Makalah OWA dan Obat Keras
description
Transcript of Makalah OWA dan Obat Keras
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obat belakangan ini menjadi salah satu barang wajib yang dibawa
kemana-mana saat beraktivitas oleh sebagian masyarakat. Pada dasarnya obat
adalah zat, bahan atau campuran bahan yang digunakan untuk menentukan
kondisi fisiologi dan keadaan patologi, guna menetapkan diagnosis,
pencegahan, penyembuhan penyakit, pemulihan, ataupun meningkatkan derajat
kesehatan, dan kontrasepsi.
Obat seringkali diperdebatkan baik peredaran maupun penggunaannya,
mengingat obat tidak selamanya baik bagi kesehatan. Sebab, ada obat yang
tidak sesuai atau tidak cocok digunakan oleh orang-orang tertentu. Untuk
memudahkan dalam penggunaan, obat kemudian digolongkan kedalam enam
golongan yaitu: Obat Bebas, Obat Bebas Terbatas, Obat Keras, Obat Wajib
Apotek, Obat Narkotika, dan Obat Psikotropika. Adapun yang akan dibahas
melalui makalah ini adalah golongan obat keras dan obat wajib apotek.
Diharapkan melalui makalah ini, pengetahuan tentang golongan obat keras serta
obat wajib apotek dapat ditingkatkan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat disusun beberapa rumusan
masalah, yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan Obat Keras?
2. Apa saja contoh-contoh Obat Keras?
3. Bagaimana penandaan Obat Keras?
4. Apa yang dimaksud dengan Obat Wajib Apotek?
5. Apa tujuan keberadaan Obat Wajib Apotek?
6. Apa saja contoh-contoh Obat Wajib Apotek?
7. Bagaimana Penandaan Obat Wajib Apotek?
8. Apa saja Undang-Undang yang mengatur OWA?
2
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini, antara lain sebagai berikut:
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Obat Keras.
2. Mengetahui apa saja contoh-contoh Obat Keras.
3. Mengetahui bagaimana penandaan Obat Keras.
4. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Obat Wajib Apotek.
5. Mengetahui apa tujuan keberadaan Obat Wajib Apotek.
6. Mengetahui apa saja contoh-contoh Obat Wajib Apotek.
7. Mengetahui penandaan Obat Wajib Apotek.
8. Mengetahui apa saja Undang-Undang yang mengatur OWA.
D. Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat yakni:
1. Bagi Akademis : Tulisan ini dapat digunakan sebagai referensi dan
bahan masukan dalam penulisan-penulisan golongan obat keras dan
golongan obat wajib apotek (owa) lainnya.
2. Bagi Masyarakat : Memberikan masukan dan wacana praktis dalam
upaya sosialisasi, aplikasi, dan evaluasi program pengembangan,
peningkatan, kewaspadaan untuk penggunaan obat keras dan obat wajib
apotek yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Obat Keras
Obat Keras disebut juga obat daftar “G” yang diambil dari bahasa Belanda
“Gevaarlijk” artinya berbahaya. Maksudnya, obat dalam golongan ini
berbahaya jika pemakaiannya tidak berdasarkan resep dokter. Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor 633/PH/62/B tahun 1962 memuat ketetapan
mengenai obat-obat yang masuk dalam daftar obat keras. Adapun obat yang
masuk ke dalam golongan obat keras ini antara lain:
1) Semua obat yang pada bungkus luarnya oleh si pembuat disebutkan bahwa
obat itu hanya boleh diserahkan dengan resep dokter.
2) Semua obat yang dibungkus sedemikian rupa yang digunakan secara
parenteral, baik dengan cara suntikan maupun dengan cara pemakaian lain
dengan jalan merobek jaringan,
3) Semua obat baru kecuali jika telah dinyatakan secar tertulis oleh
Departemen Kesehatan bahwa obat tersebut tidak membahayakan
kesehatan manusia.
4) Semua obat yang tercantum dalam daftar obat keras, baik dalam bentuk
tunggal maupun semua sediaan yang mengandung obat tersebut.
Pengecualian jika dibelakang nama obat disebutkan ketentuan lain atau jika
obat tersebut masuk kedalam obat bebas terbatas. Contohnya:
a) Acetanilidum
b) Adrenalinum
c) Antibiotik
d) Antihistamin
e) Apomorphinum
Semua obat baru yang belum tercantum dalam kompendial atau
farmakope terbaru yang berlaku di Indonesia, serta obat-obat yang ditetapkan
sebagai obat keras melalui keputusan Menteri kesehatan Republik Indonesia.
4
Diperlukan informasi lengkap terkait penggunaan obat ini karena jika tidak
digunakan secara tepat dapat menimbulkan efek samping yang tidak baik bagi
tubuh. Penggunaan obat yang tepat akan meningkatkan efektivitas obat
terhadap penyakit dan meminimalkan efek sampingnya.
B. Contoh-contoh Obat Keras
Berikut ini adalah contoh-contoh obat keras:
a) Loratadine
b) Pseudoefedrin
c) Bromhexin HCL
d) Alprazolam
e) Clobazam
f) Chlordiazepokside
g) Amitriptyline
h) Lorazepam
i) Nitrazepam
j) Midazolam
k) Estrazolam
l) Fluoxetine
m) Sertraline HCL
n) Carbamazepin
o) Haloperidol
p) Phenytoin
q) Levodopa
r) Benzeraside
s) Ibuprofen
t) Ketoprofen
C. Penandaan
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
02396/A/SK/VII/1986, tanda khusus untuk obat keras memiliki lingkaran
merah bergaris tepi hitam dengan tulisan huruf “K” didalamnya yang
menyentuh garis tepi. Tanda khusus harus diletakan sedemikian rupa sehingga
jelas terlihat dan mudah dikenali.
D. Obat Wajib Apotek
Sebelumnya telah dijelaskan bahwa golongan obat keras harus
diserahakan berdasarkan resep dokter, namun ada beberapa obat keras yang
dapat diserahkan tanpa resep dokter dengan syarat obat-obat tersebut diserahkan
oleh apoteker yang sedang melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek. Obat-
obat keras jenis ini dimasukan ke dalam golongan tersendiri, yaitu golongan
obat wajib apotek. Selain memproduksi obat generik, untuk memenuhi
5
keterjangkauan pelayanan kesehatan khususnya akses obat, pemerintah
mengeluarkan kebijakan OWA. Jadi, obat wajib apotek merupakan obat keras
yang dapat diberikan oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA) kepada pasien
tanpa resep dokter.
E. Undang-Undang tentang OWA
Adapun undang-undang yang mengatur tentang obat wajib apotek, antara
lain sebagai berikut:
1) Permenkes No.919/MENKES/PER/X/1993 tentang kriteria OWA
2) Keputusan Menteri kesehatan RI No. 374/Menkes/SK/VII/1990 tentang
Daftar Obat Wajib Apotek No. 1, yang kemudian diperbaharui dengan;
3) Permenkes RI No. 925/MENKES/PER/X/1993 tentang Perubahan
Golongan OWA No.1
4) Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 924/Menkes/SK/VII/1993 tentang
Daftar Obat Wajib Apotek No. 2
5) Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1176/Menkes/SK/X/1999 tentang
Daftar Obat Wajib Apotek No. 3
Pertimbangan-pertimbangan yang mendasari dikeluarkannya peraturan obat
wajib apotek adalah :
1) Pertimbangan yang utama sama dengan pertimbangan obat yang diserahkan
tanpa resep dokter lainnya, yaitu meningkatkan kemampuan masyarakat
untuk menolong dirinya sendiri guna mengatasi masalah kesehatan ,dengan
meningkatkan pengobatan sendiri secara tepat, aman dan rasional.
2) Pertimbangan yang kedua adalah untuk meningkatkan peran apoteker di
apotek dalam pelayanan obat kepada masyarakat.
3) Pertimbangan ketiga adalah untuk meningkatkan penyediaan obat yang
dibutuhkan untuk pengobatan sendiri.
Pada penyerahan obat wajib apotek, walaupun APA boleh memberikan
obat keras, namun ada persayaratan yang harus diepnuhi dalam penyerahan
OWA yaitu:
6
1) Apoteker wajib memenuhi ketentuan jenis dan jumlah yang boleh diberikan
kepada pasien. Contohnya hanya jenis oksitetrasiklin salep saja yang
termasuk OWA, dan hanya boleh diberikan 1 tube.
2) Apoteker wajib melakukan pencatatan yang benar mengenai data pasien
(nama, alamat, umur) serta penyakit yang diderita.
3) Apoteker wajib memberikan informasi obat secara benar mencakup:
indikasi, kontra-indikasi, cara pemakain, cara penyimpanan dan efek
samping obat yang mungkin timbul, serta tindakan yang disarankan bila
efek tidak dikehendaki tersebut timbul.
F. Contoh-contoh OWA
Berikut ini adalah contoh-contoh Obat Wajib Apotek berdasarkan
Undang-Undang yang berlaku.
a) Obat Wajib Apotek 1
1. Obat kontrasepsi: Linestrenol
2. Obat saluaran cerna: Antasid dan sedativ/spamodik
3. Obat mulut dan tenggorokan: hexetidine untuk obat sariawan dan
radang tenggorakan
4. Obat saluran nafas: ketotifen untuk obat asma
b) Obat Wajib Apotek 2
1. Bacitracin sebagai obat luar untuk infeksi kulit
2. Clindamisin sebagai obat luar untuk acne
3. Flumetason sebagai obat luar untuk inflamasi
4. Ibuprofen
c) Obat Wajib Apotek 3:
1. Ranitidin
2. Asam fusidat
3. Alupurinol
G. Tujuan OWA
Tujuan OWA adalah memperluas keterjangkauan obat untuk masyarakat,
maka obat-obat yang digolongkan dalam OWA adalah obat yang diperlukan
7
bagi kebanyakan penyakit yang diderita pasien. Antara lain: obat antiinflamasi
(asam mefenamat), obat alergi kulit (salep hidrokotison), infeksi kulit dan mata
(salep oksitetrasiklin), antialergi sistemik (CTM), obat KB hormonal.
Sesuai permenkes No.919/MENKES/PER/X/1993, kriteria obat yang
dapat diserahkan yaitu:
1. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di
bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun.
2. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada
kelanjutan penyakit.
3. Penggunaannya tidak memerlukan cara atau alat khusus yang harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan.
4. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di
Indonesia.
5. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat
dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.
H. Penandaan OWA
Obat wajib apotek pada dasarnya adalah obat keras, maka penandaannya
sama dengan obat keras. Berdasarkan keputusan Menkes RI Nomor
02396/A/SK/VII/1986, tanda khusus untuk obat keras daftar G adalah berupa
lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam dengan huruf
“K” yang menyentuh garis tepi. Tanda khusus harus diletakan sedemikian rupa
sehingga jelas terlihat dan mudah dikenali.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada Bab II, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan antara lain:
1) Obat Keras adalah golongan obat yang berbahaya jika penggunaannya tanpa
resep dokter, serta tidak dapat diserahkan tanpa resep dokter, kecuali obat
tersebut merupakan Obat Wajib Apotek..
2) Obat Wajib Apotek adalah golongan obat keras yang dapat diserahkan tanpa
resep dokter, karena merupakan obat umum yang banyak diperlukan pasien
di Indonesia.
3) Penandaan Obat Keras dan Obat Wajib Apotek adalah sama. Yaitu,
lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam dengan
huruf “K” yang menyentuh garis tepi.
B. Saran
Melalui makalah ini, penulis ingin menyampaikan beberapa saran.
Kepada masyarakat sebagai pengguna obat, ketelitian dalam memilih obat
sangat penting dilakukan. Masyarakat perlu semakin berpengetahuan tentang
obat-obatan yang kerap kali digunakan. Sedangkan kepada pemerintah, agar
penedaran obat lebih diawasi, serta dilakukan upaya-upaya pendidikan umum
terhadap masyarakat terkait obat-obat yang sering digunakan, misalnya tentang
penandaan, kebiasaan untuk membaca indikasi, kontra-indikasi, dan efek
samping sebelum mengkonsumsi obat, dan lain sebagainya.