Makalah pandangan islam tehadap pemeliharaan dan pengasuhan anak
-
Upload
operator-warnet-vast-raha -
Category
Documents
-
view
4.435 -
download
0
Transcript of Makalah pandangan islam tehadap pemeliharaan dan pengasuhan anak
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Realita yang sudah tak asing lagi ditelinga kita adalah narkoba melanda anak muda.
Pergaulan bebas sudah seperti jamur yang tumbuh subur di negeri yang yang kaya akan hasil
alamnya ini. Tawuran antar pelajar merupakan hal biasa yang katanya “Gak keren Bro kalo
ga tawuran”. Melihat fenomena tersebut malah membuat orang tua menjadi resah, guru
kehilangan jurus, petugas keamanan mati kutu, masyarakat pun tercekam. Mau jadi apa anak-
anak kita nanti?
Anak merupakan karunia sekaligus ujian bagi orang tua. Mendidik mereka menjadi
sebuah amanah terbesar dan terberat yang harus dipikul orang tua. Punya anak yang saleh dan
salehah merupakan harapan setiap orang tua, tetapi untuk mencapainya bukanlah diperoleh
dengan cara yang instan.
Berkaitan dengan hal itu, Allah berfirman dalam surah al-Tahrîm ayat 6 yang bunyinya :
�اس� الن و�ق�ود�ه�ا ا �ار� ن �م� �يك �ه�ل و�أ �م� ك �ف�س� �ن أ ق�وا �وا آم�ن �ذ�ين� ال ي ه�ا� أ �ا ي
م�ا �ه� الل �ع�ص�ون� ي ال د�اد& ش� غ�الظ& �ة& �ك م�الئ �ه�ا �ي ع�ل ة� ار� �ح�ج� و�ال
ون� ) �ؤ�م�ر� ي م�ا �ف�ع�ل�ون� و�ي ه�م� م�ر�� (٦أ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
Beranjak dari fenomena diatas dalam bahasan kali ini menarik untuk didiskusikan
bersama bagaimana sebenarnya dan seharusnya pengasuhan dan pendidikan anak dalam islam
agar kedepannya tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan dan kita sebagai orang tua benar-
benar mengamalkan apa yang diperintahkan Allah seperti dalam firman-Nya surah al-Tahrîm
ayat 6 diatas.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Pemeliharaan dan pengasuhan Anak ?
2. Bagaimana Tanggung Jawab terhadap Anak Bila Terjadi Perceraian ?
3. Bagaimana Pandangan Islam terhadap Pemeliharaan dan Pengasuhan Anak ?
4. Bagaimana Konsep Pengasuhan Dan Pendidikan Anak Dalam Islam ?
C. TUJUAN
Untuk mengetahui pemeliharaan dan pengasuhan anak dalam pandangan agama islam
BAB I
PEMBAHASAN
A. Pemeliharaan dan pengasuhan Anak
Pemeliharaan anak adalah pemenuhan berbagai aspek kebutuhan primer dan sekunder anak.
Pemeliharaan meliputi berbagai aspek, yaitu pendidikan, biaya hidup, kesehatan, ketentraman
dan segala aspek yang berakitan dengan kebutuhannya. Dlaam ajaran Islam diungkapkan
bahwa tanggung jawab ekonomi berada di pundak suami sebagai kepala rumah tangga, dan
tidak tertutup kemungkinan tanggung jawab itu beralih kepada istri untuk membantu
suaminya bila suami tidak mampu melaksanakan kewajibannya. Oleh karena itu, amat
penting mewujudkan kerja sama dan saling membantu antara suami dan istri dalam
memelihara anak sampai ia dewasa. Hal dimaksud pada prinsipnya adalah tanggung jawab
suami istri kepada anak-anaknya. KHI menjelaskan sebagai berikut:
Pasal 98 KHI
1. Batas usia anak yang mampu berdiri sendiri atau dewasa adalah 21 tahun, sepanjang
tahun, sepanjang anak tersebut tidak bercacat fisik maupun mental atau belum pernah
melangsungkan perkawinan.
2. Orang tuanya mewakili anak tersebut mengenai segala perbuatan hokum di dalam dan
diluar pengadilan.
3. Pengadilan Agama dapat menunjuk salah seorang kerabat terdekat yang mampu
menunaikan kewajiban tersebut apabila kedua orang tuanya meninggal.
Pasal 98 tersebut memberikan isyarat bahwa kewajiban kedua orang tua adalah mengantarkan
anak-anaknya, dengan cara mendidik, membekali dengan ilmu pengetahuan untuk menjadi
bekal mereka di hari dewasanya. Secara khusus Al-Qur'an menganjurkan kepada ibu agar
menyusui anak-anaknya secara sempurna )sampai usia dua tahun(. Namun, al-Qur'an juga
mengisyaratkan kepada ayah atau ibu supaya melaksanakan kewajibannya berdasarkan
kemampuannya, dan sama sekali al-Qur'an tidak menginginkan ayah atau ibu menderita
karena anakny. Apabila orang tua tidak mampu memikul tanggung jawab terhadap anaknya,
maka tanggung jawab dapat dialihkan kepada keluarganya )Surah al-Baqarah )2( ayat 233(.
* ßNºt$Î!ºuqø9$#ur z`÷èÅÊö�ム£`èdy‰»s9÷rr& Èû÷,s!öqym
Èû÷ün=ÏB%x. ( ô`yJÏ9 yŠ#u‘r& br& ¨LÉêムsptã$|ʧ�9$# 4 ’n?tãur
ÏŠqä9öqpRùQ$# ¼ã&s! £`ßgè%ø—Í‘ £`åkèEuqó¡Ï.ur
Å$rã�÷èpRùQ$$Î/ 4 Ÿw ß#¯=s3è? ë§øÿtR žwÎ) $ygyèó™ãr 4 Ÿw §‘!
$ŸÒè? 8ot$Î!ºur $ydÏ$s!uqÎ/ Ÿwur ׊qä9öqtB ¼çm©9 ¾ÍnÏ$s!uqÎ/
4 ’n?tãur Ï^Í‘#uqø9$# ã@÷VÏB y7Ï9ºsŒ 3 ÷bÎ*sù #yŠ#u‘r& »w$|ÁÏù
`tã < #Ú t�s? $uKåk÷]ÏiB 9‘ãr$t±s?ur Ÿxsù yy$oYã_ $yJÍköŽn=tã 3
÷bÎ)ur öN›?Šu‘r& br& (#þqãèÅÊ÷ŽtIó¡n@ ö/ä.y‰»s9÷rr& Ÿxsù
yy$uZã_ ö/ä3ø‹n=tæ #sŒÎ) NçFôJ¯=y™ !$¨B Läêø‹s?#uä
Å$rá�÷èpRùQ$$Î/ 3 (#qà)¨?$#ur ©!$# (#þqßJn=ôã$#ur ¨br& ©!$#
$oÿÏ3 tbqè=uK÷ès? ׎�ÅÁt/ ÇËÌÌÈ
Artinya: "Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu
bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi Makan dan
pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut
kadar kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan
seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin
menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak
ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak
ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah
kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan."
)QS. Al-Baqarah: 233(
Selain itu, hak anak terhadap orang tuanya adalah anak mendapat pendidikan, baik menulis
maupun membaca, pendidikan keterampilan, dan mendapatkan rezeki yang halal. Hal ini
berdasarkan hadits Nabi Muhammad sebagai berikut:
ق�ه� ز� �ر� �ي ال �ن� و�ا �ة� م�اي و�الر~ �اح�ة� ب و�الس~ �ة� �اب �ت �ك ال ~م�ه� �ع�ل ي �ن� ا �د� و�ال ع�ل�ى �د� �و�ل ال ح�ق�
) البيهقي ) رواه �ا ~ب �ط�ي �ال ا
Artinya: "Hak seorang anak kepada orang tuanya adalah mendapat pendidikan menulis,
renang, memanah dan mendapat rezeki yang halal. )HR Baihaqi(
Berdasarkan hadis tersebut, Pasal 45, 46 dan 47 UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
membuat garis hokum sebagai berikut:
)1( Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka sebaik-baiknya
)2( Kewajiban orang tua yang dimaksud dalam ayat )1( pasal ini berlaku sampai anak itu
kawin atau dapat berdiri sendiri, kewajiban mana berlaku terus meskipun perkawinan antara
orang tua putus.
Pasal 46
)1( Anak wajib menghormati orang tua dan menaati kehendak mereka yang baik
)2( Jika anak lebih dewasa, ia wajib memelihara menurut kemampuannya, orang tua dan
keluarga dalam garis lurus ke atas, bila mereka itu memerlukan bantuannya.
Pasal 47
1. Anak yang belum mencapai umur 18 )delapan belas tahun( atau belum pernah
melangsungkan perkawinan ada di bawah kekuasaan orang tuanya selama mereka
tidak dicabut dari kekuasaannya.
2. Orang tua mewakili anak tersebut mengenai perbuatan hokum di dalam dan di luar
pengadilan.
Selain kewajiban di atas, kewajiban lain yang menjadi tanggung jawab orang tua, yaitu hak
kebendaan. Pasal 106 KHI mengungkapkan garis hokum sebagai berikut.
Pasal 106 KHI
)1( Orang tua berkewajiban merawat dan mengembangkan harta anaknya yang belum
dewasa atau dibawah pengampuan, dan tidak diperbolehkan memindahkan atau
menggadaikannya kecuali karena keperluan yang mendesak jika kepentingan dan
kemaslahatyan sang anak itu menghendaki atua suatu kenyataan yang tidak dapat dihindarkan
lagi.
)2( Orang tua bertanggung jawab atas kerugian yang ditimbulkan karena kesalahan dan
kelalaian dari kewajiban tersebut pada ayat )1(.
Selain KHI tersebut, Pasal 28 UU Perkawinan menegaskan bahwa orang tua tidak
diperbolehkan memindahkan hak atua menggadaikan barang-barang tetap yang dimiliki
anaknya yang belum berumur 18 )delapan belas tahun( atau belum melangsungkan
perkawinan kecuali apabila kepentingan anak itu menghendakinya.
Kalau seorang bayi disusukan oleh orang yang bukan melahirkannya maka perempuan yang
menyusui bayi bertanggung oleh ayah bayi itu. Hal ini diatur oleh Pasal 104 KHI sebagai
berikut:
)1( Semua biaya penyusuan anak dipertanggungjawabkan kepada ayahnya. Apabila
ayahnya telah meninggal dunia, maka biaya penyusuan dibebankan kepada orang yang
berkewajiban memberi nafkan kepada ayahnya atau walinya.
)2( Penyusuan dilakukan untuk paling lama dua tahun dan dapat dilakukan penyapihan
dalam masa kurang dua tahun dengan persetujuan ayah ibunya.
Demikian uraian mengenai ketentuan pemeliharaan anak dan batas-batasnya yang menjadi
tanggung jawab orang tua terutama ayah sebagai kepala rumah tangga dan pelindung
keluarga, bagi istri dan anak-anaknya.1[1]
B. Tanggung Jawab terhadap Anak Bila Terjadi Perceraian
Pada dasarnya orang tua bertanggung jawab atas pemeliharaan anak-anaknya, baik orang tua
dalam keadaan rukun maupun dalam keadaan sudah bercerai. Pemeliharaan anak biasa
disebut hadanah dalam kajian fiqih. Hadanah adalah memelihara seseorang anak yang belum
mampu hidup mandiri yang meliputi pendidikan dan segala sesuatu yang diperlukannya baik
dalam bentuk melaksanakan maupun dalam bentuk menghindari sesuatu yang dapat
merusaknya. Hal ini dirumuskan garis hukumnya dalam pasal 41 UU Perkawinan sebagai
berikut:
Pasal 41 UUP
1
Akibat putusnya perkawinan karena perceraian ialah
1. Baik ibu atau ayah tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak-anaknya,
semata-mata berdasarkan kepentingan anak bilamana ada perselisihan mengenai
penguasaan anak-anak pengadilan memberi keputusannya.
2. Bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan yang
diperlukan anak itu; bilamana bapak dalam kenyataan tidak dapat memenuhi
kewajiban tersebut, pengadilan dapat menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya
tersebut
3. Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan biaya
penghidupan dan atau menentukan sesuatu kewajiban bagi bekas istri.
Garis hokum yang terkandung dalam Pasal 41 Undang-Undang tersebut, tampak tidak
membedakan antara tanggung jawab pemeliharaan yang mengandung nilai materiil dengan
tanggung jawab pengasuhan anak yang mengandung nilai nonmaterial atau yang
mengandung nilai kasih saying. Undang-Undang Perkawinan penekanannya berfokus pada
nilai materiilnya, sedangkan Pasal 105 Kompilasi Hukum Islam yang penekanannya meliputi
kedua aspek tersebut, yakni sebagai berikut:
Pasal 105 KHI
Dalam hal terjadi perceraian
1. Pemeliharaan anak yang belum mumayiz atau belum berumur 12 tahun adalah hak
ibunya
2. Pemeliharaan anak yang sudah mumayyiz diserahkan kepada anak untuk memilih di
antara ayah atau ibunya sebagai pemegang hak pemeliharaannya.
3. Biaya pemeliharaan ditanggung oleh ayahnya
Ketentuan KHI tersebut, tampak bahwa tanggung jawab seorang ayah atau ia sudah kawin
lagi. Dapat juga dipahami bahwa ketika anak itu masih kecil )belum baligh( maka
pemeliharaannya merupakan hak ibu, namun biaya ditanggung oleh ayahnya. Selain itu, anak
yang belum mumayyiz maka ibu mendapat prioritas utama untuk mengasuh anaknya. Apabila
anak sudah mumayyiz maka sang anak berhak memilih di antara ayah atau ibunya yang ia
ikuti. Tergantung dari anak dalam menentukan pilihannya. Lain halnya bila orang tua lalai
dalam melaksanakan tanggung jawab, biak dalam merawat dan mengembangkan harta
anaknya. Orang tua yang demikian dapat dicabut atau dialihkan kekuasaannya bila ada alas
an-alasan yang menuntut pengalihan tersebut. Hal ini berdasarkan Pasal 49 Undang-Undang
Perkawinan yang berbunyi sebagai berikut:
)1( Salah seorang atau kedua orang tua dapat dicabut kekuasaannya terhadap seorang anak
atau lebih untuk waktu yang tertentu atas permintaan orang tua yang lain, keluarga anak
dalam garis lurus ke atas dan saudara kandung yang telah dewasa atau pejabat yang
berwenang, dengan keputusan Pengadilan dalam hal-hal:
a. Ia sangat melalaikan kewajibannya terhadap anaknya
b. Ia berkelakuan buruk sekali
)2( Meskipun orang tua dicabut kekuasaannya, mereka masih tetap berkewajiban untuk
memberi biaya pemeliharaan kepada anak tersebut.
Kalau perceraian dilakukan oleh pegawai negeri, orang tua terikat dalam pelaksanaan
tanggung jawab terhadap anaknya. Hal ini diatur oleh pemerintah melalui surat Edaran
Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara )BAKN( Nomor 08/SE/1983 pada poin 19
yang menyatakan:
Apabila perceraian terjadi atas kehendak pegawai negeri sipil pira, maka ia wajib
menyerahkan sebagaian gajinya untuk penghidupan bekas istri dan anak-anaknya, dengan
ketentuan sebagai berikut;
a. Apabila anak mengikuti bekas istri, maka pembagian gaji ditetapkan sebagai berikut:
1. Sepertiga gaji untuk pegawai negeri sipil pria yang bersangkutan
2. Sepertiga gaji untuk bekas istrinya
3. Sepertiga gaji untuk anaknya yang diterimakan kepada bekas istrinya
b. Apabila perkawinan tidak menghasilkan anak, maka gaji dibagi dua, yaitu setengah
untuk pegawai negeri sipil pria yang bersangkutan dan setengah untuk bekas istrinya.
c. Apabila anak mengikuti pegawai negeri pria yang bersangkutan maka pembagian gaji
ditetapkan sebagai berikut:
1. Sepertiga gaji untuk pegawai negeri sipil pria yang bersangkutan
2. Sepertiga gaji untuk bekas istrinya
3. Sepertiga gaji untuk anaknya yang diterimakan pada pegawai negeri sipil pria yang
bersangkutan
d. Apabila sebagian anak mengikuti pegawai negeri sipil yang bersangkutan dan sebagian
lainnya mengikuti bekas istrinya, maka 1/3 gaji yang menjadi hak anak itu dibagi menurut
jumlah anak. Umpamanya seorang pegawai negeri sipil bercerai dengan istrinya, pada waktu
perceraian terjadi mereka mempunyai 3 orang anak, yang seorang mengikuti pegawai negeri
sipil yang bersangkutan dan yang 2 orang anak mengikuti bekas istrinya. Dalam hah yang
demikian, maka bagian gaji yang menjadi hak anak itu dibagi sebagai berikut:
)1( 1/3 dari 1/3 gaji = 1/9 gaji diterima kepada pegawai negeri sipil yang bersangkutan
)2( 2/3 dari 1/3 gaji = 2/9 gaji diterima kepada bekas istrinya.
Ketentuan di atas tidak berlaku apabila perceraian terjadi atas kehendak istri yang
bersangkutan, kecuali istri yang bersangkutan meminta cerai karena dimadu maka sesudah
perceraian terjadi bekas istri tersebut berhak atas bagian gaji tersebut. Selain itu, apabila
bekas istri yang bersangkutan kawin lagi, pembayaran bagian gaji dihentikan terhitung mulai
bulan berikutnya bekas istri yang dimaksud kawin lagi. Demikian juga, bekas istri yang
bersangkutan kawin lagi, sedangkan semua anak ikut kepada bekas istri tersebut, maka 1/3
gaji tetap menjadi hak anak yang diterimakan kepada bekas istri yang bersangkutan. Lain
halnya, pada waktu perceraian sebagian anak mengikuti pegawai negeri sipil dan sebagian
lagi mengikuti bekas istri dan bekas istri kawin lagi dan anak tetap mengikutinya, maka
bagian gaji yang menjadi hak anak itu tetap diterimakan kepada bekas istri dimaksud.
Aturan diatas diberlakukan kepada pegawai sipil, muatan ketentuannya dapat juga
diberlakukan kepada suami istri yang bercerai bila mereka mempunyai anak. Karena masa
depan anak adalah tanggung jawab dari kedua orang tuanya.
C. Pandangan Islam terhadap Pemeliharaan dan Pengasuhan Anak
Dalam kamus besar bahasa Indonesia pengasuhan adalah proses, perbuatan, atau cara
mengasuh. Mengasuh dalam bahasa arab berasal dari akar kata – �ح�ض�ن� ي yang ح�ض�ن�
artinya asuh, mengasuh. Mengasuh anak adalah menjaga orang yang belum mampu mandiri
mengurus urusannya sendiri, mendidik, menjaganya dari hal yang merusak atau pun yang
membahayakannya.
Beranjak dari hal itu dan melihat dalam kamus besar bahasa Indonesia pendidikan adalah
proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan; proses perbuatan, cara
mendidik. Dalam bahasa arab pendidikan berasal dari akar kata �ة& �ي ب �ر� ,yang artinya didik ت
pendidikan. Apabila istilah tarbiyah diambil dari fi’il madhi-nya )rabbayânî( maka ia
mempunyai arti memproduksi, mengasuh, menanggung, memberi makan, menumbuhkan,
mengembangkan, memelihara, membesarkan, dan menjinakkan. Dalam alqur’an dapat
ditemui tiga ayat yang senada dengan istilah tersebut, yaitu: dalam surah al-Isra’:24 yang
bunyinya: kamâ rabbayânî shaghîra. Ayat ini menunjukkan pengasuhan dan pendidikan
orang tua kepada anak-anaknya baik jasmani maupun rohani. Dalam surah asy-Syu’ara:18
yang bunyinya: alam nurabbika fina walîda. Ayat ini menunjukkan pengasuhan fir’aun
terhadap Nabi Musa sewaktu kecil akan tetapi hanya jasmani saja tidak untuk rohani.
Kemudian dalam surah al-Baqarah: 276 yang bunyinya: yamhullahurribâ wa yurbî
shadaqah. Ayat ini berkenaan dengan makna menumbuh kembangkan dalam pengertian
tarbiyyah seperti Allah menumbuh kembangkan sedekah dan menghapus riba.
Tidak banyak literatur yang penulis dapat tentang pengertian “pengasuhan” anak. kalau
dilihat dari kata “pengasuhan” berbeda dengan “pendidikan”, tetapi sejauh penulis pahami
dari pengertian yang ada maknanya sama saja, karena pengasuhan itu merupakan tanggung
jawab orang tua terhadap anaknya yang mana didalamnya selain memberikan kebutuhan
jasmani dan kebutuhan rohani juga kebutuhan pendidikan. Artinya kalau boleh dikatakan
“pengasuhan anak” maka sama saja maknanya “pendidikan anak”.
D. Konsep Pengasuhan Dan Pendidikan Anak Dalam Islam
Al-Qur’an telah menjelaskan bagaimana pendidikan anak dalam islam. Dimulai dengan
bagaimana orang tua berbicara dengan anak-anaknya. Seperti dalam surah Luqman: 13 yang
berbunyi:
ك� و� ر� الش~ �ن� إ �ه� �الل ب ر�ك� �ش� ت ال �ي� �ن ب �ا ي �ع�ظ�ه� ي و�ه�و� �ه� �ن الب �ق�م�ان� ل ق�ال� �ذ� إ
ع�ظ�يم& ) �م& �ظ�ل (١٣ل
Artinya: “Dan )ingatlah( ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya
mempersekutukan )Allah( adalah benar-benar kezaliman yang besar".
Dalam ayat tersebut mengajarkan kepada orang tua agar berbicara dengan anak dengan cara
lemah lembut disertai dengan kasih sayang yang mendalam tanpa memandangnnya dengan
penuh kebencian. Diharuskan juga ketika orang tua menyuruh ataupun melarang harus
menggunakan argumentasi logis, misalnya ayah atau ibu melarang anak untuk tidak kebut-
kebutan dijalan karena itu dapat membahayakan dirinya dan tentunya membuat orang tua
khawatir, lebih baik pergi kepengajian dimesjid lebih mendapat pahala dari pada melakukan
hal yang tidak bermanfaat dijalanan.
Orang tua dalam mendidik anaknya harus dengan benar, jangan dibiarkan begitu saja karena
anak merupakan amanah yang diberikan Allah kepada orang tua. Maka dari itulah mendidik
anak harus dengan baik dan benar sesuai tuuntunan al-Qur’an. Pada masa sekarang para
orang tua dengan bangganya memberikan pendidikan kepada anaknya sampai jenjang yang
tinggi dan mendapat gelar sarjana. Hal itu bisa saja orang tua lakukan dengan tujuan untuk
menunjang kemaslahatan kehidupan duniawinya akan tetapi jangan lupa pendidikan
kemaslahatan kehidupan akhiratnya kelak. Seperti Rasulullah ajarkan kepada kita bahwa
pendidikan itu sebenarnya ada tiga yaitu: ayat yang pasti, sunnah yang benar, dan kewajiban
yang harus dilakukan. Ayat yang pasti itu maksudnnya seperti ilmu tauhid, ushuluddin,
kajian-kajian tentang sang pencipta. Sunnah yang benar seperti hal-hal yang berkaitan dengan
keikhlashan, ilmu tentang kemuliaan manusia dan kehinaannya, cara mendapatkan kemuliaan
dan menghindari dari kehinaan. Kewajiban yang harus dilakukan seperti ilmu-ilmu fiqih.
Sedangkan ilmu-ilmu yang lainnya hanyalah pelengkap saja seperti ilmu-ilmu umum sampai
mendapat gelar professor hanyalah untuk ilmu pelengkap demi kemaslahatan anak kelak.
Sebagai orang tua yang ingin benar-benar mendidik anaknya agar menjadi manusia dan
muslimin yang berada dalam garis ajaran islam bisa menerapkan ajaran-ajaran Luqman dalam
al-Qur’an yang insyaAllah anak yang kita didik tidak akan keluar dari koridor islam.
Dikatakan demikian karena ajaran-ajaran Luqman yang ditawarkan ini merupakan bersumber
dari sumber asli yakni al-Qur’an.
Pertama, perintah untuk mensyukuri ni’mat dalam surah Luqman ayat 12 yang bunyi
ayatnya adalah:
�ر� و ك �ش� ي �م�ا �ن ف�إ �ر� ك �ش� ي و�م�ن� �ه� �ل ل �ر� ك اش� ن�� أ �م�ة� �ح�ك ال �ق�م�ان� ل �ا �ن �ي آت �ق�د� �ل
ح�م�يد& ) �ي� غ�ن �ه� الل �ن� ف�إ �ف�ر� ك و�م�ن� ه� �ف�س� �ن ( ١٢ل
Artinya: “Dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, Yaitu:
"Bersyukurlah kepada Allah. Dan Barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka
Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang tidak bersyukur,
Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".
Dalam tafsir Ibnu Katsir menurut cerita yang diriwayatkan oleh Sa’id bin Abi Arubah, dari
Qatadah tentang firman Allah dalam ayat ini menerangkan bahwa Allah telah memberikan
pemahaman, pengetahuan dan ta’bir mimpi kepada Luqman tentang islam padahal dia bukan
seorang Nabi dan tidak diberikan wahyu. Allah memerintahkan kepadanya untuk bersyukur
kepada Allah atas apa yang telah diberikan, dianugerahkan dan dihadiahkan oleh-Nya berupa
keutamaan yang hanya dikhususkan kepadanya, tidak kepada orang lain yang sejenis di
masanya. Apabila bersyukur kepada Allah maka manfaat dan pahalanya hanya akan kembali
kepada orang-orang yang bersyukur itu sendiri. Barang siapa yang tidak bersyukur kepada
Allah maka hal itu tidak membahayakan-Nya sekalipun seluruh penghuni alam ini
mengkufuri-Nya karena sesungguhnya Allah Maha Kaya dari hamba-hamba-Nya2[9].
Kedua, perintah untuk tidak menyekutukan Allah dalam surah Luqman ayat 13 yang bunyi
ayatnya adalah:
ك� ر� الش~ �ن� إ �ه� �الل ب ر�ك� �ش� ت ال �ي� �ن ب �ا ي �ع�ظ�ه� ي و�ه�و� �ه� �ن الب �ق�م�ان� ل ق�ال� �ذ� و�إ
ع�ظ�يم& ) �م& �ظ�ل (١٣ل
Artinya: “Dan )ingatlah( ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya
mempersekutukan )Allah( adalah benar-benar kezaliman yang besar".
Asbabun Nuzul ayat 13 dalam surah ini adalah: dari ‘alqamah ra., dari ‘abdullah ra., dia
berkata , “tatkala turun QS. Al-An’âm: 82, kalangan sahabat bertanya, ‘siapa diantara kita
yang tidak berbuat zalim terhadap dirinya?’ lalu turunlah ayat ini.” )HR. Bukhârî(
Dalam tafsir Ibnu Katsir diterangkan bahwa Luqman memberikan wasiat kepada putranya
yang bernama Tsaran yang merupakan orang yang paling dikasihi dan dicintainya. Ini
2
merupakan wasiat yang paling utama yakni untuk beribadah kepada Allah yang tidak ada
sekutu bagi-Nya karena sesungguhnya syirik )mempersekutukan Allah( merupakan
kezhaliman terbesar.
Dalam surah al-An’âm ayat 82 juga disebutkan hal yang sama untuk tidak menyekutukan-
Nya, yang bunyi ayatnya:
� � ال �م �ظ�ل ب �ه�م� �يم�ان إ وا �س� �ب �ل ي �م� و�ل �وا آم�ن �ذ�ين�Artinya: “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan
kezaliman )syirik(…”
Selain surah al-An’âm ayat 82, juga ditemukan dalam surah al-Isrâ’ ayat 23. Dalam ayat
tersebut diperintahkan untuk beribadah kepada Allah dengan berbakti pada Ibu-Bapak, yang
bunyi ayatnya:
�ا ان �ح�س� إ �ن� �د�ي �و�ال �ال و�ب �اه� �ي إ �ال إ �د�وا �ع�ب ت �ال أ ب ك� ر� و�ق�ض�ىArtinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya…”
Selain ayat tersebut masih banyak lagi ayat al-Qur’an yang berkenaan dengan hal tersebut.
Selain ayat al-Qur’an tentunya hadits juga mendukung larangan syirik, bunyi haditsnya:
�ر� اب ج� �ن� ب �ى ي �ح� ي ع�ن� ، �ان� ن س� �ن� ب ع�يد� س� �ا �ن ح�د�ث ، �ة� �ق�ي ب �ا �ن ح�د�ث ، �ح�و�ط�ي ال �ا �ن ح�د�ث
�ى �ت أ �ه� ن� أ ، �ه� ع�ن �ه� الل ض�ي� ر� � ح�ك�يم �يه� ب
� أ ع�ن� ، � ح�ك�يم �ن� ب �ة� م�ع�او�ي ع�ن� ، �ي~ الط�ائ
: ؟ �ا ب ن ر� �ك� ل س� ر�� أ �م�ا ب ، الله� س�ول� ر� �ا ي ف�ق�ال� ، وسلم عليه الله صلى �ي� �ب الن
: ، �اة� ك الز� �ي �ؤ�ت و�ت ، الص�الة� �ق�يم� و�ت ، �ا �ئ ي ش� �ه� ب ر�ك� �ش� ت ال �ع�ال�ى ت �ه� الل �د� �ع�ب ت ق�ال�
�ف�ك� �ك ي �ن� �ك ت �م�ا �ن �ي أ �ك� د�ين ه�ذ�ا ، ح�ك�يم� �ا ي ، م& م�ح�ر� � �م ل �م�س� ال ع�ل�ى � �م ل �م�س� ال �ل و�ك
Ketiga, berterima kasih kepada orang tua surah Luqman ayat 14 yang bunyi ayatnya adalah:
ف�ي و �ه� و�ف�ص�ال و�ه�ن� ع�ل�ى �ا و�ه�ن م ه�� أ �ه� �ت ح�م�ل �ه� �د�ي �و�ال ب ان� �س� اإلن �ا �ن �و�ص�ي
�م�ص�ير� ) ال �ي� �ل إ �ك� �د�ي �و�ال و�ل ل�ي �ر� ك اش� ن�� أ �ن� (١٤ع�ام�ي
Artinya: “Dan Kami perintahkan kepada manusia )berbuat baik( kepada dua orang Ibu-
Bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu,
hanya kepada-Ku lah kembalimu”.
Dalam ayat ini Allah memerintahkan agar berbuat baik pada kedua orang tua, yang mana
ibunya mengandung dalam keadaan lemah. Menurut Mujahid berkata: “beratnya kesulitan
mengandung anak” sedangkan menurut Qatadah berkata: “keberatan demi kebeatan”. Setelah
melahirkan yakni mengasuh dan menyusuinya selama dua tahun kalau memang ingin
menyempurnakannya. Allah menyebutkan )dalam ayat ini( pengasuhan seorang ibu,
kelelahan dan kesulitannya saat menjaganya diwaktu siang dan bahkan harus bergadang
malam hari hanya untuk merawat bayi yang tidak punya daya apa-apa karena begitu besar
cintanya pada buah hati maka dari itulah Allah memerintahkan untuk bersyukur kepada-Nya
dan kepada kedua orang tuanya.
Dalam hadits yang diriwayatkan Muslim yang senada dengan hal ini.
ولد اليجزي قال سلم و عليه الله صلى النبي عن هريرة أبي عن
فيعتقه فيشتريه مملوكا يجده أن إال والدهArtinya: Dari Abu hurairah ra, ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “seorang tidak dapat
membalas budi kedua orang tuanya, kecuali jika mendapatkan orang tuanya menjadi budak,
kemudian ia membeli dan memerdekakannya.”3[13]
Keempat, bila orang tua musyrik maka tetap saja baik dalam urusan dunia saja dalam
surah Luqman ayat 15 yang bunyi ayatnya adalah:
�ط�ع�ه�م�ا ت ف�ال �م& ل ع� �ه� ب �ك� ل �س� �ي ل م�ا �ي ب ر�ك� �ش� ت �ن� أ ع�لى ج�اه�د�اك� �ن� و�إ
�م� ج�ع�ك م�ر� �ي� �ل إ �م� ث �ي� �ل إ �اب� �ن أ م�ن� �يل� ب س� �ع� �ب و�ات وف�ا م�ع�ر� �ا �ي الد ن ف�ي �ه�م�ا ب و�ص�اح�
�ون� ) �ع�م�ل ت �م� �ت �ن ك �م�ا ب �م� �ك ~ئ �ب ن� (١٥ف�أ
Artinya: “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang
tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan
pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-
Ku, kemudian hanya kepada-Ku lah kembalimu, maka kuberitakan kepadamu apa yang telah
kamu kerjakan”.
Ayat ini menjelaskan bahwa jika kedua orang tua memaksakan agamanya )selain islam(,
maka janganlah )kamu( menerimanya dan itu pun tak boleh menghalangimu untuk berbuat
baik kepada keduanya di dunia secara ma’ruf )baik( dan tetap ikuti orang-orang yang kembali
kepada Allah.4[14]
Kelima, menanamkan pada anak bahwa akan adanya balasan akhirat dalam surah Luqman
ayat 16 yang bunyi ayatnya adalah:
3
4
ف�ي و�� أ ة� ص�خ�ر� ف�ي �ن� �ك ف�ت د�ل� خ�ر� م�ن� �ة� ب ح� �ق�ال� م�ث �ك� ت �ن� إ �ه�ا �ن إ �ي� �ن ب �ا ي
�ير& ) ب خ� ل�ط�يف& �ه� الل �ن� إ �ه� الل �ه�ا ب �ت� �أ ي األر�ض� ف�ي و�� أ م�او�ات� (١٦الس�
Artinya: )Luqman berkata(: "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada )sesuatu perbuatan( seberat
biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan
mendatangkannya )membalasinya(. Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha mengetahui.
Tafsir ayat ini adalah suatu perbuatan seberat biji sawi yaitu kezhaliman dan kesalahan
sekalipun seberat biji sawi, niscaya Allah akan membalasnya. Allah akan menghadirkannya
pada hari kiamat ketika Dia mendirikan timbangan keadilan serta membalasnya. Jika
kebaikan akan dibalas dengan kebaikan dan jika keburukan maka akan dibalas dengan
keburukan. Senada dalam surah al-Anbiyâ’: 47 yang bunyi ayatnya:
�ا �ئ ي ش� �ف�س& ن �م� �ظ�ل ت ف�ال �ام�ة� �ق�ي ال � �و�م �ي ل �ق�س�ط� ال �م�و�از�ين� ال �ض�ع� و�ن
Artinya: “Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, Maka Tiadalah
dirugikan seseorang barang sedikitpun”
Sekalipun biji sawi itu terlindungi dan terhalang di dalam batu besar hitam atau di tempat
terasing jauh di ujung langit dan bumi, sesungguhnya Allah akan menghadirkannya karena
tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi dan tidak ada satu biji dzarrah pun yang ada di langit
dan di bumi yang terluput dari-Nya. Allah Maha Halus ilmu-Nya sehingga tak ada sesuatu
pun yang tersembunyi dari-Nya, sekalipun kecil, halus dan lembut.
Keenam, perintah shalat, amar ma’ruf nahi munkar, dan sabar dalam surah Luqman ayat
17 yang bunyi ayatnya adalah:
� �ك� ي ذ�ل �ن� إ �ك� ص�اب� أ م�ا ع�ل�ى �ر� و�اص�ب �ر� �ك �م�ن ال ع�ن� �ه� و�ان وف� �م�ع�ر� �ال ب م�ر�
� و�أ الص�الة� � �ق�م أ �ي� �ن ب ا
األم�ور� � م ع�ز� م�ن�
Artinya: “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah )manusia( mengerjakan yang baik dan
cegahlah )mereka( dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa
kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan )oleh Allah(.”
Dalam ayat ini Luqman menyuruh anaknya agar mendirikan shalat dengan menegakkan
batas-batasnya, melakukan fardhu-fardhunya dan menetapkan waktu-waktunya. Menyuruh
)manusia( mengerjakan yang baik dan mencegah dari perbuatan yang munkar sesuai dengan
kemampuan dan kesungguhanmu. Bersabarlah terhadap apa yang menimpamu karena orang
yang melakukan amar ma’ruf nahi munkar pasti akan mendapat gangguan dari manusia, maka
dia memerintahkannya untuk bersabar.5[16]
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh al-Hakim adalah perintah untuk mendirikan shalat,
bunyi haditsnya:
5
سعيد بن عثمان ثنا العنزي محمد بن أحمد الحسن أبو حدثناه فقد
بن أنس عن التيمي سليمان عن غيره و زهير ثنا النفيلي ثنا الدرامي
و : عليه الله صلى الله رسول وصية آخر كان قال عنه الله رضي مالك
ما : و أيمانكم ملكت ما و مرتين الصالة الصالة الموت حضره حين سلم
لسانه بها يفيض ما و صدره في بها يغرغر زال
Artinya: “Wasiat terakhir Rasulullah saw menjelang wafat adalah: Shalat…! Shalat…! Dua
kali dan budak-budak yang kalian miliki. Kalimat itulah yang terus keluar masuk dadanya
dan digerak-gerakkan lisannya.”
Hadits tentang amar ma’ruf nahi munkar yang tak asing lagi kita dengar yang mana
diriwayatkan Muslim, bunyi haditsnya:
الله : رسول سمعت قال عنه الله رضي الخدري سعيد أبي عن
: فليغيره منكرا منكم رأى من يقوم وسلم وآله عليه الله صلى
أضعف وذلك فبقلبه يستطع لم فإن فبلسانه يستطع لم فإن بيده
مسلم. رواه اإليمان
Artinya: “Dari Abi Said al-Khudri ra, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda,
“barang siapa melihat yang kemungkaran maka hendaklah ia mengubahnya dengan
tangannya, jika ia tidak mampu maka dengan lisannya, jika ia tidak mampu maka dengan
hatinya, yang demikian itu adalah selemah-lemahnya iman.”
Selanjutnya hadits tentang perintah sabar, diriwayatkan Muslim, bunyi haditsnya adalah:
إال إ شيء من ينزع وال ، زانه إال شيء في يكون ال الرفق ن
مسلم ( . رواه شانه
Artinya: “Sesungguhnya tidak ada kelembutan pada sesuatu hal kecuali dia akan
menghiasinya, dan tidaklah ia tercabut dari suatu hal melainkan akan mencorengnya.” 6[19]
Ketujuh, untuk tidak berlaku sombong dalam surah Luqman ayat 18-19 yang bunyi ayatnya
adalah:
�ل� ك �ح�ب ي ال �ه� الل �ن� إ ا ح� م�ر� األر�ض� ف�ي �م�ش� ت و�ال �اس� �لن ل خ�د�ك� �ص�ع~ر� ت و�ال
( ف�خ�ور� �ال� ت �ر�( ١٨م�خ� �ك ن� أ �ن� إ �ك� ص�و�ت م�ن� و�اغ�ض�ض� �ك� ي م�ش� ف�ي و�اق�ص�د�
�ح�م�ير� ) ال �ص�و�ت� ل (١٩األص�و�ات�
6
Artinya: “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia )karena sombong( dan
janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan
dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.
Tafsir ayat ini adalah bahwa dia )Luqman( berkata: janganlah engkau palingkan wajahmu
dari manusia jika engkau berkomunikasi dengan mereka atau mereka berkomunikasi
denganmu karena merendahkan mereka atau karena kesombongan, akan tetapi merendahlah
dan maniskanlah wajahmu terahadap mereka. Janganlah kamu sombong, takabbur, otoriter,
dan )menjadi( pembangkang. Jikalau engkau lakukan hal itu maka Allah pasti akan
memurkaimu, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
bangga pada diri sendiri serta sombong pada orang lain. Dalam berjalan juga harus secara
sederhana, tidak terlalu lambat dan tidak terlalu cepat, akan tetapi adil dan pertengahan. Juga
dalam hal berbicara janganlah berlebihan dan jangan mengeraskan suara pada sesuatu yang
tidak bermanfaat. Keterlaluan mengangkat suara disamakan dengan keledai dalam ketinggian
dan kekerasannya dan disamping itu kekerasan suara tersebut merupakan hal yang dimurkai
Allah. Penyerupaan suara ini dengan keledai menjadi konsekuensi logis keharaman dan
ketercelaannya yang sangat keras.7[20]
Hadits yang berkenaan dengan larangan sombong, yang diriwayatkan Muttafaqun ‘alaih:
ثنا بخطه جدي كتاب في وجدت قال خيثمة أبي بن أحمد بن محمد حدثنا
و : وهب بن حارثة عن خالد بن معبد ثنا مسعر حدثني أبان بن إسماعيل
: أال سلم و عليه الله صلى الله رسول قال قاال الفهري المستورد
أال ألبره الله على أقسم لو متضعف ضعيف كل ؟ الجنة بأهل أخبركم
مستكبر جواظ عتل كل ؟ النار بأهل أخبركم
Artinya: “Dari Haritsah bin Wahab ra, dia berkata, “Saya pernah mendengar Rasulullah saw
bersabda,” maukah kamu saya beritahukan tentang penghuni neraka? Mereka adalah orang
yang kaku dan kasar, berakhlak sangat buruk dan sombong.”
7
BAB II
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan makalah tersebut diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa,
Pemeliharaan dan pengasuhan anak adalah pemenuhan berbagai aspek kebutuhan primer dan
sekunder anak. Pemeliharaan meliputi berbagai aspek, yaitu pendidikan, biaya hidup,
kesehatan, ketentraman dan segala aspek yang berakitan dengan kebutuhannya.
Pada dasarnya orang tua bertanggung jawab atas pemeliharaan dan pengasuhan anak-
anaknya, baik orang tua dalam keadaan rukun maupun dalam keadaan sudah bercerai.
Pemeliharaan anak biasa disebut hadanah dalam kajian fiqih. Hadanah adalah memelihara
dan mengasuh seseorang anak yang belum mampu hidup mandiri yang meliputi pendidikan
dan segala sesuatu yang diperlukannya baik dalam bentuk melaksanakan maupun dalam
bentuk menghindari sesuatu yang dapat merusaknya.
B. SARAN
Makalah masih memiliki berbagai jenis kekurangan olehnya itu kritik yang sifatnya
membangun sangat kami harapkan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Lubâbut Tafsîr
Min Ibni Katsîr )Terj. Tafsir Ibnu Katsir, oleh Abdul Ghoffar, et al, Bogor, Pustaka
Imam asy-Syafi’I, 2008, cet-5 jilid 6, h. 399(, Mu-assasah Dâr al-hilâl Kairo, cet-1,
1994.
2. Al-Attas, Muhammad al-Naquib, Konsep Pendidikan Dalam Islam, Bandung, Mizan,
1998.
3. Baharits, Adnan Hasan Shalih, Mas’ûliyyatul Abilmuslimi fi Tarbiyatil Waladi )Terj.
Tanggung Jawab Ayah Terhadap Anak Laki-Laki, Jakarta, Gema Insani Press, 1996,
Cet-1, h. 105(, Jeddah-Saudi Arabia, Darul Mujtama, 1991, Cet-2.
4. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta,
Balai Pustaka, 1990, Cet-3.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan pada Allah SWT, Karena atas berkat dan rahmat-Nya
penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah Agama ini. Dengan kami harapkan
kiranya makalah yang telah kami susun dapat bermanfaat bagi para pembaca atau pihak lain
yang membutuhkan informasi dalam makalah “PANDANGAN ISLAM TERHADAP
PEMELIHARAAN DAN PENGASUHAN ANAK”
Dalam makalah ini terdapat banyak sekali informasi mengenai nilai-nilai yang berkaitan dan
menjadi dasar dalam Kebidanan.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini jauh dari kata sempurna,untuk itu
kami berbesar hati untuk menerima segala kritik dan saran dari berbagai pihak. Kami juga
tidak lupa menyampaikan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah bersedia
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata kami mohon maaf atas kekurangan serta kejanggalan baik isi maupun dalam
teknik penyusunannya.
Raha, November 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................................... i
Daftar Isi.............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................................ 1
B. Rumusan masalah............................................................................................................ 1
C. Tujuan............................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
1. Pemeliharaan dan pengasuhan Anak........................................................................ 2
2. Tanggung Jawab terhadap Anak Bila Terjadi Perceraian...................................... 4
3. Pandangan Islam terhadap Pemeliharaan dan Pengasuhan Anak......................... 7
4. Konsep Pengasuhan Dan Pendidikan Anak Dalam Islam...................................... 8
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN................................................................................................................15
3.2 SARAN............................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................17
MAKALAH
PANDANGAN ISLAM
TERHADAP PEMELIHARAAN DAN PENGASUHAN ANAK
DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 12
1.NOVITASARI (2013.IB.0026)
2.HARTINA (2013.IB.0013)
TINGKAT I A.
AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA
KABUPATEN MUNA
2013 / 2014