makalah-presentasi-geostruk

14
MAKALAH GEOLOGI STRUKTUR “CROSS SECTION” Dosen Pengampu: Adi Susilo, Ph. D. Disusun Oleh: Rendi Pradila Hab Sari (115090700111016) Araminta Permatasari (11509070111010) JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

description

geologi struktur

Transcript of makalah-presentasi-geostruk

MAKALAH GEOLOGI STRUKTUR

“CROSS SECTION”

Dosen Pengampu: Adi Susilo, Ph. D.

Disusun Oleh:

Rendi Pradila Hab Sari (115090700111016)

Araminta Permatasari (11509070111010)

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2012

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarrokatuh.

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta

hidayahnya sehingga Makalah tentang “Cross Section” ini dapat Penulis selesaikan sesuai

dengan deadline yang telah ditentukan. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan

kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, sebaik-baik hamba Allah, pemimpin orang yang

bertakwa, dan pemilik kasih sayang di antara manusia. Shalawat dan salam semoga tercurah pula

pada segenap keluarganya, para sahabatnya, dan pengikut setianya sampai akhir jaman.

Makalah ini adalah makalah yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Geologi

Struktur oleh mahasiswa prodi Geofisika jurusan Fisika FMIPA Universitas Brawijaya dengan

dosen pengampu bapak Adi Susilo, Ph. D. Didalamnya membahas tentang pengertian Cross

section, jenis-jenisnya dan cara pembuatannya. Semoga dengan hadirnya makalah ini dapat

memberikan manfaat serta syafa’at bagi siapapun yang membacanya. Aamiin.

Malang, 18 Desember 2012

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Permukaan bumi memiliki berbagai macam bentuk dan ukuran. Setiap bentuk muka bumi

mempunyai pola kontur yang berbeda. Garis kontur biasanya terdapat pada peta topografi. Peta

topografi adalah peta yang memberikan gambaran tentang permukaan bumi berdasarkan

reliefnya. Relief adalah perbedaan tinggi rendah permukaan bumi. Perbedaan relief muka bumi di

satu wilayah dengan wilayah lain ditunjukkan oleh perbedaan pola garis kontur. Garis kontur

adalah garis khayal yang menunjukkan tempat-tempat yang memiliki ketinggian yang sama.

Angka yang menunjukkan perbedaan ketinggian antara satu garis kontur dan garis kontur

selanjutnya disebut interval kontur.

Selain simbol, untuk mengidentifikasi bentuk muka bumi yang ada di peta topografi,

diperlukan pemahaman pola kontur tiap-tiap bentuk muka bumi. Untuk itulah, perlu untuk

membuat penampang melintang dari pola garis kontur pada peta. Penampang melintang (Cross

Section) ini dibuat untuk memudahkan kita melihat konfigurasi permukaan bumi secara 2

dimensi maupun 3 dimensi.

1.2 Tujuan

Makalah ini dibuat bertujuan untuk mengetahui pengertian dari Cross section, jenis-

jenisnya dan bagaimana tahap pembuatannya.

1.3 Manfaat

Dari makalah ini diharapkan pembaca dapat mengetahui apa itu cross section, apa saja

jenisnya dan tahap pembuatannya.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Cross Section

Cross section adalah penampang permukaan bumi yang dipotong secara tegak lurus. Cross

section memperlihatkan perbedaan antara penampang-penampang yang memiliki informasi

tertentu di peta untuk diinterpretasikan. Dengan penampang melintang maka dapat

diketahui/dilihat secara jelas bentuk dan ketinggian suatu tempat yang ada di muka bumi. Untuk

membuat sebuah penampang melintang maka harus tersedia peta topografi sebab hanya peta

topografi yang dapat dibuat penampang melintangnya.

Gb. 1 Garis kontur dan cross section

Cross section muka bumi dibuat dengan cara menghubungkann titik-titik ketinggian garis

kontur yang diletakkan pada sumbu Y dengan jarak mendatar garis kontur tersebut pada sumbu

X.

2.2 Jenis-Jenis Cross Section

Cross section dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu illustrative cross section dan

predictive cross section. Tujuan dari illustrative cross section adalah untuk menggambarkan

kenampakan melintang dari peta yang telah lengkap atau untuk interpretasi 3D. sedangkan tujuan

dari predictive cross section adalah untuk memprediksi geometri dari sebuah penampang dengan

sedikit informasi atau bahkan tidak ada informasi yang tersedia. Biasanya untuk membuat cross

section kategori prediktif diperlukan garis bantu yang disebut line section.

(a)

(b)

Gb. 2 kategori Cross section: (a) contoh dari cross section ilustratif; (b) contoh dari cross

section prediktif. Garis A-B adalah line section yang digunakan untuk melihat penampang

melintang dari pola yang telah ada.

2.3 Tahapan Cross-Section

2.3.1 Memilih Line Section

Pembuatan cross section untuk tujuan interpretasi struktural biasanya diorientasikan tegak

lurus dengan sudut lipatan, tegak lurus dengan patahan mayor, atau paralel untuk cenderung

kedua-duanya. Kecenderungan struktural untuk digunakan pada pengontrolan arah cross section

adalah sudut pada lipatan terbesar di daerah peta atau strike pada patahan mayor di daerah

tersebut. Cross section mungkin memerlukan lokasi dan arah spesifik untuk membangun road

cut atau sebuah mine layout. Jika terdapat parameter lain, seperti arah line section atau jumlah

perbesaran vertikal diperlukan, sangat direkomendasikan untuk menggunakan normal section

untuk pembuatan strike. Grid dari cross section diperlukan untuk melengkapi interpretasi

struktural 3D.

Alasan kenapa struktur section harus lurus dan tegak lurus pada kebanyakan struktur mayor

yaitu untuk memberikan kenampakan permukaan bumi yang paling mewakili dari geometri

sebenarnya. Sedangkan section yang tidak lurus tidak dapat merepresentasikan struktur 3D yang

benar-benar akurat.

Gb. 3 Struktur peta kontur dari sebuah antiklin menunjukkan garis section. A–A': normal

(transverse) cross section tegak lurus terhadap kecenderungan dari antiklin. B–B':

longitudinal cross section. C–C': well-to-well cross section.

Gb. 4 Peta bagian (section) dari gambar 1. a) Normal section tegak lurus terhadap puncak

lipatan. b) Longitudinal section terhadap puncak lipatan. C) Zig-zag atau well-to-well cross

section. d) Tampilan Oblique 3-D dari struktur menunjukkan ketiga cross section.

Akibat dari kurva section (Gb. 3) pada geometri tersirat untuk sebuah perpanjangan dome

diperlihatkan pada Gb. 4. Geometri yang paling tepat pada struktur tersebut diperlihatkan pada

normal section, cross section bergaris lurus yang tegak lurus dengan axial trace struktur tersebut

dan longitudinal section paralel pada puncak struktur. Sedangkan untuk garis yang tidak lurus,

seperti salah satu garis seismik yang bentuk garisnya tidak rata, menghasilkan kesalahan gambar

pada struktur. Section yang zigzag melewati peta tidak memperlihatkan antiklin yang memiliki 2

puncak selain yang satu itu. Hal ini akan menjadi masalah serius jika cross section digunakan

untuk mencari lokasi jebakan hidrokarbon atau untuk dugaan struktur kedalaman menggunakan

predictive section seperti yang telah dijelaskan.

2.3.2 Memilih Section Dip

Dalam melakukan cross-section, sebaiknya kita memilih section yang tegak lurus terhadap

normal section, karena pada section yang tegak lurus terhadap normal section memiliki

ketebalan lapisan yang sebenarnya, sedangkan pada section yang tidak tegak lurus dengan

normal section, ketebalan lapisannya akan mengalami perbesaran. Hal ini harus diperhatikan

apabila pembuatan cross section akan digunakan untuk tujuan prediktif.

Perubahan dip dari sebuah bidang section sama dengan merubah perbesaran vertikal atau

horizontal. Hubungan ini merupakan dasar dari teknik interpretasi peta yang dikenal dengan

down-plunge viewing. Ketika diperbesar pola pada area relief topografi menunjukkan kemiringan

(oblique) section.

2.3.3 Perbesaran Vertikal dan Horizontal

Perbesaran vertikal adalah perubahan pada skala vertikal (biasanya semakin besar) dengan

mempertahankan skala horizontal tetap sama seperti skala pada peta aslinya, sedangkan

perbesaran horizontal adalah perubahan skala horizontal (biasanya semakin besar) dengan

mempertahankan skala vertikal tetap sama seperti skala pada peta aslinya. Baik perbesaran

vertikal maupun horizontal, keduanya digunakan untuk membantu visualisasi dan interpretasi

struktur dari cross section.

Dengan mengurangi skala horizontal (squeezing) membuat amplitudo rendah dan struktur

terlihat lebih jelas. Jadi tujuan dilakukan perbesaran adalah agar struktur pada bidang yang

diamati lebih terlihat, termasuk adanya patahan-patahan atau lipatan pada area tersebut yang

tidak terlihat apabila menggunakan skala yang sama dengan pada peta aslinya.

Perbesaran vertikal yang disimbolkan dengan Ve (vertical exaggeration) merupakan besar

satu unit pada skala vertikal cross section dan dibagi dengan besar satu unit pada peta, sedangkan

perbesaran horizontal yang disimbolkan dengan He (horizontal exaggeration) merupakan besar

satu unit pada skala horizontal cross section dan dibagi dengan besar satu unit pada peta. Jadi Ve

dan He dapat dituliskan dalam persamaan:

Ve=Vvv

dan

He= Hhh

Di mana :

Ve : Perbesaran vertikal

Vv : Satu unit dalam cross section

v : satu unit pada peta

He : perbesaran horizontal

Hh : satu unit dalam cross section

h : satu unit dalam peta

Gb. 5. (a) cross section yang tidak mengalami perbesaran, (b) cross section dengan

perubahan skala horizontal (diperkecil), (c) cross section dengan perubahan skala vertikal.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa cross section adalah penampang

permukaan bumi yang dipotong secara tegak lurus. Cross section dikategorikan menjadi 2 yaitu

Illustrative cross section dan Predictive cross section yang memiliki tujuan masing-masing

dalam pembuatannya. Dalam pembuatannya, cross section harus memenuhi 3 tahap, yakni

memilih garis section (section line), memilih dip section dan melakukan perbesaran vertikal

maupun perbesaran horizontal.

5.2 saran

Disarankan ketika memilih cross section harus tegak lurus sudut lipatan baik itu dalam

bentuk vertikal maupun longitudal agar mewakili kenampakan sebenarnya dari permukaan bumi.

DAFTAR PUSTAKA

Carlson, Diane H., Charles C. Plummer. The Late David McGeary.2008. Physical Geology:

Earth Revealed. New York: Mc Graw Hill

Groshong, Richard H. 2006. 3-D Structural Geology A Practical Guide to Quantitative Surface

and Subsurface Map Interpretation. Netherland: Springer