MAKALAH PENDAMPING BIDANG...

82
PROSIDING ISBN: 978 602 9969 84 9 127 MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===================================================== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG ILING-ILING DI KABUPATEN PACITAN Arif Mustofa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Pacitan Jl. Cut Nyak Dien 4A Ploso Pacitan Email: [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan mengungkap sistem proyeksi dalam folksong Iling-Iling di Kabupaten Pacitan. Sedangkan konsep folksong diambil dari tokoh Jan Harold Brundvand (1978). Untuk menganalisis sistem proyeksi, digunakan teori fungsi folklore oleh William R. Bascom. Sistem proyeksi yaitu rujukan angan-angan atau impian dari suatu kolektif. Teori Fungsi William R. Bascom dipakai karena folksong merupakan bagian dari kajian folklore. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan naturalistik. Artinya, data yang ditemukan di lapangan dijadikan sebagai pengembangan penelitian. Artinya, temuan dilapangan yang dipakai sebagai bahan analisis. Interpretasi peneliti sangat diminimalisir. Sumber data yang digunakan yaitu folksong Iling-iling yang ada di Kabupaten Pacitan. Hasil analisis menunjukkan bahwa folksong Iling-iling di Kabupaten Pacitan berisi proyeksi terhadap isi surga dan proyeksi neraka. Iling-iling juga cenderung berisi proyeksi kaum laki-laki. Kata Kunci: Sistem Proyeksi, Folksong PENDAHULUAN Salah satu jenis folklor yaitu folksong. Folksong atau lebih dikenal dengan nyanyian rakyat, pada masa lalu berkembang dengan baik di masyarakat pedesaan. Brundvand (1978:130) menyatakan bahwa nyanyian rakyat atau folksong adalah satu genre atau bentuk folklor yang terdiri dari kata-kata dan lagu, yang beredar secara lisan diantara anggota kolektif tertentu, berbentuk tradisional, serta banyak mempunyai varian. Saat ini, di kabupaten Pacitan masih terdapat folksong yang aktif dinyanyikan. Salah satu folksong yang masih aktif tersebut yaitu pujian menjelang shalat. Pujian dalam bahasa Jawa artinya sanjungan. Sedangkan pujian yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu sanjungan hamba kepada Allah SWT. Jadi yang dimaksud dengan pujian adalah membaca dzikir atau syair sanjungan hamba kepada Allah secara bersama-sama sebelum shalat berjama‟ah dilaksanakan. Salah satu folksong pujian menjelang shalat yang paling sering dinyanyikan yaitu Iling-iling. Dalam folksong Iling-iling, selain berisi ajakan, juga berisi gambaran angan- angan masyarakat Pacitan pada masa lampau. Meski berisi pola pikir masyarakat masa lampau, folksong religius, khususnya Iling-iling belum ditemukan adanya laporan resmi hasil penelitian. Begitu pun belum ada upaya dari pengambil kebijakan untuk mendokumentasikannya. Oleh karena itulah, penelitian ini dilakukan sebagai upaya mendokumentasikan, juga untuk meneliti secara ilmiah. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui sistem proyeksi masyarakat Pacitan yang tertuang dalam folksong Iling-iling. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan dasar teori fungsi folklor yang dikemukakan oleh William R. Bascom (1965). Salah satu konsep dalam teori fungsi folklor menurut Bascom tersebut, yaitu folklor berfungsi sebagai sistem

Transcript of MAKALAH PENDAMPING BIDANG...

Page 1: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

127

MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2

=====================================================

SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG ILING-ILING

DI KABUPATEN PACITAN

Arif Mustofa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Pacitan

Jl. Cut Nyak Dien 4A Ploso Pacitan

Email: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan mengungkap sistem proyeksi dalam folksong Iling-Iling di

Kabupaten Pacitan. Sedangkan konsep folksong diambil dari tokoh Jan Harold Brundvand

(1978). Untuk menganalisis sistem proyeksi, digunakan teori fungsi folklore oleh William R.

Bascom. Sistem proyeksi yaitu rujukan angan-angan atau impian dari suatu kolektif. Teori

Fungsi William R. Bascom dipakai karena folksong merupakan bagian dari kajian folklore.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan naturalistik.

Artinya, data yang ditemukan di lapangan dijadikan sebagai pengembangan penelitian.

Artinya, temuan dilapangan yang dipakai sebagai bahan analisis. Interpretasi peneliti sangat

diminimalisir. Sumber data yang digunakan yaitu folksong Iling-iling yang ada di Kabupaten

Pacitan.

Hasil analisis menunjukkan bahwa folksong Iling-iling di Kabupaten Pacitan berisi

proyeksi terhadap isi surga dan proyeksi neraka. Iling-iling juga cenderung berisi proyeksi

kaum laki-laki.

Kata Kunci: Sistem Proyeksi, Folksong

PENDAHULUAN

Salah satu jenis folklor yaitu folksong. Folksong atau lebih dikenal dengan

nyanyian rakyat, pada masa lalu berkembang dengan baik di masyarakat pedesaan.

Brundvand (1978:130) menyatakan bahwa nyanyian rakyat atau folksong adalah satu

genre atau bentuk folklor yang terdiri dari kata-kata dan lagu, yang beredar secara lisan

diantara anggota kolektif tertentu, berbentuk tradisional, serta banyak mempunyai varian.

Saat ini, di kabupaten Pacitan masih terdapat folksong yang aktif dinyanyikan.

Salah satu folksong yang masih aktif tersebut yaitu pujian menjelang shalat. Pujian dalam

bahasa Jawa artinya sanjungan. Sedangkan pujian yang dimaksud dalam penelitian ini

yaitu sanjungan hamba kepada Allah SWT. Jadi yang dimaksud dengan pujian adalah

membaca dzikir atau syair sanjungan hamba kepada Allah secara bersama-sama sebelum

shalat berjama‟ah dilaksanakan.

Salah satu folksong pujian menjelang shalat yang paling sering dinyanyikan yaitu

Iling-iling. Dalam folksong Iling-iling, selain berisi ajakan, juga berisi gambaran angan-

angan masyarakat Pacitan pada masa lampau.

Meski berisi pola pikir masyarakat masa lampau, folksong religius, khususnya

Iling-iling belum ditemukan adanya laporan resmi hasil penelitian. Begitu pun belum ada

upaya dari pengambil kebijakan untuk mendokumentasikannya. Oleh karena itulah,

penelitian ini dilakukan sebagai upaya mendokumentasikan, juga untuk meneliti secara

ilmiah.

Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui sistem proyeksi masyarakat Pacitan yang

tertuang dalam folksong Iling-iling. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan dasar

teori fungsi folklor yang dikemukakan oleh William R. Bascom (1965). Salah satu konsep

dalam teori fungsi folklor menurut Bascom tersebut, yaitu folklor berfungsi sebagai sistem

Page 2: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

128

proyeksi. Sistem proyeksi, yakni sebagai alat pencerminan angan-angan suatu kolektif.

Hutomo, (1991:69) mencontohkan kisah Bawang Putih dan Bawang Merah sebagai sistem

proyeksi gadis Jawa. Cerita ini merupakan proyeksi idama-idaman di bawah sadar dari

kebanyakan gadis miskin (yang cantik tentunya) untuk menjadi istri orang kaya atau

bangsawan (pangeran), atau orang tersohor; walaupun ini hanya terjadi dalam angan-

angan belaka.

METODE PENELITIAN

Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan sumber data folksong yang masih sering dinyanyikan

oleh masyarakat kabupaten Pacitan yaitu Iling-iling. Sementara itu, masyarakat kabupaten

Pacitan sebagai pemilik folksong dijadikan sebagai subjek penelitian. Karena itu dalam

penelitian ini, digunakan pendekatan naturalistik. Endraswara (2009:86) menyatakan

penelitian folklore secara naturalistik merupakan upaya memahami sosial budaya dari sisi

pelaku sendiri. Hal ini berarti penelitian ini tiidak hanya menggunakan data lisan saja.

Namun, penelitin ini juga menggunakan data-data emik.

Endraswara (2009:86) menyatakan bahwa data emik menengarai bahwa folklor

perlu dimaknai dari sisi pelaku. Makna dianalisis berdasar data yang ada tanpa campur

tangan peneliti. Dengan demikian, penelitian ini menjadikan data lapangan sebagai

penentu alur alur penelitian.

Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini adalah lirik dalam folksong Iling-iling yang terdapat di

kabupaten Pacitan. Sumber data yaitu folksong Iling-iling yang terdapat di kabupaten

Pacitan. Sumber data yang tersebar di wilayah Kabupaten Pacitan memiliki tiga varian.

Berbedaan ketiga varian tersebut hanya terletak pada penggunaan pilihan kata

misalnya dijumpai lirik //kitab Al-Quran kitab kawula/ agami Islam agami kawula//

sementara juga dijumpai //kitab Al-Quran kitab kawula/ nabi Muhammad panutan kula//.

Oleh karena itu, Iling-iling yang digunakan sebagai sumber data yaitu yang paling banyak

dipakai di Pacitan.

Metode Pengumpulan data

Leach (1949:339, dalam Endraswara, 2009:97) menyatakan bahwa semestinya

peneliti folklor harus melalui langkah (a) mengumpulkan, (b) mengklasifikasikan, (c)

mempelajari bahan-bahan folklore, (d) menafsirkan bahan tersebut sesuai peradaban yang

tidak lepas dari proses trankrip dan transliterasi atau terjemahan. Dengan demikian, teks

lisan yang sudah dikumpulkan maka perlu ditranskripsikan yang dilajutkan dengan

menerjemahkan, misalnya teks lisan bahasa Jawa diterjemahkan ke dalam Bahasa

Indonesia.

Dalam penelitian folksong inipun, setelah data yang berupa wacana lisan

terkumpul, maka langkah berikutnya yaitu pemindahan ke dalam bentuk tulisan atau

transkripsi. Pada tahap ini, peneliti menuliskan semua ucapan responden tanpa

mengurangi atau menambahkan. Sudikan (2001:180) menyatakan bahwa seorang peneliti

dalam menghadirkan teks lisan sebelum dianalisis harus benar-benar mewujudkan

„reflection of reality‟ artinya dalam mentranskripsi hasil rekaman tidak boleh

menambahkan atau mengurangi data yang tersimpan dalam rekaman, sebab setiap unsur

data yang ada, baik salah atau benar, semua berguna untuk bahan analisis.

Page 3: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

129

Sebagian besar responden dalam penelitian folksong iling-iling ini menggunakan

bahasa Jawa dalam bertutur. Oleh karena itulah sebagai pedoman penulisan transkripsi

digunakan ejaan bahasa Jawa.

Sementara itu, cara menerjemahkan sesuai dengan pendapat Endraswara (2009:98)

yang menganjurkan 6 hal yang harus diperhatikan dalam menerjemahkan yaitu: (1)

pahami dulu kata-kata yang kurang dikenal (unfamiliar); (2) bisa menggunakan beberap

kamus yang komunikatif; (3) kendati menggunakan kamus terjemahan teks bhukan kata

demi kata; (4) penyajian hasil terjemahan harusnya ke dalam susunan dan bahasa yang

dipahami oleh banyak orang; (5) pemahaman gaya bahasa dan isi teks harus dikuasai; (6)

penerjemahan hendaknya kontekstual memeprhatikan aspek-aspek di luar teks.

Di lain pihak, penyajian terjemahan menurut Hutomo (1991:90) dapat dilakukan

dengan tiga model yaitu, teks terjemahan ditempatkan di samping kanan teks asli; di

bawah teks asli; atau disendirikan di tempat lain (misalnya di akhir laporan atau di bawah

lampiran. Penelitian ini menggunakan metode kedua yang disarankan Hutomo tersebut

yaitu dengan meletakkan teks terjemahan di bawah teks lisan.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif

dan teknik analisis isi. (Ratna, 2004:53) menyatakan bahwa teknik analisis deskritif

dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan

analisis

Di pihak lain, teknik analisis isi menurut Bailey (dalam Supratno, 1999:18) adalah

suatu teknik analisis data yang menekankan pada makna data. Dalam penelitian ini,

peneliti berusaha menguraikan makna kata, frasa, maupun kalimat yang menunjukkan

adanya proyeksi masyarakat Pacitan yang terdapat dalam folksong Pujian menjelang shalat

di Kabupaten Pacitan.

Keabsahan Data

Teknik untuk memeriksa keabsahan data dalam penelitian ini mengacu pendapat

Sudikan (2001:169) yang menyatakan bahwa untuk memeriksa keabsahan data dapat

dilakukan langkah-langkah berikut: (a) melakukan trianggulasi; (b) melakukan perr

debriefing; dan (c) melakukan member check dan audit trial. Berdasar ketiga langkah

tersebut penelitian ini melakukan trianggulasi data dan sumber data. Sedangkan peer

debrefing dilakukan dengan teman sejawat dan pemerhati kebudayaan di kabupaten

Pacitan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berkeley dalam Danandjaja (2002:12) mengemukakan bahwa fungsi folklor itu ada

empat, yaitu: (1) sebagai sistem proyeksi (projective system), yakni sebagai alat

pencerminan angan-angan suatu kolektif; (2) sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan

lembaga-lembaga kebudayaan; (3) sebagai alat pendidikan anak (pedagogical device); (4)

sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan selalu dipatuhi

anggota kolektifnya.

Sebagai sistem proyeksi, Folklor (di dalamnya terdapat folksong/nyanyian rakyat)

dijadikan sebagai sarana untuk melisankan angan-angan. Angan-angan tersebut muncul

sebagai ketidaksadaran suatu kolektif. Angan-angan merupakan suatu harapan, cita-cita,

keadaan, benda atau barang yang diharapkan atau diinginkan namun sulit tercapai.

Page 4: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

130

Berdasar data yang telah dikumpulkan, Sistem proyeksi dalam Folksong Iling-iling

di kabupaten Pacitan, dapat dikelompokkan menjadi: (1) proyeksi terhadap isi surga dan

(2) Proyeksi terhadap Isi Neraka.

Proyeksi Terhadap Isi Surga

Kata surga berasal dari bahasa sansekerta Suarga. Suar berarti cahaya dan ga

berari perjalanan. Dengan demikian, suarga menurut arti katanya perjalanan menuju

kehidupan yang penuh cahaya. Orang Jawa menyebut surga dengan Suargo. Sedangkan

dalam bahasa Arab, surga adalah Jannah kata jamak dari Jinan yang berari kebun.

Masyarakat Pacitan yang memeluk agama Islam, juga sangat mengharapkan Surga

sebagai balasan di akhirat kelak. Surga menjadi cita-cita semua umat Islam. Masyarakat

Pacitan, menggambarkan isi surga sebagai berikut:

Disambut Bidadari

Bidadari menjadi angan-angan tentang isi surga. Hal itu tampak dalam folksong

Iling-iling yang berbunyi //luwih mulya luwi mukti rasane wong ana suwarga/ satus

patang puluh widadari// terjemahnya: // Lebih mulia lebih sejahtera orang yang ada di

surga/seratus empat puluh bidadari//.

Kutipan folksong Iling-iling tersebut menyiratkan angan-angan kaum maskulin

(laki-laki). Sebab, bidadari dianggap sebagai berjenis kelamin perempuan. Dengan

demikian, di surga kelak, laki-laki sangat mengharapkan didampingi wanita cantik.

Meskipun, dalam kenyataannya, pujian ini juga dinyanyikan oleh kaum perempuan.

Konsep isi surga yang cederung merupakan harapan kaum maskulin menunjukkan

bahwa penyusun folksong iling-iling ini adalah para lelaki. Meskipun dalam alquran

disebutkan bahwa setiap manusia (laki-laki maupun perempuan) bisa memilih apa saja

yang diinginkan ketika di surga. Dapat dilihat dalam QS Fusshilat: 31 yang artinya: Di

dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di

dalamnya apa yang kamu minta.

Folksong Iling-Iling yang cenderung berisi harapan kaum lelaki, selaras dengan

pandangan orang jawa yang berbunyi “Bojo (istri) iku mung swargo nunut neraka katut”.

Kata „nunut’ berarti menumpang, secara tersirat bermakna adanya permintaan. Sedangkan

kata „katut’ menunjuk makna wajib dan tidak bisa menolak. Jadi, apabila suami masuk

surga, istri belum tentu masuk surga. Namun, apabila suami masuk neraka, maka istri pasti

juga akan ikut ke neraka. Katut dan nunut bagi feminin ini menurut selaras dengan

pernyataan Ratna (2007:409) yang menyatakan bahwa laki-laki selalu dilukiskan sebagai

egosentris (berpusat pada dirinya sendiri) sedangkan perempuan sebagai heterosentris

(berfungsi untuk orang lain). Artinya, keberadaan perempuan selalu bergantung kepada

orang lain (laki-laki). Bahkan untuk ke surga maupun ke neraka, seakan juga bergantung

kepada laki-laki.

Betty Friedan dalam Sarawati (2003:159) menyatakan bahwa kekuatan-kekuatan

yang mendeskriminasikan perempuan, antara lain pada lapangan pendidikan, penggunaan

tenaga kerja, agama, perempuan miskin dan malang, gambaran perempuan dalam media

masa, hak-hak politik, dan keluarga. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa perempuan

cenderung tidak mendapat hak yang sama dengan laki-laki salah satunya di bidang agama.

Dengan demikian, isi folksong Iling-iling yang berisi surga itu cenderung untuk laki-laki

selaras dengan pendapat di atas.

Page 5: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

131

Tempat Tidur Nyaman

Tempat tidur (kasur) menjadi barang langka pada masyarakat Pacitan jaman

dahulu. Sebagian besar masyarakat menggunakan tikar terbuat dari pandan untuk alas

tidur. Hanya golongan menengah ke atas saja yang mampu membeli tempat tidur dari

kapas (kasur babut). Akibatnya, tempat tidur yang empuk menjadi impian untuk dimiliki

oleh sebagian besar masyarakat Pacitan pada masa lampau.

Dalam pujian Iling-iling terdapat lirik //kasur babut kari ngenggoni// yang artinya

//kasur yang empuk tinggal menempati//. Tempat tidur empuk menjadi barang yang ingin

dimiliki. Namun, karena di dunia sulit mendapatkannya, maka tempat tidur empuk bisa

diperoleh di surga. Lirik //...kari ngenggoni// atau //...tinggal menempati// menunjukkan

bahwa barang „mewah‟ tersebut telah tersedia di surga.

Tempat tidur nyaman tampaknya juga melengkapi lirik //...satus patang puluh

widadari// yang merupakan keinginan para lelaki. Dalam jawa terdapat pandangan bahwa

perempuan itu hanya macak (berdandan), masak (memasak), dan manak (melahirkan).

Pandangan bahwa perempuan itu hanya macak dan manak juga berkorelasi dengan adanya

kasur atau tempat tidur.

Proyeksi Terhadap Neraka

Neraka berasal dari kata Nar (arab) yang berarti api yang menyala. Secara istilah,

neraka merupakan tempat penyiksaan sebagai balasan bagi yang berbuat salah atau dosa.

Berdasar folksong yang sering dinyanyikan, masyarakat Pacitan mengganggap

neraka sebagai tempat yang sangat menyeramkan. Dalam pujian iling-iling, terdapat lirik

//luwih lara luwih susah/ rasane wong no neraka/ klabang quresy kalajengking/ klabang

geni ula geni/ gadha geni ala rante geni/cawisane wongkang duraka// yang terjemahnya

//lebih sakit lebih susah/ rasa orang di neraka/kelabang qureis kajengking/ kelabang api

ular api/cambuk api juga rantai api/disiapkan untuk yang di neraka//.

Kutipan lirik di atas menunjukkan bahwa neraka dipenuhi oleh api. Semuanya

makhluk di neraka berasal dari api. Makhluk penghuni neraka berdasar lirik di atas yaitu

Kelabang (family scholopendridae), kalajengking (Heterometrus cyaneus), ular (colobra).

Sementara itu, selain bertemu binatang yang menakutkan, penghuni neraka juga

akan disiksa. Alat siksa yang akan digunakan yaitu cambuk dan rantai yang keduanya juga

terbuat dari api.

SIMPULAN DAN SARAN

Proyeksi yang terdapat dalam Folksong Iling-Iling di kabupaten Pacitan yaitu: (1)

proyeksi terhadap isi surga, (2) Proyeksi terhadap Isi Neraka. Folksong Iling-iling di

kabupaten Pacitan cenderung berisi impian para lelaki. Sebab, harapan dan impian yang

dimunculkan dalam pujian tersebut lebih kepada harapan kaum laki-laki. Angan-angan

tersebut misalnya disambut bidadari di surga. Folksong di kabupaten Pacitan masih

banyak yang belum tersentuh penelitian. Misalnya playsong (tembang dolanan) atau

nyanyian pengiring permainan anak-anak hingga saat ini masih belum terdokumentasi.

Penelitian ini sebatas pada sistem proyeksi dalam folksong Iling-iling di Kabupaten

Pacitan. Masih banyak yang bisa diteliti dari folksong. Misalnya dari unsur semiotiknya.

Bahkan folksong bisa dianalisis dari sisi strukturnya. Oleh karena itu, penelitian lanjutan

masih sangat memungkinkan untuk dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Bascom, Willaim R.(1965). “Four Function of Folklore”. Dalam The Study Of Folklore.

Alan Dundes (Ed). Englewood Cliffs, N.J. Prentice-Hall, Inc.

Page 6: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

132

Brunvand, Jan Harol. 1978. The Study of American Folklore: an Introduction, second

Editions. New York: WW Norton Company Inc.

Danandjaja, James. 1997. Folklor Indonesia. Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain-lain. Jakarta:

Grafiti

Endraswara, Suwardi. 2009. Metode Penelitian Folklor. Yogyakarta: Media Presindo

Hutomo, Suripan Sadi. 1991. Mutiara yang Terlupakan; Pengantar Study Sastra Lisan.

Surabaya: HISKI

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Penelitian sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Saraswati, Ekarini. 2003. Sosiologi Sastra. Malang: UMM Press

Sudikan, Setya Yuwana. 2001. Metode Penelitian Sastra Lisan. Surabaya: Citra Wacana

Supratno, Haris. 1999. Peranan dan Keteladanan Tokoh Wanita dalam Folklor Lisan

Pesisiran di Jawa Timur. Laporan Penelitian. Surabaya: Tidak diterbitkan

Page 7: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

133

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA DALAM

MENYELESAIKAN SOAL CERITA HITUNG CAMPURAN

MELALUI POLA PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Suwardi SDN Pucangsewu I Pacitan

Abstrak

Kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita banyak mengalami kesulitan. Kesulitan

itu disebabkan karena sistem pengajaran dan metode pengajaran materi yang diberikan kurang

karena sistem pengajaran dan metode pengajaran Materi yang diberikan kurang sesuai. Materi

yang sulit untuk difahami siswa adalah soal yang berbentuk soal cerita. Dengan adanya

kesulitan tersebut dapat dilihat dari hasil belajar atau prestasi siswa kurang memuaskan. Oleh

sebab itu guru dalam menggunakan soal cerita sebagai alat pengukur keberhasilan siswa dapat

mata pelajaran matematika dengan menerapkan berbagai pola. Dari hasil nilai tes kegiatan

pada siklus I dari sejumlah 21 siswa yang mampu menyelesaikan soal cerita adalah 42,8% (9

siswa) sedangkan yang 57,1% (12 siswa) adalah siswa yang masih belum mampu

menyelesaikan soal cerita. Siklus II dari jumlah 21 siswa Siswa yang mampu menyelesaikan

soal cerita adalah 85,71% (18 siswa) sedangkan yang 14,29 % (9 siswa) adalah siswa yang

masih belum mampu menyelesaikan soal cerita. Dengan demikian pola pembelajaran

matematika dapat meningkatkan kemampuan siswa.

Kata Kunci : Peningkatan, kemampuan, pola pembelajaran.

PENDAHULUAN

Sejalan dengan upaya meningkatan kemapuan siswa dalam mempelajari

matematika, maka guru perlu melihat kemampuan yang berbeda-beda yang dimiliki siswa.

Perkembangan dalam rangka meningkatkan pemahaman anak terhadap pelajaran

matematika, anak yang berbeda-beda membutuhkan perhatian yang serius dari seorang

Guru. Guru harus bisa menggunakan strategi pembelajaran yaitu pembelajaran yang efektif

dan efisien sesuai dengan perkembangan intelektual dan tingkat berfikir anakuntuk

membelajarkan soal cerita penanaman konsep serta pemahaman-pemahaman soal

diberikan secara matang.

Guru dalam memberikan materi pelajaran dengan menanamkan konsep dan

pemahaman yang matang, maka siswa tidak mudah lupa, Hudojo (1988: 3) mengatakan

bahwa mempelajari konsep B yang mendasarkan kepada konsep A tidak mungkin orang itu

memahami konsep B. Ini berarti, mempelajari matematika haruslah bertahap dan berurutan

serta mendasarkan pada pengalaman belajar yang lalu. Kesalahan kita ditingkat dasar akan

berdampak negatif pada perkembangan siswa misalnya dalam mempelajari soal cerita yang

sudah diberikan sajak anak di kelas rendah. Kalau tidak sering dilatihkan kepada siswa

maka konsep tersebut akan cepat hilang, agar konsep tersebut tidak hilang sesering

mungkin diberikan latihan-latihan soal yang berbentuk cerita. Apabila keempat langkah

ini hilang salah satu, maka peserta didik akan memperoleh hasil yang kurang optimal.

Maka dari itu sebagai Guru kita harus bisa memotivasi peserta didik sehingga mematuhi

keempat langkah tersebut. Dengan mematuhi keempat langkah tersebut diharapkan Guru

akan memberikan bekal pada anak didik agar bisa menghadapi dan bisa memecahkan

masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

Dalam menyelesaikan soal bentuk cerita, siswa harus benar-benar menguasai konsep

yang sudah di berikan sebelumnya, siswa tidak hanya dituntut untuk memahaminya, tetapi

juga harus menterjemahkan maksud soal kedalam kalimat matematika dengan membuat

persamaan dan penyelesaianya. Matematika yang diajarkan di sekolah disebut dengan

Page 8: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

134

matematika sekolah. Hal ini sesuai dengan kurikulum matematika sekolah dasar, bahwa

yang dimaksud dengan “Matematika sekolah adalah matematika yang diajarkan di

Pendidikan Dasar dan Menengah”. (Depdikbud, 2002:28). Lebih lanjut dijelaskan bahwa

ciri dari matematika adalah obyek kejadian abstrak dan pola pikir deduktif serta konsisten

(Depdikbud, 2002:28).

Tujuan pendidikan dijenjang pendidikan dasar mengacu kepada fungsi matematika

serta kepada tujuan pendidikan nasional yang telah dirumuskan dalam kurikulum.

Diungkapkanpelajaran metematika sesuai dengan kurikulum pendidikan dasar (1993:70)

bahwa tujuan umum diberikan matematika pada jenjang pendidikan dasar meliputi dua hal,

yaitu : 1) Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan dalam

kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar

pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur dan efektif. 2) Mempersiapkan siswa

agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-

hari, dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.

Tujuan umum pendidikan matematika pada jenjang pendidikan dasar yang pertama

di atas memberikan penekanan pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa.

Sedangkan pada tujuan kedua memberi penekanan pada ketrampilan dalam penerapan

matematika, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam membantu mempelajari ilmu

pengetahuan lainnya. Adapun tujuan khusus matematika di SD dalam GBPP 2002, bahwa

tujuan pengajaran matematika SD meliputi : 1) Menumbuhkan dan mengembangkan

ketrampilan berhitung menggunakan bilangan sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari. 2)

Menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialihkan melalui kegiatan

matematika.3)Memiliki pengetahuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut di

tingkat selanjutnya. 4)Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin.

Tujuan-tujuan khusus pengajaran matematika di SD merupakan realisasi dan

fungsi matematika baik sebagai alat, sebagai pola pikir maupun sebagai ilmu yang dapat

dikembangkan. Sebelum siswa dapat diharapkan mampu mengembangkan kecakapan

dengan memudahkan soal cerita dengan cara aljabar, diperlukan sejumlah tugas persiapan

tertentu. Ia harus dapat menyatakan sebuah kalimat dengan kalimat lain dalam bentuk

aljabar. Agar siswa dapat menangani soal-soal dibutuhkan secara efektif mereka harus

diberikan pelajaran membaca matematika, mereka harus belajar meskipun hanya satu patah

atau satu kalimat bisa mengandung banyak informasi yang penting. Bahkan siswa harus

dapat membaca dengan perlahan-lahan (khususnya dalam membaca soal cerita), berhenti

bila ada tanda koma atau pada akhir satu penalaran. Siswa harus reflektif apa yang dibaca,

harus menentukan apa maknanya dan seyogyanya membaca dan mengkaji kelebihan soal

berulang kali bila diperlukan.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka yang merupakan rumusan dalam

penelitian ini adalah :

1. Apakah pola pembelajaran matematika dapat meningkatkan tingkat kemampuan pada

siswa ?

2. Apakah menyelesaikan soal cerita hitung campuran melalui pola pembelajaran

matematika dapat peningkatan prestasi belajar siswa ?.

METODE PENELITIAN

Dalam melaksanakan rancangan penelitian diperlukan untuk memudahkan kegiatan

penelitian. Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini berusaha untuk mendapatkan

informasi secara lengkap tentang kemampuan yang dimiliki oleh siswa kelas IV SDN

Pucangsewu Pacitan dalam menyelesaikan soal cerita hitung campuran penelitian

dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2013/2014. Untuk itu maka rancangan

Page 9: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

135

penelitian yang dianggap relevan adalah menggunakan rancangan Penelitian Tindakan

Kelas (Action Research). Pada penelitian ini yang melaksanakan kegiatan mengajar adalah

Guru yang sekaligus sebagai peneliti. Selain itu model PTK yang digunakan adalah model

John Eliot. Menurut John Elliot (Wibawa, 2004:30). Dalam setiap siklus dimungkinkan

terdiri dari beberapa siklus kegiatan, yaitu antara dua-tiga siklus tindakan. Setiap

kemungkinan terdiri dari beberapa langkah yang terealisasi dalam bentuk kegiatan belajar

mengajar yang dilakukan.

Data yang sudah diperoleh akan dianalisa agar bisa ditafsirkan hasilnya. Untuk itulah

digunakan analisa Pendekatan Acuan Kriteria (PAK). Pendekatan ini disebut juga

Pendekatan Acuan Patokan (PAP) atau penilaian mutlak. Penafsiran pendekatan acuan

kriteria adalah pemberian skor berdasarkan kemampuan siswa menyelesaikan ulangan

hrian tersebut, Nasution (2002:66). Dari hasil ulangan siswa, jawaban yang benar

dinyatakan dalam bentuk prosentase dengan rumus sebagai berikut : PAK = N

B x 100%,

ket B = Jawaban benar ; N = Nilai Maksimal.

Dari skor yang diperoleh dapat dibuat acuan tentang ketuntasan belajar siswa sebagai

berikut : 1)Ketentuan Perorangan dengan maksud seorang siswa dikatakan berhasil atau

mampu (mencapai ketentuan) jika mencapai taraf penguasaan minimal 75%. Siswa yang

taraf penguasaannya kurang dari 75% diberikan perbaikan. 2) Keputusan Kelompok

dengan ketentuan bahwa pada kelompok atau kelas dikatakan telah berhasil (mencapai

keputusan) jika paling sedikit 85% dari jumlah dalam kelompok atau kelas itu telah

mencapai ketentuan perorangan. a) Apabila sudah terdapat 85% dari banyaknya siswa yang

mencapai tingkat ketentuan belajar maka kelas yang bersangkutan dapat melanjutkan

kegiatan pada satuan pelajaran berikutnya. b) Apabila banyaknya siswa dalam kelas

mencapai tingkat kemampuan belajar masih kurang dari 85% maka : 1) Siswa yang taraf

penguasaannya kurang dari 85% harus diberi program perbaikan mengenai bagian-bagian

bahan pembelajaran. 2) Siswa yang telah mencapai taraf penguasaan 85% atau lebih

dapat diberi program pengayaan. Bila kemampuan siswa dalam masing-masing siklius

kegiatan lebih dari 85% maka pembelajaran yang dilaksanakan Guru dapat dikatakan

berhasil. Tetapi bila kemampuan belajar siswa kurang dari 85% maka pengajaran yang

dilaksanakan Guru belum berhasil. Dengan demikian hasil yang diperoleh menggambarkan

keadaan yang menunjukkan adanya keberhasilan proses pembelajaran dapat peningkatan

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita hitung campuran melalui pola

pembelajaran matematika pada siswa kelas IV SDN Pucangsewu Pacitan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sejalan dengan keberhasilan pola pembelajaran matematika yang dilakukan pada

masing-masing siklus kegiatan pada siswa kelas IV SDN Pucangsewu Pacitan maka dapat

diketahui bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan dalam dua siklus. Hali

ini dikarenakan keterbatasan waktu yang tersedia, serta dengan dua siklus sudah penulis

anggap cukup untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan

soal cerita hitung campuran melalui pola pembelajaran matematika pada kegiatan belajar

mengajar.

Pada masing-masing siklus terdiri atas beberapa tahap, yaitu : (1) Perencanaan, (2)

Pelaksanaan, (3) Pengamatan/Evaluasi, dan (4) Refleksi. Penelitian tentang peningkatan

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita hitung campuran melalui pola

pembelajaran matematika. Dengan perencanaan pada kegiatan siklus I ini peneliti

merencanakan pembahasan dengan soal cerita hitung campuran, peneliti menggunakan

Page 10: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

136

pembelajaran seperti biasanya terutama menyiapkan bahan ajar yaitu membuat RPP yang

sesuai dengan materi yang diajarkan sesuai dengan kompetensi dasar, serta membuat

instrumen dan lembar observasi yang digunakan dalam pengamatan, karena peneliti

menganggap bahwa siswa kelas IV SDN Pucangsewu Pacitan sudah pernah diberi soal

yang berbentuk soal cerita bahkan dikelas II dan kelas III sudah pernah dipelajari,

disamping itu peneliti ingin mengetahui sampai dimana kemampuan siswa kelas IV SDN

Pucangsewu Pacitan dalam menyelesaikan soal cerita hitung campuran pada pelajaran

matematika.

Untuk membangkitkan minat belajar siswa peneliti memberikan pertanyaan-

pertanyaan yang berkaiatan dengan apa yang akan dibahas. Pertanyaan-pertanyaan tersebut

dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Dengan tujuan siswa dapat

mengemukakan pendapat mengenai bentuk soal cerita tersebut. Dari pembelajaran bentuk

soal cerita peneliti menerangkan dan menjelaskan mengenai soal cerita hitung campuran.

Dijelaskan satu persatu mulai dari hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian sampai

pembagian. Setelah itu siswa disuruh mencoba di papan tulis, sehingga yang disampaikan

peneliti dapat diterima dan dimengerti dengan baik oleh siswa. Peneliti berusaha bertanya

siapa yang masih belum mengerti. Jika ada yang belum mengerti peneliti akan menjelaskan

lagi sampai siswa mengerti betul. Sebelum kegiatan pembelajaran diakhiri peneliti

memberikan soal latihan sebanyak 4 soal cerita yang bervariasi yang dikerjakan dibuku

latihan siswa, setelah selesai dikerjakan, dikumpulkan dan dikoreksi oleh Guru.

Siklus 1

Pada kegiatan siklus 1, pada awal kegiatan peneliti seperti biasanya setelah tanda bel

pelajaran dimulai peneliti masuk kelas berdiri di kelas menyuruh siswa untuk berdo‟a,

setelah berdoa memberi salam dan mengabsen siapa yang tidak masuk. Untuk

membangkitkan minat belajar siswa peneliti memberikan pertanyaan-pertanyaan yang

berkaiatan dengan apa yang akan dibahas yang mengarah pada kegiatan apersepsi.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Dengan

tujuan siswa dapat mengemukakan pendapat mengenai bentuk soal cerita tersebut. Dari

hasil nilai tes latihan tersebut di atas sudah jelas bahwa dari sejumlah 21 siswa yang ada di

kelas IV SDN Pucangsewu Pacitan. Siswa yang mampu menyelesaikan soal cerita adalah

42,8% (9 siswa) sedangkan yang 57,1% (12 siswa) adalah siswa yang masih belum mampu

menyelesaikan soal cerita. Sehingga kegiatan pembelajaran dikatakan belum berhasil.

Dari uraian dan analisis data nilai pada kegiatan siklus 1, ditemukan bahwa

menyelesaikan soal cerita hitung campur masih banyak siswa yang belum mampu

menjawab dengan benar, siswa masih mengalami kesulitan. Berdasarkan pengamatan

peneliti, siswa masih bingung untuk menyelesaikan soal cerita dengan menggunakan

langkah-langkah seperti yang dijelaskan peneliti serta semua siswa melakukan kesalahan

pada soal nomor empat. Siswa terbiasa mengerjakan soal yang berbentuk cerita dengan

cara langsung. Oleh karena itu peneliti akan menjelaskan lebih jelas lagi pada pertemuan

berikutnya terutama dengan pola pembelajaran matematika terutama yang bersifat

penjelasan yang berarah pada fokus penyelesaian sesuai dengan langkah-langkah yang

ditentukan, karena pada kegiatan siklus 1 secara klasikal untuk ketuntasan minimal KKM

masih dibawah 80% hal diasumsikan kegiatan penelitian belum berhasil, maka perlu

diadakan itindakan siklus II.

Siklus II

Pada siklus II ini peneliti akan menjelaskan lebih terperinci yang pertama peneliti

akan menjelaskan tentang soal cerita hitung penjumlahan dan pengurangan. Peneliti lebih

Page 11: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

137

meningkatkan kegiatan pembelajaran ke suasana yang lebih menyenangkan dan terarah/

terpusat pada pembelajaran daripada hari kemarin. Seperti biasanya tanda bel masuk

peneliti masuk kelas dan menyuruh siswa untuk berdoa dan memberi salam serta

mengabsen siapa yang tidak masuk. kemudian peneliti menanyakan tentang pembelajaran

yang kemarin, masih ingatkan cara-cara atau langkah-langkah menyelesaikan soal cerita,

untuk mengingatkan kembali daya fikir siswa, peneliti memberikan contoh soal cerita

tentang hitung campuran khususnya penjumlahan dan penguarangan yang pelaksanaannya

sebagai berikut :

1. Peneliti mengajak siswa untuk memahami soal tersebut.

2. Peneliti lalu menanyakan kepada siswa apa yang telah diketahui dan ditanyakan.

3. Siswa mencari apa yang diketahui dan ditanyakan

4. Peneliti bersama siswa merencanakan penyelesaian soal cerita

5. Peneliti bersama siswa memhuat kalimat matematikanya

6. Peneliti menjelaskan cara melaksanakan penyelesaiannya

7. Peneliti mengajak siswa untuk meninjau kembali apa yang ditanyakan dalam soal

tersebut.

Setelah semuanya dapat dikerjakan atau ditemukan jawabannya, maka siswa

ditanya apakah sudah mengerti. Maka tindakan peneliti selanjutnya adalah memberikan tes

ulangan harian I pada siswa kelas IV semester I SDN Pucangsewu Pacitan tentang soal

cerita hitung campuran khususnya penjumlahan dan pengurangan. Sebelum kegiatan

pembelajaran diakhiri bagi siswa yang sudah selesai supaya hasil ulangannya dikumpulkan

dan dikoreksi oleh Guru.

1. Observasi Siklus II

Dari hasil pemberian tes ulangan harian I yang dilaksanakan pada tanggal 5 Februari

2013 didapatkan data nilai sebagai berikut : Dari hasil nilai tes ulangan I tersebut di

atas sudah jelas bahwa dari sejumlah 21 siswa yang ada di kelas IV. Siswa yang

mampu menyelesaikan soal cerita adalah 57,2% (12 siswa) sedangkan yang 42,8% (9

siswa) adalah siswa yang masih belum mampu menyelesaikan soal cerita. Sehingga

kegiatan pembelajaran dikatakan belum berhasil.

2. Refleksi siklus II

Dari hasil pembelajaran yang dilakukan pada siklus I belum berhasil.

Sedangkan peneliti sudah berusaha sebaik-baiknya mulai dari perencanaan sampai

pelaksanaan maka peneliti mencari penyebab kejadian tersebut baik di kelas maupun

faktor lainnya, yaitu :

~ Suasana kelas agak kacau dan ramai hal ini waktu diterangkan siswa

minta dikerjakan secara langsung.

~ Untuk penggunaan langkah-langkah dalam menyelesaikan soal cerita

siswa masih tetap bingung.

~ Suasana pada waktu itu cuaca mendung sekali sehingga kelas gelap dan siswa

minta cepat-cepat pulang sehingga tidak konsentrasi pada pelajaran. Dari kegiatan

ini peneliti berharap agar siswa mampu menyelesaikan atau memecahkan masalah

yang dihadapi siswa serta tanggung jawab terhadap dirinya sendiri.

~ Guru memberikan contoh soal cerita yang mengadung unsur perkalian

yang salah satu sukunya belum diketahui. Misalnya

20 x n = 4 n = ………… n x 4 = 20 n = ……….

~ Guru memberikan contoh satu lagi soal cerita yang mengandung unsur

perkalian berulang misalnya : 27 x 25 x 36 = n n = ……………

Page 12: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

138

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan data hasil pada bab IV penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1. Tingkat kemampuan siswa menunjukkan peningkatan pada tiap-tiap siklus walaupun

peningkatan tersebut cukup kecil namun pada siklus ke-II mulai menunjukkan

peningkatan yang cukup signifikan, yaitu telah melewati batas penilaian yang telah

ditentukan dengan hasil 21 siswa yang ada di kelas IV. Siswa yang mampu

menyelesaikan soal cerita adalah 57,2% (12 siswa) sedangkan yang 42,8% (9 siswa)

sehingga terdapat peningkatan.

2. Dengan hasil peningkatan dari hasil belajar siswa hal ini menunjukkan bahwa pola

pembelajaran yang diterapkan telah terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar siswa

kelas IV SDN Pucangsewu Pacitan sub kompetensi dasar soal cerita pada hitungan

campuran.

Saran

1. Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita hitung

campuran sebaiknya Guru harus menjelaskan kepada peserta didiknya dalam

menyelesaikan soal cerita harus menggunakan 4 langkah yang terstruktur, yaitu :

a. Mengerti soal

b. Merencanakan penyelesaian

c. Melaksanakan penyelesaian

d. Melihat kembali

2. Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita hitung

campuran sebaiknya Guru harus menjelaskan terlebih dahulu konsep penjumlahan,

pengurangan, perkalian dan pembagian dipahami benar, sehingga anak dalam mampu

dalam menyelesaikan hitung campuran.

3. Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita hitung

campuran sebaiknya Guru sering memberikan pekerjaan rumah atau latihan di sekolah

soal yang berbentuk cerita sehingga anak terbiasa memecahkan masalah yang dihadapi

dalam kehidupannya sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdikbud. 1993. Kurikulum Pendidikan Dasar Garis-Garis Beasar Program Pendidikan

(GBPP) SD. Jakarta : Depdikbud.

Depdikbud. 1993. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Depdikbud.

Depdikbud. 2002. Penyesuaian Garis-Garis Besar Pengajaran (GBPP) dan Penilaian

Pada Sistem Semester. Jakarta: CV. Insan Cendekia Surabaya.

Depdikbud. 2003. Penyesuaian Garis-Garis Besar Pengajaran (GBPP) dan Penilaian

Pada Sistem Semester. Jakarta: Depdiknas.

Haji, S. 1994. Diagnosis Kesulitan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita di Kelas IV

SDN Percobaan Surabaya. Tesis tidak diterbitkan. Malang: PPS IKIP Malang.

Hudojo, H. 1990. Strategi Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: IKIP Malang.

Manalu. 1996. Meningkatkan Minat Siswa dalam Mengerjakan Soal Cerita. Yogyakarta:

PPG Yogyakarta.

Setyosari. 2003. Rancangan Sistem Pembelajaran. Malang: Universitas Negeri Malang

FIP.

Wibawa. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdiknas.

Page 13: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

139

PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL TGT

UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR

KIMIA MATERI LARUTAN

Endang Gunarti SMA Negeri 1 Pacitan

Jl. Letjend Suprapto 49 Pacitan, e-mail: [email protected]

Abstrak

Penerapan Metode TGT (Team Games Tournament) Untuk Meningkatkan Prestasi

Belajar Kimia Pada Pembahasan Materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit Pada Siswa

Kelas X (Sepuluh) 1(satu) Semester Ganjil SMAN I Pacitan Tahun Pelajaran 2011/2012

Penelitian ini berdasarkan permasalahan: Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar

siswa dengan diterapkannya metode pembelajaran kooperatif model TGT?

Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah: (a) Ingin mengetahui peningkatan

prestasi belajar siswa setelah diterapkannya metode pembelajaran kooperatif model TGT. (b)

Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkan metode pembelajaran

kooperatif model TGT.

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak dua

putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan,

refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas X(Sepuluh) 1 (satu) Semester

Ganjil SMAN I Pacitan. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif,dan lembar observasi

kegiatan belajar mengajar.

Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari

siklus I ke siklus II yaitu, siklus I (66,67%), siklus II (88,89%).

Kesimpulan dari penelitian ini adalah metode kooperatif model TGT dapat berpengaruh

positif terhadap motivasi belajar Siswa Klas X (sepuluh) SMA dalam pelajaran KIMIA serta

model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran kimia pada

materi-materi yang lain.

Kata Kunci: pembelajaran kimia, metode kooperatif model TGT

PENDAHULUAN

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan karena pengalaman peneliti sebagai guru

sering mendapatkan hasil evaluasi siswa untuk materi larutan elektrolit dan non elektrolit

yang rendah ,sehingga peneliti ingin merubah metode pembelajaran yang semula ceramah

dan latihan soal saja menjadi pembelajaran kooperatif dengan model TGT (Team Games

Tournament).

Pembelajaran kooperatif adalah suatu pengajaran yang melibatkan siswa bekerja

dalam kelompok-kelompok untuk menetapkan tujuan bersama. Felder, (1994: 2).

Pembelajaran kooperatif lebih menekankan interaksi antar siswa. Dari sini siswa akan

melakukan komunikasi aktif dengan sesama temannya. Dengan komunikasi tersebut

diharapkan siswa dapat menguasai materi pelajaran dengan mudah karena “siswa lebih

mudah memahami penjelasan dari kawannya dibanding penjelasan dari guru karena taraf

pengetahuan serta pemikiran mereka lebih sejalan dan sepadan”. (Sulaiman dalam

Wahyuni 2001: 2).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan

pengelolaan metode pembelajaran kooperatif model TGT yang digunakan untuk

mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran kooperatif model TGT dalam

meningkatkan prestasi belajar siswa dan data pengamatan aktivitas siswa dan guru.

Page 14: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

140

Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah

diterapkan metode pembelajaran kooperatif model TGT.

Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari

rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang

mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengolahan metode

pembelajaran kooperatif model TGT, dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa.

b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 9

Januari 2012 di kelas X.1 dengan jumlah siswa 27 siswa. Dalam hal ini peneliti

bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana

pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan

dengan pelaksaaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan

untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah

dilakukan.

Berdasarkan hasil pengamatan aspek aspek yang mendapatkan kriteria kurang

baik adalah memotivasi siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran, pengelolaan waktu

dan antusias siswa. Keempat aspek tersebut merupakan suatu kelemahan yang terjadi

pada siklus I dan akan dijadikan bahan kajian untuk refleksi dan revisi yang akan

dilakukan pada siklus II

Hasil observasi berikutnya adalah aktivitas guru dan siswa yang diamati, ternyata

aktivitas guru pada siklus I tampak paling dominan pada saat membimbing dan

mengamati siswa dalam menemukan konsep mencapai 21,7%, memberi umpan balik

/evaluasi ,tanya jawab dan menjelaskan materi yang sulit mencapai 13,3% sedangkan

aktivitas siswa yang paling dominan adalah mengerjakan /memperhatikan penjelasan

guru yaitu 22,5 %, bekerja sesama anggota kelompok , diskusi antar siswa/antara siswa

dengan guru dan membaca buku masing masing 18,7% , 14,4 % dan 11,5 %

Pada siklus I, secara garis besar kegiatan belajar mengajar dengan metode

pembelajaran kooperatif model TGT sudah dilaksanakan dengan baik, walaupun peran

guru masih cukup dominan untuk memberikan penjelasan dan arahan, karena model

tersebut masih dirasakan baru oleh siswa.

Jumlah siswa yang tuntas : 18

Jumlah siswa yang belum tuntas : 9

Klasikal : Belum tuntas

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Pada Siklus I

No Uraian Hasil Siklus I

1

2

3

Nilai rata-rata tes formatif

Jumlah siswa yang tuntas belajar

Persentase ketuntasan belajar

66,30

18

66,67

Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode

pembelajaran kooperatif model TGT diperoleh nilai rata rata siswa 66,30 dan

ketuntasan belajar 66,67 %. Hasil tersebut menunjukkan pada siklus I secara klasikal

siswa belum tuntas belajar.

Page 15: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

141

c. Refleksi

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil

pengamatan sebagai berikut:

1) Guru kurang baik dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan

pembelajaran

2) Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu

3) Siswa kurang begitu antusias selama pembelajaran berlangsung.

d. Refisi

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat

kekurangan, sehingga perlu adanya refisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya.

Siklus II

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari

rencana pelajaran 2, LKS 2, soal tes formatif 2 dan alat-alat pengajaran yang

mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan pembelajaran

kooperatif model TGT dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa.

b. Tahap kegiatan dan pengamatan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada

tanggal 16 Januari 2012 di kelas X.1 dengan jumlah siswa 27 siswa. Dalam hal ini

peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana

pelajaran dengan memperhatikan refisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau

kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi)

dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Pada akhir proses

belajar mengajar siswa diberi test formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat

keberhasilan siswa dengan instrument test formatif II.

Dari tabel pengamatan pengelolaan pembelajaran pada siklus II yang

memperoleh penilaian cukup baik dari pengamat adalah memotivasi siswa ,

membimbing siswa dalam merumuskan kesimpulan/ menemukan konsep dan

pengelolaan waktu. Pada tabel pengamatan aktivitas guru dan siswa pada siklus II

diperoleh hasil yang paling dominan adalah aktivitas guru dalam membimbing dan

mengamati siswa dalam menemukan konsep ,mencapai 22,6%, aktivitas menjelaskan

materi yang sulit ,memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab menurun, masing masing

10% dan 11,7 %. Aktivitas lain yang mengalami peningkatan adalah mengkaitkan

materi dengan pelajaran sebelumnya 10%, menyampaikan langkah/ strategi

pembelajaran 13,3% , meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan

10% serta membimbing siswa untuk merangkum pelajaran 10%.

Sedangkan aktivitas siswa yang paling dominan adalah bekerja dengan sesama

anggota kelompok mencapai 22,1%, mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru

20,8%, membaca buku siswa dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru

mengalami peningkatan menjadi 13,1% dan 15,0% .

Tabel 2. Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus II

No Uraian Hasil Siklus II

1

2

3

Nilai rata-rata tes formatif

Jumlah siswa yang tuntas belajar

Persentase ketuntasan belajar

80,74

24

88,89

Page 16: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

142

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata rata test formatif 80,74 dan yang

telah tuntas belajar sebanyak 24 siswa sehingga dikelas tersebut tinggal 3 siswa yang

belum tuntas, maka secara klasikal telah tercapai ketuntasan belajar sebesar 88,89 % (

kategori tuntas ). Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus II ini dipengaruhi oleh

peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan metode pembelajaran kooperatif

model TGT, membuat siswa menjadi terbiasa dengan model pembelajaran ini sehingga

siswa lebih mudah memahami materi yang diajarkan.

c. Refleksi

Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang

masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan metode

pembelajaran kooperatif model TGT. Dari data-data yang telah diperoleh dapat

duraikan sebagai berikut:

1) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran

dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi

persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar.

2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses

belajar berlangsung.

3) Kekurangan pada siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan

sehingga menjadi lebih baik.

4) Hasil belajar siswsa pada siklus II mencapai ketuntasan.

d. Refisi Pelaksanaan

Pada siklus II guru telah menerapkan metode pembelajaran kooperatif model

TGT dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan

proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi

terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakah selanjutnya adalah

memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada

pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan metode pembelajaran

kooperatif model TGT dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan

pembelajaran dapat tercapai.

Pembahasan

1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa

Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif model

TGT memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat

dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan

guru (ketuntasan belajar meningkat dari siklus I dan II) yaitu masing-masing 66,67%

dan 88,89%. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.

2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses metode

pembelajaran kooperatif model TGT dalam setiap siklus mengalami peningkatan.

3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran

kimia pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit dengan metode

pembelajaran kooperatif model TGT dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat

dikategorikan aktif. Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah

melaksanakan langkah-langkah metode pembelajaran kooperatif model TGT dengan

baik.

Page 17: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

143

SIMPULAN

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus, dan

berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan kooperatif model TGT memiliki dampak positif dalam

meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan

belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (66,67%) dan siklus II (88,89%).

2. Penerapan metode pembelajaran kooperatif model TGT mempunyai pengaruh positif,

yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukan dengan hasil

wawancara dengan beberapa siswa, rata-rata jawaban menyatakan bahwa siswa

tertarik dan berminat dengan metode pembelajaran kooperatif model TGT sehingga

mereka menjadi termotivasi untuk belajar.

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar

mengajar kimia lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka

disampaikan saran sebagai berikut :

1. Untuk melaksanakan metode pembelajaran kooperatif model TGT memerlukan

persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih

topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan model kooperatif model TGT dalam

proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.

2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering

melatih siswa dengan berbagai metode pembelajaran, walau dalam taraf yang

sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh

konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-

masalah yang dihadapinya.

3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan

di klas X 1 semester ganjil dengan 2 siklus saja, pada Tahun Pelajaran 2011/2012.

4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar

diperoleh hasil yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Algesindon.

Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta: Rineksa

Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

Rineksa Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arsyad, Azhar. 1997. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Combs. Arthur. W. 1984. The Profesional Education of Teachers. Allin and Bacon, Inc.

Boston.

Dahar, R.W. 1989. Teori-teori Belajar.Jakarta: Erlangga.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar

Mengajar, Jakarta. Balai Pustaka.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: Rineksa Cipta.

Felder, Richard M. 1994. Cooperative Learning in Technical Corse, (online), (Pcll\d\My

% Document\Coop % 20 Report.

Hadi, Sutrisno. 1981. Metodogi Research. Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi

Universitas Gajah Mada. Yoyakarta.

Hamalik, Oemar. 1994. Media Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Page 18: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

144

Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Hudoyo, H. 1990. Strategi Belajar Mengajar Kimia. Malang: IKIP Malang.

KBBI. 1996. Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka.

Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. 1988. The Action Research Plannervictoria Dearcin

University Press.

Margono, S. 1996. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineksa Cipta.

Mursell, James ( - ). Succesfull Teaching (terjemahan). Bandung: Jemmars.

Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nur, Muhammad. 1996. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya. Universitas Negeri

Surabaya.

Purwanto, N. 1988. Prinsip-prinsip dan Teknis Evaluasi Pengajaran. Bandung. Remaja

Rosda Karya.

Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.

Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.

Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI,

Universitas Terbuka.

Soetomo. 1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya Usaha Nasional.

Sudjana, N dan Ibrahim. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar

Baru.

Surakhmad, Winarno. 1990. Metode Pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars.

Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Wahyuni, Dwi. 2001. Studi Tentang Pembelajaran Kooperatif Terhadap Hasil Belajar

Kimia. Malang : Program Sarjana Universitas Negeri Malang.

Wetherington. H.C. and W.H. Walt. Burton. 1986. Teknik-teknik Belajar dan Mengajar.

(terjemahan) Bandung : Jemmars.

Page 19: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

145

STUDI GAYA KOMUNIKASI GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

SMP DAN MTs DI KABUPATEN PACITAN

Martini

1), Endah Sri Poerwati

2)

1) Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Pacitan

Jl. Cut Nyak Dien 4A Ploso Pacitan, e-mail: [email protected]

2) Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Pacitan

Jl. Cut Nyak Dien 4A Ploso Pacitan, e-mail: [email protected]

Abstrak

Guru PKn tentu memiliki kecenderungan tersendiri selama berkomunikasi dalam kegiatan

pembelajaran, dengan demikian rumusan masalah pada penelitian ini adalah ”bagaimanakah

gaya komunikasi guru Pendidikan Kewarganegaraan ditinjau dari teori komunikasi logika

pesan (ekspresif, konvensional, ataukah retorika) yang dapat dengan mudah diterima peserta

didik untuk menerima materi. Penelitian ini memfokuskan pada proses investigasi keterkaitan

antara penyampaian pesan yang dilakukan oleh guru kepada siswanya dengan pengalaman

mengajar, pengalaman mengikuti kegiatan ilmiah, latar belakang pendidikan, populasi siswa

dalam satu kelas, dan jenis kelamin. Penelitian ini juga didesain untuk menemukan implikasi

dari penerapan gaya komunikasi guru tersebut terhadap pemahaman siswa pada materi yang

disampaikan. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Mei 2014.

Subjek penelitian dipilih secara purposive sampling dari 7 guru PKn Kelas VIII SMP dan

MTs yang ada di Kabupaten Pacitan Tahun Pelajaran 2013/2014. Data dikumpulkan melalui

pengamatan berpartisipasi, wawancara, angket, dokumentasi, dan bantuan alat-alat audio

visual. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif naratif dengan menggunakan

model Miles dan Huberman (1984). Simpulan penelitian adalah guru PKn SMP dan MTs di

Kabupaten Pacitan secara umum memiliki kecenderungan gaya komunikasi bervariasi, yaitu

konvensional dan retorika (57%). Sebanyak 29% menunjukkan gaya komunikasi retorika saja,

dan sebanyak 14 % menunjukkan gaya komunikasi konvensional. Dari jenis gaya komunikasi

yang diterapkan guru PKn pada sekolah sampel, rata-rata sudah sesuai dengan harapan siswa

agar lebih mudah menerima materi PKn. Hal ini ditunjukkan dengan data observasi di kelas,

yaitu siswa merespon materi dengan cepat, tepat. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa siswa

telah mampu menerima dan memahami materi yang disampaikan guru.

Keywords: PKn, gaya komunikasi, guru

PENDAHULUAN

Komunikasi (communication) adalah proses sosial di mana individu-individu

menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam

lingkungan mereka (West & Turner, 2009:5). Komunikasi menjadi variabel yang penting

diperhatikan pendidik untuk mencapai tujuan dalam proses pembelajaran. Meskipun

cakap, terampil dan luas pengetahuannya, bila guru tidak mampu menyampaikan pikiran,

pengetahuan, dan wawasannya, guru tentu tidak akan mampu mentransformasi

pengetahuannya kepada para siswanya. Oleh karena itu, komunikasi guru saat proses

pembelajaran sangat penting artinya agar pesan yang ingin disampaikan dapat tepat

sasaran. Pembelajaran sebagai proses komunikasi dua arah dilakukan oleh pihak guru

sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau siswa.

Kualitas perpindahan pesan atau makna pada proses pembelajaran dipengaruhi oleh

efektif tidaknya komunikasi yang terjadi di dalamnya. Komunikasi efektif dalam

pembelajaran merupakan proses perpindahan pesan berupa ilmu, pengetahuan, nilai-nilai,

ketrampilan dari pendidik kepada peserta didik. Selanjutnya peserta didik mampu

memahami maksud pesan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Indikatornya adalah

peserta didik mengalami perubahan cara berfikir, mendapat tambahan informasi, wawasan

ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga dapat menimbulkan perubahan tingkah laku

menjadi lebih baik. Dalam hal ini pendidik atau guru adalah pihak yang paling

Page 20: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

146

bertanggungjawab terhadap berlangsungnya komunikasi yang efektif dalam pembelajaran

di kelas. Dengan demikian tenaga pengajar/pendidik dituntut memiliki kemampuan

berkomunikasi yang baik agar menghasilkan proses pembelajaran yang efektif dan optimal

sesuai tujuannya.

Dijelaskan oleh Elfindri (2010:12-15) bahwa ada tiga hal yang harus diperoleh

peserta didik dari para guru dan dosen. Diharapkan proses yang dilalui selama di sekolah

atau di bangku kuliah adalah mencoba menggali ilmu sedalam-dalamnya, kemudian

mengembangkan sendiri. Guru dan dosen diharapkan mampu mencontohkan value, nilai-

nilai universal yang baik dimiliki oleh guru/dosen kepada anak didik atau mahasiswa yang

dikenal dengan soft skills. Oleh karena itu penting bagi guru mengetahui gaya komunikasi

yang menjadi karakteristiknya untuk mengevaluasi diri. Hal ini terkait dengan pentingnya

variasi penyampaian materi atau informasi yang tepat sesuai tujuan belajar. Sesuai teori

belajar dan pembelajaran yang senantiasa berkembang, pesan akan bermakna jika

diperoleh sesuai dengan situasi dan kondisi siswa.

Khususnya pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), agar dipandang

sebagai proses dan hal yang menyenangkan sehingga dapat menambah motivasi siswa

dalam belajar PKn maka seorang guru PKn diharapkan konstruktivis sehingga mampu

menyusun pesan-pesan yang logis dan dapat menciptakan pesan-pesan yang berfokus

kepada siswanya..

Pada saat guru menyikapi kejadian komunikasi yang terjalin dengan siswa,

sebenarnya guru sedang melakukan proses interpretasi makna, kemudian menentukan

makna, mendesain pesan dari makna yang ditentukan untuk kemudian menyalurkannya

dalam bentuk pesan yang ditransfer dari guru kepada lawan bicara atau siswa. Proses

tersebut dinamakan Message Design Logic (MDL) atau sebut saja logika mendesain pesan.

Teori ini dikembangkan oleh O‟Keefe pada tahun 1988. Menurutnya sedikitnya ada tiga

macam logika yang dipakai seseorang dalam mendesain pesan yang akan disampaikan

kepada orang lain, yaitu Expressive Message Design Logic, Conventional Message Design

Logic, dan Rhetorical Message Design Logic (Daiton and Zelley, 2005:27-28).

www.communique.utwente.nl

Logika desain pesan ekspresif memandang bahwa komunikasi merupakan proses

bagi individu untuk mengungkapkan dan menerima pikiran dan perasaannya.

Komunikator jenis ekspresif percaya bahwa penerima pesan akan memahami ucapannya

sepanjang dia berkata secara terbuka, langsung dan jelas. Pada logika desain konvensional,

komunikator melihat komunikasi menggunakan aturan-aturan prosedur konvensional.

Komunikasi dinilai berhasil ketika individu yang terlibat menunjukkan reaksi dengan

tepat. Selanjutnya, teori logika desain pesan retorika berasumsi bahwa komunikasi

merupakan kreasi dan negosiasi dari situasi dan sosial sendiri. Keberhasilan

berkomunikasi ditandai dengan komunikasi yang halus dan koheren.

Berdasarkan uraian di atas, maka setiap guru PKn tentu memiliki kecenderungan

tersendiri selama berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran, apakah dalam kategori

ekspresif, konvensional, retorikal atau kombinasi dari ketiganya. Dengan demikian

rumusan masalah pada penelitian ini adalah ”bagaimanakah gaya komunikasi guru

Pendidikan Kewarganegaraan ditinjau dari teori komunikasi logika pesan (ekspresif,

konvensional, ataukah retorika) yang dapat dengan mudah diterima peserta didik untuk

menerima materi?”.

Page 21: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

147

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survei, yaitu kegiatan penelitian yang

mengumpulkan data pada saat tertentu dengan tiga tujuan penting, yaitu mendeskripsikan

keadaan alami yang hidup saat itu, mengidentifikasi secara terukur keadaan sekarang

untuk dibandingkan, dan menentukan hubungan sesuatu yang hidup di antara kejadian

spesifik (Sukardi, 2008: 193). Penelitian ini memfokuskan pada proses investigasi

keterkaitan antara penyampaian pesan yang dilakukan oleh guru kepada siswanya dengan

pengalaman mengajar, pengalaman mengikuti kegiatan ilmiah, latar belakang pendidikan,

populasi siswa dalam satu kelas, dan jenis kelamin. Penelitian ini juga didesain untuk

menemukan implikasi dari penerapan gaya komunikasi guru tersebut terhadap pemahaman

siswa pada materi yang disampaikan.

Waktu dan Subjek Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Mei 2014. Subjek

penelitian dipilih secara purposive sampling dari guru PKn Kelas VIII SMP dan MTs yang

ada di Kabupaten Pacitan Tahun Pelajaran 2013/2014. Dengan cara ini didapatkan 7

(tujuh) guru PKn, dari tujuh sekolah di Kabupaten Pacitan, dengan tiap sekolah diambil

sampel satu guru, yang berasal dari dua SMP Negeri, satu SMP Swasta, dua MTs Negeri,

dan dua MTs Swasta. Yang menjadi sekolah sampel adalah SMPN 1 Pacitan, SMPN 2

Kebonagung, MTsN Punung, MTsN Pacitan, MTs Muhammadiyah 03 Ketro Kebonagung,

MTs Ma‟arif Tulakan, dan SMP Muhammadiyah Tulakan.

Data, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan melalui pengamatan berpartisipasi, wawancara, angket,

dokumentasi, dan bantuan alat-alat audio visual. Pengamatan berpartisipasi dilakukan

dengan melibatkan tim peneliti, yaitu langsung ke lapangan untuk mengamati dan

mengumpulkan data di kelas. Pengamatan mencakup semua fenomena yang teramati

berupa deskripsi gaya masing-masing guru dalam menyampaikan pesan kepada siswanya.

Agar pengamatan terarah, digunakan lembar pengamatan yang telah disiapkan. Kegiatan

wawancara dilakukan secara bebas terkontrol menggunakan pedoman wawancara.

Wawancara dalam penelitian ini ditekankan pada alasan-alasan dasar dan tujuan guru

memilih logika desain tertentu serta bagaimana guru mengevaluasi keberhasilan logika

desain yang dipilih. Dokumentasi digunakan untuk menggali data yang berkaitan dengan

latar belakang pendidikan luar sekolah atau pelatihan guru, tingkat pendidikan dan masa

kerja guru. Dokumentasi juga digunakan untuk mengetahui hasil pemahaman siswa berupa

hasil belajar siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian di antaranya: lembar

pengamatan, pedoman wawancara, biodata reponden, dan lembar responsi siswa. Lembar

pengamatan ini diadaptasi dari Grant (2009),yang berisi enam karakteristik yang

membedakan ketiga logika desain pesan. Keenam karakteristik itu adalah: gaya

berkomunikasi, cara mengorganisir pesan, konteks pesan, cara merespon, fokus pada

penerima pesan, dan kriteria keberhasilan dalam menyampaikan pesan.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif naratif dengan menggunakan

model Miles dan Huberman (1984). Miles dan Huberman (Sugiyono, 2012:337)

mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif

dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Ukuran

kejenuhan data ditandai dengan tidak diperolehnya lagi data atau informasi baru. Aktivitas

Page 22: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

148

dalam analisis meliputi reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), serta

penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing/verification).Hasil pengamatan

guru PKn dikomparasikan dengan data dari hasil wawancara, juga dari biodata guru.

Selanjutnya untuk mengetahui pilihan atau pendapat siswa tentang gaya komunikasi

manakah yang memudahkan pemahaman siswa diketahui dengan menggunakan angket

respon siswa. Dari berbagai sumber data tersebut dapat ditarik simpulan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Responden berjumlah tujuh (7) orang guru PKn se kabupaten Pacitan, terdiri dari 4

(empat) laki-laki dan tiga (3) perempuan. Dari tujuh responden tersebut 100.% memiliki

pendidikan terakhir program S1, dengan rincian sebanyak 71% memiliki latar belakang

atau bidang ilmu PKn. Terdapat 57% responden .yang pernah memiliki pengalaman

berorganisasi, antara lain sebagai pengurus organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi,

dan mengemban tugas struktural di sekolah. Sebanyak 100 % responden (guru PKn) hanya

memiliki pengalaman bekerja sebagai guru. Sebagian besar (86%) responden selama

menjadi guru PKn berkesempatan mengikuti training seperti TOT, MGMP PKn, KTSP,

pendidikan karakter, kurikulum, training untuk pembinaan kegiatan kesiswaan. Responden

jarang mengikuti pertemuan ilmiah seperti kegiatan seminar atau workshop, lokakarya

sebagai wahana pengembangan keilmuan dan profresi. Hal ini berlaku secara umum pada

semua sekolah sampel. Untuk mengetahui aktivitas guru PKn dalam penyampaian materi

digunakan lembar observasi. Data lebih lengkap hasil penelitian disajikan sebagaimana

tabel berikut.

Tabel 1. Data Umum Hasil Observasi Guru

No Kegiatan Guru Ada %

1 Kegiatan Awal

1. Membuka/salam 6 86%

2. Memberi motivasi 4 57%

3. Memberikan apersepsi 0%

2 Kegiatan Inti

1. Penjelasan materi 7 100%

2. Membuka pertanyaan 7 100%

3. Menjawab pertanyaan 5 71%

4. Memberi penguatan 5 71%

5. Penggunaan sumber belajar 6 86%

6. Penggunaan alat evaluasi 0%

3 Kegiatan Penutup

1. Penugasan 71%

2. Pemberian simpulan 3 43%

Tabel 2. Rangkuman Hasil Pengamatan Gaya Komunikasi

Guru PKn saat Pembelajaran

No Sekolah Gaya

Komunikasi

Frekuensi Aspek ke- Kecenderungan

Gaya

Komunikasi 1 2 3 4 5 6 Jumlah

1. SMPN A

Ekspresif 1 3 2 6

Konvensional 3 4 2 3 4 4 20

Retorika 7 5 5 4 3 6 30 Retorika

Page 23: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

149

No Sekolah Gaya

Komunikasi

Frekuensi Aspek ke- Kecenderungan

Gaya

Komunikasi 1 2 3 4 5 6 Jumlah

2. SMPN B

Ekspresif 1 1

Konvensional 1 2 2 1 2 2 10

Retorika 3 4 4 4 4 4 23 Retorika

3. SMP

SWASTA A

Ekspresif 2 2 2 1 5 12

Konvensional 6 5 4 7 5 2 29 Konvensional

Retorika 1 1 2 1 2 7

4. MTsN A

Ekspresif 2 2 1 1 6

Konvensional 4 4 6 4 4 4 26 Konvensional

Retorika 3 3 1 4 5 5 21

5. MTsN B

Ekspresif 4 4 1 2 3 14

Konvensional 4 3 1 3 4 15

Retorika 3 2 3 3 4 4 19 Retorika

6. MTs

SWASTA A

Ekspresif 1 3 2 1 2 3 12

Konvensional 4 3 2 4 3 2 18 Konvensional

Retorika 4 2 4 12

7. MTs

SWASTA B

Ekspresif 2 2 1 2 7

Konvensional 3 2 1 4 2 12 Konvensional

Retorika 1 1 2 4

Keterangan: Aspek Pengamatan

1: Gaya Berkomunikasi 4: Cara Merespon

2: Cara Mengorganisir Pesan 5: Fokus Pada Penerima Pesan

3: Konteks Pesan 6: Kriteria Keberhasilan Dalam Menyampaikan Pesan

Tabel 3. Rangkuman Hasil Pendapat Siswa tentang Gaya Komunikasi

Guru PKn saat Pembelajaran

No Sekolah Inisial Kecenderungan Gaya Komunikasi

1. SMPN A HA Retorika

2. SMPN B PO Retorika

3. SMP Swasta A SA Konvensional

4. MTsN A PA Konvensional

5. MTsN B NU Retorika

6. MTs Swasta A DW Konvensional

7. MTs Swasta B NA Konvensional

Tabel 4. Rangkuman Hasil Pendapat Siswa tentang Gaya Komunikasi

Guru PKn yang Mudah Diterima dalam Penyampaian Materi

No Sekolah Inisial Gaya Komunikasi

1. SMPN A HA Retorika

2. SMPN B PO Retorika

3. SMP Swasta A SA Konvensional, retorika

4. MTsN A PA Konvensional, retorika

5. MTsN B NU Retorika

6. MTs Swasta A DW Konvensional, retorika

7. MTs Swasta B NA Konvensional

Page 24: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

150

Pembahasan

Berdasarkan rangkuman data hasil penelitian pada Tabel 1, semua guru PKn pada

sekolah sampel mengajar di kelas menggunakan alokasi waktu sesuai RPP,yaitu mulai dari

kegiatan awal yang meliputi membuka dengan salam (86%) dan memberi motivasi (57%).

Yang yang masih perlu diperbaiki adalah untuk memberikan apersepsi secara interaktif

sesuai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Pada kegiatan inti, mayoritas guru PKn kelas

sampel mampu menjelaskan materi dengan interaktif dan kooperatif ditandai dengan

kemampuan guru membuka pertanyaan. Yang perlu ditingkatkan adalah penggunaan

evaluasi misalnya dengan memberikan kuis. Sedangkan pada kegiatan penutup, 71% guru

PKn memberikan umpan balik berupa pemberian penugasan, sedangkan bentuk pemberian

simpulan masih perlu ditingkatkan.

Tabel 2 hasil observasi menunjukkan bahwa pada SMPN A, kecenderungan gaya

komunikasi guru PKn (HA) adalah retorika, terutama ditunjukkan pada saat kegiatan inti

dan penugasan. Hasil tersebut sesuai dengan data Tabel 3. Hasil wawancara dengan “HA”

menyebutkan bahwa gaya komunikasi yang dilakukan secara formal serta fleksibel sesuai

kondisi siswa. Guru berkeliling untuk membimbing siswa. Guru hanya berperan sebagai

fasilitator. Implikasinya adalah pada Tabel 4, siswa dapat merespon dengan cepat dan

tepat karena siswa dapat menerima dan memahami materi. Artinya, siswa mudah

menerima pesan/materi PKn sesuai dengan gaya komunikasi guru, yaitu retorika. Gaya

komunikasi “HA” juga didukung oleh keaktivannya dalam organisasi profesi, dan

pelatihan-pelatihan.

Hasil observasi di SMPN B, dengan responden “PO”, juga menunjukkan

kecenderungan gaya komunikasi retorika (tabel 2 dan 3). Responden lebih dominan

menunjukkan gaya komunikasi retorika pada saat kegiatan inti, mulai dari penjelasan

materi, membuka dan menjawab pertanyaan, serta memberi penguatan. Hasil wawancara

memberi kevalidan hasil data, yaitu responden berusaha memberi pengertian dan aktif,

telaten, interaktif untuk merespon siswa saat bertanya, berdiskusi kelas. Kondisi ini sesuai

dengan karakteristik siswa yang memilih cara-cara retorika agar siswa lebih mudah

menerima materi (tabel 4).

Hasil observasi di SMP swasta A, menunjukkan gaya komunikasi konvensional

merata pada kegiatan awal pembelajaran, kegiatan inti dan penutup. Kegiatan Responden

(SA) pada saat membuka pertanyaan ada kecenderungan menggunakan gaya komunikasi

retorika karena “SA” berusaha interaktif dan negosiasi dengan siswa. Sesuai hasil

wawancara, „SA” menuturkan bahwa gaya komunikasi yang diterapkan sesuai dengan

karakternya selama ini, cenderung penyabar. Responden juga memiliki latar belakang

pendidikan pada sekolah berbasis keagamaan. Sesuai dengan Tabel 4, siswa di SMP

Swasta A akan mudah menerima dan memahami materi PKn jika guru menerapkan gaya

komunikasi bervariasi, yaitu konvensional dan retorika.

Data observasi di MTSN A, pada Tabel 2 menunjukkan gaya komunikasi guru PKn

(PA) didominasi jenis gaya komunikasi konvensional. Fakta hasil observasi menunjukkan

bahwa “PA” kooperatif dalam mengorganisir pesan, namun respon terhadap siswa

dilakukan dengan langsung. Responden merata menunjukkan indikator gaya komunikasi

saat kegiatan awal, inti, dan penutup. Hasil ini sesuai dengan pendapat siswa pada Tabel 3.

Responden juga menunjukkan gaya komunikasi retorika, sesuai dengan hasil observasi

dan wawancara. Hal ini ditunjukkan oleh data bahwa responden cenderung membuka,

menjelaskan materi, dan meutup pelajaran dengan fleksibel. Responden juga memberikan

isi pesan sesuai situasi siswa dan terlihat siswa dapat memahami materi. Data ini valid

dengan Tabel 5, di mana siswa menyatakan lebih mudah memahami materi PKn dengan

gaya komunikasi guru jenis konvensional dan retorika. Dapat dikatakan bahwa gaya

Page 25: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

151

komunikasi responden didukung oleh pengalamannya menduduki jabatan struktural yang

terkait dengan kesiswaan, serta organisasi profesi, dan kemasyarakatan.

Observasi pembelajaran PKn pada MTsN B, menunjukkan kecenderungan gaya

komunikasi retorika, terutama pada saat kegiatan inti pembelajaran. Hasil respon siswa

pada Tabel 3, juga menunjukkan data yang sama. Fakta tersebut didukung oleh hasil

wawancara dengan “NU” selaku responden yang mengatakan bahwa, saat mengajar

banyak memperhatikan kondisi siswa. Guru bertindak sebagai fasilitator serta berusaha

mengaktifkan siswa dengan kegiatan diskusi yang interaktif. Hasil yang diperoleh adalah

siswa dapat memahami apa yang disampaikan guru. Hasil ini sesuai dengan Tabel 4

bahwa siswa akan lebih suka diberikan materi secara retorika.

Di MTs swasta A, sesuai Tabel 2, menunjukkan gaya komunikasi guru PKn adalah

konvensional terutama pada saat kegiatan awal dan inti pembelajaran. Responden (DW)

juga menunjukkan gaya komunikasi retorika pada saat kegiatan inti yaitu saat memberi

penguatan dan menjawab pertanyaan. Kondisi didukung oleh pengalaman “DW‟ dalam

kegiatan pelatihan-pelatihan sehingga memiliki ketrampilan komunikasi yang cukup untuk

menkondisikan forum di kelas. Hal yang menarik bahwa respoden juga menujukkan gaya

komunikasi yang ekspresif yang ditunjukkan terutama pada saat pemberian motivasi dan

pemberian penugasan. Kondisi didukung oleh pengalaman responden mengikuti pelatihan

jenis pendidikan karakter serta sehingga dan pembinaan kegiatan kesiswaan. Sehingga

responden pada saat tertentu berkomunikasi dengan langsung, jelas dan terbuka. Namun,

saat lainnya interaktif dan kooperatif. Sesuai dengan Tabel 4, maka gaya komunikasi guru

sesuai dengan harapan siswa, yaitu adanya variasi konvensional dan retorika.

Selanjutnya hasil observasi di MTs swasta B (Tabel 2), responden “NA”

menunjukkan kecenderungan gaya komunikasi jenis konvensional, yaitu pada saat

kegiatan inti dan pemberian penugasan. Indikator yang jelas terlihat adalah saat pemberian

pertanyaan siswa mampu merespon dengan cepat. Hasil ini sesuai dengan respon siswa

pada Tabel 3. Saat wawancara, “NA” menyatakan bahwa saat menjelaskan dan menutup

materi lebih banyak menggunakan cara formal, kooperatif. Isi pesan disampaikan sesuai

tujuan pembelajaran. Data ini sesuai dengan tabel 4, bahwa siswa akan mudah menerima

materi PKn dengan indikator-indikator gaya komunikasi konvensional. Berdasarkan latar

belakang pendidikan, responden tidak berasal dari bidang ilmu PKn. Namun secara umum

responden berusaha memberikan materi secara tuntas dan adanya interaksi di kelas.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan pembahasan hasil dapat disimpulkan bahwa guru PKn SMP dan MTs

di Kabupaten Pacitan secara umum memiliki kecenderungan gaya komunikasi bervariasi,

yaitu konvensional dan retorika (57%). Sebanyak 29% menunjukkan gaya komunikasi

retorika saja, dan sebanyak 14 % menunjukkan gaya komunikasi konvensional. Dari jenis

gaya komunikasi yang diterapkan guru PKn pada sekolah sampel, rata-rata sudah sesuai

dengan harapan siswa agar lebih mudah menerima materi PKn. Hal ini ditunjukkan

dengan data observasi di kelas, yaitu siswa merespon materi dengan cepat, tepat. Kondisi

tersebut menunjukkan bahwa siswa telah mampu menerima dan memahami materi yang

disampaikan guru.

Agar optimalisasi tujuan pembelajaran khususnya pada pembelajaran PKn tercapai,

disarankan kepada guru PKn untuk meningkatkan apersepsi kepada siswa pada awal

pembelajaran sehingga siswa mengetahui lebih mendalam tentang manfaat mempelajari

materi. Pada saat pemberian latihan soal, disarankan guru lebih aktif berkeliling

memberikan bimbingan secara individual atau kelompok saat berdiskusi untuk lebih dekat

dengan siswa. Komunikasi akan lebih efektif ketika guru mendekati siswa untuk

Page 26: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

152

menanyakan permasalahan atau kesulitan siswa dalam memahami materi. Tugas lain yang

perlu diperhatikan guru adalah pemberian simpulan pada akhir kegiatan pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Daiton, Marianne and Elain D Zelley. 2005. Applying communication theory for

professional life. www.communique.utwente.nl

Elfindri, dkk. 2010. Soft Skill untuk Pendidik. Baduose Media

Forrest, D. B. 2008. Communication Theory Offers Insight into Mathematics Teachers‟

Talk. The Mathematics Educator, 18 (2), 23-32.

Ilatov, Zinaida and Shamai. 1998. Teacher-Student Classroom Interactions:The Influence

of gender, Academic Dominance, and Teacher Communication Style. Adolescence;

Vol 33; No 133; ProQuest Sociology

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Penerbit

Alfa Beta.

Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan, kompetensi dan praktiknya. Jakarta:

Bumi Aksara

West, Ricard and Lynn H. Turner. 2008. Introducting Communication Theory:Analysis

and Application, 3rd

ed.Alih bahasa oleh Maria Natalia Damayanti Maer: Pengantar

Teori Komunikasi, Analisis dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Humanik

Page 27: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

153

PENINGKATAN SEKOLAH EFEKTIF MELALUI

PENERAPAN MODEL PENGAJARAN KOLABORASI

PADA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

Sutomo SMKN Ngadirojo

Desa Hadiwarno Jl. Raya Lorok-Trenggalek

Abstrak

Pendidikan merupakan kebijakan yang dipakai oleh pemerintah dalam membangun

Sumber Daya Manusai (SDM), yang selama ini lebih menekankan pada dimensi struktural

dengan pendekatan input-output suatu lembaga pendidikan. Pemerintah berkeyakinan bahwa

dengan meningkatkan mutu input maka dengan sendirinya akan dapat meningkatkan mutu

output. Proses pendidikan dengan pendekatan input-output yang bersifat makro tersebut

kurang memperhatikan aspek yang bersifat mikro yaitu proses yang terjadi di sekolah. Dengan

kata lain, dalam membangun pendidikan, selain memakai pendekatan makro juga perlu

memperhatikan pendekatan mikro yaitu dengan memberikan fokus secara luas pada institusi

sekolah yang berkenaan dengan kondisi keseluruhan sekolah seperti dikembangkannya

sekolah yang efektif.

Dalam kelas yang menerapkan model kolaboratif, guru membagi otoritas dengan

siswa dalam berbagai cara khusus. Guru mendorong siswa untuk menggunakan pengetahun

mereka, menghormati rekan kerjanya, dan memfokuskan diri pada pemahaman tingkat tinggi.

Peran guru dalam model pembelajaran kolaboratif adalah sebagai mediator.

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) adalah siswa kelas XI Akutansi pada pelajaran

Bahasa Indonesia dengan kompetensi dasar Kesusastraan Indonesia, SMK Negeri Ngadirojo

Pacitan. Kegiatan Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2013

semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:

(1) tahap persiapan, (2) tahap pelaksanaan, dan (3) tahap penyelesaian.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pengajaran kolaborasi memiliki

dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin

mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar

meningkat dari siklus I, dan II) yaitu masing-masing 51,43%, dan 85,71%. Pada siklus II

ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai

Kata Kunci : pengajaran kolaborasi , peningkatan, efektif

PENDAHULUAN

Dewasa ini berbagai upaya peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan oleh

banyak pihak baik dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat. Upaya-upaya tersebut

dilandasi oleh suatu kesadaran betapa pentingnya peranan pendidikan dalam

pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang handal demi

kemajuan masyarakat dan bangsa serta harkat dan martabat suatu bangsa sangat ditentukan

oleh kualitas pendidikannya.

Sejalan dengan pelaksanaan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah

(MPMBS) yang merupakan wadah/kerangkanya maka, sekolah efektif merupakan isinya,

dan secara inklusif elemen sekolah efektif meliputi input, proses serta output (Depdiknas,

2001: 11). Dengan keyakinan tersebut, kebijakan dan upaya yang ditempuh pemerintah

adalah pengadaan sarana dan prasarana pendidikan, pengadaan guru, melatih para guru,

dan menyediakan dana operasional pendidikan secara memadai. Sekolah efektif (effective

school) dapat diartikan sebagai sekolah yang menunjukkan tingkat kinerja yang

diharapkan dalam menyelenggarakan proses belajarnya, dengan menunjukkan hasil belajar

yang bermutu pada peserta didik sesuai dengan tugas pokoknya. Mutu pembelajaran dan

hasil belajar yang memuaskan tersebut merupakan produk akumulatif dari seluruh layanan

Page 28: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

154

yang dilakukan sekolah efektif dan pengaruh dari suasana/iklim kondusif yang diciptakan

di sekolah, proses pendidikan dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian

dilakukan secara harmonis sehingga mampu menciptakan situasi sekolah yang

menyenangkan, mampu mendorong motivasi dan minat belajar dan memperdayakan

peserta didik (Depdiknas, 2001: 26).

Depdiknas (2003:10) proses belajar mengajar, kepemimpinan dan manajemen

sekolah serta efektifitas sekolah merupakan program aksi untuk meningkatkan keefektifan

sekolah secara konvensional dan senantiasa bertumpu pada kepemimpinan dan

manajemen. Keberhasilan sebuah lembaga pendidikan tidak hanya didukung oleh

lengkapnya sarana dan prasarana, guru yang berkualitas ataupun input siswa yang baik,

tetapi proses di sekolah sangat berperan terhadap peningkatan keefektifan sekolah.

Konsep manajemen sekolah merupakan sasaran yang harus dicapai, oleh karena itu

semua sumberdaya sekolah harus dikelola sedemikian rupa secara terarah dan terpadu

sesuai dengan fungsi masing-masing dalam sekolah. Dengan demikian fungsi dari

manajemen adalah melakukan (1) perencanaan, (2) pengorganisasian, (3) pengarahan, dan

(4) pengawasan (Sudirman, 1996: 59).

Dari keempat fungsi manajemen tersebut dapat dilakukan dalam memberdayakan

sekolah efektif, terutama dalam menyusun perencanaan yang dilakukan oleh sekolah

terutama dalam merencanakan kegiatan pembelajaran, pengelolaan tenaga pendidik dan

kependidikan, pengelolaan kesiswaan, pengelolaan keuangan, pengelolaan sarana dan

prasarana sekolah dan pengelolaan hubungan sekolah dengan masyarakat dan dunia usaha.

Fungsi perencanaan yang telah dijadikan pedoman dan mempersiapkan segala sesuatu

yang dapat dijadikan kerangka kerja bagi sekolah dalam menentukan proses yang paling

efektif dan efisien untuk mencapai tujuan sehingga mempersempit kemungkinan

timbulnya gangguan atau hambatan.

Dalam kelas yang menerapkan model kolaboratif, guru membagi otoritas dengan

siswa dalam berbagai cara khusus. Guru mendorong siswa untuk menggunakan

pengetahun mereka, menghormati rekan kerjanya, dan memfokuskan diri pada

pemahaman tingkat tinggi. Peran guru dalam model pembelajaran kolaboratif adalah

sebagai mediator. Lebih dari itu, guru sebagai mediator menyesuaikan tingkat informasi

siswa dan mendorong agar siswa memaksimalkan kemampuannya untuk bertanggung

jawab atas proses belajar mengajar selanjutnya.

Dengan demikian sekolah efektif adalah sekolah yang memiliki standar pengelolaan

yang baik, transparan, responsibel dan akuntabel, serta mampu memberdayakan setiap

komponen penting sekolah, baik secara internal maupun eksternal, dalam rangka

pencapaian visi-misi-tujuan sekolah secara efektif dan efesien. Pengertian efektif untuk

setiap orang memaknai yang berbeda-beda dalam kamus bahasa Indonesia (2005:119)

Efektif berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya) manjur atau mujarab,

dapat membawa hasil, berhasil guna.

METODE PENELITIAN

Adapun yang menjadi subyek dalam Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) adalah

siswa kelas XI Akutansi pada pelajaran Bahasa Indonesia dengan kompetensi dasar

Kesusastraan Indonesia, SMK Negeri Ngadirojo Pacitan. Kegiatan Penelitian dilaksanakan

pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2013 semester ganjil tahun pelajaran

2013/2014. Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: (1) tahap persiapan, (2)

tahap pelaksanaan, dan (3) tahap penyelesaian.

1. Tahap Persiapan

Page 29: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

155

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap persiapan ini adalah mempersiapkan

segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan penelitian. Dalam kegiatan ini

diharapkan pelaksanaan penelitian akan berjalan lancer dan mencapai tujuan yang

diinginkan. Kegiatan persiapan ini meliputi: (1) kajian pustaka, (2) pengurusan

administrasi perijinan, (3) penyusunan rancangan penelitian, (4) orientasi lapangan,

dan (5) penyusunan instrumen penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan penelitian ini, kegiatan yang dilakukan meliputi: (1)

pengumpulan data melalui tes dan pengamatan yang dilakukan persiklus, (2) diskusi

dengan pengamat untuk memecahkan kekurangan dan kelemahan selama proses

belajar mengajar persiklus, (3) menganalisi data hasil penelitian persiklus, (4)

menafsirkan hasil analisis data, dan (5) bersama-sama dengan pengamat menentukan

langkah perbaikan untuk siklus berikutnya.

3. Tahap Penyelesaian

Dalam tahap penyelesaian, kegiatan yang dilakukan meliputi: (1) menyusun

draf laporan penelitian, (2) mengkonsultasikan draf laporan penelitian, (3) merevisi

draf laporan penelitian, (4) menyusun naskah laporan penelitian, dan (5)

menggandakan laporan penelitian.

Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tes buatan guru yang fungsinya

adalah: (1) Untuk menentukan seberapa baik siswa telah menguasai bahan pelajaran yang

diberikan dalam waktu tertentu; (2) Untuk menentukan apakah suatau tujuan telah

tercapai; dan (3) Untuk memperoleh suatu nilai (Arikunto, Suharsimi, 2002:149).

Sedangkan tujuan dari tes adalah untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa secara

individual maupun secara klasikal. Untuk memperkuat data yang dikumpulkan maka juga

digunakan metode observasi (pengamatan) yang dilakukan sendiri oleh guru untuk

mengetahui dan merekam aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar.

Dalam rangka menyusun dan mengolah data yang terkumpul sehingga dapat

menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan, maka digunakan

analisis data kuantitatif dan pada metode observasi digunakan data kualitatif. Cara

perhitungan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa dalam proses belajar mengajar

sebagai berikut:

1. Merekapitulasi hasil tes.

2. Merekapitulasi hasil pengamatan.

3. Menghitung jumlah skor yang tercapai dan prosentasenya untuk masing-masing siswa

dengan menggunakan rumus ketuntasan belajar seperti yang terdapat dalam buku

petunjuk teknis penilaian yaitu siswa dikatakan tuntas secara individual jika

mendapatkan nilai minimal 75, sedangkan secara klasikal dikatakan tuntas belajar jika

jumlah siswa yang tuntas secara individu mencapai 85% yang telah mencapai daya

serap lebih dari sama dengan 75%.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri

dari rencana pelajaran bahasa Indonesia, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran

yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengolahan model

pengajaran kolaborasi, dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa, semua

perencanaan yang ditetapkan ini merupakan usaha dalam rangka meningkatkan SMK

Negeri Ngadirojo menjadi sekolah efektif .

Page 30: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

156

b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada siswa

kelas XI Akutansi dengan jumlah siswa 35 siswa. Adapun proses belajar mengajar

mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan terutama pada materi

kesusastraan Indonesia melalui pembelajaran kolaborasi. Pengamatan (observasi)

dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar. Pada akhir proses

belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat

keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data

hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus I

No Uraian Hasil Siklus I

1

2

3

4

Nilai rata-rata tes formatif

Jumlah siswa yang tuntas belajar

Jumlah Siswa yang tidak tuntas

Persentase ketuntasan belajar

75,93

18

17

51,43 %

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan model

pengajaran kolaborasi diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 75,93 dan

ketuntasan belajar mencapai 51,43% atau ada 18 siswa dari 35 siswa sudah tuntas

belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa

belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 hanya sebesar 51,43%

lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini

disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang

dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan model pengajaran kolaborasi.

c. Analisis Data Minat, Perhatian, Partisipasi

1) Minat dalam mempelajari kesusasteraan Indonesia

Dari analisis data diperoleh hasil sebanyak 20 siswa (57,14%) memiliki

minat baik, 8 siswa (22,86%) memiliki minat cukup, 8 siswa (22,86%) memiliki

minat kurang .

2) Perhatian terhadap kesusasteraan Indonesia

Dari analisis data diperoleh hasil sebanyak 20 siswa (57,14%) memiliki

perhatian baik, 7 siswa (20,00%) memiliki perhatian cukup, 8 siswa (22,86%)

memiliki perhatian kurang.

3) Partisipasi dalam mengembangkan kesusasteraan Indonesia

Dari analisis data diperoleh hasil sebanyak 19 siswa (54,28%) memiliki

partisipasi baik, 8 siswa (22,86%) memiliki partisipasi cukup, 8 siswa (22,86%)

memiliki partisipasi kurang.

d. Refleksi

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil

pengamatan sebagai berikut: 1). Guru kurang maksimal dalam memotivasi siswa dan

dalam menyampaikan tujuan pembelajaran 2). Guru kurang maksimal dalam

pengelolaan waktu 3).Siswa kurang aktif selama pembelajaran berlangsung dengan

demikian kegiatan pada siklus I belum menunjukkan adanya keberhasilan dan masih

banyak kelemahan-kelamahannya, maka perlu diadakan perbaikan dengan melakukan

kegiatan siklus II.

Siklus II

a. Tahap Perencanaan

Page 31: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

157

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri

dari rencana pelajaran yang telah disusun, soal tes formatif dan alat-alat pengajaran

yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan model

pengajaran kolaborasi dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa.

b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada siswa

kelas XI Akuntansi SMKN Ngadirojo. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada

rencana pelajaran dengan menggunakan kolaborasi dengan memperhatikan revisi pada

siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada

siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar

mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan

untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah

dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil

penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus II

No Uraian Hasil Siklus II

1

2

3

4

Nilai rata-rata tes formatif

Jumlah siswa yang tuntas belajar

Jumlah siswa yang tidak tuntas belajar

Persentase ketuntasan belajar

88,83

30

5

85,71%

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 88,83 dan

dari 35 siswa yang telah tuntas sebanyak 30 siswa dan 5 siswa belum mencapai

ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar

85,71% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus II ini mengalami peningkatan

lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus II ini

dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan model

pengajaran kolaborasi sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran

seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan.

c. Analilisis Data Minat, Perhatian, Partisipasi

1) Minat mempelajari kesusasteraan Indonesia

Dari analisis data diperoleh hasil sebanyak 26 siswa (80,00%) memiliki

minat baik, 4 siswa (11,43%) yang memiliki minat cukup, 3 siswa (8,57%)

memiliki minat kurang.

2) Perhatian terhadap kesusasteraan Indonesia

Dari analisis data diperoleh hasil sebanyak 26 siswa (74,28%) memiliki

perhatian baik, 6 siswa (17,14%) memiliki perhatian cukup, 3 siswa (8,57%)

memiliki perhatian kurang.

3) Partisipasi dalam mengembangkan kesusasteraan Indonesia

Dari analisis data diperoleh hasil sebanyak 24 siswa (68,57%) memiliki

partisipasi baik, 8 siswa (22,85%) memiliki partisipasi cukup, 3 siswa (8,57%)

memiliki partisipasi kurang.

d. Refleksi

Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang

masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan model pengajaran

kolaborasi. Dari data-data yang telah diperoleh dapat duraikan sebagai berikut:

1) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua

pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum

Page 32: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

158

sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek

cukup besar.

2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama

proses belajar berlangsung.

3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan

dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.

4) Hasil belajar siswa pada siklus II mencapai ketuntasan.

Pembahasan

1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa

Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pengajaran kolaborasi

memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat

dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan

guru (ketuntasan belajar meningkat dari siklus I, dan II) yaitu masing-masing 51,43%,

dan 85,71%. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.

2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses belajar

mengajar dengan menerapkan model pengajaran kolaborasi dalam setiap siklus

mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa

yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus

yang terus mengalami peningkatan.

3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran

Bahasa Indonesia pada pada materi menceritakan peristiwa yang dilihat atau dialami

dengan model pengajaran kolaborasi yang paling dominan adalah bekerja dengan

sesama anggota kelompok, mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan

diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas

siswa dapat dikategorikan aktif.

Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan

langkah-langkah kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan pengajaran kolaborasi

dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas

membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep, menjelaskan materi

yang sulit, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk

aktivitas di atas cukup besar.

4. Analisis Data Minat, Perhatian, Partisipasi

a. Minat mempelajari kesusasteraan Indonesia

Dari analisis data pada siklus I diperoleh hasil sebanyak 20 siswa (57,14%)

memiliki minat baik, 8 siswa (22,86%) memiliki minat cukup, 8 siswa (22,86%)

memiliki minat kurang, pada siklus II diperoleh hasil sebanyak 26 siswa (80,00%)

memiliki minat baik, 3 siswa (8,57%) yang memiliki minat cukup, 3 siswa (8,57%)

memiliki minat kurang. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa kegiatan

pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menerapkan model pengajaran kolaborasi

dapat meningkatkan minat siswa terhadap pembelajaran.

b. Perhatian terhadap kesusasteraan Indonesia

Dari analisis data pada siklus I diperoleh hasil sebanyak 20 siswa (57,14%)

memiliki perhatian baik, 8 siswa (22,86%) memiliki perhatian cukup, 8 siswa

(22,86%) memiliki perhatian kurang, pada siklus II diperoleh hasil 26 siswa

(74,28%) memiliki perhatian baik, 6 siswa (17,14%) memiliki perhatian cukup, 3

siswa (8,57%) memiliki perhatian kurang. Dari hasil ini dapat diinterpretasikan

Page 33: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

159

bahwa kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menerapkan model

pengajaran kolaborasi dapat meningkatkan perhatian siswa terhadap pembelajaran.

c. Partisipasi dalam mengembangkan kesusasteraan Indonesia

Dari analisis data pada siklus I diperoleh hasil sebanyak 17 siswa (51,13%)

memiliki partisipasi baik, 8 siswa (22,86%) memiliki partisipasi cukup, 8 siswa

(22,86%) memiliki partisipasi kurang, siklus II diperoleh hasil 24 siswa (68,57%)

memiliki partisipasi baik, 8 siswa (22,85%) memiliki partisipasi cukup, 3 siswa

(8,57%) memiliki partisipasi kurang. Dari hasil ini dapat diinterpretasikan bahwa

kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menerapkan model pengajaran

kolaborasi dapat meningkatkan partisipasi siswa terhadap pembelajaran yang

dilaksanakan pada SMK Negeri Ngadirojo Pacitan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan selama dua siklus, hasil seluruh

pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

Terdapat peningkatan sekolah efektif melalui kualitas pembelajaran, peningkatan prestasi,

pengaruh positif yaitu meningkatkan motivasi, minat, perhatian serta partisipasi belajar

dengan diterapkannya model pengajaran kolaborasi pada pelajaran Bahasa Indonesia.

Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar

mengajar Bahasa Indonesia lebih baik dan menjadikan sekolah yang efektif dan lebih

memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:

1. Untuk melaksanakan model pengajaran kolaborasi memerlukan persiapan yang cukup

matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar

bisa diterapkan dengan model pengajaran kolaborasi dalam proses belajar mengajar

sehingga diperoleh hasil yang optimal.

2. Dalam rangka meningkatkan sekolah efektif maka harus memperhatikan prestasi

belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode

pengajaran, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat

menemukan pengetahun baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa

berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

Rineksa Cipta.

Depdiknas, 2001, Kecakapan Hidup dalam kurikulum 2004.Jakarta. Depdiknas.

Depdiknas, 2003. Era Mutu SMP. Jakarta Depdiknas.

Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.

Soekarto, 1996, Bagaimana Memimpin Sekolah Yang Efektif. Malang: Ardi Manunggal

Jaya

Sulhan, Najib. 2006. Pembangungan Karakter pada Anak. Manajemen Pembelajaran

Guru Menuju Sekolah Efektif. Surabaya: Surabaya Intelektual Club.

Yustinah, 2008, Bahasa Indonesia untuk SMK kelas XII, Jakarta: Erlangga.

Page 34: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

160

Page 35: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

161

PEMANFAATAN SARANA AUDIO GUNA MEMPERBAIKI

KONDISI DAN HASIL BELAJAR KEYBOARDING PADA SISWA

KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN

SMK NEGERI 2 PACITAN

Agus Haryanto Guru SMK Negeri 2 Pacitan Program Administrasi Perkantoran

Jl.Walanda Maramis No. 2 Pacitan

email: [email protected]

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini ialah guna memperbaiki kondisi dan hasil belajar pelajaran

keyboarding melalui pemanfaatan sarana audio. Keyboarding adalah keterampilan mengetik

dengan sistem sepuluh jari. Keterampilan ini mutlak dimiliki oleh siswa program studi

administrasi perkantoran. Karena sebagian besar pekerjaan kantor adalah pekerjaan mengetik.

Materi dasar dalam pelajaran keyboardiing ialah mengetik huruf atau kata yang disusun dari

tuts basis (a s d f g h j k l) dengan menggunakan fungsi jari yang benar secara berulang ulang.

Sehingga kondisi pembelajaran keyboarding cenderung monoton dan membosankan.

Berangkat dari kondisi ini maka peneliti merasa perlu mencari solusi perubahan kondisi

pembelajaran yang lebih menyenangkan dan mampu meningkatkan hasil belajar. Subyek

penelitian adalah 30 siswa kelas X program adminitrasi perkantoran 1 SMK Negeri 2 Pacitan.

Bentuk dari penelitian ini ialah penelitian tindakan kelas. Berdasarkan hasil penelitian setelah

dianalisa ternyata pengunaan sarana audio pada pembelajaran keyboarding mampu

memperbaiki kondisi belajar serta mampu meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran

Keyboarding siswa kelas X Administrasi Perkantoran 1, SMK Negeri 2 Pacitan

Kata kunci: Keyboarding, Sarana Audio, Kondisi belajar, Hasil belajar

PENDAHULUAN

Pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan bertujuan meningkatkan peserta didik

guna menyiapkan mereka sebagai tenaga kerja tingkat menengah yang terampil, terdidik

dan memiliki etos kerja profesional serta mampu mengembangkan diri sesuai

perkembangan ilmu dan teknologi.

Pendidikan menengah kejuruan dalam tatanan sistem pendidikan nasional di negara

kita mempunyai posisi strategis khususnya dalam mengembangkan sumber daya manusia

pada bidang kejuruan. Hal ini sesuai dengan Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003

dalam penjelasan pasal 15, yang berbunyi”Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan

menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang

tertentu”.

Bertitik tolak dari tujuan pendidikan kejuruan, maka profil lulusan SMK adalah

lulusan yang memiliki kompetensi, kompetitif dan siap kerja. Siap kerja mengandung

pengertian bahwa lulusan SMK memiliki bekal keterampilan dan berkemampuan bekerja

di bidangnya. Begitu pula dengan profil siswa SMK program studi administrasi

perkantoran, mereka juga dituntut memiliki kompetensi di bidang perkantoran, salah

satunya ialah keterampilan mengetik/keyboarding

Oleh sebab itu pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban menciptakan

suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis

sehingga mampu memberikan hasil belajar berupa keterampilan dan pengalaman kerja

kepada siswa. Seperti yang diamanatkan pada Undang undang No 20 Tahun 2003 pasal

40 ayat 2. Dalam arti lain pendidik dituntut untuk terus mengkaji dan terus melakukan

perbaikan guna meningkatkan kualitas pembelajaran.

Page 36: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

162

Seiring dengan perkembangan teknologi, pembelajaran keyboarding atau mengetik

10 jari di SMKN 2 Pacitan telah diupayakan menggunakan komputer. Namun demikian

hal ini tidak menjamin bahwa hasil belajar mata pelajaran Keyboarding mengalami

peningkatan yang signifikan. Karena kita sadari bahwa ada beberapa faktor yang

mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran.) Faktor-faktor yang mempengaruhi

belajar adalah: Faktor-faktor Internal, jasmaniah (kesehatan, cacat tubuh), psikologis

(intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan, kelelahan) Faktor-

faktor Eksternal, keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana

rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan),

Sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan

siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran,

keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah) Slameto (2003:54-72)

Perlu penulis sampaikan bahwa materi dasar dari pembelajaran keyboarding ialah

penguasaan tuts basis (a s d f g h j k l ;) Adapun metoda yang digunakan selama ini ialah

dengan memberikan tugas kepada siswa untuk mengetik kata kata yang disusun dari

kombinasi tuts basis (a s d f g h j k l ;) dengan mengunakan fungsi jari yang benar.

Adapun aktivitas guru memantau cara siswa mengetik, memberikan pengarahan kepada

siswa yang belum mampu mengetik dengan benar, serta memotivasi siswa untuk terus

berlatih supaya lebih terampil.

Dari pengamatan penulis kondisi pembelajaran keyboarding seperti itu kurang

membawa kegaerahan berlatih, suasana belajar terkesan monoton dan menimbulkan rasa

kejenuhan siswa dalam berlatih mengetik. Hal inilah yang mungkin menyebabkan tingkat

penguasaan tuts basis dan kecepatan mengetik sebagian besar siswa masih rendah. Dari

28 siswa kelas X apk 1 hanya ada 8 siswa yang memperoleh kecepatan diatas 100 hpm.

Dan sebanyak 20 siswa memperoleh kecepatan dibawah 100 hpm. Adapun target

kecepatan minimal yang harus diperoleh siswa ialah 150 hpm (hentakan permenit)

Beranjak dari kondisi diatas penulis mencoba membuat variasi pembelajaran

keyboarding dengan menggunakan sarana audio /lagu lagu sebagai penuntun siswa

dalam berlatih mengetik. Variasi pembelajaran upaya untuk mengatasi kebosanan peserta

didik, agar selalu antusias, tekun, dan penuh partisipasi. Variasi dalam pembelajaran

adalah perubahan dalam proses kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi

belajar peserta didik, serta mengurangi kejenuhan (Hari Amanto: 2013)

Yang dimaksud dengan penggunaan media audio untuk pemutaran lagu pada

pelajaran keyboarding ialah, pemanfaatan beat atau irama dari sebuah lagu untuk

dijadikan panduan ketukan bagi siswa pada saat siswa berlatih mengetik atau mengentak

tuts. Mulai dari lagu yang memiliki irama lambat, sedang dan cepat. Dengan pemutaran

lagu sebagai acuan siswa dalam berlatih mengetik diharapkan kondisi /suasana berlatih

mengetik dapat menjadi lebih rileks, menyenangkan dan bergairah sehingga dapat

meningkatkan hasil belajar.

Adapun tujuan dari penelitian ini ialah untuk mencari tahu apakah penggunaan

media audio untuk pemutaran lagu lagu pada pelajaran keyboarding mampu

memperbaiki kondisi belajar siswa yang monoton menjadi lebih enerjik dan

menyenangkan dan tentunya hasil belajar siswa juga dapat meningkat.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas yang berusaha

mengkaji dan merefleksikan secara mendalam beberapa aspek dalam kegiatan belajar

mengajar, yaitu performa guru, interaksi guru dengan siswa, serta pengaruh penggunaan

Page 37: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

163

media audio pada pelajaran keyboarding., tindakan,observasi dan refleksi. Penelitian ini

dilaksanakan dalam 2 siklus. Secara operasional prosedur penelitian tindakan kelas yang

diterapkan dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut:

Tahap perencanaan. Pada tahapan ini peneliti merencanakan waktu penelitian dan

mempersiapkan rencana pembelajaran, bahan ajar/job sheet, lab komputer, sarana audio

beserta lagu lagu yang sudah terseleksi dan lembar observasi.

Tahap pelaksanaan. Pertama peneliti menjelaskan tentang tujuan pembelajaran

mengetik /keyboarding. Kedua memberi penjelasan kepada siswa tentang pengertian

mengetik metode 10 jari. Ketiga mendemonstrasikan teknik mengetik yang benar.

Memberikan penjelasan tentang cara melakukan latihan mengetik tuts basis dengan

bantuan lagu sebagai pengganti ketukan kecepatan. Keempat memberikan tugas latihan

kepada siswa. Kelima mengamati dan memberikan bimbingan kepada siswa pada saat

berlatih mengetik.. Melaksanakan evaluasi

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMKN 2 Pacitan JL. Walanda Maramis 2 Pacitan

mulai tanggal 26 Juli sampai dengan 20 November 2011.

Obyek Penelitian

SMK Negeri 2 Pacitan memliki 5 program keahlian. Program keahlian akuntansi

(AK), Administrasi Perkantoran (Apk), Pemasaran (PM), Akomodasi Perhotelan (APh)

dan Budi Daya Ikan Air Tawar (BIAT) Untuk program studi Administrasi Perkantoran

setiap tingkat memiliki 4 rombel. Masing masing rombel rata rata terdiri 30 siswa.

Adapun obyek penelitian dalam penelitian tindakan kelas adalah kelas X APK 1 Tahun

Pelajaran 2010-2011.

Data, Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan pada setiap siklus dimulai dari siklus 1 sampai siklus

2. Untuk memperoleh data yang diharapkan, digunakan beberapa instrumen sebagai

berikut: (1) Lembar observasi kegiatan siswa saat berlatih mengetik, (2) Angket siswa. (3)

Tes Praktik mengetik. Ada 2 macam test praktik, pertama test ketepatan. Pada test

ketepatan ini siswa mengetik kata yang disusun dari tuts basis dengan kondisi mata

tertutup. Kedua test kecepatan. Bentuk test kecepatan ialah siswa mengetik naskah/ teks

dalam waktu 5 menit. Hasil kecepatan diperoleh dari banyakya karakter yang diketik

dibagi dengan waktu pengetikan. Adapun satuan dari hasil kecepatan mengetik

adalah”hpm“ (hentakan permenit)

Sesuai dengan instrumen yang dipakai maka metoda pengumpulan data yang

digunakan ialah (1) metode observasi (2) metode angket dan (3) metode test.

Sumber data pada penelitian ini ialah siswa SMK Negeri 2 Pacitan kelas X

Program studi Administrasi Perkantoran tahun ajaran 2010 -2011 sejumlah 30 siswa yang

terdiri dari 12 siswa laki laki dan 18 siswa perempuan.

Teknik Analisa Data

Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan,mulai juli 2010 sampai dengan November

2010. Data penelitian yang terkumpul dianalisa dengan teknik analisis data kualitatif

model Milles dan Hubermen meliputi tiga tahap, yaitu: (1) Tahap reduksi data (2) Tahap

penyajian data (3) Tahap penarikan kesimpulan dan verifikasi data

Page 38: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

164

Hasil dan Pembahasan

Penelitian tentang penggunaan sarana audio untuk pemutaran lagu dalam pelajaran

keyboarding ini dirancang untuk memperbaiki kondisi dan meningkatkan prestasi belajar

siswa pada pelajaran keyboarding di kelas X program studi administrasi perkantoran 1

SMK Negeri 2 Pacitan tahun 2010 – 2011. Hasil peneliltian menunjukkan adanya

peningkatan kinerja ilmiah dari siklus pertama sampai siklus kedua. Rincian hasil

penelitian setiap siklus dipaparkan sebagai berikut:

Siklus 1

Pada kegiatan pembelajaran pertama, guru memberikan penjelasan tentang

pengertian keyboarding dan,memberikan penjelasan mengapa siswa administrasi

perkantoran harus menguasai keyboarding, menjelaskan fungsi jari, menjelaskan sikap

duduk dan teknik mengetik yang benar, mendemontrsikan cara mengeatik tuts yang

benar, kemudian menugaskan siswa untuk mencoba mengetik kata yang tersusun dari

tuts basis.

Setelah kelihatan mulai lancar, siswa dilatih mengetik tuts dengan mengikuti

ketukan. Setelah siswa mulai bisa mengetik dengan ketukan, kemudian guru

memperdengarkan sebuah lagu, dan memerintahkan siswa untuk mencoba mengetik tuts

basis berdasarkan ketukan/ beat dari lagu tersebut.

Pada saat siswa mengetik dengan diiringi lagu, guru mengamati keadaan dan

kegiatan siswa. Hasil pengamatan pada tahapan ini, sebagian besar siswa merasa senang

dengan metoda ini,walaupun ada sebagian siswa yang belum bisa melakukannya.

Mencermati hasil kegiatan pembelajaran pertama guru memberikan tindakan

perbaikan pada kegiatan pembelajaran kedua. Pertama meminta respon /tanggapan siswa

tentang metoda tersebut, mengkonfirmasi apakah lagu yang digunakan terlalu lambat

/cepat iramanya. Memberikan bimbingan kepada siswa yang belum bisa mengetik tus

basis dengan iringan lagu. Mencoba memberikan irama lagu yang lebih cepat.

Pada akhir pembelajaran diadakan test ketepatan dan kecepatan. Pada test

ketepatan ini siswa mengetik dengan mata tertutup kata yang disusun dari tuts basis.

Adapun bentuk test kecepatan ialah siswa mengetik teks dalam waktu 2 menit.

Hasil dari kegiatan pembelajaran pada siklus pertama adalah sebagai berikut.

Untuk nilai ketepatan ada 22 siswa yang memperoleh nilai 80-100, dan sebanyak 8 siswa

yang memperoleh nilai ketepatan kurang dari 80. Untuk nilai kecepatan ada sebanyak 20

siswa memperoleh kecepatan diatas 100 hpm (hentakkan permenit) dengan kecepatan

tertinggi 140 hpm, dan ada sebanyak 10 siswa memperoleh kecepatan masih dibawah 100

hpm dengan kecepatan terendah 80hpm. Adapun batas kelulusan pada kompetensi ini 100

hpm.

Siklus 2

Pada siklus 2 ini kegiatan yang dilaksanakan pada dasarnya sama dengan tahap –

tahap pada siklus 1. Namun ada beberapa tindakan perbaikan sebagai hasil refleksi dari

siklus 1. Hal ini dilakukan karena peneliti ingin memperoleh hasil yang maksimal.

Adapun tindakan perbaikan pada kegiatan sklus 2 ini adalah sebagai berikut. Guru

memberikan bimbingan yang lebih intensif kepada siswa yang belum bisa mengentak tuts

basis dengan baik dan belum bisa menyelaraskan antara kecepatan mengeti tuts dengan

kecepatan irama/beat lagu. Penggunaan lagu-lagu yang lebih familiar bagi siswa.

Akhir dari pelaksanaan pembelajaran diadakan test ketepatan dengan dan

kecepatan sama seperti yang diterapkan pada siklus 1. Untuk mengetahui tanggapan

siswa terhadap penggunaan lagu pada pembelajaran keyboarding, siswa diwajibkan

Page 39: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

165

mengisi angket. Angket ini berisi pertanyaan pertanyaan dan setiap pertanyaan memiliki 3

option jawaban ”Tidak”, ”Cukup”dan”Sangat”

Hasil dari kegiatan pembelajaran pada siklus 2 adalah sebagai berikut. Untuk nilai

ketepatan ada 26 siswa yang memperoleh nilai 80-100, dan sebanyak 4 siswa

yang memperoleh nilai ketepatan kurang dari 80. Untuk nilai kecepatan sebanyak 27

siswa memperoleh kecepatan diatas 100 hpm (hentakkan permenit) dengan kecepatan

tertinggi 142, dan sebanyak 3 siswa memperoleh kecepatan masih di bawah 100 hpm.

Dengan kecepatan terendah 95 hpm. Dari data siklus 1 maupun siklus 2 dapat

disimpulkan adanya peningkatan baik itu untuk hasil ketepatan maupun hasil kecepatan

Adapun hasil dari angket tanggapan adalah sebagai berikut.. Untuk

pertanyaan”Menurut anda,apakah penggunaan lagu lagu membantu siswa dalam berlatih

mengetik tuts basis ? sebanyak 22 siswa atau 73 % menyatakan sangat membantu dan 8

siswa atau 27 % menyatakan cukup membantu. Untuk pertanyaan”Menurut Anda, apakan

penggunaan lagu lagu dapat membuat latihan mengetik menjadi bersemangat dan

menyenangkan? Sebanyak 23 siswa atau 77% siswa menyatakan sangat membantu dan

ada 7 siswa atau 23 % menyatakan cukup. Untuk pertanyaan”Menurut Anda, apaka

penggunaan lagu lagu dapat mengurangi kejenuhan siswa dalam berlatih mengetik?”ada

sebanyak 22 siswa atau 73% menyatakan sangat dan ada 8 siswa atau 27 % menyatakan

cukup. Untuk pertanyaan”Menurut Anda, apakah penggunaan lagu lagu dapat

meningkatkan kemampuan anda dalam menguasai tuts basis ? ada sebanyak 22 siswa atau

73% menyatakan sangat dan ada 8 siswa atau 27 % menyatakan cukup.

Simpulan dan Saran

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dirumuskan beberapa kesimpulan

berikut. Pertama penggunaan sarana audio untuk memutar lagu sebagai penuntun ketukan

siswa saat berlatih mengentak tuts, mampu memperbaiki kondisi pembelajaran

keyboarding, dari kondisi yang monoton/menjemukan menjadi menyenangkan dan lebih

bersemangat. Kedua Penggunaan sarana audio untuk memutar lagu sebagai penuntun

ketukan siswa saat berlatih mengentak tuts pada pembelajaran keyboarding mampu

meningkatkan hasil belajar siswa.

Agar pembelajaran keyboarding memperoleh hasil yang maksimal perlu adanya

jam pembelajaran keyboarding yang cukup dan tidak terintergrasi dengan pelajaran yang

lain, serta dukungan fasilitas atau sarana prasana pendidikan yang memadai agar

merangsang guru untuk mampu menciptakan dan menerapkan pembelajaran yang kreatif,

inovatif dan berkualitas.

DAFTAR PUSTAKA

Hari Amanto (Widyaiswara Departemen Edukasi PPPPTK/VEDC BOE

Malang)”Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan”diakses tanggal

13 Maret 2014dari http://www.vedcmalang.com/pppptkboemlg/index.php/artikel-

coba-2/edukasi/596-pembelajaran-kreatif-dan-menyenangkan

Ibrahim M A,”Kondisi Belajar Dan Masalah Masalahnya”. Diakses pada tanggal 12

Maret 2014 dari http/makalah manjani, blogspot.com/2012/07/kondisi belajar dan

masalah masalah yang dihadapi.

Muhammad Abduh”Menciptakan Pembelajaran Yang Menyenangkan”diakses tanggal

12 Maret 2014 dari http://sumsel.kemenag.go.id/file/file/TULISAN/jgri1331699416.

Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Page 40: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

166

PENINGKATAN PEMAHAMAN TERHADAP ISI BACAAN

MELALUI PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE DENGAN

PENDEKATAN METODE BELAJAR SQ3R PADA SISWA SMK

Endang Puji Rahayu

SMKN 2 Pacitan

Jalan Walanda Maramis Pacitan

Abstrak

Sejalan usaha yang dilakukan pemerintah dalam pembaharuan sistem pembelajaran

yang ditujukan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam proses pembelajaran.

Usaha ini ditekankan pada guru sebagai perancang (planner), pelaksana (executor) dan penilai

(evaluator) sistem pembelajaran. Dengan cara memperbaiki komponen guru, sebagai salah

satu komponen pendidikan atau pembelajaran pada gilirannya diharapkan agar guru mampu

melaksanakan tugas-tugas pengajarannya dengan baik.

Metode Belajar SQ3R merupakan metode belajar yang mengambangkan mengenai

pendekatan dan strategi belajar untuk menyusun/ menyajikan sebuah cara mempelajari teks

(wacana), khususnya yang terdapat dalam buku. Kiat yang secara detail dirancang untuk

memahami isi teks suatu bacaan. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK),

penelitian dilakukan pada siswa kelas XII AK-2 SMKN 2 Pacitan pada tahun pelajaran

2012/2013.

Hasil tindakan I dan tindakan II dipergunakan untuk mengamati subyek penelitian

selama proses pembelajaran dengan pembelajaran Learning Cycle dengan Metode belajar

SQ3R, dan hasil dari evaluasi yang dilakukan pada siswa kelas XII AK-2 SMKN 2 Pacitan

adalah sebagai berikut : Siklus I siswa tuntas diatas KKM 75 yaitu 10 anak atau 31,25%

sedangkan siswa yang belum tuntas 24 siswa atau 68,75 %, sedangkan kreatifitas siswa rata-

rata masih kurang. Siklus II hasil yang dicapai 26 siswa (81,25%) mempunyai skor minimal

75, serta 6 siswa (18,75%) belum tuntas/mempunyai skor dibawah 75. Sedangakan untuk

kreatifitas siswa rata-rata sudah baik.

Kata Kunci : Metode, peningkatan, prestasi.

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan salah satu barometer yang terpenting bagi suatu

kelalngsungan pembangunan suatu bangsa terutama dalam meningkatkan sumber daya

manusia (SDM) yang berkualitas. Sebagaimana kita ketahui bahwa bidang pendidikan

dewasa ini mengalami suatu pembaharuan secara menyeluruh, dari sekolah dasar sampai

sekolah lanjutan atas. Pemerintah dengan berbagai macam upaya telah berusaha untuk

memperbarui system pendidikan baik penataan kurikulum maupun metode pengajaran dan

melengkapi sarana dan prasarana sekolah. Keberadaan perpustakaan, laboratorium, alat

peraga/media pembelajaran yang digunakan.

Untuk memahami suatu karya dengan baik, kadang-kadang dibutuhkan pengenalan

terhadap faktor-faktor ekstrinsik seperti latar belakang kehidupan pengarang (pendidikan,

pengalaman, ideologi, pandangan hidup dsb) dan keadaan sosial, politik, ekonomi pada

zaman masa penciptaan. Sebalinya, tidak tertutup kemungkinan bahwa dengan memahami

suatu karya kita akan mengenal lebih jauh tentang penulis, terutama untuk memahami teks

seni berbahasa dan teks ilmiah sederhana. Bagi siswa kelas XII Akuntansi SMKN 2

Pacitan mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran dalam memahami teks seni

berbahasa dan teks ilmiah, hal ini bisa diketahui dari setiap hasil evaluasi yang dilakukan

oleh guru 40 % siswa memperoleh nilai dibawah KKM.

Berbagai usaha telah dilakukan demi pembaharuan sistem pembelajaran yang

dilakukan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran dikelas. Dengan maksud dan

Page 41: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

167

tujuannya agar sistem pembelajaran pada kompetensi dasar menyimak untuk memahami

secara kreatif teks seni berbahasa dan teks ilmiah sederhana itu lebih terarah, serasi dan

relevan dengan tuntutan dan kaidah-kaidah dalam pelajaran bahasa Indonesia. Salah satu

usaha yang dapat dilakukan untuk maksud diatas adalah dengan memperbaharui sistem

pembelajaran. Sistem pembelajaran merupakan gabungan dalam proses belajar mengajar

yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan

pelaksanaannya diawasi.

Usaha pembaharuan sistem pembelajaran ini terutama ditujukan untuk

meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam proses pembelajaran. Usaha ini ditekankan

pada guru sebagai perancang (planner), pelaksana (executor) dan penilai (evaluator)

sistem pembelajaran. Dengan cara memperbaiki komponen guru, sebagai salah satu

komponen pendidikan atau pembelajaran pada gilirannya diharapkan agar guru mampu

melaksanakan tugas-tugas pengajarannya dengan baik. Adapun upaya yang ditempuh agar

proses belajar mengajar dapat membuat siswa aktif adalah dengan memberi motivasi dan

menyajikan materi secara tepat kepada siswa sehingga dapat menunjang tercapainya tujuan

pendidikan yang telah direncanakan.

Dalam proses menyimak untuk memahami teks suatu bacaan memerlukan seni

berbahasa yang baik, sederhana dan ilmiah. Berkomunikasi dengan bahasa Indonesia harus

memperhatikan reaksi kinetik (menunjukkan sikap memperhatikan dan mencatat) terhadap

isi bacaan yang digunakan dalam memahami berbagai unsur-unsur yang berhubungan

dengan teks suatu bacaan (M. Irman, 2008: 1). Agar tujuan belajar tercapai secara optimal,

maka guru harus memahami metode-metode dan bentuk-bentuk pembelajaran yang sesuai

dengan materi pelajaran karena hal tersebut merupakan faktor penting untuk memotivasi

siswa dalam belajar. Ada beberapa metode dan bentuk pembelajaran yang dapat dipakai

guru dalam proses belajar mengajar, diantaranya adalah metode ceramah

(tradisional/klasikal), tanya jawab, diskusi, pemberian tugas, demonstrasi, eksperimen,

pendekatan audio-tutorial, modul, dan sistem paket belajar.

Metode mengajar adalah cara mengajar yang dapat digunakan untuk mengerjakan

tiap bahan pelajaran. Misalnya: metode ceramah, metode tanya jawab, metode penemuan,

metode pemberian tugas dan lain-lain. Untuk dapat melaksanakannya seorang guru tidak

perlu mempunyai keahlian yang khusus/ bakat yang khusus. Sedang menurut Herman

Hudoyo, menyatakan bahwa “Yang dimaksud dengan metode mengajar adalah sesuatu

cara/teknik mengajar topik-topik tertentu yang disusun secara teratur dan logis. Ternyata

metode mempunyai peranan penting sekali dalam proses belajar mengajar di samping

faktor yang lainnya”. Suatu kondisi yang perlu agar metode yang dipilih efektif adalah

bagaimana murid dapat belajar efektif pula tanpa memaksa kesiapan intelektual anak.

Kemampuan berfikir/daya ingat yang dimiliki oleh masing-masing siswa tidak sama, oleh

karena itu kemampuan belajar merupakan suatu ukuran yang mengarah pada kemampuan

yang dimiliki oleh siswa. Terutama kemampuan dalam melaksanakan kegiatan belajar dan

mengajar.

Belajar dapat dipandang sebagai hasil, disini guru harus melihat bentuk terakhir

dari berbagai pengalaman dari hasil belajar mengajar sebelumnya. Dari situlah maka

timbul penggolongan hasil yang perlu dimiliki oleh seorang murid. Seperti hasil

ketrampilan, bentuk konsep-konsep dan lain-lain. Belajar dapat pula dipandang sebagai

proses, disini pola-pola perubahan tingkah laku seseorang dapat diketahui selama

pengalaman belajar berlangsung. Ada dua cara untuk memandang pada seorang siswa di

atas, yang satu dengan yang lain saling melengkapi dan isi mengisi diantaranya. Karena

memang tugas guru adalah mendorong, membina dan merumuskan cara belajar yang baik

Page 42: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

168

sehingga timbul kesenangan serta membuahkan hasil. Dengan demikian guru tidak hanya

perlu mengetahui bagaimana dapat timbul perubahan-perubahan dari dalam diri siswa itu.

Ada beberapa cara yang sering digunakan guru untuk merangsang minat siswa

dalam belajar yang merupakan dorongan ekstrinsik. Diantaranya adalah memberikan

penghargaan, celaan, persaingan atau kompetisi, hadiah, hukuman, dan pemberitahuan

tentang kemajuan belajar siswa. Menurut Susanto (1999: 20) motivasi siswa ditandai

dengan adanya tingkah laku pada diri siswa sebagai berikut: 1).Perhatian, motivasi belajar

siswa tinggi jika mereka memusatkan perhatian pada kegiatan belajar lebih besar daripada

tingkah laku yang bukan kegiatan belajar; 2).Waktu belajar, siswa mempunyai motivasi

belajar tinggi jika siswa menghabiskan waktu belajar yang cukup untuk kegiatan belajar;

3).Usaha, siswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi jika siswa merasa gembira,

mempunyai keyakinan diri dan tegar pada situasi yang ada; 4) Ekstensi, motivasi belajar

dapat ditandai dengan apakah siswa melakukan kegiatan belajar pada jam-jam pelajaran

atau istirahat.Dapat diartikan siswa memanfaatkan waktu luang sebaik mungkin untuk

mencapai hasil belajar yang maksimal; 5).Penampilan, belajar ditunjukkan dengan

diselesaikannya tugas belajar.

Metode Belajar SQ3R Metode belajar ini menguraikan mengenai pendekatan dan

strategi belajar untuk menyusun/ menyajikan sebuah cara mempelajari teks (wacana),

khususnya yang terdapat dalam buku. Kiat yang secara detail dirancang untuk memahami

isi teks. Metode SQ3R dikembangkan oleh Francais P. Robinson di Universitas Negeri

Ohio Amerika Serikat. Metode tersebut bersifat praktis dn dapat diaplikasikan dalam

berbagai pendekatan belajar. SQ3R pada prinsipnya merupakan singkatan langkah-

langkah mempelajari teks yang meliputi : a). survey, maksudnya memeriksa atau meneliti

atau mengidentifikasi seluruh teks; b). question, maksudnya menyusun daftar pertanyaan

yang relevan dengan teks; c). read, maksudnya membaca teks secara aktif untuk mencari

jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun; d). recite, maksudnya menghafal

setiap jawaban yang telah ditemukan; e). review, maksudnya meninjau ulang seluruh

jawaban atas pertanyaan yang tersusun pada langkah kedua dan ketiga.

Alokasi waktu yang diperlukan untuk memahami sebuah teks dengan metode

SQ3R, mungkin tak banyak berbeda dengan mempelajari teks secara biasa. Akan tetapi,

hasil pembelajaran siswa dengan menggunakan metode SQ3R dapat diharapkan lebih

memuaskan, karena dengan metode ini siswa menjadi pembaca aktif dan terarah langsung

pada inti tau kandungan pokok dalam teks.

Pengertian Learning Cycle, merupakan inti dari teori konstruktivis yang

berhubungan dan berkaitan dengan berbagai model pembelajaran, salah satunya adalah

siklus belajar yang dikembangkan oleh Robert Karplus (Suparno, 2001). Model siklus

belajar merupakan salah satu dari tiga macam model pembelajaran kontekstual. Model

siklus belajar yang diterapkan ini berpedoman dari pendapat Martin (dalam Susanto, 2004)

yang terdiri dari 4 tahap yaitu tahap, 1). Eksplorasi merupakan tahap pengetahuan awal

siswa, 2). Eksplanasi merupakan tahap penjelasan dari tahap eksplorasi, 3). Ekspansi

merupakan tahap pemantapan dan pengembangan konsep. Pada tahap ini guru

mengevaluasi hasil belajar siswa, 4). Tahap evaluasi. Sebenarnya banyak teori

membaca yang dapat dilakukan oleh guru tetapi bagaimanapun guru harus tetap berpegang

dan berpatokan pada kurikulum. Teori membaca adalah membaca yang mengutamakan

tehnik-tehnik membaca seperti ketepatan ucapan-ucapan, intonasi dan ejaan. Dengan

demikian teori membaca merupakan rangkaian proses dalam memahami suatu bacaan

yang dijadikan obyek suatu bacaan.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Apakah Pembelajaran Learning Cycle dengan

Page 43: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

169

Metode belajar SQ3R dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XII Akuntansi

SMKN 2 Pacitan dalam mempelajari isi bacaan pada pembelajaran Bahasa Indonesia? 2)

Apakah Pembelajaran Learning Cycle dengan Metode belajar SQ3R dapat meningkatkan

pemahaman siswa kelas XII Akuntansi SMKN 2 Pacitan dalam mempelajari isi bacaan

pada pembelajaran Bahasa Indonesia?

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK), penelitian dilakukan pada

siswa kelas XII AK-2 SMKN 2 Pacitan. Ada beberapa alasan penulis menunjuk lokasi

tersebut salah satunya karena sehari-hari peneliti bekarja sebagai tenaga pendidik di

SMKN 2 Pacitan belum pernah diadakan penelitian yang sejenis.

Waktu penelitian yang penulis tentukan adalah pada semester ganjil Bulan Juli

sampai dengan bulan September 2012. Pada tahun ajaran 2012/2013. Subjek yang

merupakan populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII Ak-2 Pacitan dalam hal

ini jumlah siswa sebanyak 32 siswa, teknik pengambilan sampel yang dipakai dalam

penelitian ini adalah total sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang diambil sama

dengan jumlah populasi. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini dipilih karena

memiliki karakteristik yang sesuai dengan tujuan penelitian, yakni untuk meningkatkan

kualitas pembelajaran memahami teks seni berbahasa dan teks ilmiah sederhana pada

siswa kelas XII AK-2 SMKN 2 Pacitan . Pemilihan rancangan ini sesuai dengan hakikat

penelitian tindakan yang dikemukakan oleh Carr dan Kemmis (dalam Mc Niff, 1992:2).

Menurut mereka, penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian refleksi diri secara

kolektif yang melibatkan partisipan (guru, murid ) yang diawali dengan a) perencanaan, b)

pelaksanaan, c) observasi dan d) refleksi. Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Pertama, Tes. Teknik pengumpulan data dengan tes dilakukan mulai dari

merencanakan pemilihan subyek penelitian yaitu secara klasikal dan dilakukan pada akhir

selesai pembelajaran. Tes ini diadakan untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam

kegiatan pembelajaran yang diikutinya. Hasil tes tersebut dipakai sebagai acuan untuk 1)

melihat kemajuan siswa dalam mengikuti program pembelajaran, 2) melakukan

wawancara, dan 3) analisis dan merumuskan refleksi untuk tindakan yang berikutnya.

Kedua, Observasi. Observasi dilakukan pada saat peneliti mengajar dan yang

menjadi observasi adalah rekan penelitian yaitu Guru kelas 3. Data yang diperoleh berupa

keadaan kelas pada waktu proses pembelajaran. Data ini memuat catatan-catatan penting

mengenai interaksi yang terjadi di kelas, dan cara pendekatan yang digunakan Guru dalam

mengajar. Dengan demikian, observasi melalui pemahaman yang lebih baik dan tindakan

yang lebih kritis dipikirkan.

Sesuai dengan penekatan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu pendekatan

kualitatif, maka analisis data yang digunakan disesuaikan dengan jenis datanya. Data yang

berbentuk kata-kata/kalimat dari catatan lapangan, jurnal harian, dan ucapan verbal dari

hasil wawancara yang diolah menjadi kalimat yang bermakna dan ilmiah dan dianalisis

secara kualitatif. Teknik analisis kualitatif yang digunakan adalah analisis logis yang

meliputi proses, makna tindakan dan pemaknaan. Model analisis yang digunakan terdiri

dari tiga komponen kegiatan yang dilakukan secara berurutan, yaitu : kegiatan reduksi

data, sajian data serta penarikan kesimpulan.

Page 44: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

170

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Siklus I

Perencanaan Tindakan I

Kegiatan pada tahap awal sebagai tes awal dilaksanakan siswa diberi wacana teks

dengan judul Bali di titik nol, peneliti memberi tes awal penelitian pada 32 siswa kelas XII

AK-2 SMKN 2 Pacitan. Hal ini bertujuan untuk menjaring kemampuan siswa dalam

mengerjakan soal-soal tes, terutama dalam memahami sebuah teks.

Dari hasil analisis tes awal penelitian diperoleh data tingkat keberhasilan siswa

dalam mengerjakan. Selanjutnya dari hasil tes tersebut dapat dilihat bahwa masih banyak

siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami teks seni berbahasa dan teks ilmiah

sederhana pada pelajaran Bahasa Indonesia.

Sebagai tindak lanjut membantu memecahkan masalah atau kesulitan siswa dalam

memahami teks seni berbahasa ke-32 siswa tersebut diwawancarai. Wawancara bertujuan

untuk mengetahui penyebab kesulitan belajar mereka. Hasil tes awal dan wawancara pada

kegiatan ini akan digunakan sebagai bahan perbandingan terhadap hasil tes akhir

penelitian, setelah ke-32 siswa tersebut mendapat tindakan pembelajaran. Rencana

pembelajaran tersebut akan dilaksanakan .

Dari hasil tes awal dan wawancara peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa

penyebab kesulitan siswa adalah sebagai berikut : 1) siswa belum mengerti/mengalami

kesulitan tentang materi yang diberikan. 2) metode yang digunakan kurang tepat. 3) Siswa

kurang memahami isi dari bacaan yang ada dalam materi.

Rencana pembelajaran pada tindakan 1 ini difokuskan pada pemahaman siswa

terhadap isi bacaan tentang Bali di titik nol pada tahap survey (Memeriksa), Question

(Menyusun pertanyaan) dan Read (Membaca) pada materi membaca pada teks bacaan

tentang Bali di titik nol.

Pelaksanaan Tindakan I

Tindakan I dengan metode belajar SQ3R pda metode ini, menguraikan mengenai

pendekatan dan strategi belajar untuk menyusun/menyajikan sebuah cara mempelajari teks

(wacana), khususnya yang terdapat dalam buku paket Pembelajaran yang dilaksanakan

dengan pendekatan Learning Cycle pada tindakan I disesuaikan dengan tingkat

perkembangan berfikir (kognitif) siswa, dan materi dalam tindakan I ini adalah mengulang

kembali pemahaman ke-32 siswa subyek penelitian yang telah memiliki skor total minimal

sebesar 75, yaitu tentang pemahaman membaca teks bacaan tentang Bali di titik nol.

Dalam melaksanakan pembelajaran, guru memberi kesempatan pada siswa untuk aktif

mengikuti pembelajaran sesuai dengan skenario yang telah direncanakan pembelajaran

Learning Cycle dengan Metode belajar SQ3R, dengan harapan siswa mampu memahami

materi pembelajaran yang diberikan.

Guru melaksanakan pembelajaran ini dengan diamati teman sejawat/kolabolator

Langkah-langkah pelaksanaan tindakan I adalah berikut ini :

Kegiatan awal (10 menit) Sebagai apersepsi guru mengajak siswa berdo‟a bersama

dilanjutkan dengan absensi (karena jam pertama), kemudian menyampaikan tujuan

pembelajaran yaitu : 1) Siswa dapat memeriksa atau meneliti seluruh isi teks. 2) Siswa

dapat menyusun daftar pertanyaan yang relevan dengan teks. 3) Siswa dapat membaca teks

secara aktif untuk mencari jawaban atau pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun.

Kegiatan Inti (60 menit). 1) Guru membantu dan mendorong siswa untuk

memeriksa atau meneliti secara singkat seluruh teks. 2) Guru memberi petunjuk atau

contoh kepada para siswa untuk menyusun pertanyaan-pertanyaan yang jelas, singkat dan

Page 45: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

171

relevan dengan bagian yang ada dalam teks. 3) Guru menyuruh siswa membaca secara

aktif dalam rangka mencari jawaban atas pertanyaan yang telah disusunnya.

Kegiatan akhir (20 menit). 1) Guru memberi kesempatan bertanya kepada siswa

yang belum mengerti. 2) Setelah selesai semua pekerjaan dikumpulkan, dan melaksanakan

evaluasi.

Observasi

Deskripsi hasil tindakan I dipergunakan untuk mengamati subyek penelitian selama

proses pembelajaran dengan pembelajaran Learning Cycle dengan Metode belajar SQ3R,

dan hasil dari evaluasi yang dilakukan pada siswa kelas XII AK-2 SMKN 2 Pacitan

adalah sebagai berikut : siswa tuntas diatas KKM 75 yaitu 10 anak atau 31,25% sedangkan

siswa yang belum tuntas 24 siswa atau 68,75 %, sedangkan kreatifitas siswa rata-rata

masih kurang. Keberhasilan yang dilakukan belum mencapai 80% sehingga perlu diadakan

perbaikan-perbaikan pada siklus berikutnya.

Refleksi

Refleksi pada tindakan I ini difokuskan pada siswa yang mengalami kesulitan

belajar, agar benar-benar dapat memahami materi pembelajaran, terutama untuk

memahami teks seni berbahasa dan teks ilmiah sederhana. Dengan bimbingan dan

wawancara tentang penyebab mereka mengalami kesulitan belajar, diharapkan siswa dapat

lebih mudah memahami materi, sehingga dapat mencapai tujuan sesuai dengan apa yang

diharapkan, dengan demikian pada kegiatan siklus 1 dikatakan belum berhasil, maka perlu

dilakukan kegiatan pada siklus 2.

Siklus II Perencanaan Tindakan II

Pada tahap pembelajaran II ini merupakan kelanjutan dan juga merupakan

perbaikan dari pembelajaran tindakan I. Dengan mempelajari permasalahan dari tindakan I,

peneliti mempersiapkan rancangan pembelajaran yang lebih menarik agar membangkitkan

minat dan semangat belajar siswa terutama menyusun perencanan yang lebih pada

pembelajaran Learning Cycle dengan Metode belajar SQ3R. Materi yang diajarkan adalah

mengulang materi pada tindakan 1 dengan pendekatan belajar melanjutkan pada tahap

Recite (menghafal), Review (Meninjau ulang).

Pelaksanaan Tindakan II

Kegiatan awal (10 menit) Sebagai apersepsi guru mengajak siswa untuk mengingat

kembali tentang hakekat, proses dan jenis apresiasi dalam sebuah karya/teks seni

berbahasa yang disukai, kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran sebagai berikut :

1) Siswa dapat memperlihatkan reaksi kinetik terhadap pembacaan sebuah teks. 2) Siswa

dapat menunjukkan reaksi verbal berupa komentar terhadap konteks pembacaan. 3) Siswa

dapat meninjau ulang makna kata konotatif yang berbentuk ungkapan, pepatah yang

tersirat dalam sebuah bacaan teks.

Kegiatan inti (60 menit) 1) Pembelajaran ini masih menggunakan pembelajaran

Learning Cycle dengan Metode belajar SQ3R, dengan harapan metode ini dapat

digunakan sebagai pembelajaran yang efektif. 2) Guru menyuruh menyebutkan lagi

bagian-bagain atas jawaban atau pertanyaan yang telah disusun dalam memahami teks

bacaan, serta dapat melatih siswa untuk menjelaskan makna yang ada dalam suatu bacaan.

Dan siswa disuruh menjawab sebuah pertanyaan tentang bagian-bagain penting dalam

sebuah bacaan, dan siswa tetap disuruh menjawab pertanyaaan berikutnya. 3) Guru

menyuruh siswa meninjau ulang seluruh pertanyaan dan jawaban secara singkat tentang

makna dari sebuah teks.

Page 46: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

172

Kegiatan akhir (20 menit). 1) Guru memberi kesempatan bertanya kepada siswa

yang belum mengerti/belum memahami tentang teks seni berbahasa dan teks ilmiah

sederhana. 2) Setelah selesai semua pekerjaan dikumpulkan, dan melaksanakan evaluasi

terhadap materi yang diberikan.

Observasi

Deskripsi hasil tindakan II dipergunakan untuk mengamati subyek penelitian

selama proses pembelajaran Learning Cycle dengan Metode belajar SQ3R berdasarkan

banyaknya siswa yang mengikuti ulangan harian maka pembelajaran pembelajaran

Learning Cycle dengan Metode belajar SQ3R yang telah dilakukan pada tindakan 2 dapat

dinilai sudah berhasil (tuntas). Karena pemahaman siswa terhadap materi memahami teks

seni berbahasa dan teks ilmiah sederhana sudah tuntas. Hal ini terbukti dengan adanya 26

siswa (81,25%) mempunyai skor minimal 75, serta 6 siswa (18,75%) belum

tuntas/mempunyai skor dibawah 75. Sedangakan untuk kreatifitas siswa rata-rata sudah

baik, dari hasil yang diperoleh pada data tersebut maka dapat dikatakan bahwa metode

SQ3R dapat memotivasi semangat belajar serta meningkatkan pemahaman siswa bidang

studi Bahasa Indonesia, pada kompetensi dasar menyimak untuk memahami teks seni

berbahasa dan teks ilmiah sederhana.

Refleksi Tindakan II

Pembelajaran pada tindakan II difokuskan pada ke- 32 siswa subyek penelitian,

agar mereka dapat memahami materi tentang memahami teks seni berbahasa dan teks

ilmiah sederhana. Dengan menggunakan metode SQ3R siswa dapat lebih semangat dan

aktif belajar, sehingga mereka dapat lebih mudah memahami materi, dan menghasilkan

prestasi yang baik sesuai dengan apa yang diharapkan peneliti.

Pembahasan

Berdasarkan kegiatan siklus I dan siklus II maka masing-masing untuk prestasi

mengalami peningkatan, sedangkan kreatifitas siswa cenderung mengalami peningkatan

hal ini ditandai dengan adanya antusias siswa dalam memahami teks seni berbahasa dan

mampu dilakukan dengan baik, terutama dalam pengembangan teks/bacaan lain, siswa

dengan pembelajaran Learning Cycle dengan Metode belajar SQ3R sudah mampu

mengusai secara baik.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan pembahasan yang diuraikan pada Bab IV dapat diambil kesimpulkan

tentang penggunaan metode Learning Cycle melalui model belajar SQ3R dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas XII AK-2 SMKN 2 Pacitan sebagai berikut: 1)

Dengan menggunakan metode SQ3R dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam

pemahaman terhadap isi bacaan. Hasil belajar siswa juga meningkatkan dilihat dari

masing-masing siklus. 2) Dampak pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan

metode Learning Cycle melalui model belajar SQ3R dapat menumbuh kembangkan

kreatifitas siswa dalam mengembangkan komunikasi lebih terarah dalam belajar

memahami isi dari suatu bacaan/teks.

Saran

Melihat hasil penelitian tindakan kelas ini dapat diberikan saran-saran sebagai

berikut: 1) Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia guru sebaiknya menganjurkan untuk

menggunakan metode belajar SQ3R dan bila memungkinkan dapat digunakan dalam

pelajaran selain Bahasa Indonesia. 2) Agar dapat melaksanakan metode SQ3R dengan baik

guru perlu mempelajari lebih mendalam tentang metode SQ3R.

Page 47: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

173

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad. 1987. Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Angkasa.

Manalu, P. 1996. Strategi Belajar dengan Pemecahan Masalah. Jakarta : Proyek

Pengembangan Pendidikan Guru (P3G) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Mastutik, 2001. Bahan Ajar Membaca. Malang: Departemen Pendidikan Nasional

Universitas Negeri Malang Fakultas Sastra Jurusan Sastra Indonesia.

Mokhamad Irman, Bahasa Indonesia untuk SMK. Jakarta: Aneka Ilmu

Panduan Pelaksanaan Action Research. Proyek Perluasan dan Peningkatan Mutu SLTP

Jawa Timur tahun Anggaran 2001. Surabaya: Depdikbud Prov. Jatim.

Saksomo, Dwi. 1983/ 1984. Strategi Pengajaran Bahasa Indonesia. Malang: Sub Proyek

Penulisan Buku Pelajaran Proyek Peningkatan/ Pengembangan Perguruan Tinggi

IKIP Malang.

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: P. T. Rineka

Cipta.

Tim BKG, 2002. Bina Bahasa Indonesia. Jakarta : Erlangga

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1990.Kamus Besar

Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Page 48: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

174

PENERAPAN METODE PEMBERIAN TUGAS DAN SIMULASI

UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN DAN KETERAMPILAN

SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN MENGELOLA SURAT

MASUK DAN KELUAR SISTEM KARTU KENDALI

KELAS XI APk2 SMK NEGERI 2 PACITAN

Supadmi

Guru SMKN 2 Pacitan

Program Studi Administrasi Perkantoran SMKN 2 Pacitan

Jl. Walanda Maramis no.2 Sidoharjo Pacitan

Abstrak

Dalam pembelajaran Menangani Surat Masuk dan Surat Keluar menggunakan Metode

pemberian tugas dan Simulasi adalah suatu metode penyampaian materi dengan cara

melibatkan siswa pada kondisi nyata sebuah pendekatan yang lebih memberdayakan siswa

dengan harapan siswa mampu memahami pengetahuan dan ketrampilan dalam benak mereka,

bukan menghafalkan fakta. Disamping itu siswa belajar melalui mengalami bukan menghafal,

mengingat pengetahuan bukan sebuah perangkat fakta dan konsep yang siap diterima akan

tetapi sesuatu yang harus dikonstruksi oleh siswa. Berdasarkan kegiatan pada siklus 1 dan

siklus 2 maka pembelajaran Menangani Surat Masuk dan Surat Keluar dengan menggunakan

pendekatan pemberian tugas dan simulasi tardapat peningkatan yang cukup signifikan hal ini

ditandai dengan peningkatan pada masing-masing siklus. Untuk siklus 1 bahwa Rata-rata Nilai

hasil tes Ulangan Harian 1 = 76.2, sedangkan Rata-rata Nilai hasil tes Ulangan siklus 1 =

62.55. Jadi pada kegiatan siklus ini masih belum berhasil. Sedangkan pada siklus 2 bahwa

Rata-rata Nilai hasil tes Ulangan Harian 1 = 76.2, sedangkan Rata-rata Nilai hasil tes siklus

kedua = 81.15.

Kata Kunci : Peningkatan, Prestasi,Tugas dan Simulasi.

PENDAHULUAN

Blangko-blangko pengurusan surat dengan sistim kartu kendali merupakan sarana

untuk pengurusan/pengelolaan surat, mulai dari mencatat pada buku penerimaan surat,

menyortir, mencatat pada kartu kendali, mengarahkan ke unit pengolah sampai ke

penyimpanan surat, dengan latihan mengisikan blangko-blangko pengurusan surat tersebut

siswa dapat mengadministrasikan surat secara teliti teratur dan dapat dipertanggung

jawabkan. Namun sementara ini dalam pembelajaran Mengelola surat masuk dan surat

keluar sistim kartu kendali hanya bersumber dari informasi yang bersifat verbal (kalimat)

dan jarang sekali kita memunculkan bukti-bukti kegiatan yang bersifat konkrit seperti

kartu kendali, lembar pengantar dan sebagainya, sehingga begitu siswa dihadapkan dengan

bukti yang konkrit akan kebingungan dan bahkan tidak bisa mengerjakannya.

Dalam kegiatan pembelajaran Mengelola surat masuk dan keluar sistim kartu

kendali hanya dalam bentuk kalimat saja contohnya pada hari ini menerima surat masuk

penting sebanyak 3 surat dan surat masuk biasa sebanyak 2 surat, para siswa tidak paham

bagaimana cara melakukaannya. Dengan demikian tingkat pemahaman dan aplikasi siswa

masih rendah dan perlu diberi latihan dalam bentuk pemberian tugas dan kegiatan simuasi.

Metode Pemberian Tugas merupakan suatu cara penyajian bahan pelajaran dengan

menugaskan peserta didik untuk melakukan serangkaian tugas kegiatan di luar jam

pelajaran tatap muka. Serangkaian kegiatan yang ditugaskan dapat berbentuk seperti

membuat klipping, ikhtisar dari buku dan sebagainya ( Mas Abu Dhari, 1997:75)

Page 49: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

175

Pada dasarnya pemberian latihan yang berbentuk pemberian tugas yang diberikan

secara berkala akan membangun fase demi fase sehingga apabila hasil dari latihan

menunjukkan kekurangan maka siswa yang bersangkutan diharapkan merasa terdorong

untuk melakukan kegiatan pembelajaran perbaikan, sebaliknya bila hasil dari latihan

tersebut menunjukkan hasil yang memuaskan maka siswa yang bersangkutan diharapkan

termotivasi untuk meningkatkan volume kegiatan belajar agar materi pelajaran lain yang

lebih kompleks dapat pula dikuasainya.

Selanjutnya informasi dan data dari pemberian latihan (tugas) tersebut dapat

dijadikan umpan balik (feed back) untuk melakukan tindak lanjut dalam proses

pembelajaran. Hasil kegiatan tersebut juga seyogyanya dijadikan pangkal tolak dan bahan

pertimbangan dalam memperbaiki atau meningkatkan penyelenggaraan proses

pembelajaran pada masa yang akan datang. Dengan demikian kegiatan pembelajaran tidak

bersifat statis tetapi terus meningkat hingga mencapai puncak kinerja yang sangat

didambakan kita bersama.

Disamping itu penerapan metode pemberian tugas ini bertujuan untuk :

a. Memelihara aktivitas belajar peserta didik dengan segenap potensi di luar jam

pelajaran tatap muka agar kedalaman dan keluasan bahan pelajaran dapat dikuasai

dengan lebih baik.

b. Untuk mengatasi bahan pelajaran yang dirasa terlalu sarat sehingga tidak mungkin

dapat dicapai jika hanya berdasarkan alokasi waktu yang tersedia saja (Mas Abu

Dhari, 1997:75)

Demikian juga metode Pemberian Tugas ini memiliki beberapa kelebihan antara

lain :

a. Melatih peserta didik untuk melaksanakan serangkaian kegiatan agar menemukan

sendiri pengalaman belajarnya dan selanjutnya akan mendorong tumbuhnya sikap

tekun, teliti dan kreatif.

b. Mendorong perkembangan sikap dan kemampuan peserta didik dalam memikirkan dan

melakukan sesuatu yang sulit tanpa campur tangan pihak lain.

c. Mendorong peserta didik untuk menilai sendiri seberapa jauh kelebihan dan

kekurangan kemampuannya dalam mengerjakan tugas. (Mas Abu Dhari, 1997:3).

Kalau kita perhatikan tujuan dan kelebihan dari metode Pemberian Tugas ini tentu

dapat digunakan sebagai alat guna menumbuh kembangkan motivasi belajar siswa agar

tergugah hatinya untuk semangat belajar lebih keras dan serius lagi sehingga dapat

mencapai cita-citanya dan meraih prestasi belajar yang gemilang di masa depan.

Disamping itu pula melalui penerapan metode Pemberian Tugas kita dapat meningkatkan

pemahaman serta ketrampilan siswa dalam menerima suatu pelajaran.

Untuk meningkatkan pemahaman dan ketrampilan siswa dalam mengikuti proses

pembelajaran kiranya perlu kita sebagai seorang guru menerapkan sistem simulasi dalam

pembelajaran.. Simulasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2001: 1068) diartikan

sebagai metode pelatihan yang meragakan sesuatu dalam bentuk tiruan yang mirip dengan

keadaan yang sesungguhnya atau penggambaran suatu sistem /proses dengan peragaan

berupa model statistik atau pemeranan.

Bila dalam proses pembelajaran Mengelola Surat Masuk dan Keluar Sistim Kartu

Kendali seorang guru menerapkan model pembelajaran Pemberian Tugas kemudian

dimodifikasi dengan simulasi tentu akan memberikan tingkat pemahaman dan ketrampilan

yang cukup baik.

Dari uraian penulis tersebut di atas kiranya penulis ingin mencoba meningkatkan

pemahaman dan ketrampilan siswa dalam Mengelola Surat Masuk dan Surat Keluar Sistim

Kartu Kendali secara konkrit . Untuk itulah penulis mencoba menerapkan metode

Page 50: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

176

Pemberian Tugas yang dikombinasikan dengan simulasi guna meningkatkan pemahaman

dan ketrampilan siswa dalam pembelajaran Mengelola Surat Masuk dan Surat Keluar

sistim Kartu Kendali, Hal inilah yang menarik dan melatar belakangi penulis untuk

mengangkat kepermukaan dalam bentuk kegiatan penelitian Tindakan Kelas (PTK)

apakah dengan melalui metode Pemberian Tugas dan simulasi dapat meningkatkan

pemahaman dan ketrampilan siswa dalam proses pembelajaran Mengelola Surat Masuk

dan Keluar Sistim Kartu Kendali.

Rumusan masalah tersebut antara lain :

1. Apakah melalui penerapan Metode Pemberian Tugas dan Simulasi dapat

meningkatkan pemahaman & ketrampilan pembelajaran Mengelola Surat Masuk dan

Surat keluar Sistim Kartu Kendali?

2. Seberapa jauh penerapan metode Pemberian Tugas dan Simulasi dapat meningkatkan

pemahaman & ketrampilan pembelajaran Mengelola surat Masuk dan Keluar sistim

kartu kendali?

METODE PENELITIAN

Setting penelitian ini adalah SMK Negeri 2 PACITAN dan karakteristik

Pembelajaran Mengelola surat masuk dan surat keluar dalam penelitian ini pada siswa

kelas XI APk tahun pelajaran 2010/2011 dengan jumlah siswa 32 siswa. Penelitian ini

dilaksanakan pada semester II bulan April sampai dengan Mei 2011 dan waktunya

disesuaikan dengan jadwal mengajar pada kelas dalam waktu pembelajaran. Pada kegiatan

penelitian ini berlangsung dalam 2 siklus dengan 2 kali pertemuan tiap minggu dengan 4

jam tatap muka. Setiap siklus terdiri dari 2 tindakan dan setiap tindakan dialokasikan 4

jam pelajaran. Jadi lama tindakan 2 minggu atau 4 kali pertemuan. Faktor Yang Diteliti,

antara lain a) Faktor Siswa : melihat hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran

Mengelola surat masuk dan surat keluar. Selain itu juga diamati respon siswa seperti

ketekunan, keseriusan, keaktifan , kemampuan bertanya dan menjawab pertanyaan. b).

Faktor Guru : melihat cara guru merancang pembelajaran mengelola surat masuk dan surat

keluar termasuk perangkat pembelajaran, perangkat evaluasi dan pelaksanaan tindakan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Siklus I

Perencanaan

Pada siklus pertama peneliti tidak memberikan penjelasan terlebih dahulu tentang

cara mengerjakan satu persatu penanganan surat masuk dan keluar sistim kartu kendali.

Hal ini peneliti lakukan karena :

a. Siswa sudah menerima materi mengelola surat masuk dan keluar sistim kartu kendali

pada bab pertama

b. Agar peneliti dalam siklus pertama ini dapat mengetahui letak kesulitan siswa pada

waktu mengerjakan tugas, sehingga peneliti dapat mengambil langkah yang tepat guna

memperbaiki dan meningkatkan pemahaman serta ketrampilan siswa dalam hal

mengelola surat masuk dan keluar sistim kartu kendali tersebut.

Pada siklus ini peneliti laksanakan pada mingu kedua bulan Mei 2011

Pelaksanaan

Pada pelaksanaan pembelajaran kurang lebih 10 menit, peneliti melakukan

apersepsi. Setelah melakukan apersepesi kemudian dilakukan pengecekan terhadap bahan

materi yang akan disampaikan, penerapan pembelajaran dengan metode pemberian tugas

dan simulasi dapat mengembambangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih

Page 51: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

177

bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri

pengetahuan dan ketrampilan baru. Lakukan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua

topik. Pembelajaran pemberian tugas dan simulasi ini adalah memberikan kesempatan

kepada setiap siswa untuk mengembangkan kemampuan ketrampilan secara optimal,

mendinamiskan kegiatan kelompok dalam belajar sehingga tiap anggota merasa diri

sebagai bagian kelompok yang bertanggung jawab, mengembangkan kemampuan

kepemimpinan keterampilan pada tiap anggota kelompok.

Observasi

Dari hasil pengamatan pada siklus pertama tersebut dapatlah peneliti mengadakan

suatu analisis data sebagai berikut :

a. Rata-rata Nilai hasil tes Ulangan Harian 1 = 76.2, sedangkan Rata-rata Nilai hasil tes

Ulangan siklus 1 = 62.55

b. Pemahaman dan ketrampilan siswa ternyata masih rendah bila proses

pembelajaran Mengelola surat masuk dan keluar sistim buku agenda bersifat abserak.

Kesimpulan ini dapatlah penulis ambil dengan jalan membandingkan antara Nilai

hasil tes Ulangan Harian yang proses pembelajaran Mengelola surat masuk dan keluar

sistim kartu kendali yang bersifat abstrak dengan Nilai Hasil tes setelah siswa mengikuti

proses pembelajaran Mengelola surat masuk dan keluar sistim kartu kendali yang bersifat

konkrit. Dengan demikian menunjukkan adanya tingkat pemahaman dan ketrampilan

yang rendah yaitu terjadi penurunan sebesar = 17.91

Refleksi

Dari hasil pengamatan dan analisis data dapatlah penulis menarik suatu kesimpulan

bahwa pada tahap siklus pertama ternyata melalui pemberian tugas dan simulasi dalam

mengelola surat masuk dan keluar sistim kartu kendali dalam bentuk konkrit tingkat

pemahaman dan ketrampilan siswa kelas XI APk1 SMKN 2 Pacitan tahun ajaran

2010/2011 masih rendah.

Hal ini disebabkan karena para siswa masih terbiasa dengan menghadapi jenis soal

yang menggunakan blangko-blangko yang bersifat abstrak, disamping itu tingkat

pemahaman dan ketrampilan siswa masih rendah terhadap blangko-blangko dalam bentuk

konkrit

Dengan demikian pada siklus kedua ini diharapkan adanya langkah-langkah

konkrit untuk meningkatkan pemahaman dan ketrampilan siswa antara lain :

a. Perlu memberikan penjelasan .mengenai maksud dari satu persatu blangko-blangko.

b. Peneliti mendekati masing-masing kelompok dan menanyakan kesulitan-kesulitan

dalam mengerjakan tugas

c. Peneliti memberikan penjelasan yang lebih detail sesuai dengan pertanyaan siswa

tentang kesulitan yang dihadapi

Siklus II

Perencanaan

Pada kegiatan siklus kedua ini peneliti merencanakan bahwa dalam pembahasan

pada kompetensi dasar Menangani surat masuk penting peneliti menggunakan

pembelajaran seperti biasa dalam arti secara umum sudah menganggap bahwa pada siswa

kelas XI Apk2 SMK Negeri 2 Pacita tersebut sudah pernah mengadakan pembelajaran

mengenai Menangani surat masuk penting.

Kegiatan pembelajaran pada siklus II, pada prinsipya hampir sama pada kegiatan

siklus sebelumnya. Adapun kegiatan pada siklus II di laksanakan pada minggu ketiga

Page 52: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

178

bulan Mei 2011 yang pelaksanaannya sebagai berikut : Peneliti mempelajari masalah

yang ada dan merancang pembelajaran untuk di laksanakan dalam penggunaan metode

Pemberian Tugas dan Simulasi

Pelaksanaan

Penelitian pada siklus kedua adalah untuk menindak lanjuti refleksi yang

ditemukan dalam siklus pertama. langkah-langkah yang diambil oleh peneliti dalam

rangka meningkatkan pemahaman dan ketrampilan siswa antara lain:

a. Peneliti memberikan penjelasan .mengenai maksud dari satu persatu

perangakat/blangko yang dipakai

b. Peneliti memberikan penjelasan yang lebih detail sesuai dengan pertanyaan siswa

tentang kesulitan yang dihadapi

c. Peneliti lebih banyak menitik beratkan pada contoh-contoh yang berhubungan dengan

tugas atau hal-hal yang menurut mereka sulit

d. Peneliti memberi tugas untuk dikerjakan secara kelompok dalam bentuk simulasi

Dengan menerapkan metode Simulasi maka kita akan memperoleh beberapa

kelebihannya antara lain: Siswa dapat langsung mempraktekkan/memperagakan sesuai

dengan kenyataan yang terjadi yang sesungguhnya dan dihadapkan pada proses

pembelajaran yang konkrit bukan lagi bersifat abstrak sehingga dapat meningkatkan daya

serap/kemampuan pemahaman dan ketrampilan siswa.

Observasi

Dari hasil pengamatan pada siklus kedua tersebut di atas dapatlah peneliti

mengadakan suatu analisis atau pengolahan data sebagai berikut :

Rata-rata Nilai hasil tes Ulangan Harian 1 = 76.2, sedangkan Rata-rata Nilai hasil tes

siklus kedua = 81.15 Dalam siklus kedua terjadi kenaikan tingkat pemahaman dan

ketrampilan siswa dari rata-rata 76,2 menjadi 81,15 atau terjadi kenaikan sebesar =

6.50.Dengan demikian pembelajaran menggunakan metode pemberian tugas dan simulasi

dapat dikemukakan ada peningkatkan yang cukup signifikan dengan ditandai adanya

peningkatan pada masing-masing siklus.

Refleksi

Dari hasil pembelajaran yang telah dilakukan siklus II sudah mencapai hasil secara

maksimal, sebab siswa sudah terbiasa dengan metode yang digunakan peneliti terutama

dengan penerapan Pemberian Tugas dan Simulasi dengan memberikan gambaran selama

kegiatan pada siklus II ini dapat memberikan kontribusi yang positif dalam pembelajaran

sehingga siswa cenderung lebih aktif dan memiliki kemampuan dalam pembelajaran

Menangani Surat Masuk dan Surat Keluar yang diajarkan, dan sekaligus dengan

Pemberian Tugas dan Simulasi pembelajaran lebih efektif.

Pembahasan

Berdasarkan kegiatan pada siklus I dan siklus II maka pembelajaran Menangani

surat Masuk dan Surat Keluar dengan menggunakan pendekatan Pemberian Tugas dan

Simulasi terdapat peningkatan yang cukup signifikan hal ini ditandai dengan peningkatan

pada masing-masing siklus. Untuk siklus I.

Rata-rata Nilai hasil tes Ulangan Harian 1 = 76.2, sedangkan Rata-rata Nilai hasil

tes Siklus Pertama = 62.55 Dengan demikian menunjukkan adanya tingkat pemahaman

dan ketrampilan yang rendah yaitu terjadi penurunan sebesar = 17.91Sedangkan pada

siklus II Rata-rata Nilai hasil tes Ulangan Harian 1 = 76.2, sedangkan Rata-rata Nilai hasil

Page 53: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

179

tes siklus kedua = 81.15 Dalam siklus kedua terjadi kenaikan tingkat pemahaman dan

ketrampilan siswa dari rata-rata 76,2 menjadi 81,15 atau terjadi kenaikan sebesar = 6.50.

Dengan demikian dalam siklus kedua terjadi kenaikan tingkat pemahaman dan

ketrampilan siswa dari rata-rata 76,2 menjadi 81,15 atau terjadi kenaikan sebesar = 6.50.

demikian juga bila kita bandingkan antara nilai hasil tes siklus pertama dengan siklus

kedua menunjukkan Rata-rata nilai hasil tes siklus pertama = 62.55 dan Rata-rata nilai

hasil tes siklus kedua = 81.15 Dengan demikian terjadi kenaikan tingkat pemahaman dan

ketrampilan siswa dari 62, 55 menjadi 81, 15 atau terjadi kenaikan sebesar 29.74.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada analisis data dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa :

1. Terdapat peningkatan Pemahaman dan Ketrampilan siswa dalam menyelesaikan soal-

soal pada materi Menangani surat masuk penting di kelas XI Apk2 SMK Negeri 2

Pacitan yang diajarkan dengan menggunakan metode Pemberian Tugas dan Simulasi.

2. Terdapat peningkatan prestasi belajar siswa pada materi Menangani surat masuk

penting di kelas XI Apk2 SMK Negeri 2 Pacitan yang diajarkan dengan menggunakan

metode Pemberian tugas dan Simulasi.

Saran

1. Bagi Guru

Pemberian tugas kepada siswa dengan bukti konkrit akan lebih memberikan

gambaran/persepsi yang jelas akan pemahaman siswa terhadap obyek /soal yang akan

dikerjakan

2. Bagi Siswa

Agar pembelajaran yang dilakukan disekolah cenderung lebih

berorientasi/mengedepankan pola berfikir yang aktif dan kreatif agar pelaksanaan

pembelajaran dikelas akan cepat memberikan kontribusi yang baik

3. Bagi Penelitian selanjutnya

Dalam rangka peningkatan prestasi belajar siswa kiranya kita perlu mencoba

metode pemberian tugas yang dimodifikasikan dengan simulasi pada mata pelajaran

lain ataupun dimodifikasikan dengan metode pembelajaran lainnya pula.

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi Abu, 1990, Teknik Belajar Yang Tepat, Semarang, Mutiara

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1999, Suplemen garis-garis Besar Program

Pengajaran 1994, Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Degeng Nyoman S, 1989, Ilmu Pengajaran Taksonomi Variabel, Jakarta. Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, Dirjen Dikti, PPLPTK

Mas Abu Dhari, 1997, Metodologi Pembelajaran bahan Sajian Untuk Penataran

Instruktur, Malang, PPPG IPS dan PMP

Moh. Uzer Usman, 2000, Menjadi Guru Profesional, Bandung, PT Remaja Rosdakarya

Muhibbin Syah, 1995, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, Bandung, Remaja

Rosdakarya

Nur Muhammad, 1993, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung Offset

Oemar Hamalik, 1983, Mengajar, Asas, Metode, Teknik I-II, bandung, Pustaka martiana

Ratna Wilis Bahar, 1988, Teori-Teori Belajar, Bandung, Ganeca Exact

Sri Endang R,2009,Menangani Surat Masuk dan Keluar,Jakarta,Penerbit Erlangga

Page 54: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

180

Sudjatmiko, dkk, 2003, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta. Departemen Pendidikan

Nasional, Dirjen Dikdasmen, Direktorat tenaga kependidikan

_______, 2005, Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action

Research)Sekolah menengah Atas, Pemerintah Propinsi Jawa Timur, Dinas

Pendidikan dan Kebudayaan, Satker Pembinaan Pendidikan Menengah Umum,

Surabaya

Thomas Wiyasa,2001, Tugas Sekretaris dalam Mengelola Surat dan Arsip

Dinamis,Jakarta,PT Pradnya Paramita

______, 2005, Panduan Workshop Penelitian Tindakan Kelas Tahun 2005, Pemerintah

Propinsi Jawa Timur, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Satker Pembinaan

Pendidikan Menengah Umum, Surabaya

Page 55: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

181

PEMBELAJARAN METODE PROBLEM SOLVING

DAPAT MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA

KELAS XI DALAM MEMPELAJARI PELAJARAN

AKUNTANSI BIAYA

Yudi Astini Suci Utami

Guru SMKN 2 Pacitan Kompetensi keahlian Akuntansi

Jl. Walanda Maramis No. 2 Pacitan

Abstrak

Proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dari pembangunan itu sendiri karena

pembangunan diarahkan dan bertujuan untuk mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM)

yang berkualitas. Berdasarkan observasi pendahuluan, bahwa salah satu mata pelajaran yang

kaya akan pemecahan masalah dan menuntut siswa lebih banyak berfikir analitis adalah mata

pelajaran akuntansi biaya terutama yang diajarkan pada siswa kelas XII SMK Negeri 2

Pacitan, hal ini disebabkan karena sebagian besar mereka tidak mampu menghubungkan

antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana masalah tersebut akan

dipergunakan/dimanfaatkan. Adapun penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) secara umum adalah untuk perbaikan dan peningkatan layanan profesional guru

dalam menangani proses belajar di kelas, untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan

dilakukan perencanaan tindakan alternatif oleh guru, kemudian dicobakan, dan di evaluasi

efektivitasnya dalam memecahkan persoalan pembelajaran yang sedang dihadapi oleh guru.

Berdasarkan analisa data dari hasil evaluasi selama pembelajaran pada siklus I dan siklus II

dengan metode problem solvıng menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan dan ketuntasan

belajar dapat diketahui adanya peningkatan tingkat keberhasilan yaitu nilai ketuntasan belajar

pada siklus I adalah 61,54%. Kemudian pada siklus II tingkat ketuntasan siswa adalah 74,36

% dan pada kegiatan siklus sudah mencapai lebih dari 75% yaitu 87,18%.

Kata Kunci : Prestasi, Peningkatan, Metode Pembelajaran

PENDAHULUAN

Pembaharuan dalam bidang pendidikan sudah diberlakukan pada saat perubahan

kurikulum pada semua jenjang pendidikan, termasuk pada sekolah SMK. Perubahan

kurikulum ini disesuaikan dengan kebutuhan dan tuntutan perkembangan pendidikan

disekolah, dan sekaligus sudah disesuaikan dengan prinsip konstruktivisme yang

menekankan partisipasi siswa untuk aktif yaitu agar peserta didik mampu memecahkan

dan mengetahui problema dalam kehidupannya dalam pembelajaran. Karena sejauh ini,

pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat

fakta-fakta yang harus dihafal. Cara pengajaran tradisional masih digunakan, dimana guru

sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah sebagai pilihan utama strategi

belajar. Untuk itu, diperlukan sebuah strategi belajar yang mendorong siswa untuk

mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.

Belajar itu, merupakan suatu perkembangan pemikiran dengan membuat kerangka

pengertian yang berbeda. Peserta didik harus mempunyai pengalaman dengan membuat

hipotesis, mengetes hipotesis, memanipulasi hipotesis, memecahkan persoalan, mencari

jawaban, menggambarkan, meneliti, berdialog, mengadakan refleksi, membentuk

konstruksi yang baru. Peserta didik harus membentuk pengetahuan mereka sendiri dan

guru membantu sebagai mediator dalam proses pembentukan itu.

Pembelajaran melalui pendekatan konstruktivis, diharapkan mampu membawa

angin segar dan perubahan karakter pada sistem pembelajaran yang selama ini didominasi

oleh metode tradisional yang cenderung menerapkan pola satu arah, bersifat dogmatis,

dominan hafalan serta memasung kreativitas atau kemerdekaan berfikir anak didik, ke

Page 56: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

182

arah suasana pembelajaran yang dapat menstimulasi dalam mengeksplorasi dan

mengkonstruksi suatu pengetahuan. Sejalan dengan hal ini, dalam kegiatan belajar

mengajar guru hanya menggunakan metode ceramah. Akibatnya siswa kesulitan untuk

memahami secara mendalam konsep akademik sebagaimana mereka ajarkan dan hasil

rata-rata hasil dari ulangan baik formatif maupun sumatif siswa untuk ketuntasan belajar

masih dibawah 45 %. Selain itu aktifitas siswa dalam mengikuti pelajaran akuntansi biaya

juga kurang berminat, siswa sulit menerima materi yang disampaikan pada guru dan

bahkan siswa tidak dapat menjawab jika ada soal-soal yang diberikan oleh guru.

Pembelajaran konstruktivis menurut Suparno (1997:16) menyatakan bahwa:“ Peran

guru atau pendidik dalam aliran konstruktivisme ini adalah sebagai fasilitator dan mediator

yang tugasnya memotivasi dan membantu siswa untuk mau belajar sendiri dan

merumuskan pengetahuannya. Selain itu guru juga berkewajiban untuk mengevaluasi

gagasan-gagasan siswa itu, sesuaikah dengan gagasan para ahli atau tidak “.Sebagai

referensi, sekelompok guru mengambil prinsip konstruktivisme untuk menyusun metode

mengajar yang lebih menekankan keaktifan siswa dalam belajar sendiri maupun bersama

dalam kelompok. Guru-guru mencari cara untuk lebih mengerti apa yang dipikirkan dan

dialami siswa dalam proses belajar. Mereka memikirkan beberapa kegiatan dan aktifitas

yang dapat merangsang murid berpikir. Interaksi antar siswa di kelas dihidupkan, siswa

diberi kebebasan mengungkapkan gagasan dan pemikiran mereka (Fosnot dalam Suparno,

1997:73). Metode problem solvıng adalah cara penyajian bahan pelajaran yang dengan

menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam

usaha mencari pemecahan/jawaban oleh siswa. Metode pemecahan masalah sering disebut

dengan probelm solving method, reflective thinking method atau scientific method

(Sudirman dkk,1992 dalam Mbulu, 2001:52).

Ada dua kondisi belajar yang harus dipenuhi dalam penerapan metode Pemecahan

Masalah yaitu: (1) kondisi dalam diri murid merupakan kemampuannya untuk mengingat

kembali aturan-aturan yang telah dipelajari sebelumnya yang berkenaan dengan

pemecahan masalah itu, (2) kondisi dalam situasi belajar, kontinuitas diperlukan agar

dapat menggunakan aturan-aturan secara berturut-turut. Instruksi verbal diperlukan untuk

mendorong murid agar mengingat kembali aturan-aturan yang diperlukan.

Metode Pemecahan Masalah mempunyai kesamaan dengan metode inkuiri

(inquiri) dan discovery. Tidak ada perbedaan yang prinsipil, perbedaannya terletak pada

penekanannya saja. Pemecahan Masalah lebih memberi tekanan pada kemampuan

menyelesaikan masalah. Pada inkuiri masalahnya bukan hasil “rekayasa”, sehingga siswa

harus mengerahkan seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan temuan-

temuan di dalam masalah itu melalui proses penelitian. Adapun discovery tekanan lebih

pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Inkuiri juga

menuntut usaha menemukan seperti itu, perbedaanya dengan discovery adalah masalah

yang “direkayasa” oleh guru (Gulo, 2002:83-85).

Strategi belajar mengajar Pemecahan Masalah adalah bagian dari strategi belajar

mengajar inkuiri. Strategi ini dikembangkan dengan mendasarkan pada terselesaikannya

suatu masalah secara menalar. Pentingnya konsep ini karena belajar pada prinsipnya

adalah suatu proses interaksi antara manusia dan lingkungannya. Proses ini berlangsung

secara bertahap, mulai dari menerima stimulus dari lingkungan sampai pada memberi

respon yang tepat terhadapnya. Oleh Karena itu strategi pembelajaran problem solving

sangat berpengaruh sekali terhadap materi yang disampaikan terutama pada permasahan

yang ada dalam akuntansi biaya. Untuk memahami pelajaran akuntansi biaya siswa

diharapkan terlebih dahulu harus mengetahui konsep-konsep dasar akuntansi biaya.

Pembahasan materi tentang konsep dasar akuntansi adalah : 1). Pengertian biaya dan

Page 57: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

183

akuntansi biaya, 2).Hubungan antara akuntansi biaya dengan akuntasi keuangan dan

akuntansi manajemen, 3). Penggolangan biaya, 4).Tujuan pelajaran akuntansi biaya,

5).Metode Pengumpulan biaya dan 6). Sistematika pada pelajaran akuntansi biaya. (

Moelyati dkk, 1997:9).

Dari latar belakang masalah, maka yang merupakan rumusan masalah adalah :

1. Apakah Model pembelajaran problem solvıng dapat meningkatkan pemahaman

belajar akuntansi biaya pada kompetensi dasar tentang konsep dasar akuntansi.

2. Penerapan model pembelajaran problem solvıng berdasarkan paradigma

konstruktivisme dapat meningkatkan prestasi belajar akuntansi biaya pada

kompetensi dasar tentang konsep dasar akuntansi.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada SMK Negeri 2 Pacitan, sedangkan subyek

dalam penelitian ini yaitu siswa kelas XI Ak-1 yang berjumlah 39 siswa. Penelitian ini

dilaksanakan pada semester ganjil pelajaran 2012/2013.Penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan pembelajaran akuntansi biaya dengan model pembelajaran pemecahan

masalah yang berdasarkan paradigma konstruktivisme pada peserta didik.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action

Research). Penelitian ini dilakukan di dalam konteks kelas yang bertujuan untuk

memperbaiki praktek pembelajaran di kelas sehingga dapat meningkatkan ketrampilan

proses dan hasil belajar peserta didik. Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM (1999: 15),

tujuan utama PTK (Penelitian Tindakan Kelas) secara umum adalah untuk perbaikan dan

peningkatan layanan profesional guru dalam menangani proses belajar di kelas.

Peneliti berusaha mengamati, merefleksi, dan mengevaluasi terhadap kegiatan

pembelajaran yang berlangsung. Setelah melakukan refleksi atau perenungan yang

mencakup analisis, sintesis dan evaluasi tahap hasil pengamatan terhadap proses serta

hasil tindakan tadi, biasanya muncul kesalahan atau pemikiran baru yang perlu mendapat

perhatian sehingga perlu dilakukan perencanaan ulang, tindakan ulang, dan pengamatan

ulang. Dalam penelitian ini, alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yang

diperlukan dalam penelitian ini, yaitu: (1) tes, (2) wawancara, dan (3) observasi.

Tahap Penelitian Tindakan Kelas berupa suatu siklus spiral yang meliputi

kegiatan: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pelaksanaan kegiatan penelitian, yang

membentuk siklus demi siklus sampai tuntas penelitian, sehingga diperoleh data yang

dapat dikumpulkan sebagai jawaban dari permasalahan penelitian (Tim Pelatih Proyek

PGSM, 1997:7). Rincian dari tahap-tahap tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

Siklus 1

a. Tahap perencanaan

Tahap perencanaan meliputi kegiatan:

1) Observasi awal/ Refleksi awal

Pada tahap ini dilakukan kegiatan: (1) membuat soal tes awal, (2) menemukan

sumber data, (3) menetapkan kelompok.

2) Menetapkan dan merumuskan rancangan tindakan

Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah:

a) metapkan dan merumuskan rancangan tindakan

b) Menentukan tujuan pembelajaran

c) Merencanakan Pembelajaran yang akan diterapkan dalam PBM

Page 58: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

184

d) Menyusun kegiatan pembelajaran dengan model pemecahan masalah

untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang mata pelajaran

akuntansi biaya.

e) Menyiapkan lembar kegiatan belajar

f) Menyusun lembar observasi

3) Membuat soal-soal pre test dan post test, soal-soal formatif, Membuat soal-soal pre

test dan post test, soal-soal formatif, lembar kerja peserta didik untuk mengukur

penilaian hasil belajar kognitif peserta didik.

4) Mengkoordinasi program kerja pelaksanaan tindakan dengan teman sejawat dan

salah satu guru.

b. Tahap Pelaksanaan

Tindakan Melaksanakan tindakan disesuaikan dengan rencana pembelajaran

yang telah disusun dan mengacu pada skenario yang direncanakan.

c. Mengamati

Mengamati dilakukan selama kegiatan pelaksanaan tindakan berlangsung.

Proses pengamatan secara intensif dilakukan oleh dua orang yaitu seorang guru dan

seorang teman sejawat. Obyek yang diamati meliputi aktivitas peneliti sebagai

pengajar dan aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran. Hasil observasi dicatat

dalam lembar observasi.

d. Refleksi

Berdasarkan data yang diperoleh dari tindakan I, maka data tersebut diolah dan

dianalisis. Selanjutnya diperoleh temuan-temuan yang berupa perilaku peserta didik

yang berkaitan dengan tindakan yang diberikan. Melakukan evaluasi tindakan yang

telah dilakukan.

Siklus II

Pada siklus ini memiliki beberapa tahap yang sama seperti tahap yang ada di siklus

I yaitu: Perencanaan tindakan II, Pelaksanaan tindakan II, Observasi dan evaluasi II,

Analisis dan refleksi II

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Siklus I

1. Perencanaan Tindakan I

Sebelum membuat persiapan pembelajaran peneliti mengadakan wawancara

dengan guru sejenis untuk menyamakan pendapat mengenai penerapan pemecahan

masalah, selanjutnya disusun rencana pembelajaran. Materi yang diajarkan adalah

akuntansi biaya pada kompetensi dasar konsep dasar akuntansi biaya. Dengan

menerapkan metode problem solvıng melalui pengamatan dan pemberian tugas

dengan menggunakan beberapa tahap pembelajaran yaitu tahap awal, tahap inti dan

tahap evaluasi.

2. Pelaksanaan Tindakan I

a. Tahap awal

Pada tahap awal pembelajaran guru mengucapkan salam pembuka

pembelajaran, mengadakan absensi, menyiapkan bahan yang digunakan untuk

kegiatan proses belajar mengajar yaitu dengan membagikan materi yang akan

disampaikan. Kegiatan dilanjutkan dengan apersepsi untuk menggali pengetahuan

awal siswa tentang materi konsep dasar akuntansi biaya guna merumuskan tujuan

yang akan dicapai oleh siswa. Setelah merumuskan tujuan yang akan dicapai

dalam pembelajaran siswa tentang materi konsep dasar akuntansi biaya guru

Page 59: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

185

mengajak siswa untuk bertanya jawab mengenai materi sebagai pengantar dalam

permasalahan dalam pembelajaran.

b. Tahap inti

- Guru membagi kelas dalam 5 kelompok siswa

- Guru membagikan soal yang berisikan permasalahan kepada kelompok

untuk didiskusikan bersama kelompok dan lembar kerja siswa secara

individu.

- Guru memberi petunjuk secara singkat mengenai rambu-rambu dalam

melakukan pemecahan masalah didalam konsep dasar akuntansi.

- Siswa bersama kelompok mendiskusikan permasalahan yang diberikan,

guru dalam hal ini sebagai fasilitator dalam diskusi kelompok.

- Setelah waktu yang diberikan untuk diskusi selesai, siswa disuruh untuk

mengerjakan LKS yang disediakan secara individu.

c. Tahap Penutup Sebagai akhir pembelajaran, guru mengadakan evaluasi

bersama siswa tentang permasalahan pada materi yang diberikan dan

meminta siswa untuk mengumpulkan hasil dalam penerapan metode

problem solvıng yang dikerjakan secara kelompok dan individu.

3. Observasi Tindakan I

Berdasarkan hasil observasi terahadap penerapan metode problem solvıng

melalui siklus pembelajaran I yang diterapkan oleh peneliti, dapat diketahui bahwa

guru telah menerapkan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan yang

direncanakan. Selain guru, peneliti juga mengamati kerja siswa yang telah disusun

sesuai dengan rambu-rambu dalam metode problem solvıng . Dari perhitungan secara

klasikal dapat diketahui bahwa tingkat keberhasilan belajar siswa yang mencapai

kurang dari 70 ternyata ada 38,46%. Dan tingkat keberhasilan siswa yang mencapai

lebih dari 70 juga dapat diketahui sebanyak 61,54%.

4. Refleksi Tindakan I

Berdasarkan hasil observasi pada siklus I ternyata masih ada beberapa

kekurangan yang harus diperbaiki, yaitu: Dalam pengelolaan kelas guru kurang

memperhatikan siswa, hal ini nampak saat siswa sedang melakukan diskusi kelompok

sehingga masih ada beberapa siswa yang kurang aktif dalam melakukan diskusi

kelompok. Waktu yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran melebihi waktu yang

ditentukan, untuk itu perlu adanya pengaturan waktu yang tepat agar waktu yang

ditentukan sesuai dengan rencana. Ditinjau dari hasil evaluasi terhadap siswa, 61,54 %

siswa sudah menunjukan tingkat ketuntasan dalam belajar namun 38,54 % belum

menunjukkan ketuntasan dalam belajar, terlebih lagi nilai yang sangat rendah rata-rata

pada nilai mengevaluasi metode problem solvıng . Untuk itu perlu adanya perbaikan

kekurangan siswa untuk mencapai hasil yang diharapkan dalam pembelajaran peneliti

melanjutkan pembelajaran pada siklus II.

Siklus II

1. Perencanaan Tindakan II

Pada prinsipnya kegiatan pada siklus II hampir sama pada kegiatan siklus I,

pada perencanaan selanjutnya disusun rencana pembelajaran. Terutam pada pelajaran

akuntansi biaya pada kompetensi dasar konsep dasar akuntansi biaya. Dengan

menerapkan metode problem solvıng melalui pengamatan dan pemberian tugas dengan

menggunakan beberapa tahap pembelajaran yaitu mulai dari tahap awal, tahap inti dan

tahap evaluasi.

Page 60: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

186

2. Pelaksanaan Tindakan II

a. Tahap awal

Pada tahap awal pembelajaran guru mengucapkan salam pembuka

pembelajaran, mengadakan absensi, menyiapkan bahan yang digunakan untuk

kegiatan proses belajar mengajar yaitu dengan membagikan materi yang akan

disampaikan. Kegiatan dilanjutkan dengan apersepsi untuk menggali pengetahuan

awal siswa tentang materi konsep dasar akuntansi biaya guna merumuskan tujuan

yang akan dicapai oleh siswa. Setelah merumuskan tujuan yang akan dicapai dalam

pembelajaran siswa tentang materi pelajaran guru mengajak siswa untuk bertanya

jawab mengenai materi sebagai pengantar dalam menuju permasalahan.

b. Tahap inti

1. Guru membagi kelas dalam 5 kelompok siswa

2. Guru membagikan soal yang berisikan permasalahan kepada kelompok

untuk didiskusikan bersama kelompok dan lembar kerja siswa secara

individu.

3. Guru memberi petunjuk secara singkat mengenai rambu-rambu dalam

melakukan pemecahan masalah.

4. Siswa bersama kelompok mendiskusikan permasalahan yang diberikan,

guru dalam hal ini sebagai fasilitator dalam diskusi kelompok.

5. Setelah waktu yang diberikan untuk diskusi selesai, siswa disuruh untuk

mengerjakan LKS yang disediakan secara individu.

c. Tahap penutup sebagai akhir pembelajaran, guru mengadakan evaluasi

bersama siswa tentang permasalahan pada materi yang diberikan dan

meminta siswa untuk mengumpulkan hasil pemecahan masalah yang

dikerjakan secara kelompok dan individu.

3. Observasi Tindakan II

Berdasarkan hasil observasi terahadap penerapan metode problem solvıng

melalui siklus pembelajaran II yang diterapkan oleh peneliti, dapat diketahui bahwa

guru telah menerapkan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan yang

direncanakan. Selain guru, peneliti juga mengamati kerja siswa yang telah disusun

sesuai dengan rambu-rambu dalam metode problem solvıng . Dari perhitungan secara

klasikal dapat diketahui bahwa tingkat keberhasilan belajar siswa yang mencapai

kurang dari 70 ternyata ada 12,82 %. Dan tingkat keberhasilan siswa yang mencapai

lebih dari 70 juga dapat diketahui sebanyak 87,18%.

4. Refleksi Tindakan II

Berdasarkan hasil observasi pada siklus II, dalam pengelolaan kelas guru lebih

memperhatikan siswa daripada siklus sebelumnya, hal ini nampak saat siswa sedang

melakukan diskusi kelompok sehingga ada beberapa siswa yang kurang aktif dalam

melakukan diskusi kelompok kini mulai lebih aktif dan cenderung kreatif,waktu yang

digunakan untuk kegiatan pembelajaran sesuai waktu yang ditentukan.

Ditinjau dari hasil evaluasi terhadap siswa, 87,18 % siswa sudah menunjukan

tingkat ketuntasan dalam belajar namun 12,82 % belum menunjukkan ketuntasan dalam

belajar. Sesuai dengan kriteria penilaian yang telah ditentukan bahwa ketuntasan belajar

kelas yang ingin dicapai adalah lebih dari 75% dari seluruh siswa yang ada, dengan

demikian pada pembelajaran siklus II dapat dituntaskan.

PEMBAHASAN

Berdasarkan analisa data dari hasil evaluasi selama pembelajaran pada siklus I dan

siklus II dengan metode problem solvıng menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan dan

Page 61: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

187

ketuntasan belajar siswa sangat signifikan, hal ini dapat diketahui adanya peningkatan

tingkat keberhasilan yaitu nilai ketuntasan belajar pada siklus I adalah 61,54%. Kemudian

pada siklus II tingkat ketuntasan siswa adalah 74,36 % dan pada kegiatan siklus sudah

mencapai lebih dari 75% yaitu 87,18%. Hal ini menunjukkan bahwa dengan penerapan

metode problem solvıng dapat meningkatkan prestasi belajar dalam pembelajaran

akuntansi biaya pada siswa kelas XI Ak-1 SMK Negeri 2 Pacitan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Model pembelajaran problem solvıng dapat meningkatkan pemahaman belajar

akuntansi biaya pada siswa kelas XI Akuntansi SMK Negeri 2 Pacitan pada

kompetensi dasar tentang konsep dasar akuntansi.

2. Penerapan model pembelajaran problem solvıng berdasarkan paradigma

konstruktivisme dapat meningkatkan prestasi belajar akuntansi biaya pada siswa kelas

XI Ak-1 SMK Negeri 2 Pacitan pada kompetensi dasar tentang konsep dasar

akuntansi.

Saran

1. Melalui metode pemecahan masalah dapat diterapkan sebagai alternatif pembelajaran

yang lebih efektif.

2. Dengan penerapan metode ini hendaknya guru mampu mengembangkan pembelajaran

dan sebagai penentu keberhasilan masalah pembelajaran yang dilaksanakan disekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi V.

Jakarta: PT Rineka Cipta.

Dimyati. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Dimyati & Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Dikti.

Fauzan, dkk. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo.

Mappa, Syamsu.1994. Teori Belajar Orang Dewasa. Jakarta: Dirjen Dikti.

Mbulu, Joseph. 2001. Pengajaran Individual: Pendekatan, Metode, dan Media pedoman

Mengajar Bagi Guru dan Calon Guru. Malang: Yayasan Emas Malang.

Milles, M.B dan Huberman, A.M. 1992. Analisis Data Kualitatif . Terjemahan oleh

Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: UI Press.

Mulyasa, E. 2004. KBK, Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: Remaja

Rosda Karya.

Nasution. 2000. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: PT

Bumi Aksara.

Pannen, P, dkk. 2001. Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas.

Setyosari, P. 1997. Model Belajar Konstruktivisme. Sumber Belajar: Jurnal Kajian Teori

dan Aplikasinya, 4 No. : 50-58.

Sudirman, dkk. 1992. Ilmu Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suparno, P. 1987. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius: Yogyakarta.

Tim Pelatih Proyek PGSM. 1999. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan.

Page 62: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

188

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MENYUSUN

RENCANA PEMASARAN MELALUI PENERAPAN

PEMBELAJARAN CTL PADA SISWA SMK

M. Rudianto

Kompetensi Keahlian Penjualan SMKN 2 Pacitan

Jl. Walanda Maramis N0 2 Pacitan

Abstrak

Perencanaan perusahaan secara keseluruhan mencakup tujuan umum sebuah

perusahaan dalam jangka panjang dan pengembangan strategi jangka panjang untuk mencapai

tujuan-tujuan tersebut. Pembelajaran kontekstual (CTL) merupakan ”konsep belajar yang

menuntut guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan

mendorong siswa menghubungkan pengetahuan yang dimiliki untuk diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari.

Dalam kegiatan penelitian tindakan kelas (PTK) untuk memperoleh hasil kesimpulan

prestasi belajar siswa, kriteria hasil belajar tersebut kemudian diinterpretasi untuk mengetahui

tingkat ketuntasan belajar siswa berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Selanjutnya setiap

pelaksanaan tindakan dari masing-masing siklus dalam penelitian ini mensyaratkan kriteria

ketuntasan belajar dengan menggunakan indikator hasil belajar siswa yang diperoleh dari skor

tes akhir yang dilakukan pada setiap akhir siklus. Pada aspek kognitif prestasi belajar

Pemasaran siswa, terjadi peningkatan. Pada siklus I skor pretest (5,6) mengalami peningkatan

pada siklus II dengan rerata (6,9). Sedangkan skor postest pada siklus I (6,5) juga mengalami

peningkatan menjadi (8,0). Hal ini menunjukkan bahwa siswa mengalami perubahan

peningkatan dalam hal prestasi belajar pemasaran barang dan jasa.

Kata Kunci: Peningkatan, Prestasi, Metode Pembelajaran

PENDAHULUAN

Penerapan pembelajaran kontekstual bermula dari pandangan ahli pendidikan dari

paham klasik progesivisme John Dewey yang pada tahun 1916 mengajukan teori

kurikulum dan metodologi pengajaran yang berhubungan dengan pengalaman siswa.

Intinya siswa akan belajar dengan baik apabila apa yang mereka pelajari berhubungan

dengan yang telah diketahui, serta proses belajar akan produktif jika siswa terlibat aktif

dalam proses belajar di sekolah (Nurhadi, 2002: 5). Berpijak dari dua pandangan inilah

CTL, sebagai alternatif strategi yang baru dalam proses pembelajaran. Siswa diharapkan

belajar melalui pemahaman bukan menghafal (Zahorik, 1995). Pembelajaran yang

beroreantasi pada target penguasaan materi terbukti berhasil dalam membekali anak

memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Pengembangan Itulah yang

terjadi dalam pembelajaran dengan kompetensi dasar rencana pemasaran pada siswa kelas

XI Penjualan SMKN 2 Pacitan.

Perencanaan pemasaran yang meliputi pengembangan program jangka panjang

untuk masalah-masalah yang luas dalam marketing mix. Sedangkan hasil dari perencanaan

pemasaran adalah rencana pemasaran (marketing plan) atau program pemasaran

(marketing program). Rencana pemasaran adalah pernyataan tertulis yang disahkan oleh

manajemen yang lebih tinggi yang digunakan oleh manajer pemasaran untuk merekam dan

mengkomunikasikan hasil dari perencanaan sehingga karyawan bagain marketing dapat

melaksanakannya (E. Catur, 2001: 125).

Atas dasar pandangan teoritis dan pengalaman permasalahan yang dihadapi dalam

pengajaran diatas terutama bagaimana membuat rencana pemasaran yang lebih baik dan

memiliki strategis yang dapat dikembangkan oleh siswa, sehingga pembelajaran yang

dilaksanakan siswa tidak mengalami kesulitan, peneliti sebagai guru mata pelajaran

Page 63: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

189

penjualan merasa perlu melakukan penelitian tindakan untuk peningkatan pemahaman

Konsep menyusun rencana pemasaran melalui Penerapan Pembelajaran Kontekstual pada

siswa kelas XI Penjualan SMKN 2 Pacitan.

Desain penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tidnakan kelas (classroom

action research). Penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian yang dilakukan secara

sistematis dan reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh Guru, mulai dari

perencanaan sampai dengan penilaian (Wibawa, 2003: 9). Kegiatan tersebut dilakukan

untuk memperbaiki kondisi pembelajaran di kelas.

Adapun yang merupakan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah

ada peningkatan pemahaman konsep menyusun rencana pemasaran melalui penerapan

pembelajaran CTL pada siswa SMK?

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini, data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan

teknik analisis data kualitatif dan kuantitatif. Data-data yang diperoleh adalah data pretest

dan hasil post test siswa tentang kompetensi dasar rencana pemasaran.

Untuk memperoleh kesimpulan prestasi belajar siswa, kriteria hasil belajar tersebut

kemudian diinterpretasi untuk mengetahui tingkat ketuntasan belajar siswa berdasarkan

kriteria yang telah ditentukan. Selanjutnya setiap pelaksanaan tindakan dari masing-

masing siklus dalam penelitian ini mensyaratkan kriteria ketuntasan belajar dengan

menggunakan indikator hasil belajar siswa yang diperoleh dari skor tes akhir yang

dilakukan pada setiap akhir siklus. Dalam penelitian ini, indikator ketuntasan belajar

mengadopsi penggunaan tes Purwanto (1990), dimana jika hasil tes yang diperoleh setiap

siswa adalah 75, siswa tersebut dianggap telah menguasai kompetensi dasar rencana

pemasaran yang diajarkan dalam tindakan pembelajaran oleh peneliti (Guru). Lebih dari

itu, jika 80% atau lebih dari semua siswa kelas XI Penjualan SMKN 2 Pacitan mencapai

hasil belajar 75, kelompok siswa tersebut telah mencapai kriteria ketuntasan belajar yang

berarti pembelajaran yang diberikan pada penelitian tindakan ini dianggap berhasil.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Siklus I

a. Perencanaan tindakan I

Perencanaan tindakan I merupakan kegiatan mempersiapkan pelaksanaan

tindakan dan observasi untuk memperoleh data. Kompetensi dasar yang akan diajarkan

pada siklus adalah “ rencana pemasaran“.

Perencanaan yang dilakukan peneliti antara lain menyusun rencana

pembelajaran/skenario pembelajaran CTL, menyiapkan LKS dan alat evaluasi serta

format observasi pembelajaran dan pemahaman siswa. Penyusunan rencana

pembelajaran/skenario pembelajaran dimaksudkan untuk memberikan panduan bagi

guru dalam melaksanakan pembelajaran.

Penyiapan LKS bertujuan untuk memandu siswa selama proses kegiatan. Alat

evaluasi berbentuk pilihan ganda, isian dan uraian singkat. Evalusi dilakukan untuk

mengetahui sejauh mana konsep yang sudah disampaikan dapat terserap oleh siswa.

Format observasi pembelajaran dan pemahaman digunakan untuk mengetahui

kesesuaian pelaksanaan pembelajaran dengan langkah-langkah pembelajaran. Selama

pembelajaran berlangsung terlihat aktivitas yang berbeda antara siswa yang satu dengan

siswa yang lain.

Page 64: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

190

b. Rencana Tindakan I

Pada tahap tindakan I ini, dilaksanakan pada hari kamis, tanggal 2 September

2013. Pembelajaran yang dilaksanakan dalam tindakan I disesuaikan dengan kegiatan

yang dirancang dengan memperhatikan tahap perkembangan berfikir siswa yang lebih

ke arah hal-hal yang kongkrit terutama perencanaan dengan internal yang tidak tentu,

dan perencanaan dengan internal tertentu.

c. Pelaksanaan Tindakan I

Pada hari yang telah ditentukan, langkah-langkah pelaksanaan tindakan I

adalah sebagai berikut :

1. Kegiatan Awal ( 15 menit )

Sebagai apersepsi guru menyapaikan pembelajaran seta langkah-langkah dari

pembelajaran metode CTL. Guru memberikan penjelasan mengenai materi pokok

yang akan dibahas.

2. Kegiatan Inti (30 menit )

Guru Siswa

1. Guru menjelaskan tentang materi

yang akan dibahas.

2. Guru menunjukkan macam-macam

gambar yang ada kaitanya dengan

memasarkan sebuah produk.

3. Guru memberi beberapa pertanyaan

kepada siswa.

4. Guru bersama siswa menyimpulkan

hasil eksperimen kepada siswa.

5. Guru memberi tugas kelompok

untuk menyimpulkan hasil kegiatan.

1. Siswa mendengarkan dengan

seksama

2. Siswa memperhatikan dan

penjelaskan guru.

3. Siswa yang ditunjuk menjawab

pertanyaan guru.

4. Dengan bimbingan guru siswa

menyimpulkan hasil kegiatan.

5. Siswa mencatat tugas kelompok

yang diberikan oleh guru.

3. Penutup ( 15 menit )

Siswa mengerjakan tes.

Guru menyarankan untuk mepelajari kembali materi yang baru saja dibahas

dan mengerjakan tugas yang diberikan.

Guru mengakhiri pelajaran dengan mengucapkan salam.

d. Observasi tindakan

Deskripsi hasil tindakan I merupakan hasil dari tes yang dilakukan oleh peneliti

terhadap subyek penelitian selama proses pembelajaran.

e. Analisis dan Refleksi I

Dari hasil observasi terhadap kegiatan pembelajaran kontekstual (CTL) pada

siklus I, didapatkan data yang bervariasi mengenai pemahaman siswa. Untuk

selanjutnya dari data ini dilakukan analisis untuk perbaikan pada siklus II.

Hasil Observasi Pemahaman Belajar Siswa Siklus I

Komponen Pemahaman Siswa

Siswa yang Memenuhi Komponen

f Prosentase

(%)

Jumlah

(%)

Rata-Rata

(%)

1. Kontruksi

a. Mermbaca LKS

b. Memperhatikan/

konsentrasi terhadap

pelajaran

4

10

20

50

70

35

Page 65: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

191

Komponen Pemahaman Siswa

Siswa yang Memenuhi Komponen

f Prosentase

(%)

Jumlah

(%)

Rata-Rata

(%)

2. Menemukan

a. Mengeluarkan ide

b. Melaporkan hasil

pemasaran secara lisan

2

2

10

10

40

10

3. Bertanya

a. Mengajukan pertanyaan

b. Menjawab pertanyaan

1

3

5

15

50

50

4. Learning Community

a. Mendengarkan penjelasan

Guru

b. Mengerjakan LKS dengan

benar

10

10

50

50

50

50

50

50

5. Pemodelan

a. Melakukan kegiatan

pemasaran

b. Menyimpulkan

10

2

50

10

50

10

50

10

6. Refleksi

a. Partisipasi

b. Perasaan senang dan

gembira

8

18

40

90

130

65

7. Penilaian 13 65 65 65

Siswa yang Hadir 20

Dari data yang terlihat bahwa pemahaman sisa belum semuanya dilaksanakan

dengan baik oleh siswa. Pemahaman masih perlu ditingkatkan pada semua komponen

pemahaman belajar siswa.

Selain aktivitas, prestasi belajar siswa juga meningkat. Hal ini dapat dilihat dari

skor pretest dan postest yang dilaksanakan sebelum dan sesudah diberi tindakan.

Peningkatan yang dicapai oleh siswa rerata pretest dari 5,6 menjadi 6,5 pada postest.

Perbadingan Rerata Skor Pretest dan Postest Siklus I

Kognitif Siswa Pretest Postest

Skor rerata siswa 5,6 6,5

Adapun temuan-temuan penelitian pada waktu pembelajaran kontekstual

dilaksanakan pada siklus I antara lain :

1) Tidak semua siswa aktif menjawab pertanyaan guru.

2) Siswa kebingungan dalam melaksanakan langkah-langkah pemasaran yang ada dalam

LKS. Selain itu dalam melaksanakan pemasaran siswa kurang percaya diri sehingga

segala sesuatunya ditanyakan dalam melakukan pemasaran, siswa banyak dibimbing

oleh guru/peneliti. Hal ini disebabkan karena siswa tidak terbiasa dengan praktek/

berjualan langsung dengan konsumen.

3) Dalam melaksanakan pemasaran, tidak semua siswa aktif kerja sama dalam

kelompok. Sehingga terlihat dalam satu kelompok hanya beberapa orang saja yang

bekerja, sedangkan yang lain terganggu.

Page 66: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

192

4) Pengaturan kelompok disusun secara acak.

Dari temuan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual yang

diterapkan pada siklus I mempunyai banyak kekurangan, dan pemahaman yang terlihat

belum semuanya tercapai. Beberapa kelemahan pada siklus I ini diperbaiki pada siklus II.

Siklus II

Untuk kegiatan siklus II merupakan tindak lanjut siklus I. Kelebihan yang

ditemukan dipertahankan dan ditingkatkan, sedangkan kekurangan yang ditemukan dalam

siklus I diperbaiki pada siklus II.

a. Perencanaan Tindakan 2

Perencanaan tindakan 2 meliputi persiapan pelaksanaan tindakan dan observasi

untuk memperoleh data pada siklus II membahas “ rencana pemasaran“.

Adapun rencana-rencana yang dilakukan antara lain :

1) Memberikan LKS pada siswa sebelum pembelajaran.

2) Memberikan skenario pembelajaran pada guru sebelum pembelajaran.

3) Melaksanakan pemasaran dasar rencana pemasaran yang dilakukan diluar.

- Pada waktu pemasaran, guru dan peneliti lebih sering berkeliling menghampiri

masing-masing kelompok. Hal ini banyak memberikan manfaat, misalnya

mengatasi permasalahan yang dihadapi siswa. Siswa yang bergurau dalam

kegiatan pembelajaran dapat menjadi aktif (memerintahkan siswa tersebut

bergantian dalam melakukan pemasaran ).

- Guru memancing kreatifitas siswa dengan memberikan pertanyaan lebih

banyak terutama pada bagian-bagian pemasaran.

- Pembagian kelompok secara heterogen.

b. Pelaksanaan Tindakan 2

Pada tahap pelaksanaan tindakan 2, dilaksanakan tindakan yang telah

direncanakan pada tahap perncanaan tindakan 2. Secara rinci tindakan yang dilakukan

adalah sebagai berikut :

1) Melakukan pretes.

2) Melakukan kegiatan pembelajaran kontekstual.

3) Memberikan LKS sebelum pembelajaran.

4) Membagi kelompok secara hiterogen

5) Melakukan postest.

Perbaikan yang dilakukan dalam pelaksanaan tindakan 2 mengacu dari hasil

siklus I, dan sesuai dengan rencana tindakan siklus II. pada saat pelaksanaan tindakan 2

diadakan pengamatan pemahaman siswa.

c. Observasi Tindakan 2

Tahap tindakan 2 melaksanakan pembelajaran Pemasaran dengan sub

Kompetensi dasar " dasar rencana pemasaran ". Pengamatan jalannya tindakan

dilaksanakan untuk memperoleh data tentang proses pelaksanaan pembelajaran

kontekstual (CTL). Hasil observasi diperoleh selama proses dengan menggunakan

format observasi pembelajaran dan format pemahaman siswa .

d. Analisis dan Refleksi Tindakan 2

Berdasarkan hasil observasi terhadap proses pembelajaran pada siklus II telah

memberikan peningkatan pemahaman siswa dalam proses belajar mengajar meskipun

tidak 100%. Hal ini terjadi adanya perbaikan yang telah dilakukan pada siklus II. Yang

mengacu dari hasil yang kurang memuaskan pada siklus I.

Page 67: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

193

Hasil observasi Pemahaman Belajar Siswa Siklus II

Komponen Pemahaman Siswa Siswa yang Memenuhi Komponen

Frek Prosentase

(%)

Jumlah

(%)

Rata-Rata

(%)

1. Kontruksi

a. Mermbaca LKS

b. Memperhatikan/ konsentrasi

terhadap pelajaran

8

15

40

75

115

57,5

2. Menemukan

a. Mengeluarkan ide

b. Melaporkan hasil pemasaran

secara lisan

4

4

20

20

140

35

3. Bertanya

a. Mengajukan pertanyaan

b. Menjawab pertanyaan

8

12

40

60

140

35

4. Learning Community

a. Mendengarkan penjelasan

Guru

b. Mengerjakan LKS dengan

benar

18

18

90

90

90

90

90

90

5. Pemodelan

a. Melakukan pemasaran

b. Menyimpulkan

19

5

95

25

95

25

95

25

6. Refleksi

a. Partisipasi

b. Perasaan senang dan gembira

15

20

75

100

175

87,5

7. Penilaian 18 87,5 87,5 87,5

Siswa yang Hadir 20

Selain pemahaman, prestasi belajar siswa juga meningkat. Hal ini bisa dilihat

dari perolehan skor rerata pretest dan postest yang dilaksanakan pada siklus II.

Peningkatan yang dicapai oleh siswa rerata pretest dari hasil 6,9 menjadi 8,0 pada

posttest

Perbandingan Rerata Skor Pretest dan postest

Kognitif Siswa Pretest Postest

Skor rerata siswa 6,9 8,0

Adapun temuan-temuan penelitian pada model pembelajaran kontekstual pada

siklus II adalah sebagai berikut :

1) Siswa dapat menjawab pertanyaan guru dengan tepat. Hal ini menunjukkan bahwa

siswa telah mengalami peningkatan di dalam belajar pemasaran.

2) Beberapa orang siswa berani mengeluarkan ide-ide dan mengajukan pertanyaan.

3) Masih ada siswa yang bergurau namun dalam batas kewajaran.

4) Siswa melakukan kegiatan pemasaran dengan antusias. Hal ini dibuktikan bahwa

ketertarikan, perasaan senang dan partisipasi siswa terhadap pelajaran pemasaran

sangat meningkat.

Dari temuan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual yang

diterapkan pada siklus II menglami peningkatan jika dibandingkan pada siklus I. Baik

Page 68: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

194

pemahaman maupun prestasi belajar siswa telah mengalami peningkatan, sesuai tabel di

bawah ini.

Prosentasi Peningkatan Pemahaman Siswa

No Pemahaman Siswa Siklus I

(%)

Siklus II

(%)

Peningkatan

(%)

1

2

3

4

5

6

7

Kontruksi

Menemukan

Bertanya

Learning Community

Pemodelan

Refleksi

Penilaian

35

10

50

50

50

10

65

57,5

35

90

90

95

25

87,5

22,5

25

40

40

45

15

22,5

Pembahasan

Pelaksanaan pembelajaran kontekstual di kelas XI Penjualan SMKN 2 Pacitan

terjadi peningkatan secara bertahap. Misalnya pada siklus I skenario pembelajaran belum

bisa dilaksanakan semua, tetapi pada siklus II skenario pembelajaran telah dilaksanakan

dengan sempurna. Siklus II merupakan perbaikan/koreksi Siklus I. Demikian juga yang

terjadi pada aktivitas dan prestasi belajar siswa yaitu sebagai berikut :

1. Pemahaman Belajar Siswa

Peningkatan pemahaman siswa tersebut didukung oleh : (1) siswa mulai

terbiasa dengan kegiatan pemasaran, (2) adanya keberanian siswa untuk bertanya,

menjawab pertanyaan dan mengeluarkan ide dalam pembelajaran, (3) timbulnya

ketertarikan dan rasa senang terhadap pelajaran Pemasaran, yang merupakan motivasi

dari dalam diri siswa. Penerapan pembelajaran kontekstual (CTL) ternyata mampu

meningkatkan pemahaman siswa, hal ini terlihat jelas dari hasil observasi pemahaman

siswa pada siklus I dan siklus II.

2. Prestasi Belajar Pemasaran barang dan jasa

Pada aspek kognitif prestasi belajar Pemasaran siswa, terjadi peningkatan. Pada

siklus I skor pretest (5,6) mengalami peningkatan pada siklus II dengan rerata (6,9).

Sedangkan skor postest pada siklus I (6,5) juga mengalami peningkatan menjadi (8,0).

Hal ini menunjukkan bahwa siswa mengalami perubahan peningkatan dalam hal

prestasi belajar pemasaran barang dan jasa. Peningkatan prestasi tersebut didukung

oleh adanya peningkatan yang terjadi pada aktivitas belajar siswa.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada analisis data dan pembahasan maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa metode pembelajaran Kontekstual (CTL) dapat meningkatkan

pemahaman aspek kognitif dan afektif siswa pada bidang studi pemasaran kelas XI

Penjualan SMKN 2 Pacitan untuk Kompetensi dasar “dasar rencana pemasaran” dengan

adanya tingkat keberhasilan dan ketuntasan belajar pada pembelajaran yang dilaksanakan

pada dua siklus.

Disamping itu pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kontekstual

(CTL) lebih mengena pada aspek kognitif dan afektif siswa sehingga dengan kondisi yang

demikian maka pemahaman siswa terhadap materi lebih meningkat dan prestasi belajarpun

akan lebih baik dan meningkat.

Page 69: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

195

Saran

1. Diharapkan dengan pembelajaran CTL, akan lebih mengedepankan proses dari pada

hasil. Sehingga siswa lebih pro aktif terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

2. Pembelajaran CTL memberikan ruang dan gerak mengarah pada semua apek

pembelajaran yang dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta

Aqib, Zainal. 2003. Peningkatan Prestasi Belajar Melalui Model pembelajaran

Kontekstual dengan Media . Laporan : tidak diterbitkan

Djamarah, B.S. 1994. Prestasi Belajar dan Kompentensi Guru. Banjarmasin : Usaha

Nasional

E. Catur Rismiati, 1999.Pemasaran Barang dan jasa.Yogyakarta.Kanisius.

Mulyani, S, Johan, P. 1999. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Depdikbud

Nurhadi. 2002. Pendekatan Kontekstual (CTL). Malang : Universitas Negeri Malang

Poerwadarminta. 1984. Kamus Ilmu Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Purwanto, Ngalim. 1996. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya

Rosjidan, dkk, 1996. Belajar dan Pembelajaran. Malang : FIP IKIP Malang

Wibawa B. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Depdiknas.

Zahorik, J.A. 1995. Constructivist teaching (Fastback 390). Bloomington, Indiana : Phi

Delta Kappa Educational Foundation

Zulyanah, 2004. Penerapan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

Untuk Meningkatkan Pemahaman dan Prestasi Belajar Fisika. Skripsi : tidak

diterbitkan

Page 70: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

196

PENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMK

DALAM MENATA DOKUMEN/NASKAH MELALUI

PENGOPERASIAN APLIKASI PERANGKAT LUNAK

Mulyani

Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran

SMK Negeri 2 Pacitan

Abstrak

Sistem operasi merupakan sistem perangkat lunak yang diprogram untuk

dipergunakan sebagai fungsi antara perangkat keras dan intruksi yang ditulis oleh pemakai

(user. Pada sistem operasi akan mengatur semua sistem operasi dari perangkat keras komputer.

Program aplikasi adalah program komputer yang dirancang untuk menjalankan tugas tertentu

(misalnya mengatur pengetikan dokumen, mengolah gambar, dan sebagainya). Penelitian

Penelitian ini merupakan Adapun penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) pembelajaran dengan modul guna melakukan prosedur administrasi bidang studi

keahlian bisnis dan manajemen pada kompetensi keahlian Administrasi perkantoran. Adapun

yang menjadi subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI APK-1 SMKN 2 Pacitan.

Dari hasil kegiatan masing-masing siklus sebagian besar prestasi belajar siswa dapat

dikategorikan rendah, cukup dan sebagian kecil siswa tergolong memiliki prestasi belajar

tinggi dan sangat rendah. Sebagai hasil dapat diketahui bahwa tiap siklus nilai yang katagori

tinggi mengalami peningkatan 39,4% dan nilai sangat tinggi 15,15%. Maka dapat disimpulkan

terdapat peningkatkan prestasi belajar siswa dalam menata dokumen/naskah melalui

pengoperasian aplikasi perangkat lunak.

Kata Kunci : Peningkatan, prestasi, aplikasi Perangkat Lunak

PENDAHULUAN

Kualitas pengajaran selalu terkait dengan penggunaan metode pengajaran yang

optimal. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat sangat menentukan keberhasilan

suatu proses belajar mengajar. Ini berarti bahwa untuk mencapai kualitas pengajaran yang

tinggi, setiap mata pelajaran harus diorganisasikan dengan strategi pengorganisasian yang

tepat dan selanjutnya disampaikan kepada siswa dengan strategi yang tepat pula. Akan

tetapi, metode pembelajaran yang sering digunakan adalah metode konvensional. Pada

pembelajaran konvensional bersifat klasikal dengan metode ceramah, serta tanya jawab

singkat dan dikerjakan oleh siswa secara individual, sehingga kecil kemungkinan bagi

siswa untuk berinteraksi atau berdiskusi dengan siswa lain. Dalam pembelajaran tersebut

siswa menjadi kurang aktif sebab pembelajaran hanya berpusat pada guru dan siswa lebih

berperan sebagai penerima pesan.

Penggunaan ketrampilan proses yang dimiliki oleh siswa terutama pengoperasian

aplikasi pada komputer untuk meningkatkan prestasi belajar dalam menata

dokumen/naskah melalui pengoperasian aplikasi perangkat lunak. Komputer adalah

perangkat elektronik serbaguna yang dapat diprogram untuk berbagai keperluan. Saat ini,

hampir tidak ada satupun kantor yang tidak memiliki komputer. Komputer digunakan

untuk menulis surat, membuat laporan, membuat rencana anggaran, dan sebagainya.

Bahkan, beberapa kantor menggunakannya untuk mengirim dan menerima faksimili,

mengirim dan menerima email surat elektronik, dan menggunakannya sebagai sarana

pengambilan dan penyajian informasi. Kantor lainnya mungkin menggunakan komputer

sebagai sarana pemantau dan pengendali proses produksi.

Berdasarkan bentuk dan ukurannya, saat ini dikenal: 1) Komputer desktop, yakni

komputer yang dirancang untuk diletakkan di atas meja. Pada komputer jenis ini,

keyboard, layar monitor, dan boks prosesor (CPU, central processing unit) merupakan

Page 71: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

197

bagian-bagian yang terpisah; 2) Komputer laptop, yakni komputer yang bentuknya jauh

lebih kecil dari komputer desktop yang bagian-bagiannya (keyboard, monitor, boks CPU)

menyatu sehingga menjadi lebih ringkas. Komputer jenis ini biasanya lebih mahal

harganya karena menggunakan layar monitor jenis LCD (liquid crystal display). Ukuran

komputer laptop juga ada berbagai macam, misalnya notebook (yang ukurannya setara

dengan kertas A4) atau subnotebook (yang lebih kecil daripada komputer notebook).

Dalam sistem komputer, sering disebut istilah-istilah perangkat keras (hardware),

perangkat lunak (software), dan brainware. Hardware atau perangkat keras adalah

perangkat komputer yang secara fisik dapat dilihat atau diraba. Prosesor, memori, monitor,

CD (compact disk) drive, dan sebagainya, adalah perangkat keras.

Perangkat lunak atau software adalah perangkat komputer yang keberadaannya

dapat ditunjukkan oleh sistem komputer tetapi secara fisik tidak kasat mata. Sistem

operasi, program aplikasi, dan data, adalah perangkat lunak. Sistem operasi adalah

program komputer yang mengatur komunikasi serta lalu lintas data di dalam sistem

komputer dan dengan perangkat lain yang terpasang pada sistem komputer. Program

aplikasi adalah program komputer yang dirancang untuk menjalankan tugas tertentu

(misalnya mengatur pengetikan dokumen, mengolah gambar, dan sebagainya). Contoh

program aplikasi antara lain: Microsoft Word, Microsoft Excel , Microsoft PowerPoint,

Norton Antivirus, dan sebagainya. Brainware adalah sebutan untuk manusia yang berperan

sebagai pemrogram ataupun pengguna komputer.

Setelah memahami penjelasan di atas, tibalah saatnya Anda berlatih menuliskan

naskah sederhana dengan menggunakan Microsoft Word. Ikutilah, langkah-langkah

berikut ini. Bila nda tidak segera mengerti, lihatlah lagi penjelasan sebelumnya. Jalankan

Microsoft Word, amati tampilan antar muka Microsoft Word dan kenali ikon-ikon

penting atur tata letak naskah dengan ketentuan sebagai berikut. Lihat kembali cara

mengatur tata letak naskah pada bagian ” Pengaturan Tata Letak Naskah”

a. Margin atas (Top margin : 3 cm)

b. Margin bawah (Botom margin : 2,5 cm)

c. Margin kiri (Left margin : 3 cm)

d. Margin kanan (Right margin : 2,5 cm)

e. Orientasi halaman : Portrait

f. Ukuran kertas (Paper size) : A4

Ketik naskah yang ada di dalam kotak berikut ini. Jangan tekan tombol Enter ( )

sebelum menemui tanda .

Menjalankan

Microsoft Word

Mengenal tampilan

antarmuka Microsoft

Word

Menataletak naskah

dalam Microsoft

Word

Menyimpan dan

mencetak naskah

Latihan, Tugas

Terstruktur dan

Tugas Mandiri

Model pembelajaran langsung secara empirik dilandasi oleh teori belajar yang

berasal dari rumpun perilaku (behavorial family), khususnya yang dikembangkan oleh

psikolog bidang training and behavioral. Teori belajar perilaku menekankan pada

Page 72: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

198

perubahan perilaku sebagai hasil belajar yang dapat diobservasi. Menurut teori ini, belajar

bergantung pada pengalaman, termasuk pemberian umpan balik dari lingkungan (Slavin,

2003:165). Teori perilaku diawali dengan penelitian mengenai dampak pemberian

rangsangan terhadap perilaku refleks, seperti yang diteliti oleh Ivan Pavlov. Prinsip

penggunaan teori perilaku ini dalam belajar adalah pemberian penguatan akan

meningkatkan perilaku yang diharapkan. Penguatan melalui umpan balik pada setiap

tahapan tugas yang diberikan kepada siswa merupakan dasar praktis penggunaan teori ini

dalam pembelajaran.

Para ahli psikologi perilaku memfokuskan pekerjaannya pada cara-cara melatih

seseorang untuk menguasai sejumlah keterampilan kompleks yang melibatkan kerja yang

akurat dan presisi dan melibatkan koordinasi dengan orang lain. Prinsip pembelajaran

langsung difokuskan pada konseptualisasi kinerja siswa ke dalam tujuan yang akan dicapai

melalui pelaksanaan tugas-tugas yang harus dilakukan, dan pengembangan aktivitas

latihan untuk memantapkan penguasaan setiap komponen tugas yang diberikan. Istilah

directive digunakan untuk menekankan bahwa dalam pembelajaran siswa dapat meniru

perilaku atau keterampilan yang diperagakan atau diinstruksikan oleh guru. Strategi

directive didasarkan pada teori belajar rumpun perilaku.

Belajar pada dasarnya adalah proses perubahan tingkah laku, proses belajar yang

dialami siswa diharapkan akan menghasilkan sesuatu perubahan dan perubahan itu salah

satunya tampak dalam prestasi belajar yang dipeeroleh siswa terhadap prestasi belajar

yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar tersebut berbeda-beda sifatnya tergantung dari

bidang yang sedang dipelajarinya. Dalam setiap belajar jenis apapun, yang menjadi titik

tolak selalu merupakan proses dari perbuatan belajar yang menentukan kategori hasil,

akan menghasilkan ketentuan mengenai jalan yang harus sampai pada hasil belajar yang

tertuju pada prestasi belajar. Salah satu prestasi belajar adalah kemampuan siswa pada

taraf kemampuan siswa pada taraf kemampuan kognitif. Adapun domain kognitif dalam

taksonomi Bloom (dalam Dahar, 1988: 55-56) dapat dipilih atas beberapa tingkatan

,penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Adapun yang merupakan Rumusan masalah

dalam penelitian adalah

1. Apakah ada peningkatan pemahaman siswa dalam mengoperasikan aplikasi perangkat

lunak dalam menata dokumen yang telah ditetapkan ?.

2. Apakah prestasi belajar siswa mengalami peningkatan setelah mendapat tindakan

pembelajaran dengan mengoperasikan aplikasi perangkat lunak dalam menata

dokumen.

METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pembelajaran dengan

modul guna melakukan prosedur administrasi bidang studi keahlian bisnis dan manajemen

pada kompetensi keahlian Administrasi perkantoran. Adapun yang menjadi subyek

penelitian ini adalah siswa kelas XI APK-1 SMKN 2 Pacitan.

Waktu yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah pada bulan

Agustus sampai dengan Nopember 2013 pada tahun ajaran 2012/2013. Adapun yang

merupakan teknik pengumpulan data-data di lapangan, penelitian ini menggunakan

instrumen lembar observasi dan tes.

Dalam penelitian ini, data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan teknik

analisis data kualitatif dan kuantitatif. Data-data yang diperoleh adalah data-data hasil

observasi dan hasil post test (tes tulis dan tes perbuatan) siswa tentang konsep perangakat

lunak pengolah dokumen pada pembelajaran melakukan prosedur administrasi tanpa dan

dengan penggunaan pendekatan ketrampilan proses.

Page 73: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

199

Tiap nilai/ skor yang diperoleh siswa bisa ditentukan kriteria/ prediketnya, dimana

berturut-turut untuk nilai yang termasuk dalam konversi A = Sangat Tinggi; B = Tinggi; C

= Cukup; D = Rendah; dan E = Sangat Rendah.

Selanjutnya setiap pelaksanaan tindakan dari masing-masing siklus dalam

penelitian ini mensyaratkan kriteria ketuntasan belajar dengan menggunakan indikator

hasil belajar siswa yang diperoleh dari skor tes akhir yang dilakukan pada setiap akhir

siklus. Dalam penelitian ini, indikator ketuntasan belajar mengadopsi penggunaan tes

Purwanto (1990), dimana jika hasil tes yang diperoleh setiap siswa adalah 70, siswa

tersebut dianggap telah menguasai perangkat lunak pengolah dokumen yang diajarkan

dalam tindakan pembelajaran oleh peneliti (Guru). Lebih dari itu, jika 80% atau lebih dari

semua siswa kelas XI APK- 1 mencapai hasil belajar 70, kelompok siswa tersebut telah

mencapai kriteria ketuntasan belajar yang berarti pembelajaran yang diberikan pada

penelitian tindakan ini dianggap berhasil.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Siklus I

Tindakan pembelajaran yang dilakukan pada siklus I dilakukan dengan

menggunakan pendekatan ketrampilan proses. Tujuannya adalah untuk memperoleh hasil

sesuai tujuan pembelajaran sesuai dengan rancangan pembelajaran yang telah dibuat.

Pelaksanaan tindakan pada siklus I ini meliputi kegiatan rencana tindakan, pelaksanaan

tindakan, observasi dan refleksi.

1. Rencana Tindakan I

Untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran seperti yang diharapkan, sebelum

memberi tindakan pembelajaran Guru mempersiapkan rancangan tindakan sebagai

berikut:

a. Guru menentukan tujuan pembelajaran di awal pertemuan

b. Guru menyusun program pembelajaran disertai dengan aspek-aspek penilaian hasil

belajar.

c. Guru mempersiapkan lembar observasi untuk mengamati respon siswa yang

muncul selama diberi tindakan pembelajaran.

d. Siswa diberikan tes akhir sebanyak 5 soal essay.

2. Pelaksanaan Tindakan I

Beberapa aktivitas Guru selama siklus I adalah sebagai berikut :

a. Guru membuka pelajaran, menyampaikan tujuan pembelajaran dan sedikit

mengulangi materi yang lalu dan mengkaitkannya dengan materi pelajaran yang

akan dipelajari siswa terutama membuat dokumen, menyimpan dokumen,

menentukan jenis kertas dan mengatur margin.

b. Guru memberikan tindakan pembelajaran tentang melakukan prosedur administrasi

sesuai langkah-langkah dengan menggunakan pendekatan ketrampilan proses

terutama dalam mengopersaikan aplikasi perangkat lunak dalam menata

dokukumen.

c. Guru melakukan prosedur administrasi terutama pada bagian-bagian dalam

membuat dokumen.

d. Guru menjelaskan fungsi dalam melakukan prosedur administrasi terutama dalam

mengopersikan aplikasi perangkat lunak dalam menata dokumen.

e. Guru menjelaskan hubungan antara fungsi dan tujuan melakukan prosedur

administrasi

Page 74: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

200

f. Guru menyebutkan dan menggambarkan sedemikian rupa bagian-bagian

melakukan prosedur administrasi.

g. Guru menjawab beberapa pertanyaan siswa tentang materi yang sedang dijelaskan,

terutama pada bagian proses melakukan prosedur administrasi.

h. Guru memberi tes di akhir pembelajaran

3. Observasi Tindakan I

Sementara itu, secara umum respon siswa yang teramati peneliti adalah : (1)

siswa masih kelihatan sulit memahami inti pembelajaran yang disampaikan Guru yakni

proses aplikasi yang dilakukan dalam menyusun dokumen (2) hasil belajar siswa yang

diperoleh dari skor tes akhir tindakan menunjukkan masih kurang baik atau belum

seluruhnya mencapai kriteria ketuntasan belajar yang telah ditentukan.

Adapun data post-test pada tindakan siklus I, diperoleh skor hasil belajar siswa

kelas XI APK-1 SMKN 2 Pacitan, sebagian besar prestasi belajar siswa dapat

dikategorikan rendah, cukup dan sebagian kecil siswa tergolong memiliki prestasi

belajar tinggi dan sangat rendah. Sebanyak 8 siswa (24,24%) memiliki kriteria nilai

cukup dan 5 siswa (15,15%) tergolong siswa yang memiliki kriteria nilai rendah.

Sisanya 7 siswa (21,21 %) memiliki kriteria nilai tinggi. Dari data tersebut di atas bisa

diketahui bahwa dari 33 siswa XI APK-1 SMKN 2 Pacitan, sebanyak 13 siswa (39,39

%) pada kelas belum mencapai kriteria ketuntasan belajar dengan memperoleh skor

70 yang telah ditentukan.

4. Refleksi Tindakan I

Berdasarkan temuan observasi dan hasil test pada siklus I, dapat dikemukakan

beberapa kekurangan yang perlu diperbaiki dalam proses belajar mengajar selanjutnya.

Kekurangan tersebut selanjutnya dapat disarankan sebagai berikut :

a. Memotivasi belajar siswa guru perlu mengkaitkan pelajaran yang akan diberikan

dengan konsep-konsep dalam menyusun dokumen/naskah dalam praktek

kehidupan sehari-hari.

b. Mempergunakan alat dan menunjukkan proses penggunaannya terutama program

aplikasi yang senatiasa mengalami penyempurnaan. Guru perlu mempergunakan

teori-teori aplikasi yang bisa membantu siswa dalam menunjukkan cara

memperagakan penggunaannya dengan jelas, sehingga siswa lebih mudah

memahami.

Siklus II

1. Perencanaan Tindakan II

Setelah memperhatikan hasil observasi dan refleksi tindakan pembelajaran pada

siklus I, tindakan pembelajaran yang dilakukan pada Siklus II diharapkan lebih berhasil

dengan meningkatkan aspek-aspek pembelajaran yang kurang efektif. Pada siklus II,

pembelajaran lebih ditekankan pada penggunaan ketrampilan proses dalam

mengoperasikan aplikasi perangkat lunak terutama dalam memperoleh penguasaan

tentang membuat/menyimpan dokumen/nakah. Adapun rencana tindakan siklus II, yaitu

: menerapkan pendekatan ketrampilan proses yang meliputi tindakan mengamati,

menggolongkan, meramalkan, menerapkan, menyimpulkan dan mengkomunikasikan

permasalahan yang menyangkut dalam tindakan pembelajaran yang akan diberikan

yaitu dengan memberikan berbagai contoh permasalahan dalam menyusun dokumen.

2. Pelaksanaan Tindakan II

a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran di awal pembelajaran dengan

mengingatkan kembali hal-hal penting dalam materi yang diberikan terdahulu.

Page 75: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

201

b. Untuk membangkitkan minat siswa terhadap pelajaran, pengalaman siswa dalam

kehidupan sehari-hari dihubungkan dengan konsep yang akan diajarkan terutama

dalam melakukan prosedur administrasi.

c. Guru menunjukkan hasil belajar siswa pada tindakan sebelumnya dan memotivasi

mereka agar memperoleh hasil belajar yang lebih baik.

d. Guru memberikan tes akhir pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan.

3. Observasi Tindakan II

Beberapa aktivitas-aktivitas siswa yang teramati meliputi aktivitas sebagai

berikut :

a. Semua siswa antusias mengikuti pembelajaran dengan mengamati petunjuk dan

langkah-langkah ketrampilan proses yang harus digunakan untuk mencapai hasil

belajar sesuai tujuan pembelajaran yang diterapkan oleh guru.

b. Sebagian siswa melakukan kegiatan sesuai langkah-langkah ketrampilan

mengopersikan perangkat lunak dalam merancang dan mengerjakan sebuah

dokumen.

c. Semua siswa mampu menarik kesimpulan atas hasil kegiatannya menerapkan

ketrampilan dalam mengopersikan aplikasi perangkat lunak dan dapat merumuskan

dugaan hasil yang berlawanan jika diberikan tugas yang tidak sesuai dengan urutan

langkah yang dianggapnya benar.

d. Hasil belajar semua siswa secara perorangan yang diperoleh melalui tes tulis

mengalami peningkatan dibanding sebelumnya.

Adapun data post-test pada tindakan siklus II, diperoleh skor hasil belajar dari

33 siswa kelas XI APK-1 SMKN 2 Pacitan. Menunjukkan bahwa hasil belajar siswa

yang diperoleh pada siklus II adalah berturut-turut sangat tinggi, tinggi dan cukup. Dari

data di atas berturut didapatkan bahwa sebanyak 5 (15,15%) siswa tergolong siswa

memiliki kriteria nilai sangat tinggi, 20 (60,61%) siswa tergolong siswa yang memiliki

kriteria nilai tinggi, dan sebanyak 6 (18,18%) memiliki kriteria cukup dan 2 (6,06%)

siswa tergolong siswa dengan kriteria nilai kurang.

4. Refleksi Tindakan II

Berdasarkan data hasil belajar pada siklus II di atas, dapat disimpulkan bahwa

secara perorangan semua siswa kelas XI APK-1 SMKN 2 Pacitan telah mencapai

kriteria ketuntasan dengan memperoleh skor hasil belajar 70, dengan hasil tersebut,

pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan mengopersikan aplikasi karena sudah lebih

dari 80% siswa kelas XI APK-1 SMKN 2 Pacitan prestasi belajar dalam melakukan

prosedur administrasi telah mencapai kriteria ketuntasan belajar.

Pembahasan

Dalam penelitian ini, setelah diberikan tindakan pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan keterampilan proses pada pelajaran melakukan prosedur

administrasi pada siswa kelas XI APK-1 SMKN 2 Pacitan didapatkan bahwa prestasi

belajar siswa secara umum tergolong tinggi. Hal ini ditunjukkan dari meningkatnya nilai

yang diperoleh sebagian besar siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan test yang

berhubungan dengan materi yang diberikan Guru diakhir tindakan pembelajaran meskipun

ada beberapa siswa yang masih mendapatkan skor yang tergolong rendah.

Dengan hasil belajar ini, bisa disimpulkan bahwa seluruh siswa dari 33 siswa kelas

XI APK-1 SMKN 2 Pacitan telah mencapai kriteria ketuntasan belajar. Dari hasil tersebut,

tindakan pembelajaran dihentikan dan diambil kesimpulan bahwa mengopersikan aplikasi

perangkat lunak, bahwa siswa telah dapat meningkatkan prestasi belajar dalam melakukan

prosedur administrasi.

Page 76: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

202

Tabel Keberhasilan Pada tiap siklus

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Secara umum diketahui bahwa ada peningkatan pemahaman siswa dalam

mengoperasikan aplikasi perangkat lunak dalam menata dokumen yang telah

ditetapkan. Dari hasil observasi didapatkan bahwa dalam bekerja secara individu atau

kelompok dalam menggunakan ketrampilan menyusun dokumen/naskah dilakukan

dengan baik.

2. Prestasi belajar siswa mengalami peningkatan setelah mendapat tindakan pembelajaran

dengan mengoperasikan aplikasi perangkat lunak dalam menata dokumen. Hal ini

dapat ditunjukkan dengan kemampuan siswa mencapai kriteria ketuntasan belajar 80%

dari yang telah ditetapkan. Berdasarkan skor tes tulis akhir siklus II, didapatkan bahwa

seluruh siswa mencapai nilai 70. hasil belajar ini menunjukkan mengoperasikan

aplikasi perangkat lunak dalam menata dokumen telah mampu meningkatkan prestasi

belajar siswa kelas XI APK-1 SMKN 2 Pacitan.

Saran

1. Proses belajar mengajar dalam melakukan prosedur administrasi dengan melalui

mengoperasikan aplikasi perangkat lunak dalam menata dokumen sangat membantu

siswa dalam pembelajaran.

2. Proses belajar mengajar dalam melakukan prosedur administrasi dengan melalui

mengoperasikan aplikasi perangkat lunak dalam menata dokumen membutuhkan

metode pengajaran aktif dan lebih berpusat pada aktivitas siswa selama kegiatan

pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Dahar, Ratna W. 1988. Teori-Teori Belajar. Bandung: Tarsito.

Depdikbud. 1999. Media Pembinaan Pendidikan. Edisi Juli 1999. Surabaya: Dian indah

Perkasa.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud

Bekerjasama dengan PT. Rineka Cipta.

Hadiat dan Kertayasa. 1984. Metodologi Pengajaran IPA. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Kasbolah, K. 1999. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru Sains. Makalah Disajikan

dalam Pelatihan Guru Sains dalam Pendidikan STM di Malang.

Nurhadi, A. dan G. Senduk. 2003. Pembelajaran Konstekstual dan Penerapannya dalam

KBK. Universitas Negeri Malang: UM Press.

Purwanto, N. 1992. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Rosda

Karya.

Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Usman, M. Uzer. 2004. Menjadi Guru Profesional, Edisi Kedua. Bandung: PT. Rosda

Karya.

05

10152025

Siklus 1

Siklus 2

Page 77: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

203

PEMBELAJARAN KOPERATIF MODEL JIGSAW DAPAT

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DALAM MENERAPKAN

PRINSIP BEKERJA SAMA DENGAN KOLEGA DAN

PELANGGAN PADA SISWA SMK

Idha Sukarini

SMKN 2 Pacitan

Abstrak

Dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran, saat ini telah dikem-bangkan

metode pembelajaran model “Cooperative Learning”. Model pembelajaran ini dirancang

sedemikian rupa sehingga siswa selalu aktif dalam kegiatan belajar mengajarnya, sedangkan

pengajar bertindak sebagai fasilitator, motivator, evaluator, dan sekaligus pembimbing belajar.

Dalam pembelajaran kooperatif ini siswa belajar bersama dengan teman, saling

menyumbangkan pikiran dan bertang-gungjawab atas pencapaian hasil belajar secara individu

maupun kelompok. Siswa belajar dan bekerjasama dalam kelompok kecil-kecil yang terdiri

dari tiga atau empat orang, sehingga diharapkan dengan kelompok kecil ini interaksi siswa

menjadi maksimal dan efektif.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan demikian yang

menjadi subyek penelitian ini adalah Siswa. Sesuai dengan latar belakang dan permasalahan

dalam penelitian ini maka siswa yang dimaksud adalah siswa kelas XI-Apk-1 SMK PGRI 1

Pacitan yang berjumlah 30 siswa.

Dari tabel di atas, kelima unsur kooperatif yang mencapai tingkat ketercapaian dengan

prosentase rata-rata tertinggi yaitu tanggung jawab perseorangan mencapai 21,65%. Tingkat

ketercapaian prosentase tertinggi, yaitu tanggung jawab perseorangan yang mencapai 49,52%.

Sedangkan tingkat ketercapaian tertinggi adalah tatap muka yang mencapai 24,69%. Secara

umum, kelima unsur kooperatif yang dicapai siswa pada siklus II ini berada pada tingkat

ketercapaian .

Kata Kunci : Pembelajaran, Peningkatan prestasi, belajar

PENDAHULUAN

Guru sebagai tenaga profesional di bidang pendidikan, di samping memahami hal-hal

yang bersifat filosofis dan konseptual, juga harus mengetahui dan melaksanakan hal-hal

yang bersifat teknis ini terutama kaegiatan mengelola dan melaksanakan interaksi belajar

mengajar. Di dalam kegiatan mengelola interaksi belajar mengajar, guru paling tidak harus

memiliki dua modal dasar, yakni kemampuan mendesain program dan keterampilan

mengkomunikasikan program itu kepada anak didik (Sardiman, 1990:161). Suatu

kenyataan di alami oleh penulis bahwa di SMK PGRI 1 Pacitan, sebagian besar proses

pembelajaran di sekolah dilakukan secara tradisional (konvensional).

Pembelajaran konvensional dengan metode ceramah menyebabkan sebagian besar

aktivitas pembelajaran didominasi oleh guru sedangkan siswa bersifat pasif. Siswa di

dalam kelas hanya duduk, mendengar, dan mencatat. Jika ditinjau dari karakteristik

pelajaran dalam menerapkan prinsip bekerjasama dengan kolega dan pelanggan, siswa

dituntut dapat memahami konsep-konsep tentang materi yang disampaikan secara rinci

yang tersusun mulai dari konsep-konsep yang umum/ luas sampai pada konsep-konsep

yang lebih spesifik, bahkan diharapkan dapat menyebutkan contoh-contohnya serta dapat

menerapkan pada penyelesaian administrasi secara lengkap terutama dalam menerapkan

prinsip-prinsip bekerjasama dengan kolega. Selain itu siswa dituntut dapat menerapkan

konsep-konsep yang dipelajarinya ke dalam penjabaran konsep tentang bekerja sama

dalam kehidupan sehari-hari. Prestasi belajar adalah derajat keberhasilan yang dicapai

dalam proses belajar. Keberhasilan siswa dalam proses belajar merupakan salah satu hasil

Page 78: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

204

peruba-han aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik. Prestasi belajar yang

mengacu pada aspek kognitf dapat diukur dari tes yang mengarah pada ranah kognitif.

Tingkat prestasi belajar dalam menerapkan prinsip bekerja sama dengan kolega dan

pelanggan adalah perubahan yang dicapai dalam tingkat penguasaan siswa terhadap

materi yang diajarkan meliputi aspek kognitif dan afektif .

Dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran, saat ini telah dikem-bangkan

metode pembelajaran model “Cooperative Learning”. Model pembelajaran ini dirancang

sedemikian rupa sehingga siswa selalu aktif dalam kegiatan belajar mengajarnya,

sedangkan pengajar bertindak sebagai fasilitator, motivator, evaluator, dan sekaligus

pembimbing belajar. Dalam pembelajaran kooperatif ini siswa belajar bersama dengan

teman, saling menyumbangkan pikiran dan bertang-gungjawab atas pencapaian hasil

belajar secara individu maupun kelompok. Siswa belajar dan bekerjasama dalam

kelompok kecil-kecil yang terdiri dari tiga atau empat orang, sehingga diharapkan dengan

kelompok kecil ini interaksi siswa menjadi maksimal dan efektif.

Selain itu perasaan keterikatan mampu menghasilkan energi yang sangat positif.

Interaksi yang satu dengan lainnya selain menghasilkan kompleksitas kognitif juga sosial.

Kondisi ini akan mampu menciptakan aktivitas intelektual yang lebih dari pada hanya

dengan belajar sendiri. bekerja secara kooperatif meningkatkan perasaan positif satu

dengan lainnya, mengurangi keterasingan dan kesendirian, membangun hubungan, dan

menyediakan pandangan positif terhadap orang lain.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan

metode pembelajaran yang didasarkan atas kerja kelompok yang dilakukan untuk

mencapai tujuan khusus. Selain itu juga untuk memecahkan soal dalam memahami suatu

konsep, yang didasari rasa tanggungjawab dan berpandangan bahwa semua siswa

memiliki tujuan sama. Dalam pembelajaran kooperatif siswa tidak cukup hanya

mempelajari materi saja, tetapi juga harus mempelajari keterampilan kooperatif.

Keterampilan berfungsi untuk melancarkan peranan hubungan kerja dan peranan tugas

agar kelompok dapat bekerjasama secara produktif. Peranan hubungan kerja ini dibangun

dengan mengembangkan komunikasi dan hubungan antar anggota kelompok. Sedangkan

hubungan tugas membagi tugas-tugas antar anggota selama kegiatan kelompok

berlangsung.

Proses belajar adalah rangkaian kegiatan yang dicapai siswa secara belajar yang

meliputi 5 unsur kooperatif, yaitu: (1) saling ketergantungan positif, (2) tanggung jawab

perseorangan, (3) tatap muka, (4) komunikasi antar kelompok, dan (5) evaluasi proses

kelompok.

Agar pembelajaran kooperatif mencapai hasil yang maksimal, maka unsur-unsur

kooperatif harus diterapkan (Lie dalam Ariyani, 2003:17) yaitu: (1) Saling ketergantungan

positif; siswa harus merasa bahwa mereka saling tergantung secara positif dan saling

terkait terhadap sesama. Sifat ini dapat ditunjukkan dari keingintahuan anggota dalam hal-

hal yang disampaikan oleh anggota kelompok, sehingga siswa mempunyai kesempatan

untuk memberikan pendapat dan terpacu untuk meningkatkan usaha dan hasil belajar. (2)

Tanggung jawab perseorangan; setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk

melakukan yang terbaik kepada kelompok. Dalam hal ini dapat dilihat dari kesanggupan

setiap anggota menguasai dan menyampaikan materi hasil diskusi kepada kelompoknya.

(3) Tatap muka; setiap kelompok diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan

berdiskusi, sebab hasil pemikiran beberapa orang akan lebih kaya dari pada pemikiran dari

seorang saja. Hal ini bertujuan untuk menghargai, meman-faatkan kelebihan dan mengisi

kekurangan masing-masing. (4) Komunikasi antar kelompok; unsur ini bertujuan agar

belajar keterampilan komunikasi. Keberhasilan suatu kelompok juga tergantung pada

Page 79: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

205

kesediaan para anggota untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka

menyampaikan pendapat. Adakalanya siswa perlu memperhatikan cara-cara

berkomunikasi secara efektif, seperti bagaimana cara menyanggah pendapat orang lain

tanpa menyinggung perasaan orang tersebut. (5) Evalusi proses kelompok; tujuan agar

siswa bisa bekerjasama dengan lebih efektif dan meningkatkan kualitas kerja.

Evaluasi tersebut dapat berupa refleksi setiap anggota yang kemudian dianalisis

bersama anggotanya. Dalam metode pembelajaran kooperatif model Jigsaw dibentuk

kelompok yang beranggotakan 3-5 orang yang ditugaskan untuk mempelajari sebuah bab

dalam sebuah buku ajar. Oleh sebab itu, bab tersebut dibagi menjadi beberapa bagian

sesuai dengan banyaknya anggota kelompok, yang mengajak setiap anggota kelompok

tersebut menjadi ahli pada satu bagian dan kemudian bertanggungjawab untuk mengajar

anggota lain dalam kelompok tentang hal tersebut. Berdasarkan latar belakang diatas maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah pembelajaran kooperatif model Jigsaw dapat meningkatkan kualitas proses

belajar dalam menerapkan prinsip bekerja sama dengan kolega dan pelanggan pada

siswa kelas XI Apk-1 SMK PGRI 1 Pacitan ?

2. Apakah pembelajaran kooperatif model Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar

dalam menerapkan prinsip bekerja sama dengan kolega dan pelanggan pada siswa

kelas XI Apk-1 SMK PGRI 1 Pacitan ?

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan demikian yang

menjadi subyek penelitian ini adalah Siswa. Sesuai dengan latar belakang dan

permasalahan dalam penelitian ini maka siswa yang dimaksud adalah siswa kelas XI-Apk-

1 SMK PGRI 1 Pacitan yang berjumlah 30 siswa tahun pelajaran 2012/2013.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian tindakan kelas (PTK) yang memberikan

tindakan berupa metode pembelajaran kooperatif model Jigsaw. Pada pelajaran ini siswa

untuk meningkatkan prestasi belajar dalam memahami materi dalam rangka menerapkan

prinsip-prinsip bekerja sama dengan kolega dan pelanggan. Dari hasil tindakan yang

diberikan, diharapkan peningkatan kualitas proses pembelajaran dan prestasi belajar siswa

dapat tercapai. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti, sebab peneliti merupakan

pelaku utama. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi: (1) observasi, (2)

wawancara, (3) tes, dan (4) dokumentasi. Adapun pelaksanaanya adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengetahui keaktifan siswa selama penggunaan

model Jigsaw dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan prestasi siswa dalam

belajar dalam menerapkan prinsip bekerja sama dengan kolega dan pelanggan . Hasil

kegiatan observasi ini ditulis dalam lembar observasi siswa.

2. Wawancara

Wawancara dalam penelitian ini adalah mengajukan pertanyaan kepada subjek

penelitian dan guru mata pelajaran. Subjek diberi kebebasan mengungkapkan

pendapatnya. Wawancara ini digunakan sebagai pedoman refleksi awal untuk

merancang tindakan yang akan dilaksanakan.

3. Tes

Dalam penelitian ini, tes dilakukan pada setiap akhir siklus. Tes ini digunakan

untuk mengetahui pemahaman konsep dan prestasi belajar siswa setelah diberi

tindakan. Tes disusun dengan berpedoman pada Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)

dan mengukur ranah kognitif dan psikomotorik siswa. Data skor tes di atas dicatat,

Page 80: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

206

setelah itu mencatat pencapaian lima unsur kooperatif selama proses belajar ke dalam

lembar observasi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Siklus I

Rencana Tindakan 1

Pada siklus I pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan pembelajaran

kooperatif model Jigsaw. Rencana tindakan 1 diawali dengan melakukan diskusi dengan

guru mata pelajaran mengenai metode pembelajaran kooperatif model Jigsaw. Kegiatan

selanjutnya adalah membuat perencanaan pembelajaran yang meliputi rencana

pembelajaran yang bertujuan agar proses pembelajaran berjalan sesuai dengan waktu yang

telah ditentukan. Selain rencana pembelajaran, guru juga mempersiapkan LKS yang dibuat

sesuai dengan materi yang akan dipelajari oleh siswa. Untuk melaksanakan pembelajaran

kooperatif model Jigsaw, guru membagi siswa menjadi 5 kelompok yang beranggotakan 4

orang siswa heterogen.

Pelaksanaan Tindakan 1

Kegiatan penelitian diawali dengan penjelasan mengenai tujuan pembelajaran dan

penyampaian materi secara garis besar selama kurang lebih 13 menit. Kegiatan

selanjutnya adalah pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran kooperatif model

Jigsaw dengan materi kepribadian dan profesionalisme kerja. Selama 10 menit guru

membagi bahan pelajaran menjadi 4 bagian dan meminta siswa untuk membentuk

kelompok asal yang telah ditentukan.

Observasi 1

Sesuai dengan pelaksanaan tindakan 1, proses pembelajaran kooperatif model

Jigsaw diawali dari diskusi kelompok ahli. Pada saat diskusi di kelompok ahli, siswa

masih banyak yang belum mengerti cara bekerja secara kooperatif. Misalnya cara duduk

dalam kelompok, masing-masing siswa dalam kelompok duduk dengan tempat yang

berjauhan bahkan ada yang duduk bersebelahan, sehingga tatap muka dan komunikasi

antar anggota kelompok kurang. Kepercayaan siswa kepada penjelasan yang disampaikan

oleh temannya juga kurang.

Refleksi 1

Rata-rata ketercapain masing-masing kelompok dalam proses pembelajaran

menggunakan pembelajaran kooperatif model Jigsaw berbeda. Kelompok yang memiliki

tingkat ketercapaian dengan prosentase tertiggi adalah kelompok kurang (K) sebesar 48

%. Presentasi tertinggi pada tingkat ketercapaian cukup (C) adalah sebesar 52%.

Prosentase tertinggi pada tingkat ketercapaian baik (B) adalah sebesar 28%.

Siklus II

Rencana Tindakan 2

Pada siklus II, dengan materi kepribadian dan profesionalisme kerja yang

digunakan pada kegiatan siklus I. Pembelajaran pada siklus II ini dilaksanakan dengan

menggunakan metode eksperimen dan metode kooperatif model Jigsaw. Rencana tindakan

2 diawali dengan membuat perencanaan pembelajaran yang meliputi rencana

pembelajaran yang bertujuan agar pembelajaran berjalan sesuai dengan waktu yang telah

ditentukan.

Page 81: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

207

Pelaksanaan Tindakan 2

Kegiatan ini diawali dengan penjelasan mengenai tujuan pembelajaran yang ingin

dicapai selama 10 menit. Setelah itu 60 menit berikutnya, guru membagi siswa menjadi 9

kelompok dan menjelaskan cara kerja dalam melakukan percobaan serta membagikan

LKS. Kemudian siswa melakukan percobaan sesuai dengan petunjuk yang ada dalam LKS

dan mengerjakan pertanyaannya. Selanjutnya hasil percobaan tersebut didiskusikan

bersama dengan teman dan guru. Kegiatan ini diakhiri dengan membuat kesimpulan

bersama-sama antara siswa dengan guru selama kurang lebih 10 menit.

Observasi 2

Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa kelima unsur pembelajaran kooperatif

yang meliputi saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka,

komunikasi antar kelompok, dan evaluasi proses kelompok kurang tercapai. Sebab siswa

hanya memberikan hasil jawaban di LKS tanpa disertai dengan penjelasan. Anggota

kelompok juga tidak banyak yang bertanya pada ahli, apabila ada yang mencoba

memberikan penjelasan mereka hanya membaca buku sehingga tingkat ketercapaian tatap

mukanya kurang, artinya selama diskusi tidak berhadap-hadapan atau tidak saling melihat

dengan lawan bicaranya. Akan tetapi ada juga beberapa siswa yang hampir mencapai 5

unsur kooperatif dengan tingkat ketercapaian yang bagus.

Refleksi 2

Kelima unsur pembelajaran kooperatif yang mencapai tingkat ketercapaian

dengan prosentase rata-rata tertinggi yaitu tanggung jawab perseorangan mencapai

21,65%. Tingkat ketercapaian prosentase tertinggi, yaitu tanggung jawab perseorangan

yang mencapai 49,52%. Sedangkan tingkat ketercapaian tertinggi adalah tatap muka yang

mencapai 24,69%. Secara umum, kelima unsur kooperatif yang dicapai siswa pada siklus

II ini berada pada tingkat ketercapaian . Tingkat ketercapaian Kurang (K) sebesar 45 %,

Tingkat ketercapaian Cukup (C) sebesar 48 %. Sedangkan kelompok yang memiliki

ketercapaian Baik (B) sebesar 35 %

Berdasarkan deskripsi data-data di atas, pembelajaran kooperatif model Jigsaw

tergolong pada kriteria mencapai ketercapaian pada hasil peningkatan.

Grafik 1. Hasil Pembelajaran

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian di depan dapat disimpulkan bahwa:

1. Pembelajaran kooperatif model Jigsaw dapat meningkatkan kualitas proses belajar

dalam menerapkan prinsip bekerja sama dengan kolega dan pelanggan siswa kelas XI

Apk-1 SMK PGRI 1 Pacitan. Hal ini dapat dilihat dari pencapaian kelima unsur

kooperatif yang terdiri dari saling ketergantungan positif, tanggung jawab

perseorangan, tatap muka, komunikasi antar kelompok, dan evaluasi proses kelompok.

0

10

20

30

40

50

60

Kurang Cukup Baik

Siklus 1

Siklus 2

Page 82: MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2lppm.stkippacitan.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/MAKALAH-PEN… · MAKALAH PENDAMPING BIDANG PENDIDIKAN-2 ===== SISTEM PROYEKSI DALAM FOLKSONG

PROSIDING ISBN: 978 – 602 – 9969 – 84 – 9

208

2. Pembelajaran kooperatif model Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar dalam

menerapkan prinsip bekerja sama dengan kolega dan pelanggan siswa kelas XI Apk-1

SMK PGRI 1 Pacitan. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan prestasi belajar siswa dari

kemampuan awal sampai dengan akhir siklus II.

Saran

Selama pelaksanaan pembelajaran kooperatif model Jigsaw, diperoleh banyak

kejadian yang dapat dijadikan masukan bagi penyempurnaan pelaksanaan model Jigsaw.

Adapun saran-saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah :

1. Kepada Guru,

Khususnya guru mata pelajaran hendaknya membiasakan untuk menerapkan metode

pembelajaran kooperatif model Jigsaw agar siswa dapat lebih memahami cara belajar

dan bekerja secara kooperatif sebagai alternatif pembelajaran berpusat pada siswa.

2. Siswa

Sebaiknya jika siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi, maka siswa

tersebut tidak perlu segan untuk bertanya pada temannya atau guru.

3. Peneliti

Guna kesempurnaan pembelajaran dengan metode Jigsaw maka perlu diadakan

penelitian kelanjutan oleh sebab metode Jigsaw merupakan metode yang masih baru

sehingga hambatan dan kekurangan pada penerapannya masihlah kurang. Untuk hal

tersebut perlu pendalaman yang lebih lanjut terutama guru yang memegang peran

sangat penting dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas.

DAFTAR PUSTAKA

Dahar, Ratna W. 1988. Teori-Teori Belajar. Bandung: Tarsito.

Depdikbud. 1994. Kurikulum Sekolah Dasar 1994. Depdikbud RI. Jakarta.

Depdikbud. 1998. Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar Kelas VI Sekolah

Dasar. Direktorat Pendidikan Dasar. Jakarta.

Depdikbud. 1999. Media Pembinaan Pendidikan. Edisi Juli 1999. Surabaya: Dian indah

Perkasa.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud

Bekerjasama dengan PT. Rineka Cipta.

Hadiat dan Kertayasa. 1984. Metodologi Pengajaran IPS. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Kasbolah, K. 1999. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru Sains. Makalah Disajikan

dalam Pelatihan Guru Sains dalam Pendidikan STM di Malang.

Nurhadi, A. dan G. Senduk. 2003. Pembelajaran Konstekstual dan Penerapannya dalam

KBK. Universitas Negeri Malang: UM Press.

Purwanto, N. 1992. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: RoSMPa

Karya.

Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Usman, M. Uzer. 2004. Menjadi Guru Profesional, Edisi Kedua. Bandung: PT. RoSMPa

Karya.