Makalah Seminar BPM
-
Upload
noniet-hendra -
Category
Documents
-
view
50 -
download
0
Transcript of Makalah Seminar BPM
LAPORAN Penelitian
STUDI KAJIAN EVALUASIPROGRAM BPM ACEH
BKPG UEG-KSP PEPG UEPGOleh: Agus Budi Wibowo, Irham M. Amin dan Amri
PEMERINTAH ACEHBADAN PEMBERDAYAAN
PEMERINTAH ACEHBADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
SURVEY KAJIAN EVALUASIProgram BPM Aceh 2009
2
I.1. LATAR BELAKANG
Rapuhnya fondasi ekonomi nasional tidak terlepas dari dikotomi orientasi
pembangunan antara pertumbuhan dan pemerataan yang telah dianut
sejak lama. Puncaknya, Indonesia dilanda krisis ekonomi pada pertengahan
tahun 1997. Akibatnya, penduduk miskin bertambah sebesar 24,2% (49,5
juta jiwa) pada tahun 1998, dari tahun sebelumnya (tahun 1996) hanya
sekitar 11,3% (22,5 juta jiwa). Angka tersebut dipengaruhi oleh tingkat
kemiskinan di masing-masing provinsi. Tingkat Kemiskinan di Provinsi Aceh
dalam kurun 12 (Dua Belas) tahun terakhir tercermin dalam grafik berikut:
Grafik di atas merefleksikan terjadinya penurunan tingkat kemiskinan di
Aceh dalam kurun enam tahun terakhir (2005 s/d 2010).
Kenaikan tajam penduduk miskin di Indonesia mendorong Pemerintah
untuk merombak dan menyesuaikan kembali kebijakan ekonomi dan
sistem pemerintahan ke arah desentralisasi (otonomi daerah). Dengan
desentralisasi, kewenangan sekaligus tanggung jawab pengurangan
kemiskinan berada di tangan Pemerintah Provinsi dan kabupaten/kota.
Dalam rangka mempercepat penanggulangan kemiskinan, Pemerintah
I. PENDAHULUAN
TH 1999
TH 2000
TH 2001
TH 2002
TH 2003
TH 2004
TH 2005
TH 2006
TH 2007
TH 2008
TH 2009
TH 2010
0
5
10
15
20
25
30
35
40
14
.75
15
.20
19
.20
29
.83
29
.76
28
.37
28
.68
28
.28
26
.65
23
.53
21
.80
20
.98
16
.3
16
.78
20
.92
33
.06
33
.63
32
.57
32
.6
31
.98
29
.87
26
.3
24
.37
23
.54
10
.15
10
.45
13
.03
20
.09
19
.47
17
.48
99
99
99
99
99
8
19
.04
19
.22
18
.68
16
.67
15
.44
14
.65
K + DDESAKOTA
Sumber: BPS Aceh 2010
I. Bantuan dan Perlindungan Sosial
I. Bantuan dan Perlindungan Sosial
II. Pemberdayaan Masyarakat / PNPM Mandiri
II. Pemberdayaan Masyarakat / PNPM Mandiri
III. Pemberdayaan Usaha Mikro dan Kecil (UMK)
III. Pemberdayaan Usaha Mikro dan Kecil (UMK)
“diberi ikan”“diajari mancing” “dibantu untuk
punya pancing dan perahu sendiri”
RTS Miskin, Miskin, dan Hampir Miskin
RTS Miskin, Miskin, dan Hampir Miskin
Kelompok RT M dan Hampir Miskin
Kelompok RT M dan Hampir Miskin
Pelaku Usaha Mikro dan Kecil
Pelaku Usaha Mikro dan Kecil
Sasaran: Pelaku usaha mikro dan kecil yang sudah ‘feasible’ namun belum ‘bankable’. Penyaluran KUR: diarahkan untuk kredit di bawah Rp. 5 juta. Plus: penyaluran program pendanaan dari Kementerian /Lembaga (K/L).Tahun 2009 : Rp. 20 Trilyun dan 4 juta nasabah KUR.
Tujuan : untuk melakukan pemenuhan hak-hak dasar, pengurangan biaya hidup, dan perbaikan kualitas hidup masyarakat miskin.
Tujuan : untuk mengembangkan potensi dan memperkuat kapasitas kelompok masyarakat miskin untuk terlibat dalam pembangunan yang didasarkan pada prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat.
Tujuan : untuk memberikan akses dan penguatan ekonomi bagi pelaku usaha skala mikro dan kecil.
Karakteristik:
Kegiatan program yang bersifat pemenuhan hak dasar utama individu dan rumah tangga miskin yang meliputi pendidikan, pelayanan kesehatan, pangan, sanitasi, dan air bersih.
Karakteristik: Pendekatan partisipatif berdasarkan kebutuhan masyarakat, penguatan kapasitas kelembagaan masyarakat, dan pelaksanaan kegiatan oleh masyarakat secara swakelola dan berkelompok.
Karakteristik: Memberikan bantuan modal atau pembiayaan dalam skala mikro, memperkuat kemandirian berusaha dan akses pada pasar, meningkatkan keterampilan dan manajemen usaha.
Program -program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat yang tersebar di K/L dalam PNPM Mandiri ditambah program dari Pemda dan Dunia Usaha. Bentuk : Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) sampai maks. Rp. 3 Milyar/kec./tahun.
Tahun 2009 Sasaran : seluruh kecamatan (6.408 kec.) di 465 kab/kota.
Tahun 2009Sasaran 18,5 juta RTS (RTSM, RTM, RTHM).Program Utama : Raskin, Jamkesmas, PKH, Beasiswa untuk siswa miskinProgram Lainnya : bantuan sosial untuk penyandang cacat, lansia, anak-anak, KAT, dllsb.
PEMERINTAH ACEHBADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
SURVEY KAJIAN EVALUASIProgram BPM Aceh 2009
3
menelurkan kebijakan yang dituangkan dalam Peraturan Presiden No. 54
Tahun 2005 Tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan.
Kebijakan ini mengarahkan konsepsi penanggulangan kemiskinan dengan
mekanisme "Konsolidasi Penanggulangan Kemiskinan" sebagai berikut:
Pemerintah Provinsi dan Kabupaten diberi wewenang melakukan berbagai
upaya dan terobosan taktis serta strategis untuk mengimplementasikan
berbagai program pengentasan kemiskinan berbasis mekanisme
sebagaimana ditampilkan dalam bagan di atas. Program-program
pengentasan kemiskinan yang diimplementasikan harus mampu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memperluas kesempatan
kerja, sehingga angka penduduk miskin dapat tersu berkurang secara
simultan.
Di satu sisi, upaya yang telah dilakukan Pemerintah (Pusat dan Daerah)
telah berhasil mengurangi angka penduduk miskin. Namun diakui pula, di
sisi lainnya akibat masih rapuhnya pondasi ekonomi nasional, disamping
berbagai bencana dan konflik yang terjadi di daerah telah pula
menciptakan kantong-kantong kemiskinan baru.
Pemerintah Aceh terus mengupayakan percepatan pengentasan
kemiskinan di Aceh. Program pengentasan kemiskinan dititik beratkan
pada cluster II konsolidasi program penanggulangan kemiskinan, yaitu
pemberdayaan masyarakat. Demi suksesnya percepatan penanggulangan
kemiskinan dalam skala nasional, program-program pemberdayaan
masyarakat yang diimplementasikan Pemerintah Aceh diintegrasikan
PEMERINTAH ACEHBADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
SURVEY KAJIAN EVALUASIProgram BPM Aceh 2009
4
dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat. Hal ini dilakukan
sebagai wujud komitmen Pemerintah Aceh guna membangun kembali
kehidupan sosial-ekonomi masyarakat yang sempat terpuruk akibat konflik
politik dan bencana tsunami.
Upaya Pemerintah Aceh untuk menekan angka kemiskinan telah
menampakkan hasil hingga angka kemiskinan di tahun 2009 menurun
hingga 21,28%.
Penurunan angka kemiskinan di Aceh disumsikan (sementara) sebagai
pengaruh dari berbagai program pembangunan pengurangan penduduk
miskin yang telah dilaksanakan Pemerintah Aceh selama ini, yang dititik
beratkan pada program pemberdayaan ekonomi masyarakat. Pendekatan
ekonomi diarahkan untuk meningkatkan pendapatan keluarga sehingga
diharapkan masyarakat miskin mampu memenuhi kebutuhan primer dan
sekunder sekaligus meningkatkan kesejahteraannya.
Salah satu unsur dari pemerintah Aceh yang melaksanakan kegiatan
pemberdayaan masyarakat adalah Badan Pemberdayaan Masyarakat Aceh
(BPM Aceh). Beberapa program yang telah dilaksanakan diantaranya
adalah program BKPG, PEPG, UEG/KSP, dan UEPG di berbagai
kabupaten/kota di Provinsi Aceh sejak 2008. Kajian evaluasi terhadap
progam yang telah dilaksanakan menjadi menting untuk dilaksanakan
sebagai landasan pijak optimalisasi ke depan. Hal inilah yang mendasari
Sumber: BPS Aceh 2009
ANGKA PENDUDUK MISKIN KABUPATEN/KOTA DI ACEH
Sim
eu
lue
Aceh
Sin
gkil
Aceh
Sela
tan
Aceh
Ten
gg
ara
Aceh
Tim
ur
Aceh
Ten
gah
Aceh
Bara
t
Aceh
Besar
Pid
ie
Bir
eu
en
Aceh
Uta
ra
Aceh
Bara
t ..
.
Gayo
Lu
es
Aceh
Tam
ian
g
Nag
an
Raya
Aceh
Jaya
Ben
er
Meri
ah
Pid
ie J
aya
Ko
ta B
an
da .
..
Ko
ta S
ab
an
g
Ko
ta L
an
gsa
Ko
ta L
ho
ks..
.
Ko
ta S
ub
ulu
...
24
.72
21
.06
17
.50
16
.77
21
.33
21
.43
27
.09
20
.09
25
.87
21
.65 2
5.2
9
21
.33
24
.22
19
.96
26
.22
21
.86
26
.58
27
.97
8.6
4
23
.89
16
.20
15
.08
26
.80
PEMERINTAH ACEHBADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
SURVEY KAJIAN EVALUASIProgram BPM Aceh 2009
5
pemikiran dan melatarbekakangi pentingnya kegiatan survey kajian
evaluasi program BPM Aceh.
I.2. URGENSI PENELITIAN
Pentingnya Survey kajian evaluasi terhadap program pemerdayaan
masyarakat yang telah dilaksanakan oleh BPM Aceh berlandaskan pada
kebutuhan akan "fakta dan ukuran keberhasilan" program pemberdayaan
masyarakat yang telah dilaksanakan, sebagai bahan masukan bagi
penyempurnaan implementasi program pemberdayaan di masa yang akan
datang. Disamoping itu, fakta dan ukuran keberhasilan dimaksud dapat
menjadi contoh atau teladan bagi instansi dalam skala lokal dan nasional.
I.3. OUTPUT DAN OUTCOME DARI PENELITIAN
Output yang diharapkan dari kegiatan penelitian ini adalah tersedianya
naskah yang membahas tentang program pemberdayaan masyarakat yang
telah dilaksanakan oleh BPM Provinsi Aceh sehingga dapat diakses oleh
masyarakat, baik masyarakat awam maupun masyarakat akademis.
Dengan demikian, dapat diketahui kelemahan program yang telah
dilaksanakan dan dapat diambil sebuah kebijakan yang sesuai dengan
kondisi riil di lapangan.
Sedangkan Outcome yang diharapkan dari kegiatan penelitian ini adalah
menurunnya tingkat kemiskinan, di Aceh, baik kuantitas maupun kualitas
sehingga cita-cita pemerintah dan masyarakat untuk peningkatan
kesejahteraan rakyat dapat tercapai.
I.4. BATASAN MASALAH
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, pemerintah Aceh melalui Badan
Pemberdayaan Masyarakat telah melaksanakan berbagai upaya
pengentasan kemiskinan. Akan tetapi, diakui masih belum optimal. Hal ini
masih tampak masih adanya kelompok masyarakat miskin. Ada penyebab
mengapa hal tersebut dapat terjadi. Diasumsikan faktor tersebut dapat
berasal dari masyarakat itu sendiri dan Badan Pemberdayaan Masyarakat
Provinsi Aceh. Penelitian ini akan melihat dari sisi kedua sisi, baik Badan
PEMERINTAH ACEHBADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
SURVEY KAJIAN EVALUASIProgram BPM Aceh 2009
6
Pemberdayaan Masyarakat Provinsi Aceh dan masyarakat melalui sebuah
studi evaluasi.
Sesuai dengan uraian tersebut, maka yang menjadi fokus utama dalam
penelitian ini sangat terkait dengan evaluasi program yang telah
dilaksanakan oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat Provinsi Aceh yaitu
efektivitas dan kegunaan program-program yang telah dilaksanakan serta
respon masyarakat terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan
oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat Provinsi Aceh melalui evaluasi
terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan dampak dari program.
I.5. TUJUAN DAN MANFAAT
I.5.1. TUJUAN
Secara umum, kegiatan kajian evaluasi ini bertujuan untuk:
a. Meningkatkan kualitas dan kinerja program pemberdayaan masyarakat
yang diselenggarakan BPM Aceh ke depan
b. Memastikan secara spesifik kelemahan program yang bersumber dari
pernyataan masyarakat berupa kritik, saran dan rekomendasi demi
penyempurnaan program ke depan
c. Meningkatkan program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan
baik dalam skala lokal (provinsi dan kabupaten oleh instansi terkait)
maupun skala nasional
d. Mendorong integrasi program pemberdayaan masyarakat yang
dilaksanakan Pemerintah Kabupaten terhadap program pemberdayaan
masyarakat berskala nasional
e. Meningkatkan kualitas proses integrasi perencanaan pembangunan
sebagaimana diamanahkan Inpres No. 1 Tahun 2010 dan Inpres No. 3
Tahun 2010.
I.5.2. MANFAAT
Pengetahuan dan pemahaman tentang program-program pemberdayaan
masyarakat yang telah dilaksanakan oleh BPM Provinsi Aceh, terkait
dengan efektivitas dan kegunaan program serta respon masyarakat, yang
dikaji melalui penelitian ini setidaknya dapat bermanfaat menambah
khazanah dan pengetahuan bagi semua pihak yang berkompeten dalam
pengembangan program pemberdayaan masyarakat.
I.6. METODOLOGI PENELITIAN
PEMERINTAH ACEHBADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
SURVEY KAJIAN EVALUASIProgram BPM Aceh 2009
7
I.6.1. LOKASI, POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan beberapa kabupaten/kota di Aceh. Pemilihan
lokasi kabupaten/kota sebagai sampel penelitian didasarkan kepada
kriteria tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya dengan cara memilah-
milah lokasi daerah berdasarkan karakterisitik yang diharapkan (seperti
jumlah penduduk miskin, dan terdapatnya program-program yang akan
dievaluasi, seperti program BKPG, PEPG, UEG/KSP, dan UEPG kemudian
memilih sampelnya secara acak (Cooper, 1998).
Populasi dalam penelitian ini adalah semua masyarakat/ daerah yang
menerima bantuan dari Badan Pemberdayaan Masyarakat Provinsi Aceh
dari tahun 2008-2010. Sampel penelitian ini dibedakan menjadi dua
macam sampel, yaitu sampel wilayah dan sampel masyarakat. Sampel
wilayah meliputi Aceh Tenggara, Aceh Tamiang, Aceh Timur, Aceh Utara,
Aceh Tengah, Pidie, Aceh Barat, Aceh Selatan, Aceh Barat Daya, dan Aceh
Besar. Selain itu, penelitian ini juga akan melakukan wawancara terhadap
para informan, baik tokoh-tokoh masyarakat formal dan informal.
Sedangkan sampel masyarakat yang terpilih untuk diwawancarai
sejumlah 300 orang, baik laki-laki maupun perempuan. Mereka menerima
bantuan dalam program BKPG, PEPG, UEG/KSP, dan UEPG tahun 2008-
2010.
I.6.2. METODE PENGUMPULAN DATA
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh melalui wawancara kepada sampel dengan menggunakan
kuesioner dan wawancara mendalam dengan para informan. Sedangkan
data sekunder diperoleh melalui studi pustaka yang terdiri dari jurnal,
laporan-laporan ilmiah, laporan resmi pemerintah, dan bahan-bahan lain
yang relefan.
I.6.3. DESAIN PENELITIAN, METODE ANALISA DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini akan menggunakan analisis statistic (analisis statistik
inferensial) yaitu berupa peralatan statistik sederhana dengan
menggunakan skor total rata-rata dari jawaban responden atas
pertanyaan yang terdapat pada kuesioner. Selanjutnya akan dilakukan
pengujian data dengan menggunakan peralatan statistik deskriptif, uji
beda rata-rata, validitas, dan realibilitas. Untuk analisis penelitian ini
digunakan program SPSS.
PEMERINTAH ACEHBADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
SURVEY KAJIAN EVALUASIProgram BPM Aceh 2009
8
II.1. KARAKTERISTIK RESPONDEN
Karakteristik responden dapat dikelompokkan atas dasar jenis kelamin,
usia, tingkat pendidikan, status responden, pekerjaan dan jumlah
tanggungan. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 300
responden/penerima manfaat yang dipilih secara acak terhadap
masyarakat yang menerima bantuan pemberdayaan masyarakat dari
pemerintah Aceh seperti BKPG, UEPG, PEPG dan UEG/K-SP.
Tabel 1.Karakteristik Responden
NoKARAKTERISTIK
RESPONDENJUMLAH %TASE
1
2
3
Jenis kelaminLaki-LakiPerempuan
Umur20-2930-3940-4950-59>60
Pendidikan Tidak/Tamat SD SederajatTidak/Tamat SMP SederajatTidak/Tamat SMA Sederajat
291
4912684356
3248176
96,63,3
16,34228
11,72
10,716
58,7
II. HASIL
PENELITIAN
PEMERINTAH ACEHBADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
SURVEY KAJIAN EVALUASIProgram BPM Aceh 2009
9
4
5
6
Tidak/Tamat DiplomaSarjana/Pasca Sarjana
Pekerjaan Pegawai Negeri SwastaPelajarNelayanPetaniLain-lain
Status PerkawinanBelum KawinKawinJanda
Jumlah Tanggungan0-2 3-45-67-8>9
1925
248914
12161
1127514
1171413093
6,38,3
829,70,31,340,320,3
3,791,74,7
39471031
Sumber : Data Primer (diolah), 2010
Tabel 1 menampilkan 300 responden yang menerima bantuan
pemberdayaan masyarakat berjenis kelamin laki-laki berjumlah 132
responden (44%) dan wanita berjumlah 168 responden (56%), sehingga
penelitian mempunyai kecendrungan didominasi oleh responden wanita.
Karakteristik responden berdasarkan tingkat usia dapat dijelaskan, bahwa
sebanyak 49 responden (16,3%) berusia antara 20-29 tahun, sebanyak 126
responden (42%) berusia antara 30-39 tahun, responden berusia 40-49
tahun sebanyak 84 responden (28%), responden 50-59 tahun sebanyak 35
responden (11,7%) dan diatas 60 tahun terdapat 6 responden (2%).
Tingkat pendidikan yang diambil sebagai salah satu variabel yang penting
dalam penelitian ini, yang berpendidikan tidak/tamat SD sederajat
sebanyak 32 responden (10,7%), tidak/tamat SMP sederajat hanya 48
responden (16%), tidak tamat/tamat SMA sederajat sebanyak 176
responden (58,7%), tidak tamat/tamat Diploma sebanyak 19 responden
(6,3%) dan sarjana/pasca sarjana sebanyak 25 responden (8,3%).
Pekerjaan responden yang menerima bantuan pemberdayaan masyarakat
pemerintah Aceh adalah yang pekerjaannya pegawai negeri sipil sebanyak
24 responden (8%), swasta sebanyak 89 responden (29,7%), pelajar
sebanyak 1 responden (0,3%), Nelayan sebanyak 4 responden (1,3%),
petani sebanyak 121 responden (40,3%) dan lain-lain sebanyak 61
responden (20,3%).
PEMERINTAH ACEHBADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
SURVEY KAJIAN EVALUASIProgram BPM Aceh 2009
10
Mengenai status perkawinan dapat dijelaskan bahwa berstatus belum
kawin sebanyak 11 responden (3,7%), 275 responden sebanyak (91,7%)
yang status kawin dan yang berstatus janda sebanyak 14 responden
(4,7%). Sementara jumlah tanggungan responden yang dimiliki antara 0-2
orang sebanyak 117 responden (39 %), antara 3-4 orang sebanyak 141
responden, antara 5-6 orang sebanyak 30 responden (10 %), antara 7-8
orang sebanyak 9 responden (3 %) dan diatas 9 orang sebanyak 3
responden (1 %).
II.2. HASIL PENGUJIAN INSTRUMEN
Menurut Arikunto (1996) dan Indriantoro (1999), kuallitas data yang
diperoleh dari penggunaan instrumen penelitian dapat dievaluasi melalui
uji validitas dan uji reliabilitas (uji kehandalan) berdasarkan Cranbach
Alpha yang lazim digunakan dalam penelitian ilmu-ilmu sosial.
II.2.1. PENGUJIAN RELIABILITAS
Untuk menilai kehandalan kuesioner yang digunakan, maka dalam
penelitian ini menggunakan uji reliabilitas berdasarkan Cronbach Alpha
yang lazim digunakan untuk pengujian kuesioner dalam penelitian ilmu
sosial. Análisis ini digunakan untuk menafsirkan korelasi antara skala
yang dibuat dengan skala variabel yang ada. Menurut Nunally (1967),
koefisien yang dapat diterima di atas 0,50 dan menurut Maholtra
koefisien mínimum yang dapat diterima diatas 0,60.
Berdasarkan Tabel 2 uji kehandalan dapat diketahui bahwa nilai alpha (α)
untuk masing-masing variabel diperoleh lebih besar dari 0,60, dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa pengukuran kehandalan memenuhi
syarat Cronbach Alpha (α) sebagaimana di persyaratkan oleh Malhotra
dan Nunally. Artinya semua instrumen yang digunakan dalam model
penelitian ini telah memenuhi keandalan dan layak dilakukan penelitian.
Tabel 2Uji Reliabilitas Untuk Masing-Masing Variabel
No
VARIABEL NILAI ALPHA KETERANGAN
1
2
3
Perencanaan
Pelaksanaan
Dampak
0,8277
0,7377
0,6947
Handal
Handal
Handal
Sumber : Data Primer (diolah), 2010
PEMERINTAH ACEHBADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
SURVEY KAJIAN EVALUASIProgram BPM Aceh 2009
11
II.2.2. PENGUJIAN VALIDITAS
Pengujian validitas data dalam penelitian ini dilakukan secara statistik,
yaitu dengan menggunakan uji Pearson product-moment coefficient of
correlation dengan bantuan program Statistical Product and Service
Solution (SPSS). Berdasarkan output komputer seluruh pernyataan
dinyatakan valid karena memiliki tingkat signifikansi di bawah 5%.
Sedangkan Jika dilakukan secara manual maka nilai korelasi yang
diperoleh masing-masing pernyataan harus dibandingkan dengan nilai
kritis korelasi product moment.
Tabel 3. Uji Validitas
VARIABELPERTANYAA
NPearson
CorellationNILAI
KRITIS RKETERANG
AN
Perencanaan
A1 0,712 0,113 ValidA2 0,834 0,113 ValidA3 0,828 0,113 ValidA4 0,749 0,113 ValidA5 0,761 0,113 Valid
Pelaksanan
B1 0,741 0,113 ValidB2 0,617 0,113 ValidB3 0,699 0,113 ValidB4 0,687 0,113 ValidB5 0,759 0,113 Valid
Dampak
C1 0,620 0,113 ValidC2 0,679 0,113 ValidC3 0,586 0,113 ValidC4 0,774 0,113 ValidC5 0,721 0,113 Valid
berdasarkan hasil penelitian, Tabel 3 menunjukkan bahwa semua
pernyataan mempunyai nilai korelasi diatas nilai kritis 5% yaitu diatas
0.113 (Tabel Nilai Kritis Korelasi r Product-Moment untuk n = 300),
sehingga pernyataan-pernyataan tersebut adalah signifikan dan memiliki
validitas konsistensi internal (internal consistency) yang berarti
pernyataan-pernyataan tersebut mengukur aspek yang sama. Ini berarti
bahwa data yang diperoleh adalah valid dan dapat dipergunakan untuk
penelitian dan dilanjutkan ke penelitian yang lebih mendalam.
II.3. ANALISIS VARIABEL
II.3.1. PERENCANAAN
II.3.1. PERENCANAAN
Perencanaan adalah perhitungan dan penentuan tentang
sesuatu yang akan dijalankan dalam mencapai tujuan tertentu, oleh
Sumber : Data Primer (diolah), 2010
PEMERINTAH ACEHBADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
SURVEY KAJIAN EVALUASIProgram BPM Aceh 2009
12
siapa dan bagaimana. Oleh karena itu, suatu perencanaan menjadi
suatu keperluan dalam suatu sistem untuk mendukung tercapainya
tujuan, dimana dipersiapkan untuk bermanfaat secara aplikasi,
disusun dan dikerjakan berdasarkan kepatutan, serta tidak
melanggar norma yang berlaku.
Tabel 4
Evaluasi Program terhadap Variabel Perencanaan
No. VARIABELRATA-RATA
1.Program BPM Aceh dirancang dengan baik terlihat dari kelancaran pelaksanaannya 2,65
2.Penerima manfaat tepat sasaran karena sudah lebih dulu identifikasi BPM Aceh dan diketahui secara luas oleh masyarakat se-kecamatan
2,41
3.Penentuan lokasi program sangat sesuai karena sudah disurvey BPM Aceh 2,34
4. Bantuan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan 2,28
5.Masyarakat memahami program dengan baik berkat bagusnya proses sosialisasi 2,17
Rerata 2,37
Sumber : Data Primer (diolah), 2010
Dalam perencanaan mengandung elemen-elemen seperti:
mengidentifikasikan dan mendokumentasikan kebutuhan,
menentukan kebutuhan-kebutuhan yang bersifat prioritas,
memperincikan spesifikasi hasil yang dicapai dari tiap kebutuhan
yang diprioritaskan, mengindentifikasi persyaratan untuk mencapai
tiap-tiap alternatif dan mengindentifikasi altenatif yang
memungkinkan termasuk didalamnya peralatan untuk melengkapi
tiap persyaratan untuk mencapai kebutuhan, untung rugi berbagai
latar dan strategi yang digunakan.
PEMERINTAH ACEHBADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
SURVEY KAJIAN EVALUASIProgram BPM Aceh 2009
13
Tabel 4 di atas menampilkan tanggapan responden terhadap
perencanaan yang telah dilakukan pihak BPM Aceh terhadap 300
responden yang menerima manfaat program. Berdasarkan Tabel
tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa kualitas perencanaan yang
telah dilakukan olen Badan Pamberdayaan Masyarakat (BPM) Aceh
terhadap program pemberdayaan yang sedang dijalankan secara
umum mendapat predikat “Sedang”. Hal ini ditunjukkan dari
tanggapan responden dengan nilai rata-rata sebesar 2,73 (C).
Jawaban responden menggambarkan bahwa Badan Pemberdayaan
Masyarakat (BPM) Aceh dalam membuat suatu perencanaan
program masih belum terselenggara dengan baik, masih terdapat
kelemahan/kekuranga.
Secara lebih khusus, tahapan perencanaan yang mempunyai
nilai rata-rata tertinggi dicapai pada tahapan “kelancaran
pelaksanaan” dengan nilai rata-rata 2,65 (B). Akan tetapi untuk
tahapan tentang kesesuaian antara bantuan dengan kebutuhan
diperoleh nilai rata-rata yang paling rendah, yaitu 2,28 (C) yang
menunjukkan bahwa bantuan yang diberikan masih harus
disesuaikan lagi dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat.
Hasil wawancara mendalam dengan "informan" dan responden
memperoleh informasi bahwa rendahnya rata-rata kesesuaian
bantuan dan kebutuhan diperoleh jawaban bahwa masalah tersebut
terkait dengan jumlah bantuan yang dirasa relatif belum mencukupi
dan jenis bantuan belum sesuai dengan keinginan masyarakat.
PEMERINTAH ACEHBADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
SURVEY KAJIAN EVALUASIProgram BPM Aceh 2009
14
Hasil wawancara dengan informan dan responden di Desa
Bandar Baru Kecamatan Bendahara Kabupaten Aceh Tamiang, di
tempat masyarakat sering berkumpul dengan metode Focus Group
Discusion, memperoleh informasi bahwa:
"Sebagian responden menyatakan bahwa jumlah dana bantuan relatif masih kurang sehingga dana yang dipergunakan untuk membeli sapi yang akan digulirkan tidak banyak. Hal ini menyebabkan perguliran dana bantuan tidak dapat dilakukan dengan cepat dalam satu kelompok".
II.3.2. PELAKSANAAN
Pelaksanaan merupakan tahap selanjutnya setelah
perencanaan. Pelaksanaan merupakan tindakan/action yang
dilakukan oleh suatu lembaga/institusi berkaitan perencanaan
program yang telah disusun. Di dalam pelaksanaan biasanya
muncul beberapa permasalahan, seperti tidak transparansi
program, ketepatan pencairan dana, pengawasan yang lemah,
penerima manfaat tidak bertanggung jawab atas bantuan yang
diterimanya, dana yang dibawa kabur oleh sekelompok orang dan
lain-lain. Untuk melihat sejauh mana tanggapan penerima manfaat
terhadap pelaksanaan bantuan yang diberikan oleh Badan
Pemberdayaan Masyarakat Aceh, maka dapat dilihat pada Tabel 5
berikut.
Tabel 5
Evaluasi Program terhadap Variabel Pelaksanaan
No. VARIABEL RATA-RATA
1. Program dilaksanakan secara transparan, diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat
2,42
PEMERINTAH ACEHBADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
SURVEY KAJIAN EVALUASIProgram BPM Aceh 2009
15
2. Persyaratan menerima bantuan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
2,95
3.Mekanisme pencairan dana mudah dan tidak menyulitkan, namun akuntabel 3,16
4.Penerima manfaat serius dan bertanggung jawab terhadap kegiatan karena BPM Aceh bersama Dinas Terkait Pemerintah Kabupaten melaksanakan monitoring dan
2,82
5.Penerima manfaat semangat dalam melaksanakan kegiatan karena didukung pendampingan oleh BPM Aceh bersama Dinas Terkait Pemerintah Kabupaten
2,85
Rerata 2,84
Sumber : Data Primer (diolah), 2010
Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa kualitas pelaksanaan
program pemberdayaan masyarakat yang sedang/telah dijalankan
dianggap masyarakat sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari
tanggapan responden terhadap variabel pelaksanaan program
dengan nilai rata-rata mencapai 2,84 (B). Badan Pemberdayaan
Masyarakat Aceh didalam pelaksanaan program sudah
menunjukkan hasil baik biarpun masih ada kekurangan yang harus
diperbaiki. Pelaksanaan yang baik dapat diartikan bahwa penerima
bantuan sudah tepat sasaran dan dengan demikian diharapkan
berpengaruh terhadap penurunan angka kemiskinan.
Secara lebih khusus, tahapan pelaksanaan yang mempunyai
nilai rata-rata tertinggi dicapai pada tahapan “mekanisme
pencarian dana mudah dan tidak menyulitkan, namun akuntabel”
dengan nilai rata-rata 3,16 (B). Hal ini tentunya sesuai dengan
prinsip Badan Pemberdayaan Masyarakat Provinsi Aceh bahwa
program yang diimplementasikan harus mudah dan aplikatif, tetapi
memenuhi syarat akuntabilitas yang baik.
Akan tetapi, variabel “program dilaksanakan secara
transparan, diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat” diperoleh
PEMERINTAH ACEHBADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
SURVEY KAJIAN EVALUASIProgram BPM Aceh 2009
16
nilai rata-rata yang paling rendah, yaitu 2, 42 (C). Hal ini
menunjukkan bahwa kualitas tranparansi program belum dinilai
baik oleh masyarakat. salah satu penyebab rendahnya rata-rata
variable ini adalah masih terdapat persepsi yang kurang benar,
bahwa bantuan yang seharusnya bergulir, tetapi dipersepsikan
sebagai bantuan cuma-cuma (lihat Tabel 9) sehingga bantuan tidak
bermanfaat secara optimal bahkan ada bantuan yang “gagal”
seperti beberapa kasus yang peneliti temui di beberapa tempat,
seperti di Aceh Utara dan Pidie.
II.3.3. DAMPAK
Setelah program dijalankan, tentu akan tercermin dampak
yang dirasakan oleh penerima manfaat dan masyarakat. Dampak
dapat menjadi dua kemungkinan yaitu dampak baik dan dampak
buruk. Jika dampak yang dirasakan masyarakat baik, maka program
tersebut selanjutnya dapat dilanjutkan. Demikian sebaliknya, jika
program tersebut memberikan dampak buruk maka program
tersebut perlu dihentikan atau dievaluasi kembali. Untuk melihat
sejauh mana tanggapan penerima manfaat terhadap dampak
bantuan yang diberikan oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat
Aceh, maka dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini.
Tabel 6
Evaluasi Progrom terhadap Variabel Dampak
No. VARIABEL RATA-RATA
1.Penerima manfaat kesejahteraannya meningkat dengan adanya bantuan/program 3,07
PEMERINTAH ACEHBADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
SURVEY KAJIAN EVALUASIProgram BPM Aceh 2009
17
2.Penerima manfaat kapasitasnya meningkat, baik dalam pengetahuan maupun keterampilan 2,93
3.Bantuan/program berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat dan lingkungan secara umum 2,97
4.
Bantuan/program membangkitkan kesadaran dan motivasi masyarakat untuk mengembangkan kegiatan sehingga berdampak lebih luas bagi peningkatan kesejahteraan secara umum
2,70
5.Bantuan/program mendorong kemandirian masyarakat, kelembagaan masyarakat dan kelembagaan aparatur gampong
2,76
Rerata 2,89
Sumber : Data Primer (diolah), 2010
Tabel 6 di atas merefleksikan gambaran tentang kualitas
dampak pelaksanaan program yang merupakan cerminan
anggapan penerima manfaat terhadap bantuan yang diberikan oleh
Badan Pemberdayaan Masyarakat Aceh, yang dianggap sudah
“baik, dimana nilai rata-rata dari tanggapan responden sebesar
2,89. Artinya, dampak program yang sedang/telah dijalankan
memberikan perubahan terhadap masyarakat dan program-
program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh BPM Aceh
dapat dilanjutkan. Secara lebih khusus, tahapan dampak yang
mempunyai nilai rata-rata tertinggi dicapai pada tahapan
“penerima manfaat kesejahteraannya meningkat dengan adanya
bantuan/program” dengan nilai rata-rata 3,07 (B). Hal ini tentunya
sesuai dengan harapan Badan Pemberdayaan Masyarakat Provinsi
Aceh.
Akan tetapi, variabel “bantuan/program membangkitkan
kesadaran dan motivasi masyarakat untuk mengembangkan
kegiatan sehingga berdampak lebih luas bagi peningkatan
PEMERINTAH ACEHBADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
SURVEY KAJIAN EVALUASIProgram BPM Aceh 2009
18
kesejahteraan secara umum” diperoleh nilai rata-rata yang paling
rendah, yaitu 2,70 (B), yang menunjukkan bahwa bantuan yang
diberikan belum berpengaruh terhadap bangkitnya kesadaran dan
motivasi masyarakat secara umum dalam mengembangkan
kegiatan. Salah satu penyebab rendahnya rata-rata variabel ini
adalah program yang dievaluasi belumlah dilaksanakan terlalu
lama sehingga belum diketahui dampaknya. Dampak dapat
diketahui setelah program bantuan berjalanan selama beberapa
tahun. Bahkan ada program/bantuan yang baru dilaksanakan
beberapa bulan sehingga belum diketahui secara signikan
pengarunya bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
II.4. ANALISIS TABULASI SILANG
Pada pembahasan berikut ini akan dijelaskan mengenai hubungan antara
jenis bantuan dengan manfaat modal yang diterima, seperti dijelaskan
pada beberapa tabel dibawah ini:
Tabel 7. Tabulasi Silang Antara Jenis Bantuan dengan Manfaat Modal yang Diterima
ITEM PERTANYAAN
Menurut bapak/ibu/saudara,
bantuan modal tersebut bermanfaat Total
Ya Ragu-ragu
Tidak
Kalau pernah, jenis bantuan apa yang Bapak/Ibu/ Saudara terima ?
BPKG 112 3 1 116
PEPG 50 50
UEG/K-SP
33 33
UEPG 101 101
TOTAL 296 3 1 300
Sumber : Data Primer (Diolah), 2010
Berdasarkan tabel 7 di atas dapat dijelaskan bahwa penerima bantuan
BKPG menyatakan bahwa bantuan tersebut bermanfaat sebanyak 112
PEMERINTAH ACEHBADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
SURVEY KAJIAN EVALUASIProgram BPM Aceh 2009
19
koresponden, sedangkan yang ragu-ragu sebanyak 3 koresponden dan
yang menyatakan tidak bermanfaat 1 koresponden. Untuk bantuan PEPG,
UEG/K-SP, dan UEPG semuanya koresponden menyatakan bantuan
tersebut memberikan manfaat (50, 33, dan 101 koresponden).
Kemudian tabel berikut ini akan menjelaskan mengenai hubungan antara
jenis bantuan dengan kecukupan modal yang diterima, seperti dijelaskan
pada tabel 8 berikut:
Tabel 8. Tabulasi Silang Antara Jenis Bantuan dengan Kecukupan Modal yang Diterima
ITEM PERTANYAAN
Menurut bapak/ibu/saudar
a, apakah banttuan modal
yang pernah terima tersebut
mencukupi ?
Total
Ya Tidak
Kalau pernah, jenis bantuan apa yang Bapak/Ibu/ Saudara terima ?
BPKG 19 97 116
PEPG 8 42 50
UEG/K-SP 3 30 33
UEPG 17 84 101
TOTAL 47 253 300Sumber : Data Primer (Diolah), 2010
Berdasarkan Tabel 8 di atas dapat dijelaskan bahwa penerima bantuan
BKPG merasa bahwa bantuan tersebut sudah mencukupi sebanyak 19
koresponden dan tidak mencukupi sebesar 97 koresponden. Untuk
bantuan PEPG. Koresponden yang menyatakan bahwa bantuan tersebut
mencukupi sebanyak 8 koresponden dan tidak mencukupi sebanyak 42
koresponden. Untuk bantuan UEG/K-SP menyatakan bahwa bantuan yang
diberikan mencukupi sebanyak 3 responden dan tidak mencukupi
sebanyak 30 responden. Sedangkan untuk bantuan UEPG, 17 respoden
menyatakan bahwa bantuan yang diberikan tersebut mencukupi dan tidak
mencukupi sebesar 84 responden.
Untuk keseluruhan penerima manfaat menyatakan bahwa sekitar 47
responden (15,67%) dana tersebut mencukupi dan 253 responden
(84,33%) menyatakan bahwa dana tersebut tidak mencukupi.
PEMERINTAH ACEHBADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
SURVEY KAJIAN EVALUASIProgram BPM Aceh 2009
20
Tabel 9. Tabulasi Silang Antara Jenis Bantuandengan Pengelolaan Bantuan Modal Yang Diberikan Oleh BPM Aceh
ITEM PERTANYAAN
Menurut bapak/ibu/saudara, bagaimana pengelolaan banyuan
modal yang diberikan oleh BPM AcehTotalDiberi-kan
cuma-cuma
(hibah)
Kredit yang harus dikemba-likan (bantuan
bergulir)
Tidak tahu
Kalau pernah, jenis bantuan apa yang Bapak/Ibu/ Saudara terima ?
BPKG 8 108 116PEPG 20 29 1 50
UEG/ K-SP
11 18 4 33
UEPG 6 93 2 101TOTAL 45 248 7 300
Sumber : Data Primer (Diolah), 2010
Berdasarkan tabel 9 di atas, dapat dijelaskan bahwa bantuan penerima
manfaat bantuan BKPG menyatakan bahwa bantuan yang diberikan
bersifat cuma-cuma (hibah) sebanyak 8 responden, kredit yang yang harus
dikembalikan (bantuan bergulir) sebanyak 108 responden. Untuk bantuan
PEPG, 20 responden menyatakan bantuan tersebut diberikan cuma-cuma,
29 responden menyatakan kredit yang harus dikembalikan dan 1
responden tidak tahu. Selanjutnya untuk bantuan UEG/K-SP, 11 responden
menyatakan bahwa bantua tersebut bersifat cuma-cuma sebanyak 11
koresponden, kredit yang harus dikembalikan sebanyak 18 koresponden
dan tidak tahu 4 koresponden. Untuk bantuan UEPG, 6 koresponden
menyatakan bahwa bantuan diberikan cuma-cuma, 93 koresponden
menyatakan kredit yang harus dikembalikan,dan 2 orang menyatakan
tidak tahu.
Secara keseluruhan, 45 (15 %) koresponden menyatakan bahwa bantuan
tersebut bersifat cuma-cuma, 248 (82,67 %) responden menyatakan
bahwa bantuan tersebut kredit yang harus dikembalikan dan 7 (2,33)
koresponden menyatakan tidak tahu.
PEMERINTAH ACEHBADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
SURVEY KAJIAN EVALUASIProgram BPM Aceh 2009
21
III.1. KESIMPULAN
Dari pembahasan sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
a. Program bantuan yang telah dilaksanakan oleh Badan Pemberdayaan
Masyarakat Provinsi Aceh, berupa program baik BKPG, PEPG, UEG/KSP,
dan UEPG di berbagai kabupaten/kota di Provinsi Aceh sejak 2008 telah
menunjukkan hasil yang cukup baik. Hasil penelitian menunjukkan dari
aspek perencanaan, pelaksanaan, dan dampak dari program sudah
sesuai dengan harapan.
b. Dalam aspek tertentu seperti; i) besaran nilai bantuan (uang) dan ii)
jenis banuan (in kind) masih minim dukungan anallisis kebutuhan (need
analisis) dalam perencanaannya.
c. Masih terdapat persepsi bahwa program bantuan adalah program yang
diberikan cuma-cuma sehingga ketika program bantuan tersebut harus
digulirkan, maka penerima bantuan tidak mau mengembalikannya. Hal
ini dapat menghambat kesinambungan program, terutama bagi warga
masyarakat yang belum menerima bantuan.
III. PENUTUP
PEMERINTAH ACEHBADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
SURVEY KAJIAN EVALUASIProgram BPM Aceh 2009
22
d. Pendampingan program dari pemerintah provinsi cq BPM Aceh masih
dirasakan kurang oleh masyarakat. Padahal masyarakat sangat ingin
untuk bertemu secara langsung dan berkala dengan sumber penyalur
bantuan (BPM Aceh) sehingga dapat menyampaikan aspirasinya secara
langsung. Dilain pihak, masyarakat merasa dalam rangka pengendalian
bantuan, pemerintah kabupaten dan kecamatan sudah cukkup baik
dalam berpartisipasi dalam pendampingan.
e. Seluruh program yang dilaksanakan kecuali BKPG, tidak disertai dengan
sistem pengendalian dalam kerangka acuan kerjanya.
III.2. REKOMENDASI
Dalam rangka meningkatkan efektifitas dan kegunaan program yang
dilaksanakan oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat Provinsi Aceh, dapat
direkomendasikan beberapa hal sebagai berikut:
a. Kerangka Acuan Kerja (ToR) program-program pemberdayaan
masyarakat yang akan diimplementasikan ke depan menyertakan
sistem pengendalian (monitoring, supervisi dan evaluasi) yang berbasis
partisipatif dan bersifat berkesinambungan.
b. Mengintegrasikan porgram-program pemberdayaan dengan program
pemberdayaan berskala nasional seperti PNPM MP, PNPM Perkotaan,
PNPM DTK, PUAP dan berbagai program pemberdayaan masyarakat
berskala nasional lainnya baik yang diimplementasikan oleh pemerintah
maupun oleh lembaga donor, sehingga pengentasan kemiskinan dapat
terlaksana akseleratif.
c. Meningkatkan kualitas sosialisasi program dengan jalan: i) pelibatan
para pihak (multi stakeholders) secara luas, ii) mendiseminasikan
informasi melalui media (cetak dan elektronik), iii) menyebarkan
informasi ke lokasi sasaran melalui pamflet atau baliho, dan iv)
mendiseminasikan petunjuk teknis pelaksanaan ke tingkat gampong di
lokasi sasaran.
d. Menetapkan manajemen "sanksi" terhadap penerima sasaran dalam
rangka optimalisasi program.
e. Meningkatkan kualitas pengendalian program dengan pendampingan
secara berkala langsung ke lokasi dan target sasaran.
PEMERINTAH ACEHBADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
SURVEY KAJIAN EVALUASIProgram BPM Aceh 2009
23
f. Mendorong masyarakat memanfaatkan sarana dan fasilitas transparansi
dan akuntabilitas yang telah tersedia dari program lain seperti papan
informasi PNPM Mandiri Perdesaan dan Perkotaan.
DAFTAR PUSTAKA
Abd. Majid, M. Shabri H. 2009. “Menggempur Kemiskinan Rakyat Aceh Secara Islami”. http://www.tarsa.org/old/artikel/ menggempur_kemiskinan1.html.
Alhumami, Amich. 2009. “Menggugat Makna Kemiskinan”. Kompas tanggal 15 Oktober.
Chaidir. 2008. “Sebuah Pandangan terhadap Penetapan Perda Provinsi No. 36 Tahun 2001 Tentang Pola Pembangunan Daerah Provinsi Riau”. www.publik dan politik lokal Melayu.
Colby, M.E. 1990. Environmental Management in Development: The Evolution of Paradigms. World Bank Discussion Papers. Reading V. Washington DC.
Cutter, S.L., Renwick, H.L., Renwick, W.H., 1985. Exploitation, Conservation, Preservation: A Geographic Perspective on
PEMERINTAH ACEHBADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
SURVEY KAJIAN EVALUASIProgram BPM Aceh 2009
24
Natural Resources Use. New Jersey: Rowman & Allan Held Publisher.
Fajar Alam P. 2008. ”Kemiskinan atau Pemiskinan Budaya”.`http://fajar-maverick2.blogspot.com/2008/08/ikm-ji.html.
Hadiwerdoyo, Cyrillus Harinowo, 2009. “Menelaah Angka Kemiskinan”, Kompas tanggal 23 Oktober.
Hasan, Ishak. “Batee Meutudong, Hikayat Petani Miskin di Aceh Jaya” dalam Serambi Indonesia 20 agustus 2009.
Harun, Mohd. 2009. Memahami Orang Aceh. Bandung: Cita Pustaka Media Perintis.
_______________. 2008. Etos Kerja Orang Aceh. Jeumala No. 27/2008.
Kartasasmita, Ginandjar. 1996 Pembangunan Untuk Rakyat Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan. Jakarta: Cides.
Kartohadikoesoemo, Soetardjo, 1965 Desa. Bandung, Sumur Bandung.
Koentjaraningrat. 1981. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.
Mowen, J.C. 1993. Consumer Behaviour. Third edition. Boston: Richard D. Irwin Inc.
Mubyarto. 1979. “Prospek Perekonomian Indonesia dalam Pelita III”. Prisma, 8 (1). 3-4.
Nely Murni. 2008. Kemiskinan, Kebudayaan, dan Globalisasi. http://nellymurni.blogspot.com/2006/06/kemiskinan-kebudayaan-dan-globalisasi.html
Salim, Emil. 1984. “Kebijaksanaan Pemerataan Mengatasi Kemiskinan”. Dalam Selo Soemardjan, Alfian, Mely G. Tan (ed.) Kemiskinan Struktural Suatu Bunga Rampai. Jakarta: Yayasan Ilmu-ilmu Sosial.
______________. 1987. “Membudayakan Pembangunan”. Prisma, 3 (16), 10-17.
Samhadi, Sri Hartati. 2008. “Fokus Belajar dari Korea Selatan”, Kompas tanggal 18 Juli, hlm. 1 dan 15.
Singarimbun, Masri dan D. H. Penny. 1984. Penduduk dan Kemiskinan Kasus Sriharjo. Jakarta: Bhratara Karya Aksara.
PEMERINTAH ACEHBADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
SURVEY KAJIAN EVALUASIProgram BPM Aceh 2009
25
Soedjatmoko. 1978. “Berbagai Implikasi Kebijaksanaan Nasional Kebutuhan Dasar”, Prisma, 7 (10). 59-79.
____________. 1984. “Dimensi-dimensi Struktural Kemiskinan”. Dalam Selo Soemardjan, Alfian, Mely G. Tan (ed.) Kemiskinan Struktural Suatu Bunga Rampai. Jakarta: Yayasan Ilmu-ilmu Sosial.
Benua Rasa Consultant. 2009. Kemiskinan Masyarakat Gampong dalam Perspektif Budaya di Provinsi Aceh. Banda Aceh: BPM Pemerintah Aceh.