Makalah PG Semboro.docx

21
1. Sejarah PG SEMBORO a. Zaman Pendudukan Belanda Pabrik Gula Semboro didirikan pada tahun 1921 oleh H. V. A (Handels Vereniging Amsterdam) sebagai pemilik swasta dari Negeri Belanda, dengan kapasitas 24.000 kuintal tebu tiap 24 jam. Pada tahun 1928, pabrik siap dan mulai menggiling tebu. Tahun 1930 sampai dengan 1932, pabrik mulai menggiling dengan kapasitas penuh dengan luas lahan 2.103 Ha. Pada tahun 1933 sampai dengan tahun1939, aktivitas berhenti, sedangkan pada tahun 1940, mulai menggiling kembali dengan luas lahan 1.2.71,4 Ha. b. Zaman Pendudukan Jepang dan Perang Kemerdaan Indonesia Sejak tahun 1941 smapai dengan tahun 1949, kegiatan berhenti lagi pada masa Perang Dunia II. Pada saat itu Indonesia dalam pendudukan Jepang dan masa Perang Kemerdekaan. Pada saat itu Pabrik Gula Semboro mengalami kerusakan-kerusakan hingga terus diadakan perbaikan sesudah masa revolusi. c. Penguasaan Bangsa Indonesia 1. Masa PPN Inspektoran VIII Sejak diambil alih oleh Pemerintah Indonesia sampai dengan tahun giling 1968, Pabrik Gula Senboro juga termasuk dalam PPN Inspektorat VIII yang berkedudukan di Jalan Jembatan Merah Surabaya bersama PD De Maas, PG Wringinanom, PG Olean, PG Panji, PG Asembagus, dan PG Prajekan. 1

Transcript of Makalah PG Semboro.docx

Page 1: Makalah PG Semboro.docx

1. Sejarah PG SEMBORO

a. Zaman Pendudukan Belanda

Pabrik Gula Semboro didirikan pada tahun 1921 oleh H. V. A (Handels Vereniging

Amsterdam) sebagai pemilik swasta dari Negeri Belanda, dengan kapasitas 24.000

kuintal tebu tiap 24 jam. Pada tahun 1928, pabrik siap dan mulai menggiling tebu.

Tahun 1930 sampai dengan 1932, pabrik mulai menggiling dengan kapasitas penuh

dengan luas lahan 2.103 Ha. Pada tahun 1933 sampai dengan tahun1939, aktivitas

berhenti, sedangkan pada tahun 1940, mulai menggiling kembali dengan luas lahan

1.2.71,4 Ha.

b. Zaman Pendudukan Jepang dan Perang Kemerdaan Indonesia

Sejak tahun 1941 smapai dengan tahun 1949, kegiatan berhenti lagi pada masa

Perang Dunia II. Pada saat itu Indonesia dalam pendudukan Jepang dan masa Perang

Kemerdekaan. Pada saat itu Pabrik Gula Semboro mengalami kerusakan-kerusakan

hingga terus diadakan perbaikan sesudah masa revolusi.

c. Penguasaan Bangsa Indonesia

1. Masa PPN Inspektoran VIII

Sejak diambil alih oleh Pemerintah Indonesia sampai dengan tahun giling 1968,

Pabrik Gula Senboro juga termasuk dalam PPN Inspektorat VIII yang

berkedudukan di Jalan Jembatan Merah Surabaya bersama PD De Maas, PG

Wringinanom, PG Olean, PG Panji, PG Asembagus, dan PG Prajekan.

2. Masa P Perkebunan XXIV

Sejak masa giling 1969 sampai dengan tahun 1975, Pabrik Gula Semboro

termasuk PNP XXIV, bersama PG Kedawung, PG Wonolangun, PG Gending, PG

Prajarakan, dan PG jatiroto.

3. Masa PT Perkebunan XXIV – XXV (Persero)

Sejak tahun 1976 dengan adanya penggabungan PNP XXIV dan XXV, Pabrik

Gula Semboro termasuk dalam lingkungan PT Perkebunan XXIV – XXV

(persero) yang berkedudukan di Jalan Merak no. 1 Surabaya.

1

Page 2: Makalah PG Semboro.docx

2. Gambaran Umum PG SEMBORO

Pabrik Gula Semboro merupakan salah satu unit produksi PT. Perkebunan

Nusantara XI (Persero) yang mengolah bahan baku tebu menjadi gula GKP I (Gula

Kristal Putih I). sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PT. Perkebunan

Nusantara XI (Persero) didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 16 tanggal

14 Februari 1996. Pendiri perusahaan dengan Akta Notaris No. 44 tahun 1996 pada

tanggal 11 Maret 1996. PG Semboro berada di Desa/Kecamatan Semboro, Kabupaten

Jember. Beroperasi sejak 1928 sebagai unit usaha milik perusahaan swasta di era

Kolonialisme.

Secara administratif , Pabrik Gula Semboro terletak di Desa Semboro, Kecamatan

Semboro, Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur, tepatnya 5 km ke arah selatan dari

Kecamatan Tanggul. Tahun 1978, pabrik Gula Semboro mengalami pemekaran kapasitas

dari 24.000 ku tebu per hari menjadi 48.000 ku per hari, disertai dengan perubahan proses

pengolahan dari Karbonasi menjadi Sulfitasi. Walaupun pemekaran kapasitas dimulai

sejak tahun 1978, akan tetapi karena pada tahun 1978 itu baru merupakan masa uji coba

mesin-mesin / peralatan pabrik, maka praktis pemekaran kapasitas ini baru diawali pada

tahun 1979. Sejak tahun 1982 -1983, kapasitas ditingkatkan lagi dari 48.000 ku per hari

menjadi 54.000 ku tebu perhari. Setelah mengalami beberapa kali rehabilitasi, kini PG

Semboro berkapasitas 7.000 tth. Peningkatan kapasitas diloakukan tahun 2009 sejalan

dengan dicanangkannya program revitalisasi dari sebelumnya sebesar 4.500 tth. Areal

pengusahaan tebu sekitar 9.000 hektar, baik yang berasal dari tebu sendiri maupun

rakyat. Tebu digiling mencapai 900.000 ton dan gula dihasilkan 88.000 ton.

Pada tahun 2012, PG Semboro merencanakan giling tebu sebanyak 801.250,0 ton (tebu

sendiri 165.030,0 ton dan tebu rakyat 636.220,0 ton) yang diperoleh dari areal seluas

8.285,0 ha (TS 1.600,0 ha dan TR 6.685,0 ha). Gula dihasilkan diproyeksikan mencapai

60.102,6 ton (milik PG 28.030,4 ton dan milik petani 32.072,2 ton) dan tetes 36.056,4

ton. Kapasitas PG 7.000 tth (tidak termasuk jam berhenti) atau 5.814,0 tth sudah

termasuk jam berhenti.

Visi Perusahaan

Menjadikan PTPN XI sebagai perusahaan perkebunan yang mampu

meningkatkan kesejahteraan stakeholder secara berkesinambungan.

2

Page 3: Makalah PG Semboro.docx

Misi Perusahaan

Menyelenggarakan agribisnis, utamanya yang berbasis tebu melalui pemanfaatan

Sumber Daya secara optimal dengan memperhatikan kelestarian lingkungan.

3. Struktur Organisasi PG SEMBORO

3.Ir.Muh.Anas Hafis4.Haris Budi P.Bsc5. Tri Antono

1.Kristian Doni2.Mariyanto

Masakan, PendinginHGU + TS +TR

( 6 )

SKW III

SKW IV

HGU + TS +TR

HGU + TS +TR

( 7 )

( 7 )

Ir.Gampil Dwi Susanto.MMpjs.Kepala Tanaman 1

Putu Sukarmen

1.Ir.Imam Fauzi

Asisten SKW

Masinis ListrikTurbin,Istrument

Brian Briantana.ST

Masinis Ketel

SKW I

Agus Amanda

Kemiker Moh.Sohib.ST

2.Ir.H.Eko Wahyu P

4.Aditya Mahendra

Staf PengadaanFallen Wicaksono SE

Wakil Kepala Inst,

Edi Sugihandoyo

Mudjahit

M.Sohib

Perwira Keamanan

Mantri Poliklinik

Staf Keuangan

Masinis PemurnianStaf SDM

Prihartono L.SH

Moh.Kafi.ST

HGU + TS +TR

R.Bambang TA,ST

Budiyoso

Agus Haryanto.SE 3.Irawan Afandi

Staf PembukuanBrilliant Johan.A.SE

Masinis Gilingan

Puteran, Sugar Handing

SKW II

(22)

Kristian Dony.STp

SuyitnoStaf Gudang

( 7 )

Edy SuyitnoPengws Mekanik

Abdullah

Remelt Karbonatasi

Penguapan

Irawan AfandiPeralatan Gula Retail

Aditya Mahendra.ST

Ir.Gampil Dwi SusantoMM

SKW LitbangEndang Setyowati

Koord.Teb & Angk.Kepala LitbangEndang Setyowati

Besali,BangunanSugeng Hariyadi

5. Premono

Agung Satrio Lelono

Kepala Tanaman 2Kepala Akutansi& Keuangan

Koordinator IWakil KepalaKoordinator II

Hasmono

MaryantoEdy Suyitno

AdministraturWIDODO KARDIJANTO

Kepala IstalasiIr Surya Wirawan

Kep.Tanaman Rayon

Kepala PabrikatFajar Lazuardi

4. Proses Produksi PG SEMBORO

Pabrik gula bukanlah pengahasil gula melainkan membantu mengekstrak gula yang ada

pada batang tebu. Jadi, pabtik gula yang sebenarnya pada tebi itu sendiri. Secara umum

proses produksi dari tebu menjadi gula adalah sebagai berikut:

3

Page 4: Makalah PG Semboro.docx

STASIUN GILINGAN

TEBU

STASIUN PEMURNIAN

STASIUN PENGUAPAN

STASIUN MASAKAN

STASIUN PUTARAN

Nira Mentah

Ampas

Nira Encer

Nira Kental

Masakan A/C/D

Blotong

Uap Nira / Air

Uap Nira / Air

Tetes

GULA

Imbibisi

CaOSO2

Uap Pemanas

Uap Pemanas

Air Siraman

a. Stasiun Gilingan

Fungsi stasiun gilingan adalah memerah nira tebu semaksimal mungkin.

Sebelum digiling, tebu diangkat dari lori / truk dengan cane crane untuk

ditempatkan di meja tebu dan dilakukan pengerjaan pendahuluan dengan cane

knife dan unigrator (membuka sel tebu dan meringankan kerja gilingan). Hasil

cacahan ini dimasukkan ke Gilingan I sd Vdengan ditambahi imbibisi (air dan

nira sendiri) untuk mengurangi kehilangan gula dalam ampas. Ampas akhir

dikirim ke stasiun ketel sebagai bahan bakar ketel dan bahan penyaring di Rotary

Vacuum Filter (RVF).

4

Page 5: Makalah PG Semboro.docx

b. Stasiun Pemurnian

Nira mentah yang keluar dari gilingan belum siap untuk dikenakan proses

kristalisasi, karena masih mengandung banyak kotoran, disinilah fungsi dari

stasiun pemurnian yaitu menghilangkan bukan gula sebanyak mungkin dengan

kerusakan sukrosa dan gula reduksi sekecil mungkin. Kotoran-kotoran didalam

nira mentah sebelumnya harus dipisahkan terlebih dahulu. Melalui kombinasi

proses-proses pemanasan, pembentukan endapan dan penyaringan kotoran-

kotoran dapat dipisahkan. Pemanasan juga berfungsi untuk menghilangkan zat

renik yang merugikan proses. Kotoran didalam nira yang berupa blotong

digunakan untuk pupuk. Untuk mendapatkan nira encer dengan cara kimia dan

fisika yaitu memberi tambahan susu kapur (untuk membentuk inti endapan), gas

SO2 (menetralkan pH), dan flokulan (memperbaiki endapan supaya lebih besar).

Faktor yang mempengaruhi pemurnian ini adalah pH, suhu, dan waktu.

c. Stasiun Penguapan

Stasiun penguapan berfungsi untuk menguapkan kandungan air dalam nira

(80 – 85%) sampai mencapai brix (60 - 64) (kekentalan nira Beo 30 - 32). Sistem

penguapan adalah multiple effect dan memakai 5 badan (Quintiple Effec), menurut

Kaidah Norbert Riilieux dimana 1 kg uap pemanas dapat menguapkan 5 kg air.

Stasiun penguapan terdiri dari evaporator yang dilengkapi dengan pompa injeksi,

Luch Pump dan kondensor (barometric condenser). Nira dapat mengalir dari

Badan Penguapan (BP) I ke Badan akhir dikarenakan teradi perbedaan vacuum.

Hasil pemanasan nira di Badan penguapan I digunakan untuk air pengisi ketel;

sedangkan dari evaporator II, III, IV digunakan untuk air injeksi, air penawar

manis, air sirkulasi dan cucian di pan masakan, dan lain – lain. Uap yang

digunakan untuk memanaskan nira berasal dari uap bekas turbin sentral, turbin

gilingan, dan suplesi uap baru. Kelebihan uap pada nira pada penguapan

digunakan untuk masakan / juice heater (vapour bleeding).

5

Page 6: Makalah PG Semboro.docx

d. Stasiun Masakan

Nira kental sebelum mengalami proses kristalisasi ditambah gas belerang dalam

sulfiator sampai pH 5,6 untuk pemucatan warna (nira kental tersulfitir). Proses

kristalisasi berlangsung di pan masakan pada tekanan rendah (hampa) supaya

tidak terjadi kerusakan sucrose yang disebut gula gosong (karamelisasi), skema

masak yang digunakan adalah skema ADC. Bahan masakan A adalah nira kental

tersulfitir, klare A, dan Gula C. Bahan masakan C berasal dari stroop A, babonan

D. Sedang bahan masakan D adalah stroop A, stroop C, dan klare D.

e. Stasiun Puteran dan Penyelesaian

Tujuan dari pemutaran dalah memisahkan kristal dari larutannya (stroop / klare)

dengan memanfaatkan gaya centrifugal, dimana massa akan terlempar menjauhi

titik pusat (sumbu) dan kristal akan tertahan saringan sedangkan larutan akan

menerobos saringan. Ada dua macam puteran yang digunakan:

1. Puteran High Grade Fugal

Yang bekerja secara terputus (diskontinu) untuk memisahkan kristal produk

SHS. Pada puteran A1 untuk memisahkan gula A1 dengan stroop A dan

puteran A2 untuk memisahkan gula SHS dari klare A.

2. Puteran Low Grade Fugal

Yang bekerja secara kontinu untuk memisahkan kristal C dari stroop C dan

babonan C dari klare C. Serta memisahkan gula D dari tetes (mempunyai

harkat kemurnian rendah dan tidak dapat dikristalkan lagi) dan memisahkan

babonan D dari klare D.

Kristal SHS mengalami pengeringan sebelum dikemas dalam karung melalui:

1) Talang goyang yang memanfaatkan gaya eksentrik dan dilengkapi blower

yang menghembus udara panas.

2) Tangga Jacob untuk menaikkan kristal SHS ke Sugar Bin.

3) Kristal disaring sesuai ukuran produk yang dikehendaki (0,9 – 1,1 mm) dan

kemudian dikemas dalam karung plastik berisi 50 kg netto.

6

Page 7: Makalah PG Semboro.docx

f. Stasiun Ketel dan Listrik

Merupakan stasiun yang menghasilkan energi uap steam yang digunakan untuk

memutar Turbin (menghasilkan listrik untuk proses) dan melayani kebutuhan uap

untuk proses (mesin uap, turbin gilingan, evaporator dan masakan). Sumber

energi pembakaran ketel berasal dari ampas tebu stasiun gilingan. PG. Semboro

memiliki tiga Ketel tekanan menegah (Takuma, Stork, dan Cheng-chen). Dan

terdapat turbin generator) dan tambahan dari PLN untuk memenuhi kebutuhan

listriknya, selain itu juga ada diesel untuk supportingnya.

7

Page 8: Makalah PG Semboro.docx

5. Sistem Informasi Akuntansi PG SEMBORO

a. Bahan Baku

8

Page 9: Makalah PG Semboro.docx

Keterangan:

- Bahan Baku diambil dengan menggunakan Surat Perintah Angkat Tebu

(SPAT) yang berjumlah 5 rangkap. SPAT rangkap 1 untuk mengambil bahan

baku.

- Kemudian bahan baku diterima dan melakukan pemrosesan tebu. Bahan yang

diproses ini tidak dicatat dalam akun Barang Dalam Proses (BDP), tetapi

langsung dicatat dalam Laporan Harian.

- Hasil pemrosesan tebu tersebut adalah gula dan dicatat dalam akun Persediaan

Barang Jadi.

- SPAT rangkap 1 diberikan kepada bagian truk untuk mengambil tebu. Setelah

selesai mengambil tebu, sopir truk bisa menerima gajinya di bagian keuangan

pada hari tersebut.

- SPAT rangkap 2 diberikan kepada bagian pabrik yang selanjutnya digunakan

untuk mengetahui persediaan bahan baku.

- SPAT rangkap 3 diberikan kepada bagian TUK yang selanjutnya digunakan

untuk memperkirakan gaji.

- SPAT rangkap 4 diberikan kepada manjer keuangan untuk membuat laporan

keuangan.

- Sedangkan SPAT rangkap 5 diarsipkan.

9

Page 10: Makalah PG Semboro.docx

b. Tenaga Kerja

10

Page 11: Makalah PG Semboro.docx

Keterangan:

- Sopir Truk menyerahkan slip gaji kepada bagian akuntansi.

- Kemudian gaji diterima sopir setelah mengantar barang.

- Absensi yang digunakan para karyawan melalui finger print yang langsung

diberikan oleh pihak HRD.

11

Page 12: Makalah PG Semboro.docx

c. FOH (Factory Overhead)

12

Page 13: Makalah PG Semboro.docx

Keterangan:

- FOH ditentukan berdasarkan slip pembayaran gaji dan slip pembayaran

telepon.

6. Akuntansi Biaya PG SEMBORO

a. Tinjauan atas Akuntansi Biaya

Bahan Baku

Bahan baku tebu di Pabrik Gula Semboro 50 s/d 80% berasal dari Tebu

Rakyat (TR).

Tenaga Kerja Langsung

Tenaga yang dibutuhkan oleh Pabrik Gula Semboro di dalam operasional

sehari-hari cukup besar. Dengan demikian, Pabrik Gula Semboro telah dapat

membantu pemerintah dalam hal penyediaan lapangan kerja khususnya bagi

masyarakt di Kabupaten Jember. Baik yang bekerja secara langsung di

Pabrik Gula Semboro maupun bekerja sebagai tenaga yang mendukung

adanya kegiatan giling. Sebagai gambaran untuk setiap giling di Pabrik Gula

Semboro membutuhkan tenaga kerja sebagai berikut: tenaga kerja yang

terlibat langsung dalam proses produksi 1.900 orang.

Overhead

o Tenaga Kerja Tidak Langsung

1. Tenaga pemeliharaan tanaman di kebun mencapai 15.000 orang.

2. Untuk tenaga tebang 4.500 orang.

3. Petani penyediaan bahan baku sebanyak 5.000 orang.

4. Tenaga kerja untuk angkutan tebu (sopir dan kernet truk) 1.000

orang.

Sehingga total tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan giling setiap

tahun mencapai hampir 28.000 orang.

o Bahan Baku Tidak Langsung

Dalam stasiun pemurnian untuk mendapatkan nira yang encer perlu

ditambahkan susu kapur (untuk memberntuk inti endapan), gas SO2

13

Page 14: Makalah PG Semboro.docx

(menetralkan pH), dan flokulan (memperbaiki endapan suapaya lebih

besar).

b. Kendala

o Kegagalan produksi yang disebabkan karena kesalahan internal, maka

kegagalan tersebut pada Pabrik Gula Semboro dibebankan langsung

kepada HPP (harga Pokok Penjualan).

o Walaupun ada banyak departemen (stasiun) di pabrik gula Semboro, tetapi

tidak ada biaya antar departemen tersebut.

c. Keunggulan

Manajemen Pabrik Gula Semboro melakukan pemisahan biaya langusng

dan tidak langsung

Manajemen PG Semboro mengetahui masalah dasar yang dihadapi oleh

pabrik, seperti: masalah produk dan produktivitas; mutu kemitraan antara

petani dan pabrik gula ; serta hargagula yang cenderung tidak stabil,

sehingga manajemen PG Semboro dapat menemukan solusi-solusi dan

menyelesaikan permasalahan. PG Semboro juga melakukan upaya untuk

meningkatkan produksi dan produktivitasnya, seperti: perbaikan varietas

tanaman, pelaksanaan program bongkar ratoon, perbaikan kultur teknik,

efektivitas penggunaan pupuk dengan analisis tanah, pemkaian ZPT dan

ZPK, serta peningkatan kinerja pabrik dan peningkatan efisiensi.

Sebagai usaha manufaktur, PG Semboro bisa memberikan kontribusi pada

masayarakat sekitar, pemerintah, sertta bagi pengembangan perekonomian

masyarakat, khususnya di Jember.

d. Kelemahan

Dalam Rework, PG Semboro membebankan biaya ke HPP. Padahal dalam

rework biaya tersebut dibebankan ke pengendali overhead, karena biaya

rework termasuk dalam kegagalan internal.

14

Page 15: Makalah PG Semboro.docx

Dalam penentuan biaya overhead pabrik, PG Semboro membebankan

biaya direksi, yaitu biaya yang dialokasikan untuk pusat (bukan bagian

produksi). Sehingga, biaya lain yang mempengaruhi proses produksi,

bahan baku tidak langsung dan tenaga kerja tidak langsung tidak

dibebankan ke biaya overhead pabrik.

Dalam PG Semboro tidak ada biaya antar departemen, sehingga

pembebanan biaya dan penentuan harga menjadi kurang maksimal untuk

setiap produk yang dihasilkan.

e. Rekomendasi

Dalam hal rework karena kegagalan internal sebaikanya dibebankan ke

perusahaan, bukan pada harga produksi dan meingkatkan harga pada semua

produk gagal. Pembebanan harga tersebuit dapat dimasukkan ke dalam akun

pengendali overhead. Penghitungan biaya antar departemen juga sebaiknya

dilakukan untuk memberikan kejelasan atas asal dari biaya-biaya yang tertera

dalam laporan. Peghitungan biaya tersebut dapat memberikan keterangan yang

jelas atau kuantitas input dan output pada PG Semboro, biaya pada departemen

tersebut, dan biaya yang harus dipertanggungjawabkan termasuk biaya pasti untuk

ditransfer ke proses selanjutnya.

Biaya FOH juga seharusnya bukanlah merupakan biaya direksi. Biaya

direksi sebaiknya dimasukkan ada beban lain-lain atau disediakan laporan khusus

yang mengalokasikan biaya tersebut. Biaya FOH sebaiknya meliputi seluruh

biaya yang secara tidak langsung mempengaruhi produksi satu unit produk,

seperti biya utilitas.

15