Makalah Penelitian: Dampak Konflik Papua Terhadap Ketahanan Nasional

45
DAMPAK KONFLIK PAPUA TERHADAP KETAHANAN NASIONAL Mata Kuliah: Pendidikan Kewarganegaraan, Pancasila dan Anti Korupsi Oleh: KELOMPOK 7 (Kelas B) Dewi Annisa Putri (140904080) Pratiwi Putri Delwis (140904132) Budi Rahman Lubis (140904076) Amelia Liliska Damanik (140904134) Syarifah Annisa Andira (140904099) Niki Astria (140904130) Dessy Andrianna Tamba (140904119) Gita Jubilati (140904108) Semester I DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Transcript of Makalah Penelitian: Dampak Konflik Papua Terhadap Ketahanan Nasional

Page 1: Makalah Penelitian: Dampak Konflik Papua Terhadap Ketahanan Nasional

DAMPAK KONFLIK PAPUA TERHADAP KETAHANAN NASIONAL

Mata Kuliah: Pendidikan Kewarganegaraan, Pancasila dan Anti Korupsi

Oleh: KELOMPOK 7 (Kelas B)

Dewi Annisa Putri (140904080)Pratiwi Putri Delwis (140904132)Budi Rahman Lubis (140904076)

Amelia Liliska Damanik (140904134)Syarifah Annisa Andira (140904099)

Niki Astria (140904130)Dessy Andrianna Tamba (140904119)

Gita Jubilati (140904108)Semester I

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASIFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARAMEDAN

2014

Page 2: Makalah Penelitian: Dampak Konflik Papua Terhadap Ketahanan Nasional

KATA PENGANTAR

Puji syukur tim penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya tim penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Ketahanan Nasional” dengan baik dan dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Tim penulis juga berterima kasih kepada dosen pembimbing Ibu Lina Sudarwati, M.Si, yang telah mengajarkan mata kuliah “Pendidikan Kewarganegaraan, Pancasila dan Anti Korupsi” sehingga tim penulis terbantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Tak lupa tim penulis juga berterima kasih kepada teman-teman tim penulis yang telah membantu tim penulis dalam mengerjakan makalah ini, baik bantuan berupa doa, dukungan, bahkan tindakan yang sangat penulis hargai.

Tim penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna bagi pembaca, akan tetapi jika pembaca menemukan kesalahan dalam hal penulisan maupun penyusunan kata, tim penulis meminta maaf, karena tidak ada gading yang tak retak, begitu pula dengan tim penulis.

Akhir kata tim penulis berterima kasih atas saran dan kritik yang sudi kiranya pembaca berikan sehingga tim penulis dapat memperbaiki kesalahan yang terdapat dalam makalah ini.

Tim Penulis,

Kelompok 7

Page 3: Makalah Penelitian: Dampak Konflik Papua Terhadap Ketahanan Nasional

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Penegasan Mengenai Judul

Bagi bangsa Indonesia, Ketahanan Nasional (Tannas) didefinisikan sebagai kondisi dinamik bangsa yang meliputi semua aspek kehidupan nasional yang terintegrasi, berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, menjamin identitas, integritas, kelangsungan hidup bangsa dan negara dalam perjuangan mencapai tujuan nasional.

Dalam perjuangan mencapai cita-cita dan tujuan nasionalnya, bangsa Indonesia tidak terhindar dari berbagai macam ancaman yang dapat membahayakan keselamatannya. Agar dapat menghadapi ancaman-ancaman tersebut, bangsa Indonesia harus memiliki kemampuan, keuletan, dan daya tahan yang disebut Ketahanan Nasional.

Salah satu sifat Ketahanan Nasional adalah dinamis, yaitu selalu berubah-ubah tergantung kepada situasi dan kondisi bangsa, negara serta lingkungan strategisnya. Ancaman yang dihadapi juga tidak sama, baik jenisnya maupun besarnya. Karena itu Ketahanan Nasional harus selalu dibina dan ditingkatkan, sesuai dengan kondisi serta ancaman yang akan dihadapi.

Ketahanan diperlukan untuk mengatasi segala macam ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang langsung atau tidak langsung akan membahayakan kesatuan, keberadaan, serta kelangsungan hidup bangsa dan negara. Ancaman-ancaman tersebut bisa berasal dari dalam ataupun dari luar.

1.2 Alasan Pemilihan Judul

Dalam praktiknya, kondisi Ketahanan Nasional dapat diketahui melalui pengamatan atas sejumlah gatra dalam suatu kurun waktu tertentu. Hasil pengamatan yang mendalam itu akan menggambarkan tingkat Ketahanan Nasional, apakah Ketahanan Nasional Indonesia kuat/meningkat atau lemah/menurun. Lemah atau turunnya tingkat Ketahanan Nasional akan menurunkan tingkat kemampuan bangsa dalam menghadapi ancaman yang terjadi. Apabila pengamatan tersebut kita lakukan pada sejumlah gatra yang ada pada tingkat wilayah atau regional, maka akan menghasilkan kondisi ketahanan regional.

Page 4: Makalah Penelitian: Dampak Konflik Papua Terhadap Ketahanan Nasional

Adapun gatra-gatra yang mempengaruhi Ketahanan Nasional telah dibahas pada makalah sebelumnya yang meliputi:

1. Gatra Penduduk2. Gatra Wilayah3. Gatra Sumber Daya Alam4. Gatra Ideologi5. Gatra Politik6. Gatra Ekonomi7. Gatra Sosial Budaya8. Gatra Pertahanan dan Keamanan

Dari gatra-gatra di atas, maka judul ini dipilih karena kasus gerakan separatis di Papua sangat kuat pengaruhnya terhadap Ketahanan Nasional terutama dari aspek atau gatra wilayah dan penduduk.

Dari segi ekonomi, di Papua harga barang kebutuhan pokok sangat melambung tinggi, dikarenakan faktor geologis Papua yang lebih cenderung dataran tinggi berbukit sehingga sulit untuk memasok bahan kebutuhan pokok. Kesenjangan antara warga pribumi sekitar dengan pendatang sangat mencolok sekali.

Kurangnya pemerataan pembangunan di Papua sehingga mengakibatkan ketertinggalan Papua dengan provinsi lainnya. Serta konflik yang berkepanjangan di Papua semakin memperparah kondisi di wilayah tersebut.

Hal inilah yang membuat penulis turut prihatin karena konflik berkepanjangan di Papua tersebut merupakan ancaman yang besar pada Ketahanan Nasional dan berasal dari dalam negeri.

1.3 Tujuan Riset yang Diselenggarakan

Riset ini memiliki tujuan:

1. Melihat kesadaran masyarakat tentang pentingnya Ketahanan Nasional.2. Mengetahui pendapat masyarakat di daerah lain mengenai konflik di Papua serta

pengaruhnya terhadap Ketahanan Nasional.3. Mengetahui seberapa besar dampak buruk dari konflik yang terjadi di Papua

terhadap Ketahanan Nasional Indonesia4. Mengumpulkan berbagai saran dari masyarakat.

Page 5: Makalah Penelitian: Dampak Konflik Papua Terhadap Ketahanan Nasional

1.4 Sistematika Penulisan

Penulisan karya ilmiah ini berkaitan dengan tugas makalah Pendidikan Kewarganegaraan sebelumnya yang berjudul “Ketahanan Nasional.” Makalah ini terdiri dari beberapa bab yang telah disusun. Bab yang menyusun makalah ini terdiri dari:

BAB I: PENDAHULUAN

Pada bab ini, penulis akan menjelaskan penegasan mengenai judul, alasan pemilihan judul, tujuan research yang diselenggarakan serta sistematika dalam penulisan.

BAB II: KONFLIK DI PAPUA

Pada bagian ini, penulis akan menyampaikan latar belakang, penyebab konflik, serta dampak yang ditimbulkan oleh konflik.

BAB III: KAITAN DENGAN KETAHANAN NASIONAL

Pada bab ini, penulis akan mengulas kembali secara singkat tentang Ketahanan Nasional dan menjelaskan dampak konflik terhadap Tannas.

BAB IV: METODE PENELITIAN

Pada bab ini, penulis akan menjelaskan sample yang digunakan serta metode yang digunakan untuk pengolahan dan penganalisisan data.

BAB V: LAPORAN HASIL PENELITIAN

Pada bab ini, penulis akan menjelaskan sistematika penelitian yang dilakukan, mencantumkan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada masyarakat sebagai narasumber, melampirkan jawaban dan saran dari masyarakat, serta menghitung hasil peneitian dalam presentase dan menarik kesimpulan dari penelitian.

BAB VI: KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN

Pada bagian terakhir, yaitu bagian kesimpulan dan saran-saran, penulis akan mengungkapkan kembali secara singkat mengenai masalah yang menjadi pokok bahasan penulisan. Selain itu, penulis akan mengutarakan kembali penggarapan masalah, serta memberikan saran dan rekomendasi yang relevan.

Page 6: Makalah Penelitian: Dampak Konflik Papua Terhadap Ketahanan Nasional

BAB II

KONFLIK DI PAPUA

2.1 Latar Belakang

Ketika Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, Indonesia mengklaim seluruh wilayah Hindia Belanda, termasuk wilayah barat Pulau Papua. Namun demikian, pihak Belanda menganggap wilayah itu masih menjadi salah satu provinsi Kerajaan Belanda, sama dengan daerah-daerah lainnya. Pemerintah Belanda kemudian memulai persiapan untuk menjadikan Papua negara merdeka selambat-lambatnya pada tahun 1970-an.

Namun pemerintah Indonesia menentang hal ini dan Papua menjadi daerah yang diperebutkan antara Indonesia dan Belanda. Hal ini kemudian dibicarakan dalam beberapa pertemuan dan dalam berbagai forum internasional. Dalam Konferensi Meja Bundar tahun 1949, Belanda dan Indonesia tidak berhasil mencapai keputusan mengenai Papua Barat, namun setuju bahwa hal ini akan dibicarakan kembali dalam jangka waktu satu tahun.

Pada bulan Desember 1950, PBB memutuskan bahwa Papua Barat memiliki hak merdeka sesuai dengan pasal 73ePiagam PBB. Karena Indonesia mengklaim Papua Barat sebagai daerahnya, Belanda mengundang Indonesia ke Mahkamah Internasional untuk menyelesaikan masalah ini, namun Indonesia menolak. Setelah Indonesia beberapa kali menyerang Papua Barat, Belanda mempercepat program pendidikan di Papua Barat untuk persiapan kemerdekaan. Hasilnya antara lain adalah sebuah akademi angkatan laut yang berdiri pada 1956 dan tentara Papua pada 1957.

Sebagai kelanjutan, pada 1956 Indonesia membentuk Provinsi Irian Barat dengan ibukota di Soasiu yang berada di Pulau Halmahera, dengan gubernur pertamanya, Zainal Abidin Syah. Pada tanggal 6 Maret 1959, harian New York Times melaporkan penemuan emas oleh pemerintah Belanda di dekat laut Arafura. Pada tahun 1960, Freeport Sulphur menandatangani perjanjian dengan Perserikatan Perusahaan Borneo Timur untuk mendirikan tambang tembaga di Timika, namun tidak menyebut kandungan emas ataupun tembaga.

Bendera Papua Barat, sekarang digunakan sebagai bendera Organisasi Papua Merdeka. Karena usaha pendidikan Belanda, pada tahun 1959 Papua memiliki perawat, dokter gigi, arsitek, teknisi telepon, teknisi radio, teknisi listrik, polisi, pegawai kehutanan, dan pegawai meteorologi. Kemajuan ini dilaporkan kepada PBB dari tahun 1950 sampai 1961. Selain itu juga diadakan berbagai pemilihan umum untuk memilih perwakilan rakyat Papua dalam pemerintahan, mulai dari tanggal 9 Januari 1961 di 15 distrik. Hasilnya adalah 26 wakil, 16 di antaranya dipilih, 23 orang

Page 7: Makalah Penelitian: Dampak Konflik Papua Terhadap Ketahanan Nasional

Papua, dan 1 wanita. Dewan Papua ini dilantik oleh gubernur Platteel pada tanggal 1 April 1961, dan mulai menjabat pada 5 April 1961. Pelantikan ini dihadiri oleh wakil-wakil dari Australia, Britania Raya, Perancis, Belanda dan Selandia Baru. Amerika Serikat diundang tapi menolak.

Dewan Papua bertemu pada tanggal 19 Oktober 1961 untuk memilih sebuah komisi nasional untuk kemerdekaan, bendera Papua, lambang negara, lagu kebangsaan (”Hai Tanahkoe Papua”), dan nama Papua. Pada tanggal 31 Oktober 1961, bendera Papua dikibarkan untuk pertama kali dan manifesto kemerdekaan diserahkan kepada gubernur Platteel. Belanda mengakui bendera dan lagu kebangsaan Papua pada tanggal 18 November 1961, dan peraturan-peraturan ini mulai berlaku pada tanggal 1 Desember 1961. Pada 19 Desember 1961,Soekarno menanggapi’pembentukan Dewan Papua ini dengan menyatakan Trikora di Yogyakarta, yang isinya adalah: Gagalkan pembentukan negara boneka Papua buatan kolonial Belanda. Kibarkan Sang Saka Merah Putih di seluruh Irian Barat Bersiaplah untuk mobilisasi umum, mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air bangsa.

Sudah lama Tanah Papua menjadi tanah konflik. Selain konflik horizontal antar warga sipil, konflik vertikal yang terjadi antara pemerintah Indonesia dan orang asli Papua telah mengorbankan banyak orang. Konflik ini hingga kini belum tuntas diatasi. Masih adanya konflik ini secara jelas diperlihatkan oleh adanya tuntutan Merdeka dan  Referendum, serta terjadinya pengibaran bendera bintang kejora, dan berlangsungnya aksi pengembalian Undang-undang No. 21 Tahun 2001 Tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua.

Konflik yang belum diselesaikan ini sangat memengaruhi kadar relasi di antara orang asli Papua, orang Papua dengan penduduk lainnya, dan antara orang asli Papua dan Pemerintah RI. Di satu pihak, orang Papua dicurigai sebagai anggota atau pendukung gerakan separatis. Adanya stigma separatis membenarkan hal ini. Di pihak lain, orang Papua juga tidak memercayai pemerintah. Dalam suasana kecurigaan dan ketidakpercayaan satu sama lain ini, dialog konstruktif tak akan pernah terjadi antara pemerintah dan orang Papua.

Apabila berbagai masalah yang melatarbelakangi konflik ini tidak dicarikan solusinya, maka Papua tetap menjadi  tanah konflik. Korban akan terus berjatuhan. Hal ini pada gilirannya akan menghambat proses pembangunan yang dilaksanakan di Tanah Papua.

Dari tengah situasi konflik inilah, para pemimpinan agama  Kristen, Katolik, Islam, Hindu dan Budha Provinsi Papua melancarkan kampanye perdamaian. Kampanye ini dilakukan dengan moto: Papua Tanah Damai (PTD). Dalam perkembangan selanjutnya, para pimpinan agama menjadikan PTD sebagai suatu visi bersama dari masa depan Tanah Papua yang perlu diperjuangkan secara bersama oleh setiap orang yang hidup  di Tanah Papua.

Page 8: Makalah Penelitian: Dampak Konflik Papua Terhadap Ketahanan Nasional

Sekalipun diakui oleh banyak orang bahwa damai merupakan hasrat terdalam dari setiap orang, termasuk semua orang yang hidup di Tanah Papua, kenyataan memperlihatkan bahwa banyak orang belum merasa penting untuk melibatkan diri dalam upaya menciptakan perdamaian di Tanah Papua. Orang asli Papua, baik yang tinggal di kota maupun di kampung-kampung, belum terlibat secara penuh dalam kampanye perdamaian ini. Padahal mereka sebagai pemilik negeri ini sudah semestinya memimpin-atau setidaknya terlibat dalam berbagai upaya untuk mewujudkan perdamaian di tanah leluhurnya.

2.2 Bentuk konflik di Papua

1. Konflik Kelas Sosial, karena konflik yang terjadi di Papua salah satunya terjadi akibat adanya kesenjangan sosial dan budaya yang ada di masyarakat Papua

2. Konflik Rasial. Paling banyak penyebab konflik di Papua adalah karena terjadinya salah paham atau penghasutan antar suku yang ada di daerah Papua

3. konflik Politik, konflik Papua salah satunya terjadi karena menyangkut dengan diskriminasi atau penggolongan-penggolongan antara rakyat biasa yang ada di Papua dengan imigran-imigran serta pejabat-pejabat pemerintah dan juga kaum elit politik.

2.3 Penyebab konflik kekerasan sosial di Papua.

Konflik kekerasan di Papua pada umumnya disebabkan adanya kondisi sosial yang timpang antara masyarakat asli Papua dengan masyarakat migran yang datang dari luar Papua, sebagai akibat dari adanya kekeliruan kebijakan pembangunan di Papua yang berlangsung lama, sebagai berikut:

a. Terjadinya Eksploitasi Sumber Daya Alam (SDA)

Eksploitasi SDA telah menampilkan suatu ketidakadilan, berdasar fakta-fakta masyarakat Papua, pemegang hak adat atas SDA tidak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan, padahal semua konsekuensi negatif pasti dipikul oleh mereka bukan oleh pengambil keputusan. SDA merupakan sumber penghidupan utama bagi mereka dengan batas-batas pemilikan, pengakuan, dan penghargaan yang jelas dan tegas di antara para pemegang hak adat. Akibatnya, masyarakat menjadi penonton dan terasing di tanahnya sendiri. Masyarakat Papua sebagai komunitas lokal tidak dapat berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi, karena memang tidak dipersiapkan, dilatih, dan diberi kesempatan.

Sebagai contoh: Kasus pengalihan hak atas tanah untuk keperluan transmigrasi telah mengurangi bahkan menghilangkan sumber-sumber ekonomi keluarga. Masyarakat kehilangan binatang buruan sebagai sumber protein, kayu untuk bangunan, kayu api, rusaknya ekosistem lokal sebagai sumber protein yang mendukung kehidupan masyarakat lokal, hilangnya sagu sebagai sumber karbohidrat bagi masyarakat. Eksploitasi tambang juga memberi dampak negatif yang besar buat penduduk lokal. Sebagai contoh: kasus Freeport, limbah tailing,

Page 9: Makalah Penelitian: Dampak Konflik Papua Terhadap Ketahanan Nasional

telah mencemari sumber-sumber ekonomi seperti Moluska, sumber protein masyarakat Kamoro-Sempan di Omawita.

b. Dominasi Migran di Berbagai Bidang-Bidang Kehidupan

Perlakuan yang kurang tepat terhadap masyarakat Papua juga terjadi dalam bidang pemerintahan, dan proses-proses politik. Sadar atau tidak, selama pemerintahan Orde Baru, orang Papua kurang diberikan peran dalam bidang pemerintahan. Posisi-posisi utama selalu diberikan kepada orang luar dengan dalih orang Papua belum mampu. Walaupun untuk sebagian peran, dalih itu mungkin ada benarnya, tetapi pada umumnya untuk mencekal orang Papua. Seleksi ketat yang dikenakan terhadap orang Papua dilatarbelakangi oleh kecurigaan dan tuduhan terhadap semua orang Papua sebagai OPM.

Dominasi masyarakat pendatang bukan hanya pada sektor pemerintahan saja, tetapi juga pada sektor swasta. Pada kegiatan di sektor industri manufaktur yang memanfaatkan eksploitasi sumber daya alam (SDA) sebagai bahan baku lebih banyak menggunakan tenaga kerja dari luar, seperti antara lain pabrik Plywood PT. Wapoga, Pabrik Pengalengan Ikan di Biak dan pabrik Pengalengan Ikan PT. Usaha Mina di Sorong. Sektor perbankan juga didominasi oleh pekerja dari kaum pendatang.

c. Penyeragaman Identitas Budaya dan Pemerintahan Lokal

Secara singkat, pengembangan SDM justru tidak berpijak pada pengetahuan dan kearifan lokal. Menyadari ancaman terhadap eksistensi orang Papua, tokoh seperti Arnold Ap berusaha untuk menggali dan mengembangkan unsur-unsur budaya lokal. Tetapi, kelihatannya penguasa melalui aparat militer melihatnya secara sempit dan dipahami sebagai ancaman. Arnold Ap dibunuh dengan cara yang melukai hati orang Papua khususnya dan kemanusiaan pada umumnya. Dominasi dan penindasan tersebut, menjadikan identitas dan nasionalisme Papua makin mantap menopang tuntutan Papua Merdeka.

d. Tindakan Represif oleh Militer

Penindasan militer di tanah Papua meliputi beberapa bentuk, antara lain intimidasi, teror, penyiksaan, dan pembunuhan. Intimidasi, teror dan penyiksaan dilakukan berkenaan dengan pengambilalihan hak-hak adat masyarakat Papua atas SDA secara paksa untuk berbagai keperluan, seperti HPH, transmigrasi, pertambangan, dan industri manufaktur maupun jasa wisata. Ketika penduduk asli berusaha mempertahankan hak-haknya atas SDA mereka diintimidasi dan diteror.

Page 10: Makalah Penelitian: Dampak Konflik Papua Terhadap Ketahanan Nasional

Penyebab lainnya adalah:

Konflik Papua memiliki satu hal unik, yang membedakannya dengan konflik-konflik lokal lain di Indonesia. Keunikan ini adalah adanya nasionalisme Papua yang telah tertanam di dalam diri rakyat Papua selama puluhan tahun. Rasa nasionalisme tersebutlah yang mendorong rakyat Papua membenci adanya penjajahan terhadap mereka, baik yang dilakukan Belanda maupun Indonesia.

Nasionalisme Papua yang mulai ditanamkan oleh Belanda ketika didirikan sekolah pamong praja di Holandia, tertanam serta tersosialisasikan dari generasi ke generasi. Ketika Belanda dan Indonesia bukanlah pihak yang diharapkan, rakyat Papua melihat keduanya sebagai bangsa yang hendak menguasai Papua. Pemikiran ini yang menyebabkan gerakan anti-Indonesia sangat kuat dan mudah meluas di Papua. Kebijakan represif pada masa Orde Baru tidak mampu memadamkan nasionalisme ini, namun justru memperkuatnya.

2.4 Riwayat Konflik Papua

Era administrasi sementara PBB (1962-1969)

15 Agustus 1962: Perjanjian New York oleh Kerajaan Belanda, Republik Indonesia dan PBB. Wilayah Papua Barat diserahkan oleh Kerajaan Belanda pada administrasi Otoritas Eksekutif Sementara PBB, diikuti dengan pertempuran sporadis antara milisi / tentara pro-Indonesia dan pro-Belanda hingga 1969.

1966 - 1967: pemboman udara Pegunungan Arfak Januari - Maret 1967: pemboman udara wilayah Ayamaru dan Teminabuan 1967: Operasi Tumpas, 1.500 diduga tewas di Ayamaru, Teminabuan dan Inanuatan. April 1969: pemboman udara Danau Wissel (daerah Paniai dan Enarotali); 14.000

selamat melarikan diri ke hutan.

Era Orde Baru

1969 - 1980

Juli-Agustus 1969: Penentuan Pendapat Rakyat menentukan bahwa wilayah Papua Barat adalah wilayah kedaulatan Republik Indonesia.

Juni 1971: Henk de Mari melaporkan 55 pria dari dua desa di Biak Utara tewas. Berita diterbitkan harian Belanda De Telegraaf, Oktober 1974.

Tanpa sumber: 500 mayat ditemukan di hutan Kecamatan Lereh, barat daya Bandara Sentani, Jayapura.

1974: Di Biak Utara, 45 orang tewas. 1975: Di Biak, setidaknya 41 orang dari desa Arwam dan Rumbin tewas. 1977: pemboman udara Akimuga (tambang Freeport McMoRan Inc.). 1977 - 1978: pemboman udara Lembah Baliem. April 1978: Enam mayat yang tidak dapat diidentifikasikan ditemukan di kecamatan

Dosai, Jayapura.

Page 11: Makalah Penelitian: Dampak Konflik Papua Terhadap Ketahanan Nasional

Mei 1978: Lima pemimpin OPM tewas dan 125 penduduk desa ditembak karena dicurigai simpatisan OPM.

June 1978: 14 mayat korban tembak ditemukan di Barat Bandara Sentani, Jayapura. Tanpa sumber: Biak Utara, 12 orang tertembak.

1980 - 1998

1981: 10 tewas, 58 menghilang di daerah Paniai. Juni - Agustus 1981: Operasi Sapu bersih, populasi Ampas Waris dan desa Batte-Arso

menjadi korban. September-Desember 1981: 13.000 diduga tewas di dataran tinggi tengah. Juli 1984: Angkatan Laut, Udara, dan Darat menyerbu Desa Nagasawa / Ormo Kecil,

200 orang tewas. Tanpa sumber: Bombardir dari laut di Taronta, Takar, dan desa pesisir Masi-Masi;

yang selamat melarikan diri ke arah Jayapura; pada 1950 dikuasai Belanda dan masing-masing desa berpopulasi 1500-2000.

24 Juni 1985: 2.500 tewas di wilayah Kabupaten Paniai, Danau Wissel, termasuk 115 dari desa-desa Iwandoga dan Kugapa.

1986 - 1987: 34 tertembak di Paniai / Wissel Lake District. 8 Januari 1996: Krisis sandera Mapenduma, militan OPM yang dipimpin Kelly Kwalik

menyandera 26 orang di Irian Jaya, memicu Operasi pembebasan sandera Mapenduma (dua sandera tewas) dan Insiden Penembakan Timika 1996 (16 orang tewas).

9 Mei 1996: Krisis sandera Mapenduma, berakhir dengan serbuan Kopassus ke Desa Geselama, di Mimika.

Era Reformasi

1998 - 2010

1. Warga berdemonstrasi di Den Haag, 2009.2. 6 Oktober 2000: polisi merazia upacara pengibaran bendera di Wamena, massa

mengumpul dan dua warga non-Papua tewas dalam sebab tidak jelas. Massa memulai kerusuhan ke lingkungan migran dari daerah lain di Indonesia, membakar dan menjarah toko-toko. 7 warga Papua tertembak dan 24 warga non-Papua tewas.

3. 11 November 2001: ketua Presidium Dewan Papua, Theys Eluay, ditemukan tewas di mobilnya di luar Jayapura setelah hilang diculik.

4. 31 Agustus 2002: pemberontak menyerang sekelompok profesor Amerika. 3 tewas dan 12 lainnya luka-luka. Polisi menduga OPM yang bertanggung jawab.

5. 1 Desember 2003: Sekelompok 500 orang mengibarkan bendera separatis, 42 orang ditangkap.

6. 15 Oktober 2004: pemberontak menewaskan enam warga sipil dalam serangan di Puncak Jaya.

7. 16 Maret 2006: Tiga polisi dan seorang pilot tewas dan 24 orang lainnya cedera dalam bentrokan dengan warga papua dan mahasiswa yang telah menuntut penutupan tambang Grasberg Freeport di Provinsi Papua.

8. Pada tanggal 9 Agustus 2008: Di Wamena, satu orang, Opinus Tabuni (kerabat Buchtar Tabuni), tewas tertembak peluru kepolisian Indonesia yang dipicu pengibaran bendera Bintang Kejora oleh aktivis di sebuah demostrasi besar yang diorganisir oleh DAP (Dewan Adat Papua) dalam Hari Internasional Masyarakat Adat Dunia.

Page 12: Makalah Penelitian: Dampak Konflik Papua Terhadap Ketahanan Nasional

9. 4 Desember 2008: 4 warga Papua terluka oleh tembakan dari polisi dalam demonstrasi menuntut kemerdekaan Papua.

10. 29 Januari 2009: Sedikitnya 5 orang Papua terluka karena tembakan oleh polisi saat demonstrasi.

11. 14 Maret 2009: Satu personil TNI tewas dalam serangan terhadap pos tentara di Tingginambut. OPM diduga bertanggungjawab.

12. Pada tanggal 8 April 2009: Beberapa bom meledak di sebuah jembatan dan sebuah kilang di pulau Biak. Satu orang tewas.

13. 9 April 2009: Sebuah serangan bom di Jayapura menewaskan 5 orang dan menciderai beberapa orang. Sementara itu 500 militan menyerang pos polisi dengan busur dan panah dan bom bensin. Satu orang tewas tertembak polisi.

14. 11-12 April 2009: Pertempuran antara tentara dan militan Papua menewaskan 11 orang termasuk 6 anggota tentara. Pada saat yang sama, sebuah bom dijinakkan di kantor polisi di Biak.

15. Pada tanggal 15 April 2009: Sebuah serangan terhadap sebuah konvoi polisi di Tingginambut menewaskan satu orang dan melukai enam. OPM diduga bertanggungjawab.

16. 11 Juli 2009: Seorang karyawan Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc warga Indonesia tewas ditembak dalam serangan di luar perusahaan tambang itu di Papua.

17. Juli 2009: insiden pengibaran bendera Papua Barat oleh OPM di desa Jugum, kemudian lebih dari 30 rumah dibakar dalam sebuah operasi TNI.[21]

18. 12 Agustus 2009: Sebuah konvoi 16 bis karyawan Freeport-McMoRan Copper disergap. Dua orang tewas dan 5 luka-luka.

19. Pada tanggal 16 Desember 2009: pimpinan Organisasi Papua Merdeka (OPM) Kelly Kwalik tewas ditembak oleh kepolisian Indonesia saat operasi penyerbuan di Timika.

2010-2014

24 Januari 2010: Pemberontak menyergap sebuah konvoi karyawan perusahaan tambang PT Freeport McMoran. 9 orang terluka, OPM menyangkal bertanggung Jawab.

1 Maret 2010: Asosiasi Papua Barat Australia di Sydney mengatakan bahwa situasi di Papua Barat memburuk. Sejak Juli tahun lalu telah terjadi 14 insiden penembakan di sekitar tambang Grasberg, tambang emas dan tembaga milik Freeport, dan serangan ini telah menewaskan sedikitnya 3 dan melukai 13 orang.[25]

23 Maret 2010: Pemberontak menyerang sebuah konvoi tentara Indonesia. melukai beberapa tentara.

Mei 2010: OPM diduga menewaskan 3 pekerja di sebuah lokasi konstruksi, memicu sebuah operasi militer oleh TNI yang menyerbu sebuah desa, 2 tewas dan seorang wanita diperkosa sementara rumah di 3 desa dibakar oleh militer.

17 Mei 2010: TNI menyerang markas militan OPM, menewaskan satu tersangka militan.

21 Mei 2010: Militan menyerang anggota TNI di dekat Yambi, 75 km dari Mulia. Tidak ada korban.

15 Juni 2010: Seorang perwira polisi Indonesia tewas tertembak saat patroli, 8 senjata api dicuri oleh pemberontak.

Juli 2010: 12 rumah dan dua gereja rusak dan seorang wanita diperkosa saat operasi TNI untuk menangkap Goliath Tabuni.

23 Juni 2011: Seorang perwira polisi dari Jayapura ditembak oleh anggota yang diduga dari OPM.

Page 13: Makalah Penelitian: Dampak Konflik Papua Terhadap Ketahanan Nasional

6 Juli 2011: Tiga tentara ditembak saat bentrokan dengan penyerang tak dikenal di Desa Kalome, Tingginambut.

20 Juli 2011: Seorang perwira TNI tewas dalam penyergapan terhadap pasukan keamanan di distrik Puncak Jaya di Papua oleh pemberontak.

31 Juli 2011: Pemberontak menyerang sebuah mobil di Papua dengan senjata, kapak dan pisau menewaskan seorang tentara dan tiga warga sipil dan melukai tujuh orang, OPM menyangkal bertanggung jawab.

1 Agustus 2011: Polri menyatakan bahwa anggota OPM menewaskan empat warga sipil di dekat Tanjakan Gunung Merah, Paniai.

2 Agustus 2011: Seorang personil TNI yang menjaga sebuah pos militer di Tingginambut tewas tertembak. Di kota Mulia dua penembakan terhadap target polisi dan militer melukai seorang tentara.

3 Agustus 2011: Pemberontak menembak sebuah helikopter militer saat mengevakuasi tubuh seorang prajurit yang diduga juga dibunuh oleh mereka.

22 Oktober 2011: Al Jazeera menerbitkan rekaman dari sebuah pertemuan kemerdekaan yang diserang oleh pasukan keamanan Indonesia. Setidaknya lima orang tewas.

2 Desember 2011: Seorang perwira kepolisian Jayapura ditemukan tewas di samping sungai pada hari Kamis setelah ia diduga dibunuh oleh kelompok orang yang bersenjata panah dan belati. OPM diduga bertanggung jawab.

5 Desember 2011: Dua perwira kepolisian tewas di Puncak Jaya selama tembak-menembak dengan tersangka anggota OPM.

12 Desember 2011: kepolisian menyergap markas grup lokal OPM. Polisi menyita senjata api, amunisi, pisau, perlengkapan perang, dokumen, bendera Bintang Kejora dan menewaskan 14 militan.

Juni 2012: Koordinator Komite Nasional Papua Barat (KNPB) Mako Tabuni meninggal di rumah sakit setelah mengalami luka tembak dalam operasi penangkapan oleh kepolisian Jayapura.

22 Februari 2013: Sebuah helikopter TNI rusak akibat tembakan dari darat ketika mencoba untuk mengevakuasi mayat personil yang tewas melawan OPM sebelumnya. Setidaknya 3 anggota kru terluka. 8 personil TNI tewas dalam tembak-menembak sebelumnya.

19 Juli 2013: Dua orang diduga anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM) tewas dalam kontak senjata dengan anggota Batalyon Infantri Raider 751 Kodam XVII/Cenderawasih di Kecamatan Mulia, Puncak Jaya Papua.

14 Agustus 2013: Tindakan pecelehan, diduga dilakukan anggota polisi dari Polres Fakfak, terhadap 20 perempuan aktivis yang hendak melakukan aksi solidaritas Papua damai.

28 Novermber 2013: Seorang anggota Koramil Distrik Ilu, Kabupaten Puncak Jaya, ditembak pria misterius di Pasar Ilu.

7 Januari 2014: Penembakan gelap kembali terjadi di Puncak Jaya. Seorang tukang ojek yang diketahui bernama Abdul Halil (43) tewas di sekitar SMA Wuyuneri Distrik Mulia.

9 Januari 2014: Baku tembak antara TNI Yonif 754 dan OPM terjadi di Tanggul Timur, Timika, Papua. Satu orang dari OPM dikabarkan tewas dalam insiden tersebut.

8 Desember 2014: Empat orang tewas dan sepuluh orang lainnya luka-luka dalam sebuah bentrokan antar TNI dan OPM yang terjadi di Enarotali, ibukota distrik Paniai.

2.5 Dampak dari Konflik Papua

Page 14: Makalah Penelitian: Dampak Konflik Papua Terhadap Ketahanan Nasional

Di Papua, masalah separatisme akhir-akhir ini semakin mengkhawatirkan. Bila situasi keamanan terus memburuk, banyak pengamat yang memperkirakan Papua bakal lepas dari NKRI. Tanda-tanda Papua akan segera lepas dari NKRI sudah sangat jelas. Mereka saat ini ditengarai sudah memiliki sponsor yang siap mendukung kemerdekaan wilayah di timur Indonesia ini, bahkan Papua saat ini sudah sangat siap untuk lepas dari Indonesia.

Maraknya aksi penembakan dan penghadangan oleh kelompok separatis Papua telah meresahkan masyarakat Papua. Sasaran tembak kini tidak hanya kepada aparat TNI dan Polisi, namun masyarakat umum serta karyawan Freeport kini dijadikan target. Sehingga tak mengherankan bila hampir tiap hari terjadi penghadangan dan penembakan oleh orang tak dikenal yang diyakini banyak orang adalah separatis Papua.

Penyebab separatisme Papua yang lain adalah tidak meratanya distribusi sumber daya ekonomi, sehingga meskipun Papua memiliki kekayaan yang luarbiasa, rakyatnya tetap miskin. Tambang tembaga raksasa Freeport adalah sebuah contoh bagaimana kapitalisme mengeksploitasi sumber daya lokal dengan sepuas-puasnya. Potensi konflik antar agama di Papua tinggi karena konflik yang bertikai menganggap dirinya sebagai korban. Warga Papua asli merasa terancam dengan mengalir masuknya pendatang baru yang mengatasnamakan agama baru, dimana dalam jangka panjang mereka akan menghadapi diskriminasi atau bahkan pengusiran.

Meskipun ada keretakan dan perpecahan yang signifikan di kedua belah pihak masyarakat, terutama mengenai nasionalisme yang bersaing perkembangan di Manokwari dan Kaimana mungkin menjadi pertanda lebih banyak bentrokan yang akan terjadi. Perubahan dalam demografi adalah bagian dari persoalan, tapi bahkan kalau besok para pendatang dari luar Papua disetop datang, polarisasi antar agama mungkin akan terus berlanjut karena perkembangan lain. Warga Papua sangat menyadari terjadinya penyerangan-penyerangan terhadap tempat-tempat ibadah di daerah lain di Indonesia dan melihat Indonesia secara keseluruhan bergerak menuju dukungan yang lebih banyak kepada ajaran agama.

BAB III

Page 15: Makalah Penelitian: Dampak Konflik Papua Terhadap Ketahanan Nasional

KAITAN DENGAN KETAHANAN NASIONAL

3.1 Ketahanan Nasional

Konsepsi Ketahanan Nasional (Tannas), merupakan konsepsi Nasional dalam

Pencapaian Tujuan Nasional, yang pada intinya tercapainya Keamanan dan

Kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia, yang menjadi tugas dan tanggung jawab

Pemerintahan Negara.  Suatu rumusan Tujuan Nasional sebagaimana yang diamanatkan

dalam pembukaan UUD RI 1945, ialah membentuk suatu ”Pemerintahan Negara” yang

melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan

memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan Bangsa, dan ikut

melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan

keadilan sosial. Dalam rangka pencapaian Tujuan Nasional, diperlukan Ketahanan

nasional, yaitu suatu kondisi dinamik kehidupan Nasional yang terintegrasi yang harus

diwujudkan pada suatu saat, yang mampu menghadapi dan mengatasi segala tantangan,

ancaman, hambatan dan gangguan (TAHG). Dan untuk mewujudkan Ketahanan

Nasional, diperlukan Konsepsi Tannas, yaitu konsepsi pengaturan dan penyelenggaraan

keamanan dan kesejahteraan secara seimbang, serasi dan selaras, yang dilaksanakan

melalui Pembangunan Nasional dan Pembangunan Daerah sebagai bagian integral dari

Pembangunan Nasional. Dengan kata lain, pada saat kita menyelesaikan masalah

keamanan harus ikut dipikirkan masalah kesejahteraan, demikian pula sebaliknya.

Keberhasilan implementasi Konsepsi Tannas, sangat tergantung pada kelancaran

pembangunan nasional diseluruh aspek kehidupan normal yang terintegrasi, yang

disusun, direncanakan dan diprogramkan sesuai dengan politik dan strategi nasional,

dan terjabarkan dalam kebijaksanaan dan strategi daerah yang sesuai dengan situasi,

kondisi dan konstelasi geografi masing masing daerah, baik berupa peraturan daerah

(Perda) maupun Rencana Strategi (Renstra) daerah.

Sesuai dengan Konsepsi Tannas, seluruh aspek  kehidupan nasional dirinci dalam 8

(delapan) Gatra. 3 (tiga) Gatra Alamiah berupa geografi, demografi dan sumber

kekayaan alam sebagai ”modal dasar” pembangunan.  5 (lima) Gatra Sosial (dinamis)

Page 16: Makalah Penelitian: Dampak Konflik Papua Terhadap Ketahanan Nasional

berupa idiologi, politik, ekonomi, sosial budaya (sosbud) dan pertahanan keamanan

(Hankam), yang harus dibina dan dibangun secara nasional, agar tercipta suatu kondisi

yang memungkinkan pembangunan nasional berjalan lancar dan berhasil.

Ketahanan Nasional adalah kondisi hidup dan kehidupan nasional yang harus

senantiasa diwujudkan dan dibina secara terus-menerus secara sinergi. Hal demikian

itu, dimulai dari lingkungan terkecil yaitu diri pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa dan

negara dengan modal dasar keuletan dan ketangguhan yang mampu mengembangkan

kekuatan nasional.

Dengan singkat dapat dikatakan bahwa ketahanan nasional ialah kemampuan dan

ketangguhan suatu bangsa untuk dapat menjamin kelangsungan hidupnya, menuju

kejayaan bangsa dan negara.

2.2 Dampak Konflik Bagi Ketahanan Nasional

Adanya konflik di salah satu daerah yang menyebabkan daerah tersebut ingin lepas dari NKRI merupakan masalah serius bagi Ketahanan Nasional. Lepasnya satu daerah akan menggambarkan lemahnya Ketahanan Nasional. Selain itu, lepasnya salah satu daerah dapat memicu daerah lainnya untuk ikut melepaskan diri sewaktu-waktu. Konflik berkepanjangan di Papua belum menemukan titik terang dimana pemerintah seharusnya merangkul Papua agar daerah ini dapat bertahan dalam NKRI.

Bentrok yang kerap terjadi di Papua juga membuat Ketahanan Nasional dari aspek pertahanan dan keamanan terlihat lemah, karena oknum-oknum baik dari pihak militer maupun OPM seringkali menjatuhkan korban dan menyisakan sakit hati warga Papua.

Ketahanan Nasional akan dikatakan dan dianggap lemah bila Papua benar-benar lepas dari Indonesia. Kebijakan pemerintah yang merugikan warga Papua juga telah berakibat pada hilangnya jiwa nasionalisme pada masyarakat di daerah tersebut. Selain itu, dari segi sumber daya alam, kebijakan pemerintah juga tidak hanya merugikan daerah Papua sendiri, namun juga negara Indonesia yang seharusnya mengembangkan sumber daya alam itu sendiri untuk memperbaiki perkonomian Indonesia.

BAB IVMETODE PENELITIAN

     

Page 17: Makalah Penelitian: Dampak Konflik Papua Terhadap Ketahanan Nasional

      

4.1Sample

Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis membahas bentrok yang baru-baru ini

terjadi di Kabupaten Paniai, Papua. Bentrok tersebut menewaskan empat orang warga

sipil. Berikut sebuah liputan yang dikutip dari website salah satu media dunia

terpercaya, www.voaindonesia.com:

“09.12.2014

JAYAPURA, INDONESIA—

Menurut sebuah sumber di Papua, sampai saat ini empat jenazah korban yang tewas dalam penembakan di Paniai, Enarotali masih dibaringkan di lapangan.

Sepuluh orang lainnya luka-luka dalam bentrokan tersebut, yang terjadi pada hari Senin (8/12) di Enarotali, ibukota distrik Paniai, kata kepala polisi setempat Mayjen Yotje Mende.

Empat orang, termasuk tiga anak SMA, tewas dalam tembakan yang dilepaskan dalam bentrokan tersebut, tapi tidak jelas siapa yang melepaskan tembakan tersebut, ujar Mende, sambil menambahkan bahwa pihaknya sedang melakukan investigasi.

Insiden tersebut dipicu oleh bentrokan sebelumnya yang terjadi pada Minggu malam antara sekelompok tentara dan anak muda setempat. Bentrokan tersebut pecah ketika para pemuda memperingatkan seorang tentara yang mengendarai motor tanpa lampu, ujar juru bicara polisi Papua, Kolonel Sulistyo Pudjo.

Kejadian tersebut menyulut penyerangan terhadap militer dan kantor polisi di wilayah tersebut oleh para pemuda dan mereka juga membakar kantor pemilihan setempat hari Senin dini hari, ujarnya.

Sementara menurut saksi mata Okto Pogau insiden bermula dari unjuk rasa masyarakat yang memprotes penganiayaan anak usia 12 tahun oleh dua aparat TNI, anggota Batalyon Infanteri 753 Nabire pada Minggu malam.Esok harinya, sebelum insiden penembakan ini terjadi, masa melakukan pembakaran terhadap mobil Fortuner yang diduga dipergunakan oleh aparat TNI yang melakukan penganiayaan itu.

Unjuk rasa ini dilakukan di lapangan Karel Gobai dan menurut Okto Pogau:

“Ada satu kebiasaan masyarakat di Paniai, mereka itu sering berkumpul, mereka akan datang ke pos polisi atau koramil untuk menanyakan kenapa ada anggota yang bisa melakukan pemukulan,” paparnya.

Page 18: Makalah Penelitian: Dampak Konflik Papua Terhadap Ketahanan Nasional

Saat mereka berkumpul ada 300 orang dan jarak dari lapangan Karel Gobai ke pos polsek dan koramil jaraknya sekitar 50 meter. Pada sekitar pukul 10 WIT, terjadi penembakan secara membabi buta kearah kerumunan masa ini, dan diduga penembakan ini dilakukan oleh aparat gabungan polisi dan TNI.

Ada empat orang yang meninggal ditempat. Pertama adalah Alfius Youw 17 tahun, Yulian Yelmo, 17 tahun, Simon Degei 18 tahun, Otianus Gobai, 17 tahun, dan Abia Gobai, 28 tahun seorang petani. Selain itu 17 orang masih dirawat di Rumah Sakit, beberapa diantara mereka cedera parah. 

Banyak dari yang luka-luka, menurut Okto, memilih berobat di rumah.

“Yang luka-luka memilih berobat dirumah karena takut kerumah sakit nanti ada apa-apa.”

Yang mengenaskan adalah nasib jenazah dari yang tewas ini masih tidak menentu.

“Sampai saat ini, empat jenazah itu masih dibaringkan dilapangan, kemudian warga meminta sebetulnya ada dua, yang pertama meminta pertanggungjawaban dari TNI maupun Polri, dan yang kedua mereka meminta Kapolda Papua dan Pangdam Cenderawasih harus datang ke Paniai dan melihat.”

Oleh Okto Pogau juga dikeluhkan bahwa kebanyakan kasus pelanggaran HAM seperti ini tidak pernah mendapat penyelesaian hukum yang wajar.

Papua, bekas koloni Belanda di bagian barat pulau Papua Nugini, bergabung dengan Indonesia pada tahun 1969.

(AP / Jimmy Manan). ”Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) angkat bicara mengenai konflik yang kerap terjadi

di Papua, termasuk bentrok di Kabupaten Paniai, Papua. Mantan Ketua Umum Partai

Golkar ini mengatakan, konflik Papua tidak lepas dari persoalan ekonomi. JK meminta

persoalan di Papua segera diselesaikan. Ia mengatakan, alokasi dana untuk Papua sudah

cukup besar dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia dan ia menilai pemerintah

daerah mempunyai peran penting mengelola dana Papua.

Jika kita lihat ke belakang, penyerangan-penyerangan seperti itu sudah sering di

lakukan. Selain kepada anggota TNI yang sedang bertugas di Papua, anggota polisi,

serta karyawan PT. Freeport pun sering menjadi korban.

Beberapa hal yang menjadi masalah pokok penyebab penyerangan-penyerangan

tersebut adalah pembangunan yang kurang merata. Bagaimana tidak, jika kita

Page 19: Makalah Penelitian: Dampak Konflik Papua Terhadap Ketahanan Nasional

bandingkan dengan pulau Jawa, dan pulau Sumatra kita bisa melihat bahwa

kebanyakan kota di pulau tersebut sudah termasuk dalam kota-kota metropolitan,

seperti Jakarta, Bandung, Medan, Palembang, dan lain-lain. Tapi bagaimana dengan

wilayah Indonesia Timur khususnya papua. Pasti dalam bayangan kalian bahwa

kebanyakan kota di Papua malah lebih cocok di sebut sebagai desa. Tapi sudah

menjadi rahasia umum bahwa Papua memiliki kekayaan alam yang jauh lebih

melimpah di banding dengan daerah lain. Namun, pada kenyataannya sebagian besar

pendapatan dari sektor pertambangan yang menjadi andalan Papua menjadi santapan

asing. Bahkan Negara Indonesia hanya memperoleh tidak lebih dari 10%. Itulah yang

kemudian menjadi salah satu alasan kenapa beberapa orang Papua ingin melepaskan

diri dari Negara Indonesia dengan membentuk OPM.

4.2 Metode dan Prosedur Pengolahan Data

Penelitian untuk karya ilmiah ini menggunakan metode literatur yaitu dengan

menggunakan buku sebagai riset pustaka, sebab penulis tidak turun langsung ke

lapangan untuk meneliti pokok dari permasalahan yang dibahas atau hanya

menggunakan data sekunder.

Selain itu penulis juga menggunakan metode komparatif. Metode komparatif

merupakan metode yang digunakan dengan membandingan sumber-sumber data yang

ada atau dengan tahun-tahun sebelumnya.

Mengenai data yang diolah, penulis menggunakan informasi baik dari media cetak

seperti surat kabar, media elektronik, buku sebagai bahan referensi dan data dari

internet sebagai media untuk mengolah isu yang ada dan pendapat dari para ahli serta

pihak terkait.

Selanjutnya, penulis melakukan riset kepada masyarakat untuk mengetahui

kesadaran dan pemahaman masyarakat mengenai Ketahanan Nasional dan tanggapan

mengenai konflik yang terjadi di Papua.

BAB VLAPORAN HASIL PENELITIAN

Page 20: Makalah Penelitian: Dampak Konflik Papua Terhadap Ketahanan Nasional

5.1 Sistematika Penelitian

1. Anggota kelompok masing-masing diberi tugas yang sama untuk mempermudah dan mempersingkat waktu penelitian.

2. Setiap anggota kelompok mewawancarai beberapa masyarakat secara langsung di beberapa daerah. Narasumber terdiri dari berbagai usia, status pekerjaan, serta tingkat pendidikan yang berbeda, sehingga hasil penelitian melibatkan perwakilan dari masyarakat keseluruhan.

3. Wawancara juga dilakukan melalui media sosial terutama kepada generasi muda dari beberapa daerah di Indonesia. Hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesadaran dan pemahaman generasi penerus bangsa terhadap Ketahanan Nasional.

4. Masyarakat yang diwawancarai diberikan pertanyaan yang sama untuk menghitung tingkat kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap Ketahanan Nasional dalam bentuk presentase.

5. Semua jawaban dan saran dari masyarakat akan dilampirkan (nama tidak disertakan untuk menjaga privasi narasumber).

5.2 Pertanyaan yang Diajukan

1. Apakah Anda paham mengenai konflik yang terjadi di Papua? Ya. Tidak. Sedikit.

2. Menurut Anda siapa yang bersalah dalam konflik tersebut, apakah Papua atau Pemerintahan? Papua. Pemerintahan. Tidak tahu.

3. Apakah Papua berhak merdeka atau harus tetap dipertahankan oleh NKRI? Berhak. Harus dipertahankan.

4. Bagaimana menurut Anda pengaruh konflik di Papua terhadap ketahanan nasional?5. Bagaimana saran Anda mengenai solusi yang tepat untuk menyelesaikan konflik?

5.2 Jawaban Masyarakat Mengenai Pengaruh Konflik Papua Terhadap Ketahanan Nasional Beserta Saran Penyelesaian Konflik:

Page 21: Makalah Penelitian: Dampak Konflik Papua Terhadap Ketahanan Nasional

1. Polri, 43 tahun, Riau:“Kondisi tidak aman.”Saran: Harus ada penyelesaian dalam hal musyawarah dengan masyarakat.

2. Guru, 27 tahun, Riau:“Dampaknya adalah tidak amannya kondisi di wilayah Papua sehingga membuat kecemasan masyarakat dalam beraktivitas. Hal itu tentu akan menggannggu ketahanan dalam bidang ekonomi dikarenakan kecemasan akan situasi di Papua.”Saran: Meningkatkan SDM diwilayah Papua agar tidak ada lagi kesenjangan sosial yang timbul yang dapat menimbulkan konflik yang sama.

3. Guru, 34 tahun, Pematangsiantar:“Tidak tahu,bukan jurusan saya.”Saran: Pemerintah membuat undang-undang baru untuk rakyat Papua.

4. PNS, 49 tahun, Padang:“Konflik yang terjadi itu sebenarnya juga merupakan kesalahan pihak dari pemerintah karena kurang memerhatikan daerah tertentu. Konflik yang terjadi tentu mengganggu Ketahanan Nasional karena menyebabkan kerusakan baik berarti atau tidak. Konflik yang terjadi pun dapat memicu perpecahan.”Saran: Perlunya setiap masyarakat menumbuhkan kecintaannya terhadap NKRI agar tidak terjadi lagi konflik. Dan pemerintah juga harus meratakan pembangunan agar tidak ada daerah yang merasa diabaikan dan hal tersebut dapat menumbuhkan kepercayaan kepada pemerintah.

5. Wartawan, 39 tahun, Pematangsiantar:“Ketahanan Nasional bisa menjadi longgar karena konflik berada dalam negeri sendiri.”Saran: Melakukan pendekatan keamanan terhadap Papua.

6. Sekretaris, 28 tahun, Pematangsiantar:“Persatuan dan kesatuan akan berkurang dan tentu memperlemah pertahanan.”Saran: Pemerintah harus mengambil langkah melalui pendekatan keamanan.

7. Apoteker, 22 tahun, Padang:“Ketahanan Nasional terganggu karena ada konflik seperti itu karena memecah persatuan bangsa.”Saran: Pemerintah hendaknya dapat memperhatikan daerah pinggiran agar mereka tidak merasa diabaikan.

8. Karyawan, 21 tahun¸ Pematangsiantar:“Ketahanan nasional akan menurun.”Saran: Tidak ada.

9. Pegawai swasta, 27 tahun, Padang:“Ketahanan Nasional sangat goyang, karena disaat ada konflik maka negara luar lebih mudah untuk menguasai. Sebagaimana yang kita ketahui Papua daerah yang kaya dan jika Freeport sepenuhnya kita kuasai, Indonesia akan menjadi negara yang kaya.”Saran: Melakukan pembangunan yang merata dan memerhatikan masyarakat yang berada di Papua.

10. Wiraswasta, 39 tahun, Pematangsiantar:“Tidak tahu.”Saran: Memberikan perhatian lebih bagi wilayah Papua.

11. Wiraswasta, 40 tahun, Pematangsiantar:

Page 22: Makalah Penelitian: Dampak Konflik Papua Terhadap Ketahanan Nasional

“Papua harus dipertahankan.”Saran: Tidak ada.

12. Wiraswasta, 29 tahun, Pematangsiantar:“Tidak tahu.”Saran: Jangan biarkan Papua mendapat pengaruh dari negara lain.

13. Satpam, 43 tahun, Pematangsiantar:“Saya tidak terlalu mengerti.”Saran: Memberikan perhatian dan meningkatkan pendidikan agar timbul rasa percaya.

14. Supir bus, 36 tahun, Pematangsiantar:“Kesatuan dan persatuan akan semakin lemah.”Saran: Tidak ada.

15. Pedagang, 31 tahun, Riau:“Saya kurang tahu.”Saran: Lakukan musyawarah.

16. OP Warnet, 20 tahun, Pematangsiantar:“Tentu akan memperlemah pertahanan Indonesia.”Saran: Ya lebih bagus di diplomasikan aja biar lebih damai.

17. Doorsmeer, 24 tahun, Pematangsiantar:“Tidak tahu.”Saran: Pemerintah memberikan jaminan keamanan dan meningkatkan pendidikan di Papua.

18. Ibu rumah tangga, 51 tahun, Padang:“Papua sebenarnya merupakan negeri yang kaya. Sayangnya kekayaan yang ada banyak dikuasai oleh pihak asing. Secara teknis kita hanya memperkaya negara lain. Hal ini tentu berpengaruh terhadap Ketahanan Nasional kita dalam bidang ekonomi karena devisa yang kita terima hanya sedikit.”Saran: Apabila kita memerdekakan Papua tentu kita akan rugi karena daerah itu sangat kaya. Sebenarnya yang perlu dilakukan untuk konflik ini adalah menumbuhkan kecintaan terhadap NKRI karena dari pihak pemerintah pun telah melakukan pembangunan disana namun mungkin karena transportasi atau sebagainya membuat pembangunan tersebut berjalan lambat.

19. Ibu rumah tangga, 43 tahun, Batusangkar:“Pengaruhnya mengganggu keteraturan kehidupan bernegara. Konflik yang terjadi menyebabkan perpecahan antar masyarakat.”Saran: Karena banyaknya sumber daya alam yang ada disana, kita harus tegas dalam mengelolanya karena banyak budaya asing yang mendominasi atau mengambil hasil alam kita sehingga masyarakat pribumi merasa tersingkir. Jadi kita harus tegas agar masyarakat pribumi tidak merasa terjajah di negaranya sendiri dan ingin membebaskan diri.

20. Ibu rumah tangga, 31 tahun, Pematangsiantar:“Tidak tahu.”Saran: Tidak ada.

21. Pelajar, 17 tahun, Jakarta:

Page 23: Makalah Penelitian: Dampak Konflik Papua Terhadap Ketahanan Nasional

“Enggak tau sih ya, saya enggak ngerti.”Saran: Tidak ada.

22. Pelajar, 16 tahun, Palembang:“Yang namanya konflik, apalagi antar suku, itu ya jelas berpengaruh terhadap Ketahanan Nasional, kalau sesama suku enggak bisa saling toleransi bagaimana? Gak bisa saling menghormati dan menghargai, bagaimana bisa menyatu? Kalau gak bersatu gimana mau bikin benteng pertahanan buat negara?” Saran: Nah kalau solusinya ya lihat dulu latar belakang masalahnya apa, kalau kata pak JK kan udah dijelasin itu kaerna ekonomi, jadi ya pemerintah berpengaruh besar, pemerataan aja lah.

23. Pelajar, 17 tahun, Cirebon:“Tidak tahu.”Saran: Tidak ada.

24. Pelajar, 17 tahun, Medan:“Mengganggu pertahanan.”Saran: Berdamai, jika tidak bisa berdamai harus dengan bantuan militer.

25. Pelajar, 17 tahun, Bekasi:“Tanyain sama guru pkn deh.” Saran: Solusinya coba deh berdamai. Memangnya gak sedih rusuh terus di negara sendiri?

26. Pelajar, 17 tahun, Pematangsiantar:“Ketahanan Indonesia akan terganggu.”Saran: Tidak ada.

27. Pelajar, 16 tahun, Purwodadi:Saran: Tingkatkan rasa nasionalisme!

28. Mahasiswi, 21 tahun, Riau:Hubungannya bila konflik di Papua tidak bisa diselesaikan atau terus berlangsung akan menimbulkan banyak korban jiwa, dan hal ini akan menjadi pertanyaan kita sebagai warga negara apakah Ketahanan Nasional kita sangat buruk hingga masalah Papua tidak bisa diselesaikan.Saran: Menurut saya, pemerintah harus cepat menyelesaikan permasalahannya, seperti pemerataan disegala bidang untuk wilayah papua, hal itu dapat dilakukan dengan musyawarah antara warga setempat dengan pemerintah.

29. Mahasiswa, 19 tahun, Padang:“Pengaruhnya membuat keretakan dan menggoyahkan pertahanan NKRI sebagai negara yang satu.”Saran: Solusinya diberikan perhatian merata terhadap Papua dan diselesaikan secara demokrasi.

30. Mahasiswa, 18 tahun, Pematangsiantar:“Saya tidak tahu, bukan jurusan saya.”Saran: Tidak ada.

31. Mahasiswa, 18 tahun, Medan:“Itu sangat menguji seberapa kuat Ketahanan Nasional kita.”Saran: Pertama cari akar masalahnya dulu, lalu masalah itu dipecahkan dengan kepala dingin sehingga menemukan jalan keluar yang tidak merugikan kedua belah pihak.

Page 24: Makalah Penelitian: Dampak Konflik Papua Terhadap Ketahanan Nasional

32. Mahasiswa, 21 tahun, Jakarta:“Yang saya tau masalah ini terjadi karena adanya gesekan dan keterkaitan antara kedua pihak yang saling bertentangan sehingga menghasilkan beberapa masalah yang mengakibatkan terganggunya sistem Ketahanan Nasional yang ada.”Saran: Tidak ada.

33. Mahasiswi, 22 tahun, Jawa:“Saya enggak paham masalah ini. Tanyakan ke orang politik dan idealis pasti jawabannya lebih memuaskan.”Saran: Tidak ada.

34. Mahasiswa, 19 tahun, Padang:“Pengaruh konflik terhadap kesatuan NKRI akan memicu daerah lain untuk memerdekakan diri.”Saran: Solusinya mencoba mengadakan konsolidasi dengan pemerintah papua, memberikan hak-hak istimewa menyangkut daerah yang bersangkutan. Memberikan wewenang untuk mengatur daerahnya sendiri dan tetap mengikuti UUD 1945.

35. Mahasiswi, 19 tahun, Bandung:“Memangnya di Papua ada apa? Maaf saya kurang update.”Saran: Tidak ada.

36. Mahasiswa, 24 tahun, Malang:"Emang Indonesia aja yang enggak bisa ngurus Papua, jadi jangan kaget kalau di Papua banyak konflik dan pemberontakan. 200 kematian dalam 1000 kelahiran, tingkat kemiskinan di atas 36%, 50% anak di bawah 5 tahun mengalami gizi buruk.Siapa yang harus disalahkan?”Saran: Jangan memaksakan diri untuk bertahan jika tidak ada lagi komitmen dan saling mengerti.

37. Mahasiswi, 19 tahun, Yogyakarta:“Dampak bagi negara yaitu negara lain menilai negara kita lemah tidak bisa menyelesaikan pertikaian di Papua.”Saran: Semua pemuka adat di Papua dikumpulkan menjadi satu. Buat perjanjian anti konflik.

38. Mahasiswi, 18 tahun, Medan:“Aku enggak ngerti politik. Salah-salah komentar nanti bisa dihajar.”Saran: Tidak ada.

39. Mahasiswi, 22 tahun, Jakarta:“Saya percaya ada beberapa konflik yang harus dilawan tapi ada juga yang enggak harus dilawan. Kalau dibilang takut memengaruhi Ketahanan Nasional, daripada ribut-ribut kenapa gak tingkatin Ketahanan Nasional sendiri dulu?”Saran: Tahan diri aja, dan tingkatkan Ketahanan Nasional.

40. Mahasiswa, 18 tahun, Jakarta:Saran: Kasih kursi sama meja terus jangan lupa minumannya, kemudian musyawarahin masalahnya.

41. Mahasiswa, 20 tahun, Padang:

Page 25: Makalah Penelitian: Dampak Konflik Papua Terhadap Ketahanan Nasional

“Konflik yang terjadi di papua timbul sebagai akibat dari inkonsistensi pemerintah dalam pelaksaan otonomi khusus. Kebijakan yang ada tidaklah mampu mengakomodasi kepentingan warga papua bahkan cenderung diskriminatif. Pemerintah belum mampu memberikan kesadaran politik serta belum mampu membenahi ketimpangan dari berbagai aspek baik itu sosial, ekonomi, budaya dan lain-lain antara daerah Papua dengan daerah lainnya.”Saran: Untuk itu sebaiknya pemerintah maupun pihak terkait lainnya mengupayakan solusi yang komprehensif dengan melakukan pembangunan secara intensif dan berkesinambungan di tanah Papua. Kondisi ini bisa dilakukan oleh pemerintah maupun pihak lainnya yang terkait dengan cara berkomunikasi dengan baik, mengadakan dialog berlapis mulai dari dialog antara pemerintah dan dialog antara Papua dengan pemerintah pusat. Dengan cara seperti itu, perlahan sedikit demi sedikit konflik di tanah Papua akan memudar karena masyarakat Papua dapat menyampaikan aspirasi terhadap pemerintah terkait masalah apa yang dihadapi masyarakat Papua. Masyarakat Papua juga merasa mendapat perhatian dan kepercayaan kembali dari pemerintah pusat maupun daerah terhadap daerah tempat tinggalnya.

42. Mahasiswa, 19 tahun, Yogyakarta:“Anak psikologi enggak mikirin politik, itu urusannya anak fisip.”Saran: Tidak ada.

43. Mahasiswa, 20 tahun, Padang:“Konflik yang terjadi di Papua tentunya akan memberikan pengaruh terhadap Ketahanan Nasional. Karena adanya konflik yang terjadi di suatu daerah tentu akan memengaruhi masyarakat Papua untuk berinteraksi di luar. Misalnya dengan adanya konflik akan ada masyarakat yang trauma sehingga membuat masyarakat menjadi takut untuk berinteraksi dengan yang lain, selain itu konflik juga meninggalkan suatu sifat yang ingin menang sendiri atau kelompok. Ini disebabkan karena di dalam konflik akan ada pihak yang merasa dia paling benar. Negara kita negara kesatuan, walaupun satu daerah saja yang berkonflik tentu akan mengganggu Ketahanan Nasional baik di bidang ekonomi, politik, sosial dan budaya.”Saran: Solusi untuk mengatasi agar konflik tidak terjadi bisa dengan melakukan pembekalan kepada generasi muda mengenai konflik tersebut. Dengan adanya pengetahuan mengenai konflik beserta akibatnya tentu dapat memberikan pengetahuan kepada generasi muda agar konflik jangan sampai terjadi.

44. Mahasiswi, 18 tahun, Jakarta:Saran: Dibicarakan dengan baik siapa tahu bisa baikan.

45. Mahasiswa, 18 tahun, Pematangsiantar:“Saya tidak tahu.”Saran: Tidak ada.

46. Mahasiswi, 19 tahun, Medan:“Ketahanan Nasional itukan kemampuan dan ketangguhan suatu bangsa untuk dapat menjamin kelangsungan hidupnya, menuju kejayaan bangsa dan negara. Jadi,

Page 26: Makalah Penelitian: Dampak Konflik Papua Terhadap Ketahanan Nasional

Indonesia harus tetap mempertahankan Papua agar tetap di NKRI untuk mempertahankan kejayaan bangsa dan negara.”Saran: Pemerintah harus merangkul semua pemangku kepentingan agar secara bersama-sama mencari solusi yang komprehensif. Pemerintah perlu mendorong OPM untuk berkumpul, berdiskusi, dan merumuskan pandangan kolektifnya tentang kebijakan yang komprehensif bagi penyelesaian konflik Papua.

47. Mahasiswi, 18 tahun, Surabaya:“Konfliknya saja saya enggak tahu.”Saran: Tidak ada.

48. Mahasiswi, 19 tahun, Pontianak:“Konflik Papua lebih sering diidentikkan dengan masalah ekonomi. Dengan berasumsi konflik Papua akan hilang dengan sendirinya ketika orang Papua menikmati kesejahteraan ekonomi, pemerintah lebih memerhatikan bidang ketahanan pangan, pengurangan kemiskinan, pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur dasar. Perlu disadari bahwa selain masalah ekonomi, konflik Papua mengandung masalah ke-Indonesiaan. Masih ada orang Papua yang belum mengakui dirinya sebagai orang Indonesia. Masalah ini merupakan beban politik bagi pemerintah dan setiap Presiden Indonesia. Dengan demikian, konflik Papua mempunyai dimensi ekonomi, politik, budaya, sejarah, keamanan, dan internasional. Oleh karena itu, konflik Papua menuntut suatu solusi komprehensif yang mengakomodasi dan mampu menjawab semua dimensi permasalahan. Pemerintah tidak boleh memandang dirinya sebagai satu-satunya pihak yang mampu mengatasi konflik Papua. Hal ini karena pemerintah terbukti tidak berhasil menyelesaikan konflik Papua melalui berbagai kebijakan yang ditetapkannya tanpa keterlibatan pihak lain.”Saran: Apabila konflik Papua mau diselesaikan secara permanen, pemerintah harus merangkul semua pemangku kepentingan agar secara bersama-sama mencari solusi yang komprehensif. Perlu ditetapkan mekanisme inklusif yang dapat memungkinkan keterlibatan semua pihak yang berkepentingan dalam pembuatan kebijakan.

49. Mahasiswa S2, 25 tahun, China:“Saya udah lama gak ngikutin berita soal politik di Indonesia, jadi maaf enggak bisa jawab pertanyaannya.”Saran: Tidak ada.

50. Ex-mahasiswa, 22 tahun, Padang:“Ketahanan Nasional diuji secara khusus apakah bisa mempertahankan keutuhan NKRI atau tidak. Jika konflik di Papua tidak bisa dihentikan dan Papua keluar dari NKRI, hal tersebut bisa juga memicu konflik di daerah lain yang ingin memisahkan diri juga dari Indonesia.”Saran: Pemerintah harusnya meratakan pembangunan di seluruh daerah di Indonesia. Karena Papua dengan sumber daya alam yang sangat berharga tapi pembangunan dan perhatian tidak maksimal kesana. Selain itu sumber daya manusia di Indonesia ini terutama di Papua harus ditingkatkan kualitasnya dengan cara pendidikan yang berkualitas juga. Yang paling penting rasa kepercayaan pada pemerintahan juga harus ditumbuhkan lagi pada penduduk Indonesia supaya WNI

Page 27: Makalah Penelitian: Dampak Konflik Papua Terhadap Ketahanan Nasional

juga memiliki kecintaan yang penuh juga untuk memajukan dan mempertahankan NKRI.

5.3 Hasil Penelitian Dalam Persen

Pemahaman masyarakat terhadap konflik yang terjadi di Papua: Paham : 22 % Tidak paham : 32 % Sedikit paham : 46 %

Penilaian masyarakat mengenai pihak yang bersalah dalam koflik di Papua: Papua : 6 % Pemerintahan : 46 % Tidak tahu : 48 %

Pendapat masyarakat terhadap keinginan Papua untuk merdeka: Berhak merdeka : 4 % Harus dipertahankan : 96 %

5.4 Kesimpulan Penelitian Hanya sedikit masyarakat yang benar-benar paham mengenai konflik yang

terjadi di Papua dan Ketahanan Nasional. Lebih dari seperempat masyarakat masih tidak paham mengenai konflik yang

terjadi di Papua dan Ketahanan Nasional. Hanya sebagian masyarakat yang setidaknya sedikit memahami konflik yang

terjadi di Papua dan Ketahanan Nasional. Hanya sedikit masyarakat yang beranggapan Papua sendiri yang bersalah atas

konflik yang terjadi di daerah tersebut. Sebagian masyarakat beranggapan pemerintah bersalah atas konflik yang

terjadi di Papua. Sebagian masyarakat tidak tahu pihak mana yang bersalah atas konflik yang

terjadi di Papua. Hanya sedikit masyarakat yang menyatakan Papua berhak merdeka dan

membentuk negara sendiri. Hampir seluruh masyarakat Indonesia di berbagai daerah selain Papua yang

menyatakan pemerintahan harus tetap mempertahankan Papua dalam NKRI. Masih ada masyarakat dari berbagai kalangan yang tidak peduli terhadap

Ketahanan Nasional. Masih bannyak generasi muda sebagai generasi penerus bangsa yang belum

memahami Ketahanan Nasional.

BAB VIKESIMPULAN DAN SARAN

Page 28: Makalah Penelitian: Dampak Konflik Papua Terhadap Ketahanan Nasional

6.1 Kesimpulan

Dari semua referensi dan catatan-catatan tentang masalah-masalah konflik yang terjadi di Tanah Papua dahulu hingga sekarang ini, dapat dipahami latar belakang serta faktor penyebab terjadinya berbagai konflik kekerasan di tanah Papua. Umumnya kekerasan di Papua terkait dengan konflik antar warga dengan suku, separatisme, dan kriminalitas. Proses dan hasil pembangunan di Papua selama otonomi khusus belum dirasakan sepenuhnya oleh orang asli Papua, terutama di wilayah pedalaman. Sebagian besar masih berada di bawah garis kemiskinan dan terpinggirkan. Bahkan kondisi pembangunan Papua masih kalah jauh dengan kota-kota kelas dua di wilayah Pulau Jawa.Warga Papua merasa tidak dihargai dan diabaikan.

Selain itu, minimnya sarana dan prasarana publik di daerah-daerah di Papua dan Papua Barat, kelaparan dan kondisi kurang gizi di daerah-daerah di Papua, serta rendahnya tingkat pendidikan di wilayah Indonesia bagian timur itu merupakan faktor-faktor yang berpotensi menimbulkan konflik.

Tetapi di sisi lain penyebab konflik di Papua, OPM dan sejenisnya adalah sebagai salah satu penyebab konflik tsb. Tujuan mereka dalah menimbulkan kesan bagi pemerintah pusat dan daerah serta pihak internasional bahwa Papua selalu tidak aman karena adanya OPM, ini jelas-jelas bertujuan menggagalkan ide dan keinginan luhur orang asli Papua untuk berdialog atau berdiskusi dengan pemerintah Indonesia dalam waktu dekat.

Selain itu, banyaknya peristiwa kekerasan dan konflik yang ada di Papua menandakan bahwa institusi kepolisian yang ada di Tanah Papua beserta jajaran Polres-nya di seluruh tanah papua seringkali tidak mampu mengungkapkan kasus-kasus kekerasan bersenjata yang terjadi di Papua tersebut. Di tambah lagi polisi di daerah ini susah sekali mendapatkan barang bukti yang bisa menjadi petunjuk penting dalam mengungkapkan sebab dan siapa pelaku dari setiap kasus tersebut.

Selama kesenjangan itu terjadi, maka akan semakin banyak konflik yang akan tetap membakar masyarakat di Papua. Apapun kebijakan yang dilakukan pemerintah tidak akan benar-benar memadamkan konflik yang terjadi. Justru sebaliknya, menurut kami masyarakat akan menilai kebijakan yang dilakukan pemerintah tersebut adalah sebagai akal-akalan mereka saja.

Untuk itu, diharapkan hal ini mendorong pemerintah maupun pihak-pihak yang terkait lainnya untuk mengupayakan solusi yang komprehensif dengan melakukan pembangunan secara intensif dan berkesinambungan di tanah Papua tersebut, kondisi ini bisa dijaga oleh pemerintah setempat dan pemangku kepentingan dengan cara bersinergi atau berkomunikasi dengan cukup baik. Dengan cara seperti itu sedikit demi sedikit konflik yang ada di bumi cendrawasih tersebut akan memudar, bahkan mungkin

Page 29: Makalah Penelitian: Dampak Konflik Papua Terhadap Ketahanan Nasional

masyarakat akan merasakan kmakmuran perhatian dari pemerintah terhadap tempat tinggalnya. Pemerintah diharapkan dapat melaksanakan atau merealisasikan apa yang menjadi angan-angan dari kita semua, mengenai konflik yang terus menerus terjadi di Papua.

6.2 Saran

Konflik yang terjadi di Papua hanya sebagian kecil saja dari yang terjadi di negeri ini. Maka daripada itu diharapkan kepada pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus fleksibel dalam mengeluarkan kebijakan, tidak hanya berpihak ke salah satu daerah saja. Hal ini dikarenakan akan menimbulkan kecemburuan sosial tiap daerah sehingga mengakibatkan konflik yang berkepanjangan.

Kewenangan Pemerintah Pusat dan Daerah dalam penyelesaian konflik sangatlah besar peranannya sehingga perlu adanya pembatasan yang jelas dalam penyelesaian konflik tersebut.

Yang perlu dicermati adalah kewenangan Pemerintah Daerah yang sangat besar sehingga perlu adanya bentuk pengawasan yang baik yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat jangan sampai terjadi berbagai kebijakan yang dapat mengakibatkan terjadinya konflik yang terjadi di setiap kabupaten atau kota yang ada di Indonesia. Pemerintah Pusat harus aktif dalam melakukan pengawasan sehingga konflik yang terjadi di papua dapat diselesaikan sacara baik tanpa menggunakan kekerasan dengan baik oleh Pemerintah Indonesia baik oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah.

Jika dilihat dari aspek substansi, terdapat 4 cara atau pendekatan yang sering ditempuh oleh para pihak dalam proses penyelesaian konflik, yaitu: Pertama, Penghindaran, yaitu penyelesaian yang diharapkan timbul dengan sendirinya. Kedua, Kekuasaan. yaitu penyelesaian melalui cara paksa atau dengan penggunaan kekuatan bersenjata oleh institusi militer. Ketiga, Hukum, yaitu penyelesaian konflik melalui proses arbritase, pencarian fakta yang mengikat, proses legislasi, dan pembuatan kebijakan pejabat public. Keempat, kesepakatan, yaitu penyelesaian oleh para pihak melalui proses negosiasi, mediasi, dan konsiliasi.

Akan tetapi dalam kenyataannya kebijakan pemerintah dalam upaya menyelesaikan konflik kekerasan yang terjadi di Papua tersebut berjalan tidak efektif atau tidak berhasil. Untuk itu ada beberapa-beberapa hal yang seyogiyanya dilakukan oleh pemerintah:

1. Hindari untuk mendukung kegiatan-kegiatan berbasis agama yang jelas-jelas memiliki agenda politik, sehingga tidak memperburuk persoalan yang sudah ada, dan menginstruksikan TNI dan Polri untuk memastikan bahwa para personil yang bertugas di Papua tidak dilihat berpihak kepada salah satu pihak.

Page 30: Makalah Penelitian: Dampak Konflik Papua Terhadap Ketahanan Nasional

2. Mengidentifikasi pendekatan-pendekatan baru untuk menangani ketegangan antar agama di tingkat akar rumput, lebih dari sekedar kampanye dialog antar agama di antara para elit yang seringkali tidak efektif.

3. Memastikan bahwa pendanaan atau sumbangan keuangan pemerintah terhadap kegiatan-kegiatan agama dilakukan secara transparan dan diaudit secara independen, di mana informasi mengenai jumlah dan para penerima dana bisa dilihat dengan mudah di situs-situs atau di dokumen publik.

4. Menghindari mendanai kelompok-kelompok yang menyerukan eksklusivitas atau permusuhan terhadap agama lain.

5. Memastikan debat publik mengenai persentase lapangan kerja bagi warga asli Papua dan dan dampak lebih jauh dari imigrasi penduduk dari luar Papua ke Papua sebelum menyetujui pembagian daerah administratif lebih lanjut.

6. Menolak peraturan daerah yang diskriminatif dan menghapus kebijakan-kebijakan yang memarjinalisasikan orang Papua.

7. Pemerintah harus memenuhi dan menjamin terpenuhinya hak-hak dasar orang papua seperti kesehatan, pendidikan, kesejahteraaan dan pelayanan publik.

8. Pemerintah memfasilitasi dialog antar ummat beragama bersama rakyat Papua agar terciptanya saling percaya antara pemerintah pusat dan warga Papua.

9. Pemerintah harus mengakui secara jujur bahwa selama ini bertindak dengan salah dalam mengatasi konflik yang ada di Papua demi terciptanya rekonsiliasi.

Secara teoritis, dikenal 3 sarana upaya penyelesaian konflik, yaitu:

a) Konsiliasi, umumnya dilakukan melalui lembaga legislatif atau parlemen yang bermaksud memberikan kesempatan kepada semua pihak yang terlibat konflik untuk berdiskusi atau memperdebatkan secara terbuka masalah yang terjadi dalam konteks mencapai kesepakatan atau kompromi bersama.

b) Mediasi mengajak atau mendorong kepada para pihak yang terlibat untuk kesepakatan melalui nasihat dari pihak ketiga yang disetujui. serta

c) Arbitran, para pihak yang terlibat bersepakat untuk mendapatkan menunjuk wasit penilai untuk memberikan keputusan yang bersifat legal sebagai jalan keluar dari konflik.