Makalah SQ

17
SQ, EQ, IQ DAN KECERDASAN KINESTETIK  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rencana strategis Pendidikan dan Kebudayaan Nasional (RENTRA KEMENDIKBUD) didasarkan pada Amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, amanat pasal 31 UUD 1945, Amanat undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah nomor 25 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (2004-2009). Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional  ini terdapat penguatan kebijakan DepDikNas dengan rencana pembangunan jangka menengah BAPPENAS. Terdapat juga Dasar Kebijakan Pembangunan Pendidikan Nasional. Dalam RENTRA itu juga memuat tentang prinsip-prinsip dalam penyelenggaraan  pendidikan, tujuan pembangunan pendidikan nasional jangka menengah, visi pendidikan nasional, misi pendidikan nasional, insan cerdas komprehensif dan kompetitif, tata nilai  pengelolaan pendidikan, kemudian tiga pilar pendidikan nasional yaitu 1. Pemerataan dan perluasan akses pendidikan; 2. Peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing keluaran pendidikan; 3. Penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik pendidikan. Kemudian visi Pendidikan Nasional yaitu “ terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia  berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah Untuk bisa mewujudkan visi Pendidikan Nasional tersebut, maka misi Pendidikan Nasional diantaranya ; 1. mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang  bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia;

Transcript of Makalah SQ

  • 5/28/2018 Makalah SQ

    1/17

    SQ, EQ, IQ DAN KECERDASAN

    KINESTETIK

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Rencana strategis Pendidikan dan Kebudayaan Nasional (RENTRA KEMENDIKBUD)

    didasarkan pada Amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, amanat pasal 31 UUD 1945,

    Amanat undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan

    Pemerintah nomor 25 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (2004-2009).

    Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional ini terdapat penguatan kebijakan

    DepDikNas dengan rencana pembangunan jangka menengah BAPPENAS. Terdapat juga Dasar

    Kebijakan Pembangunan Pendidikan Nasional.

    Dalam RENTRA itu juga memuat tentang prinsip-prinsip dalam penyelenggaraan

    pendidikan, tujuan pembangunan pendidikan nasional jangka menengah, visi pendidikan

    nasional, misi pendidikan nasional, insan cerdas komprehensif dan kompetitif, tata nilai

    pengelolaan pendidikan, kemudian tiga pilar pendidikan nasional yaitu1. Pemerataan dan perluasan akses pendidikan;

    2. Peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing keluaran pendidikan;

    3. Penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik pendidikan.

    Kemudian visi Pendidikan Nasional yaitu terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata

    sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia

    berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawabtantangan zaman yang selalu berubah

    Untuk bisa mewujudkan visi Pendidikan Nasional tersebut, maka misi Pendidikan Nasionaldiantaranya ;

    1. mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yangbermutu bagi seluruh rakyat Indonesia;

    http://marwan-bajang.blogspot.com/2011/12/sq-eq-iq-dan-kecerdasan-kinestetik.htmlhttp://marwan-bajang.blogspot.com/2011/12/sq-eq-iq-dan-kecerdasan-kinestetik.htmlhttp://marwan-bajang.blogspot.com/2011/12/sq-eq-iq-dan-kecerdasan-kinestetik.htmlhttp://marwan-bajang.blogspot.com/2011/12/sq-eq-iq-dan-kecerdasan-kinestetik.html
  • 5/28/2018 Makalah SQ

    2/17

    2. membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usiadini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar;

    3. meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkanpembentukan kepribadian yang bermoral;

    4. meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusatpembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan

    standar nasional dan global; dan

    5. memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan berdasarkanprinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan RI.

    Dalam amanat undang-undang dasar 45, kemudian undang-undang nomor 20 tahun 2003,

    didalamnya tersirat tentang dimensi kecerdasan manusia, mulai dari kecerdasan intelektual,

    kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual dan akhirnya kecerdasan kinestetik jasmani. Para ahli

    psikologi banyak membahas tentang ketiga dimensi kecerdasan ini. Awalnya, dunia benar-benar

    mengarahkan perhatian pada pendidikan intelektual. Semakin tinggi intelektual seseorang

    dianggaplah dia sebagai sosok yang pandai dan cerdas. Kecerdasan intelektual dimanifestasikan

    pada titel pendidikan akademis atau gelar seseorang, apakah itu gelar sarjana, doktor atau

    proffesor. Semakin tinggi gelar yang dicapai seseorang, makin dianggap tinggi kecerdasaan

    intelektualnya.Konsep Multiple Intelegensi (MI), menurut Gardner (1983) dalam bukunya Frame of

    Mind: The Theory of Multiple intelegences, ada delapan jenis kecerdasan yang dimiliki setiap

    individu yaitu linguistik, matematis-logis, spasial, kinestetik-jasmani, musikal, interpersonal,

    intrapersonal, dan naturalis. Melalui delapan jenis kecerdasan ini, setiap individu mengakses

    informasi yang akan masuk ke dalam dirinya. Karena itu Amstrong (2002) menyebutkan,

    kecerdasan tersebut merupakan modalitas untuk melejitkan kemampuan setiap siswa dan

    menjadikan mereka sebagai sang juara, karena pada dasarnya setiap anak cerdas. Sebelum

    menerapkan MI sebagai suatu strategi dalam pengembangan potensi seseorang, perlu kita kenali

    atau pahami ciri-ciri yang dimiliki seseorang.

    Keunikan yang dikemukakan Gardner adalah, setiap kecerdasan dalam upaya mengelola

    informasi bekerja secara spasial dalam sistem otak manusia. Tetapi pada saat mengeluarkannya,

    ke delapan jenis kecerdasan itu bekerjasama untuk menghasilkan informasi sesuai yang dengan

  • 5/28/2018 Makalah SQ

    3/17

    apa yang dibutuhkan pada saat itu. Dalam makalah pembahasan makalah kali ini, kami hanya

    membahas secara garis besar dalam empat keceerdasan yaitu, kecerdasarn spiritual, kecerdasan

    emosional, kecerdasan intelektual, dan kecerdasan kinestetik jasmani

    B. Rumusan Masalah

    A. Apa itu kecerdasan Spiritual?

    B. Kecerdasan Emosional

    C. Kecerdasan Intelektual, dan

    D. Kecerdasan Inestetik Jasmani

  • 5/28/2018 Makalah SQ

    4/17

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A. Kecerdasan Spiritual

    Apa yang dimaksudkan dengan kecerdasan spiritual dan apa bedanya dengan kecerdasan

    intelektual maupun kecerdasan emosi? IQ,EQ dan SQ adalah tiga istilah yang sudah cukup

    dikenal,terutama di kalangan praktisi dan spesialis pengembangan sumber daya manusia.

    Istilah pertama yaitu Intellectual Quotient atau IQ menggambarkan kapasitas seseorang

    untuk melakukan kegiatan mental seperti berpikir, mencari penjelasan, dan memecahkan

    masalah secara logis. Berdasarkan hasil tes IQ, dapat ditentukan kemampuan seorang siswa yang

    terkait dengan angka, kata-kata, visualisasi, daya ingat, penjelasan deduktif-induktif, dan

    kecepatan memersepsikan sesuatu. Dengan mengetahui dalam hal apa seorang siswa memiliki

    kecerdasan intelektual yang tinggi, maka guru-guru yang mengajar dan mendidik pada

    lingkungan pendidikan dapat menempatkan siswa tersebut pada posisi sedang mengalamiperkembangan multiple intelegensi

    Istilah yang ketiga yaitu Spiritual Quotient atau SQ diyakini merupakan tingkatan

    tertinggi dari kecerdasan,yang digunakan untuk menghasilkan arti (meaning) dan nilai (value).

    Dua jenis kecerdasan yang disebutkan pertama,yaitu IQ dan EQ, merupakan bagian yang

    terintegrasi dari SQ. Mengacu pada teori motivasi yang dikemukakan Maslow, kecerdasan

    spiritual terkait dengan aktualisasi diri atau pemenuhan tujuan hidup,yang merupakan tingkatan

    motivasi yang tertinggi. Kecerdasan spiritual yang tinggi ditandai dengan adanya pertumbuhan

    dan transformasi pada diri seseorang, tercapainya kehidupan yang berimbang antara

    karier/pekerjaan dan pribadi/keluarga, serta adanya perasaan suka cita serta puas yang

    diwujudkan dalam bentuk menghasilkan kontribusi yang positif dan berbagi kebahagiaan kepada

    lingkungan.

  • 5/28/2018 Makalah SQ

    5/17

    SQ walaupun mengandung kata spiritual tidak selalu terkait dengan kepercayaan atau

    agama. SQ lebih kepada kebutuhan dan kemampuan manusia untuk menemukan arti dan

    menghasilkan nilai melalui pengalaman yang mereka hadapi. Akan tetapi, beberapa penelitian

    menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki kepercayaan atau menjalankan agama,umumnya

    memiliki tingkat kecerdasan spiritual yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak

    memiliki kepercayaan atau tidak menjalankan agama. Seperti misalnya penelitian yang

    dilakukan Harold G Koenig dan kawan-kawan yang telah dipublikasikan Oxford University

    Press dalam bentuk buku berjudul Handbook of Religion and Health. Penelitian yang mereka

    lakukan menemukan bahwa di setiap tingkatan pendidikan dan usia, orang yang pergi ke rumah

    ibadah, berdoa dan membaca kitab suci secara rutin, ternyata hidup lebih lama sekitar tujuh

    hingga 14 tahun dan memiliki kesehatan fisik yang lebih baik dibandingkan dengan orang yang

    tidak menjalankan ritual keagamaan.

    Seperti apakah peran SQ di tempat kerja? Siswa dengan SQ yang tinggi biasanya akan

    lebih cepat mengalami pemulihan dari suatu penyakit, baik secara fisik maupun mental. Ia lebih

    mudah bangkit dari suatu kejatuhan atau penderitaan, lebih tahan menghadapi stres, lebih mudah

    melihat peluang karena memiliki sikap mental positif,serta lebih ceria, bahagia dan merasa puas

    dalam menjalani kehidupan. Berbeda dengan siswa yang memiliki SQ rendah. Pada orang

    dengan SQ rendah,keberhasilan dalam hal karier, pekerjaan, penghasilan, status dan masih

    banyak lagi hal-hal yang bersifat materi ternyata tidak selalu mampu membuatnya bahagia.

    Persaingan dan perbedaan kepentingan yang berlangsung begitu ketat sering kali membuat

    manusia kehilangan arah dan identitas.

    Perubahan teknologi yang pesat menghasilkan tekanan yang begitu besar, yang terkadang

    membutakan manusia dengan kecerdasan spiritual rendah dalam menjalani visi dan misi

    hidupnya, membuat ia lupa melakukan refleksi diri dan lupa menjalankan perannya sebagai

    bagian dari komunitas.Kesibukan kerja dan keberhasilan yang dicapai tidak diamalkannya untuk

    penciptaan arti dan nilai bagi lingkungan. Bagaimana membentuk kecerdasan spiritual yang

    tinggi di tempat kerja? Manusia memiliki pikiran dan roh, ingin mencari arti dan tujuan,

    berhubungan dengan orang lain dan menjadi bagian dari komunitas. Oleh karenanya,organisasi

    perlu membentuk budaya spiritualitas di lingkungan kerja.

  • 5/28/2018 Makalah SQ

    6/17

    Organisasi yang bersifat spiritual membantu siswanya untuk mengembangkan dan

    mencapai potensi penuh dari dirinya (aktualisasi diri). Robbins & Judge dalam bukunya yang

    berjudul Organizational Behavior menyebutkan budaya spiritualitas yang perlu dibentuk adalah:

    1. Strong sense of purpose.Meskipun pencapaian keuntungan itu penting, tetapi hal itu tidak

    menjadi nilai utama dari suatu organisasi dengan budaya spiritual.Siswa membutuhkan adanya

    tujuan sekolah dan lingkungan pendidikanyang lebih bernilai, yang biasanya dinyatakan dalam

    bentuk visi dan misi organisasi.

    2. Trust and respect.Organisasi dengan budaya spiritual senantiasa memastikan terciptanya kondisi

    saling percaya, adanya keterbukaan dan kejujuran. Salah satunya dalam bentuk manajer dan

    siswa tidak takut untuk melakukan dan mengakui kesalahan.

    3. Humanistic work practices. Jam kerja yang fleksibel,penghargaan berdasarkan kerja

    tim,mempersempit perbedaan status dan imbal jasa, adanya jaminan terhadap hak-hak individu

    pekerja, kemampuan siswa, dan keamanan kerja merupakan bentuk-bentuk praktik manajemen

    sumber daya manusia yang bersifat spiritual.

    4. Toleration of employee expression. Organisasi dengan budaya spiritual memiliki toleransi yang

    tinggi terhadap bentuk-bentuk ekspresi emosi siswa. Humor, spontanitas, keceriaan di tempat

    kerja tidak dibatasi. Saat ini sudah cukup banyak sekolah dan lingkungan pendidikanyang

    menerapkan budaya spiritualitas di tempat kerja.

    B. Kecerdasan Emosional

    Kecerdasan emosionalmencakup pengendalian diri, semangat, dan ketekunan, serta

    kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustrasi, kesanggupan

    untuk mengendalikan dorongan hati danemosi, tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur

    suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, untuk

    membaca perasaan terdalam orang lain (empati) dan berdoa, untuk memelihara hubungan dengan

    sebaik-baiknya, kemampuan untuk menyelesaikan konflik, serta untuk memimpin diri danlingkungan sekitarnya. Ketrampilan ini dapat diajarkan kepada anak-anak. Orang-orang yang

    dikuasai dorongan hati yang kurang memiliki kendali diri, menderita kekurangmampuan

    pengendalian moral.

    Goleman (1997), mengatakan bahwa koordinasi suasana hati adalah inti dari hubungan

    sosial yang baik. Apabila seseorang pandai menyesuaikan diri dengan suasana hati individu yang

    http://duniapsikologi.dagdigdug.com/2008/11/19/pengertian-kecerdasan-emosional/http://duniapsikologi.dagdigdug.com/2008/11/19/pengertian-kecerdasan-emosional/http://duniapsikologi.dagdigdug.com/2008/11/19/emosi/http://duniapsikologi.dagdigdug.com/2008/11/19/emosi/http://www.danielgoleman.info/http://www.danielgoleman.info/http://www.danielgoleman.info/http://duniapsikologi.dagdigdug.com/2008/11/19/emosi/http://duniapsikologi.dagdigdug.com/2008/11/19/pengertian-kecerdasan-emosional/
  • 5/28/2018 Makalah SQ

    7/17

    lain atau dapat berempati, orang tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan

    akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial serta lingkungannya. Lebih lanjut

    Goleman (1997) mengemukakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang

    dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam meghadapi kegagalan,

    mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan

    emosional tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah

    kepuasan dan mengatur suasana hati.

    Sementara Cooper dan Sawaf (1998) mengatakan bahwa kecerdasan emosionaladalah

    kemampuan merasakan, memahami, dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi

    sebagai sumber energi dan pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan emosi menuntut penilikan

    perasaan, untuk belajar mengakui, menghargai perasaan pada diri dan orang lain serta

    menanggapinya dengan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-

    hari.

    Selanjutnya Howes dan Herald (1999) mengatakan pada intinya,kecerdasaan

    emosionalmerupakan komponen yang membuat seseorang menjadi pintar menggunakan emosi.

    Lebih lanjut dijelaskan bahwa emosi manusia berada diwilayah dari perasaan lubuk hati, naluri

    yang tersembunyi, dan sensasi emosi yang apabila diakui dan dihormati, kecerdasaan emosional

    menyediakan pemahaman yang lebih mendalam dan lebih utuh tentang diri sendiri dan orang

    lain. Menurut Harmoko (2005) Kecerdasan emosi dapat diartikan kemampuan untuk mengenali,mengelola, dan mengekspresikan dengan tepat, termasuk untuk memotivasi diri sendiri,

    mengenali emosi orang lain, serta membina hubungan dengan orang lain. Jelas bila seorang

    indiovidu mempunyai kecerdasan emosi tinggi, dapat hidup lebih bahagia dan sukses karena

    percaya diri serta mampu menguasai emosi atau mempunyai kesehatan mental yang baik.

    Sedangkan menurut Dio (2003), dalam konteks pekerjaan, pengertian kecerdasan

    emosi adalah kemampuan untuk mengetahui yang orang lain rasakan, termasuk cara tepat untuk

    menangani masalah. Orang lain yang dimaksudkan disini bisa meliputi atasan, rekan sejawat,

    bawahan atau juga pelanggan. Realitas menunjukkan seringkali individu tidak mampu

    menangani masalahmasalah emosional di tempat kerja secara memuaskan. Bukan saja tidak

    mampu memahami perasaan diri sendiri, melainkan juga perasaan orang lain yang berinteraksi

    dengan kita. Akibatnya sering terjadi kesalahpahaman dan konflik antar pribadi.

    http://duniapsikologi.dagdigdug.com/2008/11/19/kecerdasan-emosi-dalam-pekerjaan/http://duniapsikologi.dagdigdug.com/2008/11/19/kecerdasan-emosi-dalam-pekerjaan/http://duniapsikologi.dagdigdug.com/2008/11/19/kecerdasan-emosi-dalam-pekerjaan/http://duniapsikologi.dagdigdug.com/2008/11/19/kecerdasan-emosi-dalam-pekerjaan/http://duniapsikologi.dagdigdug.com/2008/11/19/kecerdasan-emosi-dalam-pekerjaan/http://duniapsikologi.dagdigdug.com/2008/11/19/kecerdasan-emosi-dalam-pekerjaan/
  • 5/28/2018 Makalah SQ

    8/17

    Berbeda dengan pemahaman negatif masyarakat tentang emosi yang lebih mengarah pada

    emosionalitas sebaiknya pengertian emosi dalam lingkup kecerdasan emosi lebih mengarah pada

    kemampuan yang bersifat positif. Didukung pendapat yang dikemukakan oleh Cooper (1999)

    bahwa kecerdasan emosi memungkinkan individu untuk dapat merasakan dan memahami dengan

    benar, selanjutnya mampu menggunakan daya dan kepekaan emosinya sebagai energi informasi

    dan pengaruh yang manusiawi. Sebaliknya bila individu tida memiliki kematangan emosi maka

    akan sulit mengelola emosinya secara baik dalam bekerja. Disamping itu individu akan menjadi

    pekerja yang tidak mampu beradaptasi terhadap perubahan, tidak mampu bersikap terbuka dalam

    menerima perbedaan pendapat , kurang gigih dan sulit berkembang.

    Dari beberapa pendapat diatas dapatlah dikatakan bahwa kecerdasan emosional menuntut

    diri untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain dan untuk

    menanggapinya dengan tepat, menerapkan dengan efektif energi emosi dalam kehidupan dan

    pekerjaan sehari-hari. 3 (tiga) unsur penting kecerdasan emosional terdiri dari : kecakapan

    pribadi (mengelola diri sendiri); kecakapan sosial (menangani suatu hubungan) dan keterampilan

    sosial (kepandaian menggugah tanggapan yang dikehendaki pada orang lain).Emosi adalah hal

    begitu saja terjadi dalam hidup Anda. Anda menganggap bahwa perasaan marah, takut, sedih,

    senang, benci, cinta, antusias, bosan, dan sebagainya adalah akibat dari atau hanya sekedar

    respon Anda terhadap berbagai peristiwa yang terjadi pada Anda. Membahas soal emosi maka

    sangat eratan kaitannya dengan kecerdasan emosi itu sendiri dimana merupakan kemampuanseseorang untuk memotivasi diri sendiri, bertahan menghadap frustasi, mengendalikan dorongan

    hati (kegembiraan, kesedihan, kemarahan, dan lain-lain) dan tidak melebih-lebihkan kesenangan,

    mengatur suasana hati dan mampu mengendalikan stres.

    Kecerdasan emosional juga mencakup kesadaran diri dan kendali dorongan hati,

    ketekunan, semangat dan motivasi diri dan kendali dorongan hati, ketekunan, semangat dan

    motivasi diri, empati dan kecakapan sosial. Ketrampilan yang berkaitan dengan kecerdasan

    emosi antara lain misalnya kemampuan untuk memahami orang lain, kepemimpinan,

    kemampuan membina hubungan dengan orang lain, kemampuan berkomunikasi, kerjasama tim,

    membentuk citra diri positif, memotivasi dan memberi inspirasi dan sebagainya.

    Nah, agar kecerdasan emosional Anda terjaga dengan baik, berikut 7 ketrampilan yang

    harus Anda perhatikan dan tak ada salahnya Anda coba:

    * Mengenali emosi diri

  • 5/28/2018 Makalah SQ

    9/17

    Ketrampilan ini meliputi kemampuan Anda untuk mengidentifikasi apa yang

    sesungguhnya Anda rasakan. Setiap kali suatu emosi tertentu muncul dalam pikiran, Anda harus

    dapat menangkap pesan apa yang ingin disampaikan. Berikut adalah beberapa contoh pesan dari

    emosi: takut, sakit hati, marah, frustasi, kecewa, rasa bersalah, kesepian.

    * Melepaskan emosi negatif

    Ketrampilan ini berkaitan dengan kemampuan Anda untuk memahami dampak dari emosi

    negatif terhadap diri Anda. Sebagai contoh keinginan untuk memperbaiki situasi ataupun

    memenuhi target pekerjaan yang membuat Anda mudah marah ataupun frustasi seringkali justru

    merusak hubungan Anda dengan bawahan maupun atasan serta dapat menyebabkan stres. Jadi,

    selama Anda dikendalikan oleh emosi negatif Anda justru Anda tidak bisa mencapai potensi

    terbaik dari diri Anda. Solusinya, lepaskan emosi negatif melalui teknik pendayagunaan pikiran

    bawah sadar sehingga Anda maupun orang-orang di sekitar Anda tidak menerima dampak

    negatif dari emosi negatif yang muncul.

    * Mengelola emosi diri sendiri

    Anda jangan pernah menganggap emosi negatif atau positif itu baik atau buruk. Emosi

    adalah sekedar sinyal bagi kita untuk melakukan tindakan untuk mengatasi penyebab munculnya

    perasaan itu. Jadi emosi adalah awal bukan hasil akhir dari kejadian atau peristiwa. Kemampuan

    kita untuk mengendalikan dan mengelola emosi dapat membantu Anda mencapai kesuksesan.

    Ada beberapa langkah dalam mengelola emosi diri sendiri, yaitu: pertama adalahmenghargai emosi dan menyadari dukungannya kepada Anda.

    Kedua berusaha mengetahui pesan yang disampaikan emosi, dan meyakini bahwa kita

    pernah berhasil menangani emosi ini sebelumnya. Ketiga adalah dengan bergembira kita

    mengambil tindakan untuk menanganinya. Kemampuan kita mengelola emosi adalah bentuk

    pengendalian diri yang paling penting dalam manajemen diri, karena kitalah sesungguhnya yang

    mengendalikan emosi atau perasaan kita, bukan sebaliknya.

    * Memotivasi diri sendiri

    Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan merupakan hal yang sangat penting

    dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk memotivasi diri sendiri dan menguasai diri sendiri,

    dan untuk berkreasi. Kendali diri emosional--menahan diri terhadap kepuasan dan

    mengendalikan dorongan hati--adalah landasan keberhasilan dalam berbagai bidang.

    Ketrampilan memotivasi diri memungkinkan terwujudnya kinerja yang tinggi dalam segala

  • 5/28/2018 Makalah SQ

    10/17

    bidang. Orang-orang yang memiliki ketrampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif

    dalam hal apapun yang mereka kerjakan.

    * Mengenali emosi orang lain

    Mengenali emosi orang lain berarti kita memiliki empati terhadap apa yang dirasakan

    orang lain. Penguasaan ketrampilan ini membuat kita lebih efektif dalam berkomunikasi dengan

    orang lain. Inilah yang disebut sebagai komunikasi empatik. Berusaha mengerti terlebih dahulu

    sebelum dimengerti. Ketrampilan ini merupakan dasar dalam berhubungan dengan manusia

    secara efektif.

    * Mengelola emosi orang lain

    Jika ketrampilan mengenali emosi orang lain merupakan dasar dalam berhubungan antar

    pribadi, maka ketrampilan mengelola emosi orang lain merupakan pilar dalam membina

    hubungan dengan orang lain. Manusia adalah makhluk emosional. Semua hubungan sebagian

    besar dibangun atas dasar emosi yang muncul dari interaksi antar manusia.

    Ketrampilan mengelola emosi orang lain merupakan kemampuan yang dahsyat jika kita

    dapat mengoptimalkannya. Sehingga kita mampu membangun hubungan antar pribadi yang

    kokoh dan berkelanjutan. Dalam dunia industri hubungan antar korporasi atau organisasi

    sebenarnya dibangun atas hubungan antar individu. Semakin tinggi kemampuan individu dalam

    organisasi untuk mengelola emosi orang lain.

    * Memotivasi orang lainKetrampilan memotivasi orang lain adalah kelanjutan dari ketrampilan mengenali dan

    mengelola emosi orang lain. Ketrampilan ini adalah bentuk lain dari kemampuan kepemimpinan,

    yaitu kemampuan menginspirasi, mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk mencapai

    tujuan bersama. Hal ini erat kaitannya dengan kemampuan membangun kerja sama tim yang

    tangguh dan andal.

    Jadi, sesungguhnya ketujuh ketrampilan ini merupakan langkah-langkah yang berurutan.

    Anda tidak dapat memotivasi diri sendiri kalau Anda tidak dapat mengenali dan mengelola

    emosi diri sendiri. Setelah Anda memiliki kemampuan dalam memotivasi diri, barulah kita dapat

    memotivasi orang lain.

    C. Kecerdasan Intektual

  • 5/28/2018 Makalah SQ

    11/17

    Kecerdasan ini ditemukan pada sekitar tahun 1912 oleh William Stern. Digunakan

    sebagai pengukur kualitas seseorang pada masanya saat itu, dan ternyata masih juga di Indonesia

    saat ini. Bahkan untuk masuk ke militer pada saat itu, IQ lah yang menentukan tingkat

    keberhasilan dalam penerimaan masuk ke militer. Kecerdasan ini terletak di otak bagian Cortex

    (kulit otak). Kecerdasan ini adalah sebuah kecerdasan yang memberikan kita kemampuan untuk

    berhitung, bernalogi, berimajinasi, dan memiliki daya kreasi serta inovasi. Atau lebih tepatnya

    diungkapkan oleh para pakar psikologis dengan What I Think.

    Kecerdasan intelektual adalah kemampuan intelektual, analisa, logika dan rasio. Ia

    merupakan kecerdasan untuk menerima, menyimpan dan mengolah infomasi menjadi fakta.

    Orang yang kecerdasan intelektualnya baik, baginya tidak ada informasi yang sulit, semuanya

    dapat disimpan dan diolah, pada waktu yang tepat dan pada saat dibutuhkan diolah dan

    diinformasikan kembali. Proses menerima , menyimpan, dan mengolah kembali informasi, (baik

    informasi yang didapat lewat pendengaran, penglihatan atau penciuman) biasa disebut "berfikir.

    Berfikir adalah media

    Untuk menambah perbendaharaan atau khazanah otak manusia.

    Sayyed Hossein Nasr menyebut akal sebagai proyeksi atau cermin dari hati (qalb), tempat

    keyakinan dan kepercayaan manusia. Akal bukan hanya instrument untuk mengetahui,

    melainkan juga sebagai wadah bagi "penyatuan" Tuhan dan manusia

    Ibnu Sina dan Alkindi maupun hierarki ilmu dari Al-Farabi dalam Teori Akal Aktif-nyamenjelaskan bahwa dalam diri manusia, akal bersifat potent yang kemudian mewujud dalam

    bentuk jiwa (spirit).

    Menurut Rhenis Meister Echart ; "Di dalam jiwa seseorang terdapat sesuatu yang tidak

    diciptakan dan tidak mungkin dibentuk (oleh manusia). Sesuatu itu adalah intellect

    Taufik Pasiak mengatakan: "Dalam Al-Qur'an, akal (aql) mendapat kualifikasi religius sebagai

    keyakinan dan intelektualitasSelanjutnta Taufik Pasiak mengatakan, bahwa akal memang telah

    digunakan secara berbeda. Bahkan, cenderung menyusutkan makna sebenarnya dari kata itu

    sendiri. Bahasa Indonesia, misalnya hanya mengartikan kata itu sebagai sesuatu yang rasional

    saja, yang berbasiskan bukti-bukti logis-matematis. Kata itu dipertentangkan dengan intelek.

    Akal, menurut Abi al-Baqa 'Ayyub Ibn Musa al-Kufi memiliki banyak nama. Tercatat ada 4

    (empat) nama yang menonjol

  • 5/28/2018 Makalah SQ

    12/17

    Al-Lub, karena ia merupakan cerminan kesucian dan kemurnian Tuhan. Aktivitasnya

    adalah berdzikir dan berfikir. Al-Hujah, karena akal ini dapat menunjukkan bukti-bukti yang

    kuat dan menguraikan hal-hal yang abstrak. Al-Hijr, karena akal mampu mengikatkan keinginan

    seseorang hingga membuatnya dapat menahan diri, dan Al-Nuba, karena akal merupakan

    puncak kecerdasan, pengetahuan dan penalaranUmar bin Khathab ra pernah berkomentar

    mengenai akal : "Mahkota seseorang adalah akalnya, derajat seseorang adalah agamanya, dan

    harga diri seseorang adalah akhlaknyaSeorang sastrawan menggambarkan akal sebagai berikut :

    "Teman setiap orang adalah akalnya, dan musuhnya adalah kebodohannya. Allah sungguh telah

    menjadikan akal sebagai pangkal agama dan tiangnya.

    Dari Sa'id bin al-Musayyab bahwa Umar, Ubai bin Ka'ab Abu Huraerah ra pernah

    menghadap Rasulullah SAW, lalu mereka bertanya: "Wahai Rasulullah, siapakah orang yang

    paling mengerti itu?" Beliau menjawab: "Orang yang berakal." Mereka bertanya lagi, "Siapakah

    orang yang paling ahli ibadah?" Beliau menjawab: "Orang yang berakal." Mereka bertanya lagi,

    "Siapakah orang yang paling utama?" Beliau menjawab: "Orang yang berakal." Mereka bertanya

    lagi: "Bukankah orang yang berakal itu orang yang sempurna dalam menjaga harga dirinya, jelas

    kefasihannya, yang pemurah tangannya, dan mulia kedudukannya? Lalu Beliau membacar Q.S.

    Az-Zukhruf: 35 yang artinya: "Dan semuanya itu tidak lain hanyalah kesenangan kehidupan

    dunia, dan kehidupan akhirat itu di sisi Tuhanmu adalah bagi orang-orang yang bertakwa. Dan

    sesungguhnya orang-orang yang berakal itu ialah orang yang bertakwa, walaupun dalamkehidupan dunia ini ia tergolong rendah dan hina." (H.R. Al-Harits bin Usamah).

    Orang sering kali menyamakan arti inteligensi dengan IQ, padahal kedua istilah ini

    mempunyai perbedaan arti yang sangat mendasar. Menurut David Wechsler, inteligensiadalah

    kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi

    lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah

    suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu,

    inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai

    tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu. sedangkan IQ atau

    singkatan dariIntelligence Quotient, adalah skor yang diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan.

    Dengan demikian, IQ hanya memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang

    dan tidak menggambarkan kecerdasan seseorang secara keseluruhan.

  • 5/28/2018 Makalah SQ

    13/17

    Intelligence Quotient atau yang biasa disebut dengan IQ merupakan istilah dari

    pengelompokan kecerdasan manusia yang pertama kali diperkenalkan oleh Alferd Binet, ahli

    psikologi dari Perancis pada awal abad ke-20. Kemudian Lewis Ternman dari Universitas

    Stanford berusaha membakukan test IQ yang dikembangkan oleh Binet dengan mengembangkan

    norma populasi, sehingga selanjutnya test IQ tersebut dikenal sebagai test Stanford-Binet. Pada

    masanya kecerdasan intelektual (IQ) merupakan kecerdasan tunggal dari setiap individu yang

    pada dasarnya hanya bertautan dengan aspek kognitif dari setiap masing-masing individu

    tersebut. Tes Stanford-Binet ini banyak digunakan untuk mengukur kecerdasan anak-anak

    sampai usia 13 tahun.

    Inti kecerdasan intelektual ialah aktifitas otak. Otak adalah organ luar biasa dalam diri

    kita. Beratnya hanya sekitar 1,5 Kg atau kurang lebih 5 % dari total berat badan kita. Namun

    demikian, benda kecil ini mengkonsumsi lebih dari 30 persen seluruh cadangan kalori yang

    tersimpan di dalam tubuh. Otak memiliki 10 sampai 15 triliun sel saraf dan masing-masing sel

    saraf mempunyai ribuan sambungan. Otak satu-satunya organ yang terus berkembang sepanjang

    itu terus diaktifkan. Kapasitas memori otak yang sebanyak itu hanya digunakan sekitar 4-5 %

    dan untuk orang jenius memakainya 5-6 %. Sampai sekarang para ilmuan belum memahami

    penggunaan sisa memori sekitar 94 %.

    Tingkat kecerdasan seorang anak yang ditentukan secara metodik oleh IQ (Intellegentia

    Quotient) memegang peranan penting untuk suksesnya anak dalam belajar. Menurutpenyelidikan, IQ atau daya tangkap seseorang mulai dapat ditentukan sekitar umur 3 tahun. Daya

    tangkap sangat dipengaruhi oleh garis keturunan (genetic) yang dibawanya dari keluarga ayah

    dan ibu di samping faktor gizi makanan yang cukup.

    IQ atau daya tangkap ini dianggap takkan berubah sampai seseorang dewasa, kecuali bila

    ada sebab kemunduran fungsi otak seperti penuaan dan kecelakaan. IQ yang tinggi memudahkan

    seorang murid belajar dan memahami berbagai ilmu. Daya tangkap yang kurang merupakan

    penyebab kesulitan belajar pada seorang murid, disamping faktor lain, seperti gangguan fisik

    (demam, lemah, sakit-sakitan) dan gangguan emosional. Awal untuk melihat IQ seorang anak

    adalah pada saat ia mulai berkata-kata. Ada hubungan langsung antara kemampuan bahasa si

    anak dengan IQ-nya. Apabila seorang anak dengan IQ tinggi masuk sekolah, penguasaan

    bahasanya akan cepat dan banyak.

    Rumus kecerdasan umum, atau IQ yang ditetapkan oleh para ilmuwan adalah :

  • 5/28/2018 Makalah SQ

    14/17

    Usia Mental Anakx 100 = IQ

    Usia Sesungguhnya

    Contoh : Misalnya anak pada usia 3 tahun telah punya kecerdasan anak-anak yang rata-

    rata baru bisa berbicara seperti itu pada usia 4 tahun. Inilah yang disebut dengan Usia Mental.

    Berarti IQ si anak adalah 4/3 x 100 = 133.

    Interpretasi atau penafsiran dari IQ adalah sebagai berikut :

    TINGKAT KECERDASAN IQ

    Genius Di atas 140

    Sangat Super 120 - 140

    Super 110 - 120

    Normal 90 -110

    Bodoh 80 - 90

    Perbatasan 70 - 80

    Moron / Dungu 50 - 70

    Imbecile 25-50

    Idiot 0 - 25

    D. Kecerdasan Kinestetik

    Kecerdasan kinestetik, yakni kemampuan untuk menggunakan seluruh tubuhnya untuk

    mengekspresikan ide-ide dan perasaan-perasaan atau menggunakan tangan-tangan untukmenghasilkan dan mentransformasikan sesuatu. Kecerdasan ini mencakup keahlian-keahlian

    fisik khusus seperti koordinasi, keseimbangan, ketangkasan, kekuatan, kelenturan dan kecepatan.

    Howard Gardner (2001.3)

    1. Pengertian Motorik

  • 5/28/2018 Makalah SQ

    15/17

    Motorik merupakan perkembangan pengendalian geraka tubuh melalui gerakan yang

    trkordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord. Pekembangan motorik meliputi

    motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-

    otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan

    anak itu sendiri. Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus

    atau sebagian anggota tubuh tertentu ang dipengaruhi oleh kesempatn untuk belajar dan berlatih

    Tabel 2.1. Keerangan Kcersadan Berdasarkan Lokasi Pada Norologis Otak

    Kecerdasan Lokasi pada sistemneurologis (area-areautama) otak

    Jalur perkembangan Hasilnyayang dihargai budaya

    Tubuh fisik Cerebellum, ganglia

    basal, korteks motorik.

    Beragam tergantung

    komponen (kekuatan,

    kelenturan, dsb) ataukelompok (senam,

    basebal, pantomim, dsb).

    Karya-karya, kemampuan-

    kemampuan atletik, karya-

    karya drama, bentuk-bentuk tarian, pahatan, dsb.

    Tabel 2.2. keterangan kecerdasan berdasarkan sejarah

    Kecerdasan Asal-usul evolusi Bukti keberadaan di

    spesies lain

    Bekas pada sejarah

    manusia

    Tubuh fisik Bukti adanya

    penggunaan

    peralatan purbakala.

    Alat-alat yang digunakan

    hewan-hewan primata,

    dan spesies-spesies lain.

    Lebih penting pada masa

    agraris.

    2. Latihan Kecerdasan Kinestetik

    Fisik atau tubuh manusia merupakan sistem organ yang kompleks dan sangat

    mengagumkan. semua organ ini terbentuk pada periode prenatal (dalam kandungan). khu Yusuf

    (2002) mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu:

    1. Sistem saraf yang sangat mempengaruhi perkembangan kcerdasan dan emosi2. Otot-otot yang mempengaruhi perkembngan kekuatan dan kemampuan motorik

  • 5/28/2018 Makalah SQ

    16/17

    3. Kelenjar endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru, sepertipada remaja berkembang persaan senang untuk aktif dalam suatu kegiatan yang sebagian

    anggotanya terdiri atas lawan jenis

    4. Struktur tubuh yang meliputi tinggi, beratdan proporsi.Kecerdasan kinestetik berhubungan erat dengan motorik. Motorik merupakan

    perkembangn pengendalian gerakan tubuh melalui kegiata yang terkoordinir antara susunan

    saraf, otot, otak, dan spinal cord. Perkembangan motorik meliputi motorik kasar motorik halus.

    Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau

    seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri.

    Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau

    sebagian anggota tubuh tertentu ang dipengaruhi oleh kesempatn untuk belajar dan berlatih

    misalnya, kemampuan kemempuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret menyusun

    balok, menggunting, menulis, dan sebagainya. Kemampuan trsebut sangt penting agar

    penyandang tuna netra bisa berkembang dngan optimal.

    Tabel. 2.3 Model Pembelajaran Kecerdasan Kinestetik

    Tubuh

    fisik

    melalui sensasi-

    sensasi somatik

    tarian, berlari,

    melompat,

    membangun,

    menyentuh, dsb.

    Permainan peran, drama,

    gerakan, benda-benda yang bisa

    dibangun, olahraga dan

    permainan-permainan fisik,

    belajar langsung, dsb.

  • 5/28/2018 Makalah SQ

    17/17

    BAB III

    PENUTUP

    visi Pendidikan Nasional yaitu terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial

    yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang

    menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman

    yang selalu berubah

    Untuk bisa menjadi manusia berkualitas sehingga mampu proaktif dalam pembangunan

    baik jangka pendek, menengah dan jangka panjang, maka manusia itu perlu untuk menuntuk

    ilmu dan mengeksplor dirinya, mengembangkan dan menggali potensi baik dalam dirinya

    (internal) maupun diluar dirinya (ekstrnal).

    Sebagaimana Konsep Multiple Intelegensi (MI), menurut Gardner (1983) dalam

    bukunya Frame of Mind: The Theory of Multiple intelegences, ada delapan jenis kecerdasanyang dimiliki setiap individu yaitu linguistik, matematis-logis, spasial, kinestetik-jasmani,

    musikal, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis. Melalui delapan jenis kecerdasan ini, setiap

    individu mengakses informasi yang akan masuk ke dalam dirinya. Karena itu Amstrong (2002)

    menyebutkan, kecerdasan tersebut merupakan modalitas untuk melejitkan kemampuan setiap

    siswa dan menjadikan mereka sebagai sang champion, karena pada dasarnya setiap anak cerdas.

    Sebelum menerapkan MI sebagai suatu strategi dalam pengembangan potensi seseorang, perlu

    kita kenali atau pahami ciri-ciri yang dimiliki seseorang.