Makalah Pengembangan Indikator Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan_2
-
Upload
fadhila-el-husna -
Category
Documents
-
view
829 -
download
1
Transcript of Makalah Pengembangan Indikator Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan_2
PENGEMBANGAN INDIKATOR DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN
PENDIDIKAN
A. Pengertian Indikator
Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh perubahan perilaku
yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator
dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan
pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur
dan/atau dapat diobservasi.
Dalam mengembangkan indikator perlu mempertimbangkan:
1. Tuntutan kompetensi yang dapat dilihat melalui kata kerja yang digunakan dalam KD;
2. Karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah;
3. Potensi dan kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan lingkungan/ daerah.
Dalam mengembangkan pembelajaran dan penilaian, terdapat dua rumusan indikator,
yaitu:
a. Indikator pencapaian kompetensi yang dikenal sebagai indikator;
b. Indikator penilaian yang digunakan dalam menyusun kisi-kisi dan menulis soal yang di
kenal sebagai indikator soal.
Indikator dirumuskan dalam bentuk kalimat dengan menggunakan kata kerja
operasional. Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua hal yaitu tingkat
kompetensi dan materi yang menjadi media pencapaian kompetensi.
Indikator memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam mengembangkan
pencapaian kompetensi berdasarkan SK-KD. Indikator berfungsi sebagai berikut :
1. Pedoman dalam mengembangkan materi pembelajaran
Pengembangan materi pembelajaran harus sesuai dengan indikator yang dikembangkan.
Indikator yang dirumuskan secara cermat dapat memberikan arah dalam pengembangan
materi pembelajaran yang efektif sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, potensi
dan kebutuhan peserta didik, sekolah, serta lingkungan.
2. Pedoman dalam mendesain kegiatan pembelajaran
Desain pembelajaran perlu dirancang secara efektif agar kompetensi dapat dicapai
secara maksimal. Pengembangan desain pembelajaran hendaknya sesuai dengan
indikator yang dikembangkan, karena indikator dapat memberikan gambaran kegiatan
1
pembelajaran yang efektif untuk mencapai kompetensi. Indikator yang menuntut
kompetensi dominan pada aspek prosedural menunjukkan agar kegiatan pembelajaran
dilakukan tidak dengan strategi ekspositori melainkan lebih tepat dengan strategi
discovery-inquiry.
3. Pedoman dalam mengembangkan bahan ajar
Bahan ajar perlu dikembangkan oleh guru guna menunjang pencapaian kompetensi
peserta didik. Pemilihan bahan ajar yang efektif harus sesuai tuntutan indikator sehingga
dapat meningkatkan pencapaian kompetensi secara maksimal.
4. Pedoman dalam merancang dan melaksanakan penilaian hasil belajar
Indikator menjadi pedoman dalam merancang, melaksanakan, serta mengevaluasi hasil
belajar, Rancangan penilaian memberikan acuan dalam menentukan bentuk dan jenis
penilaian, serta pengembangan indikator penilaian. Pengembangan indikator penilaian
harus mengacu pada indikator pencapaian yang dikembangkan sesuai dengan tuntutan
SK dan KD.
Indikator soal bermanfaat bagi:
a. Guru dalam mengembangkan kisi-kisi penilaian yang dilakukan melalui tes (tes tertulis
seperti ulangan harian, ulangan tengah semester, dan ulangan akhir semester, tes
praktik, dan/atau tes perbuatan) maupun non-tes;
b. Peserta didik dalam mempersiapkan diri mengikuti penilaian tes maupun non-tes.
Dengan demikian siswa dapat melakukan self assessment untuk mengukur kemampuan
diri sebelum mengikuti penilaian sesungguhnya;
c. Pimpinan sekolah dalam memantau dan mengevaluasi keterlaksanaan pembelajaran dan
penilaian di kelas;
d. Orang tua dan masyarakat dalam upaya mendorong pencapaian kompetensi siswa lebih
maksimal.
B. Macam-macam Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Indikator kunci
Safari (2005:21-22) menyatakan bahwa Indikator kunci adalah indikator yang
memenuhi syarat UKRK atau Urgensi, Kontinuitas, Relevansi dan Keterpakaian
Urgensi secara dimaknai bahwa teoritis indikator itu harus dikuasai siswa
Kontinuitas dimaknai bahwa indikator ini merupakan indikator lanjutan yang
merupakan pendalaman dari satu atau lebih indikator yang sudah pernah
dipelajari pada KD sebelumnya atau pada KD itu sendiri
2
Relevansi dimaknai bahwa indikator itu diperlukan untuk mempelajari atau
memahami mata pelajaran lain
Keterpakaian dimaknai bahwa indikator itu memiliki nilai terapan tinggi dalam
kehidupan sehari-hari
Ditinjau dari tuntutan kemampuan yang harus ditampilkan atau dikuasai siswa
berkait dengan KD yang bersangkutan indikator kunci menuntut kemampuan setara
dengan kemampuan yang dirumuskan pada kompetensi dasar (KD), sehingga
tuntutan kemampuan pada indikator kunci mewakili tuntutan kemampuan KDnya.
Kemampuan yang dituntut pada indikator kunci adalah kemampuan minimal dari
KDnya, atau dengan kata lain target kemampuan minimal pada penguasaan suatu KD
tercermin dalam indikator kunci.
Indikator kunci ini harus diuji dengan maksud untuk mengetahui tingkat
pencapaian siswa terhadap KD. Pengujian melalui ulangan harian. Bila UKRKnya
cukup tinggi maka selain pada ulangan harian dapat pula diujikan pada ulangan
tengah semester atau ulangan akhir semester. Siswa dikatakan tuntas suatu KD bila
minimal ia menguasai kemampuan yang dirumuskan pada indikator kunci
2. Indikator pendukung/jembatan
Safari (2005:23) menyatakan bahwa indikator pendukung merupakan indikator
yang mendukung indikator kunci.
Ditinjau dari tuntutan kemampuan yang harus ditampilkan atau dikuasai siswa
berkait dengan KD yang bersangkutan, indikator pendukung mencerminkan
kemampuan jembatan yang diperlukan dalam rangka menguasai kemampuan yang
dirumuskan oleh indikator kunci. Oleh karena itu indikator pendukung boleh juga
dinamai indikator jembatan.
Indikator pendukung/jembatan mencerminkan kemampuan jembatan yang
diperlukan dalam rangka menguasai kemampuan yang dirumuskan oleh indikator
kunci. Kemampuan jembatan itu berhubungan dengan kemampuan prasyarat.
Kemampuan prasyarat adalah kemampuan yang sebelumnya telah dipelajari siswa,
dan kemampuan itu langsung berhubungan dengan kemampuan yang akan dipelajari.
Mengingat materi matematika tersusun hirarkis sangat ketat, maka kemampuan
prasyarat ini kedudukannya sangat penting. Siswa yang lemah dalam penguasaan
kemampuan prasyarat hampir pasti akan lemah dalam kemampuan berikutnya. Oleh
karena itu dalam mata pelajaran matematika sangat penting mencermati kemampuan
prasyarat. Dalam kaitan dengan pengelompokan indikator, kemampuan pada
3
indicator pendukung/jembatan merupakan kemampuan prasyarat untuk penguasaan
kemampuan pada indikator kunci dalam lingkup KD yang bersangkutan.
Dengan demikian bila siswa Anda diprediksi pada umumnya cepat menguasai
kemampuan yang dirumuskan oleh indikator kunci, Anda tidak perlu mendesain
indikator pendukung/jembatan. Bila Anda memprediksi siswa Anda pada umumnya
’lemah’ dalam kemampuan prasyarat berkait dengan kemampuan pada indikator
kunci, maka Anda sebaiknya mendesain indicator pendukung/jembatan.
Mengingat bahwa materi matematika tersusun hirarkis sangat ketat maka dapat
terjadi kemampuan prasyarat untuk indikator kunci terkait dengan kemampuan pada
KD-KD yang telah dipelajari sebelumnya, namun dapat pula terkait dengan
kemampuan pada KD bersangkutan yang sedang dipelajari. Kemampuan prasyarat
untuk indikator kunci yang dirumuskan pada indikator pendukung/jembatan adalah
kemampuan berkait dengan KD bersangkutan yang sedang dipelajari, bukan berkait
dengan kemampuan pada KD-KD sebelumnya. Bila kemampuan prasyarat untuk
indikator kunci berkait dengan kemampuan pada KD-KD sebelumnya yang telah
dipelajari maka penguasaannya dideteksi (bukan diuji) dalam apersepsi pada kegiatan
pendahuluan pembelajaran. Sedangkan kemampuan prasyarat untuk indicator kunci
yang dirumuskan pada indikator pendukung/jembatan dibahas pada kegiatan inti
pembelajaran dan tepatnya sebelum siswa belajar dengan tolok ukur indikator kunci.
Indikator pendukung/jembatan boleh tidak diujikan secara mandiri bila sudah
terwakili oleh indikator kunci, karena pengujian diikutkan pada indikator kunci. Bila
belum terwakili indiaktor kunci maka indikator pendukung/jembatan harus diujikan.
Contoh: pada KD ’Menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel
(SPLSV)’ di Kelas VIII, dapat didesain indikator pendukung/jembatan:
’mengidentifikasi SPLDV dalam berbagai bentuk’ dan indikator kunci
’menyelesaikan SPLDV dengan cara eliminasi dan substitusi’. Indikator
pendukung/jembatan sebaiknya diuji sendiri, karena tak terwakili oleh indikator
jembatan. Karena menjadi modal atau prasyarat untuk menguasai kemampuan pada
indikator kunci, maka sebaiknya pengujian indikator pendukung/jembatan dilakukan
sebelum siswa belajar kemampuan yang berkait dengan indikator kunci. Dengan
demikian, sebaiknya pengujian indikator pendukung/jembatan dilakukan sebelum
ulangan harian.
3. Indikator kompleks/pengayaan
Safari (2005:23-24) menyatakan bahwa indikator kompleks merupakan
indikator yang memiliki tingkat kesulitan dan kerumitan yang tinggi.
4
Dalam pelaksanaannya indikator kompleks menuntut:
kreativitas yang tinggi
waktu yang cukup lama karena perlu pengulangan,
penalaran dan kecermatan siswa yang tinggi,
sarana dan prasarana sesuai tuntutan kompetensi yang harus dicapai.
Ditinjau dari tuntutan kemampuan yang harus ditampilkan atau dikuasai siswa
berkait dengan KD yang bersangkutan, indikator kompleks mencerminkan tuntutan
kemampuan tambahan atau kemampuan yang sifatnya pengayaan dari target
kemampuan minimal pada KDnya. Oleh karena itu indikator kompleks boleh juga
dinamai indikator pengayaan. Perlu diingat bahwa target kemampuan minimal
tercermin pada indikator kunci.
Bila indicator kompleks/pengayaan tidak diterapkan untuk semua siswa maka
indicator kompleks ini tidak harus diuji melalui ulangan harian.
C. Contoh Pengembangan Indikator Pencapaian Kompetensi
Berikut ini contoh pengembangan indikator pencapaian kompetensi untuk satu SK
yang terdiri dari dua KD, yaitu KD 3.1 dan 3.2 di Kelas VIII. Indikator yang
dikembangkan mencakup indikator jembatan, kunci dan pengayaan atau tambahan.
Kelas/
jenjang
Kompetensi dasar Indicator pencapaian
kompetensi
Kelompok indikator
Kelas
VIII/
SMP
3.1. Menggunakan
n Teorema
Pythagoras
untuk
menentukan
panjang sisi
segitiga
sikusiku
3.1.1.Menuliskan
Teorema
Pythagoras pada
segitiga siku-siku
dalam berbagai
posisi
Pendukung/jembatan
3.1.2.Menentukan
panjang sisi-sisi
segitiga siku-siku
menggunakan
Teorema
Pythagoras
Kunci
3.1.3.Menentukan jenis
suatu segitiga
Kunci/Tambahan
5
termasuk siku-siku,
lancip atau tumpul
berdasarkan
panjang sisi sisinya
3.1.4.Menentukan
panjang sisi-sisi
pada segitiga siku-
siku istimewa
berdasarkan
perbandingan
panjang sisi-sisinya
Kompleks/Pengayaan
3.1.5.Menjelaskan rumus
untuk mencari
tripel Pythagoras
Kompleks/Pengayaan
3.1.6.Menuliskan contoh
bilangan tripel
Pythagoras yang
bervariasi
Kompleks/Pengayaan
3.2. Memecahkan
masalah pada
bangun datar
yang berkaitan
dengan
teorema
Pythagoras
3.2.1. Memahami
masalah yang
tidak berhubungan
dengan kehidupan
sehari-hari pada
bangun datar yang
berkaitan dengan
teorema
Pythagoras
Pendukung/Jembatan
3.2.2. Merencanakan
strategi
memecahkan
masalah yang
tidak berhubungan
dengan kehidupan
Pendukung/Jembatan
6
sehari-hari pada
bangun datar yang
berkaitan dengan
teorema
Pythagoras
3.2.3. Melaksanakan
strategi
memecahkan
masalah yang
tidak berhubungan
dengan kehidupan
sehari-hari pada
bangun datar yang
berkaitan dengan
teorema
Pythagoras
Pendukung/Jembatan
3.2.4. Memecahkan
masalah yang
tidak berhubungan
dengan kehidupan
sehari-hari pada
bangun datar yang
berkaitan dengan
teorema
Pythagoras
Kunci
3.2.5. Memahami
masalah pada
bangun datar yang
berkaitan dengan
teorema
Pythagoras dan
kehidupan sehari-
hari
Pendukung/Jembatan
3.2.6. Merencanakan
strategi
Pendukung/Jembatan
7
memecahkan
masalah pada
bangun datar yang
berkaitan dengan
teorema
Pythagoras dan
kehidupan sehari
3.2.7. Melaksanakan
strategi
pemecahan
masalah pda
bangun datar yang
berkaitan dengan
teorema
Pythagoras dan
kehidupan sehari-
hari
Pendukung/Jembatan
3.2.8. Memecahkan
masalaha pada
bangun datar yang
berkaitan dengan
teorema
Phytagoras dan
kehidupan sehari-
hari
Kunci
Keterangan contoh:
1. Pada KD nomor 3.1 Kelas VIII didesain 6 macam indikator. Target minimal siswa adalah
mampu menunjukkan kemampuan seperti pada indikator ke-3. Untuk mencapai
kemampuan itu didukung atau dijembatani oleh indikator ke-1 dan ke-2. Kemampuan
yang dirumuskan pada indikator ke-4, ke-5 dan ke-6 bersifat pengayaan.
2. Indikator ke-2 KD 3.1 adalah indikator kunci, karena kemampuan yaitu dituntut pada
indikator ke-3 mewakili kemampuan yang dituntut oleh KD.
3. Indikator ke-1 KD 3.1 adalah indikator pendukung/jembatan. Sebelum belajar KD
3.1, siswa belum pernah mengenal Teorema Pythagoras. Oleh karena itu agar dapat
8
memperoleh kemampuan seperti yang dikehendaki oleh KD 3.1, terlebih dahulu siswa
perlu menemukan Teorema Pythagoras. Dari kegiatan menemukan Teorema Pythagoras
itu, target kemampuan siswa yang akan dicapai adalah mampu menuliskan Teorema
Pythagoras pada segitiga siku-siku dalam berbagai variasi posisi dan nama seperti yang
dituliskan pada indikator ke-1. Oleh karena itu indikator ke-1 dikatakan indicator
pendukung/jembatan untuk menguasai kemampuan yang dirumuskan oleh indikator
kunci.
4. Indikator ke-3 KD 3.1 adalah indikator kunci, tapi dapat pula dikelompokkan ke
indikator tambahan. Kemampuan mengidentifikasi suatu segitiga termasuk siku-siku,
lancip atau tumpul seperti yang dirumuskan oleh indikator ke-3 berada sedikit di atas
kemampuan indikator kunci. Karena kemampuan minimal utama tetap menghitung
panjang sisi segitiga siku-siku menggunakan Teorema Pythagoras (indikator kunci) maka
indikator ke-3 ini dapat difungsikan sebagai indikator tambahan. Kemampuan penalaran
siswa dapat dilihat dengan indikator ke-3 ini.
5. Indikator ke-4, ke-5 dan ke-6 KD 3.1 merupakan indicator kompleks/pengayaan.
Keberadaan indikator ke-4, ke-5 dan ke-6 disesuaikan dengan tingkat kemampuan atau
kecepatan belajar siswa. Indikator ini diterapkan untuk siswa yang dengan cepat dan
mudah menguasai kemammpuan yang dirumuskan oleh indikator kunci.
6. Standar kompetensi (SK) 3 Kelas VIII terdiri 2 KD, yaitu KD Standar kompetensi (SK) 3
Kelas VIII terdiri 2 KD, yaitu KD 3.1 dan KD 3.2. Rumusan KD 3.2 adalah
”Memecahkan masalah pada bangun datar yang berkaitan dengan Teorema Pythagoras”,
sehingga dengan jelas KD 3.2 menuntut kemampuan pemecahan masalah. Kemampuan
yang dituntut pada KD 3.2 lebih kompleks dari KD 3.1. Oleh karena itu tidak perlu
dirumuskan indikator kompleks/pengayaan yang kemampuannya menuntut pemecahan
masalah pada KD 3.1.
7. Indikator ke-1, ke-2, ke-3 dan ke-5, ke-6, ke-7 KD 3.2 merupakan indicator
pendukung/jembatan. Keberadaan indikator-indikator tersebut sebagai pendukung
kemampuan pada indikator kunci.
8. Indikator ke-4 dan ke-5 KD 3.2 merupakan indikator kunci. Sesuai dengan Kdnya
maka pencapaian siswa pada KD 3.2 diukur dengan tolok ukur indicator ke-4 dan 5 ini.
9. KD 3.2 merupakan KD yang menuntut kemampuan pemecahan masalah secara eksplisit.
Karenakemampuan memecahkan masalah merupakan kemampuan paling kompleks
dalam belajar matematika maka tidak perlu didesain indikator kompleks/pengayaan.
Untuk pengayaan siswa yang cepat tuntas didesain berdasarkan bahan ajar yang tingkat
kesulitannya ditingkatkan
9
D. Mekanisme Pengembangan Indikator
1. Menganalisis Tingkat Kompetensi dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar
Langkah pertama pengembangan indikator adalah menganalisis tingkat
kompetensi dalam SK dan KD. Hal ini diperlukan untuk memenuhi tuntutan minimal
kompetensi yang dijadikan standar secara nasional. Sekolah dapat mengembangkan
indikator melebihi standar minimal tersebut.
Tingkat kompetensi dapat dilihat melalui kata kerja operasional yang digunakan
dalam SK dan KD. Tingkat kompetensi dapat diklasifikasi dalam tiga bagian, yaitu
tingkat pengetahuan, tingkat proses, dan tingkat penerapan. Kata kerja pada tingkat
pengetahuan lebih rendah dari pada tingkat proses maupun penerapan. Tingkat
penerapan merupakan tuntutan kompetensi paling tinggi yang diinginkan. Klasifikasi
tingkat kompetensi berdasarkan kata kerja yang digunakan disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Tingkat Kompetensi Kata Kerja Operasional
No
Klasifikasi
Tingkat
Kompetensi
Kata Kerja Operasional yang Digunakan
1 Berhubungan
dengan
mencari
keterangan
(dealing with
retrieval)
1. Mendeskripsikan (describe)
2. Menyebutkan kembali (recall)
3. Melengkapi (complete)
4. Mendaftar (list)
5. Mendefinisikan (define)
6. Menghitung (count)
7. Mengidentifikasi (identify)
8. Menceritakan (recite)
9. Menamai (name)
2 Memproses
(processing)
1. Mensintesis (synthesize)
2. Mengelompokkan (group)
3. Menjelaskan (explain)
4. Mengorganisasikan (organize)
5. Meneliti/melakukan eksperimen (experiment)
6. Menganalogikan (make analogies)
10
No
Klasifikasi
Tingkat
Kompetensi
Kata Kerja Operasional yang Digunakan
7. Mengurutkan (sequence)
8. Mengkategorikan (categorize)
9. Menganalisis (analyze)
10. Membandingkan (compare)
11. Mengklasifikasi (classify)
12. Menghubungkan (relate)
13. Membedakan (distinguish)
14. Mengungkapkan sebab (state causality)
3 Menerapkan
dan
mengevaluasi
1. Menerapkan suatu prinsip (applying a principle)
2. Membuat model (model building)
3. Mengevaluasi (evaluating)
4. Merencanakan (planning)
5. Memperhitungkan/meramalkan kemungkinan
(extrapolating)
6. Memprediksi (predicting)
7. Menduga/Mengemukakan pendapat/ mengambil
kesimpulan (inferring)
8. Meramalkan kejadian alam/sesuatu (forecasting)
9. Menggeneralisasikan (generalizing)
10. Mempertimbangkan /memikirkan kemungkinan-
kemungkinan (speculating)
11. Membayangkan /mengkhayalkan/ mengimajinasikan
(Imagining)
12. Merancang (designing)
13. Menciptakan (creating)
14. Menduga/membuat dugaan/ kesimpulan awal
(hypothezing)
Selain tingkat kompetensi, penggunaan kata kerja menunjukan penekanan aspek
yang diinginkan, mencakup sikap, pengetahuan, serta keterampilan. Pengembangan
indikator harus mengakomodasi kompetensi sesuai tendensi yang digunakan SK dan
KD. Jika aspek keterampilan lebih menonjol, maka indikator yang dirumuskan harus
11
mencapai kemampuan keterampilan yang diinginkan. Klasifikasi kata kerja berdasarkan
aspek kognitif, Afektif dan Psikomotorik disajikan dalam tabel 2, 3, dan 4.
12
Tabel 2 : Kata Kerja Ranah Kognitif
Pengetahuan Pemahaman Penerapan Analisis Sintesis Penilaian
Mengutip
Menyebutkan
Menjelaskan
Menggambar
Membilang
Mengidentifika
si
Mendaftar
Menunjukkan
Memberi label
Memberi
indeks
Memasangkan
Menamai
Menandai
Membaca
Menyadari
Menghafal
Meniru
Mencatat
Mengulang
Mereproduksi
Meninjau
Memilih
Menyatakan
Mempelajari
Mentabulasi
Memberi kode
Menelusuri
Menulis
Memperkirakan
Menjelaskan
Mengkategorika
n
Mencirikan
Merinci
Mengasosiasika
n
Membandingka
n
Menghitung
Mengkontraska
n
Mengubah
Mempertahanka
n
Menguraikan
Menjalin
Membedakan
Mendiskusikan
Menggali
Mencontohkan
Menerangkan
Mengemukakan
Mempolakan
Memperluas
Menyimpulkan
Meramalkan
Merangkum
Menjabarkan
Menugaskan
Mengurutkan
Menentukan
Menerapkan
Menyesuaikan
Mengkalkulasi
Memodifikasi
Mengklasifikasi
Menghitung
Membangun
Membiasakan
Mencegah
Menentukan
Menggambarka
n
Menggunakan
Menilai
Melatih
Menggali
Mengemukaka
n
Mengadaptasi
Menyelidiki
Mengoperasika
n
Mempersoalka
n
Mengkonsepka
n
Melaksanakan
Meramalkan
Memproduksi
Memproses
Menganalisis
Mengaudit
Memecahkan
Menegaskan
Mendeteksi
Mendiagnosis
Menyeleksi
Merinci
Menominasika
n
Mendiagramka
n
Megkorelasika
n
Merasionalkan
Menguji
Mencerahkan
Menjelajah
Membagankan
Menyimpulkan
Menemukan
Menelaah
Memaksimalka
n
Memerintahka
n
Mengedit
Mengaitkan
Memilih
Mengukur
Melatih
Mentransfer
Mengabstraksi
Mengatur
Menganimasi
Mengumpulkan
Mengkategorika
n
Mengkode
Mengombinasika
n
Menyusun
Mengarang
Membangun
Menanggulangi
Menghubungkan
Menciptakan
Mengkreasikan
Mengoreksi
Merancang
Merencanakan
Mendikte
Meningkatkan
Memperjelas
Memfasilitasi
Membentuk
Merumuskan
Menggeneralisas
i
Menggabungkan
Memadukan
Membatas
Mereparasi
Menampilkan
Menyiapkan
Membandingka
n
Menyimpulkan
Menilai
Mengarahkan
Mengkritik
Menimbang
Memutuskan
Memisahkan
Memprediksi
Memperjelas
Menugaskan
Menafsirkan
Mempertahanka
n
Memerinci
Mengukur
Merangkum
Membuktikan
Memvalidasi
Mengetes
Mendukung
Memilih
Memproyeksika
n
13
Pengetahuan Pemahaman Penerapan Analisis Sintesis Penilaian
Mengaitkan
Menyusun
Mensimulasika
n
Memecahkan
Melakukan
Mentabulasi
Memproses
Meramalkan
Memproduksi
Merangkum
Merekonstruksi
Tabel 3. Kata Kerja Ranah Afektif
Menerima Menanggapi Menilai Mengelola Menghayati
Memilih
Mempertanyakan
Mengikuti
Memberi
Menganut
Mematuhi
Meminati
Menjawab
Membantu
Mengajukan
Mengompromika
n
Menyenangi
Menyambut
Mendukung
Menyetujui
Menampilkan
Melaporkan
Memilih
Mengatakan
Memilah
Menolak
Mengasumsikan
Meyakini
Melengkapi
Meyakinkan
Memperjelas
Memprakarsai
Mengimani
Mengundang
Menggabungka
n
Mengusulkan
Menekankan
Menyumbang
Menganut
Mengubah
Menata
Mengklasifikasika
n
Mengombinasikan
Mempertahankan
Membangun
Membentuk
pendapat
Memadukan
Mengelola
Menegosiasi
Merembuk
Mengubah
perilaku
Berakhlak mulia
Mempengaruhi
Mendengarkan
Mengkualifikasi
Melayani
Menunjukkan
Membuktikan
Memecahkan
Tabel 4. Kata Kerja Ranah Psikomotorik
Menirukan Memanipulasi Pengalamiahan Artikulasi
Mengaktifkan
Menyesuaikan
Menggabungkan
Mengoreksi
Mendemonstrasikan
Merancang
Mengalihkan
Menggantikan
Memutar
Mengalihkan
Mempertajam
Membentuk
14
Melamar
Mengatur
Mengumpulkan
Menimbang
Memperkecil
Membangun
Mengubah
Membersihkan
Memposisikan
Mengonstruksi
Memilah
Melatih
Memperbaiki
Mengidentifikasikan
Mengisi
Menempatkan
Membuat
Memanipulasi
Mereparasi
Mencampur
Mengirim
Memindahkan
Mendorong
Menarik
Memproduksi
Mencampur
Mengoperasikan
Mengemas
Membungkus
Memadankan
Menggunakan
Memulai
Menyetir
Menjeniskan
Menempel
Menseketsa
Melonggarkan
Menimbang
2. Menganalisis Karakteristik Mata Pelajaran, Peserta Didik, dan Sekolah
Pengembangan indikator mempertimbangkan karakteristik mata pelajaran, peserta
didik, dan sekolah karena indikator menjadi acuan dalam penilaian. Sesuai Peraturan
Pemerintah nomor 19 tahun 2005, karakteristik penilaian kelompok mata pelajaran
adalah sebagai berikut.
Kelompok Mata
PelajaranMata Pelajaran Aspek yang Dinilai
Agama dan Akhlak
MuliaPendidikan Agama Afektif dan Kognitif
Kewarganegaraan dan
Kepribadian
Pendidikan
KewarganegaraanAfektif dan Kognitif
Jasmani Olahraga dan
KesehatanPenjas Orkes
Psikomotorik, Afektif, dan
Kognitif
Estetika Seni Budaya Afektif dan Psikomotorik
Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi
Matematika, IPA, IPS
Bahasa, dan TIK.
Afektif, Kognitif, dan/atau
Psikomotorik sesuai
karakter mata pelajaran
Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik tertentu yang membedakan dari mata
pelajaran lainnya. Perbedaan ini menjadi pertimbangan penting dalam mengembangkan
indikator. Karakteristik mata pelajaran bahasa yang terdiri dari aspek mendengar,
membaca, berbicara dan menulis sangat berbeda dengan mata pelajaran matematika 15
yang dominan pada aspek analisis logis. Guru harus melakukan kajian mendalam
mengenai karakteristik mata pelajaran sebagai acuan mengembangkan indikator.
Karakteristik mata pelajaran dapat dikaji pada dokumen standar isi mengenai tujuan,
ruang lingkup dan SK serta KD masing-masing mata pelajaran.
Pengembangkan indikator memerlukan informasi karakteristik peserta didik yang
unik dan beragam. Peserta didik memiliki keragaman dalam intelegensi dan gaya belajar.
Oleh karena itu indikator selayaknya mampu mengakomodir keragaman tersebut. Peserta
didik dengan karakteristik unik visual-verbal atau psiko-kinestetik selayaknya
diakomodir dengan penilaian yang sesuai sehingga kompetensi siswa dapat terukur
secara proporsional. Sebagai contoh dalam mata pelajaran fisika terdapat indikator
sebagai berikut:
a. Membuat model atom Thomson, Rutherford, dan Niels Bohr dengan menggunakan
bahan kertas, steroform, atau lilin mainan.
b. Memvisualisasikan perbedaan model atom Thomson, Rutherford, dan Niels Bohr.
Indikator pertama tidak mengakomodir keragaman karakteristik peserta didik
karena siswa dengan intelegensi dan gaya belajar visual verbal dapat mengekspresikan
melalui cara lain, misalnya melalui lukisan atau puisi.
Karakteristik sekolah dan daerah menjadi acuan dalam pengembangan indikator
karena target pencapaian sekolah tidak sama. Sekolah kategori tertentu yang melebihi
standar minimal dapat mengembangkan indikator lebih tinggi. Termasuk sekolah bertaraf
internasional dapat mengembangkan indikator dari SK dan KD dengan mengkaji
tuntutan kompetensi sesuai rujukan standar internasional yang digunakan. Sekolah
dengan keunggulan tertentu juga menjadi pertimbangan dalam mengembangkan
indikator.
3. Menganalisis Kebutuhan dan Potensi
Kebutuhan dan potensi peserta didik, sekolah dan daerah perlu dianalisis untuk
dijadikan bahan pertimbangan dalam mengembangkan indikator. Penyelenggaraan
pendidikan seharusnya dapat melayani kebutuhan peserta didik, lingkungan, serta
mengembangkan potensi peserta didik secara optimal. Peserta didik mendapatkan
pendidikan sesuai dengan potensi dan kecepatan belajarnya, termasuk tingkat potensi
yang diraihnya.
16
Indikator juga harus dikembangkan guna mendorong peningkatan mutu sekolah
di masa yang akan datang, sehingga diperlukan informasi hasil analisis potensi sekolah
yang berguna untuk mengembangkan kurikulum melalui pengembangan indikator.
4. Merumuskan Indikator
Dalam merumuskan indikator perlu diperhatikan beberapa ketentuan sebagai
berikut:
a. Setiap KD dikembangkan sekurang-kurangnya menjadi tiga indikator
b. Keseluruhan indikator memenuhi tuntutan kompetensi yang tertuang dalam kata
kerja yang digunakan dalam SK dan KD. Indikator harus mencapai tingkat
kompetensi minimal KD dan dapat dikembangkan melebihi kompetensi minimal
sesuai dengan potensi dan kebutuhan peserta didik.
c. Indikator yang dikembangkan harus menggambarkan hirarki kompetensi.
d. Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua aspek, yaitu tingkat
kompetensi dan materi pembelajaran.
e. Indikator harus dapat mengakomodir karakteristik mata pelajaran sehingga
menggunakan kata kerja operasional yang sesuai. Contoh kata kerja yang dapat
digunakan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran tersaji dalam lampiran 1.
f. Rumusan indikator dapat dikembangkan menjadi beberapa indikator penilaian yang
mencakup ranah kognitif, afektif, dan/atau psikomotorik.
5. Mengembangkan Indikator Penilaian
Indikator penilaian merupakan pengembangan lebih lanjut dari indikator
(indikator pencapaian kompetensi). Indikator penilaian perlu dirumuskan untuk
dijadikan pedoman penilaian bagi guru, peserta didik maupun evaluator di sekolah.
Dengan demikian indikator penilaian bersifat terbuka dan dapat diakses dengan mudah
oleh warga sekolah. Setiap penilaian yang dilakukan melalui tes dan non-tes harus
sesuai dengan indikator penilaian.
Indikator penilaian menggunakan kata kerja lebih terukur dibandingkan dengan
indikator (indikator pencapaian kompetensi). Rumusan indikator penilaian memiliki
batasan-batasan tertentu sehingga dapat dikembangkan menjadi instrumen penilaian
dalam bentuk soal, lembar pengamatan, dan atau penilaian hasil karya atau produk,
termasuk penilaian diri.
17
18