Makalah - Pesta Lomban

9
1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Setiap tradisi yang mampu bertahan lama, pastilah melalui proses evolusi kebudayaan yang panjang dan memiliki kesamaan akan historis. Evolusi yang diikuti akulturasi itu, pada akhirnya menimbulkan keselarasan dan kecocokan dengan masyarakat penganutnya. Begitu halnya dengan tradisi kupatan atau lomban di Jepara. Jepara sebagai kota yang mayoritas penduduknya berprofesi sebagai nelayan selain sebagai pengrajin seni ukir (mebel) juga mempunyai satu tradisi warisan leluhur yang masih disakralkan hingga kini yaitu Tradisi Syawalan( kupatan) atau biasa disebut Pesta Lomban. Masyarakat Jepara menganggap Pesta Lomban menjadi sebuah upacara ritual tahunan yang sakral dan memberikan kekuatan spiritual yang kuat bagi para nelayan untuk kembali melaut mencari nafkah dan merupakan ritual penolak balak di lautan, sehingga merasa nyaman dalam bekerja. 1.2 Tujuan Dengan makalah ini, diharapkan mahasiswa lebih mengenal kearifan budaya yang ada di Indonesia dan mengerti makna dari budaya budaya yang ada, sehingga dalam setiap kegiatan yang dilakukan sesuai dengan etika dan budaya yang berlaku.

description

Pasta Lomban

Transcript of Makalah - Pesta Lomban

  • 1. Pendahuluan

    1.1 Latar BelakangSetiap tradisi yang mampu bertahan lama, pastilah melalui proses evolusi

    kebudayaan yang panjang dan memiliki kesamaan akan historis. Evolusi yang diikutiakulturasi itu, pada akhirnya menimbulkan keselarasan dan kecocokan denganmasyarakat penganutnya. Begitu halnya dengan tradisi kupatan atau lomban diJepara. Jepara sebagai kota yang mayoritas penduduknya berprofesi sebagai nelayanselain sebagai pengrajin seni ukir (mebel) juga mempunyai satu tradisi warisan leluhuryang masih disakralkan hingga kini yaitu Tradisi Syawalan( kupatan) atau biasa disebutPesta Lomban. Masyarakat Jepara menganggap Pesta Lomban menjadi sebuah upacararitual tahunan yang sakral dan memberikan kekuatan spiritual yang kuat bagi paranelayan untuk kembali melaut mencari nafkah dan merupakan ritual penolak balak dilautan, sehingga merasa nyaman dalam bekerja.

    1.2 TujuanDengan makalah ini, diharapkan mahasiswa lebih mengenal kearifan budaya yang

    ada di Indonesia dan mengerti makna dari budaya budaya yang ada, sehingga dalamsetiap kegiatan yang dilakukan sesuai dengan etika dan budaya yang berlaku.

  • 2. Tinjauan Pustaka

    2.1 Sejarah Pesta LombanPesta lomban itu sendiri telah berlangsung lebih dari 1 (satu) abad yang lampau.

    Berita ini bersumber dari tulisan tentang lomban yang dimuat dalam Kalawarti/Majalahberbahasa Melayu bernama Slompret Melayu yang terbit di Semarang pada paruh keduaabad XIX edisi tanggal 12 dan 17 Agustus 1893 yang menceritakan keadaan lombanpada waktu itu, dan ternyata tidak berbeda dengan apa yang dilaksanakan masyarakatsekarang. Diceritakan dalam pemberitaan tersebut, bahwa pusat keramaian pada waktuitu berlangsung di teluk Jepara dan berakhir di Pulau Kelor. Pulau Kelor sekarang adalahkomplek Pantai Kartini atau taman rekreasi Pantai Kartini yang kala itu masih terpisah

    dengan daratan di Jepara. Karena pendangkalan, maka lama kelamaan antara Pulau Kelordan daratan Jepara bergandeng menjadi satu.

    Pulau Kelor (sekarang Pantai Kartini) dahulu pernah menjadi kediaman seorangMelayu bernama Encik Lanang, pulau ini dipinjamkan oleh Pemerintah Hindia Belndakepada Encik Lanang atas jasanya dalam membantu Hindia Belanda dalam perang diBali. Pesta Lomban kala itu memang saat-saat yang menggembirakan bagi masyarakatwarga nelayan di Jepara.

    Pesta ini dimulai pada pagi hari saat matahari mulai menampakkan cahayanya dibumi, penduduk peserta Lomban telah bangun dan menuju perahunya masing-masing.Mereka mempersiapkan amunisi guna dipergunakan dalam Perang Teluk

    Jepara, baik amunisi logistik berupa minuman dan makanan maupun amunisi perang

    berupa ketupat, lepet dan kolang kaling, guna meramaikan dibawa pula petasan sehinggasuasananya ibarat perang. Keberangkatan armada perahu ini di iringi dengan gamelanKebogiro. Bunyi petasan yang memekakkan telinga dan peluncuran Peluru kupat dan

    lepet dari satu perahu ke perahu yang lain. Saat Perang Teluk berlangsung dimeriahkan

    dengan gamelan Kebogiro. Seusai pertempuran para peserta Pesta Lomban bersama-sama mendarat ke Pulau Kelor untuk makan bekalnya masing-masing.

    Di samping makan bekalnya situasi di Pulau Kelor tersebut ramai oleh parapedagang yang juga menjual makanan dan minuman serta barang-barang kebutuhanlainnya. Selain pesta-pesta tersebut, para nelayan peserta Pesta Lomban tak lupa lebihdahulu berziarah ke makam Encik Lanang yang dimakamkan di Pulau Kelor tersebut.

  • Sebelum sore hari Pesta Lomban berakhir penonton dan peserta pulang ke rumahmasing-masing.

    2.2 Lomban (Kupatan)Istilah Lomban oleh sebagian masyarakat Jepara disebutkan dari kata lomba-

    lomba yang berarti masyarakat nelayan masa itu bersenang-senang melaksanakan

    lomba-lomba laut yang seperti sekarang masih dilaksanakan setiap pesta Lomban, namunada sebagian mengatakan bahwa kata-kata lomban berasal dari kata Lelumban ataubersenang-senang. Pesta Lomban merupakan pesta masyarakat nelayan di wilayahKabupaten Jepara dalam bentuk sedekah laut. Namun kini sudah menjadi milikkeseluruhan masyarakat Jepara, bukan nelayan saja. Semuanya mempunyai makna yangsama yaitu merayakan hari raya dengan bersenang-senang setelah berpuasa Ramadhansebulan penuh. Yang pasti, bada lomban merupakan momen bagi para nelayan untukbersenang-senang dalam merayakan Idul Fitri setelah menunaikan puasa sebulan penuh.Tidak hanya para nelayan, anak-anak yang tinggal di sekitar pantai denganmenyeramakkan tersebut dengan menggunakan baju warna-warni.

    Pesta ini merupakan puncak acara dari Pekan Syawalan yang diselenggarakanpada tanggal 8 syawal atau 1 minggu setelah hari Raya Idul Fitri dengan melarung kepalakerbau ke tengah lautan. Pusat perayaan ini berada di Pantai Kartini, Jepara, namun bisajuga disaksikan di Ujung Gelam, Pantai Koin, Karimunjawa, pantai bandengan, pantaibondo, serta beberapa tempat yang di tentukan sebelumnya. Selain bada lomban, dikenalpula bada kupat. Kupat adalah bentuk tradisional yang tidak asing lagi bagi masyarakatkhususnya masyarakat Jawa Tengah. Secara harfiah, ketupat merupakan jenis makananyang dibuat dari pembungkus pelepah daun janur berbentuk hati yang di dalamnya berisiberas yang sudah matang. Ketupat ini hanyalah merupakan bentuk simbolisasi yangbermakna hati putih yang dimiliki oleh seseorang yang kembali suci.

    Ketupat dalam bahasa Jawa berasal dari singkatan Ngaku Lepat yang berarti

    mengakui kesalahan. Maknanya, dengan tradisi ketupat diharapkan setiap orang maumengakui kesalahan, sehingga memudahkan diri untuk memaafkan kesalahan orang lain.Singkatnya, semua dosa yang ada akan saling terlebur bersamaan dengan hari raya idulfitri. Selain itu ketupat mengandung empat makna yakni: lebar, lebur, luber dan labur.Lebar artinya luas, lebur artinya dosa atau kesalahan yang sudah diampuni, lubermaknanya pemberian pahala yang berlebih, dan labur artinya wajah yang ceria. Secarakeseluruhan bisa dimaknai sebagai suatu keadaan yang paling bahagia setelah segala

  • dosa yang demikian besar diampuni untuk kembali menjadi orang yang suci dan bersih.Banyak makna filosofis yang dikandung dalam makanan ketupat ini. Bungkus yangdibuat dari janur kuning melambangkan penolak bala bagi orang Jawa. Sebagianmasyarakat juga memaknai rumitnya anyaman bungkus ketupat mencerminkan berbagaimacam kesalahan manusia sedangkan warna putih ketupat ketika dibelah duamencerminkan kebersihan dan kesucian setelah mohon ampun dari kesalahan. Berassebagai isi ketupat diharapkan menjadi lambang kemakmuran setelah hari raya. Adapunbentuk ketupat yang persegi, menjadi simbol atau perwujudan cara pandang kiblat papatlima pancer. Cara pandang itu menegasikan adanya harmonisasi dan keseimbangan alam:empat arah mata angin utama, yaitu timur, selatan, barat, dan utara yang bertumpu padasatu pusat. Maknanya, manusia dalam kehidupan, ke arah manapun dia pergi, hendaknyatidak pernah melupakan pancer yaitu tuhan yang maha Esa. Selain ketupat, makanankhas di Jepara pada saat pesta lomban adalah lepet.

    Lepet adalah makanan terbuat dari ketan dan kelapa, kadang-kadang ditambahkandengan kacang tanah, dibungkus juga dengan janur tetapi cara membungkusnya berbedadegan kupat. Janur dilipat secara memanjang dimana adonan ketan diletakkan di tengah-tengahnya, kemudian diikat dengan tali bambu secara melingkar. Lepet memberimakna pertama, "mangga dipun silep ingkan rapet" (Jawa: mari disimpan/dikuburdengan rapat-rapat). Kedua, dibungkus menyerupai mayat dan diikat laksana kafan(pembungkus mayat), memberi makna bahwa ketan itu lengket dan dierat dengan talipersaudaraan, agar kesalahan tidak menjadi dendam sampai mati. Secara bebas dimaknaidari Kupat-Lepet ini adalah "Mengakui segala kesalahan dan memohon maaf, kemudianmengubur kesalahan tersebut dalam-dalam untuk tidak diulangi dengan hati yangbersih, agar persaudaraan semakin erat, tidak ada dendam hingga ajalmenjelang".Tujuan diadakannya Pesta Lomban ini sebagai bentuk nyata peranPemerintah Kabupaten Jepara dalam melestarikan budaya lokal Jepara, sebagai salahsatu bentuk kearifan lokal Jepara sekaligus event untuk mempromosikan potensi wisataKabupaten Jepara khususnya wisata budaya yang dimiliki Kabupaten Jepara.

    2.3 ProsesiPesta Lomban masa kini telah dilaksanakan oleh warga masyarakat nelayan Jepara

    bahkan dalam perkembangannya sudah menjadi milik warga masyarakat Jepara. Hal ininampak partisipasinya yang besar masyarakat Jepara menyambut PestaLomban. Duaatau tiga hari sebelum Pesta Lomban berlangsung pasar-pasar di kota Jepara nampak

  • ramai seperti ketika menjelang Hari Raya Idul Fitri. Ibu-ibu rumah tangga sibukmempersiapkan pesta lomban sebagai hari raya kedua. Pedagang bungkusan kupatdengan janur (bahan pembuat kupat dan lepet) juga menjajakan ayam guna melengkapilauk pauknya. Malam hari sebelum acara pesta Lomban berlangsung, biasanya diadakanpagelaran wayang kulit semalam suntuk. Pada saat pesta Lomban berlansung semuapasar di Jepara tutup tidak ada pedagang yang berjualan semuanya berbondong-bondongke Pantai Kartini Pesta Lomban dimulai sejak pukul 06.00 WIB dimulai dengan upacaraPelepasan Sesaji dari TPI Jobokuto.

    Upacara ini dipimpin oleh pemuka agama desa Jobokuto dan dihadiri oleh BapakBupati Jepara dan para pejabat Kabupaten lainnya. Sesaji itu berupa kepala kerbau, kaki,kulit dan jerohannya dibungkus dengan kain mori putih. Sesaji lainnya berisi sepasangkupat dan lepet, bubur merah putih, jajan pasar, arang-arang kambong (beras digoreng),nasi yang diatasnya ditutupi ikan, jajan pasar, ayam dekeman (ingkung), dan kembangboreh/setaman. Semua sesaji diletakkan dalam sebuah ancak yang telah disiapkansebelumnya. Setelah dilepas dengan doa sesaji ini dilarung ke tengah lautan,

    pembawa sesaji dilakukan oleh sejumlah rombongan yang telah ditunjuk oleh pinisepuhnelayan setempat dan diikuti oleh keluarga nelayan, semua pemilik perahu, dan aparatsetempat.

    Pelarungan sesaji ini dipimpin oleh Bupati Jepara. Tradisi pelarungan kepalakerbau ini dimulai sejak Haji Sidik yang kala itu menjabat Kepala Desa Ujungbatusekitar tahun 1920. Upacara pemberangkatan sesaji kepala kerbau yang dipimpin olehBapak Bupati Jepara, sebelum diangkut ke perahu sesaji diberi doa oleh pemuka agama

    dan kemudian diangkat oleh para nelayan ke perahu pengangkut diiringi Bupati Jeparabersama dengan rombongan. Sementara sesaji dilarung ke tengah lautan, para pesertapesta lomban menuju ke Teluk Jepara untuk bersiap melakukan Perang Laut dengan

    amunisi beragam macam ketupat dan lepet tersebut. Di tengah laut setelah sesaji dilepas,beberapa perahu nelayan berebut mendapatkan air dari sesaji itu yang kemudiandisiramkan ke kapal mereka dengan keyakinan kapal tersebut akan mendapatkan banyakberkah dalam mencari ikan. Ketika berebut sesaji ini juga dimeriahkan dengan tradisiperang ketupat dimana antar perahu yang berebut saling melempar dengan menggunakanketupat.

    Selanjutnya dengan disaksikan ribuan pengunjung Pesta Lomban acara PerangTeluk berlangsung ribuan kupat, lepet, kolang kaling, telur-telur busuk berhamburanmengenai sasaran dari perahu ke perahu yang lain. Perang Teluk usai setelah Bupati

  • Jepara beserta rombongan merapat ke Pantai Kartini dan mendarat di dermaga gunaberistirahat dan makan bekal yang telah dibawa dari rumah. Di sini para peserta pestaLomban dihibur dengan tarian tradisional Gambyong dan Langen Beken dan lainsebagainya.

    Maksud dari upacara pelarungan ini adalah sebagai ungkapan rasa terima kasihkepada Allah SWT, yang melimpahkan rezeki dan keselamatan kepada wargamasyarakat nelayan selama setahun dan berharap pula berkah dan hidayahNya untukmasa depan. Selain itu pelarungan ditujukan sebagai salah satu bentuk rasa hormatkepada Yang Maha Penguasa sing mbaurekso sebagai ruh para leluhur yang mereka

    percaya dapat menjaga dan melindunginya dari segala ancaman dari marabahaya danmala petaka. Tradisi upacara yang masih bertahan dapat memberi gambaran bahwamasyarakat nelayan masih memegang teguh adat istiadat yang diwarisi secara turun-temurun. Kepercayaan terhadap leluhur, roh halus merupakan manifestasi keteguhan hatiyang masih mengakar pada diri nelayan Jepara dalam hal nguri - uri kebudayaanleluhurnya.

  • 3. Penutup

    3.1 KesimpulanBudaya Syawalan atau lomban di Jepara adalah tradisi yang dilaksanakan oleh

    masyarakat baik nelayan, petani, dan profesi yang lain. Lomban ini telah dikenal sejakratusan tahun yang silam, minimal telah terdokumentasi pada tahun 1868 dan tahun1882. Pada saat itu, Event ini telah dikenal tidak hanya oleh masyarakat Jepara tetapijuga oleh masyarakat Rembang, Kudus, dan Demak. Pada tahun tersebut, berdasarkankesaksian orang Belanda yang mengikuti prosesi lomban menjelaskan bahwa kegiatansejenis lomban di daerah lain belum. Artinya kegiatan syawalan atau lomban ini padatahun tersebut hanya ada di Jepara.

    Dalam konteks kekinian, kegiatan yang dilaksanakan pada hari kedelapan bulanSyawal ditandai dengan berbagai prosesi antara lain acara selamatan, ziarah,penyelenggaraan wayang kulit, larungan, festival kupat lepet, hiburan, dan lain-lain.Pada hari hari pelaksanaan, acara larungan diikuti oleh Bupati dan Forum KomunikasiPejabat Daerah, serta diikuti oleh ratusan perahu dari berbagai desa atau kelurahan. Parapejabat dan rakyat melarung kepala kerbau ke laut sebagai simbol rasa syukur kepadaAllah atas rezeki yang telah diberikan. Dengan harapan di tahun mendatang diharapkanrezeki pelaut bertambah. Acara Syawalan di Jepara dimaknai sebagai acara untukmemupuk kebersamaan, kerukunan dan keguyuban sesama masyarakat nelayan danpetani di Jepara. Bagi pemerintah perayaan Syawalan merupakan agenda rutin yangmasuk dalam kalender kegiatan pariwisata nasional.

  • Daftar Pustaka

    Abdullah, Rahma. 2010. Kearifan Lokal di Lingkungan Masyarakat Nelayan Jepara JawaTengah. Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata. Diakses pada : 11 April 2015.http://zainurrakhmah.blog.ugm.ac.id/

    Alamsyah. 2013. Budaya Syawalan atau Lomban di Jepara : Studi Komparasi Akhir Abadke-19 dan Tahun 2013. Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Diponegoro.

    Rohmaniyyah, Awalatur.2014. Tradisi Kupatan (Lomban) di Jepara. Program Studi Ilmu AlQuran dan Tafsir. Sekolah Tinggi Agama Islam Sunan Pandanaran.

  • TUGAS INDIVIDU

    ETIKA PROFESI

    Pesta Lomban di Jepara

    Oleh :

    Nama : Bagus Sulistyono Putra

    NIM : 125040200111088

    Dosen : Nunun Barunawati

    JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG

    2015