MAKALAH promosi kesehatan

21
MAKALAH PROMOSI KESEHATAN Bahaya Penyakit Nematoda Usus Bagi Anak – anak (Lingkungan Kampus) Nama Kelompok II : Helena Warbal Nurhazanah Salam Nurazizah M.Yahya Novita Mansyur Nursa Fitriani Maria Yustina Melanita Kasmanto Tong YAYASAN PENDIDIKAN KARYA ANAK BANGSA (SANDI KARSA)

description

prokes

Transcript of MAKALAH promosi kesehatan

MAKALAHPROMOSI KESEHATANBahaya Penyakit Nematoda Usus Bagi Anak anak(Lingkungan Kampus)

Nama Kelompok II : Helena Warbal Nurhazanah Salam Nurazizah M.Yahya Novita Mansyur Nursa Fitriani Maria Yustina Melanita Kasmanto TongYAYASAN PENDIDIKAN KARYA ANAK BANGSA(SANDI KARSA)JURUSAN ANALIS KESEHATAN2015KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam pelajaran promosi kesehatan kususnya lingkungan kampus dalam profesi analis kesehatan.Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Makassar, Mei 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ....................................................................................................iDaftar Isi .............................................................................................................iiBab I Pendahuluan ..............................................................................................1Latar Belakang ........................................................................................1Rumusan Masalah....................................................................................1Tujuan .....................................................................................................1Bab II Pembahasan .............................................................................................2 Pengertian...............................................................................................2Siklus Hidup ...........................................................................................2Penjegahan .............................................................................................2Promosi Kesehatan .................................................................................2A.Lenfleat ..................................................................................2B.Brosur .....................................................................................2Bab III Penutup ..................................................................................................3Kesimpulan ............................................................................................3Daftar Isi ...........................................................................................................4

BAB I PENDAHULUAN

I. Latar belakang

Pada usus dapat terjadi gangguan atau gejala penyakit akibat oleh parasit yang habitatnya pada usus tersebut.Gejala klinis yang ditimbulkan dari yang paling ringan (asimptomatik), ataupun hanya merupakan gejala lokal pada usus sampai paling berat dengan gejala sistemik yang dapat menimbulkan kematian pada hospesnya.Penyakit cacing usus penyebabnya adalah cacing yang habitatnya di usus dengan beberapa pembagian, salah satunya adalah nematoda usus. Nematoda usus merupakan kelompok yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia karena masih banyak yang mengidap cacing ini sehubungan banyaknya faktor yang menunjang untuk hidup suburnya cacing parasiter ini. Faktor penunjang ini antara lain keadaan alam serta iklim, sosial ekonomi, pendidikan, kepadatan penduduk serta masih berkembangnya kebiasaan yang kurang baik (Natadisastra, 2005)Diantara nematoda usus terdapat sejumlah spesies yang ditularkan melalui tanah yang tercemar oleh cacing. Infeksi cacing menyerang semua golongan umur terutama anak-anak dan balita. Apabila infeksi cacing yang terjadi pada anak-anak dan balita maka dapat mengganggu tumbuh kembang anak, sedangkan jika infeksi terjadi pada orang dewasa dapat menurunkan produktivitas kerja. Diantara cacing usus yang menjadi masalah kesehatan adalah kelompok soil transmitted helminth atau cacing yang ditularkan melalui tanah, sepertiAscarislumbricoides,Trichuris trichiuradanAncylostoma sp(cacing tambang).Pencemaran tanah merupakan penyebab terjadinya transmisi telur cacing dari tanah kepada manusia melalui tangan atau kuku yang mengandung telur cacing, lalu masuk ke mulut bersama makanan. Tinggi rendahnya frekuensi tingkat kecacingan berhubungan dengan kebersihan diri dan sanitasi lingkungan yang menjadi sumber infeksi. Di Indonesia prevalensi kecacingan masih tinggi antara 60% 90 % tergantung pada lokasi dan sanitasi lingkungan (Mardiana, 2008). Penularan cacingan lebih banyak terjadi pada daerah kumuh yang tidak memenuhi syarat kesehatan seperti sanitasi lingkungan yang ditunjang dengan kepadatan penduduk. Cacingan dapat menyebabkan kekurangan gizi yang dapat mengakibatkan turunnya kualitas hidup.Ascariasis adalah penyakit yang disebabkan olehAscaris lumbricoides.Ascaris lumbricoidesadalah salah satu spesies nematoda usus yang banyak menyerang manusia, hampir 25% populasi penduduk dunia, yaitu lebih dari 1,4 miliar orang telah terinfeksi cacing ini. Berdasarkan hasil penelitian Lamghari (2005), disertai dengan hasil studi epidemiologi, ditemukan adanya hubungan antara penyakit Ascariasis pada anak dengan tempat tinggal mereka yang dekat dengan air limbah (Wani, 2010).

II. Rumusan MasalahBerdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah tersebut, karya tulis ini dirumuskan permasalahannya pada penularan dan pencegahan penyakit cacingan akibat cacingOxyuris vermicularis

III. TujuanTujuan makalah ini disusun antara lain :1.Mengetahui klasifikasi dari nematoda parasit usus.2.Mengetahui epidemiologi, distribusi geografis dan kondisi penyakit terkini yang disebabkan oleh nematoda parasit usus.3.Mengetahui morfologi nematoda parasit usus.4.Mengetahui siklus hidup nematoda parasit usus.5.Mengetahui patologi penyakit yang disebabkan oleh nematoda parasit usus.6.Mengetahui cara pencegahan dan pengendalian yang disebabkan oleh nematoda parasit usus.

BAB IIPEMBAHASAN

1. Nematoda

1.1Nematoda secara UmumNematoda yang hidup sebagai parasit, merupakan jumlah spesies paling banyak. Kebanyakan hidup bebas di air tawar, laut serta ada juga yang hidup di lumpur atau tanah perkebunan. Cacing-cacing ini berbeda-beda dalam habitat, daur hidup dan hubungan hospes-parasit (host-parasite relationship).

1.Morfologi dan Daur HidupBesar dan panjang cacing Nematoda beragam; ada yang panjang beberapa milimeter dan ada pula yang melebihi satu meter. Cacing ini mempunyai kepala, ekor, dinding dan rongga badan dan alat-alat lain yang agak lengkap.Biasanya sistem pencernaan, ekskresi dan reproduksi terpisah. Pada umumnya cacing bertelur, tetapi ada juga yang vivipar dan yang berkembang biak secara partenogenesis. Cacing dewasa tidak bertambah banyak dalam badan manusia. Seekor cacing betina dapat mengeluarkan telur atau larva sebanyak 20 sampai 200.000 butir sehari. Telur atau larva ini dikeluarkan dari badan hospes dengan tinja. Larva biasanya mengalami pertumbuhan dengan pergantian kulit. Bentuk infektif dapat memasuki badan manusia dengan berbagai cara; ada yang masuk secara aktif, ada pula yang tertelan atau dimasukkan oleh vektor melalui gigitan. Hampir semua nematoda mempunyai daur hidup yang telah diketahui dengan pasti.

2.PembagianMenurutHabitatMenurut habitat (tempat tinggal cacing dewasa), nematoda dibagi dua kelompok, yaitu nematoda usus dan nematoda darah dan jaringan.

1.2Nematoda UsusManusia merupakan hospes beberapa nematoda usus. Sebagian besar nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.Berdasarkan cara penyebaran, nematoda usus dibagi kedalam dua kelompok, yaitu nematoda usus yang ditularkan melalui tanahsoil transmitted heminthsyaitu kelompok cacing nematoda yang membutuhkan tanah untuk pematangan dari bentuk non-infektif menjadi bentuk infektif.Di antara nematoda usus terdapat sejumlah spesies yang ditularkan melalui tanah dan disebut soil transmitted heminths yang terpenting bagi manusia adalah sebagai berikut :

1.Ascaris lumbricoidesDistribusi georafik: Kosmopolit2.Necator americanusDistribusi geografik: Daerah khatulistiwa, daerah pertambangan, perkebunan3.Ancylostoma duodenaleDistribusi geografik: Daerah khatulistiwa, daerah pertambangan, perkebunan4.Trichuris trichiuraDistribusi geografik: Kosmopolit (daerah panas dan lembab)5.Strongyloides stercoralisDistribusi geografik: Daerah subtropik dan tropik6.Trichostrongylus. (beberapa jenisnya)Distribusi geografik: Kosmopolit (terutama daerah subtropik dan tropik)Kelompok lainnya yaitu nematoda usus yang tidak membutuhkan tanah dalam siklus hidupnya, yaitu spesies :

1.Enterobius vermicularisDistribusi geografik: Kosmopolit (lebih banyak di daerah dingin)

2.Trichinella spiralisDistribusi geografik: Kosmopolit (lebih banyak di negara pemakan sosis dari daging babi3.Capillaria philippinensisDistribusi geografik: Filipina dan Thailand (terutama penduduk yang makan ikan mentah)

2 Nematoda Usus yang Penting Bagi Manusia

Ascaris Lumbricoides(Cacing Gelang)

1. Hospes dan penyakitManusia merupakan satu-satunya yang menjadi hospes dari AscarisLumbricoides (cacing gelang).Penyakit yang disebabkan oleh cacingAscaris LumbricoidesdisebutAskariasis. Taksonomi Ascaris Lumbricoides, yaitu:Phylum : NematodaKelas : SecernenteaOrdo : AscarididaFamily : AscarididaeGenus : AscarisSpesies : Ascaris Lumbricoides2.Distribusi GeografikParasit ini ditemukan kosmopolit. Survei yang dilakukan beberapa tempat di Indonesia menunjukkanbahwa prevalensi Ascaris Lumbricoides masih cukup tinggi, yaitu sekitar 60-90%.3.EpidemiologiDi negara Indonesia prevalensi penyakit askariasis tinggi, terutama terjadi pada anak.Frekuensinya 60-70%.Penyakit askariasis ini terjadi akibat kurangnya pemakaian jamban keluarga sehingga menimbulkan pencemaran tanah dengan tinja di sekitar halaman rumah, di bawah pohon, di tempat mencuci dan di tempat pembuangan sampah.Di negara-negara tertentu terdapat kebiasaan memakai tinja sebagai pupuk.Tanah liat, kelembapan tinggi dan suhu 25-30C merupakan kondisi yang sangat baik untuk berkembangnya telurAscaris Lumbricoidesmenjadi bentuk yang infektif.

4.MorfologiMorfologi cacingA. Lumbricoides

Ukuran cacing dewasa-Jantan-Betina-Panjang 15-30 cm, lebar 0,2-0,4 cm-Panjang 20-35 cm, lebar 0,3-0,6 cm

Umur cacing dewasa1 2 tahun

Lokasi cacing dewasaUsus Halus

Ukuran telurPanjang 60-70 m, lebar 40-50 m

Jumlah telur/cacing betina/hari 200.000 telur

5.Daur HidupTelur yang dibuahi berkembang menjadi bentukyang infektif dalam waktu kurang lebih 3 minggu. Bentuk infektif tersebut bila tertelan oleh manusia, akan menetas dalam usus halus. Larvanya menembus dinding dari usus halus menuju pembuluh darah atau saluran limfe, lalu di alirkan ke jantung, kemudian mengikuti aliran darah ke paru.Larva di paru menembud dinding pembuluh darah, lalu dinding alveolus, masuk rongga alveolus, kemudia naik ke trakea melalui bronkiolus dan bronkus. Dari trakea larva menuju faring, sehingga menimbulkan rangsangan terhadap faring. Hal ini menyebabkan penderita batuk karena rangsangan tersebut dan larva akan tertelan ke dalam oesophagus lalu menuju ke usus halus. Di usus halus larva berubah menjadi cacing dewasa.Sejak telur matang tertelan sampai cacing dewasa bertelur diperlukan waktu kurang lebih 2-3 minggu.6.Patologi dan Gejala KlinikGejala klinik olehA. lumbricoidesbergantung pada beberapa hal, antara lain beratnya infeksi, keadaan penderita, daya tahan dan kerentanan penderita terhadap infeksicacing.Gejala klinik pada ascariasis dapat ditimbulkan oleh cacing dewasa ataupun oleh stadium larva. Cacing dewasa, tinggal di antara lipatan mukosa usus halus, sehingga dapat menimbulkan iritasi yang mengakibatkan rasa tidak enak pada perut berupa mual serta sakit perut yang tidak jelas.Kadang- kadang cacing dewasa dapat terbawa kea rah mulut karena adanya kontraksi usus (regurgitasi) dan dimuntahkan keluar melalui mulut atau hidung.Pada keadaan tertentu cacing dewasa mengembara ke saluran empedu, apendiks, kadang-kadang dapat masuk juga ke tuba eustachii ataupun terisap masuk ke bronkus.Gangguan karena larva biasanya terjadi pada saat berada di paru, terutama pada orang yang rentan terjadi perdarahan kecil di dinding alveolus dan timbul gangguan pada paru yang disertai batuk, demam, dan eosinofilia. Pada foto toraks akan tampak infiltrat yang menghilang dalam waktu 3 minggu. Keadaan tersebut disebut Sindrom Loeffler.Pada infeksi berat, terutama pada anak dapat terjadi malabsorbsi sehingga memperberat keadaan malnutrisi dan penurunan status kognitif pada anak sekolah dasar.Efek yang serius terjadi bila cacing menggumpal dalam usus sehingga terjadi obstruksi usus (ileus).7.DiagnosisCara menegakkan diagnosis penyakit adalah dengan pemeriksaan tinja secara langsung.Adanya telur dalam tinja memastikan diagnosis askariasis.Selain itu diagnosis dapat dibuat bila cacing dewasa keluar sendiri baik melalui mulut atau hidung karena muntah maupun melalui tinja.8.PengobatanPengobatan dapat dilakukan secara perorangan atau secara masal. Untuk perorangan dapat digunakan beberapa obat misalnya piperasin, pirantel pamoat 10 mg/kg berat badan, dosis tunggal mebendazol 500 mg atau albendazol 400 mg. Jika terjadi infeksi campuranA. lumbricoidesdanT. trichiura. Sedangkan untuk pengobatan masal dapat dilakukan beberapa cara diantaranya:-obat mudah diterima masyarakat,-aturan pemakaian sederhana,-mempunyai efek samping yang minim,-bersifat polivalen, sehingga berkhasiat terhadap beberapa jenis cacing,-harganya murah / terjangkau.9.PrognosisPada umumnya askariasis mempunyai prognosis yang baik. Tanpa pengobatan, penyakit dapat sembuh sendiri dalam waktu 1,5 tahun. Dengan pengobatan, angka kesembuhan mencapai 70-99%.

Promosi KesehatanA.Lenfleat

B.Brosur

BAB IIIPENUTUP

Kesimpulan :

1.Nematoda yang hidup sebagai parasit, merupakan jumlah spesies paling banyak. Kebanyakan hidup bebas di air tawar, laut serta ada juga yang hidup di lumpur atau tanah perkebunan.2.Manusia merupakan hospes beberapa nematoda usus. Sebagian besar nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.Berdasarkan cara penyebaran, nematoda usus dibagi kedalam dua kelompok, yaitu nematoda usus yang ditularkan melalui tanahsoil transmitted heminthsyaitu kelompok cacing nematoda yang membutuhkan tanah untuk pematangan dari bentuk non-infektif menjadi bentuk infektif.3.Nematoda usus yang terpenting bagi manusia tediri dari :a.Ascaris lumbroicoidesb.Cacing tambangc.Trichuris trichurad.Strongyloides stercolarise.Enterobius vermicularisf.Toxocara canis dan toxocara catig.Trichinela spiralis

Daftar Pustaka

1.Natadisastra D. Agoes R. Parasitologi Kedokteran. 2009. Jakarta. Penerbit: Buku kedokteran EGC2.Sutanto Inge, Ismid Suhariah Is, Sjarifuddin K. Pudji, Sungkar Saleha. Buku ajar parasitologi kedokteran. Edisi keempat. 2008. Jakarta. Penerbit :Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia3.Palgunadi,bagus.,2010.Cutaneous larvae migrans.Lecturer Faculty of Medicine, University of Wijaya Kusuma. Surabaya4.Handoyo, I., Margono, S.S. 2008.Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Jakarta: penerbit FK UI.5.Agnes, Ridad. 2009.Parasitologi Kedokteran Ditinjau dari Organ Tubuh yang Diserang. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.6.Ngui, R., Lim, Y., Traub, R., Mahmud, R., Mistam, M. 2012.Epidemiological and Genetic Data Supproting the Transmission of Ancylostoma ceylanicum among Human and Dosmestik Animals. PLOS Negleted Tropical Diseases 6,15227.Behrman, Kliegman, and Arvin. 1996.Nelson Textbook of Pediatric Edition 15.Philadelphia: Saunders Company, Philadelphia, Pennsylvania8.Doerr, Seifert, and Uehlinger. 1995.Tropical Pathology Volume 8 Edisi 2.New York: Springer-Verlag Berlin Heidelberg9.Gandahusada, Srisasi. 2006.Parasitologi Kedokteran Edisi Ketiga.Jakarta: Balai