Makalah Panen dan Pascapanen

14
Tugas individu PANEN DAN FISIOLOGI LEPAS PANEN (Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Hortikultura) Dosen : Sulis Faoziah, SP Disusun Oleh : Fitri Mulyana (1211060062) PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG 2014

Transcript of Makalah Panen dan Pascapanen

Page 1: Makalah Panen dan Pascapanen

Tugas individu

PANEN DAN FISIOLOGI LEPAS PANEN

(Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Hortikultura)

Dosen :

Sulis Faoziah, SP

Disusun Oleh :

Fitri Mulyana (1211060062)

PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN

LAMPUNG

2014

Page 2: Makalah Panen dan Pascapanen

DAFTAR ISI

COVER ..................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................... ii

DAFTAR ISI ............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1 LATAR BELAKANG ................................................................... 1

1.2 RUMUSAN MASALAH............................................................... 1

1.3 TUJUAN........................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................

2.1 Panen ............................................................................................

2.2 Penentuan Waktu Panen ...............................................................

2.3 Cara Panen ....................................................................................

2.4 Perubahan yang Terjadi Setelah Panen ........................................

2.5 Penanganan Segera Setelah Panen ................................................

2.6 Penanganan Pasca Panen ...............................................................

BAB III PENUTUP ...................................................................................

A. KESIMPULAN .............................................................................

DAFTAR PUSTAKA

Page 3: Makalah Panen dan Pascapanen

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam pertanian, panen adalah kegiatan mengumpulkan hasil usaha tani dari

lahan budidaya. Istilah ini paling umum dipakai dalam kegiatan bercocok tanam

dan menandai berakhirnya kegiatan di lahan. Namun demikian, istilah ini memiliki

arti yang lebih luas, karena dapat dipakai pula dalam budidaya ikan atau berbagai

jenis objek usaha tani lainnya, seperti jamur, udang, atau alga/gulma laut.Secara

kultural, panen dalam masyarakat agraris sering menjadi alasan untuk mengadakan

festival dan perayaan lain.

Panen pada masa kini dapat dilakukan dengan mesin pemanen seperti combine

harvester, tetapi dalam budidaya yang masih tradisional atau setengah trandisional

orang masih menggunakan sabit atau bahkan ani-ani. Alat pemanen lain yang tidak

dikenal di Indonesia adalah scythe dan reaper. Panen tanpa mesin merupakan salah

satu pekerjaan dalam budidaya yang paling memakan banyak tenaga kerja. Kegiatan

ini dapat langsung diikuti dengan proses pascapanen atau pengeringan terlebih

dahulu.

Kegiatan pascapanen bertujuan untuk mempertahankan mutu produk segar

agar tetap prima sampai ke tangan konsumen, menekan losses atau kehilangan

karena penyusutan dan kerusakan, memperpanjang daya simpan dan meningkatkan

nilai ekonomis hasil pertanian. Diperkirakan, kehilangan hasil buah/sayuran masih

relatif tinggi melebihi 20%.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan panen ?

2. Bagaimanacara menentukan waktu panen, cara pemanenan?

3. Bagaimana penanganan setelah panen dan pasca panen ?

Page 4: Makalah Panen dan Pascapanen

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pemanenan

Panen merupakan pekerjaan akhir dari budidaya tanaman (bercocok tanam), tapi

merupakan awal dari pekerjaan pasca panen, yaitu melakukan persiapan untuk penyimpanan dan

pemasaran. Komoditas yang dipanen tersebut selanjutnya akan melalui jalur-jalur tataniaga,

sampai berada di tangan konsumen. Panjang-pendeknya jalur tataniaga tersebut menentukan

tindakan panen dan pasca panen yang bagaimana yang sebaiknya dilakukan.

Pemanenan merupakan kegiatan yang sangat menentukan dalam kegiatan operasional

hortikultura, dan seringkali merupakan bagian termahal dari kegiatan produksi. Secara

sederhana, istilah pemanenan diartikan sebagai upaya memisahkan bagian tanaman yang

memiliki nilai ekonomis dari tanaman induknya. Pada tanaman buah-buahan, bagian yang

dipisahkan tersebut sudah tentu adalah buah, sedangkan pada tanaman sayuran, bagian-bagian

tersebut dapat berupa daun, batang, akar, maupun buah. Sementara itu, pada tanaman hias,

bagian tanaman yang dipanen dapat berupa bunga berikut tangkainya (tanaman hias berbunga)

atau daun berikut tangkainya (tanaman hias tidak berbunga).

Oleh karena pola produksi tanaman hortikultura, khususnya buah-buahan dan sayur-

sayuran tertentu, yang bersifat musiman disamping sifat produk yang tidak tahan disimpan lama,

sementara harga sangat ditentukan oleh mutu produk, maka pemanenan merupakan salah satu

tahapan dari proses produksi yang perlu mendapat perhatian serius agar dapat dihasilkan produk

hortikultura bermutu baik sesuai keinginan pasar.

Pada dasarnya yang dituju pada perlakuan panen adalah mengumpulkan komoditas dari

lahan penanaman, pada taraf kematangan yang tepat, dengan kerusakan yang minimal, dilakukan

secepat mungkin dan dengan biaya yang rendah. Untuk mendapatkan hasil panen yang baik, 2

hal utama yang perlu diperhatikan pada pemanenan, yaitu :

1. Menentukan waktu panen yang tepat. Yaitu menentukan kematangan yang tepat

dan saat panen yang sesuai, dapat dilakukan berbagai cara, yaitu :

a. Cara visual / penampakan : misal dengan melihat warna kulit, bentuk buah, ukuran,

perubahan bagian tanaman seperti daun mengering dan lain-lain

Page 5: Makalah Panen dan Pascapanen

b. Cara fisik : misal dengan perabaan, buah lunak, umbi keras, buah mudah dipetik

dan lain-lain.

c. Cara komputasi, yaitu menghitung umur tanaman sejak tanam atau umur buah dari

mulai bunga mekar.

d. Cara kimia, yaitu dengan melakukan pengukuran/analisis kandungan zat atau

senyawa yang ada dalam komoditas, seperti: kadar gula, kadar tepung, kadar asam,

aroma dan lain-lain.

2. Melakukan penanganan panen yang baik. Yaitu menekan kerusakan yang dapat

terjadi. Dalam suatu usaha pertanian (bisnis) cara-cara panen yang dipilih perlu

diperhitungankan, disesuaikan dengan kecepatan atau waktu yang diperlukan

(sesingkat mungkin) dan dengan biaya yang rendah. Untuk menetukan waktu panen

mana atau kombinasi cara mana yang sesuai untuk menentukan kematangan suatu

komoditas, kita harus mengetahui proses pertumbuhan dan kematangan dari bagian

tanaman yang akan dipanen.

2.2 Penentuan Waktu Panen

Menentukan tingkat kematangan buah pada saat panen akan sangat menentukan kualitas

dan kuantitas hasil, dan juga sangat berpengaruh pada penanganan pascapanen buah tersebut.

Buah-buah klimaterik, seperti pisang dan pepaya dapat dipanen menjelang memasuki umur

matang fisiologisnya, dan diperam selama beberapa hari sebelum dijual atau di konsumsi dalam

kondisi yang matang. Selama periode pematangan buah tersebut terjadi proses konversi dari pati

menjadi gula dan proses respirasi klimaksteri didalam buah sehingga buah tersebut menjadi lebih

manis dan lebih lunak pada saat matang. Sedangkan buah-buah nonklimakteri, seperti mangga,

rambutan, jeruk, dan durian harus dipanen setelah memasuki fase matang fisiologis, karena

buah-buah tersebut tidak dapat diperam seperti halnya pisang dan pepaya.

Namun demikian, penentuan saat panen sering kali dikendalikan oleh faktor-faktor lain,

seperti biaya, tenaga, dan permintaan pasar yang selalu berubah serta prediksi terhadap tindakan-

tindakan pasca panen yang mungkin untuk dilakukan. Oleh karena itu, perlu managemen

budidaya yang baik agar saat panen tanaman hortikultura sikron dengan permintaan pasar, dan

biaya produksi dapat ditekan dengan menghemat biaya tenaga keraja.

Page 6: Makalah Panen dan Pascapanen

Didalam menentukan waktu panen, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu

keteraturan produksi untuk menjamin penggunaan alat dan tenaga kerja secara maksimum

keteraturan urutan-urutan pemasaran, dan mutu akhir dari produk.

Waktu panen sangat ditentukan oleh jenis atau varietas tanaman, hari tanam atau hari

berbunga, dan kondisi lingkungan selama musim tanam. Selain itu, beberapa kriteria fisiologis

juga telah digunakan menentukan saat panen, seperti kekerasan, warna, dan kandungan

karbohidrat. Pada sejumlah tanaman adakalanya digunakan kriteria lain, misalnya terbentuknya

daerah absisi pada tangkai buah (misalnya pada labu dan belewah), rasio gula : asam (misalnya

pada jeruk), bunyi kalo dipukul (misalnya pada semangka dan nangka). Sedangkan pada tanaman

durian, jatuhnya buah merupakan petunjuk yang paling tepat untuk pemanena; karena itu tidak

dianjurkan untuk memanen durian dengan cara dipetik buahnya sewaktu masih berada dipohon.

Penentuan tingkat kematangan buah yang tepat akan sangat nyata mengurangi

kemerosotan kualitas buah yang dipanen. Pabila buah dipanen sebelum memasuki fase matang

fisiologis, maka kualitasnya akan cepat sekali turun didalam penyimpanan dan pengangkutan

karena tingginya laju transpirasi yang mengakibatkan buah menjadi keriput akibat penurunan

turgiditas. Disamping itu, rasa buah kurang manis dan ukuranyapun akan lebih kecil dari pada

semestinya. Sedangkan apabila buah dipanen dalam keadaan terlalu tua, maka penangananya

untuk pemasaran jarak jauh akan mengalami hambatan karana cepatnya pembusukan akibat

lunaknya jaringan dan buah.

2.3 Cara Panen

Tingkat dan tipe perlukaan serta kememaran pada buah yang dipanen dapat dikendalikan

dengan menggunakan teknik-teknik pemanenan yang tepat. Pemanenan buah-buahan secara

mekanik belum banyak dilakukan dikarenakan sejumlah faktor pembatas, seperti tingkat

kemasakan buah yang tidak seragam didalam satu pohon serta bentuk morfologi tanaman yang

bervariasi. Oleh sebab itu, pada umumnya pemanenan dilakukan dengan secara manual, yakni

dengan pemotongan tangkai buah dengan pisau atau gunting pangkas.

Pemanenan secara manual ini merupakan metode terbaik bila di pandang dari sudut

kualitas buah, karana pemanenan dapat dilakukan secara selektif terhadap buah-buah yang sudah

memasuki fase matang fisiologis. Dengan demikian, hanya buah-buah yang telah memenuhio

Page 7: Makalah Panen dan Pascapanen

kriteria panen yang boleh dipetik. Disamping itu, penanganan buah dapat lebih terkendali karena

buah ditangani satu-persatu muali dari pemetikan dipohon sampai memasukkannya kedalam

keranjang penampungan dilapangan. Dinegar maju yang telah mengenal mekanisasi

pertanianpun pemanenan dengan tangan masih banyak di terapkan.

Pemanenan sebaiknya menggunakan alat potong, seperti pisau atau gunting pangkas

(secatues) yang tajam. Penggunaan alat-alat yang tajam tidak saja dapat mengurangi resiko

kerusakan pada tangkai buah, tetapi juga dapat mempercepat pekerjaan sehingga hasil panenan

persatuan waktu dapat lebih tinggi dengan kualitas yang lebih baik. Terhadap buah-buah yang

letaknya tinggi, dianjurkan untuk menggunakan tangga guna menjangkau buah-buah tersebut.

Sedapat mungkin hindari pemanenan dengan cara memanjat pohon, karena beban yang berat dari

tubuh si pemanen dapat menyebabkan patahnya dahan. Disamping itu, apabila pada pohon

bersarang serangga, bahkan dapat berbahaya bagi si pemanen.

Untuk produk hortikultura, pemanenan secara manual merupakan metode yang dianggap

paling baik, bahkan dinegara maju yang telah mengenal mekanisasi pertanianpun para petani

masih menerapkan pemanenan secara manual, terutama untuk menjaga mutu produk agar tetap

tinggi. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, cara pemanenan produk

hortikultura banyak mengalami kemajuan, mulai dari menual menjadi setengah manual atau

semimekanisasi hingga mekanisasi secara keseluruhan.

Berubahnya cara panen berimbas pula pada teknik bercocok tanam serta arah seleksi atau

pemuliaan tanaman. Misalnya, bila pada awalnya pemanenan dilakukan secra manual, maka

seleksi tanaman diarahkan pada penciptaan tanaman yang memiliki tipe pertumbuhan menjalar,

respon terhadap jarak tanam lebar dan berbuah lebat. Namun, bila pemungutan hasil akan

dilakukan secara mekanisasi, maka seleksi tanaman diarahkan untuk mendapat tanaman-tanaman

perawakan pendek pertumbuhan seragam. Sehingga panen dapat dilakukan serentak dan respon

terhadap jarak tanam sempit, disamping tanaman tersebut harus berbuah lebat pula.

2.4 Perubahan yang terjadi didalam produk setelah panen

Mutu produk hortikultura relatif tergantug pada tujuan produksinya. Misalnya, mutu buah

tomat untuk olahan berupa pasta dicerminkan oleh bebas penyakit patogenik maupun penyakit

fisiologis dengan warna bagian dalamnya merah merata. Sedangkan bila buah tersebut di

Page 8: Makalah Panen dan Pascapanen

peruntungkan bagi konsumsi segar, maka mutunya dicerminkan pula oleh ukuran besar atau

kecilnya buah serta warna kulit yang merah dan penampilannya yang licin.

Untuk menghindarkan kerancuan istilah, maka mutu produk hortikultura dibedakan atas

kondisi dan penampakan (appearance). Yang dimaksud dengan kondisi ada tidaknya penyakit,

kerusakan, atau kelainan-kelainan fisiologis. Walaupun sering dianggap bahwa kondisi produk

yang bagus akan mencerminkan mutu yang tinggi, namun hal ini tidak selalu benar, sementara

itu, penampakan mengacu kepada sifat-sifat fisual produk, seperti warna, bentuk, dan ukuran.

Sama seperti halnya kondisi, penampakan tidak selalu menunjukkan mutu yang diharapkan.

Produk-produk hortikultura yang telah dipanen atau dipetik mengalami sejumlah prroses

fisiologis dan biokimia seperti yang disajikan pada tabel.

Jenis Perubahan Sifat Proses Arti Pentingnya

Kehilangan air Transpirasi

Evaporasi

Penampakan tidak menarik

Perubahan tekstur,

kehilangan berat, kisut

Konversi karbohidrat enzimatik Pati ke gula : merugikan

pada kentang, berguna pada

pisang

Gula ke pati : merugikan

pada jagung manis dan

berbagai bahan pangan

Rasa (flavour) enzimatik Umumnya merugikan,

namun bermanfaat bagi

buah pir, kesemek, pisang,

nanas dan durian.

Pelunakan Enzimatik

Transpirasi

evaporasi

Pada umumnya merugikan,

namun bermanfaat bagi

buah pir dan pisang

Warna Pembentukan dan perombakan

pigmen

Dapat merugikan maupun

menguntungkan pada

sejumlah produk.

Menjadi liat Pembentukan serat Merugikan pada seledrai,

selada dan toge

Vitamin enzimatik Bertambah vit. A hilang

vitamin C

Bertunas, berakaar, Pertumbuhan dan Merugikan pada kentang,

Page 9: Makalah Panen dan Pascapanen

atau memanjang

perkembangan bawang, asparagus dan toge

Busuk dan rusak Patologis

fisiologis

Merugikan pada semua

produk hortikultiura

2.5 Penanganan Segera Setelah Panen

Pada penanganan hasil tanaman, ada beberapa tindakan yang harus dilakukan segera

setelah panen, tindakan tersebut bila tidak dilakukan segera, akan menurunkan kualitas dan

mempercepat kerusakan sehingga komoditas tidak tahan lama disimpan. Perlakuan tersebut

antara lain:

a. Pengeringan (drying) bertujuan mengurangi kadar air dari komoditas. Pada biji-bijian

pengeringan dilakukan sampai kadar air tertentu agar dapat disimpan lama. Pada bawang

merah pengeringan hanya dilakukan sampai kulit mengering.

b. Pendinginan pendahuluan (precooling) untuk buah-buahan dan sayuran buah. Buah

setelah dipanen segera disimpan di tempat yang dingin/sejuk, tidak terkena sinar

matahari, agar panas yang terbawa dari kebun dapat segera didinginkan dan mengurangi

penguapan, sehingga kesegaran buah dapat bertahan lebih lama. Bila fasilitas tersedia,

precooling ini sebaiknya dilakukan pada temperatur rendah (sekitar 10°C) dalam waktu

1-2 jam.

c. Pemulihan (curing) untuk ubi, umbi dan rhizom. Pada bawang merah, jahe dan kentang

dilakukan pemulihan dengan cara dijemur selama 1 – 2 jam sampai tanah yang menempel

pada umbi kering dan mudah dilepaskan/ umbi dibersihkan, telah itu juga segera

disimpan di tempat yang dingin / sejuk dan kering. Untuk kentang segera disimpan di

tempat gelap (tidak ada penyinaran) ! Curing juga berperan menutup luka yang terjadi

pada saat panen.

d. Pengikatan (bunching) dilakukan pada sayuran daun, umbi akar (wortel) dan pada buah

yang bertangkai seperti rambutan, lengkeng dll. Pengikatan dilakukan untuk

memudahkan penanganan dan mengurangi kerusakan.

e. Pencucian (washing) dilakukan pada sayuran daun yang tumbuh dekat tanah untuk

membersihkan kotoran yang menempel dan memberi kesegaran. Selain itu dengan

pencucian juga dapat mengurangi residu pestisida dan hama penyakit yang terbawa.

Page 10: Makalah Panen dan Pascapanen

Pencucian disarankan menggunakan air yang bersih, penggunaan desinfektan pada air

pencuci sangat dianjurkan. Kentang dan ubi jalar tidak disarankan untuk dicuci. Pada

mentimun pencucian berakibat buah tidak tahan simpan, karena lapisan lilin pada

permukaan buah ikut tercuci. Pada pisang pencucian dapat menunda kematangan.

f. Pembersihan ( cleaning, trimming) yaitu membersihkan dari kotoran atau benda asing

lain, mengambil bagian-bagian yang tidak dikehendaki seperti daun, tangkai atau akar

yang tidak dikehendaki.

g. Sortasi yaitu pemisahan komoditas yang layak pasar (marketable) dengan yang tidak

layak pasar, terutama yang cacat dan terkena hama atau penyakit agar tidak menular pada

yang sehat.

2.6 Penanganan Pasca Panen Hasil Pertanian

Dalam bidang pertanian istilah pasca panen diartikan sebagai berbagai tindakan atau

perlakuan yang diberikan pada hasil pertanian setelah panen sampai komoditas berada di tangan

konsumen. Istilah tersebut secara keilmuan lebih tepat disebut Pasca produksi (Postproduction)

yang dapat dibagi dalam dua bagian atau tahapan, yaitu pasca panen (postharvest) dan

pengolahan (processing). Penanganan pasca panen (postharvest) sering disebut juga sebagai

pengolahan primer (primary processing) merupakan istilah yang digunakan untuk semua

perlakuan dari mulai panen sampai komoditas dapat dikonsumsi “segar” atau untuk persiapan

pengolahan berikutnya. Umumnya perlakuan tersebut tidak mengubah bentuk penampilan atau

penampakan, kedalamnya termasuk berbagai aspek dari pemasaran dan distribusi. Pengolahan

(secondary processing) merupakan tindakan yang mengubah hasil tanaman ke kondisi lain atau

bentuk lain dengan tujuan dapat tahan lebih lama (pengawetan), mencegah perubahan yang tidak

dikehendaki atau untuk penggunaan lain. Ke dalamnya termasuk pengolahan pangan dan

pengolahan industri.

Penanganan pasca panen bertujuan agar hasil tanaman tersebut dalam kondisi baik dan

sesuai/tepat untuk dapat segera dikonsumsi atau untuk bahan baku pengolahan.

Prosedur/perlakuan dari penanganan pasca panen berbeda untuk berbagai bidang kajian antara

lain:

1. Penanganan pasca panen pada komoditas perkebunan yang ditanam dalam skala luas

seperti kopi, teh, tembakau dll., sering disebut pengolahan primer, bertujuan menyiapkan

Page 11: Makalah Panen dan Pascapanen

hasil tanaman untuk industri pengolahan, perlakuannya bisa berupa pelayuan,

penjemuran, pengupasan, pencucian, fermentasi dll.

2. Penanganan pasca panen pada produksi benih bertujuan mendapatkan benih yang baik

dan mempertahankan daya kecambah benih dan vigornya sampai waktu penanaman.

Teknologi benih meliputi pemilihan buah, pengambilan biji, pembersihan, penjemuran,

sortasi, pengemasan, penyimpanan, dll.

3. Penanganan pasca panen pada komoditas tanaman pangan yang berupa biji-bijian

(cereal/grains), ubi-ubian dan kacangan yang umumnya dapat tahan agak lama disimpan,

bertujuan mempertahankan komoditas yang telah dipanen dalam kondisi baik serta layak

dan tetap enak dikonsumsi. Penanganannya dapat berupa pemipilan/perontokan,

pengupasan, pembersihan, pengeringan (curing/drying), pengemasan, penyimpanan,

pencegahan serangan hama dan penyakit, dll.

4. Penanganan pasca panen hasil hortikultura yang umumnya dikonsumsi segar dan mudah

“rusak” (perishable), bertujuan mempertahankan kondisi segarnya dan mencegah

perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki selama penyimpanan, seperti pertumbuhan

tunas, pertumbuhan akar, batang bengkok, buah keriput, polong alot, ubi berwarna hijau

(greening), terlalu matang, dll. Perlakuan dapat berupa: pembersihan, pencucian,

pengikatan, curing, sortasi, grading, pengemasan, penyimpanan dingin, pelilinan, dll.

2.5 PENANGANAN PASCA PANEN

Penanganan pasca panen umumnya meliputi pekerjaan:

a. Grading (pengkelasan) dan standarisasi

b. Pengemasan dan pelabelan

c. Penyimpanan

d. Pengangkutan.

Pada beberapa komoditas ada yang diberi perlakuan tambahan antara lain : pemberian bahan

kimia, pelilinan, pemeraman.

a. Grading dan Standarisasi

Grading adalah pemilahan berdasarkan kelas kualitas. Biasanya dibagi dalam kelas 1,

kelas 2, kelas 3 dan seterusnya, atau kelas A, kelas B, kelas C dan seterusnya. Pada beberapa

Page 12: Makalah Panen dan Pascapanen

komoditas ada kelas super-nya. Tujuan dari tindakan grading ini adalah untuk memberikan nilai

lebih ( harga yang lebih tinggi) untuk kualitas yang lebih baik. Standard yang digunakan untuk

pemilahan (kriteria ) dari masing-masing kualitas tergantung dari permintaan pasar. Standarisasi

merupakan ketentuan mengenai kualitas atau kondisi komoditas berikut kemasannya yang dibuat

untuk kelancaran tataniaga/pemasaran. Standarisasi pada dasarnya dibuat atas persetujuan antara

konsumen dan produsen, dapat mencakup kelompok tertentu atau wilayah / negara / daerah

pemasaran tertentu.

b. Pengemasan

Pengemasan bermanfaat unuk memberikan perlindungan terhadap produk yang akan

dipasarkan, mempermudah penanganan (tidak repot), menambah nilai ekonomis, dan

meningkatkan daya tarik. Secara umum, tindakan prapengemasan dapat memperbaiki mutu

produk hortikultura yang dipasarkan. (biasanya disebut punnet), misalnya pada prakemasan buah

stroberi. Penggunaan plastik ini sangat menguntungkan karena kuat, produk langsung terlihat

dari luar, tahan lembab, dan dapat dibuat permeable bagi pertukaran udara.

c. Penyimpanan (Storage operation)

Tujuan / guna penyimpanan diantaranya yaitu : memperpanjang kegunaan (dalam

beberapa kasus, meningkatkan kualitas) ,menampung produk yang melimpah, menyediakan

komoditas tertentu sepanjang tahun, membantu dalam pengaturan pemasaran, meningkatkan

keuntungan finansial bagi produsen dan mempertahankan kualiatas dari komoditas yang

disimpan

Prinsip dari perlakuan penyimpanan : Mengendalikan laju transpirasi, mengendalikan

repirasi, mengendalikan / mencegah serangan penyakit dan memcegah perubahan-perubahan

yang tidak dikehendaki konsumen

d. Pengangkutan:

Pengangkutan umumnya diartikan sebagai penyimpanan berjalan. Semua kondisi

penyimpanan pada komoditas yang diangkut harus diterapkan. Faktor pengangkutan yang perlu

diperhatikan adalah: fasilitas angkutannya, jarak yang ditempuh atau lama perjalanan, kondisi

jalan dan kondisi lingkungan selama pengangkutan, dan perlakuan bongkar-muat yang

diterapkan.

Page 13: Makalah Panen dan Pascapanen

BAB III

PENUTUP

Berdasarkan hasil pembahasan mengenai panen dan pasca panen maka dapat di

simpulkan diantaranya :

1. Pemanenan merupakan kegiatan yang sangat menentukan dalam kegiatan operasional

hortikultura, dan seringkali merupakan bagian termahal dari kegiatan produksi. Secara

sederhana, istilah pemanenan diartikan sebagai upaya memisahkan bagian tanaman yang

memiliki nilai ekonomis dari tanaman induknya.

2. Waktu panen sangat ditentukan oleh jenis atau varietas tanaman, hari tanam atau hari

berbunga, dan kondisi lingkungan selama musim tanam. Selain itu, beberapa kriteria

fisiologis juga telah digunakan menentukan saat panen, seperti kekerasan, warna, dan

kandungan karbohidrat.

3. Pemanenan secara manual ini merupakan metode terbaik bila di pandang dari sudut

kualitas buah, karana pemanenan dapat dilakukan secara selektif terhadap buah-buah

yang sudah memasuki fase matang fisiologis.

4. Penanganan pasca panen umumnya meliputi pekerjaan: Grading (pengkelasan) atau

standarisasi, pengemasan dan pelabelan, penyimpanan dan pengangkutan.

Page 14: Makalah Panen dan Pascapanen

DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, B. (1999). Usaha Tani Dan Penanganan Pasca Panen. Yogyakarta: kanisius.

Winarno, F.G. 1981. Fisiology Lepas Panen. Jakarta: Sastra Hudaya

Zulkarnain, 2014. Dasar-dasar Hortikultura. Jakarta: Bumi Aksara