Makalah SIMPEDES
-
Upload
radeon-adhi-van-persie -
Category
Documents
-
view
375 -
download
7
Transcript of Makalah SIMPEDES
Universitas Padjajaran Ilmu Pemerintahan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Desa cibeusi merupakan salah satu desa yang terletak di daerah jatinangor
yang dimana mempunyai aspek- aspek sosial dan budayanya sendiri, desa ini adalah
desa yang mempunyai sistem kemasyarakatan yang kuat dimana walaupun letaknya
hampir bisa disebut perkotaan tapi pada dasarnya desa ini mempunyai adat dan
budaya yang kuat dan ini dikarenakan adanya partisipasi masyarakatnya sendiri
dalam memerdayakan segala aspek dan budaya yang ada, desa cibeusi mempunyai
Adat istiadat dan kepercayaan yang turun menurun dipelihara, dan ada beberapa
pendapat yang ditinjau dari berbagai segi bahwa, desa itu sendiri mengandung
kompleksitas yang saling berkaitan satu sama lain diantara unsur-unsurnya, yang
sebenarnya desa masih dianggap sebagai standar dan pemelihara sistem kehidupan
bermasyarakat dan kebudayaan asli seperti tolong menolong, keguyuban,
persaudaraan, gotong royong, kepribadian dalam berpakaian, adat istiadat , kesenian
kehidupan moral susila dan lain-lain yang mempunyai ciri yang jelas. Desa cibeusi
selain adat istiadatnya, desa ini sangat kental dengan segala pergerakan baik dalam
keagamaan, kemasyarakatan dan pergerakan lainnya, misalnya “selametan desa”, dan
“ pengajian”, selain hal yang di atas pergerakan anak muda lainnya sering muncul
baik itu dari karang taruna atau organisasi yang lainnya yang biasanya timbul jelang
adanya suatu peringatan. Dan pemerintahan desa juga sangat sejalan dengan
kepercayaan masyarakat untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati
dalam system pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Yang lebih
penting lagi desa ini mampu bersaing dengan desa lain untuk lebih bergerak dan
berpartisipasi pada masyarakat itu sendiri. Dan patut untuk diperhatikan bahwa desa
cibeusi tidak sama dengan arti dari sebuah perkotaan, dimana kalau perkotaan
1
Sistem Pemerintahan Desa
Universitas Padjajaran Ilmu Pemerintahan
manusia dengan kekuatannya sendiri harus dapat mempertahankan dirinya sendiri,
pada umumnya dikota tetangga itu bukan orang yang mempunyai hubungan
kekeluargaan dengan kita oleh karena itu setiap orang dikota terbiasa hidup tanpa
menggantungkan diri pada orang lain, mereka cenderung untuk individualistik dan ha
itu berbeda sekali dengan desa cibeusi yang dimana sistem kekerabatan antara
tetangga ataupun antar komplek itu saling ketergantungan dan saling bersifat
kegotongroyongan.
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan judul di atas rumusan masalah ini adalah
apakah aspek sosial dan budaya di desa Cibeusi masih sangat kental dan mempunyai
ciri khas tersendiri di banding desa-desa lainnya.
I.3 Tujuan penyusunan makalah
Tujuan dari penelitian ini adalah
1. Memenuhi tugas kelompok mata kuliah sistem pemerintahan desa.
2. Memahami bagaimanakah sejarah terbentuknya desa cibeusi.
3. Memahami dan menganalisis kondisi sosial dan budaya desa cibeusi. .
4. Menganalisis nilai-nilai tradisional masih dijadikan patokan
pelaksanaan tata pemerintahan desa..
I.4 Sistematika Penyusunan Makalah
Sistematika penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis membahas mengenai latar belakang penulisan makalah,
rumusan masalah, tujuan penulisan makalah, dan sistematika penulisan.
BAB II METODOLOGI PENELITIAN
2
Sistem Pemerintahan Desa
Universitas Padjajaran Ilmu Pemerintahan
Bab ini memberikan gambaran mengenai metode penelitian yang digunakan
penulis dalam melakukan penelitian. Bagian yang diuraikan dalam bab ini meliputi
jenis penelitian, lokasi penelitian, sumber data, pengolahan data serta analisis data.
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini akan membahas mengenai kajian atau teori yang melandasi penulisan
makalah ini, yaitu Sistem Pemerintahan Desa.
BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan data – data yang ditemukan pada saat melakukan
pengamatan/penelitian baik secara referensi maupun pengamatan langsung di
lapangan tentang desa.
BAB V PENUTUP
Bab ini menyampaikan kesimpulan dari hasil pembahasan pada bab
sebelumnya, saran yang dapat diberikan oleh Penulis untuk perbaikan di masa
mendatang, dan keterbatasan – keterbatasan yang ditemui Penulis selama melakukan
pembahasan.
3
Sistem Pemerintahan Desa
Universitas Padjajaran Ilmu Pemerintahan
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
2.1 Jenis Peneletian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yang
deskriptif, yaitu menjelaskan aspek – aspek relevan dengan fenomena yang saat
digunakan sebagai dasar untuk memahami sistem pemerintahan desa.
.
2.2 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada pengkajian aspek sosial,budaya di desa cibeusi.
2.3 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah primer dan sekunder yaitu data
diperoleh secara langsung dan tidak langsung oleh peneliti.
2.4 Metode Pengolahan Data
Untuk mengolah data yang telah terkumpul digunakan desciptive method,
yaitu menggambarkan ada berdasarkan referensi yang ada. Data dan keterangan
dalam metode ini disajikan sebagaimana adanya.
2.5 Metode Analisis
Dalam penelitian ini data sekunder dianalisis secara kualitatif artinya data –
data keseluruhan berbentuk non-angka, serta membandingkan teori-teori yang ada
untuk memperoleh kesimpulan tertentu.
4
Sistem Pemerintahan Desa
Universitas Padjajaran Ilmu Pemerintahan
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Sejarah Terbentuknya Desa
Perihal terbentuknya Desa hingga sekarang sulit diketahui secara pasti kapan
awalnya, akan tetapi mengacu pada prasasti Kawali di Jawa Barat sekitar tahun 1350
M, dan prasasti Walandit di daerah Tengger Jawa Timur pada tahun 1381 M, maka
desa sebagai unit terendah dalam struktur pemerintahan Indonesia telah ada sejak
dahulu kala dan murni Indonesia bukan bentukan Belanda. Terbentuknya desa
diawali dengan terbentuknya kelompok masyarakat akibat sifat manusia sebagai
makhluk sosial, dorongan kodrat, atau sekeliling manusia, kepentingan yang sama
dan bahaya dari luar.
Istilah desa berasal dari bahasa Sanskerta yang artinya tanah tumpah darah,
dan perkataan desa hanya dipakai di daerah Jawa dan Madura, sedang daerah lain
pada saat itu (sebelum masuknya Belanda) namanya berbeda seperti gampong dan
meunasah di Aceh, huta di Batak, nagari di Sumatera Barat dan sebagainya. Pada
hakikatnya bentuk desa dapat dibedakan menjadi dua yaitu desa geneologis dan desa
teritorial. Sekalipun bervariasi nama desa ataupun daerah hukum yang setingkat desa
di Indonesia, akan tetapi asas atau landasan hukumnya hampir sama yaitu adat,
kebiasaan dan hukum adat.
3.2 Pemerintahan Desa Pada Masa Penjajahan Belanda
5
Sistem Pemerintahan Desa
Universitas Padjajaran Ilmu Pemerintahan
Jauh sebelum Belanda menjajah Indonesia, desa dan yang sejenis dengan itu
telah ada mapan di Indonesia. Mekanisme penyelenggaraan pemerintahannya
dilaksanakan berdasarkan hukum adat. Setelah pemerintah Belanda memasuki
Indonesia dan membentuk undang-undang tentang pemerintahan di Hindia Belanda
(Regeling Reglemen), desa diberi kedudukan hukum. Kemudian untuk menjabarkan
peraturan perundangan dimaksud, Belanda mengeluarkan Inlandsche Gemeente
Ordonnantie, yang hanya berlaku untuk Jawa dan Madura. Sekalipun Regeling
Reglemen, akhimya pada tahun 1924 diubah dengan Indische Staatsregeling akan
tetapi pada prinsipnya tidak ada perubahan oleh karena itu IGO masih tetap berlaku.
Kemudian untuk daerah luar Jawa, Belanda mengeluarkan Inlandsche Gemeente
Ordonnantie Buitengewesten (IGOB) di luar Jawa dan Madura atau disingkat IGOB
tahun 1938 no. 490.
Ada tiga unsur penting dari desa menurut IGO yang penting, yaitu kepala
desa, pamong desa dan rapat desa, kepala desa sebagai penguasa tunggal dalam
pemerintahan desa, ia adalah penyelenggara urusan rumah tangga desa dan urusan-
urusan pemerintah, dalam pelaksanaan tugasnya harus memperhatikan pendapat desa.
Di dalam pelaksanaan tugasnya kepala desa dibantu oleh Pamong desa yang
sebutannya berbeda-beda daerah satu dengan yang lainnya. Untuk hal-hal yang
penting kepala desa harus tunduk pada rapat desa.
3.3 Pemerintahan Desa Pada Masa Penjajahan Jepang
Pada tanggal 7 Maret 1942, Jepang berkuasa di Indonesia. Seluruh kegiatan
pemerintahan dikendalikan oleh balatentara Jepang yang berkedudukan di Jakarta
untuk Jawa dan Madura, Bukit Tinggi untuk Sumatera dan Angkatan Laut di Ujung
Pandang untuk kepulauan lainnya. Karena hanya singkat masa pemerintahannya,
maka tidak banyak perubahan dalam struktur dan sistem pemerintahan termasuk
pemerintahan desa. Ini dapat dilihat pada Osamo Seirei 1942, hanya saja beberapa
sebutan daerah dan kepala daerahnya diganti dengan bahasa Jepang misalnya Syu -
6
Sistem Pemerintahan Desa
Universitas Padjajaran Ilmu Pemerintahan
Syuco, Ken - Kenco, Si -Co, Tokubetu Si - Tokubetu Sico, Gun - Gunco, Son - Sonco
dan Ku - Kuco .Dapat dikatakan pemerintahan secara umum menghapuskan
demokrasi dalam pemerintahan daerah walaupun khusus untuk Ken, Si dan Tokubetu
Si sistem itu dilaksanakan secara terbatas.
Begitu juga halnya dengan pemerintahan desa, pada prinsipnya IGO dan
peraturan lainnya tetap berlaku dan tidak ada perubahan. Untuk itu desa tetap ada dan
berjalan sesuai dengan pengaturan sebelumnya. Ada sedikit perubahan khususnya
tentang pemilihan kepala desa berdasarkan Osamu Seirei No. 7 tahun 1944. Hal itu
berlanjut sampai Indonesia merdeka, setelah Indonesia merdeka, undang-undang ini
banyak diubah.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Desa, disebut
bahwa Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,
berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam
sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Desa bukanlah bawahan kecamatan, karena kecamatan merupakan bagian dari
perangkat daerah kabupaten/kota, dan desa bukan merupakan bagian dari perangkat
daerah. Berbeda dengan Kelurahan, Desa memiliki hak mengatur wilayahnya lebih
luas. Namun dalam perkembangannya, sebuah desa dapat ditingkatkan statusnya
menjadi kelurahan.
Kewenangan desa adalah:
1. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal
usul desa
2. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa, yakni urusan
pemerintahan yang secara langsung dapat meningkatkan pelayanan
masyarakat.
7
Sistem Pemerintahan Desa
Universitas Padjajaran Ilmu Pemerintahan
3. Tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah
Kabupaten/Kota
4. Urusan pemerintahan lainnya yang diserahkan kepada desa.
3.4 Pemerintahan Desa
Desa memiliki pemerintahan sendiri. Pemerintahan Desa terdiri atas
Pemerintah Desa (yang meliputi Kepala Desa dan Perangkat Desa) dan Badan
Permusyawaratan Desa (BPD)
Kepala Desa
Kepala Desa merupakan pimpinan penyelenggaraan pemerintahan desa
berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama Badan Permusyawaratan Desa
(BPD). Masa jabatan Kepala Desa adalah 6 tahun, dan dapat diperpanjang lagi untuk
satu kali masa jabatan. Kepala Desa juga memiliki wewenang menetapkan Peraturan
Desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD.
Kepala Desa dipilih langsung melalui Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) oleh
penduduk desa setempat. Syarat-syarat menjadi calon Kepala Desa sesuai Peraturan
Pemerintah No. 72 Tahun 2005 sebagai berikut:
1. Bertakwa kepada Tuhan YME
2. Setia kepada Pacasila sebagai dasar negara, UUD 1945 dan kepada NKRI,
serta Pemerintah
3. Berpendidikan paling rendah SLTP atau sederajat
4. Berusia paling rendah 25 tahun
5. Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa
6. Penduduk desa setempat
7. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan dengan
hukuman paling singkat 5 tahun
8
Sistem Pemerintahan Desa
Universitas Padjajaran Ilmu Pemerintahan
8. Tidak dicabut hak pilihnya
9. Belum pernah menjabat Kepala Desa paling lama 10 tahun atau 2 kali masa
jabatan
10. Memenuhi syarat lain yang diatur Perda Kab/Kota
3.5 Perangkat Desa
Perangkat Desa bertugas membantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugas
dan wewenangnya. Salah satu perangkat desa adalah Sekretaris Desa, yang diisi dari
Pegawai Negeri Sipil. Sekretaris Desa diangkat oleh Sekretaris Daerah
Kabupaten/Kota atas nama Bupati/Walikota.
Perangkat Desa lainnya diangkat oleh Kepala Desa dari penduduk desa, yang
ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.
3.6 Sumber pendapatan desa terdiri atas:
Pendapatan Asli Desa, antara lain terdiri dari hasil usaha desa, hasil kekayaan
desa (seperti tanah kas desa, pasar desa, bangunan desa), hasil swadaya dan
partisipasi, hasil gotong royong
Penyelenggaraan urusan pemerintahan desa yang menjadi kewenangan desa
didanai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa), bantuan
pemerintah dan bantuan pemerintah daerah. Penyelenggaraan urusan pemerintah
daerah yang diselenggarakan oleh pemerintah desa didanai dari APBD.
Penyelenggaraan urusan pemerintah yang diselenggarakan oleh pemerintah desa
APB Desa terdiri atas bagian Pendapatan Desa, Belanja Desa dan
Pembiayaan. Rancangan APB Desa dibahas dalam musyawarah perencanaan
pembangunan desa. Kepala Desa bersama BPD menetapkan APB Desa setiap tahun
dengan Peraturan Desa..
9
Sistem Pemerintahan Desa
Universitas Padjajaran Ilmu Pemerintahan
3.7 Lembaga kemasyarakatan
Di desa dapat dibentuk lembaga kemasyarakatan, yakni lembaga yang
dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah
desa dalam memberdayakan masyarakat. Lembaga kemasyarakatan ditetapkan
dengan Peraturan Desa. Salah satu fungsi lembaga kemasyarakatan adalah sebagai
penampungan dan penyaluran aspirasi masyarakat dalam pembangunan. Hubungan
kerja antara lembaga kemasyarakatan dengan Pemerintahan Desa bersifat kemitraan,
konsultatif dan koordinatif.
3.8 Pembentukan desa
Desa dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal-usul desa
dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Pembentukan desa dapat berupa
penggabungan beberapa desa, atau bagian desa yang bersandingan, atau pemekaran
dari satu desa menjadi dua desa atau lebih, atau pembentukan desa di luar desa yang
telah ada.
Desa dapat diubah atau disesuaikan statusnya menjadi kelurahan berdasarkan
prakarsa Pemerintah Desa bersama BPD dengan memperhatikan saran dan pendapat
masyarakat setempat. Desa yang berubah menjadi Kelurahan, Lurah dan
Perangkatnya diisi dari pegawai negeri sipil.
Desa yang berubah statusnya menjadi Kelurahan, kekayaannya menjadi
kekayaan daerah dan dikelola oleh kelurahan yang bersangkutan untuk kepentingan
masyarakat setempat.
10
Sistem Pemerintahan Desa
Universitas Padjajaran Ilmu Pemerintahan
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Sejarah Desa Cibeusi
Asal mula desa cibesi itu karena adanya hasil pemekaran dari desa cipacing
yang dimana nama desa cibesi itu sendiri diambil dari nama sungai atau walungan
yang ada di belakang desa itu. Dan desa cibesi berdiri pada tahun 1980, ,masyarakat
cibesi merupakan masyarakat yang aktif dalam berbagai gerakan kemasyarakatan.
Baik pada kalangan pemuda/ bapak- napak/ ibu- ibu.
4.2 Demografi Desa Cibeusi
4.2.1 Jumlah Penduduk Desa Cibeusi
1. jenis kelamin : a. Laki- Laki : 4668 orang
: b Perempuan : 4240 orang
2. Kepala keluarga : 1771 KK
11
Sistem Pemerintahan Desa
Universitas Padjajaran Ilmu Pemerintahan
3. Kewarganegaraan : a WNA : …….orang
: b WNI : 8929 orang
4.2.2 Bidang Kependudukan
4 Mobilitas/ Mutasi : a lahir : 57 orang
: b mati : 30 orang
4.2.3 Jumlah agama di desa cibesi beserta jumlah penganutnya:
1. Agama Islam : 8313 orang
2. Agama Kristen : 159 orang
3. Agama Khatolik : 327 orang
4. Agama hindu : 41 orang
5. Agama Budha :69 orang
4.3 Kelembagaan Desa Cibeusi
4.3.1 Badan Permusyawaratan Desa
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan lembaga perwujudan
demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Anggota BPD adalah wakil
dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah. Anggota BPD
terdiri dari Ketua Rukun Warga, pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama
dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya. Masa jabatan anggota BPD adalah 6
tahun dan dapat diangkat/diusulkan kembali untuk 1 kali masa jabatan berikutnya.
Pimpinan dan Anggota BPD tidak diperbolehkan merangkap jabatan sebagai Kepala
Desa dan Perangkat Desa. BPD berfungsi menetapkan Peraturan Desa bersama
Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat
4.3.2 Lembaga Musyawarah Desa :
1. Jumlah anggota LMD : 15 orang
12
Sistem Pemerintahan Desa
Universitas Padjajaran Ilmu Pemerintahan
4.3.3 Lembaga Keamanan Desa
1. Pembina hansip :a jumlah anggota hansip :32 orang
: b jumlah hansip terlatih : 13 orang
4.3.4 Lembaga-lembaga Keagamaan
1. Majelis tahlim :14 kelompok 700 anggota
2 Majelis gereja : 2 kelompok 327 anggota
3. Remaja mesjid : 8 kelompok 240 anggota
4. Remaja gereja : (-)kelompok (-) anggota
4.4 Sarana dan Prasarana Desa Cibeusi
1. Sarana pendidikan : a. majid : 12 buah
: b. mushola : 13 buah
:c. gereja :1 buah
2. Sarana transportasi : a. jumlah sarana transportasi : 2 buah
: b. jumlah jenis sarana transportasi : 2 buah
3. Sarana perumahan :a. rumah permanent : 485 buah
: b. rumah semi permanent : 226 buah
:c. rumah non permanent : 210 buah
4. Kesehatan : jumlah pasien RSU Pemerintah dan swasta selama 6 bln
terakhr .. orang
: pos/ klinik KB : jumlah klinik KB….. buah.
: jumlah akseptor…….buah
5. Jumlah posyandu : 7 buah
6. Jumlah puskesmas : jumlah puskesmas……
Jumlah puskesmas pembantu……
7. Jumlah dokter praktek : 1 orang
8. Olah raga : a. jumlah jenis olah raga : 8 jenis
b jumlah perkumpulan kelompok olah raga : 34 buah
13
Sistem Pemerintahan Desa
Universitas Padjajaran Ilmu Pemerintahan
9. Organisasi sosial : a. pramuka GUDEP : 110 anggota
: b karang taruna : 400 anggota
: c panti laras : ….. anggota
: d lsm : …...anggota
: e kelompok PKK : 177 anggota
: f dasa wisma : 26 anggota
: g lain- lain : …..anggota
10 Tenaga kerja : a. penyalur pembantu RT : -
: b penampung pekerja ke IN : -
11 Transmigrasi : a lokasi transmigrasi : - lokasi – HA
: b jumlah KK transmigrasi : - lokasi – KK
: c jumlah jiwa transimgrasi : - lokasi – orang
: d jumlah rumah tinggal : - lokasi unit
: e perolehan tanah : - lokasi - HA
4.5 Karakteristik masyarakat Desa Cibeusi
Masyarakat desa selalu memiliki ciri-ciri atau dalam hidup bermasyarakat,
yang biasanya tampak dalam perilaku keseharian mereka. Pada situasi dan kondisi
tertentu, sebagian karakteristik dapat digeneralisasikan pada kehidupan masyarakat di
desa Cibeusi . Namun demikian, dengan adanya perubahan sosial religius dan
perkembangan era informasi dan teknologi, terkadang sebagian karakteristik tersebut
sudah “luntur”. Berikut ini disampaikan sejumlah karakteristik masyarakat desa
Cibeusi, yang terkait dengan etika dan budaya mereka, yang bersifat umum yang
selama ini masih sering ditemui. Setidaknya, ini menjadi salah satu wacana bagi kita
yang akan bersama-sama hidup di lingkungan pedesaan.
1. Sederhana
14
Sistem Pemerintahan Desa
Universitas Padjajaran Ilmu Pemerintahan
Sebagian besar masyarakat desa Cibeusi hidup dalam kesederhanaan meskipun
harus diakui bahwa sudah mulai tergerus oleh arus modernisasi. Kesederhanaan
ini terjadi karena dua hal:
Secara ekonomi memang kurang mampu.ini terbukti, menurut data didesa
bahwa rata-rata tingkat pendidikan desa cibeusi itu adalah lulusan
SD,banyak dari mereka tidak ingin melanjutkan sekolah adalah karena
alsan ekonomi.
Secara budaya memang tidak senang menyombongkan diri.
2. Mudah curiga
Secara umum, masyarakat desa akan menaruh curiga pada:
Hal-hal baru di luar dirinya yang belum dipahaminya.
Seseorang/sekelompok yang bagi komunitas mereka dianggap “asing” sebagai
contoh adalah adanya IPDN dilingkungan desa mereka itu, mereka anggap
tidak ada manfaatnya sama sekali bagi kemajuan desa mereka. Masyarakat
cibeusi juga kurang suka sama “orang-orang hideung”.karena mereka suka
meresahkan masyarakat, seperti minum-minum, “slonong boy”,lewat tanpa
menucapkan permisi, dan sebagainya.
3. Menjunjung tinggi kesopanan
Sebagai “orang Timur”, orang desa sangat menjunjung tinggi kesopanan apabila:
a. Bertemu dengan tetangga
b. Berhadapan dengan pejabat
c. Berhadapan dengan orang yang lebih tua/dituakan
d. Berhadapan dengan orang yang lebih mampu secara ekonomi
e. Berhadapan dengan orang yang tinggi tingkat pendidikannya
4. Guyub, kekeluargaan
15
Sistem Pemerintahan Desa
Universitas Padjajaran Ilmu Pemerintahan
Sudah menjadi karakteristik khas bagi masyarakat desa Cibeusi bahwa suasana
kekeluargaan dan persaudaraan telah “mendarah-daging” dalam hati sanubari
mereka.sebagai contoh, ketika ada diantara mereka yang akan
mengadakan”hajatan”pernikahan,khitanan, maka biasanya secara langsung
mereka akan mengadakan acara “kumpulan” bagi warga sekitarnya.
5. Lugas
“Berbicara apa adanya”, itulah ciri khas lain yang dimiliki masyarakat desa.
Mereka tidak peduli apakah ucapannya menyakitkan atau tidak bagi orang lain
karena memang mereka tidak berencana untuk menyakiti orang lain. Kejujuran,
itulah yang mereka miliki.sebagai contoh adalah ketika kami wawancarai mereka
tentang kondidi desa, mereka dengan senangnya mengungkapkan segala yang ada
tentang desanya.
6. Tertutup dalam hal keuangan
Biasanya masyarakat desa akan menutup diri manakala ada orang yang bertanya
tentang sisi kemampuan ekonomi keluarga. Apalagi jika orang tersebut belum
begitu dikenalnya. Katakanlah, mahasiswa yang sedang melakukan tugas
penelitian survei pasti akan sulit mendapatkan informasi tentang jumlah
pendapatan dan pengeluaran mereka.
7. Perasaan “minder” terhadap orang kota
Satu fenomena yang ditampakkan oleh masayarakat desa, baik secara langsung
ataupun tidak langsung ketika bertemu/bergaul dengan orang kota adalah
perasaan mindernya yang cukup besar. Biasanya mereka cenderung untuk
diam/tidak banyak omong.
8. Menghargai orang lain
Masyarakat desa benar-benar memperhitungkan kebaikan orang lain yang
pernah diterimanya sebagai “patokan” untuk membalas budi sebesar-besarnya.
Balas budi ini tidak selalu dalam wujud material tetapi juga dalam bentuk
penghargaan sosial atau dalam bahasa Jawa biasa disebut dengan “ngajeni”.
16
Sistem Pemerintahan Desa
Universitas Padjajaran Ilmu Pemerintahan
9. Jika diberi janji, akan selalu diingat
Bagi masyarakat desa, janji yang pernah diucapkan seseorang/komunitas tertentu
akan sangat diingat oleh mereka terlebih berkaitan dengan kebutuhan mereka. Hal
ini didasari oleh pengalaman/trauma yang selama ini sering mereka alami,
khususnya terhadap janji-janji terkait dengan program pembangunan di
daerahnya.
Sebaliknya bila janji itu tidak ditepati, bagi mereka akan menjadi “luka dalam”
yang begitu membekas di hati dan sulit menghapuskannya. Contoh kecil:
mahasiswa menjanjikan pertemuan di Balai Desa jam 19.00. Dengan tepat waktu,
mereka telah standby namun mahasiswa baru datang jam 20.00. Mereka akan
sangat kecewa dan selalu mengingat pengalaman itu.
10. Suka gotong-royong
Salah satu ciri khas masyarakat desa yang dimiliki dihampir seluruh kawasan
Indonesia adalah gotong-royong atau kalau dalam masyarakat Jawa lebih dikenal
dengan istilah “sambatan”. Uniknya, tanpa harus dimintai pertolongan, serta
merta mereka akan “nyengkuyung” atau bahu-membahu meringankan beban
tetangganya yang sedang punya “gawe” atau hajatan. Mereka tidak
memperhitungkan kerugian materiil yang dikeluarkan untuk membantu orang
lain. Prinsip mereka: “rugi sathak, bathi sanak”. Yang kurang lebih artinya: lebih
baik kehilangan materi tetapi mendapat keuntungan bertambah saudara.
11. Demokratis
Sejalan dengan adanya perubahan struktur organisasi di desa, pengambilan
keputusan terhadap suatu kegiatan pembangunan selalu dilakukan melalui
mekanisme musyawarah untuk mufakat. Dalam hal ini peran BPD (Badan
Perwakilan Desa) sangat penting dalam mengakomodasi pendapat/input dari
warga.
12. Religius
17
Sistem Pemerintahan Desa
Universitas Padjajaran Ilmu Pemerintahan
Masyarakat pedesaan dikenal sangat religius. Artinya, dalam keseharian mereka
taat menjalankan ibadah agamanya. Secara kolektif, mereka juga mengaktualisasi
diri ke dalam kegiatan budaya yang bernuansa keagamaan. Misalnya: tahlilan,
rajaban, Jumat Kliwonan, dll.
Karakteristik-karakteristik tersebut diatas, pada saat ini tidak bisa
digeneralisasikan bagi seluruh warga masyarakat desa, kususnya masyarakat desa
cibeusi. Ini disebabkan oleh adanya perubahan sosial religius yang begitu besar
pengaruhnya dalam tata pranata kehidupan masyarakat pedesaan. Dampak yang
terjadi meliputi aspek agama, ekonomi, sosial politik, budaya dan pertahanan
keamanan.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Desa adalah desa yang mempunyai sistem kemasyarakatan yang kuat dimana
walaupun letaknya hampir bisa disebut perkotaan tapi pada dasarnya desa ini
mempunyai adat dan budaya yang kuat dan ini dikarenakan adanya partisipasi
masyarakatnya sendiri dalam memerdayakan segala aspek dan budaya yang ada, desa
cibeusi mempunyai Adat istiadat dan kepercayaan yang turun menurun dipelihara,
18
Sistem Pemerintahan Desa
Universitas Padjajaran Ilmu Pemerintahan
dan ada beberapa pendapat yang ditinjau dari berbagai segi bahwa, desa itu sendiri
mengandung kompleksitas yang saling berkaitan satu sama lain diantara unsur-
unsurnya, yang sebenarnya desa masih dianggap sebagai standar dan pemelihara
sistem kehidupan bermasyarakat dan kebudayaan asli seperti tolong menolong,
keguyuban, persaudaraan, gotong royong, kepribadian dalam berpakaian, adat istiadat
, kesenian kehidupan moral susila dan lain-lain yang mempunyai ciri yang jelas.
Aspek sosial dan budaya di desa Cibeusi masih sangat kental dan mempunyai
ciri khas tersendiri di banding desa-desa lainnya. Meskipun harus disadari banyak
ancaman terhadap eksistensi dari kehidupan sosial budaya di desa Cibeusi.
V.2 Saran
Kita sebagai mahasiswa yang hidup dan bertetanggan dengan desa cibeusi
harus mampu ikut berpartisipasi dalam mengembangankan aspek sosial dan budaya
untuk perkembangan desa cibeusi dan mampu hidup bermasyarakat dengan
masyarakat sekitar, sebagai kaum intelektual yang hidup sisekitar masyarakat sudah
selayaknyalah kita memberikan konrtibusi real kepada masyarakat di lingkungan
Jatinangor,minimal kita tetap menjaga nilai-nilai sosial yang hidup dan tumbuh di
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Budiarjo,Miriam,2005, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
2. Budiayanto, 2003, Dasar-dasar Ilmu Tata Negara untuk SMU, Jakarta:
penerbit Erlangga.
http://id . Wikipedia.org./wiki/Negara
(Suntingan) Makalah Pengantar Ilmu pemerintahan
http://www.unisosdem.org/masyarakatmerdeka/001.php
19
Sistem Pemerintahan Desa
Universitas Padjajaran Ilmu Pemerintahan
Kamus Lengkap Bahasa Indonesia karya M.B.Ali.-T.Deli
Kamus Umum Bahasa Indonesia karya Badudu-Zein.
20
Sistem Pemerintahan Desa