MAKALAH PEMBUKUAN DAN PENERJEMAHAN AL-QUR'AN

22
PEMBUKUAN DAN PENTERJEMAH AL-QUR’AN MAKALAH Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “ ULUMMUL QUR’AN II ” Dosen Pengampu: Afiful Ikhwan, M.Pd.I Oleh: Illa Lairinsky Nisa 2013.4.047.0001.1.001681 PAI SMT 3 PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM CABANG CAMPURDARAT SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) MUHAMMADIYAH OKTOBER 2014

Transcript of MAKALAH PEMBUKUAN DAN PENERJEMAHAN AL-QUR'AN

Page 1: MAKALAH PEMBUKUAN DAN PENERJEMAHAN AL-QUR'AN

PEMBUKUAN DAN PENTERJEMAH AL-QUR’AN

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“ ULUMMUL QUR’AN II ”

Dosen Pengampu:

Afiful Ikhwan, M.Pd.I

Oleh:

Illa Lairinsky Nisa

2013.4.047.0001.1.001681

PAI – SMT 3

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

CABANG CAMPURDARAT

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) MUHAMMADIYAH

OKTOBER 2014

Page 2: MAKALAH PEMBUKUAN DAN PENERJEMAHAN AL-QUR'AN

ii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan

makalah ini.

Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta

keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan Agama Islam.

Kemudian dari pada itu, kami sadar bahwa dalam menyusun makalah ini

banyak yang membantu terhadap usaha saya, mengingat hal itu dengan segala

hormat kami sampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIM) Tulungagung Bapak

Nurul Amin M.Ag

2. Dosen pengampu yang telah memberikan bimbingan dalam

penyusunan makalah ini Bapak Afiful Ikhwan M.Pd I

3. Teman – teman dan seluruh pihak yang ikut berpartisipasi dalam

penyelesaian makalah.

Atas bimbingan, petunjuk dan dorongan tersebut kami hanya dapat berdo'a

dan memohon kepada Allah SWT semoga amal dan jerih payah mereka menjadi

amal soleh di mata Allah SWT. Amin.

Dan dalam penyusunan makalah ini kami sadar bahwa masih banyak

kekurangan dan kekeliruan, maka dari itu kami mengharapkan kritikan positif,

sehingga bisa diperbaiki seperlunya.

Akhirnya kami tetap berharap semoga makalah ini menjadi butir-butir

amalan kami dan bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi seluruh

pembaca. Amin Yaa Robbal 'Alamin.

(PENYUSUN)

Page 3: MAKALAH PEMBUKUAN DAN PENERJEMAHAN AL-QUR'AN

iii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ......................................................................................... i

Kata Pengantar ......................................................................................... ii

Daftar Isi .......................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................ 2

C. Tujuan Masalah ................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

PEMBUKUAN DAN TERJEMAH AL-QUR’AN

A. Sejarah Pembukuan Al-Qur’an Pada Masa Modern Secara-

Global ................................................................................. 3

B. Pengertian Terjemah Al-Qur’an Secara Umum dan

Penerjemahan- Secara Khusus .......................................... 7

C. Tujuan Penerjemahan Al-Qur’an .......................................... 9

D. Macam- macam Penerjemahan Al-Qur’an dan

Pengertian Masing-masing . ............................................ 10

E. Sejarah Pertama Kali Penerjemahan Al-Qur’an .................. 13

BAB III PENUTUP

Kesimpulan .............................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 17

Page 4: MAKALAH PEMBUKUAN DAN PENERJEMAHAN AL-QUR'AN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an di anggap sebagai kitab suci yang lengkap dan sempurna oleh

umat Islam dalam peradaban Islam. Al-Qur’an adalah sebuah teks yang mengatasi

dan melampaui teks-teks yang lain dalam sejarah. Hal itu disebabkan Al-Qur’an

merupakan wahyu yang diturunkan oleh Allah melalui malaikat jibril kepada umat

manusia. Ruh ke Ilahian Al-Qur’an lah yang membuatnya tahan dari berbagai

kritik dan gempuran. Sebagai sebuah teks, Al-Qur’an merupakan pedoman hidup

bagi umat Islam. Semua hal yang ada pada aspekk kehidupan telah diatur

didalamnya.

Walaupun begitu, disamping berbahasa arab tidak dipungkiri dari ayat-

ayatnya masih banyak yang besifat global. Sehingga tidak bisa dipahami secara

tekstual, untuk itu bagi orang awam untuk memahaminya perlu penerjemahan dan

penafsiran terlebih dahulu.Sudah menjadi keinginan setiap manusia baik muslim

ataupun non muslim untuk mengetahui apa yang terkandung dalam alquran,

sementara Al-Quran turun dalam bahasa Arab (Qur’anan ‘arobiyyan), padahal

tidak semua orang dapat mengerti apalagi menguasai Bahasa Arab, maka dengan

alasan itulah penerjemahan Al-Quran sangat dibutuhkan hingga ke dalam

berbagai bahasa di dunia.

Al-Quran dan terjemahanya telah menyebar keseluruh penjuru dunia,

berbagai bahasa telah diterjemahkan dari Al-Quran, keberadaan terjemahan itu

tidak lain adalah untuk menambah pemahaman pembaca pada kitab monumental

ini.. Agar tidak terjadi desakralisasi dalam terjemahan Al-Quran, diwajibkan

dalam kurung dianjurkan. Untuk mengetahui pembagian dan macam-macam

terjemahan. Sebab, akhir-akhir ini banyak terjadi penyelewengan terhadap arti Al-

Quranyangsakral.

Page 5: MAKALAH PEMBUKUAN DAN PENERJEMAHAN AL-QUR'AN

2

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Sejarah Pembukuan Al-Qur’an Pada Masa Modern Secara

Global?

2. Apa Pengertian Terjemah Secara Umum dan Penerjemahan Al-Qur’an

Secara Khusus ?

3. Apa Tujuan Penerjemahan Al-Qur’an ?

4. Apa Macam-macam Penerjemahan Al-Qur’an dan Pengertiannya masing-

masing ?

5. Bagaimana Sejarah Pertama Kali Penerjemahan Al-Qur’an ?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk Mengetahui Sejarah Pembukuan Pada Masa Modern.

2. Untuk Mengetahui Pengertian Terjemah Al-Qur’an Secara Umum dan

Khusus.

3. Untuk mengetahui Tujuan Penerjemahan Al-Qur’an.

4. Untuk Menegatahui Macam-macam Penerjemahan Al-Qur’an dan

Pengertiannya.

5. Untuk Mengetahui Sejarah Pertama Kali Penerjemahan Al-Qur’an.

Page 6: MAKALAH PEMBUKUAN DAN PENERJEMAHAN AL-QUR'AN

3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Pembukuan Al-Qur’an Pada Masa Modern Secara Global

Pada waktu Abu Bakar diangkat menjadi khalifah beliau segera

memerintahkan agar naskah yang tersimpan di rumah Rasulullah disalin dan

disusun kembali. Pekerjaan ini dilakukan setelah terjadi perang Yamamah yang

mengakibatkan meninggalnya 70 orang penghafal Al-Qur’an, dan setelah

musailamah Al-Kazzab sebagai Nabi palsu dihancurkan. Gagasan mengumpulkan

Al-Qur’an pada masa itu adalah dari sahabat Umar ibnu Khattab. Umar merasa

khawatir akan hilangnya sebagian Al-Qur’an dari penghafalnya yang telah gugur

dalam pertempuran.

Demikianlah khalifah Abu Bakar memerintahkan Zaid bin Tsabit, penulis

suhuf-suhuf di zaman Rasulullah untuk mengumpulkan suhuf-suhuf Al-Qur'an

baik yang terdapat pada pelepah kurma, tulang hewan maupun dari para penghafal

Al-Qur'an yang masih hidup. Dengan demikian kaum muslimin pada saat itu

sepakat meyakini, bahwa mushaf Abu Bakar adalah mushaf Al-Qur'an yang sahih

yang diakui oleh semua sahabat tanpa ada yang membantah.

Pembukuan Al-Qur’an dilakukan secara tersusun berdasarkan Hadist Nabi

yang diriwayatkan oleh Ibn Abbas dari Utsman bin Affan bahwa apabila

diturunkan kepada Nabi suatu wahyu, ia memanggil sekretaris untuk

menuliskannya, kemudian bersabda “letakkanlah ayat ini dalam surat yang

menyebutkan begini atau begitu”1.

Pembukuan Al-Qur’an tersebut tidak disusun berdasarkan kronologis

turunnya wahyu.Upaya pembukuan Al-Qur’an melalui satu versi bacaan untuk

seluruh umat Islam dilatar belakangi oleh karena di setiap

wilayahterkenal qira’ah sahabat yang mengajarkan Alquran kepada setiap

penduduk di wilayah tersebut.

1Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an (Yogyakarta:Penerbit Forum Kajian

Budaya dan Agama, 2001), h. 132.

Page 7: MAKALAH PEMBUKUAN DAN PENERJEMAHAN AL-QUR'AN

4

Penduduk Syam memakai qira’ah Ubay bin Ka‘b, yang lainnya lagi

memakai qira’ah Abu Musa al-Asy’ary. Maka tidak diragukan timbul perbedaan

bentuk qira’ah di kalangan mereka, sehingga membawa kepada pertentangan dan

perpecahan di antara mereka sendiri Bahkan terjadi sebagian mereka

mengkafirkan sebagian yang lain, disebabkan perbedaan qira’ah tersebut2.

Itulah sebabnya Khalifah ‘Utsman kemudian berpikir dan merencanakan

untuk mengambil langkah-langkah positif sebelum perbedaan-perbadaan bacaan

itu lebih meluas. Usaha awal yang dilakukannya adalah mengumpulkan para

sahabat yang alim dan jenius serta mereka yang terkenal pandai memadamkan

dan meredakan persengketaan itu. Mereka sepakat menerima instruksi ‘Utsman,

yakni membuat Mushaf yang banyak, lalu membagi-bagikannya ke setiap pelosok

dan kota, sekaligus memerintahkan pembakaran selainMushaf itu, sehingga tidak

ada lagi celah yang menjerumuskan mereka ke persengketaan dalam bentuk-

bentuk qira’ah.

Karena itulah pulalah, ‘Utsman mengirim utusan kepada Hafshah guna

meminjam Mushaf yang terwariskan dari ‘Umar. Dari Mushhaf tersebut, lalu

dipilihnya tokoh andal dari kalangan senior sahabat untuk memulai rencananya.

Pilihannya jatuh kepada Zayd bin Stabit, ‘Abdullah bin Zubayr, Sai‘id bin ‘Ash

dan ‘Abdurrahman bin Hisyam mereka dari suku Quraisy, golongan Muhajirin,

kecuali Zayd bin Tsabit, ia golongan Anshar. Usaha yang mulia ini berlangsung

pada tahun 24 H. Sebelum memulai tugas ini, ‘Utsman berpesan kepada mereka :

لفتم ان تم وزيد بن ثابت ف شيئ، فكتب وه بلسان ق ا ن زل بلسانم إذا اخت ريش، فإنه إن

Terjemahnya : Jika kalian berselisih pendapat dalam qira’ah dengan Zayd bin

Stabit, maka hendaklah kalian menuliskannya dengan lughat Quraisy, karena

sesungguhnya Alquran diturunkan dengan bahasa mereka3.

2M.Rusdi Khalid, Mengkaji Ilmu-ilmu Al-Qur’an, (Makassar:Alauddin Universiti Press,

2011),h. 55.

3Manna’ al-Qaththan, Mabahits Fiy ‘Ulum al-Qur’an (Beirut: Mansyurat al-‘Asr al-Hadits,

t.th.), h. 128.

Page 8: MAKALAH PEMBUKUAN DAN PENERJEMAHAN AL-QUR'AN

5

Setelah memahami pesan di atas, bekerjalah tim ini dengan ekstra hati-hati,

dan meneliti mushaf-mushaf. yang kemudian melahirkan satu Mushaf yang satu

dan dianggap sempuna.

Mushhaf ini digandakan dan dikirim ke daerah-daerah untuk disosialsikan

kepada masyarakat demi meredam perbedaan bacaan di antara mereka.

Sedangkan Mushhaf yang lainnya dibakar, kecuali yang dimiliki Hafshah

dikembalikan kepadanya. Mengenai sistematika surat dalam Al-Qur’an, apakah

taqifi atau taufiqi menjadi perdebatan sejak dahulu dan perdebatan tersebut belum

berakhir pada saat ini.

Pendapat yang pertama, bahwa Al-Qur’an adalah hasil tauqif Nabi artinya

susunan atau ututan surat didapat melalui ajaran beliau. Pendapat yang

pertama ini berdasarkan ungkapan Ibnu Al-Hasshar yang dikutip dari buku

karya Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, MA. mengatakan “urutan surat dan

letak ayat-ayat pada tempatnya itu berdasarkan wahyu”. Rasulullah saw.

Letakkan ayat ini pada tempat ini4.

Pendapat yang kedua yaitu pandangan yang mengatakan bahwa urutan

surat Al-Qur’an adalah berdasarkan Ijtihad sahabat. Pendapat ini

disandarkan pada banyaknya mushaf yang dimiliki oleh sahabat yang

berbeda, ada yang tertib urutannya seperti mushaf yang dikenal saat

sekarang ini, ada pula yang tertibnya berdasarkan kronologis turunnya

ayat. Pendapat yang kedua ini juga diperkuat oleh Teks Hadist Mutawatir

mengemukakan mengenai turunnya Al-Qur’an dengan tujuh huruf.

Sebagai rujukan, Ibnu Abbas Radiallahu Anhuma berkata, sebagaimana

dikutif dari karya Syaikh Manna’ Al-Qaththan dengan Judul Pengatar Study Ilmu

Al-Qur’an bahwa, Rasulullah saw. Bersabda5:

“Jibril membacaka kepadaku dengan satu huruf. Kemudian berulang kali aku

meminta agar huruf itu ditambah, iapun menambahkannya kepadaku hingga tujuh

huruf”.

4Nasaruddin Umar, Ulumul Qur’an( Jakarta:Al-Gazali Centre, Juli 2008),h.152.

5Manna’ Al-Qathnhan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an (Jakarta:Pustaka Al-Kautsar,

Pebruari 2012),h.195.

Page 9: MAKALAH PEMBUKUAN DAN PENERJEMAHAN AL-QUR'AN

6

Dalam riwayat lain, disebutkan Umar bin Al-Khattab , ia berkata, “Aku

mendengar Hisyam bin Hakim membaca surat al-Furqan dimasa hidup rasulullah.

Aku perhatikan bacaannya.

Tiba-tiba ia membacanya dengan banyak huruf yang belum pernah dibacakan

Rasulullah kepadaku, sehingga hampir saja saya melabraknya saat ia sholat tetapi

aku urungkan. Maka aku menunggunya hingga ia selesai sholat. Begitu selesai,

aku tarik pakaiannya dan aku katakan kepadanya, “siapakah yang mengajarkan

bacaan surat itu kepadamu?” ia menjawab: Rasulullah yang membacakannya

kepadaku. Lalu aku katakan kepadanya kamu dusta! Demi Allah, Rasulullah telah

membacakannya juga kepadaku surat yang sama, tetapi tidak seperti bacaanmu.

Namun ketika masalah ini diperhadapkan kepada Rasulullah saw. Rasulullah

membenarkan apa yang dibacakan oleh sahabat berdarakan qiraat yang paling

mudah dipahami. Rasulullah saw. Berkata “begitulah surat itu diturunkan.

Sesungguhnya Al-Qur’an itu diturunkan dengan tujuh huruf, maka bacalah

dengan huruf yang mudah bagimu diantaranya”6.

Dapatlah dipahami bahwa penulisan teks-teks Alquran pada masa Utsman

merupakan masa pembentukan naskah resmi, yang dimaksudkan untuk meredam

berbagai kevariasian dalam pembacaannya. Berkat usaha Utsman inilah, Alquran

yang terwariskan sampai saat ini biasa pula disebut dengan Mushaf Utsmani.

Perkembangan Ulumul Qur’an pada Zaman Modern.

Bahwa setelah wafatnya As-Suyuthi tahun 911 H atau abad moderen itu

bangkit kembali penulisan Ulumul qur’an dan perkembangan kitab-kitabnya. Hal

itu ditengarai dengan banyaknya ulama yang mengarang ulumul Qur’an dan

menulis kitab-kitabnya , perkembangan Ulumul Qur’an pada Zaman Modern

sangat pesat karena ditengarai dengan banyaknya pengarang dan karya-karyanya

yang membahas Al-Qur’an sampai ilmu yang berkaitan Al-Qur’an.seperti7:

- Ad-dahlawi: Al-fauzul kabir fi Ushulul tafsir

- Thahir Al-Jazairi: At-tibyan Fi ulumil Qur’an

6Ibid,h.196. 7Rosihon Anwar, Ulumul Qur’an (Bandung:Pustaka Setia, 2008)

Page 10: MAKALAH PEMBUKUAN DAN PENERJEMAHAN AL-QUR'AN

7

- Abu daqiqah: Ulumul Qur’an

- M. Ali salmah: Minhajil Furon Fi Ulumil Qur’an

B. Pengertian Terjemah Secara Umum dan Khusus

1. Terjemah secara umum

Terjemah secara umum adalah salinan dari satu bahasa ke bahasa lain, atau

mengganti, menyalin, memindahkan kalimat dari suatu bahasa ke bahasa lain8.

Kata Tarjamah( ترجمة ) yang dalam bahasa Indonesianya biasa kita sebut

dengan terjemah, secara etimologi mempunyai beberapa arti :

* Menyampaikan suatu ungkapan pada orang yang tidak tahu.

* Menafsirkan sebuah ucapan dengan ungkapan dari bahasa yang sama.

* Menafsirkan ungkapan dengan bahasa lain.

* Memindah atau mengganti suatu ungkapan dalam suatu bahasa ke dalam

bahasa yang lain, dan pengertian yang keempat ini, yang akan kita bahas

lebih lanjut, mengingat pengertian inilah yang biasa dipahami oleh

banyak orang (‘Urf), dari kata Tarjamah.

Definisi Penerjemahan dalam pengertian yang luas,

Penerjemahan adalah istilah umum yang mengacu pada proses

pengalihan buah pikiran dan gagasan dari satu bahasa (sumber) kedalam

bahasa lain (sasaran), baik dalam bentuk tulisan maupun lisan; baik kedua

bahasa tersebut telah mempunyai sistem penulisan yang telah baku

ataupun belum, baik salah atau keduanya didasarkan pada isyarat

sebagaimana bahasa isyarat orang tuna rungu.

8Kangsakha, Terjemahan Al-Qur’an, dalam

http://kangsakha.blogspot.com/2011/04/terjemah-al-quran.html,diakses pada tanggal 3 Oktober

2014, pukul 80.00 Wib.

Page 11: MAKALAH PEMBUKUAN DAN PENERJEMAHAN AL-QUR'AN

8

2. Terjemah Secara khusus.

Terjemah secara khusus adalah mengungkapkan perkataan atau kalimat

dengan menggunakan bahasa lain9.

Sedangkan menurut terminologi seperti yang dikemukakan oleh Ash-

Shabuni: “Memindahkan bahasa Al-Qur’an ke bahasa lain yang bukan bahasa

‘Arab dan mencetak terjemah ini kebeberapa naskah agar dibaca orang yang

tidak mengerti bahasa ‘Arab, sehingga dapat memahami kitab Allah SWt,

dengan perantaraan terjemahan.”

Definisi terjemah dalam pengertian yang lebih sempit

Terjemah biasa diartikan sebagai suatu proses pengalihan pesan yang

terdapat didalam teks bahasa pertama atau bahasa sumber (source

language) dengan padanannya di dalam bahasa kedua atau bahasa sasaran

(target languge). Penerjemahan merupakan suatu tindakan komunikasi.

Sebagai tindakan komunikasi kegiatan tersebut tidak terlepas dari bahasa.

Dengan demikian, penerjemahan merupakan kegiatan yang melibatkan

bahasa, dan dalam pembahasannya tidak dapat mengabaikan pemahaman

tentang konsep-konsep kebahasaan itu sendiri. Mengalihkan bahasa atau

menyampaikan berita yang terkandung dalam bahasa sumber ke dalam

bahasa sasaran, dilakukan untuk mengetahui makna yang digunakan oleh

bahasa sumber secara tepat agar isinya mendekati asli dan ketika membaca

seperti bukan hasil penerjemahan dan dapat dipahami oleh pembaca.10

Jadi terjemahan Al-Qur'an adalah hasil usaha penerjemahan secara literal

teks Al-Qur'an yang tidak dibarengi dengan usaha interpretasi lebih jauh.

Terjemahan secara literal tidak boleh dianggap sebagai arti sesungguhnya dari Al-

Qur'an. Sebab Al-Qur'an menggunakan suatu lafazh dengan berbagai gaya dan

untuk suatu maksud yang bervariasi; kadang-kadang untuk arti hakiki, kadang-

kadang pula untuk arti majazi (kiasan) atau arti dan maksud lainnya.

9Ibid.

10B. Jassin, Pusat Dokumentasi Sastra H.B.Jassin (Jakarta: Harian Media Indonesia, 2003),

h. 20.

Page 12: MAKALAH PEMBUKUAN DAN PENERJEMAHAN AL-QUR'AN

9

C. Tujuan Penerjemahan Al-Qur’an

1. Memberi pengetahuan kepada manusia tentang ayat-ayat al-qur’an.

2. Membantu manusia dalam memahami makna Al-qur’an.

3. Menyelamatkan hati manusia.

4. Menegakkan logika akal sehat, pencerahan berpikir.

5. Menghilangkan sekat jarak yang menjauhkan antara Allah Swt dan

makhluknya, serta meratakan persamaan secara umum antara manusia

seluruhnya.

6. Mempersatukan semua golongan manusia dengan berpegang teguh

terhadap Kalimatullah al’Ulya(Kalimat Alloh yang tinggi).

7. Masuknya semua umat manusia ke dalam ajaran Islam dan perdamaian.

8. Membantu mewujudkan kegiatan keagamaan dengan menyebarluaskan

ajaran Al-Qur’an.11.

D. Macam-macam Penerjemahan Al-Qur’an:

1. Terjemah Harfiyah(حرفية (: Memindah perkataan atau ungkapan dari satu

bahasa ke bahasa yang lain,dengan menjaga tatanan dan susunan kosa kata

Al-Quran.

Terjemah Harfiyah memiliki dua bagian:

a) Terjemah Harfiyah bil-misli )حرفية بالمثل(: Menerjemah susunan Al-Quran

dengan bahasa lain, susunan dan kosa katanya menempati pada susunan

dan kosa kata Al-Quran. Dan terjemahan tersebut masih menyimpan nilai-

nalai yang dimiliki Al-Quran.

Terjemahan model seperti ini mustahil untuk dilakukan karena tidak

mungkin aturan bahasa yang lain mengikuti aturan bahasa Al-Quran yang

11Zulkarnain,Tarjamah Makna Al-Qur’an Antara Tarjamah Harfiyah dan Tarjamah

Tafsiriyah, dalam http://tarjamahtafsiriyah.com/article/read/33/Tarjamah-Makna-Al-Quran-

Antara-Tarjamah-Harfiyah-dan-Tarjamah-Tafsiriyah, diakses pada tanggal 7 Oktober 2014, pukul

06.42 Wib.

Page 13: MAKALAH PEMBUKUAN DAN PENERJEMAHAN AL-QUR'AN

10

cukup rumit, dan perlu diketahui bahwa setiap bahasa memiliki spesifikasi,

dan aturan main masing-masing. Kalau memang hal tersebut terjadi

(terjemah Harfiyah bil-misli), maka terjemahan Harfiyan bil-misli secara

primer adalah Al-Quran, hanya saja konteks tulisannya berbeda (antara Al-

Quran dan bahasa yang dibuat terjemahan). Dalam terjemahan ini tidak

terdapat penjelasan dan keterangan tambahan, di sini hanya terjadi

pemindahan dari satu bahasa ke bahasa lain.

b) Terjemah Harfiah bi ghairi-misli)حرفية بغير مثل( : Menerjemah susunan Al-

Quran dengan bahasa lain, dengan meninjau kemampuan penerjemah dan

keluasan bahasa yang dimiliki penerjemah.

Terjemahan model seperti ini mungkin-mungkin saja secara adat, dan

hukumnya boleh, bila obyek sasarannya adalah perkataan manusia, dan

tidak boleh, apabila sasaran obyeknya adalah Kitabullah Al-Qur’an al-

Karim, karena akan merusak dan menggeser makna dari yang seharusnya.

2. Terjemah Tafsiriyah ( تقسرية ): Terjemahan yang dilakukan

penerjemah(mutarjim) dengan lebih mengedepankan maksud atau isi

kandungan yang terdapat dalam bahasa asal di terjemahkan. Terjemahan ini

tidak terikat dengan susunan dan struktur gaya bahasa yang diterjemahkan

atau biasa disebut dengan penerjemahan bebas12

Cara praktek terjemahan semacam ini, dengan cara memahami Makna

yang dikehendaki dari naskah aslinya, kemudian kita mengungkapkan

pemahaman tersebut dengan gaya bahasa terjemah yang kita pakai, sesuai

dengan tujuan dari makna tersebut.

12Muhammad Amin Suma, Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an (1) (Jakarta:pustaka firdaus,2000), h.

131-132.

Page 14: MAKALAH PEMBUKUAN DAN PENERJEMAHAN AL-QUR'AN

11

Perbedaan Harfiyah dan Tafsiriyah

Contoh ayat :

13 (QS:Al-Isra’[17]:29) “ بس ا ا بس ط .“وال تع يدك مغلوة إل عنقك وال ت

Jika diterjemahkan dengan terjemahan Harfiyah adalah :

“larangan menjadikan tangan terikat pada leher dan larangan mengenai

melebarkan tangan selebar-lebarnya”. Hal tersebut menyimpang dari

makna Al-Qur’an.

Jika diterjemahkan dengan terjemahan Tafsiriyah adalah :

“janganlah engkau menahan untuk bersodakoh (kikir), dan jangan pula

terlalu pemurah (royal)”14.

Perbedaan sangat kelihatan antara terjemahan Harfiyah yang mustahil dan

terjemahan Tafsiriyah yang Ulama sepakat akan kebolehannya.

Hukum terjemahan Harfiyah

Jadi mengenai hukum pembuatan terjemah Harfiyah, baik bil-misli atau

ghairi-misli. Ulama sepakat akan keharamannya. Sebab di sana terdapat

penyelewengan tujuan diturunkannya Al-Quran yang primer. Yakni:

1) Menunjukkan atas kebenaran Nabi SAW, terhabap apa yang disampaikan

Allah pada Nabi

2) Dan sebagai petunjuk bagi umat manusia, pada apa yang dilakukan

mereka baik di dunia maupun di akhirat.

Bila terjemah Harfiyah dilakukan maka kedua fungsi tersebut akan lenyap.

13Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Surabaya:Fajar mulya, 2012),

hlm.282.

14Guesdur, Desakralasi dalam Terjemahan Al-Qur’an, dalam

http://guesdur.wordpress.com/2012/05/04/desakralisasi-dalam-terjemahan-al-quran/ , diakses pada

tanggal 1 oktober 2014, pukul 07.30 Wib

Page 15: MAKALAH PEMBUKUAN DAN PENERJEMAHAN AL-QUR'AN

12

Menurut jumhur ulama terjemah al-qur’an secara harfiyah adalah hal yang

mustahil, karena dalam metode menerjemahkan semacam ini ada beberapa syarat

yang tidak bisa terpenuhi, diantaranya;

a) Harus ada kesesuaian antara kosa kata bahasa asli dengan bahasa

terjemahan

b) Harus ada kesesuaian antar perangkat-perangkat makna antara bahasa asli

dengan bahasa terjemah.

c) Adanya kesamaan antara bahasa asli dengan bahasa terjemahan dalam hal

susunan kata dan kalimat, sifat dan idhofah (penyandaran).

Karena terjemah harfiah itu tidak mungkin dapat mengungkapkan

makna secara sempurna dan tidak bisa memberi pengaruh jiwa seperti

pengaruh Al-Qur’an yang berbahasa arab, dan tidak ada hal yang

mendesak untuk menggunakan terjemah secara harfiah, karena sudah

cukup dengan terjemah secara maknawiyah.

Hukum terjemah Tafsiriyah

Adapun menerjemahkan al-qur’an secara tafsiriah, maka hal itu

diperbolehkan, karena tidak ada yang perlu dikhawatirkan dalam hal tersebut. Dan

terkadang hal itu justru menjadi wajib ketika menjadi washilah (perantara) untuk

menyampaikan al-qur’an dan islam kepada orang-orang yang tidak bisa berbahasa

arab, karena menyampaikan hal itu adalah wajib, “segala sesuatu yang tidak akan

menjadi sempurna kecuali dengannya, maka ia menjadi wajib hukumnya”.

Akan tetapi diperbolehkannya terjemah al-qur’an secara Tafsiriyah dengan

beberapa syarat berikut :

a) Tidak menjadikan terjemahan Tafsiriyah tersebut sebagai pengganti dari

al-qur’an. Oleh karena itu mesti menuliskan al-qur’an dengan bahasa arab,

kemudian meletakkan terjemahan tersebut di sampingnya, sehingga

kedudukannya seperti tafsir bagi ayat al-qur’an.

b) Orang yang menerjemahkan harus benar-benar menguasai kedua bahasa

tersebut dan mengetahui makna-makna lafadz syar’i dalam al-qur.an

Page 16: MAKALAH PEMBUKUAN DAN PENERJEMAHAN AL-QUR'AN

13

c) Dan tidaklah diterima terjemah al-qur’an, kecuali dari orang-orang yang

dapat dipercaya untuk melakukannya, yaitu seorang muslim yang

istiqomah di dalam agamanya15

E. Sejarah Pertama Kali Penerjemahan Al-Qur’an

Dalam lintasan sejarah Islam dikatakan bahwa lima tahun setelah Nabi saw

menjadi rasul Allah, ia diperintahkan hijrah ke Ethiopia. Ethiopia adalah sebuah

empirium yang asing bagi kaum muslim, dan bahasa mereka berbeda dengan

bahasa orang Mekah. Berkenaan dengan itu, Raja Najasyi sebagai penguasa

Ethiopia meminta kepada Nabi saw agar mengutus juru bahasa untuk

mengajarkan risalahnya dengan bahasa mereka. Maka diadakanlah suatu

pertemuan, dan Ja’far bin Ali Thalib dalam pertemuan itu, pertemuan dengan raja

dan para pembesarnya, dibacakan beberapa ayat al-Quran dalam surah Maryam

setelah itu, Najasyi mengajukan beberapa pertanyaan. Setelah beliau memperoleh

beberapa jawaban, dia lalu menghadapkan pandangannya kepada orang-orang

yang hadir dan berkata “Demi Allah, sesungguhnya ucapan Muhammad sama

sekali tidak bertentangan dengan ajaran dan aqidah orang-orang Masehi.

Sejarah diatas menjelaskan bahwa terjemahan al-Quran pertama kali

dilakukan adalah sejak zaman Nabi saw, ketika ja’far bin Abi Thalib diutus ke

Ethiopia, dan orang yang pertama kali menerjemahkan al-Quran ke dalam bahasa

Ethiopia tersebut. Bahasa Ethiopia dikenal dengan menggunakan bahasa Shindh

Pada masa pemerintahan Akbar Syah, kajian dan telaah al-Quran pun

tumbuh subur dan berkembang pesat di Agra dan Lahore. Kemudian Dinasti

Buwaih pernah berkuasa antara tahun 945 sampai 1055 M. Di bagian Barat Laut

Iran,mengalami kemajuan pada bidang-bidang ilmu pengetahuan dan pada masa

inilah muncunya tokoh-tokoh filosof muslim di antaranya al-Farabi (w.950 M).,

Ibnu Sina (980-1037 M) dan Ibnu Maskawaih (w. 1030 M), yang semuanya di

samping menterjemahkan filsafat dari bahasa Yunani, juga menterjemahkan

bahasa al-Quran ke dalam bahasa mereka. Secara singkat digambarkan Sukardi

15 Muhammad bin sholih al-utsaimin, ushul fi tafsir ( Daru ibnu jauzy, 1432 H),h. 35-37.

Page 17: MAKALAH PEMBUKUAN DAN PENERJEMAHAN AL-QUR'AN

14

bahwa sejak abad ke-3 sampai 11 Hijriah adalah masa penterjemahan al-Quran

dengan keterangan sebagai berikut :

1. Penyampaian kandungan isi al-Quran kepada seluruh kaum muslim dalam

bahasa Persia dan bahasa Arab.

2. Penafsiran al-Quran dengan metodologi ilmiah yang disesuaikan dengan

tingkat pengetahuan dan keyakinan masyarakat awam.

3. Pembahasan tentang bacaan, sharf, nahwu, dan keterangan ihwal

hubungan antara berbagai ayatdan surah al-Quran.

4. Metodologi khas yang ditempuh ialah pemakaian bahasa Arab dan Persia,

dan bahasa Persia lebih banyak digunakan ketimbang bahasa Arab.

Ada juga yang mengatakan bahwa Salman Alfarisi. Ia sebagai orang

pertama kali berhasil menerjemahkan Alquran ke dalam bahasa asing.

Menurut Afnan Fatani dalam "Translation and the Qur'an". Upaya

menerjemahkan ayat-ayat Alquran boleh dibilang pertama kali dilakukan pada era

Rasulullah SAW. Suatu hari, Nabi Muhammad pernah berkirim surat kepada dua

penguasa, yakni Kaisar Negus dari Abysssinia dan Kaisar Heraclius dari

Bizantium.‘’Dalam surat itu, Rasulullah mencantumkan ayat-ayat dari Alquran.”

Dalam sebuah sarasehan ilmiah bertajuk ‘’Melacak Sejarah Penerjemahan

Alquran’’ yang diselenggarakan Universitas Islam Madinah Al Munawwarah

akhir 2007 lalu, terungkap bahwa pertama kali penerjemahan surah Alquran

dilakukan ke dalam bahasa Persia. Guru Besar Sastra Arab Universitas Islam

Madinah Al Munawwarah, Syekh Tamir Salum, mengungkapkan, berdasarkan

data sejarah disebutkan ia menerjemahkan surat Al-Fatihah secara lisan ke dalam

bahasa Persia atas permintaan orang-orang Muslim di Persia. Namun terjemahan

Al-Farisi ini belum mencakup keseluruhan surah dalam Alquran, hanya surah Al-

Fatihah.16

16Nzawix.heck.in, perintis penerjemahan al-quran, dalam http://nzawix.heck.in/tokoh-

perintis-penerjemahan-al-quran.xhtml diakses pada tanggal 2 Nopember 2014,pukul 10.30 wib.

Page 18: MAKALAH PEMBUKUAN DAN PENERJEMAHAN AL-QUR'AN

15

Ayat-ayat Yang Memperkuat Bolehnya Penterjemahan Al-Qur’an

( هل من مدكر 71)القمر: ولقد يسرنا القرآن للذ كر ف

Artinya: ‘’Dan sesungguhnya telah kami mudahkan Alquran untuk pelajaran,

maka adakah orang yang mengambil pelajaran.’’( QS Al-Qomar:17) 17

( 2البقرة:ذلك الكتاب ل ريب فيه هدى للمتقني )

Artinya : ‘’Kitab Alquran ini tak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka

yang beriman.’’(QS Al-Baqarah : 2)18

(9الجر : الذ كر وإنا له لافظون )إنا نن ن زلنا

Artinya :‘’Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Alquran, dan sesungguhnya

kami benar-benar memeliharanya.’’ (QS Al-Hijr :9)19

فالا ) 22حممد : أفل ي تدب رون القرآن أم على ق لوب أق

Artinya : “ Maka tidaklah mereka menghayati Al-Qur’an, ataukah hati mereka

sudah terkunci ?”(QS Muhammad : 24 )20

17Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Surabaya:Fajar mulya, 2012),

hlm.529.

18 Ibid,h.2.

19 Ibid,h.262.

20 Ibid,h.507.

Page 19: MAKALAH PEMBUKUAN DAN PENERJEMAHAN AL-QUR'AN

16

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1 . Sejarah Pembukuan aL-Quran Pada Masa Modern

Pembukuan Al-Qur’an dilakukan secara tersusun berdasarkan Hadist

Nabi yang diriwayatkan oleh Ibn Abbas dari Utsman bin Affan bahwa apabila

diturunkan kepada Nabi suatu wahyu, ia memanggil sekretaris untuk

menuliskannya, kemudian bersabda “letakkanlah ayat ini dalam surat yang

menyebutkan begini atau begitu”. Pembukuan Al-Qur’an tersebut tidak

disusun berdasarkan kronologis turunnya wahyu. Usaha awal yang

dilakukannya adalah mengumpulkan para sahabat yang alim dan jenius serta

mereka yang terkenal pandai memadamkan dan meredakan persengketaan itu.

Mereka sepakat menerima instruksi ‘Utsman, yakni membuat Mushaf yang

banyak, lalu membagi-bagikannya ke setiap pelosok dan kota.

. Mengenai sistematika surat dalam Al-Qur’an, apakah taqifi atau taufiqi

menjadi perdebatan sejak dahulu dan perdebatan tersebut belum berakhir

pada saat ini.

- Pendapat yang pertama, bahwa Al-Qur’an adalah hasil tauqif Nabi

artinya susunan atau ututan surat didapat melalui ajaran beliau

- Pendapat yang kedua yaitu pandangan yang mengatakan bahwa

urutan surat Al-Qur’an adalah berdasarkan Ijtihad sahabat.

Dapatlah dipahami bahwa penulisan teks-teks Alquran pada masa

Utsman merupakan masa pembentukan naskah resmi, yang dimaksudkan

untuk meredam berbagai kevariasian dalam pembacaannya. Berkat usaha

Utsman inilah, Alquran yang terwariskan sampai saat ini biasa pula disebut

dengan Mushaf Utsmani.

Page 20: MAKALAH PEMBUKUAN DAN PENERJEMAHAN AL-QUR'AN

17

2. Pengertian Terjemahan Secara Umum dan Khusus

Terjemah secara umum merupakan salinan dari satu bahasa ke bahasa

lain, atau mengganti, menyalin, memindahkan kalimat dari suatu bahasa ke

bahasa lain.

Terjemah secara khusus merupakan mengungkapkan perkataan atau

kalimat dengan menggunakan bahasa lain.

3. Tujuan Penerjemahan Al-Qur’an

1. Memberi pengetahuan kepada manusia tentang ayat-ayat al-qur’an.

2. Membantu manusia dalam memahami makna Al-qur’an.

3. Menyelamatkan hati manusia.

4. Menegakkan logika akal sehat, pencerahan berpikir.

4. Macam-macam Penerjemahan Al-Qur’an

1. Terjemah Harfiyah(حرفية (: Memindah perkataan atau ungkapan dari satu

bahasa ke bahasa yang lain,dengan menjaga tatanan dan susunan kosa

kata Al-Quran.

2. Terjemah Tafsiriyah ( تقسرية ): Menerangkan sebuah kalimat dan

menjelaskan artinya dengan bahasa yang berbeda, tanpa mempertahankan

susunan dan urutan teks aslinya, dan juga tidak mempertahankan semua

Makna yang terkandung dan dikehendaki dari naskah aslinya.

5. Sejarah Pertama Kali Penerjemahan Al-Qur’an

Dalam lintasan sejarah Islam dikatakan bahwa lima tahun setelah Nabi

saw menjadi rasul Allah, ia diperintahkan hijrah ke Ethiopia. Ethiopia adalah

sebuah empirium yang asing bagi kaum muslim, dan bahasa mereka berbeda

dengan bahasa orang Mekah. Berkenaan dengan itu, Raja Najasyi sebagai

penguasa Ethiopia meminta kepada Nabi saw agar mengutus juru bahasa

untuk mengajarkan risalahnya dengan bahasa mereka. Maka diadakanlah

suatu pertemuan, dan Ja’far bin Ali Thalib dalam pertemuan itu, pertemuan

Page 21: MAKALAH PEMBUKUAN DAN PENERJEMAHAN AL-QUR'AN

18

dengan raja dan para pembesarnya, dibacakan beberapa ayat al-Quran dalam

surah Maryam setelah itu, Najasyi mengajukan beberapa pertanyaan. Setelah

beliau memperoleh beberapa jawaban, dia lalu menghadapkan pandangannya

kepada orang-orang yang hadir dan berkata “Demi Allah, sesungguhnya

ucapan Muhammad sama sekali tidak bertentangan dengan ajaran dan aqidah

orang-orangMasehi.

Ada juga yang mengatakan Salah satu Sahabat Rasulullah SAW yaitu

Salman Al-farisi merupakan orang yang pertama kali menerjemahkan

Alquran ke dalam bahasa lain. Dalam sejarah disebutkan ia menerjemahkan

surat Al-Fatihah secara lisan ke dalam bahasa Persia atas permintaan orang-

orang Muslim di Persia. Namun terjemahan Al-Farisi ini belum mencakup

keseluruhan surah dalam Alquran, hanya surah Al-Fatihah.

Ayat-ayat Yang Memperkuat Bolehnya Penterjemahan Al-Qur’an

( هل من مدكر 71)القمر: ولقد يسرنا القرآن للذ كر ف

Artinya: ‘’Dan sesungguhnya telah kami mudahkan Alquran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran.’’( QS Al-Qomar:17)

( 2البقرة:ذلك الكتاب ل ريب فيه هدى للمتقني )

Artinya : ‘’Kitab Alquran ini tak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang beriman.’’(QS Al-Baqarah : 2)

Page 22: MAKALAH PEMBUKUAN DAN PENERJEMAHAN AL-QUR'AN

19

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qaththan, Manna.’ Mabahits Fiy ‘Ulum al-Qur’an. Beirut: Mansyurat al-

‘Asr al-Hadits, t.th. Al-Qaththan, Manna’.2012. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, Jakarta; Pustaka

Al-Kautsar. Amal ,Taufik Adnan. 2001.Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, Cet. I; Penerbit

Forum Kajian Budaya dan Agama, Yogyakarta.

Amin Suma, Muhammad. 2000. Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an (1), Jakarta: pustaka firdaus.

Anwar, Rosihon.2008.Ulumul Qur’an ,Bandung:Pustaka Setia. Departemen Agama RI.2012. Al-Qur’an dan Terjemahnya (Surabaya:Fajar

mulya.

Guesdur, Desakralasi dalam Terjemahan Al-Qur’an, dalam http://guesdur.wordpress.com/2012/05/04/desakralisasi-dalam-

terjemahan-al-quran/ , diakses pada tanggal 1 oktober 2014, pukul 07.30 Wib.

Nzawix.heck.in, perintis penerjemahan al-quran, dalam

http://nzawix.heck.in/tokoh-perintis-penerjemahan-al-quran.xhtml diakses pada tanggal 2 Nopember 2014,pukul 10.30 wib

Kangsakha, Terjemahan Al-Qur’an, dalam http://kangsakha.blogspot.com/2011/04/terjemah-al-quran.html,diakses

pada tanggal 3 Oktober 2014, pukul 80.00 Wib

Khalid ,M. Rusdi. 2011. Mengkaji Ilmu-ilmu Al-Qur’an, Cet I; Alauddin

Universiti Press, Makassar.

Umar,Nasaruddin. 2008. Ulumul Qur’an (mengungkap makna-makna tersembunyi Al-Qur’an), Jakarta, Al-Gazali Centre.

Sholih al-utsaimin,Muhammad bin.1432. ushul fi tafsir Daru ibnu jauzy. Zulkarnain,Tarjamah Makna Al-Qur’an Antara Tarjamah Harfiyah dan

Tarjamah Tafsiriyah, dalam

http://tarjamahtafsiriyah.com/article/read/33/Tarjamah-Makna-Al-Quran-Antara-Tarjamah-Harfiyah-dan-Tarjamah-Tafsiriyah, diakses pada

tanggal 7 Oktober 2014, pukul 06.42 Wib

Makalah ini untuk memenuhi MID SEMESTER

tugas mata kuliah ULUMMUL QUR’AN