Makalah Seni Bdaya Tradisional

13
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang masalah Indonesia adalah negara yang besar, negara yang kaya akan nilai budaya dan tradisi, salah satu suku di Indonesia adalah suku Sunda yang berada di pulau Jawa, tepatnya di Jawa Barat. Suku Sunda juga memiliki kesenian tradisional yang khas dan beragam, selain itu suku Sunda memiliki alat musik tradisional seperti rebab, kecapi, karinding, angklung dan suling. Pada saat ini, suling kurang diminati oleh anak- anak, karena saat ini banyak alat musik modern yang lebih banyak digunakan. Masalah lain yang menyebabkan hal tersebut adalah karena kurangnya media pembelajaran alat musik suling dan kurikulum pelajaran alat musik tradisional kepada anak-anak. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut : 1. Kurangnya pengenalan alat musik tradisional 2. Salah satu faktor anak-anak kurang meminati alat musik Tradisional karena tergeser oleh alat musik yang lebih modern 3. Kurangnya media pembelajaran atau informasi tentang cara memainkan Alat Musik Tradisional. 1

Transcript of Makalah Seni Bdaya Tradisional

Page 1: Makalah Seni Bdaya Tradisional

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang masalah

Indonesia adalah negara yang besar, negara yang kaya akan nilai budaya

dan tradisi, salah satu suku di Indonesia adalah suku Sunda yang berada di pulau

Jawa, tepatnya di Jawa Barat. Suku Sunda juga memiliki kesenian tradisional

yang khas dan beragam, selain itu suku Sunda memiliki alat musik tradisional

seperti rebab, kecapi, karinding, angklung dan suling.

Pada saat ini, suling kurang diminati oleh anak-anak, karena saat ini

banyak alat musik modern yang lebih banyak digunakan. Masalah lain yang

menyebabkan hal tersebut adalah karena kurangnya media pembelajaran alat

musik suling dan kurikulum pelajaran alat musik tradisional kepada anak-anak.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka dapat

diidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Kurangnya pengenalan alat musik tradisional

2. Salah satu faktor anak-anak kurang meminati alat musik Tradisional karena

tergeser oleh alat musik yang lebih modern

3. Kurangnya media pembelajaran atau informasi tentang cara memainkan Alat

Musik Tradisional.

1.3. Rumusan Masalah

Penulis akan memfokuskan masalah kepada perancangan media

informasi mengenai alat musik Tradisional.

1.4. Tujuan Perancangan

Dalam menyelesaikan masalah yang telah dibahas sebelumnya. Maka

tujuan yang ingin dicapai dalam perancangan buku ini adalah:

1. Untuk mengenal alat musik tradisional khususnya di Indonesia.

1

Page 2: Makalah Seni Bdaya Tradisional

BAB II

ALAT MUSIK TRADISIONAL INDONESIA

2.1. Gamelan (okestranya orang jawa)

Gamelan jelas bukan musik yang asing. Popularitasnya telah merambah

berbagai benua dan telah

memunculkan paduan musik baru

jazz-gamelan, melahirkan institusi

sebagai ruang belajar dan ekspresi

musik gamelan, hingga

menghasilkan pemusik gamelan

ternama. Pagelaran musik gamelan

kini bisa dinikmati di berbagai belahan dunia, namun Yogyakarta adalah tempat

yang paling tepat untuk menikmati gamelan karena di kota inilah anda bisa

menikmati versi aslinya.

Gamelan yang berkembang di Yogyakarta adalah Gamelan Jawa, sebuah

bentuk gamelan yang berbeda dengan Gamelan Bali ataupun Gamelan Sunda.

Gamelan Jawa memiliki nada yang lebih lembut dan slow, berbeda dengan

Gamelan Bali yang rancak dan Gamelan Sunda yang sangat mendayu-dayu dan

didominasi suara seruling. Perbedaan itu wajar, karena Jawa memiliki

pandangan hidup tersendiri yang diungkapkan dalam irama musik gamelannya.

Pandangan hidup Jawa yang diungkapkan dalam musik gamelannya

adalah keselarasan kehidupan jasmani dan rohani, keselarasan dalam berbicara

dan bertindak sehingga tidak memunculkan ekspresi yang meledak-ledak serta

mewujudkan toleransi antar sesama. Wujud nyata dalam musiknya adalah

tarikan tali rebab yang sedang, paduan seimbang bunyi kenong, saron kendang

dan gambang serta suara gong pada setiap penutup irama.

Tidak ada kejelasan tentang sejarah munculnya gamelan. Perkembangan

musik gamelan diperkirakan sejak kemunculan kentongan, rebab, tepukan ke

mulut, gesekan pada tali atau bambu tipis hingga dikenalnya alat musik dari

logam. Perkembangan selanjutnya setelah dinamai gamelan, musik ini dipakai

untuk mengiringi pagelaran wayang, dan tarian. Barulah pada beberapa waktu

sesudahnya berdiri sebagai musik sendiri dan dilengkapi dengan suara para

2

Page 3: Makalah Seni Bdaya Tradisional

sinden.

Seperangkat gamelan terdiri dari beberapa alat musik, diantaranya satu set alat

musik serupa drum yang disebut kendang, rebab dan celempung, gambang, gong

dan seruling bambu. Komponen utama yang menyusun alat-alat musik gamelan

adalah bambu, logam, dan kayu. Masing-masing alat memiliki fungsi tersendiri

dalam pagelaran musik gamelan, misalnya gong berperan menutup sebuah irama

musik yang panjang dan memberi keseimbangan setelah sebelumnya musik

dihiasi oleh irama gending.

Gamelan Jawa adalah musik dengan nada pentatonis. Satu permainan

gamelan komplit terdiri dari dua putaran, yaitu slendro dan pelog. Slendro

memiliki 5 nada per oktaf, yaitu 1 2 3 5 6 [C- D E+ G A] dengan perbedaan

interval kecil. Pelog memiliki 7 nada per oktaf, yaitu 1 2 3 4 5 6 7 [C+ D E- F#

G# A B] dengan perbedaan interval yang besar. Komposisi musik gamelan

diciptakan dengan beberapa aturan, yaitu terdiri dari beberapa putaran dan

pathet, dibatasi oleh satu gongan serta melodinya diciptakan dalam unit yang

terdiri dari 4 nada. Anda bisa melihat gamelan sebagai sebuah pertunjukan

musik tersendiri maupun sebagai pengiring tarian atau seni pertunjukan seperti

wayang kulit dan ketoprak. Sebagai sebuah pertunjukan tersendiri, musik

gamelan biasanya dipadukan dengan suara para penyanyi Jawa (penyanyi pria

disebut wiraswara dan penyanyi wanita disebut waranggana). Pertunjukan musik

gamelan yang digelar kini bisa merupakan gamelan klasik ataupun kontemporer.

Salah satu bentuk gamelan kontemporer adalah jazz-gamelan yang merupakan

paduan paduan musik bernada pentatonis dan diatonis.

Salah satu tempat di Yogyakarta dimana anda bisa melihat pertunjukan

gamelan adalah Kraton Yogyakarta. Pada hari Kamis pukul 10.00 - 12.00 WIB

digelar gamelan sebagai sebuah pertunjukan musik tersendiri. Hari Sabtu pada

waktu yang sama digelar musik gamelan sebagai pengiring wayang kulit,

sementara hari Minggu pada waktu yang sama digelar musik gamelan sebagai

pengiring tari tradisional Jawa. Untuk melihat pertunjukannya, anda bisa menuju

Bangsal Sri Maganti. Sementara untuk melihat perangkat gamelan tua, anda bisa

menuju bangsal kraton lain yang terletak lebih ke belakang

3

Page 4: Makalah Seni Bdaya Tradisional

2.2 Kecapi

Kacapi merupakan alat musik petik yang berasal dari Jawa Barat, biasa

digunakan sebagai pengiring suling

sunda atau dalam musik lengkap,

sampai saat ini masih terus

dilestarikan dan dijadikan kekayaan

seni Sunda yang sangat bernilai bagi

masyarakat asli Jawa Barat.

Membutuhkan latihan

khusus untuk dapat memainkan alat musik ini dengan penuh penghayatan, tak

jarang latihan dilakukan di alam terbuka agar dapat menyatukan rasa dan jiwa

sang pemetik Kacapi, lebih dari itu semua suara yang dihasilkan dari alat musik

ini akan menenangkan jiwa para pendengarnya, dan mampu membawa suasana

alam Pasundan di tengah-tengah pendengar yang mulai terhanyut dengan buaian

nada-nada yang indah dari Kacapi.

2.3 Angklung

Angklung adalah alat musik multitonal (bernada ganda) yang secara

tradisional berkembang dalam masyarakat

berbahasa Sunda di Pulau Jawa bagian

barat. Alat musik ini dibuat dari bambu,

dibunyikan dengan cara digoyangkan

(bunyi disebabkan oleh benturan badan

pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi

yang bergetar dalam susunan nada 2, 3,

sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik

besar maupun kecil. Laras (nada) alat

musik angklung sebagai musik tradisi Sunda kebanyakan adalah salendro dan

pelog.

Tidak ada petunjuk sejak kapan angklung digunakan, tetapi diduga

bentuk primitifnya telah digunakan dalam kultur Neolitikum yang berkembang

4

Page 5: Makalah Seni Bdaya Tradisional

di Nusantara sampai awal penanggalan modern, sehingga angklung merupakan

bagian dari relik pra-Hinduisme dalam kebudayaan Nusantara.

Catatan mengenai angklung baru muncul merujuk pada masa Kerajaan

Sunda (abad ke-12 sampai abad ke-16). Asal usul terciptanya musik bambu,

seperti angklung berdasarkan pandangan hidup masyarakat Sunda yang agraris

dengan sumber kehidupan dari padi (pare) sebagai makanan pokoknya. Hal ini

melahirkan mitos kepercayaan terhadap Nyai Sri Pohaci sebagai lambang Dewi

Padi pemberi kehidupan (hirup-hurip). Masyarakat Baduy, yang dianggap

sebagai sisa-sisa masyarakat Sunda asli, menerapkan angklung sebagai bagian

dari ritual mengawali penanaman padi. Permainan angklung gubrag di Jasinga,

Bogor, adalah salah satu yang masih hidup sejak lebih dari 400 tahun lampau.

Kemunculannya berawal dari ritus padi. Angklung diciptakan dan dimainkan

untuk memikat Dewi Sri turun ke bumi agar tanaman padi rakyat tumbuh subur.

Jenis bambu yang biasa digunakan sebagai alat musik tersebut adalah

bambu hitam (awi wulung) dan bambu putih (awi temen). Tiap nada (laras)

dihasilkan dari bunyi tabung bambunya yang berbentuk bilah (wilahan) setiap

ruas bambu dari ukuran kecil hingga besar.

Dikenal oleh masyarakat sunda sejak masa kerajaan Sunda, di antaranya

sebagai penggugah semangat dalam pertempuran. Fungsi angklung sebagai

pemompa semangat rakyat masih terus terasa sampai pada masa penjajahan, itu

sebabnya pemerintah Hindia Belanda sempat melarang masyarakat

menggunakan angklung, pelarangan itu sempat membuat popularitas angklung

menurun dan hanya di mainkan oleh anak- anak pada waktu itu.[rujukan?]

Selanjutnya lagu-lagu persembahan terhadap Dewi Sri tersebut disertai

dengan pengiring bunyi tabuh yang terbuat dari batang-batang bambu yang

dikemas sederhana yang kemudian lahirlah struktur alat musik bambu yang kita

kenal sekarang bernama angklung. Demikian pula pada saat pesta panen dan

seren taun dipersembahkan permainan angklung. Terutama pada penyajian

Angklung yang berkaitan dengan upacara padi, kesenian ini menjadi sebuah

pertunjukan yang sifatnya arak-arakan atau helaran, bahkan di sebagian tempat

menjadi iring-iringan Rengkong dan Dongdang serta Jampana (usungan pangan)

dan sebagainya.

5

Page 6: Makalah Seni Bdaya Tradisional

Dalam perkembangannya, angklung berkembang dan menyebar ke

seantero Jawa, lalu ke Kalimantan dan Sumatera. Pada 1908 tercatat sebuah misi

kebudayaan dari Indonesia ke Thailand, antara lain ditandai penyerahan

angklung, lalu permainan musik bambu ini pun sempat menyebar di sana.

Bahkan, sejak 1966, Udjo Ngalagena-tokoh angklung yang

mengembangkan teknik permainan berdasarkan laras-laras pelog, salendro, dan

madenda-mulai mengajarkan bagaimana bermain angklung kepada banyak orang

dari berbagai komunitas.

2.4. Calung

Calung adalah alat musik

Sunda yang merupakan prototipe

(purwarupa) dariangklung. Berbeda

dengan angklung yang dimainkan

dengan cara digoyangkan, cara

menabuh calung adalah dengan

memukul batang (wilahan, bilah)

dari ruas-ruas (tabung bambu) yang

tersusun menurut titi laras (tangga nada) pentatonik (da-mi-na-ti-la). Jenis

bambu untuk pembuatan calung kebanyakan dari awi wulung (bambu hitam),

namun ada pula yang dibuat dari awi temen (bambu yang berwarna putih).

Pengertian calung selain sebagai alat musik juga melekat dengan sebutan

seni pertunjukan. Ada dua bentuk calung Sunda yang dikenal, yakni calung

rantay dan calung jinjing.

Perkembangan Jenis calung yang sekarang berkembang dan dikenal

secara umum yaitu calung jinjing. Calung jinjing adalah jenis alat musik yang

sudah lama dikenal oleh masyarakat Sunda, misalnya pada masyarakat Sunda di

daerah Sindang Heula - Brebes, Jawa tengah, dan bisa jadi merupakan

pengembangan dari bentuk calung rantay. Namun di Jawa Barat, bentuk

kesenian ini dirintis popularitasnya ketika para mahasiswa Universitas

Padjadjaran (UNPAD) yang tergabung dalam Departemen Kesenian Dewan

Mahasiswa (Lembaga kesenian UNPAD) mengembangkan bentuk calung ini

6

Page 7: Makalah Seni Bdaya Tradisional

melalui kreativitasnya pada tahun 1961. Menurut salah seorang perintisnya, Ekik

Barkah, bahwa pengkemasan calung jinjing dengan pertunjukannya diilhami

oleh bentuk permainan pada pertunjukan reog yang memadukan unsur tabuh,

gerak dan lagu dipadukan. Kemudian pada tahun 1963 bentuk permainan dan

tabuh calung lebih dikembangkan lagi oleh kawan-kawan dari Studiklub Teater

Bandung (STB; Koswara Sumaamijaya dkk), dan antara tahun 1964 -

1965 calung lebih dimasyarakatkan lagi oleh kawan-kawan di UNPAD sebagai

seni pertunjukan yang bersifat hiburan dan informasi (penyuluhan (Oman

Suparman, Ia Ruchiyat, Eppi K., Enip Sukanda, Edi, Zahir, dan kawan-kawan),

dan grup calung SMAN 4 Bandung (Abdurohman dkk). Selanjutnya

bermunculan grup-grup calung di masyarakat Bandung, misalnya Layung Sari,

Ria Buana, dan Glamor (1970) dan lain-lain, hingga dewasa ini bermunculan

nama-nama idola pemain calung antara lain Tajudin Nirwan, Odo, Uko

Hendarto, Adang Cengos, dan Hendarso. Perkembangan kesenian calung begitu

pesat di Jawa Barat, hingga ada penambahan beberapa alat musik dalam calung,

misalnya kosrek, kacapi, piul (biola) dan bahkan ada yang melengkapi dengan

keyboard dan gitar. Unsur vokal menjadi sangat dominan, sehingga banyak

bermunculan vokalis calung terkenal, seperti Adang Cengos, dan Hendarso.

2.5. Saron

Saron (atau disebut juga

ricik) adalah salah satu instrumen

gamelan yang termasuk keluarga

balungan. Dalam satu set gamelan

biasanya punya 4 saron, dan

kesemuanya memiliki versi pelog

dan slendro. Saron menghasilkan

nada satu oktaf lebih tinggi daripada

demung, dengan ukuran fisik yang lebih kecil. Tabuh saron biasanya terbuat dari

kayu, dengan bentuk seperti palu.

7

Page 8: Makalah Seni Bdaya Tradisional

BAB III

PENUTUP

1.1 KESIMPULAN

Alat Musik Tradisional jangan pernah di tinggalkan karena musik

tradisional adalah warisan nenek moyang suatu bangsa yang di turunkan secara

turun temurun. Alat Musik Tradisional ini merupakan suatu cirikhas sebuah

bangsa, maka menjaga, memelihara dan melestarikan budaya dengan alat alat

musik tradisional merupakan kewajiban dari setiap individu, dengan kata lain

kebudayaan merupakan kekayaan yang harus dijaga dan dilestarikan oleh setiap

suku bangsa. Alat Musik tradisional juga dapat di kolaborasikan dengan musik

moderen yang tidak kalah menarik untuk di saksikan.

1.2 SARAN

Selama menjalani seni ini ada banyak kekurangan dan kelebihannya.

Misalnya kurangnya fasilitas atau media pembelajaran, dengan menambahkan

alat proyektor sebagai media pendukung siswa dapat cepat tanggap dengan apa

yang sedang di pelajarinya. Pembelajaran yang langsung menyaksikan atau

langsung turun ke lapangan juga dapat membuat mahasiswa tidak merasa jenuh

karena tidak hanya belajar di dalam kelas saja,

8