Makalah p.sas Keamanan

49
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat yang telah dilimpahkan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah KDM I mengenai “Keamanan” ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini izinkanlah kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini, yakni : 1. Dosen KDM I Unmuh Jember, Bapak Sasmiyanto,S. Kep Ners atas waktu yang diberikan seluas-luasnya sehingga penyusun sempat menyusun makalah ini. 2. Teman-teman sejawat di Unmuh Jember, yang memberi saran tentang penyusunan makalah KDM I ini. 3. Dan semua pihak yang membatu penyusunan makalah ini. Akhirnya kami mengharapkan segala masukan baik berupa kritik maupun saran-saran demi perbaikan makalah ini dan dengan suatu harapan yang tinggi agar makalah sederhana ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Jember, 2 Desember 2009 Penulis 1

Transcript of Makalah p.sas Keamanan

Page 1: Makalah p.sas Keamanan

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat yang telah dilimpahkan-

Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah KDM I mengenai “Keamanan”

ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini izinkanlah kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah

ini, yakni :

1. Dosen KDM I Unmuh Jember, Bapak Sasmiyanto,S. Kep Ners atas waktu yang

diberikan seluas-luasnya sehingga penyusun sempat menyusun makalah ini.

2. Teman-teman sejawat di Unmuh Jember, yang memberi saran tentang

penyusunan makalah KDM I ini.

3. Dan semua pihak yang membatu penyusunan makalah ini.

Akhirnya kami mengharapkan segala masukan baik berupa kritik maupun saran-

saran demi perbaikan makalah ini dan dengan suatu harapan yang tinggi agar makalah

sederhana ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Jember, 2 Desember 2009

Penulis

1

Page 2: Makalah p.sas Keamanan

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………… 1

DAFTAR ISI …………………………………………………… 2

BAB I

PENDAHULUAN …………………………………………………… 3

1.1 latar belakang …………………………………………………… 3

1.2 tujuan …………………………………………………… 5

BAB II

PEMBAHASAN …………………………………………………… 6

2.1 Pengurangan Bahaya Fisik …………………………………………………6

2.2 Proses Perawatan Dan Keamanan………………………………………… 10

2.3 Lembaga Pelayanan Kesehatan ………………………………………… 14

2.4 Hukum Terhadap Pasien Sebagai

Konsumen Jasa Dalam Pelayanan Medis……………………………………… 24

BAB III

PENUTUP …………………………………………………… 31

KESIMPULAN …………………………………………………… 31

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 31

2

Page 3: Makalah p.sas Keamanan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keamanan, seringkali didefinisikan sebagai keadaan bebas dari cedera fisik dan

psoikologis, adalah salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi.

Lingkungan pelayanan kesehatan dan komunitas yang aman merupakan hal yang penting

untuk kelangsungan hidup klien.

1. Keamanan Lingkungan

Lingkungan klien mencakup semua factor fisik dan psikososial yang

mempengaruhi atau berakibat terhadap kehidupan dan kelangsungan hidup klien. Definisi

yang luas tentang lingkungan ini menggabungkan seluruh tempat terjadinya interaksi

antara perawat dan klien.contohnya: rumah, pusat komunitas, klinik, RS, dll. Keamanan

yang ada dalam lingkungan ini akan mengurangi insiden terjadinya penyakit dan cedera,

memperpendek lama tindakan dan/atau hospitalisasi, meningkatkan atau

mempertahankan status fungsi klien, dan meningkatkan kesejahteraan klien. Lingkungan

yang aman juga akan memberikan perlindungan kepada staffnya, dan memungkinkan

mereka untuk berfungsi pada tingkat yang optimal.

Lingkungan yang aman adalah salah satu kebutuhan dasar yang terpenuhi, bahaya

fisik akan berkuran, penyebaran organisme pathogen akan berkurang.sanitasi dapat

dipertahankan, dan polusi dapat dicontrol.

2. Kebutuhan dasar

Kebutuhan fisiologis terdiri dari kebutuhan terhadap oksigen, kelembaban yang optimum,

nutrisi, dan suhu yang optimum, akan mempengaruhi keamanan seseorang. Pemenuhan

kebutuhan dasar fisiologis manusia diperlukan untuk mencapai kebutuhan keamanan dan

keselamatan.

a. Oksigen

Perawat harus menyadari berbagai factor yang ada didalam lingkungan klien yang

dapat menurunkan jumlah oksigen yang tersedia. Bahaya umumnya yang ditemukan

dirumah adalah system pemanasan yang tidak berfungsi dengan baik.Pembakaran

3

Page 4: Makalah p.sas Keamanan

yang tidak mempunyai pembuangan yang tepat akan menyebabkan penumpukan

karbon monksida di dalam ruangan.Karbon monoksida merupakan adalah suatu gas

beracun yang tidak berbau dan tidak berwarna yang dihasilkan dari pembakaran

karbon atau bahan bakar organic. Karbon monoksida berikatan erat dengan oksigen,

sehingga mencegah terbentuknya oksihemoglobin dan akhirnya akan mengurangi

persediaaan oksigen yang diberikan ke seluruh jaringan tubuh.

b. Kelembaban

Kelembaban relative udara dalam lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan dan

keamanan klien. Kelembaban relatif adalah jumlah uap air di udara dibandingkan

dengan jumlah uap air maksimum yang dapat dikandung oleh udara pada suhu yang

sama. Angka kelembaban yang nyaman bagi setiaporang bervariasi, tatapi

kebanyakan orang merasa nyaman pada kelembaban antara 60%-70%.

Jika kelembaban relatifnya cukup tinggi, maka kelembaban kulit akan terevaporasi

dengan lambat. Jadi pada cuaca panas, lembab, orang akan merasa tidak nyaman pada

lembab dan panas. Jika kelembaban relatif rendah maka kelembaban kulit akan

terevaporasi dengan cepat. Hal inilah sebabnya mengapa orang akan merasa lebih

dingin dan lebih nyaman pada suhu 32,2oC dengankelembaban relatif 30% daripada

berada pada suhu 32,2oC dengan kelembaban relatif 85%.

c. Nutrisi

Pemenuhan kebutuhan nutrisi secara adekuat aman memerlukan kontrol lingkungan

dan pengetahuan. Dirumah, klien memerlukan kulkas dan alat pembeku untuk

menjaga makanan yang cepat membusuk agar tetap segar. Persediaan air bersih dan

adekuat diperlukan untuk mencuci bahan makanan yang segar dan alat-alat makan.

Peraturan dalam pembuangan sampah diperlukan untuk memelihara kondisi yang

bersih.

Makanan yang tidak disiapkan atau disimpan dengan tepat,atau benda yang dapat

menyebabkan kondisi yang tidak bersih, akan meningkatkan resiko terjadi infeksi dan

keracunan makanan pada klien. Infeksi bakteri melalui makanan disebabkan karena

adanya kontaminasi makanan oleh bakteri seperti salmonela, Shingela, dan listeriosa.

4

Page 5: Makalah p.sas Keamanan

Keracunan makanan disebabkan ingesti toksin bakteri yang di hasilkan dalam

makanan.

1.2 Tujuan

1) Untuk mengetahui berbagai risiko ancaman kemanan yang sfesifik yang

berhubungan dengan pertumbuhan usia, likungan, bahaya fisik dan pelayan

kesehatan.

2) Untuk mengetahui jalannya suatu proses keperawatan tentang keamanan.

3) Mengetahui perlindungan hukum bagi pasien sebagai konsumen jasa pelayanan

dibidang medis yang berhubungan dengan keamanan.

5

Page 6: Makalah p.sas Keamanan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengurangan Bahaya Fisik

Bahaya fisik yang ada di dalam komunitas dan tempat pelayanan kesehatan

menyebabkan klien berisiko mengalami cedera. Kecelakaan kendaraan bermotor

menempati urutan pertama kematian yang disebabkan kecelakaan. Jatuh merupakan

penyebab utama kematian akibat kecelakaan pada klien berusia 75 tahun atau lebih

(Accident Fact, 1993). Lebih dari 40% orang yang berusia 65 tahun mengalami jatuh

sedikitnya 1 kali dalam setahun, dengan 1% hingga 6% diantaranya menyebabkan cedera

yang serius. Banyak bahaya fisik, khususnya yang mengakibatkan jatuh, dapat

diminimalkan melalui pencahayaan yang adekuat, pengurangan penghalang fisik

pengontrolan bahaya yang mungkin ada di kamar mandi, dan tindakan pengamanan.

(Loew, 1993)

1) Menjamin Pencahayaan yang Adekuat

Pencahayaan yang adekuat akan mengurangi bahaya fisik dengan cara menerangi

tempat klien bergerak dan bekerja. Di dalam rumah, gang, tangga, dan ruangan individu

harus diberikan pencahayaan yang adekuat agar penghuninya dapat melakukan berbagai

aktivitas dengan aman. Pencahayaan di malam hari pada gang yang gelap, kamar mandi,

serta pada ruangan anak-anak dan lansia akan membantu memelihara keamanan mereka

dengan mengurangi risiko jatuh. Pencahayaan di malam hari pada kamar tamu dapat

membantu mengorientasikan malam hari pada tamu yang bangun tengah malam.

Pencahayaan buatan harus berupa cahaya yang lembut dan tidak menyilaukan mata,

karena cahaya yang menyilaukan adalah salah satu masalah utama yang dihadapi oleh

lansia. (Ebersole dan Hess, 1994)

6

Page 7: Makalah p.sas Keamanan

2) Mengurangi Penghalang Fisik

Risiko jatuh akibat berbagai penghalang dapat terjadi pada seluruh kelompok

usia, tetapi risiko terbesar dialami oleh lansia. Jatuh biasanya diakibatkan oleh kombinasi

antara faktor intrinsik, seperti penyakit dan pengaruh alkohol dengan faktor ekstrinsik

atau lingkungan. Faktor intrinsik sulit dimodifikasi atau dieliminasi, tetapi biasanya

faktor ekstrinsik dapat dimodifikasi atau dieliminasi.

Untuk mengurangi risiko cedera, seluruh penghalang harus dipindahkan dari

tempat lalu lalang. Benda-benda yang dibutuhkan, misalnya seperti jam, kacamata, tisu

atau obat-obatan harus tetap diletakkan di meja samping tempat tidur dalam jangkauan

klien tetapi tidak dapat dijangkau anak-anak di rumah.

Jika menggunakan keset, maka keset itu harus dilindungi dengan alas yang tidak

licin atau bahan perekat yang tahan licin. Keset dan alasnya tidak boleh digunakan di

tangga. Penggunaan karpet pada tangga harus dilindungi dengan paku karpet.

3) Mengontrol Bahaya yang Ada di Kamar Mandi

Kecelakaan, seperti jatuh, kebakaran, dan keracunan seringkali terjadi di dalam

kamar mandi. Pegangan yang mudah terlihat dan aman serta perekat yang berwarna dan

tidak licin yang ada di dasar bak mandi berguna untuk mengurangi risiko jatuh dalam bak

mandi. Tempat duduk toilet yang ditinggikan dengan pegangan tangan dan alas yang

tidak licin pada lantai depan toilet juga berguna mengurangi bahaya yang ada di dalam

kamar mandi. Perawatan harus dilakukan untuk menurunkan termostat yang terpasan

pada alat pemanas air untuk mengurangi risiko terjadi luka bakar. Dalam lemari obat,

obat-obatan harus diberikan tanda yang jelas dan diletakkan jauh dari jangkauan anak-

anak. Obat-obatan yang sudah kadaluarsa harus dibuang dengan cara membilas ke dalam

toilet (Tideiksaar, 1989).

7

Page 8: Makalah p.sas Keamanan

4) Mengamankan Rumah

Saat perawat melakukan pengkajian terhadap keamanan rumah, maka klien harus

mengevaluasi keberadaan dan kualitas kunci pintu dan jendela. Klien harus didorong

untuk bergabung ke dalam kelompok yang ada di lingkungan rumah dan bekerjasama

dengan petugas keamanan untuk mengurangi kejahatan di lingkungan sekitar rumah.

a. Pengurangan Transmisi Patogen

Patogen adalah setiap mikroorganisme yang mampu menyebabkan penyakit.

Salah satu metode yang paling efektif untuk membatasi penyebaran patogen ialah

mencuci tangan sesuai dengan teknik aseptik.

Penyebaran penyakit dari orang ke orang juga dapat dikurangi dan pada beberapa

kasus dapat dicegah melalui pemberian imunisasi. Imunisasi adalah proses yang

menghasilkan atau menambah resistensi seseorang terhadap penyakit infeksi. Imunisasi

aktif diperoleh dengan cara menyuntikkan sejumlah kecil organisme yang telah

dilemahkan atau yang telah mati atau toksin dari organisme tertentu yang telah

dimodifikasi (toksoid) ke dalam tubuh. Imunisasi pasif diperoleh saat antibodi yang

dihasilkan oleh orang lain atau binatang dimasukkan ke dalam pembuluh darah seseorang

untuk melindunginya dari patogen (Phipps, dkk, 1995)

Human immunodeficiency virus (HIV), yaitu virus patogen yang menyebabkan

AIDS, dan virus hepatitis B yang disebarkan melalui darah dan cairan tubuh tertentu.

Pelaku penyalahgunaan obat-obatan seringkali menggunakan suntikan dan jarum suntik

secara bersama-sama, yang meningkatkan risiko tertularnya virus ini. Praktik seksual

yang aman, termasuk menggunakan kondom secara benar dan mengeliminasi kegiatan

seksual dengan pasangan yang berganti-ganti, akan mengurangi risiko terjadinya kedua

penyakit ini. Perawat menggunakan standar kewaspadaan saat memberikan perawatan

bagi seluruh klien untuk melindungi diri mereka dari kontak dengan darah dan cairan

tubuh.

8

Page 9: Makalah p.sas Keamanan

b. Pengontrolan polusi

Lingkungan yang sehat adalah lingkungan yang bebas polusi.Polutan adalah zat

kimia atau sampah material yang berbahaya yang dibuang kedalam air, tanah atau

udara.Pada umumnya masyarakat hanya berfikir polusi dalam bentuk polusi udara,tanah,

dan air saja, tetapibunyi juga dapat menjadi salah satu bentuk polusi yang menimbulkan

resiko terhadap kesehatan.

Polusi udara adalah kontaminasi terhadap atmosfir.Pemaparan yang lama

terhadap polusi udara akan meningkatan resiko terjadinya penyakit par-paru.Pada

perkotaan,sampah industry dan zat buangan kendaraan bermotor pada umumnya menjadi

penyebab polusi udara.Di rumah,sekolah, tempat kerja, asap rokok menjadi penyebab

utama polusi udara.Polusi tanah dapat disebabkan oleh pembuangan radioakyif dan

sampah bioaktif yang tidak tepat,misalnya dioksin.

Polusi air adalah kontaminasi terhadap danau, sungai, dan aliran air,yng biasanya

disebabkan oleh polutan yang dihasilkan oleh industri.Fasilitas penyediaan air bersih

menyaring zat penyebab kontaminasi yang berbahaya dari air, tetapi cara ini memiliki

beberapa kekurangan. Jika air terkonyaminasi, maka masyarakat dianjurkan untuk

memasak air yang digunakan untuk minum dan masak,sampai mendidih. Banjir sering

kali menyebabkan kerusakan pada tempat penyediaan air bersih dan juga memerlukan

perebusan air hingga mendidih untuk air minum dan memasak.

Polusi suara terjadi bila tingkat bunyi pada lingkungan menyebabkan

ketidaknyamanan bagi penghuni dilingkungan tersebut. Tingkat bunyi diukur dengan

menggunakan satuan intensitas bunyi yang disebut desibel.Toleransi terhadap tingkat

bunyi bervariasi pada individu yang satu dengan yang lain dan dipengaruhi oleh status

kesehatan. Kehilangan pendengaran akibat bunyi yang terjadi didalam lingkungan

kerja,adalah suatu cedera yang ireversibel,merupakan salah satu dari 10penyebab terbesar

penyakit dilingkungan kerja yang terjadi di Amerika Serikat dan Kanada.

Lembaga pelayanan kesehatan seperti unit perawat intensif dapat juga mengalami

polusi kebisingan. Suara mesin, orang yang sedang berbicara, dan intercom dapat

menyebabkan peningkatn tingkat kebisingan. Walaupun tingkat kebisingan tidak cukup

tinggi untuk mempengarihi ketajaman pendengaran, tetapi kebisingan dapat

9

Page 10: Makalah p.sas Keamanan

menghasilkan suatu sindrom yang disebut dengan kelebihan beban sensorik(sensory

overload).Kelebihan beban sensorik ditandai dengan peningkatan intensitas auditori dan

stimulus visual. Kelebihan beban sensorik akan mengganggu proses informasi dan klien

tidak lagi merasakan lingkungan yang berarti baginya (Potter & Perry, 2005).

2.2 Proses Perawatan Dan Keamanan

A. Pengkajian

Perawat memberikan perawatan pada klien dan keluarga di dalam komunitas

mereka dan tempat pelayanan kesehatan.Untuk memastikan lingkungan yang aman

perawat perlu memahami hal-hal yang member kontribusi keamanan rumah, komunitas,

atau lingkungan pelayan kesehatn dan kemudian mengkaji berbagai ancaman terhadap

keamanan klien dan lingkungan. Pengkajian yang dilakukan pada klien antar lin

pengkajian terhadap riwayat dan pemeriksaan fisik.Pengkajian terhadap lingkungan

termasuk rumah klien dan tempat pelayanan kesehatan mencakup inspeksi pad fasilitas

tersebut. Bagian pengkajian berikut ini mendiskusikan berbagai factor risiko yang

dihadapi dalam komunitasdan lembaga pelayanan kesehatan (Potter & Perry, 2005).

Komunitas

Risiko pada Tahap Perkembangan. Ancaman keamanan dalam komunitas

dipengaruhi oleh tahap perkembangan, gaya hidup, status mobilissi, perubahan sensorik

dan kesadaran klien terhadap keamanan.

Bayi, Todler, dan Prasekolah.Cedera merupakan penyebab terbesar kematian

anak-anak yang berusia lebih dari 1 tahun dan penyebab kematian dan kecacatan yang

lebih besar dari pada akibat penyakit lain.Sifat cedera yang dialami berhubunganerat

dengan perilaku pertumbuhan dan perkembangan yang normal. Contohnya, bahaya

keracunan, biasanya disebabkan oleh ingesti kepingan cat yang mengandung logam ,

merupakn peristiwa terbanyak yang terjadi pada masa bayi akhir dan masa toddler karena

meningkatnya tingkat aktifitas oral dan kemampuan mengekplorasi lingkungan yang

terjadi pada anak-anak umumnya dapat dicegah, tetapi orang tua harus menyadari bahaya

yang spesifik pada setiap tahap pertumbuhan dan perkembangan. Pencegahan kecelakaan

10

Page 11: Makalah p.sas Keamanan

memerlukan pendidikan kesehatan untuk para orang tua dan penghilangan bahaya sebisa

mungkin. (Potter & Perry, 2005).

Anak usia sekolah. Saat seorang anak masih sekolah, lingkungannya meluas

sampai ke lingkungan sekolah, perjalanan pergi dan pulang sekolah, teman-teman

sekolah, dan aktifitas setelah pulang sekolah. Melalui diskusi yang disertai dengan

berbagai contoh, orang tua, guru, dan perawat harus memberi instruksi pada anak untuk

mengikuti kegiatan sekolah atau bermain dengan cara yang aman.

Karena anak usia sekolah lebih berpartisipasi dalam berbagai aktifitas di luar

rumah dan lingkungan sekitar rumahnya,maka mereka lebih berisiko cedera yang

disebabkan oleh orang asing. Oleh karena itu anak harus di peringatkan berulang kali

untuk tidak menerima permen,makanan,hadiah,atau naik kendaraan bersama dengan

orang asing. Selain itu, anak perlu mengetahui apa yang harus di lakukannya bila ia di

dekati oleh orang asing. Biasanya lingkungan disekitar rumah mempunyai “rumah dalam

blok” atau “rumah yang aman”. Pada rumah ini pemiliknya memastikan bahwa ada orang

dewasa yang tinggal dirumah selama waktu yang diperlukan anak untuk pergi dan pulang

dari sekolah.jika ada orang asing yang mendekati anak, maka anak tersebut dapat berlari

ke rumah itu, dan orang dewasa yang ada di dalamnya akan melindungi anak tersebut dan

meminta bentuan pada petugas yang tepat. Perawat dapat bekerja sama dengan pihak

sekolah atau lingkungan rumah untuk melaksanakan sistem tersebut untuk melindungi

anak-anak.

Olahraga yang aman ditekankan pada olahraga yang dilakukan di sekolah, tetapi

orang tua dan profesi tenaga kesehatan dapat menganjurkan kiat-kiat yang aman dengan

cara mengharuskan anak-anak menggunakan alat pelindung saat berolahraga di rumah.

Sebagai contoh, sekolah menyediakan helm yang digunakan pada pertandingan baseball,

dan orangtua harus menyediakan peralatan tersebut saat anak-anak bermain baseball di

halaman belakang rumah.

Cedera akibat bersepeda merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang

utama pada anak-anak, yang setiap tahunnya lebih dari 600 kematian dan ribuan anak

dibawa ke ruang gawat darurat (Child Health Alert,1993). Sepeda harus dalam kondisi

baik dan ukuran yang sesuai untuk anak. Anak harus diajarkan peraturan di jalan raya dan

11

Page 12: Makalah p.sas Keamanan

diperingatka untuk tidak melakukan gaya atau aktivitas yang berbahaya saat mengendarai

sepeda. Diantara anak-anak yang meninggal karena kecelakaan sepeda, terdapat 85%

meninggal karena cedera kepala. Penelitian menunjukkan bahwa 75% dari kematian ini

dapat dicegah dengan menggunakan helm saat bersepeda. Banyak negara bagian yang

secara hukum mewajibkan penggunaan helm saat bersepeda, dan hukum federal yang

mewajibkan hal yang sama saat ini masih sedang dalam pertimbangan (Child Health

Alert,1993).

Remaja. Ketika anak memasuki usia remaja, mereka mempunyai kemandirian

yang lebih besar dan mulai mengembangkan identitas dan nilai yang mereka miliki.

Selain itu, remaja secara emosional mulai terpisah dari keluarganya, dan kelompok teman

sebaya mulai memiliki pengaruh yang lebih kuat terhadap dirinya.

Pertentangan identitas menyebabkan remaja mengalami rasa malu, takut dan

cemas, yang mengakibatkan ia tidak dapat berfungsi di rumah, sekolah, atau dalam

kelompok teman sebayanya. Sebagai usaha untuk melepaskan tekanan akibat perubahan

fisik dan psikososial, dan tekanan dari teman sebayanya, maka remaja mungkin akan

beralih ke obat-obatan. Selain itu, risiko kesehatan yang disebabkan oleh obat-obatan,

ingesti obat-obatan, termasuk alkohol, meningkatkan terjadinya jenis kecelakaan lain

seperti tenggelam dan kecelakaan kendaraan bermotor. Cedera yang disebabkan

kecelakaan merupakan penyebab kematian yang terbesar pada remaja, dan sekitar 40%

dari cedera tersebut disebabkan karena penggunaan alkohol. Alkohol juga mempunyai

persentase yang berarti sebagai penyebab remaja melakukan pembunuhan dan bunuh diri

(U.S Public Health Services,1994).

Ketika remaja belajar mengemudi, maka lingkungan mereka semakin luas, begitu

pula dengan kemungkinan cedera. Pengemudi yang berusia muda harus diajarkan dan

diharapkan mematuhi peraturan tentang penggunan mobil. Tidak menggunakan sabuk

pengaman merupakan faktor risiko cedera yang utama. Banyak negara bagian memiliki

hukum yang mengharuskan penggunaan sabuk pengaman. Peraturan umu meliputi

penggunaan sabuk pengaman yang tepat, tidak mengkonsumsi alkohol, tidak

mengendarai saat pengemudi berada di bawah pengaruh alkohol atau obat-obatan, dan

ingin mengejar waktu untuk segera sampai di rumah.

12

Page 13: Makalah p.sas Keamanan

Karena masa remaja adalah masa ketika terjadi perkembangan karakteristik fisik seksual

yang matang, maka remaja dapat mulai mempunyai hubungan fisik dengan orang lain.

Mereka memerlukan petunjuk yang benar dan tepat tentang penundaan dan/ atau praktik

seksual yang aman dan pencegahan kehamilan.

Masalah yang sedang muncul pada populasi remaja dan dewasa muda adalah

kekerasan. Pada tahun 1991, hampir setengah dari korban pembunuhan di Amerika

Orang Dewasa. Aancaman terhadap keamanan orang dewasa biasanya berhubungan

dengan kebiasaan gaya hidup. Contohnya,klien yang menggunakan alkoholn secara

berlebihan lebih besar beresiko mengalami kecelakaan kendaraan bermotor. Perokok

jangka panjang lebih besar beresiko mengalami penyakit kardiovaskular dan paru-paru

akibat inhalasi ke dalam paru-paru dan efek nikotin pada system sirkulasi. Begitu pula

orang dewasa yang mengalami tingkat strees yang tinggi mempunyai lebih besar

kemungkinan mengalami kecelakaan atau penyakit misalnya sakit kepala,gangguan

saluran cerna dan infeksi.

Lansia. Perubahan fisiologis yang terjadi selama proses penuaan meningkatkan resiko

klien untuk jatuh dan mengalami jenis kecelakaan lain seperti luka baker dan kecelakaan

mobil. Klien lansia mengalami kemungkinan jatuh di kamar tidur lebih besar,kamar

mandi,dan dapur,dan kemungkinan jatuh di luar rumah yang disebabkan oleh trotoar

yang tertutupi oleh es atau penghalang di kebun. Peristiwa jatuh paling sering terjadi pada

saat pindah dari tempat tidur,bangku,dan toilet;tersandung pinggiran karpet atau

pintu;terpeleset pada permukaan basah;dan turun tangga (Tideiskaar,1989).

Faktor Resiko yang Lain.Faktor resiko lain termasuk gaya hidup,mobilisasi,kerusakan

sensorik,dan kesadaran terhadap keamanan.

Gaya Hidup. Gaya hidup meningkatkan resiko keamanan. Orang yang beresiko cedera

yang lebih besar adalah mereka yang menjalankan atau mengemidikan mesin saat berada

di bawah pengaruh substansi kimia,mengerjakan pekerjaan yang berbahaya,dan orang

yang suka mengambil resiko. Selain itu,orang yang mengalami

strees,lemas,kelemahan,atau menarik diri dari penggunaan alcohol atau obat-obatan,atau

13

Page 14: Makalah p.sas Keamanan

mereka yang mengkonsumsi obat yang di resepkan mungkin lebih cenderung mengalami

kecelakaan.karena factor-faktor ini,maka klien mungkin sangat memperhatikan potensial

sumber kecelakaan seperti tangga yang rapuh atau tanda berhenti.

Mobilisasi. Perubahan mobilisasi akibat kelemahan,kelumpuhan,dan koordinasi atau

keseimbangan yang buruk merupakan factor utama yangmenyebabkan klien jatuh.

Imobilisasi menyebabkan bertambahnya bahaya fisiologis dan emosional bagi klien,yang

nantinya akan menyababkan pembatasan mobilisasi dan kemandirian yang lebih lanjut.

Kerusakan Sensorik. Klien yang mengalami gangguan visual, pendengaran, atau

komunikasi, seperti afasia dan hambatan bahasa, lebih beresiko cedera dikomunitas. Lien

seperti itu tidak mampu merasakan bahaya yang tidak mampu terjadi dan tidak mampu

mengungkapkan kebutuhan mereka untuk mendapatkan bantuan ( lihat bab 39 ).

Kesadaran terhadap keamanan. Beberapa klien tindakan pencegahan untuk keamanan,

mislanya menyimpan obat – obatan jauh dari jangkauan anak – anak atau membaca

tanggal kadaluarsa pada bahan makanan. Pengkajian keperawatan lengkap yang

mencangkup inspeksi rumah harus dapat membantu perawat mengidentifikasi tingkat

pengetahuan klien tentang keamanan rumah sehingga berbagai kekurangan yang ada

dapat diperbaiki dalam rencana keperawatan individu. (Potter & Perry, 2005).

2.3 Lembaga Pelayanan Kesehatan

Jenis dasar resiko terhadap keamanan klien didalam lingkungan pelayanan

kesehatan adalah jatuh, kecelakaan yang disebabkan klien, kecelakaan yang disebabkan

prosedur, dan kecelakaan yang disebabkan penggunaan alat. Perawat harus mengkaji

keempat jenis masalah yang potensial ini, dan mempertimbangkan tingkat perkembangan

klien, mengambil langkah pencegahan atau meminimalkan kecelakaan di lembaga

tersebut.

Kecelakaan yang terjadi harus ditulus dalam laporan kejadian, yaitu dokumen

rahasia yang memberikan gambaran lengkap tentang kecelakaan klien yang terjadi di

14

Page 15: Makalah p.sas Keamanan

lembaga pelayanan kesehatan. Laporan tersebut mencatat kecelakaan yang terjadi,

pengkajian klien, dan intervensi yang diberikan untuk klien. Selain melengkapi laporan

kejadian, perawat harus mencatat kecelakaan tersebut dalam rekam medis klien.

jatuh . jatuh merupakan 90% jenis kecelakaan yang dilaporkan dari seluruh

kecelakaan yang terjadi di rimah sakit. Risiko jatuh lebih besar dialami oleh klien lansia.

Selain usia, riwayat jatuh terdahulu, masalah pada sikap berjalan dan mobilisasi,hipotensi

postural, perubahan sensorik, disfungsi saluran dan kandung kemih, dan beberapa

kategoridiagnosa medis tertentu seperti kanker, penyakit kardivaskuler, neurologi,

serebrovaskulerdapat meningkatkan risiko.penggunaan obat-obatan dan interaksimobat

juga menyebabkan jatuh (brady dan chester, 1993).

Kecelakaan yang disebabkan klien. Kecelakaan yang disebabkan klien adalah

kecelakaan selain jatuh dimana klien menjadi factor penyebab yang utama. Contoh

kecelakaan yang disebabkan klien antara lain luka, cidera, dan luka bakar yang

disebabkan diri sendiri; menelan atau menyuntikkan substabsi asing; memotong atau

membakar diri; dan jari yang terjepit pada laci atau pintu.

Kecelakaan yang disebabbkan klien dapat terjadi akibat kejang. Kejang ditandai

dengan tangisan , hilangnya kesadaran dengan gerakan ke atas, tonik(kaku), dan

klonik(menghentak). Klien mungkin mengalami nafas dangkal, sianosis dan kehilangan

control berkemih dan devikasi. Setelah mengalami kejang , klien akan memasuki tahap

postiktal, yaitu klien mengalami amnesia, binging dan tertidur lelap(seizure recognition

and observation, 1992). Sebelum episode kejang beberapa klien mungkin melaporkan

adanya aura, yaitu peringatan atau perasaan akan mengalami kejang. Aura mungkin

berupa cahaya yang sangat terang, bau atau rasa(shatz dan spitz, 1993). Kejang yang

berakhir lebih 5 menit atau yang diikuti kejang berulang yang cepat disebut status

epileptikus. Kondisi ini merupakan kondisi kegawatan medis dan memerlukan

pengawasan dan tindakan pengobatan yang intensif.

Cedera yang berarti pada rongga mulut klien jarang ditemukan, walaupun dalam

masa kejang paling berat(ellis, 1993).cedera dapat terjadi akibat tekanansuatu benda

kedalam mulut dan akibat gigi yang menggigit benda keras. Benda yang lunak mungkin

akan pecah di dalam mulut selama kejang dan dapat teraspirasi. Oleh kerena itu, the

epilepsy foundation of America(yayasan epilepsy amerika), dalam rekomendasinya untuk

15

Page 16: Makalah p.sas Keamanan

pertolongan pertama dalam kejang, antara lain menghindari pemasukan benda ke dalam

mulut(seizure recognition and observation, 1992).klien yang mengalami kejang tidak

perlu diikat, tetepi harus diberi kewaspadaan kejang dan perlu dilindungi secara adekuat

dari cedera traumatic.

Kecelakaan yang disebabkan prosedur. Kecelakaan yang disebabkan prosedur

terjadiselama terapi. Hal ini meliputi kesalahan pemberian medikasi dan cairan,

penggunaan peralatan eksternal yang tidak tepat, dan kecelakaan karena cara pelaksanaan

prosedur yang tidak tepat, seperti saat mengganti balutan.

mengikuti prosedur pemberian obat secara tepat akan mencegah terjadinya kesalahan

obat. Pemberian cauran intravena(IV) yang tepat akan mencegah terjadinya kelebihan

atau deficit cairan.potensial terjadinya infeksi akan berkurang bila teknik aseptic

diginakan saat menggantibalutan steril atau saat melakukan prosedur invasive, seperti

saat memasangkateter foley. Akhirnya, penggunaan mekanika tubuh dan

teknikpemindahan pasien yang benar akan mengurangi risiko cidera saat menggerakkan

dan mengangkat klien.

Kecelakaan yang disebabkan peralatan . kecelakaan yang disebabkan peralatan

terjadi karena alat yang digunakan tidak berfungsi, rusak, atau salah digunakan, atau

disebabkan karena bahaya akibat listrik. Untuk menghindari terjadinya cidera, perawat

tidak boleh menjalankan peralatan monitor atau terapi tanpa petunjuk.

Sebuah daftar pemeriksaan harus digunakan untuk mengkaji bahaya listrik yang

mungkin terjadi untuk mengurangi risiko kebakaran akibat listrik, kematian akibat

tersengat listrik, atau cidera Karena peralatan yang rusak. Pada tempat pelayanan

kesehatan, staf engineering melakukan pemeriksaan keamanan alat secara teratur. (Potter

& Perry, 2005).

B. Diagnosa Keperawatan

Pengkajian menunjukkan pengelompokan data yang mengindikasikan klien mempunyai

resiko keamanan yang actual atau potensial. Ketika mengembangkan suatu pernyataan

diaknosa keperawatan, perawat harus memastikan bahwa batasan karakteristik tertentu

yang tepat dalam data dasar pengajian (Potter & Perry, 2005).

16

Page 17: Makalah p.sas Keamanan

C. Perencanaan

Perawat merencanakan intervensi terapeutik untuk klien dengan resiko tinggi ataunaktual

mengalami gangguan keamanan. Tujuan keseluruhan untuk klien yang mengalami

ancaman keamanan adalah klien terbebas cedera. Perawat merencanakan intervensi yang

individual dengan berdasarkan pada beratnya resiko yang dihadapi klien, tahap

perkembangan, status kesehatan, dan gaya hidup klien. Intervensi keperawatan dirancang

untuk memeberikan perawatan yang aman dan efisien. Berikut ini adalah tujuan potensial

yang berfokus pada kebutuhan klien terhadap keamanan :

a) Bahaya yang dapat dimodifikasi dalam lingkungan rumah akan berkurang.

b) Klien akan menggunakan obat – obatan dan peralatan dengan benar dan

melakukan tindakan pengobatan.

c) Klien mengidentifikasi dan menghindari resiko yang mungkin dialami

dalam komunitas.

Penting memperhatikan kondisi rumah klien ketika merencanakan terapi untuk

mempertahankan atau meningkatkan tingkat keamanan klien. Perencanaan keperawatan

juga melibatkan pemahaman kebutuhan klien untuk mempertahankan kemandiriannya.

Perawat dank lien bekerjasama dalam membuat cara mmepertahankan keterlibatan klien

dalam menciptakan lingkungan yang aman dirumah sakit dan di rumah. Pendidikan klien

dan keluarga merupakan intervensi keperawatan utama untuk menurunkan kecelakaan.

(Potter & Perry, 2005).

D. Implementasi

Inervensi keperawatan ditujukan untuk meningkatkan dan mempertahankan keamanan

klien. Karena sebagian besar tindakan keperawatan dapat diterapkan pada semua

lingkunagn, maka intervensi tersebutharus terdiri dari dua bagian, yaitu : pertimbangan

tahap perkembangn dan perlindungan lingkungan. Kategori pertama dari intervensi

mencakup intervensi yang spesifik untuk mengurangi resiko pada tiap kelompok

perkembangan usia. Intervensi lingkungan bertujuan untuk memodifikasi linkungan

sehingga dapat mengeliminasi atau meminimalkan bahaya yang ada atau berpotensial

(Potter & Perry, 2005)

17

Page 18: Makalah p.sas Keamanan

a. Pertimbangan Tahap Perkembangan

Bayi, toddler, dan Anak Usia Prasekolah. Bayi, toddler sangat bergantung pada

orang dewasa untuk melindungi diri mereka dari cedera. Anak yang tumbuh mempunyai

rasa ingin tahu dan sepenuhnya percaya pada lingkungan mereka dan tida merasa sedang

berada dalam bahaya.

Perawat berfungsi untuk mendidik orang tua atau wali tentang cara mengurangi

resiko cedera pada anak-anak yang masih kecil. Perawat yang bekerja di klinik prenatal

dapat dengan mudah menggabungkan intervensi keamanan ke dalam rencana perawatan

keluarga menunggu kelahiran bayinya. Perawat kesehatan komunitas melakukan

pengkajian rumah dan menunjukkan kepada orang tua cara meningkatkan keamanan

dirumah mereka.

Anak Usia-Sekolah. Anak usia sekolah sedang mengalami peningkatan dalam

mengeksporasi lingkungan. Mereka memiliki teman diluar lingkungan rumah, dan

menjadi lebih aktif dalam kegiatan sekolah, keagamaan, dan masyarakat. Anak usia-

sekolah memerlukan pengajaran yang spesifik tentang keamanan di sekolah dan tempat

bermain. Bebrapa intervensi keperawatan membantu member keamanan pada anak usia-

sekolah.

Remaja. Resiko keamanan pada remaja melibatkanbanyak factor yang ada diuar

lingkungan rumah. Orang dewasa berfungsi sebagai contoh peran bagi remaja, dan

melalui contoh dan pendidikan yang diberikan, dapat membantu para remaja untuk

meminimalkan resiko terhadap keamanan mereka. Kelompok usia ini mempunyai angka

kejadian bunuh diri yang tinggi yang disebabkan karena perasaan harga diri yang rendah

dan keputusasaan. Perwat harus menyadari resiko yang mungkin terjadi pada masa

remaja ini dan disiapkan untuk mengajarkan berbagai tindakan pencegahan kecelakaan

dan cedera kepada remaja dan orang tuanya.

Dewasa. Resiko yang dihadapi oleh orang dewasa muda dan usia baya biasanya

disebabkan oleh factor gaya hidup pengasuhan anak, keadaan stress yang tinggi, nutrisi

yang tidak adekuat, komsumsi alcohol yang berlebihan, dan penyalah gunaan obat-

18

Page 19: Makalah p.sas Keamanan

obatan. Orang dewasa perlu diajarkan bahwa keamanan mereka terancam dan

menyebabkan gaya hidup mereka perlu dimodifikasi. (Potter & Perry, 2005).

Pusat manajemen-stres dan aktivitas peningkatan kesehatan telah digabungkan ke

dalam program pelayanan komunitas dan rumah sakit

Selain itu, pusat kesehatan di perumahan, klinik komunitas, dan klinik rawat jalan

telah dilengkapi dengan peralatan yang berfungsi untuk membantu oramg dewasa

memodifikasi kebiasaan gaya hidup(mis. Merokok, makan yang berlibihan, kurang

olahraga, dan alkoholisme) yang menyebabkan risiko pada kesehatan.

Lansia. Interfensi keperawatan lansia dirancang untuk mengurangi risiko jatuh

dan kecelakaan yang lain dan mengimbangi perubahn fisiologis akibat proses

penuaan(lihat table 36-2 dan kotak di hlm.1171).

Lansia mempunyai kemungkinan mengalami kecelakaaan bermotor yang lebih

besar dikarenakan tiga macam perubahan fisiologis yang spesifik.Pertama, perubahan

pada ketajaman penglihata dan persepsi kedalaman menyebabkan klien tidak mampu

mengobservasi situasi dengan cepat sehingga terjadi kecelakaan. Kedua,penirunan

ketajaman pendengaran kemampuan lansia mendengar sirine kendaraan gawat darurat

atau klakson dari mobil atau truk lain. Ketiga, penurunan respons system saraf,sehingga

lansia tidak bereaksi cepat untuk menghindari kecelakaan (Ebersolaand Hess,1994).

Kecelakaan pada pejalan kaki pada lansia dan kelompok usia lain dapat dikurangi

dengan cara mengnjurkan masyarakat untuk memakai alat reflector pada pakaian ketika

berjalan di malam hari,tetap berdiri di trotoar dan tidak berdiri di jalan saat menunggu

giliran menyebrang jalan,selalu menyebrang di sudut jalan dan tidak menyebrang di

tengah-tengah blok (terutamajika menyebrangi jalanan besar), menyebrang jalan sesuai

dengan lampu lalu-lintas dan tidak berlawanan dengan lampu tersebut, dan melihat kekiri

dan kanan, dan ke arah kiri lagi sebelum mereka menyebrang jalan atau berjalan di

trotoar.

Luka bakar dan luka terkena air yang mendidih juga lebih mudah terjadi pada lansia,

dengan peningkatan risiko karena beberapa factor. Lansia mungkin lupa dan

meninggalkan air panas tetap di atas kompor atau mereka bingung saat memutar tombol

pada kompor. Tindakan keperawatan untuk mencegah terjadinya luka bakar di rancang

19

Page 20: Makalah p.sas Keamanan

untuk meminimalkan risiko akibat perubahan penglihatan dan pendengaran. (Potter &

Perry, 2005).

b. Pertimbangan Lingkungan

Tindakan Pencegahan Umum. Perawat dapat menyediakan lingkungan yang lebih

aman dengan cara membantu klien memenuhi kebutuhan fisiologis dan psikososial dasar.

Untuk mencegah infeksi,perawat menggunakan tindakan aseptik. Medis yang aseptic,

termasuk mencuci tangan dan kebersihan lingkungan, akan mengurangi perpindahan

organisme. Bedah yang aseptic, atau teknik steril, memberikan lingkungan yang bebas

dari spora. Orang tua bayi harus diajarkan tentang pentingnya pemberian imunisasi pada

anak. Seluruh klien harus menerima imunisasi sesuai jadwal(lihat bab28). Di rumah,

kesadaran terhadap metode penanangan makanan membantu mengurangi risiko

penyebaran mikroorganisme melaui kontaminasi makanan.

Perhatian Keamanan yang Spesifik. Perhatian keamanan yang spesifik antara

lain jatuh, kebakaran, keracunan, bahaya listrik, dan radiasi.

Jatuh. Berbagai modifikasi dalam lingkungan pelayanan kesehatan dengan

mudah mengurangi risiko jatuh. (Potter & Perry, 2005).

PRINSIP GERONTOLOGIS

untuk Pencegahan Kecelakaan

Lansia mengalami perubahan penglihatan dan pendengaran. Perawat harus

mendorong klien untuk melakukan pemeriksaan penglihatan dan pendengaran tiap tahun

sebagai salah satu mencegah terjadinya jatuh, luka bakar, dan kecelakaaan mobil.

Rentang gerak,fleksibilitas, dan kekuatan otot menurun. Perawat harus mengajarkan klien

lansia mencari bantuan untuk mengerjakan tugas rumah tangga yang diperlukan dan

menyimpan benda dalam jangkauan yang mudah.

Refleks menjadi lambat dan kemampuan berespons terhadap rangsang yang multiple

akan berkurang. Perawat harus memberikan rangsangan yang berarti dan adekuat, tetapi

mencegah kelebihan beban sensorik pada klien lansia.

20

Page 21: Makalah p.sas Keamanan

Nokturia dan inkontensia sering terjadi pada lansia. Perawat harus mengimplementasi

menjadwal toilet dan membantu klien untuk mematuhinya. Pada malam hari,

pencahayaan harus adekuat untuk klien yang perlu ke kamar mandi dan bantuan harus

diberikan pada mereka . Berikan diuretic pada pagi hari.

Pegangan yang aman di toilet, kunci pada tempat tidur dan kursi roda, dan bel

pemanggil merupakan beberapa bentuk keamanan yang ditemukan dalam pelayanan

kesehatan(gambar 36-37 dan 36-38). Tindakan keperawatan diimplementasi untuk

mencegah jatuh tercantum dalam kotak di bawah, bagian kiri. Selain itu, penelitian telah

menunjukkan apabila kebutuhan klien terpenuhi maka akan menurunkan insiden

jatuh(lihat kotak di bawah, bagian kanan).

Klien yang mengalami kejang mempunyai risiko cedera akibat jatuh. Prosedur 36-

1 menggambarkan inervensi keperawatan ketika merawat klien yang mengalami kejang.

Pagar Tempat Tidur. Bab 37 mendiskusikan fungsi pagar tempat tidur sebagai alat

untuk meningkatkan mobilisasi dan stabilisasi klien ketika berada di tempat tidur atau

ketika berpindah dari tempat tidur ke kursi. Sisi pembatas tempat tidur juga mencegah

klien yang tidak sadar jatuh dari tempat tidur atau dari brankar. Tetapi, penggunaan sisi

pembatas tempat tidur untuk klien yang disorientasi menyebabkan kebingungan yang

lebih besar dan cidera yang lebih berat. Srringkali pada klien bingung yang memutuskan

untuk keluar dari tempat tidur, mencoba menaiki sisi pembatas tempat tidur atau ujung

kaki tempat tidur. Bviasanya semua usaha tersebut menyebabkan klien jatuh. Jika

mengguankan sisi pembatas, maka tempat tidur harus d atur pada posisi yang serendah

mungkin. (Potter & Perry, 2005).

21

Page 22: Makalah p.sas Keamanan

Tindakan untuk

Mencegah Jatuh

di Lembaga Pelayanan Kesehatan

Orientasikan klien terhadap lingkungan fisik sekitarnya.

Jelaskan penggunaan system bel pemanggil

Kaji risiko klien untuk jatuh.

Tempatkan klien yang berisiko jatuh pada ruangan yang dekat dengan ruang perawat.

Ingatkan seluruh petugas terhadap risiko klien untuk jatuh.

Intruksikan klien dan keluarga untuk mencari bantuan bila klien bangun dari tempat tidur.

Jawablah panggilan bel klien dengan tepat.

Jaga agar tempat tidur klien tetap berada pada posisi rendah dengan sisi pembatas tempat

tidur yang terpasang jika diperlukan.

Jaga barang-barang pribadi tetap berada dalam jangkaun klien.

Kurangi kekacauan pada kamar klien.

Kunci seluruh tempat tidur, kursi roda, dan brankar.

Pertahankan jadwal toilet klien selama satu hari.

Observasi klien secara teratur, orientasikan kembali bila perlu.

Restrein . pada beberapa kasus yang luar biasa klien yang berisiko cedera perlu di

restrein. Restrein ialah salah satu dari sekian banyak peralatan yang digunakan untuk

membatasi mobilasi klien. Restein fisik adalah metode manual atau peralatan mekanik,

bahan atau perlengkapan yang bersentuhan atau berdekatan dengan tubuh klien sehingga

klien tidak dapat bberpindah dengan mudah dan membatasi untuk bergerak atau

menyentuh tubuh seseorang. The Omnibus Budget Reconciliation Act (OBRA) tahun

1987 mendefinisakn hak hak dan piloiha klien untuk menggunakan restrein. Dibawah

pedoman ini , alas an mengguankan restrein fisik telah menjadi bagian dari tindakan

pengobatan klien, seluruh intervensi yang membutuhkan pembatasan minimal harus

dicoba terlebih dahulu, disiplin ilmu yang harus digunakan, dan dokumentasi yang harus

tersedia (Health Care Financing Administration, 1990)

22

Page 23: Makalah p.sas Keamanan

Restrein tidak mencegah klien jatuh atau cidera. Bahkan bukti menunjukan bahwa

klien akan mengalami cedera yang lebih sedikit jika tidak di lakukan restrein. Telah

dilaporkan bahwa perlengkapan seperti sabuk pengikat, jaket pengikat, dan alat restrein

extermitas digunakan untuk sekitar 500.000 warga Amerika setiap hari (Weick, 1992).

Angka ini merupakan peringatan statistic, dengan mempertimbangkan bahwa restrein

menyebabkan berbagai komplikasi. Hamper seluruh jenis restreinmempunyai implikasi

terhadap kematian klien, sebagian besar karena asfiksia yang disebabkan penguna rompi

atau jaket pengikat (Weick, 1992). The Food and Drug Administration (Badan

Administrasi Makanan dan Obat-obatan), yang mengatur pengikatan sebagai peralatan

medis dan mengharuskan pabrik pembuat alat tersebut mencamtumkan label”harus sesuai

dengan resep dokter” memperkirakan bahwa setaip tahun telah terjadi ratusan cedera

akibat rstrein, dengan sedikitnya 100 kematian yang terjadi di rumah perawatan, rumah

sakit, dan rumah sendiri (Lambert, 1992). Selainitu, Immobilisasi yang dilakukan dengan

cara mengikat klien menyebabkan pembentukan dekubitus, pneumonia, hipostatik,

konstipasi, inkontenesia urin dan feses, dan retensi urine. Kontraktur, kerusakan saraf,

dan perubahan sirkulasi juga menjadi bahaya yang potensial. Kehilangan harga diri,

malu, takut dan marah juga dapat terjadi. Oleh karena itu perawat mempunyai tanggung

jawab untuk menggunakan seluruh alternative lain sebelum sampai pada keputusan

untuk mengikat klien. (Weick,1992).

c. Menciptakan lingkungan bebas restrein.

Perawat mempunyai kewajiban untuk mengkaji klien dan merencanakan

kebutuhan mereka secara hati hati tanpa mengunakan restrein. Salah satu peralatan yang

digunakan untuk mengguanakn penggunaan restrein sama seperti jumlah kejadian jatuh

dalam lembaga pekayanan kesehatan adalah ABULARM. Alat ini, yang aman digunakan

untuk bagian paha klien, akan mengeluarkan bunyi jika kaki klien terangkat 450 dari

tempat tidur, misalnya saaat kaki klien melewati pagar tempat tidur.

Apabila perlu dilakukan restrein, maka order dokter harus menentukan jenus

restrein, prilaku klien yang spesifik hingga perlu di gunakan restrein, dan batas waktu

restrein. Order ini harus di perbarui dalam waktu tertentu sesuai dengan kebijakan

lembaga. Order restrei tidak di berikan dengan cara PRN (“tidak diperlukan”). Alas an

23

Page 24: Makalah p.sas Keamanan

dilakukan restrein harus diberikan kepada klien dan keluarga, dan dapat memungkinkan

harus ada izin dari mereka.pengkajian klien yang sedang di ikat harus di lakukan terus

menerus. Dokumentasi yang tepat antara lain mencakup prilaku yang membuat klien

perlu di ikat, prosedur yang digunakan dalam tindakan restrein, dan evaluasi respon klien

perlu dilakukan. Klien juga harus diberikan suatu “ percobaan pelepasan ikatan”. Ikatan

pada klien secara teratur harus dilepaskan dan perawat mangkaji kondisi klien untuk

menentukan apakah pengikatan masih tetap di perlukan.

Kebakaran. Rumah dan rumah sakit selalu berasa salam resiko terjadi kebakaran.

Kebakaran di rumah biasanya di sebabkan karena meroko di tempat tidur, mematikan

rokok di tempat pembuangan sampah, kebakaran akibat minyak, atau kebakaran akibat

listrik yang di akibatkan oleh kabel atau alt alat lisrik yang rusak. Kebakaran yang terjadi

pada keluarga biasanya disebabkan karena listrik atau anestetik.

Intervensi yang digambarkan disini ditujukan untuk kebakaran yang terjadi pada lembaga

pelayanan kebakaran di rumah. Rumah harus di lengkapi dengan alarm. (Potter & Perry,

2005).

E. Evaluasi

Rencana perawatan, yang dirancang untuk mengurangi resiko cedera pada klien,

Di evaluasi dengan cara membandingkan criteria hasil dengan tujuan yang ditetapkan

selama tahap perencanaan. Jika tujuan telah dicapai, maka interpensi keperawatan

dianggap efektif dan tepat. Jika tidak tercapai, maka perawat harus menentukan apakah

ada resiko baru yang berkembang pada klien atau apakah resiko sebelumnya tetap ada.

Klien dan keluarga harus berpartisipasiuntuk menentukan cara permanen untuk

mengurangi resiko yang mengancam keamanan. Perawat mengkaji kebutuhan klien dan

keluarga secara terus menerus untuk menentukan pelayanan dukungan tambahan seperti

perawatan dirumah, terapi fisik, konseling, dan pendidikan lanjutan.

Lingkungan yang aman berperan penting dalam meningkatkan, mempertahankan

dan memulihkan kesehatan. Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat

mengkaji klien dan lingkungannya untuk menentukan factor resiko cedera,

menegelompokkan factor – factor resiko tersebut, membuat diagnosa keperawatan dan

merencanakan intervensi yang spesifik, termasuk pendidikan kesehatan klien. Hasil yang

24

Page 25: Makalah p.sas Keamanan

diharapkan meliputi lingkungan fisik yang aman, pengetahuan klien tentang factor –

fakto yang menunjang keamanan, tindakan pencegahan dank lien terbebas dari cedera.

(Potter & Perry, 2005).

2.4 Hukum Terhadap Pasien Sebagai Konsumen Jasa Dalam Pelayanan Medis

A. Hak Dan Kewajiban Pasien Sebagai Konsumen

Pada hakekatnya, terdapat dua instrumen hukum penting yang menjadi landasan

kebijakan perlindungan konsumen di Indonesia, yakni:

Pertama, Undang-Undang Dasar 1945, sebagai sumber dari segala sumber hukum

di Indonesia, mengamanatkan bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk

mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Tujuan pembangunan nasional diwujudkan

melalui sistem pembangunan ekonomi yang demokratis sehingga mampu menumbuhkan

dan mengembangkan dunia yang memproduksi barang dan jasa yang layak dikonsumsi

oleh masyarakat. Kedua, Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen (UUPK). Lahirnya Undang-undang ini memberikan harapan bagi masyarakat

Indonesia, untuk memperoleh perlindungan atas kerugian yang diderita atas transaksi

suatu barang dan jasa. UUPK menjamin adanya kepastian hukum bagi konsumen.

Sesuai dengan pasal 3 Undang-undang Perlindungan Konsumen, tujuan dari

Perlindungan Konsumen adalah :

1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk

melindungi diri

2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari

ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa,

3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan

menuntut hak-haknya sebagai konsumen,

4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian

hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi,

25

Page 26: Makalah p.sas Keamanan

5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan

konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggungjawab dalam

berusaha,

6. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha

produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan dan

keselamatan konsumen.

Pada dasarnya Undang-undang Perlindungan Konsumen memiliki Azas Perlindungan

Konsumen, yaitu :

1. Asas Manfaat; mengamanatkan bahwa segala upaya dalam penyelenggaraan

perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi

kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan,

2. Asas Keadilan; partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara maksimal dan

memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh

haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil,

3. Asas Keseimbangan; memberikan keseimbangan antara kepentingan konsumen,

pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti materiil ataupun spiritual,

4. Asas Keamanan dan Keselamatan Konsumen; memberikan jaminan atas

keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalarn penggunaan, pemakaian dan

pemanfaatan barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan;

5. Asas Kepastian Hukum; baik pelaku usaha maupun konsumen mentaati hukum

dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta

negara menjamin kepastian hukum.

Mengenai hak-hak konsumen diatur dalam Undang – Undang Perlindungan

Konsumen , pasal 4 menyebutkan , diantaranya:

a) hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkomsumsi

barang dan / atau jasa

b) hak untuk memilih barang dan / atau jasa serta mendapatkan barang dan / atau

jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang

26

Page 27: Makalah p.sas Keamanan

dijanjikan; hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi

dan jaminan barang dan / atau jasa;

c) hak untuk di dengar pendapat dan keluhannya atas barang dan / atau jasa yang

digunakan;

d) hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian

sengketa perlindungan konsumen secara patut;

e) hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

f) hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

g) hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi, dan / atau penggantian,

apabila barang dan / atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian

atau tidak sebagaimana mestinya;

h) hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya

Dari sembilan butir hak konsumen yang diatas, terlihat bahwa masalah

kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen merupakan hal yang paling pokok

dan utama dalam perlindungann konsumen. Barang dan / atau jasa yang penggunaannya

tidak memberikan kenyamanan, terlebih lagi yang tidak aman atau membahayakan

keselamatan konsumen jelas tidak layak untuk diedarkan dalam masyarakat. Selanjutnya,

untuk menjamin bahwa suatu barang dan / atau jasa dalam penggunaannya akan nyaman,

aman maupun tidak membahayakan konsumen penggunanya, maka konsumen diberikan

hak untuk memilih barang dan /jasa yang dikehendakinya berdasarkan atas keterbukaan

informasi yang benar, jelas, dan jujur. Jika terdapat penyimpangan yang merugikan,

konsumen berhak untuk didengar, memperoleh advokasi, pembinaan, perlakuan yang

adil, konpensasi sampai ganti rugi.( Wila Chandrawila Supriadi, 2001)

B. Perlindungan Hukum Bagi Pasien Sebagai Konsumen Pelayanan Jasa Pelayanan

Di Bidang Medis

Mengenai perlindungan hukum terhadap pasien sebagai konsumen di bidang

medis sudah ada ketentuan yang mengatur. Pada dasarnya ketentuan yang mengatur

perlindungan hukum bagi konsumen dapat dijumpai pasal 1365 KUH Perdata yang

berisikan ketentuan antara lain sebagai berikut: “Tiap perbuatan melawan hukum,

27

Page 28: Makalah p.sas Keamanan

yang membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena

salahnya menerbitkan kerugian tersebut”.

Di dalam UU RI No. 23 / 1992 tentang kesehatan disebutkan juga

perlindungan terhadap pasien, yaitu pasal 55 yang berisikan ketentuan antara lain

sebagai berikut :

1. Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang

dilakukan tenaga kesehatan,

2. Ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pemberian hak atas ganti rugi merupakan suatu upaya untuk memberikan

perlindungan bagi setiap orang atas suatu akibat yang timbul, baik fisik maupun non

fisik karena kesalahan atau kelalaian tenaga kesehatan. Perlindungan ini sangat

penting karena akibat kelalaian atau kesalahan itu mungkin dapat menyebabkan

kematian atau menimbulkan cacat yang permanen.

Yang dimaksud dengan kerugian fisik adalah hilangnya atau tidak berfungsinya

seluruh atau sebagian organ tubuh, sedangkan kerugian non fisik berkaitan dengan

martabat seseorang.

Jika seseorang merasa dirugikan oleh warga masyarakat lain, tentu ia akan menggugat

pihak lain itu agar bertanggung jawab secara hukum atas perbuatannya. Dalam hal ini

diantara mereka mungkin saja sudah terdapat hubungan hukum berupa perjanjian di

lapangan hukum keperdataan, tetapi dapat pula sebaliknya, sama sekali tidak ada

hubungan hukum demikian.

Jika seseorang sebagai konsumen melakukan hubungan hukum dengan pihak lain,

dan pihak lain itu melanggar perjanjian yang disepakati bersama, maka konsumen

berhak menggugat lawannya berdasarkan dalih melakukan wanprestasi (cedera janji).

Apabila sebelumnya tidak ada perjanjian, konsumen tetap saja memiliki hak untuk

menuntut secara perdata, yakni melalui ketentuan perbuatan melawan hukum.

28

Page 29: Makalah p.sas Keamanan

Dari ketentuan tersebut diberikan kesempatan untuk menggugat sepanjang terpenuhi

empat unsur, yaitu terjadi perbuatan melawan hukum, ada kesalahan (yang dilakukan

pihak lain atau tergugat), ada kerugian (yang diderita si penggugat) dan ada hubungan

kausal antara kesalahan dengan kerugian itu.

Apabila terdapat kesalahan / kelalaian dari tindakan medik yang dilakukan

oleh tenaga medis ( dokter, perawat atau asisten lainnya ), dalam hal ini dari pihak

konsumen yang menderita kerugian dapat menuntut ganti rugi.

Dari kerugian yang di alami oleh konsumen, dalam hal ini mungkin tidak sedikit atau

bisa juga dari kerugian tersebut berakibat kurang baik bagi konsumen. Seseorang

dapat dimintakan tanggung jawab hukumnya (liable), kalau dia melakukan kelalaian /

kesalahan dan kesalahan / kelalaian itu menimbulkan kerugian. Orang yang menderita

kerugian akibat kelalaian / kesalahan orang itu, berhak untuk menggugat ganti rugi.

Begitu pula terhadap kerugian yang dialami pasien dalam pelayanan medis, pasien

dalam hal ini dapat menuntut ganti rugi atas kesalahan ataupun kelalaian dokter

ataupun tenaga medis lainnya. (Wila Chandrawila Supriadi,2001)

C. Dasar Penuntutan Ganti Rugi Terhadap Pasien Sebagai Konsumen Jasa Pelayanan

Jasa Di Bidang Medis

Mengenai tuntutan ganti kerugian secara perdata menurut pasal 1365 KUH

Perdata, pelaku harus mengganti kerugian sepenuhnya.6 Akan tetapi terdapat juga

suatu ketentuan hukum yang menentukan bahwa apabila kerugian ditimbulkan karena

kesalahan sendiri, ia harus menanggung kerugian tersebut. Dari rumusan tersebut

dapat disimpulkan bahwa pihak yang dirugikan cukup membuktikan bahwa kerugian

yang diderita adalah akibat perbuatan pelaku.

Dasar tuntutan dari pihak pasien (konsumen) dapat dilihat dalam UU No. 23

Tahun 1992 tentang kesehatan yaitu pasal 55. Dari ketentuan pasal tesebut maka dari

pihak paramedis diharuskan berhati hati di dalam melakukan tindakan medis yang

mana dari pihak pasien mempercayakan sepenuhnya akan tindakan tersebut.

29

Page 30: Makalah p.sas Keamanan

Dalam konsep dan teori dalam ilmu hukum, perbuatan yang merugikan tersebut dapat

lahir karena :

1. Tidak ditepatinya suatu perjanjian atau kesepakatan yang telah dibuat

(yang pada umumnya dikenal dengan istilah wan-prestasi) ; atau

2. Semata-mata lahir karena suatu perbuatan tersebut (atau yang dikenal

dengan perbuatan melawan hokum.

Dalam perlindungan terhadap pasien sebagai konsumen jasa yang mana

merasa dirugikan oleh dokter ataupun pihak rumah sakit, dan tindakan tersebut

menimbulkan suatu kerugian yang tidak sedikit ataupun dari tindakan tersebut

menimbulkan kematian, maka dalam hal ini si pelanggar hukum masih tetap berwajib

memberi ganti rugi

D. Pihak Yang Bertanggung Jawab Atas Kerugian Terhadap Pasien Sebagai

Konsumen Pelayanan Jasa Di Bidang Medis.

Kasus hukum dalam pelayanan medis umumnya terjadi di rumah sakit dimana

tenaga kesehatan bekerja. Rumah sakit merupakan suatu yang pada pokoknya dapat

dikelompokkan menjadi : pelayanan medis dalam arti luas yang menyangkut kegiatan

promotif, preventif, kuratif ,dan rehabilitative pendidikan dan latihan tenaga medis

penelitian dan pengembangan ilmu kedokteran.

Pertanggung jawaban hukum rumah sakit, dalam hal ini badan hukum yang

memilikinya bisa dituntut atas kerugian yang terjadi, bisa secara :

1. Langsung sebagai pihak, pada suatu perjanjian bila ada wanprestasi,

2. Tidak langsung sebagai majikan bila karyawannya dalam pengertian peraturan

perundang-undangan melakukan perbuatan melanggar hukum.

30

Page 31: Makalah p.sas Keamanan

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa konsep keamanan berperan penting

dalam suatu individu dimana mereka menjaga status fisik, psikososial dan intelektual

dengan cara memenuhi kebutuhan fisiologis, mengurangi penyebaran kuman pathogen,

mengontrol polusi udara dan menjaga risiko ancaman keamanan yang spesidik yang

berhubungan dengan perkembangan usia. Serta hokum yang berhubungan dengan

keamanan pasien adalah sebagai berikut :

1. Bahwa perlindungan hukum terhadap pasien ada, hal ini diatur di dalam UU No.

23/ 1992 Tentang Kesehatan, Peraturan Pemerintah RI No. 32 / 1996 Tentang

Tenaga Kesehatan dan KUH Perdata.

2. Pihak pasien, dapat menuntut ganti rugi terhadap kesalahan / kelalaian tenaga

medis, yang didasarkan ketentuan Pasal 1365-1366 KUH Perdata, Pasal 55 dari

UU No. 23 / 1992 Tentang Kesehatan dan Pasal 23 dari PP RI No. 32 / 1996

Tentang Tenaga Kesehatan.

3. Mengenai siapa yang harus bertanggung jawab terhadap kerugian pasien yaitu

rumah sakit tidak selalu bertanggung jawab jika terjadi kesalahan dari tenaga

kesehatan di Rumah Sakit bersangkutan, karena dari tenaga kesehatan sendiri ada

yang langsung bertangung jawab atas kerugian yang dialami pasien.

31

Page 32: Makalah p.sas Keamanan

DAFTAR PUSTAKA

Perry dan Potter. 2006. Fundamental Keperawatan Volume 2. Jakarta : EGC

Hidayat, Alimul Azis A. S. Kp, dkk. 2005. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta :

EGC

Wila Chandrawila Supriadi /http:www./Wikipedia.com/hukum_perjanjian/CV.

Mandar Maju, 2001

Jusuf Hanafiah & Amir Amri, Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, Cet. III,

Kedokteran EGC, Jakarta 1999

32