Makalah sorgum

17
Makalah Sorgum TEKNOLOGILEGUM DAN SEREALIA Disusun Oleh : Syarifah Habibah Soraya Assegaf Pembimbing : Erfanur Adhlani, S.Si,.MP BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes merupakan salah satu penyakit yang banyak diderita oleh penduduk dunia, termasuk di Indonesia. Menurut International Diabetes Federation, angka penderita diabetes dunia saat ini sekitar 194 juta orang, jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi 500 juta orang pada tahun 2025. Saat ini, tercatat 8.4 juta penduduk Indonesia menderita penyakit diabetes. Jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat menjadi 21.3 juta pada tahun 2030.

Transcript of Makalah sorgum

Page 1: Makalah sorgum

Makalah Sorgum

TEKNOLOGILEGUM DAN SEREALIA

Disusun Oleh :

Syarifah Habibah Soraya Assegaf

Pembimbing :

Erfanur Adhlani, S.Si,.MP

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Diabetes merupakan salah satu penyakit yang banyak diderita oleh penduduk

dunia, termasuk di Indonesia. Menurut International Diabetes Federation, angka

penderita diabetes dunia saat ini sekitar 194 juta orang, jumlah ini diperkirakan akan

meningkat menjadi 500 juta orang pada tahun 2025. Saat ini, tercatat 8.4 juta

penduduk Indonesia menderita penyakit diabetes. Jumlah ini diperkirakan akan terus

meningkat menjadi 21.3 juta pada tahun 2030.

Penyakit diabetes disebabkan oleh tingginya kadar glukosa dalam darah

(hiperglikemik) karena obesitas, konsumsi gula yang tinggi dan minimnya aktifitas

fisik. Selain disebabkan oleh gaya hidup seseorang, diabetes juga dipengaruhi oleh

faktor genetika. Derajat kesehatan penderita diabetes sangat bergantung pada

kontrol glisemik di dalam tubuhnya yang dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi

Penderita diabetes membutuhkan makanan dengan kadar glukosa yang rendah

atau berindeks glisemik rendah. Berdasarkan nilai indeks glisemiknya bahan pangan

Page 2: Makalah sorgum

dibagi menjadi tiga, bahan pangan berideks glisemik rendah (<55), bahan pangan

berindeks glisemik sedang (55-69), dan bahan pangan berindeks glisemik tinggi

(>70) (foster-power 2002). Harga makanan bagi penderita diabetes cenderung

mahal, sehingga penderita diabetes kadang mengabaikan kadar gula dari makanan

yang dikonsumsinya. Untuk itu, dibutuhkan suatu inovasi terhadap bahan pangan

agar diperoleh produk makanan yang praktis, murah dan memiliki sifat fungsional

bagi penderita diabetes. Salah satu jenis bahan pangan tersebut adalah sorgum.

Sorgum merupakan salah satu jenis serealia yang termasuk dalam family

gramineae dan sub famili panicoideae (Mudjsihono dan Suprapto, 1987). Di

Indonesia, sorgum kurang populer dan pemanfaatannya masih belum optimal

padahal sorgum memiliki berbagai keunggulan seperti katahanannya yang tinggi

pada kondisi kering (Mudjsihono dan Suprapto, 1987), umur tanam yang pendek (1

00- I I0 hari), daya adaptasi terhadap lahan yang tinggi dan biaya produksi yang

rendah (Wijaya, 1998 dalam Suarni, 2004). Selain itu, kandungan pati biji sorgum

cukup tinggi, yaitu sekitar 83% (Mudjsihono dan Suprapto, 1987), sedangkan kadar

lemak dan proteinnya sebesar 3.60% dan 12.3%. Pada beras, kandungan patinya

sekitar 82 %, lemak 0.8 %, dan protein 6 % (Anonim, 2006). Hal tersebut

menunjukkan bahwa komposisi ketiga zat gizi (protein, lemak, pati) pada sorgum

setara dengan beras, bahkan lebih baik. Selain kandungan zat gizi yang setara

dengan beras, sorgum juga mengandung berbagai zat lain yang berperan penting di

dalam tubuh seperti phytosterol, antioksidan dan tanin.

Sorgum memiliki banyak potensi namun pemanfaatannya masih belum optimal.

Oleh karena itu, pemberian masukan teknologi pada pemanfaatan sorgum dengan

mengolahnya menjadi bubur instan, diharapkan bisa mengoptimalkan potensi

sorgum dan meningkatkan prestisenya di mata masyarakat Indonesia. Selain itu,

melalui penelitian ini juga diharapkan dapat dihasilkan bubur sorgum instan yang

berindeks glisemik rendah dan bisa dijadikan sebagai pangan alternative pengganti

beras yang murah bagi penderita diabetes.

1.2  Tujuan

Diharapkan didapatkan bubur sorgum instan berindeks glisemik rendah dengan

komposisi yang tepat antara tepung sorgum matang dan nasi sorgum kering

sehingga dapat dijadikan makanan alternatif murah bagi para penderita diabetes.

Page 3: Makalah sorgum

BAB II

ISI

2.1  Tinjauan Pustaka

2.1.1 Sorgum

a. Botani Sorgum

Sorgum (Shorghum bicolor (L.) Moench) merupakan tanaman yang termasuk

di dalam famili Graminae bersama dengan padi, jagung, tebu, gandum, dan lain-lain.

Shorghum bicolor (L.) Moench termasuk dalam genus Shorgum, ordo Cyperales,

kelas Liliopsidal monokotiledon, divisi Magnoliophyta, superdivisi Spermafophyta,

subkingdom Traechobionta, dan kingdom Plantae. Sorgum memiliki nama yang

berbeda-beda tiap daerah. Sebagai contoh, sorgum dikenal dengan nama 'cantel' di

Jawa Tengah dan Jawa Timur. 'jagung cantrik' di daerah Jawa Barat, dan 'batara

tojeng' di Sulawesi Selatan (Suprapto dan Mudjisihene, 1987).

Sorgum memiliki banyak varietas, dari sorgum yang berwama putih sampai

sorgum yang berwama merah kecoklatan (FSD, 2003). Tanaman sorgum dibagi dua

kelompok, yaitu sorgum yang berumur pendek (musiman) dan sorgum tahunan

(Shorgum halepensis). Sorgum musiman terdiri atas empat keluarga, yaitu sorgum

makanan ternak (sweet sorghum) dimana batangnya mengandung gula sehingga

dapat dipakai untuk membuat simp dengan cara memeras batangnya dan kemudian

direbus, sorum penghasil bijibijian (grain sorghum) dimana batang dan daunnya

dapat dimanfaatkan untuk makanan ternak, sorgum sapu (broom sorghum) yang

banyak ditanam di Amerika Serikat dan dapat dimanfaatkan untuk membuat sapu

dan sikat, yang terakhir adalah sorgum rumput (grass shorgum) yang dikenal sebagi

mmput sudan di indonesia yang tahan kekeringan. Sorgum tahunan tidak

Page 4: Makalah sorgum

menghasilkan biji, namun dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak

(Rismunandar, 1989).

Sorgum dapat tumbuh pada daerah tropis dan subtropis, dari dataran

rendahsampai 700 meter diatas permukaan laut. Suhu optimum yang diperlukan

untuk tumbuh berkisar antara 25-30°C dengan kelembapan relative 20-40%. Sorgum

juga tidak terlalu peka terhadap pH tanah, untuk pertumbuhan yang optimum pH

berkisar 5.5-7.5. Sorgum tumbuh baik di daerah kering disebabkan lapisan lilin yang

ada pada permukaan daun sorgum. Lapisan lilin tersebut akan mengurangi

penguapan air dari dalam sorgum. Selain itu, pada beberapa jenis sorgum juga

ditemui ketahanan yang lebih tinggi terhadap burung din hama yang disebabkan

kandungan tannin yang dimilikinya (Mudjisihono dan Suprapto, 1987).

b. Struktur Biji Sorgum

Biji sorgum berbentuk butiran dengan ukuran biji kira-kira 4.0 x 2.5 x3.5 mm3,

berat biji sorgum berkisar antara 8-50 mg dengan rata-rata 28 mg. Berdasarkan

bentuk dan ukurannya, sorgum dibedakan menjadi tiga golongan yaitu biji berukuran

kecil (8-10 mg), sedang (12-24mg) dan besar (25-35mg). Biji sorgum di Pulau Jawa

umumnya berukuran sedang dan besar. Biji sorgum' yang kulitnya benvarna putih

umumnya diseb u t kafir dan benvarna merah atau coklat termasuk varietas Feterifcr

(Mudjisohono dan Damardjati, 1985).

Pada umumnya biji sorgum berbentuk bulat lonjong atau bulat telur dan terdiri

dari tiga bagian utama yaitu kulit luar, lembaga dan endosperma. Susunan dari

bagian-bagian bijinya adalah kulit luar 7,9%, lembaga 9,8%, dan endosperma 82,3

% (Hoseney,l998). Biji sorgum berbentuk bulatan dengan ukuran panjang sekitar

4,O mm, lebar 3,s mm, dan tebal 2,s mrn. Besar biji sorgum bewariasi antara 8

sampai 50 mg dengan berat rata-rata sebesar 28 mg.

Kulit luar merupakan lapisan kulit biji yang mengelilingi endosperma. Menurut

Mudjisihono dan Suprapto (1987), kulit luar ini terdiri dari tiga bagian epikarp,

mesokarp, dan endocarp.  Epikarp tersusun atas dua sampai tiga lapisan sel

memanjang, berbentuk segi empat, memiliki ketebalan tertentu, dan mengandung

zat pigmen yang terdapat pada perikarp berwarna putih, kuning, jingga dan merah,

dimana zat pigmen ini dapat masuk mengalir ke endosperm.

Lapisan tengah dari perikarp adalah mesokarp yang merupakan lapisan

paling tebal dari ketiga lapisan yang menyusun perikarp. Sel mesokarp mengandung

Page 5: Makalah sorgum

granula pati kecil yang berbentuk polygonal dan dapat dilihat di bawah sinar

mikroskop. Sorgum merupakan satu-satunya serealia yang memiliki pati dengan

mesokrap.

Biji sorgum terdiri dari 7,3 – 9,3 % kulit luar, 7,8 – 12,1 % lembaga, dan 80-

84,6 % endosperm (Hubbaer, 1950). Kulit luar terdiri dari epikarp, mesokarp dan

endocarp. Epikarp adalah bagian terluar yang tersusun atas dua atau tiga lapisan

tengah dan cukup tebal, berbentuk tabung yang akan rusak selama proses

penggilingan untuk menghilangkan kulit luar ( Rooney dan Miller, 1982 ). Di bawah

lapisan terdapat lapisan kulit biji (testa) pada lapisan perikarp dan testa sering

terdapat di bwah endocarp dan di sekel iling permukaan endosperm biji. Ketebalan

lapisan testa bervariasi untuk setiap varietas, biasanya paling tebal terdapat pada

puncak biji dan yang tertipis terdapat didekat lembaga. Ketebalan testa di puncak biji

berkisar antara 100-140 mikron, dan paling tipis berukuran 10-30 mikon. Lapisan

testa tidak berdinding sel, bersifat padat dan rapat , terdapat pada perikarp dan

aleoron.

Lapisan aleoron atau bekatul terdapat di atas permukaan endosperm biji. Sel

– sel aleoron tidak mengandung granula pati mengandung protein, lemak dengan

kadar relative tinggi, sejumlah mineral dan vitamin yang larut air ( Rooney dan Miller,

1982 ) . Endosperm merupakan 81-84% dari biji sorgum, yang terdiri dari lapisan

endosperm luar (peripherial endosperm) , lapisan endosperm (corneus endosperm)

dan lapisan endosperm dalam (jioury endosperm) (Hubbard et al., 1950).

c.    Komposisi Kimia

Sorgum mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi terutama kandungan

karbohidratnya.Biji sorgum mengandung tiga jenis karbohidrat yaitu, pati, gula

terlarut, dan serat. Kandungan gula terlarut  pada sorgum terdiri dari sukrosa,

glukosa, fruktosa dan maltosa.  Kandungan gula terlarut pada biji sorgum menurun

pada saat pematangan fisiologis dan berkisar antara 2,2% - 3,8% (Kent dan Evers,

1994). Kandungan zat kimia sorgum dibandingkan dengan jenis-jenis serealia lain

disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1.Komposisi Kimia Sorgum dan Jenis-jenis Serealia Lainnya

 Tiap 100 Gram Berat Yang Dapat Dimakan

Sorgum Beras Gandum Jagung Millet

Page 6: Makalah sorgum

Zat Gizi

Protein (g)    10,40     7,90  11,60      9,20    11,80

Lemak (g)     3,10     2,70    2,00     4,60      4,80

Kadar abu (g)     1,60     1,30    1,60    1,20      2,20

Serat kasar (g)     2,00     1,00     2,00     2,80      2,30

Karbohidrat (g)   70,70   76,00   71,00   73,00    67,00

Kalori  (kcal) 329,00 362,00 348,00 358,00 363,00

Kalsium (mg)   25,00   33,00   30,00    26,00   42,00

Fe (mg)     5,40     1,80    3,50      2,70   11,00

Thiamin (mg)     0,38     0,41    0,41      0,38    0,38

Riboflavin (mg)     0,15     0,04    0,10      0,20    0,21

Niacin (mg)     4,30     4,30    5,10      3,60    2,80

Jenis karbohidrat lain yang terdapat dalam sorgum adalah pati.  Kandungan pati

bagian endosperma biji sorgum umumnya sekitar 83 %, dalam lembaga 13,4 %, dan

dalam perikarp 34,6 %. Pati sorgum terdiri dari 70 % -80 % amilopektin dan 20%-

30% amilosa.  Jenis sorgum beras (non waxy sorghum) dengan mempunyai 

kandungan amilosa yaitu 21-28% dan jenis sorgum ketan (waxy sorghum) memiliki

kadar amilosa sekitar 1-2% .

Kandungan protein endosperma, lembaga, dan perikarp sorgum adalah berturut-

turut 80%, 16%, dan 3%.  Protein yang terdapat dalam sorgum  sebagian besar

berupa kafirin (protein larut alkohol) dan glutelin.  Kafirin mengandung asam amino

prolin, asam aspartat dan asam glutamat dan sedikit lisin.Kafirin terdapat dalam

protein-bodies, jumlahnya meningkat seiring dengan peningkatan kandungan protein

biji.Glutelin merupakan fraksi protein kedua terbesar dari protein biji sorgum.Glutelin

memiliki berat molekul besar yang merupakan pembentuk struktur endosperma

(matriks protein).  Protein lain yang terkandung dalam biji sorgum adalah albumin

(protein larut air) dan globulin (protein larut garam).  Fraksi protein lembaga

mengandung asam amino lisin paling tinggi (Rooney dan Saldivar, 2000).

Jenis asam amino lembaga terdiri dari 4,1 % lisin, 3,4 % threonin, 1,5 %

metionin, dan 1,0 % sistein.  Asam-asam amino yang terdapat dalam endosperma

adalah  1,1 % lisin, 2,8 % threonin, 1,0 % metionin dan 0,8 % sistein (Rooney dan

Page 7: Makalah sorgum

Saldivar, 2000). Mutu protein biji sorgum hampir sama dengan beras, namun

kandungan vitamin dan mineralnya lebih tinggi (Soeranto, 2005).

d.    Glatinisasi

Gelatinisasi merupakan fenomena pembentukan gel yang diawali dengan

pembengkakan granula pati akibat penyerapan air. Bila pati mentah dimasukkan ke

dalam air dingin, granula pati akan menyerap air dan mulai bengkak namun terbatas,

sekitar 30% dari berat tepung. Proses pemanasan adonan tepung akan

menyebabkan granula semakin membengkak karena penyerapan air semakin

banyak. Suhu dimana pembengkakan maksimal disebut dengan suhu gelatinisasi.

Selanjutnya pengembangan granula pati juga disebabkan masuknya air ke dalam

granula dan terperangkap pada susunan molekul-molekul penyusun pati.

Mekanisme pengembangan tersebut disebabkan karena molekul–molekul amilosa

dan amilopektin secara fisik hanya dipertahankan oleh adanya ikatan hidrogen

lemah. Atom hidrogen dari gugus hidroksil akan tertarik pada muatan negatif atom

oksigen dari gugus hidroksil yang lain. Bila suhu suspensi naik, maka ikatan

hidrogen makin lemah, sedangkan energi kinetik molekul-molekul air meningkat,

memperlemah ikatan hidrogen antar molekul air. Tian et al., (1991) menyatakan

bahwa bila pati dipanaskan dalam suhu kritikal dengan adanya air yang berlebih

granula akan mengimbibisi air, membengkak dan beberapa pati akan terlarut dalam

larutan yang ditandai dengan perubahan suspensi pati yang semula keruh menjadi

bening dan tentunya akan berpengaruh terhadap kenaikan viskositas.

e.       Sifat birefringence

Sifat birefringence dari granula pati adalah sifat merefleksikan cahaya

terpolarisasi sehingga di bawah mikroskop terlihat hitam-putih. Pada waktu granula

mulai pecah sifat birefringence ini akan hilang. Kisaran suhu yang menyebabkan

90% butir pati dalam air panas membengkak sedemikian rupa sehingga tidak

kembali ke bentuk normalnya disebut “Birefringence End Point Temperature” atau

disingkat BEPT (Winarno, 1984). Secara mikroskopik terlihat bahwa granula pati

dibentuk oleh molekul-molekul yang membentuk lapisan tipis yang tersusun

terpusat. Granula pati bervariasi dalam bentuk dan ukuran, ada yang berbentuk

bulat, oval, atau bentuk tak beraturan demikian juga ukurannya, mulai kurang dari 1

mikron sampai 150 mikron ini tergantung sumber patinya.

Page 8: Makalah sorgum

f.     Pangan Instan

Dewasa ini, banyak produk-produk pangan yang dipasarkan dalam bentuk

makanan instan. Pengembangan produk pangan instan bertujuan memudahkan

masyarakat saat mengkonsumsinya. Produk pangan instan sangat mudah disajikan

dalam waktu yang relatif singkat. Pangan instan terdapat dalam bentuk kering atau

konsentrat, mudah larut sehingga mudahuntuk disajikan yaitu hanya dengan

menambahkan air panas atau air dingin. Produk pangan instan berkembang dengan

pesat mengikuti perkembangan jaman dimana masyarakat menuntut produk pangan

yang mudah dikonsumsi, bergizi, dan mudah dalam penyajiannya.

Pengertian pangan instan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia(1989) berarti

langsung atau tanpa dimasak lama, dapat dimakan atau dapat diminum. Istilah

instanisasi telah mencakup berbagai perlakuan, baik kimiamaupun fisik yang akan

memperbaiki karakteristik hidrasi dari suatu produk  pangan dalam bentuk bubuk

(Johnson dan Peterson, 1971).

MenurutHartomo dan Widiatmoko (1992), pangan instan merupakan bahan

makanan yang mengalami proses pengeringan air, sehingga mudah larut dan

mudahdisajikan hanya dengan menambahkan air panas atau air dingin.

Australian Academy Of Technological Sciences and Engineering (2000) memberikan

definisi pangan instan sebagai produk pangan yang di dalam penyajiannya

melibatkan pencampuran air atau susu dan dilanjutkan dengan berbagai proses

pemasakan.

Ada beberapa kriteria bahan pangan yang harus dipenuhi dalam pembuatan

produk pangan instan. Menurut Hartomo dan Widiatmoko (1992) kriteria yang harus

dimiliki bahan makanan agar dapat dibentuk produk  pangan instan antara lain     :

memiliki sifat hidrofilik, yaitu sifat mudahmengikat air,  tidak memiliki lapisan gel yang

tidak permeabel sebelum digunakan yang dapat menghambat laju pembasahan, dan

rehidrasi produk akhir tidak menghasilkan produk yang menggumpal dan

mengendap.

g.    Bubur Instan

Istilah bubur instan lebih dikenal dengan sebutan pure (asal kata dari bahasa

Inggris yakni puree). Pengertian pure berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia

(1989) adalah pangan atau bahan pangan yang dilembutkan. Bubur termasuk salah

satu bentuk olahan pangan yang mudah dikonsumsi masyarakat. Bubur memiliki

Page 9: Makalah sorgum

tekstur yang lunak sehingga mudah dicerna. Bubur tidak hanya terbuat dari beras

saja namun dapat pula dibua tdari kacang hijau, beras merah, ataupun dari

beberapa campuran penyusunnya.

Dalam pengolahannya, bubur dibuat dengan memasak bahan penyusun

dengan air seperti bubur nasi, mencampurkan santan seperti bubur kacang hijau,

ataupun dengan mencampurkan susu, yang dikenal dengan bubur susu.

Perkembangan zaman menyebabkan masyarakat menuntut segala sesuatu yang

serba cepat dan praktis. Demikian pula dalam hal makanan,masyarakat cenderung

lebih menyukai produk pangan yang berbentuk instan. Bubur instan merupakan

bubur yang telah mengalami proses pengolahan lebih lanjut sehingga dalam

penyajiannya tidak diperlukan proses pemasakan. Penyajian bubur instan dapat

dilakukan hanya dengan menambahkan air panas ataupun susu, sesuai dengan

selera (Fellows danEllis, 1992).

Bubur instan memiliki komponen penyusun seperti halnya bubur.Bubur yang

telah jadi (masak) mengalami proses instanisasi. Instanisasi dilakukan dengan cara

memasak komponen-komponen penyusun bubur yang telah berbentuk tepung

sampai menjadi adonan kental. Adonan inidikeringkan dengan menggunakan drum

dryer  lalu dihancurkan hingga berbentuk tepung halus berukuran 60 mesh. Bahan

tepung yang diperolehtelah bersifat instan dan dikemas menjadi bubur instan

(Perdana, 2003)

h.    Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus, DM (bahasa Yunani: διαβαίνειν, diabaínein, tembus atau pancuran air)

(bahasa Latin: mellitus, rasa manis) yang juga dikenal di Indonesia dengan istilah penyakit

kencing gula adalah kelainan metabolis yang disebabkan oleh banyak faktor, dengan

simtoma berupa hiperglisemia kronis dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan

protein, sebagai akibat dari: sekresi hormon insulin, aktivitas insulin, atau keduanya,

transporter glukosa. atau keduanya.

Berbagai penyakit, sindrom dan simtoma dapat terpicu oleh diabetes mellitus, antara

lain: Alzheimer, ataxia-telangiectasia, sindrom Down, penyakit Huntington, kelainan

mitokondria, distrofi miotonis, penyakit Parkinson, sindrom Prader-Willi, sindrom Werner,

sindrom Wolfram, leukoaraiosis, demensia, hipotiroidisme, hipertiroidisme, hipogonadisme,

dan lain-lain

2.2 Teknik Pengolahan Bubur Sorgum Instan

2.2.1 Pembuatan Beras Sorgum Bersih

Page 10: Makalah sorgum

Beras sorgum adalah sorgum giling dengan ukuran partikel lebih kecil

dibandingkan dengan biji sorgum utuh. Ukuran partikel sorgum giling hampr

menyerupai ukuran  beras nasi, oleh sebab itu sorgum giling yang dihasilkan diberi

nama beras sorgum.

2.2.2. Pembuatan Tepung Sorgum Matang

Tepung sorgum merupakan partikel sorgum yang lolos ayakan 60 mesh.

Tepung sorgum matang dibuat dengan menggunakan bahan baku dasar beras

sorgum. Beras sorgum direbus bersama air dengan perbandingan air dan beras 2:5.

Perebusan dilakukan sampai terbentuk bubur yang ditandai dengan adonan kental,

air perebusan berkurang, dan terbentuk warna adonan yang jernih (melawati suhu

gelatinisasi). Adonan bubur yang terbentuk dikeringkan dengan menggunakan drum

dryer. Hasil pengeringan drum dryer adalah lembaran tipis yang selanjutnya

dihancurkan dengan blender kering. Hancuran lembaran akan berbentuk  butiran-

butiran tipis. Butiran halus tersebut disaring dengan menggunakan sarin gan

berukuran 60 mesh. Butiran yang lolos ayakan merupakan tepung sorgum matang.

2.2.3 Pembuatan Nasi Sorgum Kering

Pembuatan nasi sorgum kering dilakukan dengan menggunakan metode

pembuatan bubur nasi kering. Bahan dasar dalam pembuatan nasi sorgum kering

adalah beras sorgum. Beras sorgum direbus dengan air (perbandingan air dan beras

sorgum 2:5) sampai terbentuk bubur yang ditandai dengan terbentuknya adonan

kental, jumlah air rebusan yang berkuangatau habis, dan terbentuknya warna

adonan yang jernih (melewati suhu glatinisasi).

2.2.4 Pembuatan Formulasi Bubur Sorgum

Formulasi I tersusun atas tepung sorgum matang dan nasi sorgum kering dengan

perbandingan 10 : 2 . Nasi Sorgum kering dicampurkan dengan tepung sorgum

matang diaduk rata dan ditambahkan air panas.

2.3 Hasil dan Pembahasan

Bubur sorgum Instan adalah bubur yang memiliki komponen penyusun bubur

yang bersifat instan. Sehingga dalam penyajiannya tidak diperlukan proses

pemasakan. Penyajian bubur instan sorgum ini dapat dilakukan dengan menambah

air panas ataupun susu, sesuai dengan selera. Bahan dasar yang digunakan adalah

sorgum bicolor galur B-76.

            Sorgum dipilih sebagai bahan baku karena beberapa alasan. Pertama,

sorgum merupakan serealia yang memiliki kandungan gizi yang tidak kalah dengan

Page 11: Makalah sorgum

serealia lainnya. Kedua, tepung sorgum ini dapat menjadi bahan baku srbaguna

karaena tidak terjadi penggumpalan (terglatinisasi) pada saat mengalami

pemanasan. Ketiga, sorgum merupakan bahan pangan alternatif bagi penderita

diabetes.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

·         Tanaman sorgum merupakan komoditas yang belum dimanfaatkan secara optimal

karena keterbatasan teknologi pengolahannya.

·         Bubur sorgum dapat dijadikan alternatif dalam diversifikasi pangan di Indonesia dan

dapat dijadikan bahan pangan bagi penderita diabetes

·         Bubur ini terdiri dari sorgum matang dan nasi sorgum kering

3.2 Saran

Agar teknik pengolahan bubur sorgum instan ini dapat diterapkan pada bahan

pangan seralia lain.

DAFTAR PUSTAKA

Page 12: Makalah sorgum

·         Nanda Haditama, dkk. Laporan akhir Program Kreatifitas Mahasiswa

Institut Pertanian Bogor, 2008

·         http://simonbwidjanarko.wordpress.com/2008/06/20/gelatinisasi-pati-

adonan-berbasis-pati/

·         http://id.wikipedia.org/wiki/Indeks_Glikemik

Sumber http://habibahsoraya.blogspot.com/2012/03/makalah-sorgum.html