MAKALAH PAJAK PENGHASILAN PASAL 21.pdf
-
Upload
nur-chayati -
Category
Documents
-
view
1.764 -
download
67
Transcript of MAKALAH PAJAK PENGHASILAN PASAL 21.pdf
1
MAKALAH
PERPAJAKAN II
“PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 UNTUK PEGAWAI,
PEGAWAI LEPAS, DAN PENERIMA HONORARIUM”
Disusun oleh :
1. Nanda Rosyid F0311082
2. Nur Aini Kusumaningrum F0311087
3. Nur Chayati F0311088
4. Rahajeng Sekar Pramudita F0311096
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
2
PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 UNTUK PEGAWAI,
PEGAWAI LEPAS, DAN PENERIMA HONORARIUM
DASAR HUKUM:
1. Peraturan Menteri Keuangan PMK-162/PMK.011/2012 tentang Penyesuaian
Penghasilan Tidak Kena Pajak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi
2. Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-31/PJ/2012 Pedoman Teknis Tata Cara
Pemotongan, Penyetoran, Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 Dan Atau Pajak
Penghasilan Pasal 26 Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa Dan Kegiatan Orang Pribadi
3. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No 206/PMK.011/ 2012 Tentang
Penetapan Bagian Penghasilan Sehubungan dengan pekerjaan dari pegawai harian dan
mingguan serta pegawai tidak tetap lainnya yang tidak dikenakan pemotongan pajak
penghasilan.
DEFINISI PENTING
o Pegawai adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja, berdasarkan perjanjian
atau kesepakatan kerja baik secara tertulis maupun tidak tertulis, untuk melaksanakan
suatu pekerjaan dalam jabatan atau kegiatan tertentu dengan memperoleh imbalan yang
dibayarkan berdasarkan periode tertentu, penyelesaian pekerjaan, atau ketentuan lain
yang ditetapkan pemberi kerja, termasuk orang pribadi yang melakukan pekerjaan
dalam jabatan negeri.
o Pegawai Tetap adalah pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam
jumlah tertentu secara teratur, termasuk anggota dewan komisaris dan anggota dewan
pengawas, serta pegawai yang bekerja berdasarkan kontrak untuk suatu jangka waktu
tertentu yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam jumlah tertentu secara
teratur.
o Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas adalah pegawai yang hanya menerima
penghasilan apabila pegawai yang bersangkutan bekerja, berdasarkan jumlah hari
bekerja, jumlah unit hasil pekerjaan yang dihasilkan atau penyelesaian suatu jenis
pekerjaan yang diminta oleh pemberi kerja.
o Penerima penghasilan Bukan Pegawai adalah orang pribadi selain Pegawai Tetap dan
Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas yang memperoleh penghasilan dengan nama
3
dan dalam bentuk apapun dari Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 sebagai
imbalan jasa yang dilakukan berdasarkan perintah atau permintaan dari pemberi
penghasilan.
o Peserta kegiatan adalah orang pribadi yang terlibat dalam suatu kegiatan tertentu,
termasuk mengikuti rapat, sidang, seminar, lokakarya (workshop), pendidikan,
pertunjukan, olahraga, atau kegiatan lainnya dan menerima atau memperoleh imbalan
sehubungan dengan keikutsertaannya dalam kegiatan tersebut.
o Penerima pensiun adalah orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima atau
memperoleh imbalan untuk pekerjaan yang dilakukan di masa lalu, termasuk orang
pribadi atau ahli warisnya yang menerima tunjangan hari tua atau jaminan hari tua.
o Penghasilan Pegawai Tetap yang Bersifat Teratur adalah penghasilan bagi Pegawai
Tetap berupa gaji atau upah, segala macam tunjangan, dan imbalan dengan nama
apapun yang diberikan secara periodik berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh
pemberi kerja, termasuk uang lembur.
o Penghasilan Pegawai Tetap yang Bersifat Tidak Teratur adalah penghasilan bagi
Pegawai Tetap selain penghasilan yang bersifat teratur, yang diterima sekali dalam satu
tahun atau periode lainnya, antara lain berupa bonus, Tunjangan Hari Raya (THR), jasa
produksi, tantiem, gratifikasi, atau imbalan sejenis lainnya dengan nama apapun.
PEMOTONG PAJAK PENGHASILAN 21 DAN/ATAU PAJAK PENGHASILAN
PASAL 26
Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26, meliputi:
a. pemberi kerja yang terdiri dari:
1) orang pribadi dan badan;
2) cabang, perwakilan, atau unit, dalam hal yang melakukan sebagian atau seluruh
administrasi yang terkait dengan pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan,
dan pembayaran lain adalah cabang, perwakilan, atau unit tersebut.
b. bendahara atau pemegang kas pemerintah, termasuk bendahara atau pemegang kas
pada Pemerintah Pusat termasuk institusi TNI/POLRI, Pemerintah Daerah, instansi
atau lembaga pemerintah, lembaga-lembaga negara lainnya, dan Kedutaan Besar
Republik Indonesia di luar negeri, yang membayarkan gaji, upah, honorarium,
tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan
dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan;
4
c. dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja, dan badan-badan lain
yang membayar uang pensiun secara berkala dan tunjangan hari tua atau jaminan hari
tua;
d. orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta badan yang
membayar:
1) honorarium, komisi, fee, atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan
jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status Subjek Pajak dalam negeri,
termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas dan bertindak untuk dan
atas namanya sendiri, bukan untuk dan atas nama persekutuannya;
2) honorarium, komisi, fee, atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan
jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status Subjek Pajak luar negeri;
3) honorarium, komisi, fee, atau imbalan lain kepada peserta pendidikan dan
pelatihan, serta pegawai magang;
e. penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang bersifat nasional
dan internasional, perkumpulan, orang pribadi serta lembaga lainnya yang
menyelenggarakan kegiatan, yang membayar honorarium, hadiah, atau penghargaan
dalam bentuk apapun kepada Wajib Pajak orang pribadi berkenaan dengan suatu
kegiatan.
Hal ini tidak termasuk sebagai pemberi kerja yang mempunyai kewajiban untuk
melakukan pemotongan pajak sebagaimana dimaksud diatas adalah:
a. kantor perwakilan negara asing;
b. organisasi-organisasi internasional
c. pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas yang semata-mata mempekerjakan orang pribadi untuk melakukan pekerjaan
rumah tangga atau pekerjaan bukan dalam rangka melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas.
Dalam hal organisasi internasional tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud,
organisasi internasional dimaksud merupakan pemberi kerja yang
berkewajiban melakukan pemotongan pajak.
5
PENERIMA PAJAK PENGHASILAN 21 DAN/ATAU PAJAK PENGHASILAN
PASAL 26
Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 adalah orang
pribadi yang merupakan:
a. pegawai;
b. penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau
jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya;
c. Bukan Pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan
pemberian jasa, meliputi:
1) tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara, akuntan,
arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris;
2) pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron,
bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati, pemain
drama, penari, pemahat pelukis, dan seniman lainnya;
3) olahragawan;
4) penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;
5) pengarang, peneliti, dan penerjemah;
6) pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer dan sistem
aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi, dan sosial serta
pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan;
7) agen iklan;
8) pengawas atau pengelola proyek;
9) pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi perantara;
10) petugas penjaja barang dagangan;
11) petugas dinas luar asuransi;
12) distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan sejenis
lainnya;
d. anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai
Pegawai Tetap pada perusahaan yang sama;
e. mantan pegawai;
f. peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan
keikutsertaannya dalam suatu kegiatan, antara lain:
6
1) peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan olah raga, seni,
ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan perlombaan lainnya;
2) peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan kerja;
3) peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara kegiatan
tertentu;
4) peserta pendidikan dan pelatihan;
5) peserta kegiatan lainnya.
PENGHASILAN YANG DIPOTONG PAJAK PENGHASILAN 21 DAN/ATAU
PAJAK PENGHASILAN PASAL 26
Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 adalah:
a. penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai Tetap, baik berupa Penghasilan
yang Bersifat Teratur maupun Tidak Teratur;
b. penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secara teratur berupa uang
pensiun atau penghasilan sejenisnya;
c. penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau
jaminan hari tua yang dibayarkan sekaligus, yang pembayarannya melewati jangka
waktu 2 (dua) tahun sejak pegawai berhenti bekerja;
d. penghasilan Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas, berupa upah harian, upah
mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang dibayarkan secara bulanan;
e. imbalan kepada Bukan Pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee, dan
imbalan sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai imbalan
sehubungan jasa yang dilakukan;
f. imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang representasi, uang
rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun,
dan imbalan sejenis dengan nama apapun;
g. penghasilan berupa honorarium atau imbalan yang bersifat tidak teratur yang diterima
atau diperoleh anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap
sebagai Pegawai Tetap pada perusahaan yang sama;
h. penghasilan berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus atau imbalan lain yang
bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh mantan pegawai; atau
7
i. penghasilan berupa penarikan dana pensiun oleh peserta program pensiun yang masih
berstatus sebagai pegawai, dari dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan.
Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 sebagaimana dimaksud
termasuk pula penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan lainnya dengan nama
dan dalam bentuk apapun yang diberikan oleh:
a. Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final; atau
b. Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan norma penghitungan
khusus (deemed profit).
Tidak termasuk dalam pengertian penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah:
a. pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi sehubungan
dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan
asuransi beasiswa;
b. penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk apapun yang
diberikan oleh Wajib Pajak atau Pemerintah,
c. iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
oleh Menteri Keuangan, iuran tunjangan hari tua atau iuran jaminan hari tua kepada
badan penyelenggara tunjangan hari tua atau badan penyelenggara jaminan sosial
tenaga kerja yang dibayar oleh pemberi kerja;
d. zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga amil zakat
yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah, atau sumbangan keagamaan yang
sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia yang diterima oleh orang
pribadi yang berhak dari lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh
Pemerintah sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan;
e. beasiswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf I Undang-Undang Pajak
Penghasilan.
8
DASAR PENGENAAN DAN PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN 21
DAN/ATAU PAJAK PENGHASILAN PASAL 26
Dasar pengenaan dan pemotongan PPh Pasal 21 adalah sebagai berikut:
a. Penghasilan Kena Pajak, yang berlaku bagi:
1) Pegawai Tetap;
2) penerima pensiun berkala;
3) Pegawai Tidak Tetap yang penghasilannya dibayar secara bulanan atau jumlah
kumulatif penghasilan yang diterima dalam 1 (satu) bulan kalender telah melebihi
Rp 2.025.000,00 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah);
4) Bukan Pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c yang menerima
imbalan yang bersifat berkesinambungan.
b. Jumlah penghasilan yang melebihi Rp200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) sehari, yang
berlaku bagi Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas yang menerima upah
harian, upah mingguan, upah satuan atau upah borongan, sepanjang penghasilan
kumulatif yang diterima dalam 1 (satu) bulan kalender belum melebihi Rp2.025.000,00
(dua juta dua puluh lima ribu rupiah);
c. 50% (lima puluh persen) dari jumlah penghasilan bruto, yang berlaku bagi Bukan
Pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c yang menerima imbalan yang
tidak bersifat berkesinambungan;
d. Jumlah penghasilan bruto, yang berlaku bagi penerima penghasilan selain penerima
penghasilan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, dan huruf c.
Penghasilan Kena Pajak sebagaimana dimaksud adalah sebagai berikut:
a. bagi Pegawai Tetap dan penerima pensiun berkala, sebesar penghasilan neto dikurangi
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP);
b. bagi Pegawai Tidak Tetap, sebesar penghasilan bruto dikurangi PTKP;
c. bagi Bukan Pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c, sebesar 50% (lima
puluh persen) dari jumlah penghasilan bruto dikurangi PTKP per bulan.
Besarnya penghasilan neto bagi Pegawai Tetap yang dipotong PPh Pasal 21 adalah
jumlah seluruh penghasilan bruto dikurangi dengan:
a. biaya jabatan, sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto, setinggitingginya Rp
500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) sebulan atau Rp6.000.000,00 (enam juta rupiah)
setahun;
9
b. iuran yang terkait dengan gaji yang dibayar oleh pegawai kepada dana pension yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan atau badan penyelenggara
tunjangan hari tua atau jaminan hari tua yang dipersamakan dengan dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.
Besarnya penghasilan neto bagi penerima pensiun berkala yang dipotong PPh Pasal 21
adalah seluruh jumlah penghasilan bruto dikurangi dengan biaya pensiun, sebesar 5% (lima
persen) dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya Rp200.000,00 (dua ratus ribu rupiah)
sebulan atau Rp2.400.000,00 (dua juta empat ratus ribu rupiah) setahun.
Besarnya PTKP per tahun adalah sebagai berikut:
a. Rp24.300.000,00 (dua puluh empat juta tiga ratus ribu rupiah) untuk diri Wajib Pajak
orang pribadi;
b. Rp2.025.000,00 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah) tambahan untuk Wajib Pajak
yang kawin;
c. Rp2.025.000,00 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah) tambahan untuk setiap anggota
keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat,
yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap
keluarga.
Atas penghasilan bagi Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas yang tidak
dibayar secara bulanan atau jumlah kumulatifnya dalam 1 (satu) bulan kalender belum
melebihi Rp 2.025.000,00 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah), berlaku ketentuan sebagai
berikut:
a. tidak dilakukan pemotongan PPh Pasal 21, dalam hal penghasilan sehari atau rata-rata
penghasilan sehari belum melebihi Rp200.000,00 (dua ratus ribu rupiah);
b. dilakukan pemotongan PPh Pasal 21, dalam hal penghasilan sehari atau rata-rata
penghasilan sehari melebihi Rp200.000,00 (dua ratus ribu rupiah), dan jumlah sebesar
Rp200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) tersebut merupakan jumlah yang dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto.
TARIF PEMOTONGAN PAJAK DAN PENERAPANNYA
Tarif berdasarkan Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang Pajak Penghasilan
diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak dari:
a. Pegawai Tetap;
b. penerima Pensiun berkala yang dibayarkan secara bulanan;
10
c. Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas yang dibayarkan secara bulanan
Untuk perhitungan PPh Pasal 21 yang harus dipotong setiap masa pajak, kecuali masa
pajak terakhir, tarif diterapkan atas perkiraan penghasilan yang akan diperoleh selama 1
(satu) tahun, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. perkiraan atas penghasilan yang bersifat teratur adalah jumlah penghasilan teratur
dalam 1 (satu) bulan dikalikan 12 (dua belas);
b. dalam hal terdapat tambahan penghasilan yang bersifat tidak teratur maka perkiraan
penghasilan yang akan diperoleh selama 1 (satu) tahun adalah sebesar jumlah
penghasilan yang teratur ditambah dengan jumlah penghasilan yang bersifat tidak
teratur.
Daftar Tarif PPh Pasal 21 Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja
Upah / Uang Saku Harian, Mingguan,
Satuan, Borongan
Dibayarkan Bulanan atau Jumlah Upah
Kumulatif Satu Bulan Melebihi Rp
7.000.000
Upah / Uang Saku Harian
≤ 200.000
> 200.000
Tidak Dipotong
Dikurangi 200.000
Dipotong 5%
Upah Kumulatif > Rp 2.025.000 s.d. Rp
7.000.000 sebulan
Upah sehari dikurangi PTKP sehari
Tarif PPh 21 = 5%
Dikali 12
Dikurangi PTKP Setahun
Penghasilan Kena Pajak
Dikenakan Tarif Ps. 17
PPh Ps. 21 Setahun
Dibagi 12
PPh Pasal 21 Sebulan
11
TARIF PEMOTONGAN PPh PASAL 21 BAGI PENERIMA PENGHASILAN
YANG TIDAK MEMPUNYAI NOMOR POKOK WAJIB PAJAK
Bagi penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 yang tidak memiliki Nomor
Pokok Wajib Pajak, dikenakan pemotongan PPh Pasal 21 dengan tarif lebih tinggi 20%
daripada tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang memiliki Nomor Pokok Wajib
Pajak.
KEWAJIBAN PEMOTONG PPh PASAL 21 DAN/ATAU PASAL 26 SERTA
PENERIMA PENGHASILAN YANG DIPOTONG PAJAK
1. Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 dan penerima penghasilan yang
dipotong PPh Pasal 21 wajib mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
2. Pegawai, penerima pensiun berkala, serta Bukan Pegawai sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a angka 4 wajib membuat surat pernyataan yang berisi
jumlah tanggungan keluarga pada awal tahun kalender atau pada saat mulai menjadi
12
Subjek Pajak dalam negeri sebagai dasar penentuan PTKP dan wajib menyerahkannya
kepada pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 pada saat mulai bekerja atau
mulai pensiun.
3. Dalam hal terjadi perubahan tanggungan keluarga, maka pegawai, penerima pension
berkala, dan Bukan Pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a
angka 4 wajib membuat surat pernyataan baru dan menyerahkannya kepada Pemotong
PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 paling lama sebelum mulai tahun kalender
berikutnya.
4. Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 wajib menghitung, memotong,
menyetorkan, dan melaporkan PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 yang terutang untuk
setiap bulan kalender.
5. Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 wajib membuat catatan atau kertas kerja
perhitungan PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 untuk masing-masing penerima
penghasilan, yang menjadi dasar pelaporan PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 yang
terutang untuk setiap masa pajak dan wajib menyimpan catatan atau kertas kerja
perhitungan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
6. Ketentuan mengenai kewajiban untuk melaporkan pemotongan PPh Pasal 21 dan/atau
PPh Pasal 26 untuk setiap bulan kalender sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tetap
berlaku, dalam hal jumlah pajak yang dipotong pada bulan yang bersangkutan nihil.
7. Dalam hal dalam suatu bulan terjadi kelebihan penyetoran pajak atas PPh Pasal 21
dan/atau PPh Pasal 26 yang terutang oleh pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal
26, kelebihan penyetoran tersebut dapat diperhitungkan dengan PPh Pasal 21 dan/atau
PPh Pasal 26 yang terutang pada bulan berikutnya melalui Surat Pemberitahuan Masa
PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26.
Contoh Penghitungan PPh Pasal 21 atas Penghasilan Pegawai Tidak Tetap atau
Tenaga Kerja Lepas, Pemagang dan Calon Pegawai yang Menerima Upah yang
Dibayarkan Secara Bulanan Untuk Tahun Pajak 2013 adalah sebagai berikut :
Budi Darmawan bekerja sebagai pegawai tidak tetap pada CV Maju Makmur dengan
dasar upah harian yang dibayarkan bulanan. Dalam bulan Januari 2013 Budi Darmawan
hanya bekerja 20 hari kerja dan upah sehari adalah sebesar Rp 200.000,00. Budi
Darmawan memiliki status menikah dan memiliki 3 anak.
13
Penghitungan PPh Pasal 21 yang harus dipotong untuk bulan Januari 2013
adalah :
Upah Januari 20 x 120.000 4.000.000
Penghasilan Neto Setahun 12 x 4.000.000 48.000.000
PTKP :
32.400.000
- Untuk WP sendiri 24.300.000
- Tambahan Karena Kawin 2.025.000
- Tambahan 1 Anak ke-1 2.025.000
- Tambahan 1 Anak ke-2 2.025.000
- Tambahan 1 Anak ke-3 2.025.000
Penghasilan Kena Pajak
(48.000.000 -32.400.000) 15.600.000
PPh Pasal 21 Terutang setahun
(5 % x 15.600.000) 780.000
PPh Pasal 21 Terutang sebulan
(780.000 / 12 ) 65.000
Jadi PPh Pasal 21 bulan Januari yang harus dipotong CV. Maju Makmur atas penghasilan
Budi Darmawan adalah sebesar Rp.65.000,- apabila memiliki NPWP.
Apabila Budi Darmawan tidak memiliki NPWP maka PPh Pasal 21 yang harus dipotong
adalah sebesar Rp.78.000,- dengan perhitungan :
PPh Pasal 21 Terutang setahun
(5 % + (5 % x 20 %)) x 15.600.000 936.000
PPh Pasal 21 Terutang sebulan
(936.000 / 12 ) 78.000
Contoh Penghitungan PPh Pasal 21
Budiyanta pada tahun 2013 bekerja di PT Aman Bahagia dengan gaji sebulan Rp
8.000.000,00 dan membayar iuran pensiun sebesar Rp. 200.000,00. Budiyanta menikah
tetapi belum mempunyai anak. Pada bulan Juli 2013 menerima kenaikan gaji, menjadi Rp
14
10.000.000,00 sebulan dan berlaku surut sejak 1 Januari 2013. Dengan adanya kenaikan
gaji yang berlaku surut tersebut, Budiyanta menerima rapel sejumlah Rp 12.000.000,00
(kekurangan gaji untuk masa Januari s.d. Mei 2013). Pada bulan Oktober 2013 menerima
bonus tahunan sebesar Rp 20.000.000,00.
A. Penghitungan PPh Pasal 21 atas Penghasilan Pegawai Tetap - Gaji Bulanan
Gaji sebulan Rp 8,000,000
Pengurangan :
Biaya Jabatan (5% xRp 8.000.000) Rp 400,000
Iuran Pensiun Rp 200,000 Rp 600,000
Penghasilan Neto sebulan Rp 7,400,000
Penghasilan Neto setahun (12 x Rp 7.400.000,00 ) Rp 88,800,000
PTKP setahun :
- untuk diri sendiri Rp 24,300,000
- tambahan WP kawin Rp 2,025,000 Rp 26,325,000
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 62,475,000
PPh Pasal 21 terutang :
5% x Rp 50.000.000,00 = Rp 2,500,000
15% x Rp 12.475.000,00 = Rp 1,871,000
Rp 4,371,000
PPh Pasal 21 sebulan
Rp 4.371.000,00 : 12 = Rp 364,250
B. Penghitungan PPh Pasal 21 atas Pembayaran Uang Rapel
Gaji sebulan Rp 10,000,000
Pengurangan :
Biaya Jabatan (5% xRp 10.000.000) = Rp 500,000
Iuran Pensiun = Rp 200,000 Rp 700,000
Penghasilan Neto sebulan Rp 9,300,000
Penghasilan Neto setahun ( 12 x Rp 9.300.000,00 ) Rp 111,600,000
PTKP setahun :
- untuk diri sendiri Rp 24,300,000
- tambahan WP kawin Rp 2,025,000 Rp 26,325,000
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 85,275,000
PPh Pasal 21 setahun :
5% x Rp 50.000.000,00 = Rp 2,500,000
15% x Rp 35.275.000,00 = Rp 5,291,000
Rp 7,791,000
PPh Pasal 21 sebulan
Rp 7.791.000,00 : 12 Rp 649,250
PPh Pasal 21 Januari s.d Juni 2013 seharusnya adalah :
6 x Rp 649.250,00 Rp 3,895,500
PPh Pasal 21 yang sudah dipotong Januari s.d Juni 2013
6 x Rp 364.250,00 (dari perhitungan contoh A) Rp 2,185,500
PPh Pasal 21 untuk uang rapel Rp 1,710,000
15
CONTOH PENGHITUNGAN UNTUK HONORARIUM
1. Penerima Honorarium atau Pembayaran lain.
Saputra (memiliki NPWP) memberikan ceramah pada lokakarya dan menerima
honorarium Rp 1.500.000,00. Saputra juga memiliki sumber penghasilan lainnya.
Penghitungan PPh Pasal 21 :
Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a x (50% x jumlah penghasilan bruto ) = 5% x (50% x
Rp1.500.000,00) = Rp37.500,00
2. Honorarium atau imbalan lainnya kepada peserta kegiatan (pendidikan pelatihan magang).
Febri sebagai peserta magang menerima honor sebesar Rp3.500.000,00. PPh Pasal 21 yang
terutang :
Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a x jumlah penghasilan bruto = 5% x Rp3.500.000,00 =
Rp175.000,00
Sumber:
Waluyo. 2013. Perpajakan Indonesia (Buku 1) (Edisi 11). Jakarta: Salemba Empat
C. Penghitungan PPh Pasal 21 atas Pembayaran Bonus
Gaji setahun (12 x Rp 10.000.000,00) Rp 120,000,000
Bonus Rp 20,000,000
Penghasilan bruto setahun Rp 140,000,000
Pengurangan :
Biaya Jabatan (5% xRp 140.000.000,00) = Rp 7.000.000,00
*Biaya Jabatan dlm setahun maksimal Rp 6.000.000,00 Rp 6,000,000
Iuran Pensiun (12 x Rp 200.000,00) Rp 2,400,000 Rp 8,400,000
Penghasilan Neto setahun Gaji + Bonus Rp 131,600,000
PTKP setahun :
- untuk diri sendiri Rp 24,300,000
- tambahan WP kawin Rp 2,025,000 Rp 26,325,000
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 105,275,000
PPh Pasal 21 setahun atas Gaji + Bonus :
5% x Rp 50.000.000,00 = Rp 2,500,000
15% x Rp 55.275.000,00 = Rp 8,291,250
10,791,250
*PPh Pasal 21 setahun dibulatkan Rp 10,791,000
PPh Pasal 21 atas Gaji (dari contoh B) Rp 7,791,000
PPh Pasal 21 atas Bonus Rp 3,000,000
16
Mata Ujian PPh Op. SPT PPh OP (A)
4. Tuan Danu, seorang Duda 1 anak : menikah dengan Dinda seorang janda 1 anak. PTKP
Danu setelah menikah (tahun 2011)
- PTKP WP Pribadi : Rp 15.840.000
- PTKP tanggungan 1 anak : Rp 1.320.000
Rp 17.160.000
6. Besar PPh Pasal 25/2011
- PPh terutang tahun 2011 Rp 4.462.000
- Dikurang :
o PPh 21 dipotong pihak lain :Rp 1.000.000
o PPh 23 :Rp 143.229
o Fiskal luar negeri :Rp 2.500.000
Rp 3.643.229
Rp 818.771 x 1
2 = Rp 68.231
8. Jumlah penghasilan bruto Tomi yang dikenakan PPh adalah Rp 100.000.000
9. PPh terutang Tn. Pujiono tahun pajak 2010
-Total penghasilan : Rp 250.000.000
PTKP :
- WP Kawin : Rp 1.320.000
- WP Pribadi : Rp 15.840.000
- WP anak (2) : Rp 2.640.000
PKP Rp 230.200.000
Pajak Penghasilan Terutang : Rp 50.000.000 x 5% = Rp 2.500.000
Rp 180.000.000 x 5% = Rp 27.030.000
Rp 29.530.000
10. Tn. Agus Rp 150.000.000; Bagas Rp20.000.000
- Total Penghasilan : Rp 200.000.000
PTKP
- WP Pribadi : Rp 15.840.000
- WP Kawin : Rp 1.840.000
- WP Penghasilan Terutang : Rp 15.840.000
- WP Tanggungan Anak : Rp 1.320.000
Rp 165.680.000
17
Mata Ujian PPh Op. SPT PPh OP (B)
3. PT. Semen Gresik menyerahkan 100 sak semen @75.000 kepada Pemprov Jawa
Tengah. Besarnya pungutan dan yang memungut PPh 22
Rp 75.000 x 10 = Rp 7.500.000
Rp 7.500.000 x 2% = Rp 18.750 oleh PT Semen Gresik
4. Besarnya PPh 23 dipotong atas PP jasa keamanan
Total penghasilan
- Jasa Keamanan : Rp 8.000.000
- Upah Tenaga Kerja : Rp 20.000.000
- Biaya Administrasi : Rp 2.000.000
Rp 30.000.000
PPh 23 : Rp 30.000.000 x 2% = Rp 600.000
7. Besar PPh 23 yang dipotong bendaharawan Pemerintah diatas nilai pesanan catering Rp
10.000.000 adalah
Rp 10.000.000 x 2% = Rp 200.000.000
9. PPh 23 atas pendapatan dividen PT. Prapti kepada Pak Prapto senilai Rp 10.000.000
adalah
Rp 10.000.000 x 15% = Rp 1.500.000
10. Uang yang diterima Dina mempunyai NPWP setelah mendapat imbalan Rp 40.000.000
dari lomba lawak di TV swasta
- Penghasilan Netto : Rp 40.000.000
- PPh 21
Rp 40.000.000 x 5% : Rp 2.000.000
Rp 38.000.000
15. PPh 22 yang dipungut atas impor BKP berupa 10 unit computer seharga Rp
100.000.000 adalah
Rp 100.000.000 x 2,5% = Rp 2.500.000
ESSAY
1. PPh Pasal 23 yang harus dipotong oleh Joko Suparjo
- Jasa Sewa Kendaraan : 2% x Rp 10.000.000 = Rp 200.000
- Jasa Katering : 2% x Rp 20.000.000 = Rp 400.000
- Jasa Konsultasi : 2% x Rp 30.000.000 = Rp 600.000
Rp 1.200.000