Makalah PENELITIAN

11
A. JUDUL PENELITIAN Laporan Penelitian ini berjudul Penentuan Sifat-Sifat Fisis di Daerah Penelitian Kecamatan Sawa Kabupaten Konawe Utara. B. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Berdasarkan peta administratif Kabupaten Konawe Utara (Lampiran 1), Kabupaten Konawe Utara terletak pada 02’97” – 03’86”LS dan 121’49” – 122’49”BT. Secara administrasi luas wilayah Kabupaten Konawe Utara adalah 500.339 Ha, yang terbagi ke dalam 10 kecamatan, 98 desa, dan 8 kelurahan dengan batas wilayah sebagai berikut: a. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah dan Kecamatan Routa, Kabupaten Konawe. b. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah dan Laut Banda. c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Bondoala, Kecamatan Amenggedo, Kabupaten Konawe. d. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kolaka. Berdasarkan peta geologi Konawe Utara, Sulawesi Tenggara dengan skala 1 : 350.000 (Lampiran 2), maka secara umum stratigrafi Kabupaten Konawe Utara, dapat dibagi dalam delapan formasi batuan sebagai berikut : a. Endavan Aluvium (Qa) Endapan Aluvium merupakan endapan sekunder hasil rombakan batuan di permukaan yang telah terbentuk sebelumnya. Endapan terdiri dari material lepas batuan kerikil, kerakal, pasir dan lempung. b. Formasi Pandua (Tmpp)

Transcript of Makalah PENELITIAN

Page 1: Makalah PENELITIAN

A. JUDUL PENELITIAN

Laporan Penelitian ini berjudul Penentuan Sifat-Sifat Fisis di Daerah

Penelitian Kecamatan Sawa Kabupaten Konawe Utara.

B. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Berdasarkan peta administratif Kabupaten Konawe Utara (Lampiran 1),

Kabupaten Konawe Utara terletak pada 02’97” – 03’86”LS dan 121’49” –

122’49”BT. Secara administrasi luas wilayah Kabupaten Konawe Utara adalah

500.339 Ha, yang terbagi ke dalam 10 kecamatan, 98 desa, dan 8 kelurahan

dengan batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi

Tengah dan Kecamatan Routa, Kabupaten Konawe.

b. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi

Tengah dan Laut Banda.

c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Bondoala, Kecamatan

Amenggedo, Kabupaten Konawe.

d. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kolaka.

Berdasarkan peta geologi Konawe Utara, Sulawesi Tenggara dengan skala 1

: 350.000 (Lampiran 2), maka secara umum stratigrafi Kabupaten Konawe Utara,

dapat dibagi dalam delapan formasi batuan sebagai berikut :

a. Endavan Aluvium (Qa)

Endapan Aluvium merupakan endapan sekunder hasil rombakan batuan di

permukaan yang telah terbentuk sebelumnya. Endapan terdiri dari material

lepas batuan kerikil, kerakal, pasir dan lempung.

b. Formasi Pandua (Tmpp)

Page 2: Makalah PENELITIAN

Formasi Alangga tersusun oleh jenis batu pasir, batu lempung dan

konglomerat.

c. Formasi Matano (Km)

Tersusun oleh jenis batu serpih dan rijang.

d. Formasi Tokala (TRJt)

Tersusun oleh jenis batu gamping, serpih, kalsilutit, napal, batu sabak dan

batu pasir.

e. Formasi Meluhu (TRJm)

Jenis batuan penyusun formasi Meluhu adalah terdiri dari batu pasir, kuarsit,

serpih hitam, serpih merah, filit, batu sabak, batu gamping, dan lanau.

f. Pualam Paleozoikum (Pzmm)

Pualam Paleozoikum tersusun oleh jenis batu gamping dan,pualam.

g. Batuan Malihan Paleozoikum (Pzm)

Tersusun oleh jenis batuan sekis, gneis, felit, kuarsit, batusabak, dan sedikit

pualam

h. Batuan Afiolit (Ku)

Batuan afiolit merupakan batuan beku yang tersusun oleh jenis batuan

peridotit, harzburgit, dunit, gabro, dan serpentinit.

Berdasarkan peta geologi dan struktur geologi Konawe Utara (Lampiran 3),

struktur geologi berupa sesar dan lipatan. Sesar umumnya memanjang berarah

barat laut – tenggara yang meliputi daerah Kecamatan Asera, Kecamatan Molawe,

Kecamatan Lasolo, Kecamatan Lembo, sampai Kecamatan Sawa dan memanjang

sampai ke Teluk Lasolo.

Kondisi geologi Kabupaten Konawe Utara tersebut sangat mempengaruhi

keadaan fisis wilayahnya, oleh karena itu akan dilakukan penelitian untuk

menentukan sifat-sifat fisis di wilayah Kabupaten Konawe Utara terkhusus di

Kecamatan Molawe. Sifat-sifat fisis yang akan ditentukan berupa kualitas air,

pengaruh pasang surut air laut, dan tingkat kebisingan.

Page 3: Makalah PENELITIAN

2. Batasan Masalah

Batasan masalah pada penelitian ini mengarah pada penentuan sifat-sifat

fisis berupa pengaruh pasang surut air laut, dan tingkat kebisingan di Kecamatan

Sawa Kabupaten Konawe Utara.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka permasalahan yang diteliti

adalah

a. Bagaimana pengaruh pasang surut air laut di Kecamatan Sawa Kabupaten

Konawe Utara?

b. Bagaimana tingkat kebisingan di Kecamatan Sawa Kabupaten Konawe

Utara?

4. Tujuan Penelitian

Tujuan akan dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Menentukan pengaruh pasang surut air laut di Kecamatan Sawa Kabupaten

Konawe Utara.

b. Menentukan tingkat kebisingan di Kecamatan Sawa Kabupaten Konawe

Utara.

5. Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi yang

berarti bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Penelitian ini dapat pula menjadi

masukan baik bagi pemerintah maupun masyarakat setempat dalam menjaga dan

mengelolah potensi alam yang dimiliki.

Page 4: Makalah PENELITIAN

C. TINJAUAN PUSTAKA

1. Keadaan Geografis kecamatan Molawe

Berdasarkan peta tata ruang Konawe Utara (lampiran 4), secara geografis

Kecamatan Sawa Kabupaten Konawe Utara terletak antara… dengan batas-batas

wilayah sebagai berikut

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Lembo dan Laut Banda

b. Sebelah timur berbatasan dengan Laut Banda dan Kecamatan Motui

c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Konawe

d. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Lembo

Seperti Kecamatan- kecamatan lain yang ada di Kabupaten Konawe Utara,

Kecamatan Sawa juga terbagi menjadi dua kawasan yakni kawasan lindung

berupa hutan lindung dan kawasan budidaya berupa pemukiman, pertanian lahan

kering dan hutan produksi terbatas.

2. Kebisingan

Kebisingan didefinisikan sebagai "suara yang tak dikehendaki, misalnya

yang merintangi terdengarnya suara-suara, musik dsb, atau yang menyebabkan

rasa sakit atau yang menghalangi gaya hidup. (JIS Z 8106 [IEC60050-801] kosa

kata elektro- teknik Internasional Bab 801: Akustikal dan elektroakustik)".

Diantara pencemaran lingkungan yang lain, pencemaran/polusi kebisingan

dianggap istimewa dalam hal :

1. Penilaian pribadi dan penilaian subyektif sangat menentukan untuk mengenali

suara sebagai pencemaran kebisingan atau tidak, dan

2. Kerusakannya setempat dan sporadis dibandingkan dengan pencemaran air

dan pencemaran udara (Bising pesawat udara merupakan pengecualian).

Mengenai karakteristik [1] di atas, ada masalah mengenai bagaimana

menempatkan kebisingan antara tingkat penilaian subjektif seorang individu yang

menangkapnya sebagai "kebisingan" dan tingkat fisik yang dapat diukur secara

Page 5: Makalah PENELITIAN

obyektif. Dengan karakteristik [2], tidak ada perbedaan jelas antara siapa

agresornya dan siapa korbannya,

Ada 2 hal yang menentukan kualitas suatu bunyi, yaitu frekuensi dan

intensitasnya. Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran per detik (Hertz, Hz)

telinga manusia mampu mendengar frekuensi antara 16-20.000 Hz. Intensitas atau

arus energi per satuan luas biasanya dinyatakan dalam suatu logaritmis yang

disebut desibel (dB).

Sumber kebisingan dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam :

1. Mesin Kebisingan yang ditimbulkan akibat aktifitas mesin.

2. Vibrasi Kebisingan yang ditimbulkan akibat getaran dari aktifitas peralatan

kerja.

3. Pressure- reducing valve (pergerakan udara, gas dan cairan). Kebisingan

yang ditimbulkan akibatpergerakan dari udara, gas, liquid / cairan dalam

kegiatan proses kerja industri (Sjahrul M. Nasri, 1997 : 10).

Jenis-jenis kebisingan yang sering ditemukan adalah sebagai berikut :

1. Kebisingan yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas (steady

state, wide band noise),misalnya mesin-mesin, kipas angin, dapur pijar, dll.

2. Kebisingan yang kontinu dengan spektrum frekuensi sempit (steady state,

narrow band noise), misalnya gergaji sirkuler, katup gas, dll.

3. Kebisingan terputus-putus (intermittent), misalnya lalu lintas, suara kapal

terbang di lapangan udara.

4. Kebisingan impulsif (impact of impulsive noise), seperti pukulan tukul,

tembakan bedil atau meriam, ledakan.

5. Kebisingan impulsif berulang, misalnya mesin tempa di Nilai Ambang

Batas (NAB)

Kebisingan adalah intensitas kebisingan dimana manusia masih sanggup

menerima tanpa menunjukkan gejala sakit akibat bising, atau seseorang tidak

menunjukkan kelainan pada pemaparan atau pemajanan kebisingan tersebut dalam

waktu 8 jam per hari atau 40 jam perminggu.

(A.M. Sugeng Budiono, 1992 : 295).

Page 6: Makalah PENELITIAN

Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki (unwanted sound) dan

dapat secara kontinyu maupun impulsive. Pada pemaparan kebisingan secara terus

menerus pada intensitas tinggi dapat menyebabkan ketulian baik tuli sementara

(temporary threshold shift) maupun ketulian menetap (permanently threshold

shift).

Untuk pengukuran kebisingan dilakukan per lima detik dalam waktu 10

menit, pengukuran ini disebut Leq (10 menit) yang dilakukan pada selang waktu

tertentu. Tingkat kebisingan untuk pengukuran 10 menit ini, ditentukan dengan

menggunakan persamaan :

Dimana:

LAeq,T

adalah tingkat kebisingan sinambung setara dalam waktu 10 menit

L pAi

adalah tingkat kebisingan sesaat rata-rata dalam interval 5 detik

3. Pasang Surut

Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek

sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi

bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap

jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan

dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang

surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya

tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua

tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang

surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital

bulan dan matahari.

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pasang surut berdasarkan teori

kesetimbangan adalah rotasi bumi pada sumbunya, revolusi bulan terhadap

matahari, revolusi bumi terhadap matahari. Sedangkan berdasarkan teori dinamis

adalah kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi (gaya coriolis), dan

Page 7: Makalah PENELITIAN

gesekan dasar. Selain itu juga terdapat beberapa faktor lokal yang dapat

mempengaruhi pasang surut disuatu perairan seperti, topogafi dasar laut, lebar 4

selat, bentuk teluk, dan sebagainya, sehingga berbagai lokasi memiliki ciri pasang

surut yang berlainan.

D. METODOLOGI PENELITIAN

1. Waktu dan Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 27 April 2013 ,

bertempat di pesisir pantai Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe Utara.

2. Alat-alat yang Digunakan dalam Penelitian

Alat- alat yang akan digunakan pada penelitian ini tersaji dalam table

berikut:

Tabel 1. Alat-alat yang Digunakan dalam Penelitian Penentuan Sifat-sifat Fisis

pada Daerah Penelitian Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe Utara

No. Nama Alat Kegunaan

Page 8: Makalah PENELITIAN

1. Theodolit

2. Water Pass

3. GPS

4. Mengukur tingkat kebisingan

3. Tahap Penelitian

Secara garis besar tahapan penelitian ini tersaji dalam diagram alir berikut

ini:

a. Identifikasi Masalah

Tahap ini terdiri dari penetapan batasan masalah, perumusan masalah,

penetapan tujuan dan manfaaf penelitian

b. Studi Literatur

Tahapan ini bertujuan untuk mengumpulkan refereni yang berhubungan dengan

penelitian dalam hal penentuan sifat-sifat fisis berupa kualitas air, pengaruh

pasang surut air laut, dan tingkat kebisingan.

c. Pembuatan Laporan sebelum penelitian

Tahapan ini dimaksudkan agar peserta penelitian mengetahui secara umum

permasalahan dalam penelitian sehingga dapat menduga sementara hasil dari

parameter-parameter fisis yang akan di tentukan.

d. Pengambilan Data Lapangan

Pengambilan Data Lapangan

Identifikasi Masalah

Studi Literatur

Pembuatan Laporan Sebelum penelitian

Analisis

Data

Pembuatan Laporan Hasil

Penelitian

Page 9: Makalah PENELITIAN

Tahapan ini dilakukan dengan tujuan untuk membandingakan data

sebenarnya dengan dugaan sementara yang telah ditentukan pada saat pembuatan

laporan sebelum penelitian.

e. Analisis Data

Tahapan ini akan menentukan hasil dari parameter-parameter fisis yang

telah di ukur.

4. Hipotesis

Berdasarkan beberapa referesi berupa referensi secara umum mengenai

parameter-parameter fisis yang akan ditentukan, dan referensi khusus berupa peta

tata ruang Konawe Utara yang menggambarkan bentangan alam dari lokasi

penelitian, maka dapat dirumuskan beberapa hipotesa untuk penelitian Penentuan

Sifat-Sifat Fisis di Daerah Penelitian Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe

Utara, yakni:

5. Prosedur Penelitian

a. Penentuan pengaruh pasang surut

Pada penentuan pengaruh pasang surut dilakukan dengan mengukur

ketinggian di titik awal pengukuran dengan theodolit, dengan menggunakan

water pass, dimana rambu ukur di letakkan pada titik ketinggian 0 (dianggap

nol karena merupakan titik terjadinya pasang tertinggi dan surut terendah).

b. Penentuan Kebisingan

Penentuan kebisingan dilakukan dengan mengukur tingkat kebisingan dengan

menggunakan alat …. Selama 10 menit dengan interval 5 detik.

Page 10: Makalah PENELITIAN

Penentuan Sifat-Sifat Fisis di Daerah

Penelitian

Kecamatan Lembo Kabupaten Konawe Utara

OLEH:

Page 11: Makalah PENELITIAN

RIRIN PASI (F1B1 10 010)

LENI ARNI DWIMAWAN (F1B1 11 063)

ANDI ANAS (F1B1 10 062)

NILUH FRISTHYA (F1B1 10 013)

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2013