini dapat diberikan melalui empat rute yaitu :

1. Oral

Bentuk oral adalah obat yang masuk melalui mulut. Pada

umumnya cara ini lebih disukai karena paling murah dan nyaman

Page 9: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

untuk diberikan. Bentuk obat sediaan padat yang diberikan

melalui oral yaitu :

a) Serbuk, campuran kering bahan obat atau zat kimia, diameter

1,2-1,7 µm dengan atau tanpa vehikulum serta untuk

penggunaan.

Macam serbuk :

1. Serbuk terbagi

1) Pulveres, dikemas dalam suatu bungkus/sachet untuk

dosis tunggal. Cara penggunaan dilarutkan atau

disuspensikan dalam aquadest sebelum diminum.

2. Serbuk tak terbagi

1) Bulk powder tersedia sebagai sirup oral antibiotik dan

serbuk kering lainnya yang tidak poten (antasida,dll)

untuk multiple dose. Cara penggunaan dilarutkan atau

disuspensikan dalam aquadest sebelum diminum.

2) Serbuk tabur, ditaburkan pada kulit.

3) Serbuk injeksi, dilarutkan atau disuspensikan dalam

aqua pro injeksi.

b) Granul, sediaan bentuk padat berupa partikel serbuk dengan

diameter 2-4µm dengan atau tanpa vehikulum. Cara

penggunaan sebelum diminum dilarutkan atau disuspensikan

dulu dalam air pelarut yang sesuai.

c) Tablet, sediaan obat berbentuk padat kompak dan merupakan

tipe umum dari suatu tablet. Berdasarkan formulasinya, tablet

dapat berupa : tablet padat biasa, tablet sublingual (dilarutkan

dibawah lidah), tablet bukal (dilarutkan antara pipi dan gusi),

tablet bersalut gula (menutupi bau dan rasa tidak enak), tablet

bersalut enteric (untuk mencegahnya larut dalam lambung

dan sampai dan di usus halus baru dipecah). Berdasarkan

bentuknya dibedakan menjadi 2 yaitu bulat pipih dengan

kedua permukaannya rata atau cembung, dalam

Page 10: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

perdagangannya disebut Tablet. Sedangkan silindris seperti

kapsul, dalam perdagangannya disebut Kaplet.

d) Kapsul, sediaan padat, bahan aktifnya berbentuk padat atau

setengah padat dengan atau tanpa bahan tambahan dan

terbungkus suatu cangkang yang keras terbuat dari gelatin

dengan atau tanpa bahan tambahan.

2.Topikal

Bentu obat ini dipakai untuk permukaan luar badan dan berfungsi

melindungi atau sebagai vehikel untuk menyampaikan obat.

Bentuk penting obat topikal dalah salep dan krim/pasta. Salep

berbentuk agak padat (semisolid), preparat yang dioles pada kulit

biasanya mengandung satu atau atau lebih obat, salep dipakai

untuk lesi kering dan bertahan di kulit lebih lama. Krim/pasta

lebih kental dan lebih kaku daripada salep, diabsorpsi melalui

kulit lebih lama daripada salep, krim/pasta umumnya dipakai

untuk lesi basah.

3.Rectal/Vaginal

Supositoria adalah obat dalam bentuk mirip peluru dan akan

mencair pada suhu badan. Supositoria adalah cara memberi obat

melalui rectum untuk lesi setempat agar diserap sistemik. Serupa

dengan supositoria namun bentuknya dirancang khusus untuk

vagina.

b. Bentuk Sediaan Obat Cair

Bentuk obat cairan terdapat 3 kelompok utama yaitu:

1. Larutan (solution) adalah preparat terdiri atas satu atau lebih obat

yang dilarutkan dalam larutan, biasanya air. Contoh larutan

penyegar cap kaki tiga, iodine providon solution.

Cara mengenal kerusakan :

a) Terjadinya kekeruhan atau perubahan warna

b) Terbentuk kristal atau endapan zat padat

c) Terjadi perubahan bau

Page 11: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

2. Suspensi (suspension) adalah preparat bubuk halus yang

disuspensi dalam cairan dan umumnya perlu dikocok dahulu

sebelum dipakai.

Macam :

a) Suspensi oral : sanmag suspensi

b) Suspensi topical termasuk di dalamnya lotion

c) Suspensi untuk injeksi : penisilin suspensi

Cara mengenal kerusakan :

a) Terbentuk cake yang tidak dapat terdispersi kembali

b) Terjadi perubahan warna dan perubahan bau

3. Emulsi (emulsa) adalah preparat terdiri atas butiran-butiran air dalam

minyak dengan agens pengemulsi atau butiran minyak dalam air

(misalnya : scott’s emulsion). Perlu dikocok dahulu sebelum dipakai.

Berdasarkan cara pemberiannya, bentuk sediaan cair digolongkan

menjadi :

1. Sediaan cair oral adalah sediaan cair yang dibuat untuk pemberian

oral, mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan

pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut dalam air.

Macam :

a) Elixir, sediaan larutan yang mengandung bahan obat dan bahan

tambahan yang memiliki bau dan rasa yang sedap dan pelarut

digunakan campuran air etanol.

b) Sirup, suatu larutan obat yang mengandung satu atau lebih jenis

obat dengan zat tambahan dan sukrosa sebagai pemanis.

c) Guttae (drop), sediaan cair (umumnya larutan) apabila tidak

dinyatakan lain dimaksudkan untuk obat dalam. Digunakan

dengan cara meneteskan :

(a) Guttae ophthalmicae (tetes mata)

(b) Mouthwash (pencuci mulut)

(c) Guttae nasals (tetes hidung)

Page 12: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

(d) Guttae auricularis (tetes telinga)

2. Sediaan cair topikal, sediaan cair yang biasanya mengandung air

tetapi seringkali juga pelarut lain, misalnya etanol untuk

penggunaan topikal pada kulit.

c. Bentuk Sediaan Gas

Bentuk gas bersifat anastetik atau terapeutik :

1. Gas terapeutik

Oksigen untuk mengatasi hipoktasi atau melawan keracunan CO

(karbon monoksida) CO2 (karbondioksida) dipakai bersama

oksigen untuk mengatasi depresi pernafasan, asfiksia dan

keracunan CO. Pada tindakan bedah, dipakai untuk

meningkatkan kepadatan induksi dan pemulihan setelah anastesi.

2. Gas anestetik

Contohnya adalah halolatan

d. Bentuk Aerosol

Obat bentuk ini dibawah tekanan, berupa larutan. Yang berbentuk

larutan disemprotkan berupa kabut dalam mulut serta dihirup

kedalam paru, misalnya salbutamol (ventolin) dengan alat

penyemprot khusus.

2.1.3 Sifat Kerja Obat

Obat bekerja menghasilkan efek terapeutik yang bermanfaat. Sebuah

obat tidak menciptakan suatu fungsi di dalam jaringan tubuh atau organ,

tetapi mengubah fungsi fisiologis. Obat dapat melindungi sel dari

pengaruh agens kimia lain, meningkatkan fungsi sel, atau mempercepat

atau memperlambat proses kerja sel. Obat dapat mengantikan zat tubuh

yang hilang (contoh, insulin, hormon tiroid, atau estrogen).

2.1.4 Berat dan Komposisi Badan

Ada hubungan langsung antara jumlah obat yang diberikan dan

jumlah jaringan tubuh tempat obat didistribusikan. Kebanyakan obat

diberikan berdasarkan berat dan komposisi tubuh dewasa. Perubahan

Page 13: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

komposisi tubuh dapat mempengaruhi distribusi obat secara bermakna.

Contoh tentang hal ini dapat ditemukan pada klien lansia. Karena

penuaan, jumlah cairan tubuh berkurang, sehingga obat yang dapat larut

dalam air tidak didistribusikan dengan baik dan konsentrasinya

meningkat di dalam darah klien lansia. Peningkatan presentase lemak

tubuh secara umum ditemukan pada klien lansia, membuat kerja obat

menjadi lebih lama karena distribusi obat di dalam tubuh lebih lambat.

Semakin kecil berat badan klien, semakin besar konsentrasi obat di dalam

jaringan tubuhnya, dan efek obat yang dihasilkan makin kuat. Lansia

mengalami penurunan masa jaringan tubuh dan tinggi badan dan

seringkali memerlukan dosisi obat yang lebih rendah daripada klien yang

lebih muda.

2.1.5 Dinamika Sirkulasi

Obat lebih mudah keluar dari ruang interstisial ke dalam ruang

intravaskular daripada di antara kompartemen tubuh. Pembuluh darah

dapat ditembus oleh kebanyakan zat yang dapat larut, kecuali oleh

partikel obat yang besar atau berikatan dengan protein serum.

Konsentrasi sebuah obat pada sebuah tempat tertentu bergantung pada

jumlah pembuluh darah dalam jaringan, tingkat vasodilasi atau

vasokonstriksi lokal, dan kecepatan aliran darah ke sebuah jaringan.

Latihan fisik, udara yang hangat, dan badan yang mengigil mengubah

sirkulasi lokal. Contoh, jika klien melakukan kompres hangat pada

tempat suntikan intarmuskular, akan terjadi vasodilatasi yang

meningkatkan distribusi obat. Membran biologis berfungsi sebagai barier

terhadap perjalanan obat.

Membran biologis berfungsi sebagai barier terhadap perjalanan obat.

Barier darah-otak hanya dapat ditembus oleh obat larut lemak yang

masuk ke dalam otak dan cairan serebrospinal. Infeksi sistem saraf pusat

perlu ditangani dengan antibiotik yang langsung disuntikkan ke ruang

subaraknoid di medula spinalis. Klien lansia dapat menderita efek

samping (mis, konfusi) akibat perubahan peremeabilitas barier darah-

Page 14: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

otak karena masuknya obat larut-lemak ke dalam otak lebih mudah.

Membran plasenta merupakan barier yang tidak selektif terhadap otak.

Agens yang larut dalam lemak dan tidak larut dalam lemak dapat

menembus plasenta dan membuat janin mengalami deformitas (kelainan

bentuk), depresi pernafasan, dan pada kasus penyalahgunaan narkotik,

gejala putus zat. Wanita perlu mengetahui bahaya penggunaan obat

selama masa hamil.

2.1.6 Faktor yang Mempengaruhi Kerja Obat

Sejumlah faktor selain obat itu sendiri dapat memengaruhi kerja

obat. Setiap orang mungkin tidak berespons sama terhadap dosis obat

yang berturut – turut. Selain itu, obat dan dosis yang sama dapat memberi

pengaruh yang berbeda pada masing – masing klien.

a. Faktor Perkembangan

Selama kehamilan, wanita harus berhati – hati mengonsumsi obat.

obat yang dikonsumsi selama kehamilan meningkatkan selama resiko

kehamilan, tetapi resiko yang paling tinggi adalah selama trimester

pertama, yang merupakan saat pembentukan organ – organ vital dan

fungsi tubuh janin. Kebanyakan obat yang dikontraindikasikan

karena kemungkinan efek samping pada janin.

Bayi biasanya memerlukan dosis kecil kerena ukuran tubuh dan

organ – organ mereka belum matur, terutama hati dan ginjal. Bayi

sering kali tidak memiliki enzim – enzim yang diperlukan untuk

metabolism obat oleh karena itu, bayi memerlukan dosis obat dan

berbeda dari orang dewasa. Pada masa remaja dan dewasa, reaksi

alergi dapat terjadi terhadap obat yang sebemnya dapat ditoleransi.

Klien yang lanjut usia dapat direspos yang berbeda terhadap obat

akibat perubahan fisiologik yang menyertai penuaan. Perubahan ini

termasuk penurunan fungsi ginjal dan hati, yang mengakibatkan

akumulasi obat di dalam tubuh. Selain itu, klien lansia mungkin

menerima obat multiple dan dapat terjadi inkompatibilitas.

Page 15: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

Klien lansia sering kali mengalami penurunan mobilitas lambung dan

penurunan produksi asam lambung serta aliran darah, yang dapat

mengganggu absorpsi obat. peningkatan jaringan adiposa dan

penurunan proposicairan tubuh total terdahap massa tubuh dapat

mengalami penurunan jumlah tempat ikatan protein dan perubahan

pada sawar darah otak. Perubahan pada sawar darah otak

memungkinkan obat larut lemak mudah bergerak ke otak, sering kali

mengakibatkan limbung dan konfusi. Hal ini terutama terjadi pada

pemberian beta bloker.

b. Jenis Kelamin

Wanita dan pria memiliki respons yang berbeda terhadap obat

terutama berhubungan dengan perbdaan distribusi lemak tubuh,

cairan tubuh, dan hormon. Karena banyak obat yang diteliti dilakukan

pada pria, penelitian pada obat pada wanita prlu dilakukan untuk

mengetahui efek perubahan hormonal terhadap kerja obat pada

wanita.

c. Faktor Budaya, Etink dan Genetik

Respons klien terhadap obat dipengaruhi usia, jenis kelamin, dan

komposisi tubuh. Variasi respons ini disebut polimorfisme obat

(kudzma, 1999), penelitian menunjukkan bahwa etnik dapat

memengaruhi perbedaan respons pada obat. Kudzma,

(1999)menunjukkan bahwa metabolisme obat ditentukan secara

ginetik dan, akibatnya, ras dapat memengaruhi respons terhadap obat.

hal ini disebut, polimorfisme genetik. Gen – gen yang mengendalikan

metabolisme hati bervariasi dan beberapa klien dapat menunjukkan

metabolism yang lambat, sedangkan yang lainnya cepat. Penelitian

menunjukkan obat – obat tertentu dapat bekerja dengan baik pada

dosis terapeutik yang biasa untuk kelompok etnik tertentu, tetapi

dapat bersifat toksik pada ke;lompok yang lain. Kudzma (1999)

memberikan contih, obat antipsikotik dan antiansietas terbukti efektif

untuk orang Amerika Afrika, kaukasia, hispanik; sedangkan klien

keturunan Asia mungkin memerlukan dosis yang lebih rendah karena

Page 16: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

metabolism jenis obat tersebut lebih lambat, yang mengakibatkan

orang keturunan Asia lebih rentan terhadap efek samping obat. fektor

budaya dan praktik budaya (mis., niloai dan kepercayaan) juga dapat

memengaruhi kerja obat. sebagai contoh, obayt – obat herbal (mis.,

herbal gingseng cina) dapat mempercepat atau memperlambat

metabolisme obat yang diprogramkan. Pemberian asuhan yang

kompeten sesuai budaya memberikan pedoman bagi perawat dalam

merawat klien dari budaya yang berbeda.

d. Diet

Zat gizi dapat mengubah kerja obat. Sebagai contoh, vitamin K yang

ditemukan pada sayuran berdaun hijau dapat menghilangkan efek

antikoagulan seperti warfarin (Coumadin).

e. Lingkungan

Lingkungn klien dapat memberi efek terhadap kerja obat yang di

gunakan untuk mengubah perilaku dan alam perasaan. Oleh sebab itu,

perawat yang mengkaji tentang efek perlu mempertimbambangkan

obat dalam konteks kepribadian dan lingkungan lain.

Suhu lingkungan juga dapat memengaruhi aktivitas obat. Ketika suhu

lingkungan tinggi, pembuluh darah perifer dilatasi, sehingga

meningkatkan vasokontriksi menghambat kerja vasoilator tetepi

memperkuat kerja vasokontriktor. Klien yang mengonsumsi sedatif

atau analgesik dalam lingkungan yang sibuk dan bising mungkin

tidak memperoleh khasiat yang sama seperti jika klien berada di

lingkungan yang tenang dan damai.

f. Faktor Psikologik

Harapan klien tentang apa yang dapat obat lakukan dapat

memengaruhi respons terhadap obat. Sebagai contoh, klien yang

meyakini bahwa koein tidak efektif untuk analgesik mungkin tidak

merasakan peredaan nyeri setelh obat diberikan.

g. Sakit dan Proses Penyakit

Sakit dan proses penyakit juga dapat memengaruhi kerja obat.

Sebagai contoh, aspirin dapat menurunkan suhu tubuh pada klien

Page 17: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

yang demam, tetapi tidak memberi dampak apa–apa pada tubuh klien

yang tidak mengalami demam. Kerja obat terganggu pada klien yang

mengalami disfungsi sirkulsi, hati, atau ginjal.

h. Waktu Pemberian Obat

Waktu pemberian obat oral memengaruhi kecepatan relatif kerja obat.

Obat yang diberikan secara oral diabsorsi lebih cepat jika lambung

dalam keadaan kosong. Oleh sebab itu, obat oral yang dimakan 2 jam

sebelum makn memiliki kerja obat yang lebih cepat dibaningkan obat

yang diberikan setelah makan. Namun, beberapa obat, sebagai contoh

preparat zat besi, mengiritasi saluran cerna dan harus diberikan

setelah makan, agar obat dapat ditoleransi dengan baik. Irama tidur-

bangun klien dapat memengaruhi kerja obat. Variasi sirkadian

haluaran urine dan sirkulasi darah, sebagai contoh, dapat

memengaruhi respons klien terhadap obat.

2.1.7 Rute Pemberian Obat

A. Pemberian Obat Per Oral

Pemberian obat per oral merupakan cara yang paling banyak

dipakai karena ini merupakan cara yang paling mudah, murah, aman,

dan nyaman bagi pasien. Berbagai bentuk obat dapat diberikan secara

oral baik dalam bentuk tablet, sirup, kapsul atau puyer. Untuk

membantu absorbsi, maka pemberian obat per oral dapat disertai

dengan pemberian setengah gelas air atau cairan yang lain.

Kelemahan dari pemberian obat per oral adalah pada aksinya

yang lambat sehingga cara ini tidak adapt dipakai pada keadaan

gawat. Obat yang diberikan per pral biasanya membutuhkan waktu

30 sampai 45 menit sebelum diabsorbsi dan efek puncaknya dicapai

setelah 1 sampai dengan 1 setengah jam. Rasa dan bau obat yang

tidak enak sering menganggu pasien. Cara per oral tidak dapat

dipakai pada pasien yang mengalami mual-mual, muntah, semi koma,

pasien yang akan menjalani pengisapan cairan lambung serta pada

pasien yang mempunyai gangguan menelan.

Page 18: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan iritasi lambung dan

menyebabkan muntah (misal garam besi dan salisilat). Untuk

mencegah hal ini, obat dipersiapkan dalam bentuk kasul yang

diharapkan tetap utuh dalam suasana asam di lambung, tetapi menjadi

hancur pada suasana netral atau basa di usus. Dalam memberikan

obat jenis ini, bungkus kapsul tidak boleh dibuka, obat tidak boleh

dikunyah dan pasien diberi tahu untuk tidak minum antasid atau susu

sekurang-kurangnya satu jam setelah minum obat.

Apabila obat dikemas dalam bentuk sirup, maka pemberian harus

dilakukan dengan cara yang paling nyaman khususnya untuk obat

yang pahit atau rasanya tidak enak. Pasien dapat diberi minuman

dingin (es) sebelum minum sirup tersebut. Sesudah minum sirup

dapat diberi minum, pencuci mulut atau kembang gula.

Cara Kerja Pemberian Obat Per Oral

Peralatan :

1. Baki berisi obat-obatan atau kereta sorong obat-obat (tergantung

sarana yang ada)

2. Kartu rencana pengobatan

3. Cangkir disposible untuk tempat obat

4. Martil dan lumpang penggerus (bila diperlukan)

Tahap kerja :

1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

2. Cuci tangan

3. Kaji kemampuan pasien untuk dapat minum obat per oral

(kemampuan menelan, mual dan muntah, akan dilakukan

penghisapan cairan lambung, atau tidak boleh makan/minum).

4. Periksa kembali order pengobatan (nama pasien, nama dan dosis

obat, waktu dan cara pemberian). Bila ada keraguan laporkan ke

perawat jaga atau dokter.

5. Ambil obat sesuai yang diperlukan.

6. Bantu untuk minum obat dengan cara :

Page 19: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

a. Apabila memberikan tablet atau kapsul dari botol, tuangkan

jumlah yang dibutuhkan ke dalam tutup botol dan pindahkan

ke tempat obat. Jangan menyentuh obat dengan tangan. Obat

berupa kapsul jangan dilepaskan pembungkusnya.

b. Yakin bahwa tidak pada pasien yang salah

c. Atur posisi pasien duduk bila mungkin

d. Kaji tanda-tanda vital pasien

e. Berikan cairan/air yang cukup untuk membantu menelan, bila

sulit menelan anjurkan pasien meletakan obat di lidah bagian

belakang, kemudian pasien dianjurkan minum

f. Bila obat mempunyai rasa tidak enak, beri pasien beberapa

butir es batu untuk diisap sebelumnya, atau berikan obat

dengan menggunakan lumatan apel atau pisang.

7. Catat tindakkan yang telah dilakukan meliputi nama dan dosis

obat yang diberikan, setiap keluhan dan hasil pengkajian pada

pasien. Bila obat tidak dapat masuk, catat secara jelas dan tulis

tanda tangan dengan jelas.

8. Kembalikan semua peralatan yang dipakai dengan tepat dan benar

kemudian cuci tangan.

9. Lakukan evaluasi menegenai efek obat pada pasien kurang lebih

30 menit setelah waktu pemberian.

B. Pemberian Secara Sublingual

Obat dapat diberikan pada pasien secara sublingual yaitu dengan

cara meletakkan obat di bawah lidah. Meskipun cara ini jarang

dilakukan, namun perawat harus mampu melakukannya. Dengan cara

ini, aksi kerja obat lebih cepat yaitu setelah hancur dibawah lidah

maka obat akan segera mengalami absorbi ke dalam pembuluh darah.

Cara ini juga mudah dilakukan dan pasien tidak mengalami

kesakitan. Pasien diberitahu untuk tidak menelan obat kerena bila

ditelan, obat menjadi tidak aktif oleh adanya proses kimiawi dengan

cairan lambung. Untuk mencegah obat tidak di telan, maka pasien

diberitahu untuk memberikan obat tetap di bawah lidah sampai obat

Page 20: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

menjadi hancur dan terserap. Obat yang sering sering diberikan

dengan cara ini adalah nitrogliserin yaitu obat vasodilator yang

mempunyai efek vasodilatasi pembuluh darah. Obat ini banyak

diberikan pada pasien yang mengalami nyeri dada akibat angina

pektoris. Dengan cara sublingual, obat reaksi dalam satu menit dan

pasien dapat merasakan efeknya dalam waktu tiga menit. (Rodman

dan Smith, 1979).

C. Pemberian Obat Secara Bukal

Dalam pemberian obat secara bukal, obat diletakkan antara gigi

dengan selaput lendir pada pipi bagian dalam. Seperti pada

pemberian secara sublingual, pasien dianjurkan untuk memberikan

obat pada selaput lendir pipi bagian dalam sampai obat hancur dan

diabsorbsi. Kerja sama pasien sangat penting dalalm pemberian obat

cara ini karena biasanya pasien akan menelan yang akan

menyebabkan obat menjadi tidak efektif.

Cara pemberian ini jarang dilakukan dan pada saat ini hanya

jenis preparat hormon dan enzim yang menggunakan metode ini

misalnya hormon polipeptida oksitosin pada kasus obstetrik. Hormon

oksitosin mempunyai efek meningkatkan tonus serta motilitas otot

uterus dan digunakakn untuk memacukelahiran pada kasus-kasus

tertentu (Rodman dan Smith, 1979).

D. Pemberian Obat Secara Parenteral

Istilah parenteral mempunyai arti setiap jalur pemberian obat

selain melaui enteral atau saluran pencernaan. Lazimnya, istilah

parenteral dikaitkan dengan pemberian obat secara injeksi baik

intradermal, subkutan, intramuskular, atau intravena. Pemberian obat

secara parenteral mempunyai aksi kerja lebih cepat dibanding dengan

secara oral. Namun, pemberian secara parenteral mempunyai

berbagai risiko antara lain erusak kulit, menyebabkan nyeri pada

pasien, salah tusuk dan lebih mahal. Demi keamanan pasien, perawat

harus mempunyai pengetahuan yang memadai tentang cara

Page 21: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

pemberian obat secara parenteral termasuk cara menyiapkan,

memberikan obat dan menggunakan teknik steril.

Dalalm memberikan obat secara parenteral, perawat harus

mengetahui dan dapat menyiapkan peralatan yang benar yaitu : alat

suntik (spuit/syringe), jarum, vial dan ampul). Menurut bentuknya

spuit mempunyai tiga bagian yaitu bagian ujung yang berkaitan

dengan jarum, bagian tabung dan bagian pendorong obat. Dilihat dari

bahan pembuatnya spuit dapat berupa spuit kaca (jarang digunakan)

dan spui plastik (spuit disposible). Ditinjau dari penggunaanya spuit

dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu spui standard hipodermik,

spuit insulin dan spuit tuberkulin.

Jarum merupakan alat pelengkap spuit. Jarum injeksi terbuat dari

bahan stainless yang mempunyai ukuran panjang dan besar yang

bervariasi. Jarum mempunyai ukuran panjang berkisar antara 1,27

sampai dengan 12,7 cm. Besar jarum dinyatakan dengan satuan gauge

antara nomor 14 sampai dengan 28 gauge. Semakin besar ukuran

gauge-nya semaki kevil diameternya. Diameter yang besar dapat

menimbulkan rasa sakit saat ditusukkan. Penggunaan ukuran jarum

ini disesuaikan dengan keadaan pasien yang meliputi umur,

gemuk/kurus, jalur yang akan dipakai dan obat yang akan

dimasukkan.

Cairan obat untuk diberikan secara parenteral, biasanya dikemas

dalam ampul atau vial. Ampul biasanya terbuat dari bahan gelas.

Sebagian besar bagian leher ampul mempunyai tanda bewarna

melingkar yang dapat dipatahkan. Bila bagian leher tidak mempunyai

tanda berarti bagian pangkal leher harus digergaji dengan geraji

ampul sebelum dipatahkan. Vial mempunyai ukuran yang bervariasi.

Bagian penutupnya biasanya terbuaut dari plastik yang dilindungi

dengan logam.

Vial dibuka dengan cara membuka logam tipis penyegel bagian

atas vial sehingga bagian karet akan kelihatan. Cairan obat diambil

Page 22: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

dengan cara menusukkan jarum spuit pada karet penutup vial. Untuk

lebih jelasnya bacalah kerja meyiapkan obat dari ampul dan vial.

Cara Kerja Menyiapkan Obat dari Ampul dan Vial :

1. Siapkan peralatan meliputi :

a. Vial atau ampul yang berisi cairan obat steril

b. Kapas alkohol

c. Jarum dan spuit sesuai ukuran yang dibutuhkan

d. Air steril atau normal salin bila diperlukan

e. Kassa pengusap

f. Turniket untuk injeksi intravena

g. Kartu obta atau catatan rencana pengobatan

2. Periksa dan yakinkan bahwa order pengobatan dan cara

pemberiannya telah akurat.

3. Siapkan ampul atau vial yang berisi obat sesuai yang diperlukan

dan kemudian buka dengan cara sebagai berikut :

a. Untuk ampul: pegang ampul dan bila cairan obat banyak

terletak di bagian kepala, jentiklah kepala ampul atau

putar ampul beberapa kali sehingga obat akan turun ke

bawah. Bila perlu bersihkan bagian leher ampul. Ambil

kassa steril letakkan diantara sampul dan ibu jari dengan

jari-jari anda kemudia patahkan leher ampul ke arah

berlawanan dengan anda.

b. Untuk vial : Bila perlu campur larutan dengan memutar-

mutar vial dalam genggaman anda (buka dengan

mengocok). Buka logam penyegel kemudian disinfeksi

karet vial dengan kapas alkohol 70%.

4. Ambil cairan obat dengan cara sebagai berikut :

a. Untuk obat dalam ampul; sebaiknya gunakan jarum

berfilter. Buka penutup jarum kemudian secara hati-hati

masukkan jarum yang terpasang pada spuit ke dalam

ampul dan hisap cairan sesuai yang dibutuhkan. Bila spuit

Page 23: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

akan digunakan untuk injeksi, ganti jarum filter dengan

jarum biasa.

b. Untuk obat dalam via; pasang jarum berfilter pada spuit,

buka penutup jarum dan tarik pengokang spuit agar udara

masuk ke tabung spuit. Secara hati-hati tusukkan jarum di

tengah karet penutup vial lalu masukkan udara.

Pertahankan jarum tidak menyentuh cairan obat hingga

udara tidak membuang gelembung. Pegang vial sejajar

dengan mata lalu tarik obat secukupnya secara hati-hati.

Tarik spuit dari vial kemudian tutup jarum dengan dengan

kap penutup lalu ganti jarum pada spuit dengan jarum

biasa.

c. Bila obat berbentuk bubuk (powder), bacalah cara

penggunaannya. Obat injeksi bentuk bubuk harus dibuat

dalam larutan dulu sebelum diambil. Untuk membuat

larutan obat bubuk maka sebelum dibuat larutan, hisap

udara dalam vial yang berisi obat tersebut dengan spuit

(kecuali untuk obat yang tidak diperbolehkan). Masukkan

air steril atau cairan lain sesuai yang dibutuhkan ke

dalamnya, kemudian putar-putar vital sampai obat

menjadi larutan. Bila obat merupakan multidosis, beri

label pada vial tersebut tentang tanggal dicampur,

banyaknya obat dalam vial dan tanda tangan anda. Bila

perlu disimpan, baca cara penyimpanannya sesuai yang

dianjurkan oleh pabrik farmasi.

d. Bila obat perlu dicampur dari beberapa vial misalnya dua

vial, maka perawat harus berupaya mencegah

tercampurnya obat pada kedua vial tersebut. Cara

mencampur obat dari dua vial adalah masukkan udara

secukupnya pada vial A dan jaga jarum tidak menyentuh

cairan. Lalu cabut jarum kemudian hisap udara

secukupnya lalu masukkan pada vial B. Hisap cairan obat

Page 24: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

dari B sesuai yang diperlukan kemudian cabut spuit

tersebut. Ganti jarum kemudian tusukkan pada vial A dan

hisap cairan obat dari vial A sesuai yang diperlukan

berikutnya cabut spuit dari vial A.

a. Injeksi Intradermal

Injeksi Intradermal atau intrakutan merupakan injeksi yang

ditusukkan pada lapisan dermis atau di bawah

epidermis/permukaan kulit. Injeksi ini dilakukan secara terbatas,

karena hanya sejumlah kecil obat yang dapat dimasukkan. Cara

ini lazim digunakan untuk test tuberkulin dan test untuk

mengetahui reaksi alergi terhadap obat tertentu serta vaksinasi.

Kadang-kadang cara ini digunakan pada anastesi lokal kemudian

dilanjutkan untuk injeksi pada area yang lebih dalam. Area yang

lazim digunakan untuk injeksi intradermal adalah lengan bawah

bagian dalam, dada bagian atas dan punggung pada area skapula.

Cara kerja :

1. Siapkan peralatan antara lain :

a) Spuit ukuran 1ml dengan kalibrasi ratusan mililiter

b) Jarum dengan ukuran sesuai kebutuhan, biasanya nomor

25, 26 atau 27 gauge, panjang ¼ sampai dengan 5/8

c) Kapas alkohol

d) Buku pengobatan dan instruksi pengobatan.

2. Beritahu pasien

3. Siapkan area yang akan diinjeksi misalnya lengan kanan atau

lakukan desinfeksi dengan kapas alkohol

4. Pegang erat lengan pasien dengan tangan kiri dan tangan

satunya memegang spuit ke arah pasien

5. Tusukkan spuit dengan sudut 15º pada epidermis kemudian

teruskan sampai dermis lalu dorong cairan obat. Obat ini

akan menimbulkan tonjolan di bawah permukaan kulit

6. Cabut spuit, usap pelan-pelan area penyuntikan dengan kapas

antiseptik tanpa memberikan masage (masage dapat

Page 25: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

menyebabkan obat masuk ke jaringan atau keluar melalui

lubang injeksi).

b. Injeksi Subkutan/sc

Injeksi subkutan diberikan dengan menusuk area di bawah

kulit yaitu pada jaringan konektif atau lemak di bawah dermis.

Setiap jaringan subkutan dapat dipakai untuk area injeksi ini,

yang lazim adalah pada lengan ats bagian luar, paha bagian

depan. Area lain yang lazim digunakan adalah perut, area skapula,

ventrogluteal dan dorsogluteal. Injeksi harus tidak diberikan pada

area yang nyeri saja, merah, pruritis atau edema. Pada pemakaian

injeksi subkutan jangka lama, maka injeksi perlu direncanakan

untuk diberikan secara rotasi pada area yang berbeda.

Jenis obat yang lazim diberikan secara subkutan adalah

vaksin, obat-obatan preoperasi, narkotik, insulin, heparin.

Cara kerja :

1. Siapkan peralatan yang berupa :

a. Buku catatan rencana/order pengobatan.

b. Vial atau ampul berisi obat yang diberikan.

c. Spuit dan jarum steril (spuit 2 ml, jarum ukuran 25 gauge,

5/8 – ½ inci).

d. Kapas antiseptik steril.

e. Kassa steril untuk membuka ampul (bila diperlukan)

2. Masukan obat dari vial atau ampul ke dalam tabung spuit

dengan cara yang benar.

3. Beritahu pasien dan atur dalam posisi yang nyaman (jangan

keliru pasien;bantu pasien pada posisi yang mana lengan,

kaki, atau perut yang akan digunakan injeksi dapat rileks).

4. Pilih area tubuh yang tepat, kemudian usap dengan kapas

antiseptik dari tengah keluar secara melingkar sekitar 5 cm

menggunakan tangan yang tidak untuk menginjeksi.

5. Sipakan spuit, lepas kap penutup secara tegak lurus sambil

menunggu antiseptik kering dan keluarkan udara dari spuit.

Page 26: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

6. Pegang spuit dengan salah satu tangan antara jempol dan jari-

jari pada area injeksi dengan telapak tangan menghadap ke

arah samping atau atas untuk kemiringan 45º atau dengan

telapak tangan menghadap ke bawah untuk kemiringan 45º.

Gunakan tangan yang tidak memegang spuit untuk

mengangkat atau merentangkan kulit, lalu secara hati-hati dan

mantap tangan yang lain menusukkn jarum. Lakukan aspirasi,

bila muncul darah maka segera cabut spuit untuk dibuang dan

diganti spuit dan obat baru. Bila tidak muncul darah, maka

pelan-pelan dorong obat ke dalam jaringan.

7. Cabut spuit lalu usap dan masage pada area injeksi. Bila

tempat penusukkan mengeluarkan darah, maka tekan area

tusukkan dengan kassa steril kering sampai perdarahan

berhenti.

8. Buang spuit tanpa harus menutup jarum dengan kapnya

(mencegah cidera bagi perawat) pada tempat pembuangan

secara benar.

9. Catat tindakan yang telah dilakukan.

10. Kaji keefektifitasan obat.

c. Injeksi Intramuskular/im

Injeksi intramuskular dilakukan dengan beberapa tujuan yaitu

untuk memasukkan obat dalam jumlah yang lebih besar dibanding

obat yang diberikan melalui subkutan. Absorbsi juga lebih cepat

dibanding dengan pemberian obat pemberian secara subkutan

karena lebih banyak suplai darah di otot tubuh. Pemberian dengan

cara ini dapat pula mencegah/mengurangi iritasi obat. Namun,

perawat harus hati-hati dalam melakukaj injeksi intramuskular

karena cara ini dapat menyebabkan luka pada kulit dan rasa nyeri

serta takut pada pasien.

Page 27: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

Beberapa lokasi pada tubuh dapat digunakan untuk injeksi

intramuskular. Namun, yang lazim digunakan adalah deltoid,

dorsogluteal, ventrogluteal, vastus lateralis, dan rektus femoris.

Area-area di atas digunakan karena berbagai alasan antara

lain karena massa otot yang besar, vaskularisasi baik dan jauh dari

syaraf. Dalam pelaksanaannya, perawat harus mempertimbangkan

usia pasien, ukuran dan kondisi dari otot yang akan diinjeksi.

Untuk menghindari obat salah masuk pada jaringan subkutan,

maka pada saat menginjeksi, jarum diatur pada posisi tegak lurus

90º.

Area Deltoid. Area ini dapat ditemukan pada lengan atas

bagian luar. Area ini jarang digunakan untuk injeksi

intramuskular karena mempunyai risiko besar terhadap bahaya

tertusuknya pembuluh darah, mengenai tulang atau serabut saraf.

Cara sederhana menentukan lokasi injeksi pada deltoid adalah

dengan cara meletakkan dua jari secara vertikal di bawah

akromion, dengan jari yang atas di atas akromion. Lokasi injeksi

adalah tiga jari di bawah akromion.

Area Dorsogluteal. Dalam melakukan injeksi dorsogluteal,

perawat harus teliti dan hati-hati sehingga injeksi tidak mengenai

syaraf skiatik dan pembuluh darah. Lokasi ini dapat digunakan

pada oran dewasa dan anak-anak di atas usia 3 tahun, lokasi ini

tidak boleh digunakan pada anak-anak di bawah 3 tahun karena

pada kelompok usia ini otot dorsogluteal belum berkembang.

Salah satu cara menentukan lokasi dorsogluteal adalah

dengan cara membagi area gluteal menjadi kuadran-kuadran.

Area gluteal tidak hanya terbatas pada bokong saja, tetapi

memanjang ke arah krista iliaka. Area injeksi dipilih pada area

kuadran luar atas.

Area injeksi ventrogluteal dapat pula ditentukan dengan cara

menarik garis bayangan dari spina iliaka posterior superior

Page 28: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

menuju trokanter besar. Injeksi dilakukan pada area lateral dan

superior terhadap garis bayangan.

Untuk menempatkan area ini dengan jelas, pakaian yang

menutupi bokong harus dibuka secara penuh dan pasien diatur

berbaring menghadap ke bawah dalam posisi prone dengan kedua

tangan diatas kedua sisi tempat tidur dan kedua kaki diputar ke ke

dalam. Posisi ini akan membantu relaksasi otot gluteus dan

relaksasi pasien yang diinjeksi. Selain posisi pronasi, pasien dapat

pula diatur dalam posisi miring ke samping dengan kaki yang di

atas ditekuk pada pangkal paha dan lutut serta diletakkan di depan

kaki bawah yang diatur lurus.

Area ventrogluteal. Area ini juga disebut area area von

Hochstetter. Area ini paling banyak dipilih untuk injeksi

intramuskular karena pada area ini tidak terdapat pembuluh drah

dan saraf besar. Area ini juga jauh dari anus sehingga tidak atau

kurang terkontaminasi. Dalam melakukan injeksi pada area ini,

pasien dapat diatur dalam posisi berbaring telentang, tengkurap

(pronasi), duduk atau berbaring ke samping. Untuk mendapatkan

area ini, misalnya bila pasien diatur miring ke samping kanan,

perawat meletakkan telapak tangan pada trokanter mayor dengan

jari-jari menghadap ke arah kepala (perhatikan jangan sampai

keliru dengan krista iliaka superior). Jari tengah diletakkan pada

pada spina iliaka anterior superior dan direntangkan menjauh

membentuk suatu area berbentuk huruf V. Jarum injeksi

ditusukkan di tengah-tengah area ini.

Area vastus lateralis. Area ini terletak antara sisi median

anterior dan sisi midlateral paha. Otot vastus lateralis biasanya

tebal dan tumbuh secara baik pada orang dewasa dan anak-anak.

Bila melakukan injeksi pada bayi, disarankan menggunakan area

ini karena pada area ini tidak terdapat serabut saraf dan pembuluh

darah besar. Area injeksi disarankan pada sepertiga bagian yang

tengah. Area ini ditentukan dengan cara membagi area antara

Page 29: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

trokanter mayor sampai dengan kondila femur lateral menjadi tiga

bagian lalu pilih areavtengah untuk lokasi injeksi. Untuk

melakukan injeksi ini, pasien dapat diatur miring atau duduk.

Cara kerja injeksi intramuskular :

1. Pastikan tentang adanya order pengobatan

2. Siapkan peralatan yang terdiri dari :

a. Kartu pengobatan/rencana order pengobatan

b. Obat steril dalam ampul atau vial

c. Spuit beserta jarum stteril (ukuran tergantung dengan yang

diperlukan)

d. Kapas pengusap dalam larutan antiseptik

e. Kaca steril (bila diperlukan untuk membentuk ampul).

3. Siapkan obat dengan mengambil obat dari ampul atau vial

sesuai dengan jumlah yang dikehendaki (baca pada cara kerja

menyiapkan obat dari vial atau ampul).

4. Yakinkan bahwa pasien benar dan beritahu pasien tentang

tindakan yang akan dilakukan, kemudian bantu mengatur

posisi yang aman.

5. Buka pakaian, selimut atau kain yang menutupi area yang

akan diinjeksi.

6. Tentukan lokasi penyuntikan, pilihlah area yang bebas dari

lesi, nyeri tekan, bengkak dan radang. Bersihkan kulit dengan

pengusap antiseptik secara melingkar dari dalam ke luar.

7. Siapkan spuit yang sudah berisi obat buka penutup jarumnya

dengan hati-hati, dan keluarkan udara dalam spuit.

8. Gunakan tangan yang tidak memegang spuit untuk

membentangkan kulit pada area yang akan ditusuk, pegang

spuit antara jempol dan jari-jari kemudian tusukkan jarum

secara tegak lurus pada sudut 90º.

9. Lakukan aspirasi untuk mengecek apakah jarum tidak

mengenai pembuluh darah dengan cara menarik pengokang.

Bila terhisap darah maka akan segera cabut spuit, buang dan

Page 30: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

ganti yang baru. Bila tidak terhisap darah, maka perlahan-

lahan masukkan obat dengan cara mendorong pengokang

spuit.

10. Bila obat sudah masuk semua maka segera cabut spuit dan

lakukan masage pada area penusukan.

11. Rapikan pasien dan atur dalam posisi yang nyaman.

12. Buang spuit pada tempat yang disediakan, bereskan peralatan.

13. Observasi keadaan pasien dan catat tindakan.

d. Injeksi Intravena /iv

Jalur vena dipakai khususnya untuk tujuan agar obat yang

diberikan dapat beraksi dengan cepat misalnya pada situasi

gawat darurat, obat dimasukkan ke dalam vena sehingga obat

langsung masuk sistem sirkulasi yang menyebabkan obat dapat

berreaksi lebih cepat dibanding dengan cara enteral atau

parenteral yang lain yang memerlukan waktu absorbsi.

Pemberian obat intravena dapat dilakukan dengan berbagai

cara. Pada pasien yang tidak dipasang infus, obat diinjeksikan

langsung pada vena. Bila cara ini yang digunakan, maka

biasanya dicari vena besar yaitu vena basilika atau vena sefalika

pada lengan. Pada pasien yang dipasang infus, obat dapat

diberikan melalui botol infus atau melaui karet pada selang infus

yang dibuat untuk memasukkan obat.

Di negara maju misalnya Amerika Serikat dan Kanada, tidak

semua perawat diperbolehkan memasukkan obat melalui vena

atau memasang infus karena risiko yang dapat terjadi cukup

besar. Untuk dapat memasang infus maka perawat harus

mengikuti kursus keterampilan dulu.

Untuk memasukkan obat melaui vena, perawat harus

mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang memadai

sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pelaksanaan atau

menyebabkan berbagai masalah yang fatal bagi pasien misalnya

Page 31: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

terjadi emboli udara. Perawat juga harus mampu mencari vena

yang tepat untuk penusukan. Jangan lakukan penusukan sebelum

yakin mendapatkan vena yang mudah ditusuk. Pengulungan

tusukan dapat menyebabkan rasa sakit dan rasa takut pada

pasien.

Pasien yang terpasang infus seringkali mendapat order obat

yang dimasukkan secara intravena. Pada pasien ini, perawat tidak

perlu membuat tusukan baru lagi, tetapi dapat memasukkan obat

melalui karet pada pipa infus yang dirancang untuk memasukkan

obat atau melalui botol infus. Dalam melakukan tindakan ini,

perawat harus memerhatikan teknik aseptik yaitu dengan

mengusap tempat yang akan ditusuk dengan kapas antiseptik.

Klem infus dimatikan selama obat dimasukkan dan bila sudah

selesai, kecepatan tetesan diatur kembali. Pada setiap

penambahan obat melalui pipa atau botol infus, buat label pada

botol infus, angkat dan goyangkan botol agar obat dapat campur,

observasi keadaan pasien dan catat tindakan anda pada buku

catatan pengobatan atau status kesehatan pasien.

Cara kerja memberikan obat intravena :

1. Pastikan tentang adanya order pengobatan.

2. Siapkan peralatan yang terdiri dari :

a. Kartu pengobatan/rencana order pengobatan

b. Spuit steril yang berisi obat steril

c. Kapas pengusap dalam larutan antiseptik

d. Turniket

3. Yakinkan bahwa pasien benar dan beritahu pasien tentang

tindakan yang akan dilakukan, kemudian bantu mengatur

posisi yang nyaman.

4. Tentukan dan cari vena yang akan ditusuk (misalnya vena

basilika dan vena sefalika, buka kain yang menutupi vena.

Page 32: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

5. Bila vena sudah ditemukan misal vena basilika, atur lengan

lurus dan pasang turniket misal vena benar-benar dapat

dilihat dan diraba kemudian bersihkan dengan kapas

pengusap antiseptik.

6. Siapkan spuit yang sudah berisi obat. Bila dalam tabung

masih terdapat udara, maka udara harus dikeluarkan.

7. Pelan tusukkan jarum ke dalam vena dengan posisi jarum

sejajar dengan vena. Untuk mencegah vena tidak bergeser

tangan yang tidak memegang spuit dapat digunakan untuk

untuk menahan vena sampai jarum masuk vena.

8. Lakukan aspirasi dengan cara menarik pengokang spuit. Bila

terhisap darah, lepas turniket dan dorong obat pelan-pelan ke

dalam vena.

9. Setelah obat masuk semua, segera cabut spuit dan buang di

tempat pembuangan sesuai prosedur.

10. Rapikan pasien dan atur dalam posisi yang nyaman.

11. Observasi keadaan pasien dan catat tindakan.

Cara kerja memasang infus :

1. Pastikan tentang adanya order pengobatan.

2. Siapkan peralatan :

a. Cairan intravena sesuai yang dibutuhkan.

b. IV set yang terdiri dari pipa intravena dan jarum.

c. Jarum lain (misal: abocath, wing nedle atau sesuai yang

dibutuhkan dengan ukuran yang sesuai.

d. Papan spalk (bila diperlukan).

e. Baki berisi : bola kapas beralkohol, turniket, gunting,

plester.

f. Standart infus.

g. Kapas steril.

h. Larutan antiseptik misal : betadine

i. Sarung tangan disposible.

Page 33: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

3. Kaji pasien dan pastikan tidak salah pasien yang lain.

4. Beritahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan.

5. Siapkan cairan yang akan diberikan; Buka botol infus dan

sambungkan dengan pipa infus dengan cara menusukkan

penusuk karet pipa infus pada mylut botol infus. Pasang

botol infus pada standart infus. Pencet drip/penampung pada

pipa sehingga cairan infus masuk ke drip sampai tanda batas

lalu buka klem dan alirkan cairan sampai memenuhi pipa.

Hilangkan udara pada pipa dengan cara meluruskan pipa

tegak lurus dan menjentik-jentik dengan ujung tengah jari.

Pastikan bahwa dalam pipa dan jarum tidak ada udara.

6. Atur posisi pasien rileks dengan tangan lurus.

7. Pasang turniket di atas area vena yang akan ditusuk dan

anjurkan pasien untuk menggenggam erat sampai vena

distensi dan tampak dengan jelas. Bila vena belum tampak,

perawat dapat menepuk-nepuk area vena sambil

menganjurkan pasien membuka dan menutup genggaman

sampai vena tampak jelas.

8. Bersihkan area yang akan ditusuk dengan kapas alkohol.

9. Pegang jarum pada sudut 45º sejajar dengan vena dan

tusukkan pada vena. Setelah ujung jarum masuk dalam vena,

rendahkan kesudutan jarum sampai hampir sejajar dengan

vena, rendahkan kesudutan jarum sampai hampir sejajar

dengan vena. Jarum kemudian diteruskan masuk ke vena dan

tangan yang tidak memegang jarum digunakan untuk

mengontrol letak jarum dengan palpasi vena dari luar. (Bila

menggunakan abocath, satu tangan mendorong jarum

sementara tangan yang lain menarik mandiri ke luar, setelah

mandrin keluar dan darah keluar sedikit maka jarum segera

dihubungkan dengan pipa infus).

10. Turniket segera dilepas dan cairan segera dialirkan dengan

membuka klem.

Page 34: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

11. Setelah yakin aliran lancar, tutup area penusukkan dengan

kassa betadin dan pasang plester.

12. Atur kecepatan tetesan infus sesuai pesanan.

13. Atur posisi pasien yang nyaman dn tidak menghambat aliran

cairan.

14. Bereskan peralatan dan catat tindakan secara singkat dan

jelas.

E. Pemberian Obat Topikal

Selain dikemas dalam bentuk untuk diminum atau diinjeksikan,

berbagai jenis obat dikemas dalam bentuk obat luar seperti lotion,

liniment,ointment, pasta dan bubuk biasanya dipakai untuk

pengobatan gangguan dermatologis misalnya gatal-gatal, kulit kering,

infeksi dan lain-lain. Obat topikal juga dikemas dalam bentuk obat

tetes (instilasi) yang dipakai untuk tetes mata, telinga atau hidung

serta dalam bentuk untuk irigasi baik mata, telinga, hidung, vagina

maupun rektum.

1. Pemberian obat kulit (dermatologis)

Obat dapat diberikan pada kulit dengan cara digosokkan,

ditepukkan, disemprotkan, dioleskan dan iontoforesis (pemberian

obat pada kulit dengan listrik). Prinsip kerja pemberian obat pada

kulit antara lain meliputi :

a. Gunakan teknik steril bila ada luka pada kulit.

b. Bersihkan kulit sebelum memberikan obat (bahan pembersih

dilentukkan oleh dokter).

c. Ambil obat kulit dari tempatnya dengan batang spatel lidah

dan bukan dengan tangan.

d. Bila obat perlu digosok, gunakan tekanan halus.

e. Oleskan obat tipis-tipis kecuali ada petunjuk lain.

f. Obat dalam bentuk cair harus diberikan dengan aplikator.

g. Bila digunakan kompres atau kapas lembab maka pelembab

harus steril.

Page 35: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

2. Irigasi dan instilasi mata

Irigasi mata merupakan suatu tindakan pencucian kantung

konjungtiva mata. Berbagai bentuk spuit tersedia khusus untuk

melakukan irigasi tetapi bila tidak ada dapat digunakan spuit

dengan tabung yang besar. Peralatan yang digunakan harus dalam

keadaan steril.

Obat mata biasanya berbentuk cairan (obat tetes mata) dan

ointment/obat salep mata yang dikemas dalam tabung kecil.

Karena sifat selaput lendir dan jaringan mata yang lunak dan

responsif terhadap obat, maka obat mata biasanya diramu dengan

kekuatan yang rendah misalnya 2%

Cara irigasi dan instilasi mata :

1. Pastikan tentang adanya order pengobatan.

2. Siapkan peralatan.

Untuk irigasi :

a. Tabung steril untuk tempat cairan.

b. Cairan irigasi sebanyak 60 sampai dengan 240cc dengan

suhu 37ºC.

c. Alas irigator mata atau spuit steril.

d. Bengkok steril

e. Bola kapas steril.

f. Cairan normal salin steril (bila diperlukan).

g. Perlak.

h. Sarung tangan steril.

Instilasi :

a. Obat yang diperlukan.

b. Kapas kering steril.

c. Kapas basah (normal saline) steril.

d. Kassa/penutup mata dan plester.

e. Sarung tangan steril.

Page 36: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

3. Siapkan pasien yaitu dengan memberitahu pasien tentang

irigasi/pengobatan yang diberikan. Bantu pasien mengatur

posisi duduk atau berbaring saling memiringkan kepala ke

arah mata yang sakit. Pasang kain penutup untuk melindungi

pasien dan baju pasien agar tidak basah dan pasang bengkok

di bawah mata yang sakit (pada pelaksanaan irigasi).

4. Kaji mata pasien. Amati adanya gangguan pada mata

misalnya warna merah, adanya kotoran, bengkak, pandangan

kabur, mata sering dikucek-kucek dan lain-lain.

5. Bersihkan kelopak mata dan bulu mata dengan nola kapas

yang telah dibasahi dengan cairan irigasi dengan arah dari

kantus dalam menuju kantus keluar.

6. Masukkan cairan irigasi atau obat mata

Untuk irigasi :

Buka mata dengan jari telunjuk dan ibu jari sehingga kantong

konjungtiva dapat dilihat. Pegang irigator yang telah berisi

cairan 2,5cm di atas mata. Arahkan air pada kantong

konjungtiva bawah dari kantus dalam menuju kantus luar.

Lanjutkan irigasi sampai air yang meninggalkan mata tampak

bersih. Anjurkan pasien untuk membuka dan menutup mata

secara teratur. Bila sudah selesai, bersihkan sekitar mata

dengan bola kapas.

Untuk instilasi :

Periksa nama, kekuatan dan jenis obat. Anjurkan pasien

memandang ke atas dan beri pasien sebuah bola kapas. Buka

mata dengan cara menarik kelopak mata bawah dengan

jempol atau jari-jari tangan yang tidak memegang obat.

Pegang obat tetes dengan tangan satunya.

Dekatkan ke mata sampai berjarak 1 sampai 2 cm dari mata

lalu teteskan obat sesuai yang dibutuhkan pada kantong

konjungtiva bawah 1/3 dari luar. Bila obat berupa salep mata,

Page 37: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

pegang pipa salep di atas kantung konjungtiva atas dan

oleskan sekitar 3 cm salep dari kantus dalam ke luar. Lalu

anjurkan pasien menutup mata tanpa mengusap obat keluar.

Untuk obat cair, pasien dianjurkan menutup mata selama 30

detik dan menekan hati-hati duktus nasolakrimalis agar obat

tidak masuk ke dukus tersebut.

7. Bersihkan mata dengan cara mengusap dari arah dalam

keluar.

8. Tutup mata bila diperlukan dan kaji respon pasien.

9. Bereskan alat yang digunakan dan catat tindakan dengan

singkat dan jelas.

3. Instilasi hidung

Obat yang diberikan melalui tetesan hidung (instilasi hidung)

diberikan biasanya dengan maksud menimbulkan astringent efek

yang merupakan efek obat dalam mengkerutkan selaput lendir

yang bengkak. Obat tetes hidung diberikan pula dengan tujuan

untuk menyembuhkan infeksi pada rongga atau sinus-sinus

hidung.

Cara kerja instilasi hidung :

1) Pastikan tentang adanya order pengobatan.

2) Siapkan peralatan :

a. Obat tetes hidung.

b. Bola kapas.

3) Beritahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan dan

siapkan pasien. Posisi pasien diatur berbaring terlentang

dengan bagian bahu disokong sebuah bantal sehingga kepala

mengadah. Anjurkan pasien untuk menghembuskan napas

sedikit kuat sehingga lubang hidung akan bersih.

4) Elevasikan lubang hidung dengan cara menekan ujung hidung

dengan jempol.

5) Pegang obat tetes hidung di atas lubang hidung dan teteskan

obat pada bagian tengah konka superior tulang etmoidalis

Page 38: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

(beritahu pasien untuk bernapas melalui mulut sewaktu obat

diteteskan).

6) Anjurkan pasien tetap dalam posisi ini selama 1 menit

sehingga obat dapat sampai pada semua dinding hidung.

7) Atur posisi pasien yang nyaman dan beritahu untuk bernapas

melalui hidung kembali.

8) Bereskan peralatan dan catat tindakan secara jelas dan

singkat.

Cara kerja irigasi dan istilasi telinga :

1. Pastikan tentang adanya order pengobatan.

2. Siapkan peralatan :

Untuk irigasi :

a. Tabung berisi cairan irigasi dengan jumlah dan

konsentrasi sesuai yang dikehendaki.

b. Alat suntik/spuit.

c. Bengkok.

d. Perlak handuk.

e. Kapas pengusap.

f. Bola kapas.

g. Sarung tangan (kadang-kadang)

Untuk intilasi :

a. Obat tetes dalam tempatnya.

b. Kapas dibungkus dalam kasa.

c. Batang karet (tambahan) terutama digunakan untuk

tetesan terakhir untuk mencegah gerakan tiba-tiba anak

atau pasien tidak sadar.

d. Bola kapas.

3. Beritahu dan siapkan pasien.

Untuk irigasi: beritahu pasien tentang rasa penuh, hangat dan

mungkin sakit yang akan dialami pada saat cairan sampai

pada genderang telinga. Bantu pasien duduk atau berbaring

Page 39: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

dengan posisi kepala menghadap ke arah telinga yang sakit.

Pasang perlak handuk di bahu pasien dan pegang bengkok di

bawah telinga.

Untuk instilasi : bantu pasien berbaring ke samping dengan

posisi telinga yang sakit menghadap ke ats.

4. Kaji keadaan daun telinga dan saluran telinga bagian luar.

Lakukan inspeksi untuk mengetahui adanya kemerah-

merahan, lecet dan setiap kotoran yang keluar. Bila diperlukan

gunakan otoskop dan bila ditemukan adanya benda asing atau

genderang telanga (membran timpani) tidak utuh, jangan

lakukan irigasi dan laporkan keadaan ini pada perawat senior.

5. Bersihkan daun telinga dan lubang telinga dengan bola kapas

basah.

6. Siapkan peralatan :

Untuk irigasi : isi spuit dengan cairan irigasi atau bila

menggunakan tabung irigasi, angkat tabung ke atas dan

alirkan cairan mengisi pipa.

Untuk instilasi : siapkan obat tetes yang diperlukan.

7. Masukkan cairan irigasi atau obat tetes telinga.

Untuk irigasi : buka daun telinga (untuk bayi daun telinga di

tarik ke bawah, untuk dewasa di tarik ke atas belakang),

masukkan ujung spuit dan pancarkan cairan pada dinding atas

saluran telinga sesuai yang diperlukan. Bila sudah selesai,

keringkan bagian luar telinga dengan kapas dan bantu

berbaring ke samping ke arah telinga yang telah diirigasi.

Untuk instilasi : hangatkan obat dengan atau masukkan botol

dalam cairan hangat beberapa detik. Buka dan luruskan

lubang telinga dan teteskan obat pada sisi telinga. Tekan

tragus secara hati-hati beberapa kali untuk membantu obat

masuk. Anjurkan pasien tetap berbaring miring lebih kurang

selama 5 menit. Pasang kapas pada lubang telinga (tidak

ditekan) selama 15 menit sampai dengan 20 menit.

Page 40: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

8. Kaji respon manusia terhadap adanya rasa nyeri, keadaan

saluran telinga, kotoran yang ada dan pada irigasi amati

keadaan dan bau cairan yang keluar.

9. Rapikan pasien dan catat tindakan secara singkat dan jelas.

4. Irigasi dan instilasi vagina

Irigasi vagina merupakan suatu prosedur membersihkan

vagina dengan aliran air yang pelan. Tindakan ini dilakukan

terutama untuk memasukkan larutan antimikroba guna mencegah

pertumbuhan mikroorganisme penyebab infeksi, mengeluarkan

kotoran dalam vagina mencegah perdarahan (dengan cairan

dingin atau hangat) dan mengurangi peradangan.

Peralatan steril digunakan untuk melakukan irigasi vagina di

rumah sakit, terutama bila terdapat luka terbuka pada vagina.

Jenis cairan yang digunakan tergantung pada prosedur rumah

sakit dan tujuan irigasi. Biasanya digunakan cairan normal salin,

sodium bikarbonat, air ledeng dan lain-lain. Jumlah cairan

bervariasi antara 1000 sampai dengan 2000 ml dan cairan

dibandingkan pada suhu 40,5ºC.

Instilasi vagina dilakukan berbagai tujuan, antara lain untuk

mengobati infeksi atau menghilangkan rasa nyeri, maupun gatal

pada vagina. Obat yang dimasukkan melaui vagina dikemas

dalam bentuk yang bervariasi antara lain : cream, jelly, foam atau

supositoria.

Cara kerja irigasi dan isntilasi vagina :

1) Pastikan tentang adanya order pengobatan

2) Siapkan peralatan

Untuk irigasi vagina :

a. Set irigasi vagina (sering dikemas untuk pemakaian

disposible) yang terdiri dari ujung lancip/corong, pipa,

klem dan kantong cairan.

Page 41: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

b. Perlak

c. Cairan irigasi

d. Kapas lembab termometer

e. Bedpan

f. Kertas tissue

g. Sarung tangan

h. Tiang/standart infus

Untuk instilasi vagina :

a. Obat yang berbentuk supositoria atau krim

b. Sarung tangan disposible

c. Pelumas untuk obat supositoria

d. Aplikasi untuk krim vagina

e. Kertas tissue/handuk

f. Kapas pembersih perineum

3. Beritahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan dan

jelaskan rasa tidak nyaman yang mungkin dirasakan selama

tindakan. Buka/suruh pasien menanggalkan pakaian bawah (tetap

jaga privacy pasien).

4. Atur posisi pasien dan tutupi bagian tubuh yang tidak digunakan.

Pada pelaksanaan irigasi, pertama-tama pasang perlak di bawah

bokong pasien, pasang bedpan dan atur posisi pasien di atas

bedpan dengan bahu lebih rendah dari pada panggul. Di bawah

bagian lumbal dapat dipasang bantal untuk mengurangi rasa

tidak nyaman. Pada tindakan instilasi obat, pasien diatur dalam

posisi berbaring dengan lutut ditekuk dan di rentangkan ke luar

(dorsal recumbent)

5. Atur peralatan yang akan digunakan :

Untuk irigasi : tutup/klem pipa, gantung tabung cairan pada tiang

infus setinggi 30 cm dari vagina. Alirkan/isi pipa dan corong

dengan air.

Page 42: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

Untuk instilasi : buka pembungkus obat supositoria dan letakkan

di ats pembungkusnya yang terbuka. Bila menggunakan

aplikator, isi aplikator dengan krim, jelly, atau foam sesuai

kebutuhan.

6. Kaji keadaan dan bersihkan area perineal dengan cara pakailah

sarung tangan, inspeksi lubang vagina untuk mengetahui setiap

peradangan, perhatikan bau dan setiap cairan yang keluar.

Lakukan pembersihan parineal untuk menghilangkan

mikroorganisme

7. Masukkan cairan irigasi, supositoria, krim, foam atau jelly sesuai

dengan kebutuhan

Untuk irigasi : alirkan sedikit cairan di area perineal, pelan-pelan

masukkan corong sedalam antara 7 sampai sampai dengan 10 cm

kemudian alirkan cairan pelan-pelan. Setelah semua cairan

masuk dan keluar, ambil corong dan bantu pasien duduk di ats

bedpan

Untuk supositoria : lumasi ujung supositoria dan ujung jari

telunjuk anda dengan jelly. Buka labia sehingga lubang vagina

dapat dilihat. Dorong supositoria ke dalam lubang vagina dengan

jari telunjuk sedalam 8-10cm. Setelah supositoria masuk, tarik

jari telunjuk dan anjurkan pasien tetap dalam posisi supinasi

(terlentang) selama 5 sampai dengan 10 menit.

Untuk krim, jelly atau foam : pelan-pelan masukan aplikator ke

dalam lubang vagina, dorong pengokang secara hati-hati sampai

obat obat habis kemudian keluarkan aplikator.

8. Setelah selesai keringkan area perineal, ambil bedpan dan perlak

dan atur pasien dalam posisi yang nyaman.

9. Bereskan peralatan dan catat tindakan.

10. Kaji respon pasien yang antara lain meliputi : rasa sakit dan

kotoran atau cairan yang keluar.

Page 43: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

5. Pemberian Obat Per Rektal dan Supositoria

Obat dapat diberikan melalui rektal. Obat dalam bentuk

cairan yang banyak diberikan melalui rektal yang sering disebut

enema. Obat tertentu dalam bentuk kapsul yang besar dan

panjang (supositoria) juga dikemas untuk diberikan melalui

anus/rektum. Ada beberapa keuntungan penggunaan obat

supositoria antara lain :

a. Supositoria tidak menyebabkan iritasi pada saluran

pencernaan bagian atas.

b. Beberapa obat tertentu dapat diabsorbsi dengan baik melalui

dinding permukaan rektum.

c. Supositoria rektal diperkirakan mempunyai tingkatan (titrasi)

aliran pembuluh darah yang besar, karena pembuluh darah

vena pada rektum tidak ditransportasikan melalui liver (Hahn,

Oestrelch, Barkin, 1986).

Ada beberapa prinsip yang harus dipegang oleh perawat

dalam memberikan obat dalam bentuk enema dan supositoria,

antara lain :

a. Untuk mencegah peristalti, lakukan enema retensi secara

pelan dengan cairan sedikit (tidak lebih dari 120 ml) dan

gunakan rektal tube kecil.

b. Selama enema berlangsung, anjurkan pasien berbaring miring

ke kiri dan bernapas melalui mulut untuk merilekskan

spingter.

c. Retensi enema dilakukan setelah pasien buang air besar.

d. Anjurkan pasien untuk berbaring telentang selama 30 menit

setelah pemberian enema.

e. Obat supositoria harus disimpan di lemari es karena obat akan

meleleh pada suhu kamar.

f. Gunakan pelindung jari atau sarung tangan. Gunakan jari

telunjuk untuk pasien dewasa dan jari ke empat pada pasien

Page 44: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

bayi. Anjurkan pasien berbaring ke kiri dan bernapas melalui

mulut agar spingter rileks. Pelan-pelan dorong supositoria ke

dalam.

g. Anjurkan pasien tetap miring ke kiri selama 20 menit setelah

obat masuk.

h. Bila diperlukan, beritahu pasien cara mengerjakan sendiri

enema atau memasukkan supositoria.

D. Inhalasi

Yaitu pemberian ke dalam saluran napas melalui nebuliser atau

aparatus pernapasan tekanan positif. Udara, oksigen dan uap

umumnya digunakan untuk membawa obat ke paru.

2.1.8 Sistem Penghitungan / Pengukuran

Tiga sistem pengukuran yang digunakan di Amerika Utara; system

metrik, system apoteker, dan system rumah tangga, yang mirip dengan

system apoteker.

a. System Metrik

Sistem metrik, ditemukan diprancis pada akhir abad ke-18,

adalah system yang diatur oleh hokum di kebanyakan Negara-negara

Eropa dan di Kanada. Sistem metrik secara logika diorganisir

kedalam unit sepuluhan; merupakan sistem desimal unit dasar dapat

dikalikan atau dibagi dengan 10 ke dalam bentuk unit sekunder.

Perkalian dikalkulasikan dengan memindahkan koma desimal

kekanan, dan pembagian harus diselesaikan dengan memindahkan

koma desimal kekiri.

Satuan dasar pengukuran adalah meter, liter, dan gram. Prefiks

berasal dari pembagian latin satuan pengukuran: desi (1

10 atau 0.1),

senti(1

100 atau 0.01), dan milli (

11000

atau 0.001).perkalian satuan

pengukuran diberi tanda sesuai denan prefiks yang berasal dari

bahasa yunani : deka(10), hekto(100), dan kilo (1000). Hanya

Page 45: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

pengukuran volume (liter) dan berat (gram)didiskusikan dalam bab

ini.

Pengukuran ini digunakan dalam pemberian obat. Dalam

praktek keperawatan, kilogram (kg) adalah satu-satunya perkalian

gram yang digunakan, milligram (mg) dan microgram (mcg atau µg)

adalah pembagian. Bagian pecahan liter yang biasanya digunakan

adalah milliliter (ml), sebagai contoh, 600 ml;perkalian liter yang

biasanya digunakan adalah liter atau milliliter, sebagai contoh, 2,5

liter atau 2500 ml.

b. System Apoteker

Sistem apoteker, lebih tua dari sistem metric, dibawa ke

Amerika Serikat dari inggris selama masa kolonial. Satuan

pengukuran berat pada sistem apoteker adalah grain (gr), disamakan

dengan satu grain gandum, dan satuan volume adalah minim,

volume air yang sama dengan berat atu grain gandum. Kata minim

berarti “paling sedikit”. Pada urutan naik, satuan berat lain adalah

skrupel, dram, ons, dan pon. Saat ini, skrupel (skr) sangat jarang

digunakan satuan volume dari urutan terkecil ke yang besar adalah

dram cairan, ons cairan, pint, quart, dan galon.

Kuantitas pada sistem apoteker sering kali menggunakan angka

romawi dengan huruf kecil, terutama ketika satuan pengukuran

disingkat. Angka Romawi ditulis setelah, bukan sebelum satuan

pengukuran. Sebagai contoh, dua ons ditulis dengan 3ii dan 4 ons

ditulis dengan 3iv. kuantitas kurang dari 1 ditunjukkan sebagai

pecahan, sebagai contoh gr 16

.

c. System Rumah Tangga

Pengukuran rumah tangga mungkin digunakan ketika sistem

pengukuran yang lebih akurat tidak diperlukan. Termasuk dalam

pengukuran rumah tangga adalah tetes, sendok makan, sendok teh,

cangkir, dan gelas. Meskipun sering digunakan dirumah, satuan pint

dan quart di anggap sebagai ukuran apoteker.

Page 46: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

2.1.9 Proses Langkah-Langkah Pemberian Obat Secara Aman

Persiapan dan pemberian obat harus dilakukan dengan akurat oleh

perawat. Perawat harus memberikan perhatian penuh dalam

mempersiapkan obat dan sebaiknya tidak melakukan tugas lain ketika

pemberian obat. Perawat menggunakan “enam benar” pemberian obat

untuk menjamin pemberian obat yang aman.

“Enam Benar/6B” pemberian obat:

1. Benar Obat

Apabila obat pertama kali diprogramkan, perawat

membandingkan tiket obat atau format pencatatan unit-dosis dengan

instruksi yang ditulis dokter. Setiap obat dengan nama dagang yang

asing harus diperiksa nama generiknya dan jika masih ragu hubungi

apotekernya.

Ketika memberikan obat, perawat membandingkan label pada wadah

obat dengan format atau tiket obat. Perawat melakukan ini tiga kali

yaitu:

1) Sebelum memindahkan wadah obat dari laci atau lemari.

2) Pada saat sejumlah obat yang diprogramkan dipindahkan dari

wadahnya.

3) Sebelum mengembalikan wadah obat ke tempat penyimpanan.

Dengan dosis tunggal, obat yang sebelumnya sudah dikemas, perawat

memeriksa label pada tiket atau format obat sebanyak tiga kali

walaupun obat tersebut belum diambil dari wadah yang besar.

Perawat hanya memberikan obat yang dipersiapkannya. Jika terjadi

kesalahan, perawat yang memberikan bertanggungjawab terhadap

efek obat.

2. Benar Dosis

Setelah menentukan bahwa obat yang diberikan adalah obat yang

tepat, perawat selanjutnya memastikan dosis yang diberikan

jumlahnya benar. Dengan adanya pengenalan satuan dosis pada

berbagai fasilitas, kejadian kesalahan dosis menurun. Akan tetapi,

pada berbagai instansi, profesional kesehatan masih harus

Page 47: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

menyiapkan obat dari kemasan dengan dosis besar atau memodifikasi

satuan dosis yang tersedia, yang meningkatkan kemungkinan

terjadinya kesalahanpemberian obat.

Keadaan lain yang meningkatkan kesalahan pemberian obat

untuk pasien adalah saat perawat harus menghitung dosis yang tepat.

Semua penghitungan obat harus diperiksa ulang demi keakuratan.

Jika terdapat keragu-raguan mengenai keakuratan penghitungan,

mintalah perawat lain untuk memastikan dosis obat, atau hubungi

apoteker untuk meminta bantuan. Jangan pernah memberikan obat

jika ragu-ragu.

Tablet yang perlu dibelah harus dipotong dan dibagi dengan rata.

Jika tablet tidak dipotong dengan baik, buang semua tablet. Gunakan

alat pemotong untuk memastikan dua bagian yang dibelah sama

besarnya. Beberapa perawat berpengalaman bisa membelah tablet

menjadi dua bagian dengan baik dengan menggunakan tangan, tetapi

cara ini tidak direkomendasikan. Setelah tablet dipotong dua,

bungkus kembali sisa tablet tersebut dan beri label untuk digunakan

lagi.

Jika obat harus digerus, jangan gerus tablet dengan pelepasan

waktu tertentu (timed-released, TR), lepas lambat (extended-released,

ER), atau slaut enterik (enteric-coated, EC). Gunakan alat penggerus

yang bersih.

Jika pasien tidak dapat meminum obat yang disiapkan, cari tahu

kemungkinan dosis dalam bentuk cair.

3. Benar Rute Pemberian

Setelah perawat memastikan bahwa dosis sudah benar, langkah

selanjutnya adalah memastikan bahwa obat diberikan dengan cara

yang tepat. Untuk semua permintaan obat, perawat dan profesional

kesehatan terkait yang berhubungan dengan pemberian obat harus

memastikan bahwa dokter yang meminta obat atau petugas layanan

kesehatan sudah menuliskan cara pemberian obat. Jika cara

pemberian obat tidak dituliskan dengan jelas, hubungi penulis resep

Page 48: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

dan klarifikasi permintaan untuk mencantumkan cara pemberian.

Selain itu, baca label obat untuk memastikan bahwa cara pemberian

tercantum pada kemasan obat.

4. Benar Waktu

Setelah menentukan cara pemberian yang tepat, profesional

kesehatan terkait selanjutnya memastikan waktu yang tepat untuk

memberikan obat. Berilah perhatian khusus untuk memastikan bahwa

kebijakan setempat dalam memberikan obat telah diikuti. Sebagai

contoh, obat yang harus diberikan setiap 6 jam harus diberikan sesuai

waktunya dalam empat dosis terbagi, misalnya pukul 12 malam, 6

pagi, 12 siang, dan 6 sore. Obat yang harus diberikan empat kali

sehari-QID (selama satu hari) harus diberikan empat kali selama

pasien dalam keadaan bangun, misalnya pada pukul 9 pagi, 1 siang, 5

sore, dan 9 malam.

Selain itu, pastikan waktu pemberian waktu pemberian pada

permintaan. Petugas layanan kesehatan harus tahu dengan tepat kapan

obat harus diberikan, misalnya obat sebelum prosedur atau obat on

call. Obat yang diminta dengan STAT (segera), harus segera

diberikan tanpa ditunda. Beberapa obat diminta untuk diberikan

dengan PRN (bila perlu), sehingga penentuan waktu yang tepat untuk

memberikan obat tergantung kepada perawat atau profesional

kesehatan.

5. Benar Klien

Langkah penting dalam pemberian obat dengan aman adalah

meyakinkan bahwa obat ersebut diberikan pada klien yang benar.

Perawat yang bekerja di rumah sakit atau lingkungan perawatan lain

sering bertanggung jawab untuk memberikan obat pada banyak klien.

Klien sering mempunyai nama akhir yang serupa, dan ini

menyulitkan untuk mengingat setiap nama dan wajah, khususnya bila

perawat bebas tugas sebelumnya selama beberapa hari. Untuk

mengidentifikasi klien dengan tepat, perawat memeriksa kartu,

format, atau laporan pemberian obat yang dicocokan dengan gelang

Page 49: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

identifikasi klien dan meminta klien menyebutkan namanya. Jika

pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon nonverbal dapat

dipakai, misalnya mengangguk.

6. Benar Dokumentasi

Setelah pasien diidentifikasi dengan benar, langkah terakhir

adalah melengkapi catatan yang tepat. Langkah keenam ini disertakan

agar standar keamanan dalam pemberian obat meningkat. Pencatatan

yang tepat merupakan dua bagian tanggung jawab bagi profesional

kesehatan dalam memberikan obat.

1) Pertama, membuat catatan yang tepat untuk pengobatan pada

catatan pemberian obat adalah penting. Catatan harus mencakup

nama pasien, nama obat dan alergi, dosis, cara, dan waktu

pemberian.

2) Setelah obat diberikan, profesional kesehatan harus mencatat

akurat obat yang sudah diberikan. Pencatatan ini harus mencakup

nama obat, dosis, cara, dan waktu, pemberian. Lengkapi catatan

ini segera setelah memberika obat, bukan sebelumnya.

2.1.10Proses Keperawatan dan Obat

Untuk menetapkan kebutuhan terhadap terapi obat dan respons

potensial terhadap terapi obat, perawat mengkaji banyak faktor.

1. Pengkajian

a. Riwayat Medis

Riwayat medis memberi indikasi atau kontraindikasi terhadap

terpi obat. Penyakit atau gangguan membuat klien beresiko

terkena efek samping yang merugikan. Contoh, jika seorang klien

mengalami ulkus lambung atau cenderung mengalami perdarahan

maka senyawa yang mengandung aspirin atau antikoagulasi akan

meningkatkan kemungkinan perdarahan. Masalah kesehatan

jangka panjang, misalnya diabetes atau artritis, yang

membutuhkan pengobatan, memberi perawat informasi tentang

tipe obat yang sedang klien gunakan.

Page 50: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

b. Riwayat Alergi

Apabila klien memiliki riwayat alergi terhadap obat, perawat

harus menginformasikan anggota tim kesehatan lain. Alergi

terhadap makanan juga harus didokumentasi dengan cermat

karena banyak obat mengandung unsur yang terkandung dalam

sumber makanan. Salah satu contoh adalah kerang. Apabila klien

alergi terhadap kerang maka klien akan sensitf terhadap suatu

produk yang mengandung yodium. Disebuah rumah sakit, klien

mengenakan pita identifikasi yang memuat daftar alergi obat.

Semua alergi harus dicatat pada catatan penerimaan klien, catatan

medis, dan riwayat dokter.

c. Data Obat

Perawat mengkaji informasi tentang setiap obat, termasuk

kerja, tujuan, dosis normal, rute pemberian, efek samping, dan

implikasi keperawatan dalam pemberian dan pengawasan obat.

Beberapa sumber seringkali harus di konsultasi untuk

memperoleh keterangan yang di butuhkan. Perwat bertanggung

jawab untuk mengetahui sebanyak mungkin informasi tentang

obat yang diberikan.

d. Riwayat Diet

Riwayat diet memberi keterangan tentang pola makan dan

pilihan makanan klien. Perawat kemudian dapat merencanakan

penjadwalan dosis obat yang lebih efektif dan menganjurkan

klien menghindari makanan yang dapat berinterkasi dengan obat.

e. Kondisi Klien Terkini

Status fisik dan mental klien yang berkesinambungan dapat

menentukan apakah obat sebaiknya di berikan dan cara

pemberian obat. Contoh, perawat memeriksa tekanan darah

sebelum memberi sebuah obat antihipertensi. Apabila klien mual,

kemungkinan ia tidak dapat menelan tablet. Temuan pengkajian

dapat juga memberi data dasar dalam mengevaluasi efek terpi

obat.

Page 51: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

f. Presepsi Klien atau Masalah Koordinasi

Klien yang fungsi presepsi dan koordinasinya terbatas

kemungkinan sulit menggunakan obat secara mandiri. Perawat

harus mengkaji kemampuan klien dalam mempersiapkan dosis

dan menggunakan obat dengan mandiri, perawat dapat

mempelajari apakah ada anggota keluarga atau teman yang dapat

membantu.

g. Sikap Klien Terhadap Penggunaan Obat

Sikap klien terhadap obat menunjukkan tingkat

ketergantungan pada obat. Klien seringkali enggan

mengungkapkan perasaannya tentang obat, khususnya jika klien

mengalami ketergantungan obat. Untuk mengkaji sikap klien,

perawat perlu mengobservasi perilaku kilen yang mendukung

bukti ketergantungan obat.

h. Pengetahuan Klien dan Pemahaman Tentang Terapi Obat

Pengetahuan klien dan pemahaman tentang terapi obat

mempengaruhi tentang keinginan atau kemampuannya dalam

mengikuti suatu program pengobatan. Apabila klien tidak

memahami tujuan obat, penjadwalan dosis yang teratur, metode

pemberian yang tepat, efek samping yang mungkin timbul

memungkinkan klien tidak mematuhi program pengobatan.

i. Kebutuhan Pembelajaran Klien

Dengan mengkaji tingkat pengetahuan klien tentang sebuah

obat, perawat menetapkan instruksi yang klien perlukan. Perawat

mungkin perlu menjelaskan kerja dan tujuan obat, efek samping

yang akan timbul, teknik pemberian obat yang benar, dan cara

mengingat jadwal obat. Apabila seorang klien diresepkan suatu

obat baru, instruksi tersebut harus di berikan. Teman atau anggota

keluarga mungkin perlu dilibatkan.

2. Diagnosa Keperawatan

Perawat mengelompokan batasan karakteristik untuk

menegakkan diagnosa keperawatan yang akurat. Apabila sebuah

Page 52: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

diagnosis di tegakkan, perawat memilih faktor-faktor terkait yang

sesuai. Apabila faktor terkait yang ditemukan untuk diagnosis ketidak

ada kekuatan sumber, diagnosa kurang, pengetahuan berbeda maka

intervensi yang dilakukan juga berbeda. Untuk mengatasi

ketidakpatuhan perawat harus berpikir kritis dalam menginterprestasi

data pengkajian supaya dapat menegakkan diagnosis yang benar.

3. Perencanaan

Perawat mengatur aktifitas perawatan untuk memastikan bahwa

teknik pemberian obat aman. Tergesa-gesa dalam memberikan obat

dapat memicu terjadinya kesalahan. Perawat juga dapat

merencanakan untuk menggunakan waktu selama memberikan obat.

Dengan demikian perawat mengajarkan klien tentang obat yang

digunakannya. Pada situasi klien belajar menggunakan obat secara

mandiri, perawat dapat merencanakan untuk menggunakan semua

sumber pengajaran yang tersedia. Keterlibatan anggota keluarga atau

teman klien dalam pelaksanaan instruksi sangat penting. Anggota

keluarga sering kali akan menguatkan dampak program obat

dilingkungan rumah.

4. Implementasi

a. Transkripsi Yang Benar dan Mengkomunikasikan Program

Intervensi keperawatan berfokus pada pemberian obat yang

aman dan efektif. Intervensi dilakukan dengan menyiapkan obat

secara cermat, memberikannya dengan benar, dan memberi klien

penyuluhan.

Perawat atau sekertariat unit tertentu menulis program dokter

yang lengkap pada format atau label obat yang sesuai. Program

yang ditranskripsi meliputi nama, kamar dan nomer tempat tidur

klien.

b. Kalkulasi dan Perhitungan Dosis yang Akurat

Ketika mengukur obat cair, perawat mengunakan wadah

pegukur yang standar. Prosedur perhitungan obat dilakukan

dengan sistematis untuk memperkecil kemungkinan terjadinya

Page 53: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

kesalahan. Ketika mempersiapkan obat, perawat menghitung

setiap dosis, memperhatikan kalkulasi dengan cermat, dan

menghindari gangguan ari aktivitas keperawatan lain.

c. Pemberian Dosis yang Benar

Perawat menggunakan teknik aseptik dan prosedur yang

benar ketika menangani dan memberikan obat. Ketika obat

tertentu dierikan, perawat perlu melakukan pengkajian, misanya

mengkaji denyut nadi sebelum memberikan obat antiaritmia.

d. Mencatat Pemberian Obat

Untuk mencegah perawat lain memberi obat tanpa

mengetahui bahwa klien telah menerima dosis tertentu, perawat

mendokumentasi obat pada waktu obat akan dberikan. Apabila

seorang perawat lupa mencatat obat yang diberikan, akan mudah

terjadi pemberian obat ganda. Kebijaksanaan lembaga

menentukan apakah seorang perawat harus mendokuentasi ketika

menyiapkan obat untuk klien atau segera setelah obat diberikan.

Apabila perawat mencatat sebuah obat, namun obat tersebut

belum diberikan karena klien menolak atau pada pengkajian fisik

ditemukan kontraindikasi terhadap penggunaan obat tersebut

maka informasi ini harus dimasukkan dalam catatan pengobatan.

e. Peningkatan Kesehatan melalui Penyuluhan Klien

Penyuluhan kepada klien adalah peran perawat yang sangat

penting. Penyuluhan tentang obat adalah salah satu tipe

penyuluhan kesehatan diberikan oleh perawat.

f. Mempertahankan Hak Klien

Perawat harus mengetahui hak-hak ini dan menjawab semua

keingintahuan klien dan keluarga dengan sopan dan profesional.

Perawat tidak perlu bersikap bertahan, jika seorang klien menolak

terapi obat. Perawat harus memiliki pengetahuan dan

keterampilan untuk memuaskan tanggungjawab memberikan obat

dengan aman dan efektif.

Page 54: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

5. Evaluasi

Perawat memantau respons klien terhadap obat secara

berkesinambungan. Untuk melakukan ini, perawat harus mengetahui

kerja terapeutik dan efek samping yang umum muncul dari setiap

obat atau keduanya. Perawat harus mewaspadai reaksi yang akan

timbul ketika klien mengonsumsi obat.

2.1.11Kesalahan Pemberian Obat

Kesalahan pengobatan adalah suatu kejadian yang dapat membuat

klien menerima obat yang salah atau tidak mendapati terapi obat yang

tepat. Kesalahan pengobatan dapat dilakukan oleh setiap individu yang

terlibat dalam pembuatan resep, transkripsi, persiapan, penyaluran, dan

pemberian obat. Sistem penyaluran obat dirumah sakit harus dirancang

supaya ada sebuah sistem pemeriksaan dan keseimbangan. Hal ini akan

membantu mengurangi kesalahan pengobatan. Perawat juga bertanggung

jawab melengkapi laporan yang menjelaskan sifat insiden tersebut.

Laporan insiden bukan pengakuan tentang suatu kesalahan atau menjadi

dasar untuk memberi hukuman dan bukan merupakan bagian catatan

medis klien yang sah. Laporan ini merupakan analisis objektif tentang

apa yang terjadi dan merupakan penatalaksanaan risiko yang dilakukan

institusi untuk memantau kejadian semacam ini. Laporan kejadian

membantu komite interdisiplin mengidentifikasi kesalahan dan

menyelesaikan masalah sistem di rumah sakit yang mengakibatkan

terjadinya masalah.

2.1.12 Peran Perawat dalam Pemberian Obat

Peran dan tanggung jawab perawat dalam pemberian obat

mengalami perubahan seiring dengan perubahan keperawatan dan

sistem pelayanan kesehatan dalam menanggapi tuntutan masyarakat

terhadap pelayanan kesehatan dan tuntutan teknologi (Asperhcim,

Eisenhauer, 1974, hal 16).

Page 55: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

Secara tradisional perawat hanya dapat memberikan obat setelah

mendapat pesan dari dokter. Untuk saat ini perawat lebih banyak

terlibat dalam pemberian obat. Peran ini juga cukup bervariasi antara

peran di rumah sakit dan di Puskesmas. Di beberapa rumah sakit

perawat dapat memberikan obat secara langsung pada keadaan tertentu

misalnya kondisi gawat, sementara keterlibatan ahli farmasi dalam

pemberian obat secara langsung juga meningkat. Di puskesmas perawat

banyak terlibat secara langsung dalam menentukan obat dan

memberikan obat pada pasien.

Bagaimanapun peran perawat dalam memberikan obat, perawat

harus mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang memadai dalam

upaya memberiakn suhan keperawatan yang bermutu. Pemebrian obat

tidak boleh dipandang secara terpisah dari pasien dan ini harus

dikaitkan dengan rencana keperawatan.

Perawat mempunyai peranan dalam melakukan pengkajian secara

berkelanjutan, untuk ini perawat harus mempunyai pengetahuan yang

memadai tentang farmakologi obat yang diberikan kepada pasien

sehingga dapat mengobservasi keefektifitasan obat dan mendeteksi

adanya kemungkinan toksisitas.

Pengetahuan tentang farmakologi yang harus diketahui perawat

cukup bervariasi, antara lain tentang dosis, reaksi obat, mekanisme

tubuh, efek obat, efek samping, cara pemberian, interaksi obat dengan

bahan yang lain, makna pemberian obat, serta perilaku dan persepsi

pasien dalam menerima terappi obat.

Untuk menentukan seberapa jauh perawat terlibat dalam pemberian

obat, maka perawat harus bersikap sesuai dengan profesi dan standar

praktek keperawatan. Perawat harus pula dapat mengukur sejauh mana

pengetahuan atau pemahamannya tentang pengobatan.

Pada dasarnya, perawat mempunyai beberapa jenis peran bila

dilihat dari batas kewenangannya. Peran independenmerupakan peran

di mana perawat secara legal dapat melakukan tindakan secara mandiri

terhadap diagnosa keperawatan tertentu. Peran dipenden merupakan

Page 56: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

peran di mana perawat tergantung pada profesi lain dalam melakukan

tindakan terhadap masalah kesehatan. Sedangkan peran interdependen

(kolaborasi) merupakan peran di mana perawat melakukan tindakan

terhadap masalah kesehatan yang memerlukan penanganan bersama.

Segala tindakan yang menyangkut pengobatan pada prinsipnya

merupakan wewenang dokter, dalam hal ini perawat mempunyai

peranan dipenden. Pada keadaan-keadaan tertentu misalnya saat terjadi

masalah darurat maka secara kolaborasi perawat dapat melakukan

tindakan untuk menyelamatkan nyawa pasien. Perawat secara

independen dapat pula memberikan obat khususnya obat-obat yang

berfungsi untuk mencegah suatu masalah kesehatan misalnya

pemberian vaksin/imunisasi dan oralit pada kasus diare.

2.1.13 Kebutuhan Spiritual Pasien dalam Pemberian Obat

A. Doa Hendak Minum Obat

� � ال اء� ف� الش بي�دك� الن�اس ب� ر� س�ال�ب�أ� ح م�س�

ا�ن�ت � اال ل�ه� ك�اشف�“Hilangkanlah penyakit, wahai Tuhan semua manusia. Di tangan-Mu

kesembuhan. Tidak ada yang menghilangkan penyakit selain dari-Mu”

B. Doa Sesudah Minum Obat

�ن� ا � �م �ع�ظ�ي ال �ع�ر�ش� ال ب ر� �م� �ع�ظ�ي ال الله� ل�� أ �س� ا

ق�م� س� �غ�اد�ر� ي � ال ف�اء� ش� �ى �ن ف�ي �ش� اي

“Aku memohon kepada Allah, yang Maha Agung, Tuhan ‘Arasy

yang Agung, semoga Allah memberi kesembuhan kepadaku, sembuh

yang tidak menyisakan rasa sakit lagi”.

Page 57: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

BAB 3

APLIKASI TEORI KASUS

3.1 Skenario Klinis

A. Benar Obat

Seorang pasien rawat inap menekan bel untuk memanggil perawat dan

mengatakan bahwa ia merasa nyeri dan membutuhkan obat. Perawat

memeriksa catatan pemberian obat dan membaca permintaan Motrin 600

mg po (melalui mulut) q 4-6 h PRN untuk nyeri yang bisa di bisa ditukar

dengan Percotet tablet 1-2 po q 4 h PRN untuk nyeri. Perawat

menyiapkan Motrin untuk diberikan. Saat tiba di ruangan, perawat

mengetahui bahwa pasien meminta Percocet tablet, bukan Motrin yang

telah perawat siapkan. Pasien meminta perawat untuk meninggalkan

Motrin di meja sebelah tempat tidurnya selagi perawat mengambil

Percocet. Pasien berjanji tidak akan menyentuh obat itu sampai perawat

kembali. Pasien tampak sadar dan berorientasi. Apa yang harus perawat

lakukan selanjutnya ?

1. Menghormati keinginan pasien dan melakukan Motrin saat

mengambil Percocet.

2. Meletakkan Motrin tetapi jauh dari jangkauan pasien.

3. Membawa Motrin kembali ke ruang obat saat menyiapkan Percocet.

4. Memaksa pasien untuk meminum Motrin sebelum meninggalkan

ruangan.

B. Benar Dosis

Pasien dengan reumatoid artritis akan diberikan aspirin EC grain V po

pada pukul 10 pagi. Perawat menyiapkan obat dan mengetahui bahwa

pasien mengatakan kalau ia selalu meminum grain X di rumah dan

menginginkan obat itu digerus dan dicampurkan ke selai apel. Pasien

mengatakan bahwa ia melakukan hal itu di rumah setiap saat dan tidak

ada masalah dengan hal itu. Apa yang harus perawat lakukan selanjutnya?

Page 58: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

1. Mengikuti permintaan pasien karena pasien selalu melakukan hal itu.

2. Memaksa pasien meminum dosis yang telah disiapkan dan menelan

tablet utuh.

3. Melarutkan tablet grain V di air hangat agar diminum pasien.

4. Menghubungi dokter yang meresapkan untuk memastikan dosis dan

untuk mendapatkan permintaan obat cair.

C. Benar Rute Pemberian

Seorang pasien baru dipindahkan dari ruang pemulihan (postanesthesia

care unit, PACU) dan akan diberikan Demerol 50 mg po untuk nyeri

pascaoperasi. Perawat menyiapkan satu tablet Demerol 50 mg dan

membawa obat itu ke pasien. Pasien mengatakan bahwa ia tidak bisa

menelan tablet itu dan meminta obat cair. Perawat kemudian melihat ke

kotak obat dan hanya menemukan Demerol vial. Apa yang harus perawat

lakukan selanjutnya?

1. Memberikan cairan injeksi Demerol ke pasien melalui mulut.

2. Menghubungi apoteker untuk mendapatkan bentuk cair Demerol.

3. Menggerus tablet Demerol dan mencampurkan ke selai apel untuk

pasien pasca operasi tersebut.

4. Menghubungi dokter untuk permintaan obat nyeri yang baru untuk

pasien.

D. Benar Waktu

Seorang pasien akan mendapatkan Seconal 100 mg QHS PRN untuk obat

tidur. Perawat menawarkan obat tersebut kepada pasien pukul 9 dan 10

malam. Pasien menolak kedua tawaran tersebut. Pada pukul 3 pagi pasien

memanggil perawat dan meminta obat tidur. Tindakan apa yang paling

tepat yang harus dilakukan perawat?

1. Memberikan obat seperti yang diminta pasien.

2. Membawakan pasien biskuit dan susu hangat.

3. Mengatakan kepada pasien bahwa sudah terlambat untuk meminum

obat tidur dan menyarankan pasien untuk menonton televisi.

Page 59: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

4. Menghubungi dokter.

E. Benar Pasien

Seorang perawat yang baru saja lulus sedang menyiapkan obat. Saat

memasuki ruangan pasien usia lanjut, perawat tersebut menanyakan

apakah ia adalah Ny. Robbins. Pasien menjawab “iya”, kemudian perawat

tersebut menyiapkan untuk memberikan obatnya. Seorang perawat

pengawas memasuki ruangan dan menyapa pasien dengan mengatakan

“Selamat pagi Ny. Avery.” Apa yang harus perawat baru lakukan?

1. Menanyakan ke pasien apakah ia Ny. Avery.

2. Memberitahu perawat pengawas bahwa pasien adalah Ny. Robbins.

3. Menunda pengobatan sampai identitas pasien dipastikan.

4. Memberikan obat sesuai dengan rencana dan berbicara dengan

pengawas sebelahnya.

Page 60: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Jawaban Skenario Klinis

A. Benar Obat

Jawaban

3.Jangan pernah meninggalkan obat di kamar pasien tanpa diawasi.

Perawat harus membawa Motrin saat mengambil Percocet, lalu

memberikan pasien obat yang benar. Mengetahui obat apa yang pasien

inginkan sebelum menyiapkan obat juga merupakan hal yang penting

untuk diingat.

B. Benar Dosis

Jawaban

4.Perawat harus selalu memastikan dosis saat ditanya oleh pasien dan ingat

untuk tidak menggerus tablet salut enterik. Memaksa pasien untuk

meminum tablet utuh merupakan hal yang tidak perlu. Melarutkan obat

salut enterik tidak direkomendasikan. Perawat harus menghubungi dokter

yang meresepkan obat untuk menanyakan permintaan obat cair.

C. Benar Rute Pemberian

Jawaban

2.Profesional kesehatan yang memberikan Demerol harus menghubungi

apoteker untuk mendapatkan bentuk cair dari Demerol. Cairan injeksi

tidak boleh diberikan melalui mulut. Menggerus obat dan

mencampurkannya ke selai apel setelah pasien meminta bentuk cair dari

obat tersebut adalah tindakan yang tidak sesuai. Anda tidak perlu

menghubungi dokter untuk permintaan obat yang baru karena permintaan

obat sudah untuk pemberian oral.

Page 61: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

D. Benar Waktu

Jawaban

4.Memberikan obat tidur pukul 3 pagi dianggap terlalu terlambat untuk

tidur malam. Pasien tidak meminta biskuit dan susu. Menyaranka pasien

untuk menonton televisi merupakan hal yang tidak tepat. Tindakan yang

benar adalah menghubungi dokter dan membahas kebutuhan pasien.

E. Benar Pasien

Jawaban

3.Pengobatan tidak boleh diberikan sampai identitas pasien dipastikan.

Saat meminta pasien untuk mengatakan namanya, jangan menyebutkan

nama pasien pada kalimat anda. Merupakan hal yang juga penting untuk

memeriksa identifikasi pada pergelangan tangan pasien setelah namanya

dipastikan. Mengkoreksi perawat pengawas merupakan hal yang tidak

tepat dan tidak aman untuk memberikan obat sebelum identitas pasien

dipastikan.

Page 62: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

5.2 Saran

Page 63: Makalah teknik pemberian obat (UNIVERSITAS NU SBY YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM)

DAFTAR PUSTAKA

Potter, PA &Perry, AG.1999. Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4. Jakarta : EGC

Priharjo, Robert. 1994. Teknik Dasar Pemberian Obat Bagi Perawat. Jakarta : EGC

Hidayat, Aziz Alimul, Musrifatul Uliyah.2004. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC