Makalah Pemanfaatan BGGC Ciamis

download Makalah Pemanfaatan BGGC Ciamis

of 34

Transcript of Makalah Pemanfaatan BGGC Ciamis

I.

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang Potensi bahan galian di Kabupaten Ciamis cukup besar dan beragam. Dari potensi tersebut baru sebagian yang telah diusahakan baik oleh masyarakat sekitar, berupa bahan galian fospat, batugamping, tanah liat dan pasir. Pengusahaan bahan galian tersebut sebagian besar berijin dan sebagian besar tidak mempunyai ijin pengusahaan. Pada saat ini pengusahaan bahan galian memperlihatkan kecenderungan meningkat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk maupun

pembangunan, akan tetapi di sisi lain pengusahaannya belum menunjukkan pertumbuhan dan kontribusi yang menonjol dalam perekonomian daerah. Hal ini dapat dilihat pada kontribusi Sektor Pertambangan terhadap Produk Domestik regional Bruto (PDRB) relatif kecil, yaitu 0,5%. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecilnya kontribusi sektor ini antara lain : pengusahaan yang belum optimal, pengolahan bahan galian hampir tidak ada sehingga nilai tambah kecil, masih banyak yang tidak berijin dalam pengusahaan sehingga perolehan pajak daerah kecil. Sebaran bahan galian yang ada keberadaannya di permukaan tanah, sehingga dalam penambangan relative tidak terlalu sulit yaitu secara tambang terbuka/permukaan. Peralatan yang digunakan cukup yang sederhana dan memerlukan teknologi tinggi, sehingga masyarakat sekitar dapat melakukannya dengan mudah. Namun demikian, konsekuensi akan

1

menimbulkan perubahan bentang alam maupun mempengaruhi kondisi tanah yang ada. Dengan demikian, pengolahan dan pengembangan potensi tersebut harus hati-hati dan terencana untuk mencegah timbulnya kerusakan yang lebih luas.

1.2. Maksud dan Tujuan Maksud penyusunan makalah ini adalah melihat peluang pengembangan potensi bahan galian khususnya golongan C di wilayah Kabupaten Ciamis yang selaras dengan dinamika yang terjadi dan kebutuhan pembangunan yang sedang berjalan. Tujuan yang diharapkan adalah mengoptimalkan pengelolaan dan

pengusahaan bahan galian agar dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi daerah maupun masyarakat sekitar. Diharapkan juga sector ini dapat mendukung pengembangan wilayah di kabupaten Ciamis.

1.3. Perusahaan Masalah Berdasarkan dari latar belakang tersebut pada hakekatnya permasalahan yang terjadi pada daerah ini adalah ketidakoptimalan pemanfaatan maupun pengembangan potensi bahan galian yang ada, padahal potensi bahan galian yang ada, padahal potensinya cukup. Oleh karena itu dalam penyusunan makalah ini mencoba menjawab sebagian hal tersebut di atas yaitu : Bagaimana melihat peluang pengembangan bahan galian golongan C yang diharapkan dapat mendukung pengembangan wilayah di Kabupaten Ciamis.

2

1.4. Ruang Lingkup Dalam penulisan makalah ini melakukan pembatasan permasalahan maupun lingkup kegiatan. Lingkup batasan tersebut yaitu terbatas pada jenis bahan galian golongan C yang tersebut pada Kabupaten Ciamis. Secara substansi lebih menitik-beratnya pada pengembangan bahan galian dan melihat peluangnya sehingga dapat menciptakan pengembangan wilayah.

1.5. Metodologi Pendekatan ketodologi yang digunakan untuk menjawab permasalahan tersebut di atas adalah dengan melakukan penilaian secara kualitatif kondisi yang ada kemudian dikuantitatifkan untuk diuji dengan analisis statistic

3

2. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Ciamis 2.1. Kondisi Geografis Kabupaten Ciamis merupakan bagian dari Propinsi Jawa Barat yang berada di ujung timur sebelah selatan dengan posisi geografis 108o20 108o40 Bujur Timur dan 7o4020 7o4120 Lintang Selatan. Secara administratif, kabupaten ini mempunyai luas wilayah 2.559,10 km2 terdiri atas 32 kecamatan dan 353 desa. Daerah ini dibatasi Kabupaten Tasikmalaya di bagian Barat, Kabupaten Majalengka dan Kuningan di bagian Utara, Kabupaten Cilacap Propinsi Jawa Tengah di bagian Timur serta Samudera Indonesia di bagian Selatan. Keadaan fisiografi daerah bervariasi, yaitu terdiri dari pegunungan, perbukitan, dataran rendah hingga pantai. Daerah Pegunungan dibagian Utara yaitu puncak Gunung Sawal dan yang terendah di Pantai

Pangandaran. Kabupaten Ciamis sebagian besar wilayahnya mempunyai topografi berombak, bergelombang sampai berbukit dengan kemiringan 1540 % dan umumnya berketinggian 100-1000 meter dpl. Pola penggunaan tanah di Kabupaten Ciamis didominasi oleh tegalan dan kebun campuran dengan distribusi merata. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi lahan yang bergelombang dan bahan pembentuknya.

4

2.2 Kondisi Sosial Ekonomi Daerah Penduduk Kabupaten Ciamis pada tahun 1999 berjumlah 1.581.488 jiwa (BPS Kabupaten Ciamis, 1999), terdiri atas 782.605 jiwa laki-laki dan 798.883 jiwa perempuan. Selama kurun waktu 1995 hingga 1999, pertumbuhan penduduknya mempunyai kecenderungan meningkat, yaitu rata-rata sebesar 1,51 % per tahun. Tingkat kepadatan penduduk di wilayah ini rata-rata sebesar 617,99 jiwa/km2 dan rata-rata anggota rumah tangga sebesar 3,44 jiwa. Penyebaran penduduk di Kabupaten ini tidak merata di setiap wilayah dan cenderung lebih padat pada daerah yang berorientasi perkotaan atau dekat dengan infrastruktur. Penduduk di daerah ini sebagian besar berusaha di sektor pertanian, baik sebagai petani pemilik maupun petani penggarap. Jumlah pencari kerja yang tercatat pada Departemen Tenaga Kerja Kabupaten Ciamis selama tahun 1999 sebanyak 5.707.000 jiwa dengan rincian pencari kerja tingkat pendidikan SLTP 456 orang, SLTA 3.492 orang, Sarjana 984 orang dan sisanya berpendidikan SD dan Sarjana Muda. Dari jumlah pencari kerja tersebut yang sudah ditempatkan/mengisi lowongan kerja di Sektor Industri sebanyak 1.244 orang, di Sektor pertanian sebanyak 400 orang dan sisanya di Sektor Jasa-jasa. Kondisi perekonomian Nasional pada tahun 1999 yang berangsur-angsur mulai membaik dirasakan juga oleh masyarakat Kabupaten Ciamis. Hal ini dapat ditunjukan pada pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ciamis pada tahun 1999 atas dasar harga berlaku sebesar 4,39 % dan atas dasar harga konstan

5

1993 sebesar 2,37 %. Salah satu faktor yang menyebabkan pertumbuhan positif tersebut adalah meningkatnya kembali perkembangan produksi pada Sektor Pertanian, Perdagangan, Hotel dan Restoran yang menyumbang cukup besar pada PDRB. Struktur perekonomian Kabupaten Ciamis yang ditunjukkan oleh besarnya kontribusi sector ekonomi terhadap total PDRB baik atas dasar harga konstan maupun harga berlaku mengalami perubahan. Perubahasn struktur

perekonomian ini nampak pada pergeseran kontribusi masing-masing sector. Berdasarkan harga berlaku, kontribusi sector Pertanian pada tahun 1997 sebesar 32,89% meningkat menjadi 37,63% pada tahun 1999, sedangkan berdasarkan harga konstan tahun 1993 kontribusi sector tersebut tidak banyak mengalami perubahan yaitu dari 32,11% pada tahun 1997 menjadi 33,78% pada tahun 1999. Khusus untuk sector Pertambangan dan penggalian, kontribusinya pada tahun 1999 masih sangat kecil yaitu 0,36% berdasar harga berlaku atau 0,51% atas dasar harga konstan. Rendahnya kontribusi sektor ini disebabkan bahwa kegiatan penggalian yang tercatat hanya mencakup 4 jenis bahan galian yaitu pasir, tanah liat, batu kali dan batu gamping dengan tingkat produksi untuk masing-masing jenis bahan galian masih rendah.

6

2.3. Infrastruktur Penunjang Prasarana transportasi sangat penting untuk menunjang pengembangan pemanfaatan bahan galian di eilayah ini dalam kaitannya dengan pemasaran. Prasarana transportasi ini yaitu berkaitan dengan jalan raya dan jalur kereta api. Secara umum untuk mencapai antar kecamatan dapat dijangkau dengan kendaraan roda empat dengan kondisi jalan bervariasi, yaitu daro kondisi baik hingga rusak berat.Selain jalan raya ini juga dilalui oleh jalur kereta api. Sarana transportasi ini sangat penting keberadaannya dalam menunjang pertumbuhan usaha produksi di sini. Hampir seluruh kecamatan di kabupaten ini telah terjangkau pelayanan jaringan telekomunikasi dan listrik, sehingga dapat menunjang

pengembangan potensi wilayah. Lembaga keuangan seperti perbankan dan koperasi juga terdapat di daerah ini, dan sangat besar perannya dalam membantu penyediaan fasilitas permodalan pada pengusaha dan perorangan.

3. Potensi Bahan Galian Golongan C 3.1.Kondisi geologi Secara umum potensi bahan galian di suatu wilayah sangat terkait dengan kondisi geologinya. Jenis batuan yang menyususn daerah ini adalah batuan beku dan sediment berumur Oligosen hingga Kuarter, dengan kompeksitas

7

struktur geologi yang diakibatkan oleh proses geologis yang terus berlangsung hingga saat ini. Ditinjau dari startigrafi, daerah ini tersusun oleh beberapa formasi, dari yang berumur Oligosen (tertua) hingga Kuarter (termuda). Formasi-formasi batuan tersebut adalah Jampang, Nusakambangan, Kalipucang, Pamutuan, Halang, Bentang, Tapak, Endapan Undak Sungai, Endapan Pantai dan Sungai. Secara umum, penyusunan formasi-formasi tersebut terdiri atas batupasir, breksi, batugamping, batulempung, konglomerat, tufa, endapan pasir lepas dan bongkah-bongkah batuan beku. Berdasarkan pada fenomena geologis ini, daerah ini ditafsirkan telah mengalami aktifitas tektonik sebanyak 3 periode, yakni Miosen Tengah, MioPliosen dan Plio-Plistosen. Pengaruh aktifitas tektonik ini terhadap batuan yang ada, telah mengakibatkan terbentuknya beragam mineral seperti bentonit, zeolit dan mineral logam. Bahan galain lainnya yang terdapat di daerah ini adalah batugamping, andesit, pasir, tras, tanah liat, kaolin, fosfat, bentonit, kalsit, dan gambut.

3.2. Potensi Bahan Galian Golongan C Potensi bahan galain yang tersebar di Kabupaten Ciamis adalah

batugamping, batugunung, pasir, tras, tanah liat, kaolin, fosfat, kalsit, bentonit dan marmer. Distribusi sebaran bahan galian di daerah ini dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar1.

8

A. Batugamping a) Batugamping banyak terdapat di Kecamatan Banjarsari,

Padaherang, Parigi, Cigugur dan Cimerak, dengan jenis yang umum dijumpai adalah ; koral, kalkarenit, dan sisipan batupasir dan lempung. Secara megaskopis, batugamping yang terdapat di daerah penelitian berwarna putih, putih kecoklatan, kuning kecoklatan, berbutir halus sampai

kasar, massif, keras dan sebagian mengandung urat-uart kalsit. Tabel 1 Potensi Bahan Galian di Kabupaten CiamisNo 1 JENIS Batugampin g LOKASI Cimerak,Padaherang,Kalipucang,Pari gi, Cijulang, Cigugur, Banjarsari, dan CADANGAN Sekitar ton 100.000.000 KUALITAS DAN MANFAAT CaCO3: 96,9-98,4%, CaO: 43-54,7%, MgO: 0,3-6,3%, SiO2: 0,1-

Langkap Cipaku 2 3 Andesit Fosfat

Lancar,

Pamarican

3,9%, Fe2O3: 0,2-0,8% 20.000.000 ton 1.000.000 ton Untuk industri semen Untuk bahan konstruksi bangunan P2O5: 15-39%, CaO: 2,5-53,8%, MgO: 0,16,6%, SiO: 0,6-52,1%, Al2O3:0,6-23,2%, Fe2O3: 0,2-9,6%,

Pamarican, Cimerak dan Banjarsari Pamaciran, Pangandaran, Parigi, Cijulang, Kalipucang,

Padaherang, Banjarsari dan Cigugur

Na2O: 0,1-1,4%, K2O: 0,1-1,4% Untuk 4 Tras Cimerak, Rancah, Kalipucang, 4.000.000 ton bahan baku

pupuk Untuk bahan adukan bata, konstruksi beton, ubin dan bahan baku

Banjarsari dan Padaherang

9

5

Pasir

Banjarsari, Cimaragas, Pangandaran, Pamarican, Padaherang, Kalipucang, Parigi, Cimerak dan Banjar

600.000 ton

semen posolan Untuk bahan bangunan jalan dan

gedung bertingkat dan 20.000.000 ton Oksida besi >5% Untuk bahan industri genteng, batubata,

6

Tanah liat

Pamarican, Cimerak

Parigi,

Cijulang

tungku, keramik dan bahan 7 Bentonit Cimerak dan parigi 1.500.000 ton posolan Untuk penyerap, minyak penjernih penghilang 8 Kalsit Parigi, Padaherang, Cijulang, baku semen bahan penjernih kelapa, ole, warna

pada perusahaan air Untuk bahan pembuat alat optic, bahan

Kalipucang dan Banjarsari

kosmetik dan bahan 9 10 Marmer Kaolin Pamarican Pamokolan pencampur keramik Untuk batu hias SiO2: 50,9-52,7%, Al2O3: 29-29,7%,

Fe2O3: 2,1-3,0%, CaO: 0,2-0,9%, MgO: ),1%, Na2O: 13,2-14,5% Untuk bahan baku cat 11 Gambut Lakbok dan kosmetik Untuk media budi daya pertanian

Berdasarkan hasil anlisis kimia contoh batugamping yang terdapat di Kalipucang, Banjarsari, Padaherang dan Parigi dapat digunakan dalam pembuatan industri semen Portland, bahan bangunan, pengolahan air.

10

Sedangkan pada umumnya batugamping di Kabupaten Ciamis ini telah dimanfaatkan penduduk setempat untuk pengeras jalan, podasi rumah dan bahan bangunan, Berdasarkan perhitungan perkiraan cadangan batugamping ini mencapai 46.295.000 m3 (Statistik Pertambangan, 1993). Dari data di atas dapat diketahui bahwa bahan galian ini cukup ekonomis dan hal lain yang menunjang adalah bahwa letak geografis dari penyebaran batugamping ini relative dekat dengan jaringan jalan raya sehingga memudahkan dalam pemasaran.

B. Batugunung (Batubelah) Secara megaskopis batuan ini memiliki sifat fisik seperti, warna abu-abu, keras dan masif pada batuan yang segar dengan tekstur porfiritik dan berdasarkan hasil analisis petrografis batuan tersebut bersifat andesitis. Secara umum memperlihatkan tingkat pelapukan yang rendah. Pada sebagian besar permukaannya telah mengalami pelapukan yang kuat dan pada tubuh batuannya sering dijumpai kekar. Penyebaran batugunung di Kabupaten Ciamis pada beberapa tempat seperti di Kecamatan Pamarican (Munjul), Cimerak (Pasirlasih), Banjarsari (Pasirranji, G. Sangkur).

Pemanfaatan batubelah ini pada umumnya adalah untuk bahan penunjang bangunan fisik, misalnya sebagai bahan baku pembuatan gedung-gedung, jembatan, jalan, pabrik, bendungan dan sarana irigasi. Cadangan bahan

11

galian

ini

diperkirakan

mencapai

8.280.263m3.

Dengan

mengetahui

penyebaran yang cukup luas dan cadangan yang cukup besar serta letak geografis bahan galian ini dekat dengan jaringan jalan, maka potensi bahan galian ini cukup berarti dan memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.

C. Pasir Pada umumnya, endapan pasir yang terdapat di Kecamatan Banjarsari, berwarna abu-abu kecoklatan, berbutir kasar hingga halus, kurang padu, mengandung mineral hitam dengan sisipan lempung dan lanau. Penyebaran endapan pasir ini terdapat di Kecamatan Banjarsari, Cimaragas,

Pangandaran, Pamarican, Padaherang, Kalipucang, Parigi, Banjar dan Cimenak. Berdasarkan kualitasnya, endapan pasir ini dapat digunakan untuk bahan bangunan, bahan industri tegel dan genting beton serta konstruksi beton. Berdasarkan hasil penelitian Tim Geologi Unpad, 1992, cadangan pasir di Kecamatan Banjarsari = 40,828m3, Cimaragas = 25.000m3, Pangandaran = 60.000m3, Parigi = 150.000m3. Untuk mengetahui besarnya cadangan dan luas penyebaran dari indapan pasir ini serta kondisi geografis yang menguntungkan, maka potensi endapan pasir ini menjadi sangat ekonomis.

D.Tras Pada umumnya tras ini berwarna coklat, besar butir halus-sedang, membulatmembulat tanggung. Ukuran butir halus sedang dan penyebarannya

12

terdapat di sekitar Kecamatan Rancah dan Kalipucang. Endapan tras yang terdapat di Cimerak terdapat bersama dengan breksi sedangkan di Banjarsari terdapat sebagai sisipan dalam batupasir. Endapan tras ini banyak digunakan untuk bahan pembuat batako, bahan adukan atau plester, ubin dan roster serta bahan baku semen Portland Puzzolan. Untuk mengetahui jumlah cadangan dari endapan tras ini diperlukan penelitian lebih lanjut. Berdasarkan penelitian terdahulu, cdangan tras di Desa Cibeureum Kecamatan Rancah sebesar 15.000m3 dan di Desa Pasirgantung, Kecamatan Banjarsari sebesar 1.953.125m3. Dengan

memperhatikan letak geografis yang cukup mudah dijangkau, maka endapan tras ini berpotensi untuk dikembangkan.

E. Lempung/Tanah Liat Penyebaran bahan galian ini di daerah Ciamis tersebar di sekitar Kecamatan Pamarican (Sukajaya), Parigi (Karangjalardi), Cijulang (Cibarengkok, Pasir Tanjung), Cimerak (Sukasari,S.Ciseel, S.Citanduy), dan Kecamatan Bojong. Berdasarkan hasil penelitian lapangan dan laboratorium, lempung di Kecamatan Ciamis bisa dimanfaatkan untuk industri keramik, bahan baku genting, tungku, bahan semen portland dan bata merah. Dengan mengetahui

penyebaran lempung ini yang cukup luas dan berdasarkan data cadangan bhan galian ini yang telah diketahui di Kecamatan Parigi, Pamarican dan Cijulang yaitu sebesar 166.718m3, dan cadangan di Kecamatan Cimerak dan

13

Bojong yang belum diketahui serta aksesibilitasnya yang cukup mudah, maka endapan ini cukup ekonomis untuk dikembangkan.

F. Kaolin Endapan kaolin di Ciamis dapat dijumapi di Desa Bulut,

KecamatanCihaurbeuti dan Panumbangan. Secara megaskopis, kaolin ini berwarna putih, yang penyebarannya setempat-setempat dan tidak merata dengan ketebalan 2-3 meter. Berdasarkan analisis kimia yang dilakukan pada sample dari daerah Pamokolan Kecamatan Cihaurbeuti dapat diketahui kegunaan dari kaolan ini adalah untuk bahan industri cat. Bahan galian ini mamiliki jumlah cadangan yang tidak begitu besar, akan tetapi dapat dikembangkan dengan penambangan semi mekanis.

G. Fosfat Penyebaran fosfat di kabupaten Ciamis tersebar di beberapa Kecamatan seperti, Pamarican, Parigi (Gua Banteng, Lalay, Badak, Paharat, Pondok, Surupan, Perma, Karangjengkol, Cihipat, Kasor), Cijulang, Pangandaran, Kalipucang,

Padaherang., banjarsari dan Cigugur.

Secara megaskopis, endapan ini berwarna hitam, dan abu-abu kehitaman, agak keras dan setempat-setempat terhadap endapan yang keras dengan sebaran yang terbatas pada gua-gua, mengisi bidang rekahan serta bidang

14

sentuh antara batugamping dengan batuan lainnya. Kegunaan fosfat yang paling umum adalah sebagai bahan baku pembuatan pupuk super fosfat, bahan baku peledak, bahan pelengkap makanan ternak dan bahan pelunak kesadahan air sabun. Berdasarkan penyebaran dari endapan ini yang luas dan berdasarkan cadangan yang terdapat di Kabupaten Ciamis cukup besar, maka endapan fosfat ini sangat ekonomis untuk dikembangkan.

H. Kalsit Secara megaskopis, kalsit yang terdapat di daerah penelitian umumnya berwarna putih jernih dan sebagian berwarna abu-abu kusam. Penyebaran endapan ini dijumpai di Kecamatan Padaherang, Parigi (Karangkelewih, Bojong), Cijulang (Batukaras), Kalipucang (Tunggilis, Cibuluh, Donan) dan Banjarsari (Sulanjana). Kalsit ini dapat digunakan dalam industri alat-alat optic, industri kosmetik, industri keramin dan barang seni dan kalsit yang berukuran besar dan mempunyai noda-noda dalam tubuh batuan yang bias digunakan sebagai meja marmer. Berdasarkan keterdapatan kalsit ini yang berada di gua-gua batugamping dan penyebarannya yang tidak merata, maka agak sulit menentukan besar cadangannya, tetapi berdasarkan penelitian terdahulu

besarnya cadanganan tereka adalah 38.000m3. Dengan memperhatikan letak geografisnya yang bias dijangkau kendaraan, maka endapan ini cukup akonomis untuk dikembangkan dengan penambangan skala kecil.

15

I. Bentonit Secara megaskopis, bentonit yang terdapat di daerah penelitian berwarna coklat kemerahan, putih keabu-abuan, besar butir halus dengan kilap lilin, bila kena air hujan akan mudah hancur dan dalam keadaaan yang kering membentuk rekahan-rekahan yang khas, seperti tekstur rekahan kaca. Bentonit yang terdapat di daerah penelitian berasal dari tuf terubah yang termasuk Formasi Jampang yang berumur Miosen Bawah dan dapat dijumpai di Kecamatan Cimerak (Karanganyar-Kertaraharja) dan Kecamatan parigi (Cinta Karya). Kegunaan bentonit ini adalah untuk bahan penyedap dengan nilai transmisi di atas 40%, bahan pemutih minyak kelapa, penghilang warna atau kotoran pada perusahaan air minum. Berdasarkan besarnya cadangan yang terdapat di daerah Karanganyar yaitu sebesar 749.000 dengan ditunjang oleh aksesibilitas yang cukup mudah, maka bentonit di daerah Karanganyar ini cukup ekonomis untuk dikembangkan. Sedangkan cadangan bentonit yang terdapat di Kecamatan Parigi sebesar 40.000 diusahakan dengan cara penambangan skala kecil.

J. Marmer Marmer adalah batugamping yang telah mengalami perubahan bentuk dari batuan asalnya karena terkena pengaruh tekanan dan temperature

16

(metamorfisme). Akan tetapi, dalam istilah dagang yang disebut marmer adalah segala jenis batuan yang apabila digosok atau dipoles akan menjadi mengkilap. Jadi dalam perdagangan batuan marmer dapat barupa

batugamping kristalin, batugamping massif, marmer atau batuan beku. Marmer di daerah Ciamis terdapat di Kecamatan Pamarican. Secara megaskopis, marmer ini berwarna kekuning-kuningan, keras dan massif, mutu cukup baik dengan penyebaran hanya di sekitar Kecamatan Pamarican dan besarnya cadangan tereka sebesar jutan ton. Marmer dapat digunakan sebagai bahan konstruksi bangunan dan bahan kerajinan batu hias, prasasti dan meubelair. Berdasarkan cadangan dan kualitasnya maka potensi batu marmer ini memiliki potensi yang ekonomis untuk

dikembangkan.

4. Pengembangan Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C 4.1.Pertimbangan Pengembangan Usaha Pertambangan Untuk menentukan daerah sebaran bahan galain agar dapat dikembangkan sebagai daerah layak usaha tambang harus memperhatikan beberapa pertimbangan. Hal ini perlu agar pengembangan kegiatan tersebut tidak tumpang tindih dengan sector lain dan terciptanya keselarasan antar penggunaan lahan serta kebijakan ruang daerah. Dengan demikian, perlu dilakukan identifikasi sejauh mana kegiatan tersebut sesuai dengan kebijakan pengaturan pemanfaatan ruang.

17

Potensi sumberdaya di daerah Ciamis cukup besar dan beragam. Dari potensi tersebut sebagian telah dikembangkan atau dilakuakn penambangan, baik oleh pengusaha maupun masyarakat. Distribusi potensi bahan galian yang ada di wilayah ini, terdapat pada daerah pantai, sungai, areal persawahan hingga daerah pegunungan. Untuk mengembangkan potensi tersebut sebagai lahan usaha Pertambangan harus mempertimbangkan beberapa aspek terkait. Hal ini, dimaksudkan agar tidak menimbulkan gesekan atau tumpang tindih kepentingan pemanfaatan lahan dengan sector lain, yang dapat mengganggu daya dukung lingkungan. Aspek yang harus dipertimbangkan untuk menentukan lahan tersebut adalah kebijakan daerah (kawasan lindung dan budidaya), aspek geologis, topografi wilayah, gerakan tanah, hidrologi, tata guna tanah serta fasilitas sarana dan prasarana. a. Aspek kebijakan daerah Pada tiap-tiap kabupaten ini telah disusun kebijakan pemanfaatan ruang daerah yang diimplementasikan berupa daerah kawasan lindung (non budidaya) maupun budidaya. Kawasan budidaya merupakan kawasan yang dialokasikan untuk memberdayakan potensi yang terkandung di dalamnya. Kawasan lindung merupakan kawasan yang ditetapkan sebagai fungsi utama untuk melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan buatan serta nilai sejarah dan budaya bangsa guna kepentingan

pembangunan yang berkelanjutan (Keppres No.32 tahun 1990). Kawasan yang ditetapkan menjadi kawasan lindung terdiri atas kawasan yang

18

memberikan perlindungan kawasan bawahannya, perlindungan setempat, suaka alam dan cagar budaya serta daerah rawan bencana. Potensi bahan galain yng keberadaannya dalam kawasan lindung diarahkan tidak untuk ditambang. Terkecuali potensi tersebut termasuk jenis yang jarang atau tidak terdapat pada tempat lain, memiliki nilai strategis, sangat diperlukan oleh masyarakat luas, dan bernilai akonomi tinggi. Pertimbangan tidak mengembangkan pada daerah ini karena aktifitasnya dapat

mempengaruhi fungsi lindung daerah tersebut. b. Aspek Geologis Pemanfaatan potensi bahan galian untuk menjadi daerah Pertambangan harus mempertimbangkan faktor geologis. Letak bahan galian yang dikembangkan tidak berada pada daerah yang potensial terjadi bencana karena proses geologis. Proses geologis yang diperkirakan dapat

menimbulkan bencana tersebut antara lain : daerah sesar aktif, daerah gempa, topografi yang sangat curam atau ketinggian tempat, daerah yang mempunyai kerentanan gerakan tanah sangat tinggi. Pertimbangan-

pertimbangan tersebut sangat berkaitan erat dengan kelangsungan aktifitas penambangan yang ada.

c. Aspek Penggunaan Tanah

19

Penggunaan tanah merupakan kondisi pemanfaatan tanah yang terjadi pada saat ini. Pengembangan potensi bahan galian pada daerah perbatasan ini harus memperhatikan pola penggunaan tanah yang ada. Hal ini

untukmenghindari tumpang tindih penggunaannya dengan sector lain, gangguan akibat aktifitas penambangan atau penurunan kualitas lahan. Dengan demikian, perlu adanya identifikasi daerah-daerah yang dapat dikembangkan sebagai lahan Pertambangan yaitu, kegiatan penambangan tidak berada pada daerah pemukiman dan minimal berjarak + 100 meter, tidak berada pada daerah perkebunan atau kehutanan. d. Aspek Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana ini merupakan penunjang kegiatan manusia dalam melakukan aktifitas kehidupan. Sarana dan prasarana ini antara lain: sarana irigasi, prasarana jalan dan fasilitas lainnya. Sarana irigasi merupakan sarana yng berfungsi sebagai pengumpul dan pendistribusian air untuk kegiatan pertanian. Kegiatan Pertambangan minimal berjarak 100 meter dari sarana irigasi (Kepmen Pekerjaan Umum No.458/KPTS/1984) dan harus dihindari pula pengembangan pada daerah beririgasi teknis. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga fungsi lahan tersebut. Prasarana jalan merupakan prasarana yang berfungsi untuk kelancaran transportasi manusia dan barang ke tempat lain. Kriteria pembatas untuk prasarana jalan ini adalah agar tidak menimbulkan gangguan dan membahayakan dengan adanya kegiatan Pertambangan.

20

Untuk mengembangkan lahan Pertambangan, perlu diperhatikan juga mengenai fasilitas-fasilitas yang ada, antara lain: pendidikan, peribadatan, perdagangan dengan cara membatasi pada radius tertentu. Dari beberapa potensi bahan galian yang ada, tidak semua bias

dikembangkan karena pertimabngan beberapa criteria tersebut. Potensi Bahan Galian Golongan C yang dapat diusahakan di daerah penelitian adalah : Batugamping, Pasir, Tanahliat, Kaolin, Tanah urug dan Gambut.

4.2.Produk Unggulan Bahan Galian Kriteria produk unggulan bahan galian yang tersebar di Kabupaten Ciamis, ditentukan berdasarkan pada aspek-aspek : cadangan, pasar, aksesibilitas, teknologi, ketenagakerjaan, prospek pengembangan dan tata ruang wilayah. Aspek cadangan berkaitan dengan jumlah cadangan bahan galian. Dengan diketahuinya jumlah cadangan ini secara pasti dan tingkat kebutuhannya, maka dapat diketahui umur tambang dari bahan galian tersebut. Aspek Pasar mencakup dua hal, yaitu: bahan galian yang tingkat kebutuhannya diketahui dengan jelas dan laku di pasaran dan bahan galian yang diketahui tingkat kebutuhannnya namun belum dieksploitasi secara optimal dan pengadaannya masih mendatangkan dari luar daerah. Aspek aksesibilitas berarti cara pencapaian ke lokasi potensi bahan galian. Semakin mudah menuju lokasi potensi bahan galian akan sangat berarti dari segi transportasi. Lain halnya untuk daerah yang tidak memiliki aksesibilitas

21

jalan, sudah tentu akan berdampak langsung pada biaya produksi, sehingga menimbulkan biaya tinggi dan menjadi tidak kompetitif di pasaran. ASpek teknologi berkaitan dengan metoda penambangan yang dilakukan, yakni padat karya, semi mekanik, dan mekanik penuh. Metoda padat karya ini diterapkan, apabila pada suatu daerah yang memiliki bahan galian tertentu, tersebar tenaga kerja yang cukup besar untuk mengeksploitasinya dan tidak memerlukan teknologi yang tinggi untuk menggali bahan galian tersebut. Metoda semi mekanis dilakukan apabila cara untuk mendapatkan bahan galiannya, tingkat kesulitannya relatif cukup berat dan tingkat kebutuhannya cukup tinggi, sehingga tenaga kerja yang digunakan harus cukup trampil dalam penguasaan teknologinya. Metoda mekanik penuh dilakukan apabila cara mendapatkan bahan galiannya memerlukan teknologi tinggi dan tingkat kebutuhannya relatif tinggi. Aspek tenaga kerja berkaiatn dengan kualifikasi pendidikan formalnya, dan ini berhubungan erat dengan aspek teknologinya. Metoda padat kayra cukup dilakukan oleh tenaga kerja dengan kualifikasi pendidikan sekolah dasar dan lanjutan pertama. Metpda semi mekanis bias dilakukan oleh tenaga kerja berkualifikasi pendidkan sekolah menengah kejuruan Teknik. Metoda mekanis penuh memerlukan tingkat kualifikasi pendidkan sarjana atau sarjana muda Teknik dalam masalah eksploitasinya. Aspek prospek pengembangan berkaitan erat denga tingkat kebutuhan bahan galian yang semakin meningkat dan harus diimbangi dengan segi

22

pemasokkannya. Ini berarti, aspek cadangannya harus memiliki jumlah yang relative besar. Aspek tata ruang wilayah merupakan pembatas dalam masalah eksploitasi bahan galian. Secara prinsip, bahan galian bias ditambang, apabila terletak dalam kawasan non-kawasan llindung, dan tidak bias ditambang, apabila terdapat dalam kawasan lindung. Berdasarkan pada criteria tersebut di atas, di Kabupaten Ciamis terdapat beragam bahan galian unggulan untuk dipromosikan dalam

pengusahaannya. Bahan galian tersebut adalah batugamping, andesit, tras, tanah liat, bentonit, fosfat, pasir dan seterusnya (Tabel 2).

23

Tabel 2 Penilaian Keberadaan Bahan galian Golongan C di Kabupaten CiamisBahan Galian Cadangan (m ) 46.295.00 0 Baik Batu gamping 82.282.36 Baik Andesit 5 Baik Tanah liat 11.673.75 0 Tras Baik Bentonit 1.975.125 Baik Fosfat 789.800 Baik Pasir 517.109 Baik Kalsit 335.000 Baik Kaolin 36.000 Kurang Marmer Cukup Kurang Banyak Gambut Cukup Kurang Banyak Belerang Kurang Sedang Sulit R Tersedia Baik K-L Sedang Baik R Tersedia Baik N-K-L Baik Baik R Tersedia Baik N-K-L Baik Baik R Tersedia Baik N-K-L Baik Baik R Tersedia Baik N-K-L Baik Baik R-M Tersedia Baik N-K-L Baik Baik M-T Tersedia Baik N-K-L Baik Sulit R Tersedia Baik N-K-L Baik Baik M-T Tersedia Baik N-K-L Baik Baik M-T Tersedia Baik N-K-L Baik Baik M-T Tersedia Baik N-K-L Baik Baik M-T Tersedia Baik N-K-L3

Aspek Pasar Laku Prospek

Tenaga Aksesibilitas Teknologi kerja

Prospek pengembangan

Tata ruang

R rendah (padat karya)

K-L

- kawasan lindung

24

M- madya (semi mekanis) T- tinggi (mekanis penuh)

N-K-L

- non - kawasan lindung

4.3.Pengelolaan Bahan Galian Pengelolaan usaha pertambangan perlu mempertimbangkan aspek-aspek yang terkait yaitu mencakup masalah administrative, teknis, ekonomis dan lingkungan. Aspek Administratif Dalam rangka menciptakan ketertiban, kelancaran, suatu keamanan system dan

ketenangan

dalam

berusaha,

diperlukan

perijinan.

Implementasi otonomi daerah dalam perizinan usaha bidang Pertambangan, adalah perpindahan kewenangan pengelolaan sumberdaya alam dari Pemerintah Propinsi ke Pemerintah Kabupaten (Peraturan Pemerintah No. 37/1986). Untuk kabupaten-kabupaten di dalam wilayah Propinsi Jawa Barat, perijinan usaha Pertambangan mengacu pada Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat nomor 17/2001 tentang Pengelolaan Pertambangan. Dengan terbitnya peraturan ini, wewenang daerah kabupaten dalam menerbitkan Izin Usaha Pertambangan (IUP) menjadi semakin luas, karena tidak dibatasi oleh golongan bahan galian dan luas lahan usaha. Untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam pengelolaan usaha Pertambangan ini, Dinas Pertambangan dan Energi Jawa Barat melakukan koordinasi dengan instansi terkait telah membentuk tim teknis Pelaksanaan Inspeksi Tambang Daerah, yang

25

bertugas

dalam

mengawasi

kegiatan

usaha

Pertambangan

sejak

diterbitkannya IUP sampai dengan kegiatan pascatambang.

Aspek Teknis Penataan ruang merupakan upaya pengelolaan dan pemanfaatan ruang secara optimal dan terencana. Penambangan m,erupakan salah satu kegiatan usaha pemanfaatan ruang. Potensi sumberdaya mineral di Kabupaten Ciamis cukup besar dan beragam, dan keberadaannya telah dimanfaatkan oleh pengusaha dan masyarakat setempat. Distribusi potensi ini terdapat pada daerah pantai, sungai, persawahan dan pegunungan. Untuk mengembangkan potensi ini sebagai lahan usaha Pertambangan, haruslah mempertimbangkan beberapa aspek terkait. Hal ini dimaksudkan agar tidak menimbulkan konflik kepentingan dengan lahan sector lainnya dan mengganggu daya dukung lingkungan. Aspek yang harus dipertimbangkan untuk menetukan lahan tersebut meliputi kebijakan daerah, geologis, topografis, hidrologis, tata guna tanah dan fasilitas sarana dan prasarana. Untuk menentukan system yang akan diterapkan dalam operasi

penambangan (tambang terbuka dan bawah tanah), beberapa factor yang harus diperhatikan adalah letak/kedalaman bahan galian, biaya pengupasan tanah penutup dan nilai jual bahan galian. Bahan galian yang terdapat di Kabupaten Ciamis, sebagian besar tersingkap di permukaan dan lainnya tertutup oleh lapisan penutup yang relative tipis. Jadi, system penambangan yangb diterapkan adalah tambang terbuka dengan system kerja padat karya,

26

semi mekanis dan mekanis penuh. Beberapa factor yang mempengaruhi penentuan system kerja ini adalah jumlah cadangan, tingkat produksi, modal, keahlian dan jumlah pekerja. Sistem kerja pada tambang terbuka yang disarankan untuk penggalian bahan galian di daerah ini, dapat dilihat pada table 3.

Apek ekonomis Pada saat ini banyak bermunculan usaha penambangan bahan galain di Kabupaten Ciamis, baik yang berijin maupun tanpa ijin. Oleh karena itu, persaingan untuk memperebutkan konsumennya semakin tajam. Pada keadaan demikian, aspek pasar menempati kedudukan utama dalam pertimbangan investor. Di sisi lain, terlihat pula kebebasan pembeli untuk malakukan pilihan terhadap komoditas mineral yang diperlukan, khususnya yang terkair dengan kualitas, harga, sistem pembayaran dan pelayanan. Berdasarkan data potensi di daerah ini terlihat bahwa dari segi pemasokan terdapat beberapa bahan galian yang prospek untuk dikembangkan, yakni batu gamping, andesit, fosfat, tras, pasir dan tanah liat. Perkembangan produksi komoditas tersebut mengalami fluktuasi, karena kegiatan

penambangannya didasarkan atas pesanan, kondisi industri pemakaianya dan tergantung musim atau cuaca. Permintaan atau kebutuhan bahan galian di daerah ini dan sekitarnya, ditentukan oleh tingkat produksi industri hilir, yang meliputi industri manufaktur, konstruksi dan pembangunan perumahan.

27

Sesuai dengan peraturan yang ada di daerah ini, hasil pemungutan pajak terhadap kegiatan penambangan, menjadi hak daerah dan selanjutnya bagian dari pendapatan asli daerah. Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan nilai pajak terhadap usaha Pertambangan disini relatif kecil, yaitu hanya Rp 10.446.000,- (1999) dan menurun menjadi Rp 2.504.000,(2000). Tabel 3 Arahan Pengembangan Kegiatan PertambanganNO 1 BAHAN GALIAN Batugamping LOKASI Cimenak, Padaherang, Kalipucang, Parigi, Cijulang, Cigugur, Banjarsari, Langkap 2 3 Andesit Fosfat Lancar, Pamarican dan Cipaku Pamarican dan Cimerak Pamarican, Parigi, SISTEM KERJA Padat karya, semi mekanis dan mekanis Padat karya dan mekanis Padat karya dan semi mekanis

Cijulang,

Pangandaran, Kalipucang, Padaherang

4 5

Tras Pasir

Cimerak, Rancah, Kalipucang, Banjarsari dan Padaherang Banjarsari, Cimaragas, Pamarican, Padaherang, Pangandaran, Kalipucang,

Padat

karya

dan dan

semi Semi

mekanis Padat karya mekanis Padat karya

6 7

Tanah liat Bentonit

Parigi, Cimerak dan Banjar Pamarican, Parigi, Cijulang dan Cimenak Cimerak dan Parigi

dan

semi

mekanis Padat karya

8 9 10 11

Kalsit Marmer Kaolin Gambut

Parigi, Padaherang, Cijulang, Kalipucang dan Banjarsari Pamarican Cihaurbeuti Lakbok

Padat karya Semi mekanis dan

mekanis Padat karya Padat karya

28

Aspek Lingkungan Kegiatan penambangan bahan galian di Kabupaten Ciamis secara umum dilakukan dengan system tambang terbuka dan dioperasikan secara padat karya dengan menggunakan peralatan yang relative sederhana. Kegiatan ini sebagian besar dilakukan oleh masyarakat setempat yang bekerja hanya secara sambilan saja, karena umumnya mata pencarian mereka adalah bertani. Oleh karena latar belakang pekerjaan tersebut yang tidak memadai, hasil yang diperolehnya sangat tidak mencukupi, bahkan lahan yang digarapnya menjadi rusak. Penambangan yang tidak mengikuti kaidah teknis dengan benar ini terlihat pada beberapa lokasi penggalian batugamping, andesit, pasir, tanah liat, gambut dan kaolin. Kerusakan yang diakibatkan oleh kegiatan penambangan ini harus segera dilakukan reklamasi

pascatambang. Selain lingkungan fisik di atas, terdapat lingkungan non-fisik yang perlu emndapat perhatian serius, yaitu masalah perizinan dan social masyarakat sekitar tambang. Salah satu syarat untuk mengusahakan penambangan bahan galian adalah izin penambangan berupa Surat Ijin Penambangan Daerah (SIPD). Berdasarkan pada pengamatan di lapangan, sebagian besar pengusaha Pertambangan disini tidak memiliki SIPD, karena birokrasi pengurusan perijinannya rumit. Dalam rangka pemberdayaan potensi bahan galian dan pengembangan usaha, Pemerintah daerah setempat diharapkan dapat memberikan kelonggaran dalam persyaratan pengajuan iziz tersebut,

29

namun lebih memperketat dalam pengawasan kegiatan tersebut. Mata pencaharian utama para pekerja tambang umumnya adalah petani atau penggarap sawah, dan kegiatan penambangan merupakan pekerjaan sambilan di sela-sela musim tanam ke musim panen. Hal inilah yang menyebabkan pasokan bahan galian ke konsumen menjadi tidak lancer, sehingga untuk mencukupi kebutuhannya, konsumen mengambil produsen lainnya. Kawasan yang dijadikan daerah penambangan bahan galian akan dihadapkan pada resiko kerusakan lingkungan atau setidaknya perubahan rona pada permukan bumi. Apabila terjadi

ketentuan-ketentuan

Pertambangan ditaati, maka resiko tersebut dapat dikurangi sekecil mungkin. Upaya pengelolaan lingkungan pascatambang pada tambang rakyat, umumnya tidak dapat berjalan dengan baik, bahkan tidak ada sama sekali kegiatan reklamasi. Hal ini dapat menjadikan lahannya menjadi sangat rentan terhadap bahaya lingkungan, apabila pada daerah tersebut tidak segera dilakukan penanganannya. Pemerintah daerah harus proaktif melakukan pemantauan secara periodik pada daerah-daerah seperti ini dan melakukan sosialisasi kebijakan tentang pertambangan.

30

5. PENUTUP Wilayah kabupaten Ciamis mempunyai potensi bahan galian cukup beragam dan terdistribusi merata di seluruh wilayah. Namun potensi tersebut belum dikembangkan secara maksimal dan optimal, sehingga sektor ini belum memberikan kontribusi yang berarti bagi masyarakat sekitar maupun daerah. Dalam memanfaatkan potensi tersebut telah dilakukan kajian penentuan dan penilaian berdasarkan parameter yang digunakan meliputi aspek-aspek cadangan, pasar, aksesibilitas, teknologi, tenaga kerja, prospek

pengembangan dan ketataruangan. Bahan galian unggulan tersebut mencakup batugamping, andesit, tanah liat, tras, bentonit, fosfat, pasir dan kalsit. Sistem penambangan yang dapat diterapkan untuk mengeksploitasi bahan galian tersebut adalah adalah tambang terbuka dengan metoda padat karya, semi mekanis dan mekanis penuh. Sistem kerja ini bersifat fleksibel, artinya, seandainya diperlukan tingkat produksi yang tinggi, metoda mekanis penuh bias diterapkan. Apabila tingkat produksinya rendah dan tidak memerlukan teknologi yang tinggi, dapat digunakan metode padat karya. Infrastruktur yang ada telah mencukupi dan sangat mendukung dalam pengusahaan bahan galian. Dalam pengusahaan bahan galian ini harus mempunyai suatu legalitas yang berupa ijin usaha. Diharapkan Pemerintah Daerah dapat mendukung untuk mempermudah dalam proses perijinan sehingga memberikan peluang untuk mengembangkan di sector ini. Dengan demikian kegiatan pengembangan bahan galian di daerah ini dapat berperan dalam pengembangan wilayah,

31

yaitu penyerapan tenaga kerja, berusaha dan memberikan kontribusi bagi masyarakat sekitar maupun daerah (pajak daerah) serta terpenuhinya kebutuhan akan bahan galain.

32

PELUANG PEMANFAATAN POTENSI BAHAN GALIAN GOLONGAN C UN TUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN CIAMIS PROPINSI JAWA BARAT

Oleh : Sri Widayati, Ir., MT

Diajukan pada seminar intern Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Islam Bandung

33

DAFTAR PUSTAKA 1. Bappeda Kabupaten Ciamis, 2000. Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ciamis 2. BPS Kabupaten Ciamis, 2000a. Ciamis dalam angka tahun 1999. Ciamis. 3. BPS Kabupaten Ciamis, 2000. Pendapatan Regional Bruto Kabupaten Ciamis 1997-1999. Ciamis 4. Darman, H. and Sidi, F.H., 2000. An outline of the geology of Indonesia. Indonesian Association of Geologists, Jakarta 5. Madiadipoera, T., Haryanto, S., Sutaatmadja, J., Supardan, M., Noer, M.R., Rahmat, Sabri, Sulaeman, A.S., Yusuf, A.F. dan Zulfikar, 1990. Bahan galian industri di Indonesia. Publikasi Khusus. Direktorat Sumberdaya Mineral, Bandung. 6. Tim Geologi FMIPA Universitas Padjadjaran, 1992. Pemetaan zonasi Pertambangan di Jawa Barat, Kabupaten Ciamis. Bandung

34