Makalah SIMPEDES

29
Universitas Padjajaran Ilmu Pemerintahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa cibeusi merupakan salah satu desa yang terletak di daerah jatinangor yang dimana mempunyai aspek- aspek sosial dan budayanya sendiri, desa ini adalah desa yang mempunyai sistem kemasyarakatan yang kuat dimana walaupun letaknya hampir bisa disebut perkotaan tapi pada dasarnya desa ini mempunyai adat dan budaya yang kuat dan ini dikarenakan adanya partisipasi masyarakatnya sendiri dalam memerdayakan segala aspek dan budaya yang ada, desa cibeusi mempunyai Adat istiadat dan kepercayaan yang turun menurun dipelihara, dan ada beberapa pendapat yang ditinjau dari berbagai segi bahwa, desa itu sendiri mengandung kompleksitas yang saling berkaitan satu sama lain diantara unsur-unsurnya, yang sebenarnya desa masih dianggap sebagai standar dan pemelihara sistem kehidupan bermasyarakat dan kebudayaan asli seperti tolong menolong, keguyuban, persaudaraan, gotong royong, kepribadian dalam berpakaian, adat istiadat , kesenian kehidupan moral susila dan lain-lain yang mempunyai ciri yang jelas. Desa cibeusi selain adat istiadatnya, desa ini sangat kental dengan segala pergerakan baik dalam 1 Sistem Pemerintahan Desa

Transcript of Makalah SIMPEDES

Page 1: Makalah SIMPEDES

Universitas Padjajaran Ilmu Pemerintahan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Desa cibeusi merupakan salah satu desa yang terletak di daerah jatinangor

yang dimana mempunyai aspek- aspek sosial dan budayanya sendiri, desa ini adalah

desa yang mempunyai sistem kemasyarakatan yang kuat dimana walaupun letaknya

hampir bisa disebut perkotaan tapi pada dasarnya desa ini mempunyai adat dan

budaya yang kuat dan ini dikarenakan adanya partisipasi masyarakatnya sendiri

dalam memerdayakan segala aspek dan budaya yang ada, desa cibeusi mempunyai

Adat istiadat dan kepercayaan yang turun menurun dipelihara, dan ada beberapa

pendapat yang ditinjau dari berbagai segi bahwa, desa itu sendiri mengandung

kompleksitas yang saling berkaitan satu sama lain diantara unsur-unsurnya, yang

sebenarnya desa masih dianggap sebagai standar dan pemelihara sistem kehidupan

bermasyarakat dan kebudayaan asli seperti tolong menolong, keguyuban,

persaudaraan, gotong royong, kepribadian dalam berpakaian, adat istiadat , kesenian

kehidupan moral susila dan lain-lain yang mempunyai ciri yang jelas. Desa cibeusi

selain adat istiadatnya, desa ini sangat kental dengan segala pergerakan baik dalam

keagamaan, kemasyarakatan dan pergerakan lainnya, misalnya “selametan desa”, dan

“ pengajian”, selain hal yang di atas pergerakan anak muda lainnya sering muncul

baik itu dari karang taruna atau organisasi yang lainnya yang biasanya timbul jelang

adanya suatu peringatan. Dan pemerintahan desa juga sangat sejalan dengan

kepercayaan masyarakat untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat

setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati

dalam system pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Yang lebih

penting lagi desa ini mampu bersaing dengan desa lain untuk lebih bergerak dan

berpartisipasi pada masyarakat itu sendiri. Dan patut untuk diperhatikan bahwa desa

cibeusi tidak sama dengan arti dari sebuah perkotaan, dimana kalau perkotaan

1

Sistem Pemerintahan Desa

Page 2: Makalah SIMPEDES

Universitas Padjajaran Ilmu Pemerintahan

manusia dengan kekuatannya sendiri harus dapat mempertahankan dirinya sendiri,

pada umumnya dikota tetangga itu bukan orang yang mempunyai hubungan

kekeluargaan dengan kita oleh karena itu setiap orang dikota terbiasa hidup tanpa

menggantungkan diri pada orang lain, mereka cenderung untuk individualistik dan ha

itu berbeda sekali dengan desa cibeusi yang dimana sistem kekerabatan antara

tetangga ataupun antar komplek itu saling ketergantungan dan saling bersifat

kegotongroyongan.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan judul di atas rumusan masalah ini adalah

apakah aspek sosial dan budaya di desa Cibeusi masih sangat kental dan mempunyai

ciri khas tersendiri di banding desa-desa lainnya.

I.3 Tujuan penyusunan makalah

Tujuan dari penelitian ini adalah

1. Memenuhi tugas kelompok mata kuliah sistem pemerintahan desa.

2. Memahami bagaimanakah sejarah terbentuknya desa cibeusi.

3. Memahami dan menganalisis kondisi sosial dan budaya desa cibeusi. .

4. Menganalisis nilai-nilai tradisional masih dijadikan patokan

pelaksanaan tata pemerintahan desa..

I.4 Sistematika Penyusunan Makalah

Sistematika penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis membahas mengenai latar belakang penulisan makalah,

rumusan masalah, tujuan penulisan makalah, dan sistematika penulisan.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

2

Sistem Pemerintahan Desa

Page 3: Makalah SIMPEDES

Universitas Padjajaran Ilmu Pemerintahan

Bab ini memberikan gambaran mengenai metode penelitian yang digunakan

penulis dalam melakukan penelitian. Bagian yang diuraikan dalam bab ini meliputi

jenis penelitian, lokasi penelitian, sumber data, pengolahan data serta analisis data.

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini akan membahas mengenai kajian atau teori yang melandasi penulisan

makalah ini, yaitu Sistem Pemerintahan Desa.

BAB IV PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan data – data yang ditemukan pada saat melakukan

pengamatan/penelitian baik secara referensi maupun pengamatan langsung di

lapangan tentang desa.

BAB V PENUTUP

Bab ini menyampaikan kesimpulan dari hasil pembahasan pada bab

sebelumnya, saran yang dapat diberikan oleh Penulis untuk perbaikan di masa

mendatang, dan keterbatasan – keterbatasan yang ditemui Penulis selama melakukan

pembahasan.

3

Sistem Pemerintahan Desa

Page 4: Makalah SIMPEDES

Universitas Padjajaran Ilmu Pemerintahan

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Jenis Peneletian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yang

deskriptif, yaitu menjelaskan aspek – aspek relevan dengan fenomena yang saat

digunakan sebagai dasar untuk memahami sistem pemerintahan desa.

.

2.2 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada pengkajian aspek sosial,budaya di desa cibeusi.

2.3 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah primer dan sekunder yaitu data

diperoleh secara langsung dan tidak langsung oleh peneliti.

2.4 Metode Pengolahan Data

Untuk mengolah data yang telah terkumpul digunakan desciptive method,

yaitu menggambarkan ada berdasarkan referensi yang ada. Data dan keterangan

dalam metode ini disajikan sebagaimana adanya.

2.5 Metode Analisis

Dalam penelitian ini data sekunder dianalisis secara kualitatif artinya data –

data keseluruhan berbentuk non-angka, serta membandingkan teori-teori yang ada

untuk memperoleh kesimpulan tertentu.

4

Sistem Pemerintahan Desa

Page 5: Makalah SIMPEDES

Universitas Padjajaran Ilmu Pemerintahan

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Sejarah Terbentuknya Desa

Perihal terbentuknya Desa hingga sekarang sulit diketahui secara pasti kapan

awalnya, akan tetapi mengacu pada prasasti Kawali di Jawa Barat sekitar tahun 1350

M, dan prasasti Walandit di daerah Tengger Jawa Timur pada tahun 1381 M, maka

desa sebagai unit terendah dalam struktur pemerintahan Indonesia telah ada sejak

dahulu kala dan murni Indonesia bukan bentukan Belanda. Terbentuknya desa

diawali dengan terbentuknya kelompok masyarakat akibat sifat manusia sebagai

makhluk sosial, dorongan kodrat, atau sekeliling manusia, kepentingan yang sama

dan bahaya dari luar.

Istilah desa berasal dari bahasa Sanskerta yang artinya tanah tumpah darah,

dan perkataan desa hanya dipakai di daerah Jawa dan Madura, sedang daerah lain

pada saat itu (sebelum masuknya Belanda) namanya berbeda seperti gampong dan

meunasah di Aceh, huta di Batak, nagari di Sumatera Barat dan sebagainya. Pada

hakikatnya bentuk desa dapat dibedakan menjadi dua yaitu desa geneologis dan desa

teritorial. Sekalipun bervariasi nama desa ataupun daerah hukum yang setingkat desa

di Indonesia, akan tetapi asas atau landasan hukumnya hampir sama yaitu adat,

kebiasaan dan hukum adat.

3.2 Pemerintahan Desa Pada Masa Penjajahan Belanda

5

Sistem Pemerintahan Desa

Page 6: Makalah SIMPEDES

Universitas Padjajaran Ilmu Pemerintahan

Jauh sebelum Belanda menjajah Indonesia, desa dan yang sejenis dengan itu

telah ada mapan di Indonesia. Mekanisme penyelenggaraan pemerintahannya

dilaksanakan berdasarkan hukum adat. Setelah pemerintah Belanda memasuki

Indonesia dan membentuk undang-undang tentang pemerintahan di Hindia Belanda

(Regeling Reglemen), desa diberi kedudukan hukum. Kemudian untuk menjabarkan

peraturan perundangan dimaksud, Belanda mengeluarkan Inlandsche Gemeente

Ordonnantie, yang hanya berlaku untuk Jawa dan Madura. Sekalipun Regeling

Reglemen, akhimya pada tahun 1924 diubah dengan Indische Staatsregeling akan

tetapi pada prinsipnya tidak ada perubahan oleh karena itu IGO masih tetap berlaku.

Kemudian untuk daerah luar Jawa, Belanda mengeluarkan Inlandsche Gemeente

Ordonnantie Buitengewesten (IGOB) di luar Jawa dan Madura atau disingkat IGOB

tahun 1938 no. 490.

Ada tiga unsur penting dari desa menurut IGO yang penting, yaitu kepala

desa, pamong desa dan rapat desa, kepala desa sebagai penguasa tunggal dalam

pemerintahan desa, ia adalah penyelenggara urusan rumah tangga desa dan urusan-

urusan pemerintah, dalam pelaksanaan tugasnya harus memperhatikan pendapat desa.

Di dalam pelaksanaan tugasnya kepala desa dibantu oleh Pamong desa yang

sebutannya berbeda-beda daerah satu dengan yang lainnya. Untuk hal-hal yang

penting kepala desa harus tunduk pada rapat desa.

3.3 Pemerintahan Desa Pada Masa Penjajahan Jepang

Pada tanggal 7 Maret 1942, Jepang berkuasa di Indonesia. Seluruh kegiatan

pemerintahan dikendalikan oleh balatentara Jepang yang berkedudukan di Jakarta

untuk Jawa dan Madura, Bukit Tinggi untuk Sumatera dan Angkatan Laut di Ujung

Pandang untuk kepulauan lainnya. Karena hanya singkat masa pemerintahannya,

maka tidak banyak perubahan dalam struktur dan sistem pemerintahan termasuk

pemerintahan desa. Ini dapat dilihat pada Osamo Seirei 1942, hanya saja beberapa

sebutan daerah dan kepala daerahnya diganti dengan bahasa Jepang misalnya Syu -

6

Sistem Pemerintahan Desa

Page 7: Makalah SIMPEDES

Universitas Padjajaran Ilmu Pemerintahan

Syuco, Ken - Kenco, Si -Co, Tokubetu Si - Tokubetu Sico, Gun - Gunco, Son - Sonco

dan Ku - Kuco .Dapat dikatakan pemerintahan secara umum menghapuskan

demokrasi dalam pemerintahan daerah walaupun khusus untuk Ken, Si dan Tokubetu

Si sistem itu dilaksanakan secara terbatas.

Begitu juga halnya dengan pemerintahan desa, pada prinsipnya IGO dan

peraturan lainnya tetap berlaku dan tidak ada perubahan. Untuk itu desa tetap ada dan

berjalan sesuai dengan pengaturan sebelumnya. Ada sedikit perubahan khususnya

tentang pemilihan kepala desa berdasarkan Osamu Seirei No. 7 tahun 1944. Hal itu

berlanjut sampai Indonesia merdeka, setelah Indonesia merdeka, undang-undang ini

banyak diubah.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Desa, disebut

bahwa Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah

yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,

berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam

sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Desa bukanlah bawahan kecamatan, karena kecamatan merupakan bagian dari

perangkat daerah kabupaten/kota, dan desa bukan merupakan bagian dari perangkat

daerah. Berbeda dengan Kelurahan, Desa memiliki hak mengatur wilayahnya lebih

luas. Namun dalam perkembangannya, sebuah desa dapat ditingkatkan statusnya

menjadi kelurahan.

Kewenangan desa adalah:

1. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal

usul desa

2. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa, yakni urusan

pemerintahan yang secara langsung dapat meningkatkan pelayanan

masyarakat.

7

Sistem Pemerintahan Desa

Page 8: Makalah SIMPEDES

Universitas Padjajaran Ilmu Pemerintahan

3. Tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah

Kabupaten/Kota

4. Urusan pemerintahan lainnya yang diserahkan kepada desa.

3.4 Pemerintahan Desa

Desa memiliki pemerintahan sendiri. Pemerintahan Desa terdiri atas

Pemerintah Desa (yang meliputi Kepala Desa dan Perangkat Desa) dan Badan

Permusyawaratan Desa (BPD)

Kepala Desa

Kepala Desa merupakan pimpinan penyelenggaraan pemerintahan desa

berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama Badan Permusyawaratan Desa

(BPD). Masa jabatan Kepala Desa adalah 6 tahun, dan dapat diperpanjang lagi untuk

satu kali masa jabatan. Kepala Desa juga memiliki wewenang menetapkan Peraturan

Desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD.

Kepala Desa dipilih langsung melalui Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) oleh

penduduk desa setempat. Syarat-syarat menjadi calon Kepala Desa sesuai Peraturan

Pemerintah No. 72 Tahun 2005 sebagai berikut:

1. Bertakwa kepada Tuhan YME

2. Setia kepada Pacasila sebagai dasar negara, UUD 1945 dan kepada NKRI,

serta Pemerintah

3. Berpendidikan paling rendah SLTP atau sederajat

4. Berusia paling rendah 25 tahun

5. Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa

6. Penduduk desa setempat

7. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan dengan

hukuman paling singkat 5 tahun

8

Sistem Pemerintahan Desa

Page 9: Makalah SIMPEDES

Universitas Padjajaran Ilmu Pemerintahan

8. Tidak dicabut hak pilihnya

9. Belum pernah menjabat Kepala Desa paling lama 10 tahun atau 2 kali masa

jabatan

10. Memenuhi syarat lain yang diatur Perda Kab/Kota

3.5 Perangkat Desa

Perangkat Desa bertugas membantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugas

dan wewenangnya. Salah satu perangkat desa adalah Sekretaris Desa, yang diisi dari

Pegawai Negeri Sipil. Sekretaris Desa diangkat oleh Sekretaris Daerah

Kabupaten/Kota atas nama Bupati/Walikota.

Perangkat Desa lainnya diangkat oleh Kepala Desa dari penduduk desa, yang

ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.

3.6 Sumber pendapatan desa terdiri atas:

Pendapatan Asli Desa, antara lain terdiri dari hasil usaha desa, hasil kekayaan

desa (seperti tanah kas desa, pasar desa, bangunan desa), hasil swadaya dan

partisipasi, hasil gotong royong

Penyelenggaraan urusan pemerintahan desa yang menjadi kewenangan desa

didanai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa), bantuan

pemerintah dan bantuan pemerintah daerah. Penyelenggaraan urusan pemerintah

daerah yang diselenggarakan oleh pemerintah desa didanai dari APBD.

Penyelenggaraan urusan pemerintah yang diselenggarakan oleh pemerintah desa

APB Desa terdiri atas bagian Pendapatan Desa, Belanja Desa dan

Pembiayaan. Rancangan APB Desa dibahas dalam musyawarah perencanaan

pembangunan desa. Kepala Desa bersama BPD menetapkan APB Desa setiap tahun

dengan Peraturan Desa..

9

Sistem Pemerintahan Desa

Page 10: Makalah SIMPEDES

Universitas Padjajaran Ilmu Pemerintahan

3.7 Lembaga kemasyarakatan

Di desa dapat dibentuk lembaga kemasyarakatan, yakni lembaga yang

dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah

desa dalam memberdayakan masyarakat. Lembaga kemasyarakatan ditetapkan

dengan Peraturan Desa. Salah satu fungsi lembaga kemasyarakatan adalah sebagai

penampungan dan penyaluran aspirasi masyarakat dalam pembangunan. Hubungan

kerja antara lembaga kemasyarakatan dengan Pemerintahan Desa bersifat kemitraan,

konsultatif dan koordinatif.

3.8 Pembentukan desa

Desa dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal-usul desa

dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Pembentukan desa dapat berupa

penggabungan beberapa desa, atau bagian desa yang bersandingan, atau pemekaran

dari satu desa menjadi dua desa atau lebih, atau pembentukan desa di luar desa yang

telah ada.

Desa dapat diubah atau disesuaikan statusnya menjadi kelurahan berdasarkan

prakarsa Pemerintah Desa bersama BPD dengan memperhatikan saran dan pendapat

masyarakat setempat. Desa yang berubah menjadi Kelurahan, Lurah dan

Perangkatnya diisi dari pegawai negeri sipil.

Desa yang berubah statusnya menjadi Kelurahan, kekayaannya menjadi

kekayaan daerah dan dikelola oleh kelurahan yang bersangkutan untuk kepentingan

masyarakat setempat.

10

Sistem Pemerintahan Desa

Page 11: Makalah SIMPEDES

Universitas Padjajaran Ilmu Pemerintahan

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Sejarah Desa Cibeusi

Asal mula desa cibesi itu karena adanya hasil pemekaran dari desa cipacing

yang dimana nama desa cibesi itu sendiri diambil dari nama sungai atau walungan

yang ada di belakang desa itu. Dan desa cibesi berdiri pada tahun 1980, ,masyarakat

cibesi merupakan masyarakat yang aktif dalam berbagai gerakan kemasyarakatan.

Baik pada kalangan pemuda/ bapak- napak/ ibu- ibu.

4.2 Demografi Desa Cibeusi

4.2.1 Jumlah Penduduk Desa Cibeusi

1. jenis kelamin : a. Laki- Laki : 4668 orang

: b Perempuan : 4240 orang

2. Kepala keluarga : 1771 KK

11

Sistem Pemerintahan Desa

Page 12: Makalah SIMPEDES

Universitas Padjajaran Ilmu Pemerintahan

3. Kewarganegaraan : a WNA : …….orang

: b WNI : 8929 orang

4.2.2 Bidang Kependudukan

4 Mobilitas/ Mutasi : a lahir : 57 orang

: b mati : 30 orang

4.2.3 Jumlah agama di desa cibesi beserta jumlah penganutnya:

1. Agama Islam : 8313 orang

2. Agama Kristen : 159 orang

3. Agama Khatolik : 327 orang

4. Agama hindu : 41 orang

5. Agama Budha :69 orang

4.3 Kelembagaan Desa Cibeusi

4.3.1 Badan Permusyawaratan Desa

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan lembaga perwujudan

demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Anggota BPD adalah wakil

dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah. Anggota BPD

terdiri dari Ketua Rukun Warga, pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama

dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya. Masa jabatan anggota BPD adalah 6

tahun dan dapat diangkat/diusulkan kembali untuk 1 kali masa jabatan berikutnya.

Pimpinan dan Anggota BPD tidak diperbolehkan merangkap jabatan sebagai Kepala

Desa dan Perangkat Desa. BPD berfungsi menetapkan Peraturan Desa bersama

Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat

4.3.2 Lembaga Musyawarah Desa :

1. Jumlah anggota LMD : 15 orang

12

Sistem Pemerintahan Desa

Page 13: Makalah SIMPEDES

Universitas Padjajaran Ilmu Pemerintahan

4.3.3 Lembaga Keamanan Desa

1. Pembina hansip :a jumlah anggota hansip :32 orang

: b jumlah hansip terlatih : 13 orang

4.3.4 Lembaga-lembaga Keagamaan

1. Majelis tahlim :14 kelompok 700 anggota

2 Majelis gereja : 2 kelompok 327 anggota

3. Remaja mesjid : 8 kelompok 240 anggota

4. Remaja gereja : (-)kelompok (-) anggota

4.4 Sarana dan Prasarana Desa Cibeusi

1. Sarana pendidikan : a. majid : 12 buah

: b. mushola : 13 buah

:c. gereja :1 buah

2. Sarana transportasi : a. jumlah sarana transportasi : 2 buah

: b. jumlah jenis sarana transportasi : 2 buah

3. Sarana perumahan :a. rumah permanent : 485 buah

: b. rumah semi permanent : 226 buah

:c. rumah non permanent : 210 buah

4. Kesehatan : jumlah pasien RSU Pemerintah dan swasta selama 6 bln

terakhr .. orang

: pos/ klinik KB : jumlah klinik KB….. buah.

: jumlah akseptor…….buah

5. Jumlah posyandu : 7 buah

6. Jumlah puskesmas : jumlah puskesmas……

Jumlah puskesmas pembantu……

7. Jumlah dokter praktek : 1 orang

8. Olah raga : a. jumlah jenis olah raga : 8 jenis

b jumlah perkumpulan kelompok olah raga : 34 buah

13

Sistem Pemerintahan Desa

Page 14: Makalah SIMPEDES

Universitas Padjajaran Ilmu Pemerintahan

9. Organisasi sosial : a. pramuka GUDEP : 110 anggota

: b karang taruna : 400 anggota

: c panti laras : ….. anggota

: d lsm : …...anggota

: e kelompok PKK : 177 anggota

: f dasa wisma : 26 anggota

: g lain- lain : …..anggota

10 Tenaga kerja : a. penyalur pembantu RT : -

: b penampung pekerja ke IN : -

11 Transmigrasi : a lokasi transmigrasi : - lokasi – HA

: b jumlah KK transmigrasi : - lokasi – KK

: c jumlah jiwa transimgrasi : - lokasi – orang

: d jumlah rumah tinggal : - lokasi unit

: e perolehan tanah : - lokasi - HA

4.5 Karakteristik masyarakat Desa Cibeusi

Masyarakat desa selalu memiliki ciri-ciri atau dalam hidup bermasyarakat,

yang biasanya tampak dalam perilaku keseharian mereka. Pada situasi dan kondisi

tertentu, sebagian karakteristik dapat digeneralisasikan pada kehidupan masyarakat di

desa Cibeusi . Namun demikian, dengan adanya perubahan sosial religius dan

perkembangan era informasi dan teknologi, terkadang sebagian karakteristik tersebut

sudah “luntur”. Berikut ini disampaikan sejumlah karakteristik masyarakat desa

Cibeusi, yang terkait dengan etika dan budaya mereka, yang bersifat umum yang

selama ini masih sering ditemui. Setidaknya, ini menjadi salah satu wacana bagi kita

yang akan bersama-sama hidup di lingkungan pedesaan.

1. Sederhana

14

Sistem Pemerintahan Desa

Page 15: Makalah SIMPEDES

Universitas Padjajaran Ilmu Pemerintahan

Sebagian besar masyarakat desa Cibeusi hidup dalam kesederhanaan meskipun

harus diakui bahwa sudah mulai tergerus oleh arus modernisasi. Kesederhanaan

ini terjadi karena dua hal:

Secara ekonomi memang kurang mampu.ini terbukti, menurut data didesa

bahwa rata-rata tingkat pendidikan desa cibeusi itu adalah lulusan

SD,banyak dari mereka tidak ingin melanjutkan sekolah adalah karena

alsan ekonomi.

Secara budaya memang tidak senang menyombongkan diri.

2. Mudah curiga

Secara umum, masyarakat desa akan menaruh curiga pada:

Hal-hal baru di luar dirinya yang belum dipahaminya.

Seseorang/sekelompok yang bagi komunitas mereka dianggap “asing” sebagai

contoh adalah adanya IPDN dilingkungan desa mereka itu, mereka anggap

tidak ada manfaatnya sama sekali bagi kemajuan desa mereka. Masyarakat

cibeusi juga kurang suka sama “orang-orang hideung”.karena mereka suka

meresahkan masyarakat, seperti minum-minum, “slonong boy”,lewat tanpa

menucapkan permisi, dan sebagainya.

3. Menjunjung tinggi kesopanan

Sebagai “orang Timur”, orang desa sangat menjunjung tinggi kesopanan apabila:

a. Bertemu dengan tetangga

b. Berhadapan dengan pejabat

c. Berhadapan dengan orang yang lebih tua/dituakan

d. Berhadapan dengan orang yang lebih mampu secara ekonomi

e. Berhadapan dengan orang yang tinggi tingkat pendidikannya

4. Guyub, kekeluargaan

15

Sistem Pemerintahan Desa

Page 16: Makalah SIMPEDES

Universitas Padjajaran Ilmu Pemerintahan

Sudah menjadi karakteristik khas bagi masyarakat desa Cibeusi bahwa suasana

kekeluargaan dan persaudaraan telah “mendarah-daging” dalam hati sanubari

mereka.sebagai contoh, ketika ada diantara mereka yang akan

mengadakan”hajatan”pernikahan,khitanan, maka biasanya secara langsung

mereka akan mengadakan acara “kumpulan” bagi warga sekitarnya.

5. Lugas

“Berbicara apa adanya”, itulah ciri khas lain yang dimiliki masyarakat desa.

Mereka tidak peduli apakah ucapannya menyakitkan atau tidak bagi orang lain

karena memang mereka tidak berencana untuk menyakiti orang lain. Kejujuran,

itulah yang mereka miliki.sebagai contoh adalah ketika kami wawancarai mereka

tentang kondidi desa, mereka dengan senangnya mengungkapkan segala yang ada

tentang desanya.

6. Tertutup dalam hal keuangan

Biasanya masyarakat desa akan menutup diri manakala ada orang yang bertanya

tentang sisi kemampuan ekonomi keluarga. Apalagi jika orang tersebut belum

begitu dikenalnya. Katakanlah, mahasiswa yang sedang melakukan tugas

penelitian survei pasti akan sulit mendapatkan informasi tentang jumlah

pendapatan dan pengeluaran mereka.

7. Perasaan “minder” terhadap orang kota

Satu fenomena yang ditampakkan oleh masayarakat desa, baik secara langsung

ataupun tidak langsung ketika bertemu/bergaul dengan orang kota adalah

perasaan mindernya yang cukup besar. Biasanya mereka cenderung untuk

diam/tidak banyak omong.

8. Menghargai orang lain

Masyarakat desa benar-benar memperhitungkan kebaikan orang lain yang

pernah diterimanya sebagai “patokan” untuk membalas budi sebesar-besarnya.

Balas budi ini tidak selalu dalam wujud material tetapi juga dalam bentuk

penghargaan sosial atau dalam bahasa Jawa biasa disebut dengan “ngajeni”.

16

Sistem Pemerintahan Desa

Page 17: Makalah SIMPEDES

Universitas Padjajaran Ilmu Pemerintahan

9. Jika diberi janji, akan selalu diingat

Bagi masyarakat desa, janji yang pernah diucapkan seseorang/komunitas tertentu

akan sangat diingat oleh mereka terlebih berkaitan dengan kebutuhan mereka. Hal

ini didasari oleh pengalaman/trauma yang selama ini sering mereka alami,

khususnya terhadap janji-janji terkait dengan program pembangunan di

daerahnya.

Sebaliknya bila janji itu tidak ditepati, bagi mereka akan menjadi “luka dalam”

yang begitu membekas di hati dan sulit menghapuskannya. Contoh kecil:

mahasiswa menjanjikan pertemuan di Balai Desa jam 19.00. Dengan tepat waktu,

mereka telah standby namun mahasiswa baru datang jam 20.00. Mereka akan

sangat kecewa dan selalu mengingat pengalaman itu.

10. Suka gotong-royong

Salah satu ciri khas masyarakat desa yang dimiliki dihampir seluruh kawasan

Indonesia adalah gotong-royong atau kalau dalam masyarakat Jawa lebih dikenal

dengan istilah “sambatan”. Uniknya, tanpa harus dimintai pertolongan, serta

merta mereka akan “nyengkuyung” atau bahu-membahu meringankan beban

tetangganya yang sedang punya “gawe” atau hajatan. Mereka tidak

memperhitungkan kerugian materiil yang dikeluarkan untuk membantu orang

lain. Prinsip mereka: “rugi sathak, bathi sanak”. Yang kurang lebih artinya: lebih

baik kehilangan materi tetapi mendapat keuntungan bertambah saudara.

11. Demokratis

Sejalan dengan adanya perubahan struktur organisasi di desa, pengambilan

keputusan terhadap suatu kegiatan pembangunan selalu dilakukan melalui

mekanisme musyawarah untuk mufakat. Dalam hal ini peran BPD (Badan

Perwakilan Desa) sangat penting dalam mengakomodasi pendapat/input dari

warga.

12. Religius

17

Sistem Pemerintahan Desa

Page 18: Makalah SIMPEDES

Universitas Padjajaran Ilmu Pemerintahan

Masyarakat pedesaan dikenal sangat religius. Artinya, dalam keseharian mereka

taat menjalankan ibadah agamanya. Secara kolektif, mereka juga mengaktualisasi

diri ke dalam kegiatan budaya yang bernuansa keagamaan. Misalnya: tahlilan,

rajaban, Jumat Kliwonan, dll.

Karakteristik-karakteristik tersebut diatas, pada saat ini tidak bisa

digeneralisasikan bagi seluruh warga masyarakat desa, kususnya masyarakat desa

cibeusi. Ini disebabkan oleh adanya perubahan sosial religius yang begitu besar

pengaruhnya dalam tata pranata kehidupan masyarakat pedesaan. Dampak yang

terjadi meliputi aspek agama, ekonomi, sosial politik, budaya dan pertahanan

keamanan.

BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Desa adalah desa yang mempunyai sistem kemasyarakatan yang kuat dimana

walaupun letaknya hampir bisa disebut perkotaan tapi pada dasarnya desa ini

mempunyai adat dan budaya yang kuat dan ini dikarenakan adanya partisipasi

masyarakatnya sendiri dalam memerdayakan segala aspek dan budaya yang ada, desa

cibeusi mempunyai Adat istiadat dan kepercayaan yang turun menurun dipelihara,

18

Sistem Pemerintahan Desa

Page 19: Makalah SIMPEDES

Universitas Padjajaran Ilmu Pemerintahan

dan ada beberapa pendapat yang ditinjau dari berbagai segi bahwa, desa itu sendiri

mengandung kompleksitas yang saling berkaitan satu sama lain diantara unsur-

unsurnya, yang sebenarnya desa masih dianggap sebagai standar dan pemelihara

sistem kehidupan bermasyarakat dan kebudayaan asli seperti tolong menolong,

keguyuban, persaudaraan, gotong royong, kepribadian dalam berpakaian, adat istiadat

, kesenian kehidupan moral susila dan lain-lain yang mempunyai ciri yang jelas.

Aspek sosial dan budaya di desa Cibeusi masih sangat kental dan mempunyai

ciri khas tersendiri di banding desa-desa lainnya. Meskipun harus disadari banyak

ancaman terhadap eksistensi dari kehidupan sosial budaya di desa Cibeusi.

V.2 Saran

Kita sebagai mahasiswa yang hidup dan bertetanggan dengan desa cibeusi

harus mampu ikut berpartisipasi dalam mengembangankan aspek sosial dan budaya

untuk perkembangan desa cibeusi dan mampu hidup bermasyarakat dengan

masyarakat sekitar, sebagai kaum intelektual yang hidup sisekitar masyarakat sudah

selayaknyalah kita memberikan konrtibusi real kepada masyarakat di lingkungan

Jatinangor,minimal kita tetap menjaga nilai-nilai sosial yang hidup dan tumbuh di

masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Budiarjo,Miriam,2005, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama.

2. Budiayanto, 2003, Dasar-dasar Ilmu Tata Negara untuk SMU, Jakarta:

penerbit Erlangga.

http://id . Wikipedia.org./wiki/Negara

(Suntingan) Makalah Pengantar Ilmu pemerintahan

http://www.unisosdem.org/masyarakatmerdeka/001.php

19

Sistem Pemerintahan Desa

Page 20: Makalah SIMPEDES

Universitas Padjajaran Ilmu Pemerintahan

Kamus Lengkap Bahasa Indonesia karya M.B.Ali.-T.Deli

Kamus Umum Bahasa Indonesia karya Badudu-Zein.

20

Sistem Pemerintahan Desa