Makalah PIP

5
1 BAB II PEMBAHASAN 4. Antara Jenis Masalah Pendidikan Dengan Kebijakan Pendidikan a. Permasalahan dan Kebijakan Pendidikan Pada awal Repelita I keadaan pendidikan di Indonesia menunjukkan ketidakseimbangan, antara lain meliputi : 1) Ketidakseimbangan antara jumlah penduduk yang berumur cukup untuk sekolah dengan jumlah fasilitas yang dapat disediakan bagi mereka 2) Ketidakseimbangan pendidikan secara horizontal, yaitu antara jenis dan bidang pendidikan. Hal ini berakibat kurang sesuainya persediaan tenaga kerja dengan kebutuhan tenaga kerja untuk pembangunan 3) Ketidakseimbangan vertikal, yaitu perbedaan antara Sekolah Dasar, menengah dan Perguruan Tinggi Selain beberapa ketidakseimbangan tersebut, dalam kenyataannya masih terdapat masalah lain dibidang pendidikan, antara lain masih banyak buta aksara dan angka, masih banyaknya drop out, rendahnya kualitas pendidikan, kurangnya tenaga pengajar, serta dalam administrasi pendidikan masih terdapat banyak kekurangan. Untuk mengatasi masalah tersebut, Repelita I pemerintah menetapkan beberapa kebijaksanaan, yaitu : 1) Program pendidikan secara horizontal labih diarahkan kepada kebutuhan-kebutuhan pendidikan dan latihan untuk sektor-sektor pembangunan yang diprioritaskan, seperti pertanian, industri yang mendukung pertanian, industri ringan dan kerajinan rakyat, prasarana serta pariwisata 2) Secara vertikal program pendidikan diarahkan pada perbaikan keseimbangan, dengan menitikberatkan pada tingkat pendidikan menengah Kebijaksanaan tersebut dituangkan dalam program-program, yaitu Program Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar, Program Penambahan pendidikan Kejuruan pada Sekolah Lanjutan umum, Program Peningkatan Pendidikan Teknik , Program Peningkatan Pendidikan Guru, Program Pendidikan Masyarakat dan Orang Dewasa, Program Pengembangan Pendidikan, Program Pembinaan Kebudayaan dan

description

makalah pengantar ilmu pendidikan

Transcript of Makalah PIP

  • 1

    BAB II

    PEMBAHASAN

    4. Antara Jenis Masalah Pendidikan Dengan Kebijakan Pendidikan

    a. Permasalahan dan Kebijakan Pendidikan

    Pada awal Repelita I keadaan pendidikan di Indonesia menunjukkan

    ketidakseimbangan, antara lain meliputi :

    1) Ketidakseimbangan antara jumlah penduduk yang berumur cukup untuk sekolah

    dengan jumlah fasilitas yang dapat disediakan bagi mereka

    2) Ketidakseimbangan pendidikan secara horizontal, yaitu antara jenis dan bidang

    pendidikan. Hal ini berakibat kurang sesuainya persediaan tenaga kerja dengan

    kebutuhan tenaga kerja untuk pembangunan

    3) Ketidakseimbangan vertikal, yaitu perbedaan antara Sekolah Dasar, menengah dan

    Perguruan Tinggi

    Selain beberapa ketidakseimbangan tersebut, dalam kenyataannya masih terdapat

    masalah lain dibidang pendidikan, antara lain masih banyak buta aksara dan angka, masih

    banyaknya drop out, rendahnya kualitas pendidikan, kurangnya tenaga pengajar, serta

    dalam administrasi pendidikan masih terdapat banyak kekurangan.

    Untuk mengatasi masalah tersebut, Repelita I pemerintah menetapkan beberapa

    kebijaksanaan, yaitu :

    1) Program pendidikan secara horizontal labih diarahkan kepada kebutuhan-kebutuhan

    pendidikan dan latihan untuk sektor-sektor pembangunan yang diprioritaskan, seperti

    pertanian, industri yang mendukung pertanian, industri ringan dan kerajinan rakyat,

    prasarana serta pariwisata

    2) Secara vertikal program pendidikan diarahkan pada perbaikan keseimbangan, dengan

    menitikberatkan pada tingkat pendidikan menengah

    Kebijaksanaan tersebut dituangkan dalam program-program, yaitu Program

    Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar, Program Penambahan pendidikan

    Kejuruan pada Sekolah Lanjutan umum, Program Peningkatan Pendidikan Teknik ,

    Program Peningkatan Pendidikan Guru, Program Pendidikan Masyarakat dan Orang

    Dewasa, Program Pengembangan Pendidikan, Program Pembinaan Kebudayaan dan

  • 2

    Olahraga, Program Pendidikan Pelatihan Institusional serta Program Peningkatan

    Penelitian.

    Dalam Repelita II (1974/75-1978/79) terdapat masalah pendidikan sebagai

    berikut :

    1) Persoalan-persoalan yang berkaitan dengan pengembangan sistem pendidikan,

    pemeliharaan dan peningkatan mutu pendidikan, perluasan mutu pendidikan

    pada semua tingkat, perluasan kesempatan belajar, pengembangan sistem

    penyajian, pendidikan diluar sistem sekolah, usaha pembinaan generasi muda,

    prngembangan sistem informasi untuk penbaharuan pendidikan dan

    pengarahan penggunaan sumber daya pembiayaan yang tersedia

    2) Dalam trilogi pembangunan pada masa pelita II (1979/80-1983/84) kebijakan

    pendidikan diprioritaskan pada upaya pemerataan. Upaya ini dalam bidang

    pendidikan dirumuskan dalam jalur kedua dari delapan jalur pemerataan, yaitu

    pemerataan dalam memperoleh kesempatan pendidikan. Hal ini dinyatakan

    secara tegas dalam Repelita III yakni, titik beratnya pada penyediaan fasilitas

    belajar pada pendidikan dasar bagi anak berusia 7-12 tahun dan penampungan

    lulusan pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi

    Sebagai kelanjutan Repelita III, pada Repelita IV menekankan pada berbagai

    bidang kegiatan yang bertujuan menghasilkan keseimbangan dan keserasian

    pendidikan nasional yang sangat penting bagi pengembangan sumber daya manusia.

    Untuk mencapai tujuan tersebut, dalam Repelita IV memprogramkan tiga

    kebijaksanaan umum dalam pembangunan bidang pendidikan nasional yang meliputi :

    (1) pendidikan seumur hidup, (2) pendidikan semesta menyeluruh dan terpadu, (3)

    kebijakan untuk membina kemajuan adat, budaya dan persatuan.

    Sedangkan pada Repelita V arah kebijakan pendidikan diprioritaskan pada

    perbaikan sistem dan multi pendidikan dalam keseluruhan jenis, unsur, jenis, jalur dan

    jenjangnya. Kebijakan yang dimaksud meliputi: peningkatan mutu kurikulumsilabi,

    tenaga pengajar, pelatih serta metodik dan sarana pengajaran yang memungkinkan

    peningkatan kualitas dan hasil pendidikan dan latihan.

    Beberapa kebijakan umum dalam Repelita V antara lain :

    1) Meningkatkan pembudayaan nilai-nilai pancasiladalam rangka mewujudkan

    manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri sreta

    bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa

    2) Meningkatkan mutu pendidikan

  • 3

    3) Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan

    4) Menata kembali sistem pendidikan guru dan tenaga pendidikan lainnya

    5) Melaksanakan penelitian dan pengembangan pendidikan dan kebudayaan agar

    dihasilkan gagasan-gagasan baru yang berorientasi pada peyempurnaan sistem

    pendidikan yang efisien

    6) Penyeragaman mutu pendidikan melalui pengembangan institusi dan sistem

    pengujian untuk semua jenis dan jenjang pendidikan, agar dapat diupayakan

    standarisasi mutu pendidikan baik secara regional maupun nasional

    b. Kebijaksanaan Pendidikan dan Keterkaitannya dengan Masalah Ketenagakerjaan.

    Pembangunan bidang pendidikan yang dilakukan pemerintah sejak Pelita I

    sampai Pelita V berhasil meningkatkan taraf pendidikan rakyat Indonesia. Banyak

    indicator, terutama yang bersifat kuantitatif sebagai bukti hal tersebut. Jumlah sekolah,

    murid, dan kelulussan meningkat secara drastis. Periode 1971-1989/90, jumlah SD

    meningkat 123%, SLTP meningkat 192%, SLTA meningkat 314%. Jumlah murid Sd

    meningkat 105%, SLTP 321%, SLTA 515%. Lulusan SD meningkat 243%, SLTP 321%,

    SLTA 623% (Boediono dan TIM, 1992 ; 13)

    Dalam periode PJPT I (1969-sekarang) kebijaksanaan umum bidang

    ketenagakerjaan selalu dituangkan dalam kebijakan dan program kerja setiap pelita, yang

    semuanya memprioritaskan upaya perluasan kesempatan kerja. Analisis angkatan kerja

    selama periode 1971-1990 menunjukkan adanya peningkatan angkatan kerja baru. Pada

    tahun 1971 berjumlah 41,3 juta orang meningkat menjadi 74,3 juta orang pada tahun 1990

    atau bertambah 33 juta orang. Dalam kurun waktu yang sama jumlah angkatan kerja

    bertambah dari 40,4 juta orang pada tahun 1971 menjadi 71,9 juta orang pada tahun 1990,

    bertambah hamper 31,5 juta orang (Riwanto Tirtosudarmo, 1994 : 37)

    Peningkatan mutu angkatan kerja dilandasi dengan bertambahnya kemampuan

    dalam menghasilkan produksi barang dan jasa bagi pemenuhan masyarakat Indonesia.

    Melihat periode PJPT I, kebijaksanaan di bidang ketenagakerjaan mencakup

    beberapa aspek, yaitu : (a) perluasan kesempatan tenaga kerja dan perlindungan, (b)

    pengaturan penyebaran dan pemanfaatan tenaga kerja yang lebih baik melalui perbaikan

    informasi serta pembinaan dan peningkatan keterampilan, (c) perlindungan kerja, (d)

    pembinaan hubungan perburuan, (e) aspek pengupahan (Riwanto Tirto, Sudarmo, 1994 :

    32).

  • 4

    Untuk melaksanakan kebijakan tersebut pemerintah telah menetapkan tiga progam pokok

    yang di bawah lingkup Departemen Tenaga Kerja, ialah (1) Program pembinaan dan

    peningkatan latihan keterampilan, (2) Program pembinaan hubungan dan perlindungan

    tenaga kerja.

    Menurut catatan dalam Repelita ke Repelita ke V, masih terdapat beberapa

    permasalahan ketenagakerjaan yaitu : (1) masalah kesempatan kerja yang berkaitan

    dengan jumlah pencari kerja, (2) masalah angkatan kerja yang lebih cepat dengan dengan

    pertumbuhan ekonomi, (3) masih terdapat belum meratanya tenaga kerja yang ada di Jawa

    dan di luar Jawa, (4) masalah tingginya pengangguran di pedesaan dan perkotaan, (5)

    terdapat banyaknya lulusan pendidikan tinggi yang tidak terserap di lapangan kerja.

    Untuk memperbaiki kemampuan dan mutu tenaga kerja yang produktif, dapat

    ditempuh melalui pendidikan dan latihan serta peningkatan keterampilan, yang

    pelaksanaannya ditangani oleh Departemen Tenaga Kerja lewat Balai Tenaga Kerja.

    5. Kebijaksanaan Pendidikan Program Pembangunan Nasional Tahun 2000-2004.

    Pada abad XII, dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar.

    Tantangan pertama, karena krisis ekonomi dunia pendidikan disambut untuk

    mempertahankan hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai. Kedua, untuk

    mengantisipasi era global, dunia pendidikan dituntut mempersiapkan sumber daya

    manusia yang unggul. Ketiga, dengan diberlakukannya otonomi daerah, system

    pendidikan nasional dituntut melakukan perubahan dan penyesuaian sehingga dapat

    mewujudkan pendidikan yang konduktif, demokratis, memperhatikan keberagaman

    kebutuhan / keadaan daerah serta peserta didik, serta mendorong peningkatan partisipasi

    masyarakat.

    Pendidikan nasional pada saat ini dihadapkan beberapa permasalahan yang

    menonjol, yaitu : (1) masih rendahnya pemerataan memperoleh pendidikan, (2) masih

    rendahnya kualitas dan relevansi pendidikan, dan (3) masih lemahnya memanajemen

    pendidkan di samping belum terwujudnya kemandirian dan keunggulan ilmu pengetahuan

    dan teknologi di kalangan akademisi.

    Berbagai permasalah dapat diatasi melalui pelaksanaan berbagai program

    pembangunan yang mengacu pada arah kebijakan pendidikan seperti yang diamanatkan

    GBHN 1999-2004, yaitu :

  • 5

    1. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang

    bermutu tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia menuju terciptanya manusia Indonesia

    berkualitas dengan peningkatan anggaran yang berarti.

    2. Meningkatkan kemampuan akademik dan profesional serta meningkatkan jaminan

    kesejahteraan tenaga pendidikan sehingga tenaga pendidik mampu berfungsi secara

    optimal terutama dalam peningkatan pendidikan watak dan budi pekerti agar dapat

    mengembalikan wibawa lembaga dan tenaga kependidikan.

    3. Melakukan pembaharuan system pendidikan termasuk pembaharuan kurikulum

    berupa diversifikasi peserta didik. Kurikulum yang berlaku secara nasional dan local

    sesuai dengan kepentingan setempa, serta diversifikasi jenis pendidikan secara

    provisional.

    4. Memberdayakan lembaga pendidikan baik sekolah maupun luar sekolah sebagai pusat

    pembudayaan nilai, sikap dan kemampuan, serta meningkatkan partisipasi keluarga

    dan masyarakat yang didukung oleh semua sarana dan prasarana yang memadai.

    5. Melakukan pembaruan dan pemantapan system pendidikan nasional berdasarkan

    prinsip disentralisasi, otonomi keilmuan, dan manajemen.

    6. Meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat

    maupun pemerintah untuk memantapkan system pendidikan yang efektif dan efisien

    dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

    7. Mengembangkan kualitas sumber daya manusia sedini mungkin secara terarah,

    terpadu dan menyeluruh melalui berbagai upaya proaktif dan reaktif oleh seluruh

    komponen bangsa agar generasi muda dapat berkembang secara optimal disertai

    dengan hak dukungan dan lindungan sesuai dengan potensinya.

    8. Meningkatkan penguasaan, pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan

    teknologi bangsa sendiri dalam dunia usaha, terutama usaha kecil, menengah, dan

    koperasi guna meningkatkan daya saing produk yang berbasis sumber daya local.